Anda di halaman 1dari 26

Referat

NUTRISI PADA ASPEK PSIKIATRI

Disusun Oleh:

Pembimbing

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM MOH. HOESIN PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

NUTRISI PADA ASPEK PSIKIATRI

Oleh:

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Periode----------------------.

Palembang, 17 Desember 2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Nutrisi
pada Aspek Psikiatri” untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Ilmu Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Umum Moh. Hoesin
Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada -
----------------------- selaku pembimbing yang telah membantu memberikan ajaran
dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikian lah penulisan tugas ilmiah
ini, semoga bermanfaat.

Palembang, 17 Desember 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ……iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…....................................................................... 3
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Nutrisi adalah zat-zat gizi yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk
aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai
ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. dapat
disimpulkan bahwa nutrisi merupakan substansi organik atau ikatan-ikatan dari
suatu proses asimilasi mulai dari pemasukan dan pengolahan zat makanan dalam
tubuh untuk menghasilkan energi sebagai tenaga bagi aktifitas tubuh.1.2.3
Tubuh manusia memerlukan sejumlah gizi secara tetap, sesuai dengan standar
kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Keadaan
gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu
yang cukup lama. Bila kekurangan itu secara ringan, tidak akan dijumpai penyakit
defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang lebih ringan
dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi.5
Nutrisi sangat penting dalam mempengaruhi kesehatan mental. Nutrisi yang
baik diperlukan untuk mengurangi stress secara kualitas maupun kuantitas, karena
gizi mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi stress baik fisik maupun
mental dan sebaliknya nutrisi yang buruk akan memperberat stress. Stress atau
gangguan emosi juga meningkatkan kebutuhan zat gizi karena kebutuhan gizi
seseorang juga dipengaruhi oleh gangguan fungsional2.
Otak sebagian besar tersusun atas lemak, sebanyak 50% berat kering otak
adalah lemak yang terdiri atas lemak tidak jenuh ganda. Kolesterol merupakan
esensial membran struktur semua sel dan merupakan komponen utama sel otak dan
saraf. Bahan bakar utama bagi otak adalah glukosa dimana glukosa akan
membentuk asetilkolin dan banyak neurotransmitter lainnya. Otak mendapat
banyak nutrisi sebagai kebutuhan langsung dari makanan, yang menunjukkan

1
makanan bisa memiliki dampak positif pada kesehatan mental dengan membantu
perkembangan otak yang sehat dan meningkatkan mood.2
Pada dekade saat itu ditemukan penelitian bahwa nutrisi menjadi salah satu
hal yang berpengaruh pada gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi, demensia,
dan gangguan jiwa lain. Pada pasien-pasien gangguan jiwa terjadi gangguan pada
metabolisme asam amino dan sintesis neurotransmitter tertentu dalam sistem saraf
pusat. Masih dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana nutrisi dapat memperberat
ataupun meringankan gejala-gejala pada pasien.5

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Jiwa dan Penyebabnya


Secara internasional, penggolongan gangguan jiwa mengacu pada DSM IV.
DSM IV ini dikembangkan oleh para ahli dibidang psikistri di Amerika Serikat. DSM
IV ini telah dipakai secara luas terutama oleh para psikiater dalam menentukan
diagnosa gangguan jiwa. Di Indonesia para ahli kesehatan jiwa menggunakan PPDGJ
3 sebagai acuan dalam menentukan diagnosa gangguan jiwa. Secara umum gangguan
jiwa dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu gangguan jiwa ringan dan gangguan
jiwa berat. Yang termasuk kedalam gangguan jiwa ringan antara lain cemas, depresi,
psikosomatis dan kekerasan sedangkan yang termasuk kedalam gangguan jiwa berat
seperti skizofrenia, manik depresif dan psikotik lainnya.7
Penyebab gangguan jiwa sangat luas, antara lain adalah:
a. Biologis
Pada pasien gangguan jiwa contohnya pasien skizofrenia terdapat abnormalitas
otak yang menyebabkan respon neurologi maladaptif yang baru mulai dipahami bahwa
otak terlibat, lesi pada daerah area frontal, temporal, dan limbik paling berhubungan
dengan perilaku psikotik.
Beberapa neurotransmitter dikaitkan dengan terjadinya gangguan jiwa, seperti
skizofrenia yaitu gangguan dopamine, akibat ketidakseimbangan antara dopamine dan
neurotransmitter lain. Dopamine juga berperan dalam patogenesis terjadinya ADHD.
Sementara itu terjadi ketidakseimbangan serotonin pada pasien depresi. 7
b. Genetik
Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara terpisah
memiliki angka kejadian tinggi pada gangguan jiwa daripada pasangan saudara
sekandung yang tidak identik. Penelitian genetik terakhir memfokuskan pada gene
maping dalam keluarga dimana terdapat angka kejadian gangguan jiwa yang tinggi.
Perlu ditekankan bahwa menjadi saudara kembar satu telur pun secara otomatis tidak
menjadi kepastian predisposisi dari perkembangan gangguan jiwa. 8

3
c. Psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologik yang maladaptif
belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan
keluarga sebagai penyebab gangguan ini. Sehingga menyebabkan rasa percaya
keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa professional berkurang. 8
d. Sosiobudaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhdapat awitan gangguan psikotik,
akan tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.8
e. Kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensefalon atau korteks otak.

2.2. Nutrisi dan Kesehatan Mental


Beberapa teori terkini tentang hubungan nutrisi dan kesehatan mental dibuat
berdasarkan penelitian pada hewan, percobaan neurokimia in vitro, studi epidemiologi,
dan beberapa uji klinis. Teori-teori tersebut masih terus berkembang. Terdapat
beberapa analisa yang menjelaskan mengenai hubungan antara nutrisi dengan
kesehatan mental dan juga fungsi pikiran, antara lain adalah sebagai berikut ini2:

a. Nutrisi Pembangun Sel-Sel Saraf


Pada pasien-pasien psikiatri untuk mengurangi stress diperlukan nutrisi yang baik
secara kualitas maupun kuantitas, karena gizi mempengaruhi kemampuan individu
dalam mengatasi stress baik fisik maupun mental dan sebaliknya nutrisi yang buruk
akan memperberat stress. Stress atau gangguan emosi juga meningkatkan kebutuhan
zat gizi karena kebutuhan gizi seseorang juga dipengaruhi oleh gangguan fungsional2.
Pada situasi yang penuh dengan stres tubuh akan mengeluarkan epinefrin, yaitu
suatu hormon yang dilepaskan dari kelenjar adrenal. Hormon ini bersama dengan
hormon lainnya beredar dalam tubuh dakan meningkatkan tekanan darah dan denyut
jantung, kecepakan respirasi dan mengubah proses tubuh lainnya. Sel-sel lemak
melepaskan lemak ke dalam aliran darah untuk meningkatkan persediaan energi bagi
otot2.
Kortisol, hormon steroid penting yang disekresikan sebagai respons terhadap
stres, dapat mempengaruhi kesehatan mental, terutama stabilitas suasana hati. Tingkat
sekresi kortisol dapat dipengaruhi keadaan mood negatif, dan kelelahan sebagai akibat

4
dari stres akut dan kronis. Faktor psikologis yang terkait dengan asupan makanan,
misalnya pembatasan diet yang disengaja dapat mengubah sekresi kortisol dan karena
itu dapat menyebabkan gangguan fungsi mental.2
Pertahanan terbaik untuk tubuh dalam kondisi stres atau gangguan emosional
adalah tubuh yang sehat atau berstatus gizi baik. Kebutuhan energi, protein, lemak, dan
juga karbohidrat dalam kondisi tersebut akan meningkat, sehingga jika kebutuhan zat
gizi tersebut apabila tidak terpenuhi makan cadangan zat gizi tubuh akan digunakan
dalam satu atau dua hari sehingga terjadi penghancuran otot, yang selanjutnya akan
menurunkan sistem kekebalan2.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air. Protein yang terdapat dalam makanan hewani maupun nabati dalam bentuk
sederhana berupa asam amino menjadi bahan penting dalam membangun jaringan saraf
dan sel-sel otak. Selain itu asam amino juga diperlukan untuk memproduksi
neurotransmitter yang berpengaruh pada emosi dan perilaku manusia, antara lain
dopamin, norepenefrin, adrenalin, dan serotonin. WHO menganjurkan rata-rata
konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein2.
Otak sekitar 20% terdiri dari lemak, sebanyak 50% berat kering otak adalah
lemak yang terdiri atas lemak tidak jenuh ganda. Kolesterol merupakan esensial
membran struktur semua sel dan merupakan komponen utama sel otak dan saraf. WHO
menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total dianggap baik
untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk
membantu penyerapan vitamin larut lemak. Lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan
paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh dan 3-7% dari
lemak tidak jenuh ganda2.
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Sistem saraf
otak sangat tergantung pada glukosa untuk keperluan energinya. Karbohidrat
merupakan sumber energi utama bagi otak dan susunan saraf, sehingga ketersediaan
glukosa yang konstan harus tetap terjaga bagi jaringan atau organ tersebut. Demikian
juga kekurangan glukosa dan O2 akan menyebabkan kerusakan otak atau kelainan saraf
yang tidak dapat diperbaiki2.
Glukosa adalah sumber bahan bakar yang lebih disukai untuk otak. Peran
glukosa termasuk membentuk asetilkolin dan banyak neurotransmitter lainnya.

5
Pemanfaatan glukosa meningkatkan kognisi dan mungkin dipengaruhi oleh asam
lemak yang dapat mengubah baik bagaimana glukosa digunakan dan juga sensitivitas
insulin. Beberapa gejala kesehatan mental dapat timbul bersamaan dengan suatu
kondisi yang terkait dengan penurunan metabolisme energi mitokondria. Penelitian lain
menunjukkan bahwa metabolisme glukosa otak rendah didapatkan sebelum terjadinya
penurunan kognitif pada orang-orang tertentu dengan penyakit Alzheimer.2
Vitamin bukan makanan, tetapi merupakan katalisator untuk melancarkan reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh. Vitamin terdapat dalam jumlah sangat kecil dalam
hampir setiap makanan jika terajadi defisiensi vitamin dapat mengakibatkan berbagai
penyakit2.
Vitamin B1 juga penting bagi tubuh dalam usahanya menghasilkan energi dari
makanan yang dimakan. Kekurangan vitamin B1 mengakibatkan kelelahan dan
kehabisan tenaga. Vitamin B1 juga mengendalikan tekanan darah , mengaktifkan
syaraf, dan membantu tubuh mempertahankan laju metabolismenya. Kekurangan
vitamin B1 dapat mengakibatkan timbulnya zat asam beracun yang dapat merusak otak
dan sel – sel saraf. 2
Mineral berperan penting dalam pertumbuhan dan fungsi otak. Mineral secara
mengontrol volume otak agar sel otak tetap segar, sehingga fungsi otak tetap terjaga. 2

b. Gizi Buruk
Beberapa studi saat ini menyatakan bahwa asupan lemak, gula, dan kelebihan
kalori berkontribusi terhadap stres oksidatif seluruh tubuh yang terkait dengan
kenaikan berat badan, aterosklerosis, defisit sirkulasi di otak, penurunan kognitif dan
kondisi kesehatan mental. Pada pasien dengan gangguan jiwa yang terdeteksi setelah
usia dewasa menunjukkan adanya efek latensi lama dari nutrisi yang buruk pada sistem
saraf pusat mempengaruhi kesehatan mental. Defisiensi mengkonsumsi asam amino
tertentu seperti asam aspartat dalam jangka waktu yang panjang menyebabkan otak
tidak mampu lagi menghasilkan asam amino tersebut. Akan tetapi masih terdapat
kemungkinan bahwa stres dalam jangka waktu yang panjang mengubah penyerapan
nutrisi atau bahkan secara langsung mempengaruhi perkembangan otak.2

6
c. Periode Prenatal
Periode prenatal adalah periode yang dimulai sejak konsepsi hingga lahirnya
seorang individu. Pada periode itu terjadi pertumbuhan pesat dari sistem saraf pusat.
Apabila pada masa ini terjadi gangguan nutrisi pada fetus baik akibat kurangnya asupan
gizi pada ibu maupun faktor lain seperti gangguan pada plasenta dan menyebabkan
terjadinya malnutrisi kalori prenatal, berat lahir rendah, dan prematuritas meningkatkan
risiko gangguan perkembangan saraf, skizofrenia, dan gangguan kepribadian skizoid
dan antisosial.2

d. Efek Antioksidan
Antioksidan adalah molekul yang mampu memperlambat atau mecegah oksidasi
molekul lain. Beberapa zat yang mengandung antioksidan, seperti mineral dan vitamin,
polifenol, dan ekstrak herbal dapat mencegah stres oksidatif yang mengarah ke
kerusakan DNA. Stres oksidatif dalam beberapa penelitian terbukti penyebab umum
dalam berbagai penyakit yang berhubungan dengan sel saraf pusat. Baik penyakit-
penyakit neurologis maupun penyakit mental seperti demensia alzheimer, gangguan
kecemasan, attention deficit- hiperactivity disorder, gangguan pervasif, depresi,
fibromyalgia, penyakit Huntington, multiple sclerosis, dan skizofrenia.2
Penurunan kualitas sistem kekebalan tubuh terutama pada pasien dengan
gangguan jiwa seperti depresi atau skizofrenia, telah menunjukkan hipotesis berbeda
untuk patogenesis mereka, termasuk faktor-faktor infeksi dan autoimun. Terdapat
beberapa teori yang mendukung bahwa kurangnya kadar antioksidan dalam tubuh
berpengaruh dalam kejadian tersebut. Akan tetapi penurunan kualitas sistem imun
dapat terjadi akibat penggunanan obat-obat terapi gangguan jiwa dalam jangka panjang
ataupun terdapat kondisi medis yang terjadi secara bersamaan pada pasien tersebut.2
Perbaikan sistem saraf pusat difasilitasi oleh komponen seluler dan humoral
dari sistem kekebalan tubuh dan nutrisi yang cukup yaitu, vitamin, mineral, dan
antioksidan mendukung proses ini. Beberapa peneliti telah melaporkan keterlibatan
imunologi dalam kondisi seperti skizofrenia, gangguan somatisasi, mania, depresi,
kecemasan, dan gangguan konversi.2

7
e. Neurotransmitter
Integritas membran neuron dibangun oleh beberapa zat, terutama lipid dan asam
lemak. Ketidakseimbangan nutrisi ini dapat mengubah fluiditas membran, fungsi dan
pembentukan reseptor, pemberian sinyal dan aktivitas permukaan, integritas sawar
darah otak dan pelepasan neurotransmiter, hormon, dan sitokin. Efek ini mungkin
terutama berlaku untuk orang lanjut usia di mana fungsi membran menurun dengan
bertambahnya usia.2
Selain teori-teori yang menghubungkan nutrisi dan kesehatan mental, diketahui
adanya hubungan tentang diet dan fungsi otak. Salah satu kontribusi terpenting nutrisi
untuk kesehatan mental adalah pemeliharaan struktur dan fungsi neuron dan pusat otak.
Dukungan dan pemeliharaan fungsi otak bergantung pada interaksi antara nutrisi mayor
dan minor. Fungsi otak mereka yang dikenal diuraikan dalam tabel. Selain nutrisi ini,
banyak zat bioaktif - termasuk flavanol coklat, isoflavon, dan resveratrol - yang
ditemukan dalam makanan terkait dengan fungsi otak.2

Tabel 1. Fungsi berbagai Nutrisi bagi Otak2

8
Tabel 2. Fungsi berbagai Nutrisi bagi Otak2

2.3 Hubungan Nutrisi dengan berbagai Gangguan Jiwa


Nutrisi berpengaruh dalam patofisiologi gangguan jiwa dalam berbagai rentang
usia mulai dari masa kanak-kanak, dewasa, dan juga geriatri.

a. Gangguan Pervasif
Gangguan perkembangan pervasif yang kompleks seperti autisme, biasanya
muncul pada anak-anak terutama usia 1 – 3 tahun akibat adanya kelainan biologis dan
neurologis pada otak termasuk ketidakseimbangan biokimia, faktor genetik dan
gangguan kekebalan tubuh. Ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan

9
dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Pada
umumnya penderita autisme mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang
melibatkan mereka. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial
baik pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan
sebagainya.9
Metallothionein merupakan suatu protein yang memiliki banyak fungsi,
diantaranya diperlukan untuk pengaturan kadar zinc dan tembaga di dalam darah,
detoksifikasi merkuri dan logam beracun lainnya karena kemampuannya mengikat
logam berat, membentuk sistem imun tubuh dan neuron otak, dan memproduksi enzim-
enzim yang dapat memecah gluten dan casein. Selain itu metallothionein juga berperan
di daerah hipokampus otak yang memodulasi pengaturan tingkah laku, memori, emosi,
dan sosialisasi. Pada anak autisme didapatkan kadar metallothionein yang rendah. 9
Sulfat termasuk salah satu mineral penting yang banyak dijumpai dalam tubuh,
sekitar 80% diproduksi secara in vivo melalui oksidasi metionin atau cystein, keduanya
mengandung sulfur asam amino yang diperoleh dari protein makanan. Sulfasi
diperlukan untuk banyak fungsi terutama untuk proses detoksifikasi, inaktivasi
katekolamin, sintesis jaringan otak, dan sulfasi protein musin yang melapisi saluran
pencernaan. Bahan kimia berbahaya yang dikenal sebagai fenol melekat pada sulfat
dan dikeluarkan dari tubuh. Ketika kadar sulfat dalam aliran darah berkurang, senyawa
fenolik dapat tertimbun dalam tubuh sehingga dapat mengganggu fungsi
neurotransmitter. Pada anak autisme dijumpai kadar sulfat plasma yang rendah. 9
Perilaku hiperaktif dan impulsif akibat berkurangnya kadar serotonine,
dopamine, noreepinephrine dan acetylcholine, merupakan neurotransmitter otak yang
berfungsi untuk mengendalikan perilaku, konsentrasi dan suasana hati. Walaupun
begitu, selama ini juga sering terjadi trial and error dalam menentukan nutrisi optimal
dan kadar dosis yang tepat untuk setiap anak karena tingkat sensitivitas dan toleransi
antar individu berbeda satu dengan lainnya.10

b. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)


ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling banyak di diagnosis pada
anak-anak. Gejala intinya meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai
perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu. Anak yang

10
menderita gangguan tersebut akan sukar menyesuaikan aktivitas mereka dengan norma
yang ada sehingga mereka sering dianggap sebagai anak yang tidak baik di mata orang
dewasa maupun teman sebayanya. Mereka sering gagal mencapai potensinya dan
memiliki banyak kesulitan komorbid seperti gangguan perkembangan, gangguan
belajar spesifik, dan gangguan perilaku serta emosional lainnya3
Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter tertentu didalam
otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki atau mengatur stimulus-
stimulus internal dan eksternal. Beberapa neurotransmiter, termasuk dopamine dan
norepinephrine, mempengaruhi produksi, pemakaian, pengaturan neurotransmiter lain
juga beberapa struktur otak. Adanya peningkatan ambilan kembali dopamin ke dalam
sel neuron daerah limbik dan lobus prefrontal dikatakan mengendalikan fungsi
eksekutif perilaku. 3
Defisiensi kadar zat besi pada anak-anak dengan ADHD serta defisiensi
magnesium dan zinc juga telah dicatat. Sebuah penelitian menemukan bahwa sepertiga
dari mereka dengan ADHD menunjukkan kekurangan zinc, dan ini telah memacu
beberapa uji coba menguji efikasi suplemen zinc. Temuan secara konsisten
menunjukkan perbaikan yang signifikan dengan zinc bila dibandingkan dengan
plasebo, bersama dengan obat-obatan normal atau sebagai pengobatan yang berdiri
sendiri, hasil serupa telah dicatat dengan suplemen magnesium. 3
Penelitian sebelumnya membandingkan kimia darah dari anak ADHD dengan
anak non-ADHD, ditemukan bahwa kadar asam lemak esenssial secara signifikan lebih
rendah pada anak hiperaktif. Beberapa percobaan juga mencatat hubungan linier
terbalik antara tingkat asam lemak esenssial dalam tubuh dan tingkat gangguan yaitu
semakin rendah tingkatnya, semakin buruk gejala.

c. Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Schizo yang artinya perpecahan dan
phrenos yang artinya jiwa. Istilah ini digunakan oleh Euge Bleuler, karena penyakit ini
menonjolkan gejala utama yaitu jiwa yang terpecah belah. Bleuler berpendapat bahwa
istilah tersebut untuk menandakan adanya perpecahan antara pikiran, emosi, dan
perilaku pada pasien yang terkena. Pada skizofrenia terjadi gangguan dasar pada
kepribadian, distorsi khas proses pikir, waham yang kadang aneh, gangguan persepsi,

11
afek abnormal yang tak terpadu dengan situasi nyata, dan autisme. Meski demikian,
kesadaran jernih dan afek intelektual biasanya tidak terganggu. Gejala negatif pada
pasien skizofrenia seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang tidak wajar yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial berhubungan dengan penurunan serum asam folat.
Metabolisme folat merupakan mekanisme pusat dalam metabolisme karbon dimana
terjadi interaksi dengan siklus methionine. Namun penurunanan level serum folat ini
bukan hanya dikarenakan asupan yang kurang. Beberapa penelitian menyatakan
adanya asosiasi defek genetik yang berhubungan dengan metabolisme folat dimana
varian genetik berfungsi secara lemah.6, 7

d. Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus
asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Episode depresi berat menurut kriteria DSM-
IV-TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak dua minggu
dan meliputi gejala-gejala kognitif, seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti dan
fungsi fisik yang terganggu seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan
berat badan yang signifikan, atau kehilangan banyak energi sampai titik dimana
aktivitas atau gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar
biasa besar.7
Etiologi depresi berdasarkan hipotesis monoamina telah menjadi dasar teori
neurobiologis depresi selama 50 tahun terakhir. Berdasarkan pengamatan dari
mekanisme kerja antidepresan, hipotesis ini menyatakan bahwa depresi merupkan hasil
dari defisit serotonin (5-HT) di otak atau neurotransmisi norepinefrin pada sinaps.
Antidepresan bertindak dengan menghalangi transpor serotonin (SERT), yang
meningkatkan ketersediaan neurotransmiter ke dalam celah sinaps. Studi deplesi
tryptophan dan katekolamin belum menghasilkan bukti untuk defisit sederhana di
tingkat neurotransmitter atau fungsi pada depresi.7
Belum ditemukan hasil penelitian mengenai pengaruh asupan nutrisi pada
patogenesis depresi. Penelitian saat ini banyak yang terfokus pada fungsi asupan nutrisi

12
pada terapi depresi. Antidepresan masih tetap pilihan pertama dalam pengobatan
primer, meskipun intervensi non-kimia seperti olahraga dan akupunktur menjadi efektif
untuk depresi ringan sampai sedang. Pendekatan terapi non-kimia ketiga terfokus pada
diet.2

e. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai oleh gejala-
gejala mania, hipomania, dan depresi, biasanya rekuren dan dapat berlangsung seumur
hidup. Setiap episode dipisahkan sekurang-kurangnya dua bulan tanpa gejala penting
mania atau hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dapat bergantian
secara cepat atau dikenal dengan rapid cycling.
Secara neurogenomic para ahli berhasil menemukan ketidakseimbangan antara
aktivitas neuronal kolinergik dan katekolaminergik, perubahan elektrolit yang
berkesinambungan. Hal ini disebabkan oleh defisit membran sodium potassium
ATPase serta penurunan konsentrasi erythrocyte ATPase. Pada penderita gangguan
bipolar, dijumpai keterlibatan korteks dorsal prefrontal, korteks anterior cingulate,
amigdala, sirkuit fronto-limbic-subcortical, dan ketidaknormalan di hipokampus.
Terjadi multiproses di area otak ini, misalnya: penurunan metabolisme, sejumlah glial,
dan densitas di korteks prefrontal. Disfungsi di sirkuit prefrontal-limbic-subcortical.
Aktivasi otak abnormal.5
Transmisi GABA dan glutamate abnormal di hipokampus. Di amigdala
dijumpai: disfungsi, peningkatan aktivitas secara persisten, pembesaran bilateral.
Interaksi antara amigdala dan korteks ventral / orbitofrontal abnormal. Aktivitas di
korteks ventral dan orbital prefrontal tampak berkurang selama episode akut dan saat
remisi. Sebagian ahli berpendapat tidak ada pembesaran di hipokampus. 5
Selain itu, ternyata nutrisi juga berpengaruh terhadap timbulnya gangguan
bipolar. Dari penelitian lain didapatkan adanya defisiensi vitamin B, defisiensi taurine,
anemia, defisiensi asam lemak omega 3, dan defisiensi vitamin C pada penderita
bipolar.5

13
2.4 Asupan Diet pada Pasien Gangguan Jiwa

Aspek nutrisi pada pasien gangguan jiwa perlu diawasi kecukupan dari glukosa,
asam amino, lemak, dan vitamin – mineral karena penting memelihara fungsi otak.
Otak tidak mampu menyimpan glukosa dan oksigen, sehingga apabila terjadi
penurunan glukosa di bawah batas kritis akan menyebabkan fungsi otak terganggu.
Berikut ini adalah asupan nutrisi yang perlu diperhatikan pada pasien gangguan jiwa.3

a. Asam Amino
Asam amino diperlukan untuk sintesis protein dan pembentukan neurotransmiter.
Kualitas asupan protein mempengaruhi pembentukan protein otak. Asam amino
triptofan sebagai prekusor serotonin (5 hydroxytryptami), merupakan neurotransmiter
yang terlibat dalam appetite, kenyang, tidur, tekanan darah, sensitivitas nyeri, dan
mood. Tempat bagian otak yang aktif secara metabolik adalah hipokampus, ganglia
basalis, hipotalamus sangat sensitif terhadap efek malnutrisi, kehilangan energi, suplai
asam amino.3,4
Suplemen triptofan yang tersedia dipasaran terbukti membantu pasien yang
menderita depresi, kecemasan, dan gangguan obsesif kompulsif. Triptofan membantu
pasien dengan gangguan obsesif kompulsif menekan pikiran dan dorongan yang
berulang. Suatu penelitian terbaru membandingkan pengaruh suplemen triptofan 900
mg dosis harian dengan obat golongan SSRI, yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Fluoxetine 20 mg dosis harian. Pasien yang menggunakan suplemen triptofan
menunjukkan penurunan 57% pada gejala obsesif kompulsif dan kurang dari 47%
menunjukkan efek samping. Hasil ini dengan jelas menggambarkan bagaimana
penggunaan suplemen nutrisi dapat menjadi tatalaksana yang efektif untuk gangguan
jiwa.5
Konsumsi triptofan tidak hanya disarankan pada pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif. Pada pasien dengan depresi, konsumsi triptofan juga dianjurkan untuk
dikonsumsi dengan kondisi dalam keadaan perut kosong. Triptofan memiliki efek
prekusor untuk serotonin, sehingga dapat membantu mengurangi gejala pasien-pasien
depresi yang secara etiopatogenesis terjadi kekurangan neurotransmitter tersebut.5

14
Selain itu asam amino lain yaitu tirosin juga dibutuhkan tubuh untuk membantu
mensintesa dopamin dan norepinefrin. Tetapi tirosin bukan asam amino esensial,
karena bisa terbuat dari asam amino fenilalanin. Disamping itu asam amino metionin
juga dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa untuk dikombinasikan dengan ATP
membentuk S-adenosylmethionine (SAM). 5
Melantonin komponen yang berperan penting dalam siklus sirkadian dan juga
merupakan antioksidan kuat sebagai pengurai radikal bebas. Melatonin nantinya akan
meningkatkan glutathione intraseluler dan menstabilisasi membran seluler. Pada pasien
dengan skizofrenia dan juga depresi ditemukan bahwa kadar melantonin yang rendah
dalam darah sehingga pada pasien-pasien tersebut seringkali timbul insomia.
Pemberian pengobatan dengan anti psikotik maupun anti depressan tidak
meningkatkan kadar melantonin dalam darah, oleh karena itu dibutuhkan sumplemen
makanan yang berisi zat tersebut.6
Obat-obat anti psikotik atipikal dalam penemuan terkini ditemukan dapat
menurunkan kadar melantonin dalam darah. Penggunaan obat anti psikotik atipikal
disertai dengan melatonin dapat memperbaiki tekanan darah diastolik dan juga
penambahan berat badan.4
Glisin dapat mengurangi gejala negatif pada pasien gangguan jiwa yang lebih
sulit terlihat, seperti pengasingan diri dari lingkungan, emosi datar, dan apatis, yang
tidak dapat diperbaiki kebanyakan obat yang ada sekarang. Suplementasi glisin dapat
diberikan dengan dosis tinggi, nantinya akan mempengaruhi peningkatan dua kali lipat
level glisin dalam cairan serebrospinal.5
Sementara itu defisiensi taurin dapat menimbulkan gejala positif pada pasien
gangguan jiwa dan meningkatkan episode mania pada pasien bipolar. Taurin sendiri
adalah asam amino yang sibut di hati dan berasal dari sistein yang diketahui memiliki
peran di otak untuk menuimbulkan efek penenang. Defisiensi dari asam amino ini dapat
meningkatkan episode mania pada pasien bipolar.4

b. Asam Lemak
Asam lemak sangat penting dalam memelihara kesehatan sel saraf pusat, 50%
berat kering otak terdiri atas asam lemak dan 25% lemak terdiri atas docosahexaenoic
acid (DHA) yang nantinya akan dimetabolisme menjadi omega 3. DHA sendiri

15
berfungsi sebagai brain's building block, memelihara fungsi neurotransmiter, dan juga
sebagai anti-inflamasi meningkatkan ambang kejang.4
Sementara itu omega 3 memberikan struktur untuk neuron dan merupakan titik
sambung neurotransmitter reseptor. Bahan makanan yang mengandung banyak omega-
3 adalah minyak ikan dan juga ikan laut. Pada pasien ADHD orangtua sering khawatir
akan pemberian obat-obatan jangka panjang pada pasien anak mereka, pemberian
suplemen omega-3 pada pasien dengan dyspraxia, juga menemukan bahwa gejala
ADHD menurun secara signifikan ketika anak-anak diberi suplemen omega-3. 4
Pada sel-sel saraf diferensiasi dan fungsi sel, oligodendrosit, astrosit memerlukan
ALA. Bahan makanan sumber ALA antara lain brokoli, flakseed, bayam, kol, minyak
kanola, minyak kedelai.4

Tabel 3. Jalur Sintesis Asam Lemak4

16
Selain DHA produk lain hasil metabolisme omega-3 adalah eicosapentaenoic
acid (EPA), kedua asam lemak omega-3 ini ditemukan dalam minyak ikan, dan dapat
menimbulkan efek antidepresan pada manusia. Sebagian besar yang teori mekanisme
melibatkan neurotransmiter dan beberapa memiliki lebih banyak data pendukung
daripada yang lain. 4
EPA akan diubah menjadi prostaglandin, leukotrien, dan lainnya bahan kimia
yang dibutuhkan otak. Teori-teori lain menyatakan bahwa EPA dan DHA
mempengaruhi transduksi sinyal dalam sel-sel otak dengan mengaktifkan peroxismal
proliferator –activated receptors (PPARs), menghambat G-protein dan protein kinase
C, serta kalsium, natrium, dan saluran ion kalium. Konsumsi EPA sangat dianjurkan
pada pasien-pasien dengan depresi. Dosis yang dianjurkan untuk konsumsi suplemen
diet asam lemak omega-3 yang mengandung EPA adalah 1.5 – 2 gram per hari telah
terbukti merangsang peningkatan mood pada pasien depresi. Namun, dosis omega-3
lebih tinggi dari 3 g tidak memberikan efek yang lebih baik. Selain itu konsumsi EPA
dengan dosis tersebut juga terbukti menstabilkan mood pada pasien dengan gangguan
bipolar. 4
Asam lemak esensial polyunsaturated yang rendah merupakan faktor etiologi
skizofrenia karena ditemukannya level yang rendah dalam membran sel darah merah.
Level asam lemak esensial polyunsaturated menurun pada pasien skizofrenia termasuk
pergantian metabolisme membran neural dan atau disregulasi sistem respon inflamasi.
Pemberian suplemen asam lemak esensial polyunsaturated yang telah diteliti dalam
beberapa studi menunjukan perbaikan pada pasien dengan skizofrenia.6

c. Vitamin
Vitamin bukan makanan, tetapi merupakan katalisator untuk melancarkan reaksi
kimia yang terjadi di dalam tubuh. Vitamin terdapat dalam jumlah sangat kecil dalam
hampir setiap makanan jika terajadi defisiensi vitamin dapat mengakibatkan berbagai
penyakit.5
Vitamin C dan juga vitamin E adalah antioksidan non enzimatik yang dapat
menguntungkan untuk menangani stres oksidatif pada pasien skizofrenia. Level serum
MDA yang tinggi dan asam askorbat plasma yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Observasi follow up dengan pemberian vitamin C menunjukkan

17
normalisasi nilai MDA dan asam askorbat. Gejala skizofrenia juga membaik secara
signifikan dibandingkan dengan placebo. Konsumsi vitamin C dan vitamin E secara
teratur juga dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih rendah, khususnya di
kalangan perokok, dengan yang temuan serupa dalam penelitian lain berfokus pada
kelompok populasi yang berbeda. 5
Vitamin C dosis tinggi juga diberikan pada pasien dengan gangguan bipolar
dengan dosis 3 gr perhari mengurangi gejala mania. Pada dosis tersebut vitamin C
berguna untuk melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh peningkatan
vanadium pada pasien bipolar, zat tersebut menyebabkan mania, depresi, dan
melankolis.5
Seperti yang sudah dibahas di awal, defisiensi nutrisi pada masa prenatal juga
berpengaruh pada kejadian gangguan jiwa. Vitamin D yang rendah saat prenatal diduga
merupakan faktor resiko perkembangan skizofrenia yang beronset saat dewasa.
Kekurangan vitamin larut lemak dan hormon steroid dapat menyebabkan
perkembangan otak fetus terganggu. Penelitian pada perempuan hamil dengan diet
tinggi vitamin D menunjukkan penurunan resiko 37% dalam perkembangan psikotik
dibandingkan dengan perempuan hamil dengan diet rendah vitamin D.6
Defisiensi vitamin B12 dan juga asam folat dapat menyebabkan terjadinya
depresi, pasien depresi yang diberikan dengan suplementasi asam folat 0,8 mg dosis
harian atau vitamin B12 0,4 mg dosis harian akan menunjukkan penurunan gejala
depresi. Pemberian asam folat juga bermanfaat pada pasien skizofrenia yang
mengkonsumsi obat-obatan anti psikotik. Suplemen folat menunjukkan efek penurunan
level homosistein pada pasien skizofrenia. Dosis yang digunakan untuk pasien
skizofrenia lebih tinggi dibandingkan dengan pasien depresi, dimana diberikan asam
folat 2 mg dosis harian selama 16 minggu.3

d. Mineral
Mineral berperan penting dalam pertumbuhan dan fungsi otak. Mineral secara
mengontrol volume otak agar sel otak tetap segar, sehingga fungsi otak tetap terjaga.
Suplementasi magnesium banyak berguna pada pasien gangguan jiwa, pada penderita
autis pemberian magnesium 200 mg per hari dapat meningkatan pada kontak mata,
bertambah minatnya terhadap dunia sekitar mereka, berkurangnya tantrum, dapat

18
meningkatkan kemampuan berbicara, merangsang perkembangan bicara (speech),
mendukung sistem imun, proses visual, sensori, dan kemampuan kognitif, mendukung
proses detoksifikasi, serta mendukung sistem pencernaan. Pada pasien ADHD
pemberian suplementasi magnesium juga berhasil menunjukkan perbaikan yang
signifikan.10
Magnesium juga dapat diberikan pada pasien depresi dengan dosis 125 – 300 mg
setiap kali makan dan menjelang tidur menyebabkan pemulihan yang cepat dari depresi
berat dalam waktu kurang dari tujuh hari untuk sebagian besar pasien.4
Penambahan zinc berhubungan dengan peningkatan pertumbuhan terutama
diantara anak-anak yang terhambat pertumbuhannya. Dosis yang umum diberikan
adalah 25-50 mg, namun jika anak autisme tersebut juga memiliki kadar copper/
tembaga yang tinggi maka dosis zinc dapat ditingkatkan karena bermanfaat untuk
melawan dan menurunkan kadar tembaganya karena zinc dapat berfungsi untuk proses
metallothioneine yang diperlukan untuk melawan radikal bebas dan mengeluarkan
racun logam berat dari tubuh. Sepertiga anak dengan ADHD menunjukkan kekurangan
zinc, dan ini telah memacu beberapa uji coba menguji efikasi suplemen zinc.
Pemberian suplemen zinc secara teratur mengurangi hiperaktifitas pada anak. 6,10

e. Gluten
Pada penderita gangguan pervasif terutama autis diet yang diberikan agak
berbeda dibandingkan dengan pasien gangguan jiwa lain. Pada anak mengidap autis
dihindari pemberian ikan, terutama ikan laut karena kandungan logam beratnya yang
tinggi akibat pencemaran lingkungan, asupan gula baik gula murni maupun gula buatan
juga perlu dibatasi. Diet yang diberikan harus bebas GFCF (Gluten free – Casein free).
Diet ini adalah diet dengan menghindarkan semua produk yang mengandung gluten
dan casein. Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam gandum/terigu,
havermuth/oat, dan barley. Sedangkan kasein adalah protein susu. Produk susu seperti
keju, mozzarella, butter, permen susu, es krim, yoghurt, dan sancks perlu dihindari
pemberiannya.10
Perlu dihindari pemberian gula pasir, sirup, minuman yang berkarbonasi dan jus
buah dalam kemasan. Sebagai gantinya dapat diberikan jus buah alami tanpa gula, gula

19
palem namun dengan jumlah yang sedikit dan hanya untuk dicampur kedalam
pembuatan kue, gula buah (fruktosa) namun tidak dalam frekuensi sering. 10
Diet yang diberikan juga harus bebas fenol. Fenol banyak terkandung dalam
buah-buahan berwarna cerah seperti : anggur, ceri, plum, apel. Selain itu diet harus
bebas salisilat, yang terdapat pada jeruk dan tomat buah. Anak dengan autis disarankan
mengkonsumsi buah-buahan yang bebas fenol an salisilat seperti pepaya, mangga,
kiwi, nanas dan wortel. Perbanyak makan sayuran sebagai penambah serat agar tidak
susah buang air besar karena keterbatasan konsumsi.10

Tabel 4. Diet pada Penderita Autis10

20
BAB III
PENUTUP

Salah satu faktor yang diakui mempengaruhi pengembangan kesehatan mental


adalah nutrisi. Aspek nutrisi pada pasien gangguan jiwa perlu diawasi kecukupan dari
glukosa, asam amino, lemak, dan vitamin – mineral karena penting memelihara fungsi
otak. Otak tidak mampu menyimpan glukosa dan oksigen, sehingga apabila terjadi
penurunan glukosa di bawah batas kritis akan menyebabkan fungsi otak terganggu.
Otak mendapat banyak nutrisi sebagai kebutuhan langsung dari makanan, yang
menunjukkan makanan bisa memiliki dampak positif pada kesehatan mental dengan
membantu perkembangan otak yang sehat dan meningkatkan mood.
Nutrisi beberapa tahun terakhir menjadi fokus utama dalam mengobati berbagai
gangguan jiwa. Konsumsi asam amino seperti triptofan, fenilalanin, tirosin, dan glisin
memberikan perubahan yang berarti pada pasien-pasien dengan gangguan jiwa. Asam
lemak terutama omega-3 yang banyak terkandung pada minyak ikan juga memberikan
banyak manfaat, karena fungsi omega-3 itu sendiri memberikan struktur untuk neuron
dan merupakan titik sambung neurotransmitter reseptor.
Vitamin yang dianjurkan pada pasien dengan gangguan jiwa antara lain vitamin
B6 dan B12, vitamin C, vitamin E dan juga asam folat. Pemberian vitamin-vitamin
tersebut dan juga dosisnya sangat berbeda-beda tergantung pada diagnosis dan kondisi
pasien. Mineral yang memberikan banyak manfaat pada pasien dengan gangguan jiwa
adalah magnesium dan juga zinc yang diberikan dalm jangka waktu tertentu.
Selain pemberian suplemen zat gizi, pembatasan konsumsi zat makanan tertentu
juga dijadikan sebagain strategi terapi. Contohnya pada penderita autis perlu dibatsai
konsumsi gluten, casein, fenol, dan salisilat karena dapat memicu timbulnya perilaku
agresif.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peran keluarga dukung kesehatan


jiwa masyarakat. 2016. http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/
peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html diakses pada 10
Desember 2018

2. Dietitians of Canada. The Role of Nutrition in Mental Health Promotion and


Prevention. 2012. https://www.dietitians.ca/Downloads/Public/Nutrition-and-
Mental-Health-1.aspx diakses pada 14 Desember 2018

3. Mental Health Foundation. Food for thought: mental health and nutrition
briefing. 2017. https://www.mentalhealth.org.uk/publications/food-thought-
mental-health-and-nutrition-briefing diakses pada 14 Desember 2018
4. Cornah, Deborah. Feeding minds: the impact of food on mental health. London:
Mental Health Foundation, 2012.
5. Lakhan, Shaheen E.; Vieira, Karen F. Nutritional therapies for mental
disorders. Nutrition journal. 2008, 7.1: 2.
6. Megan A, Lorraine W, James N. Nutritional interventions for the adjunctive
treatment of schizophrenia: a brief review. Nutrition Journal. 2014, 16;13:91.
7. Sinaga, B R. 2007. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
8. Fleischacker, WW, Oehl, MA, Hummer M. 2008. Factor Influencing
Compliance in Scizophrenia Patients. J Clin Psichitry
9. Fombonne, E 2005, ‘Epidemiological studies of pervasive developmental
disorders, In: Handbook of autism and pervasive developmental disorders, vol.
1. Volkmar FR, Klin A, Paul R, Cohen DJ (eds), Hoboken, Wiley, pp 42-69
10. Candless, J, Mc 2003, Children with starving brains: Panduan penanganan
medis untuk penyandang gangguan spektrum autisme, penerjemah Siregar, F,
Edisi Kedua, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai