Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, Media Farmasi Vol. 11 No. 1 Tahun
2014 telah terbit.
Pada edisi ini, Jurnal Media Farmasi menyajikan 11 artikel yang kesemuanya
merupakan hasil penelitian. Sembilan artikel dari luar Fakultas Farmasi UAD membahas, (1)
Uji aktivitas penangkapan radikal (2) Perbandingan penggunaan sumber asam terhadap sifat
fisik granul effervescent (3) Optimasi formula tablet floating nifedipin (4) Formulasi gel
menggunakan serbuk daging ikan haruan (Channa striatus) (5) Formulasi dan aktivitas
antibakteri lotion minyak atsiri buah adas (Foeniculum vulgare Mill) (6) Efek hepatoprotektor
fraksi etil asetat daun sangitan (Sambucus canadensis l.) (7) Kombinasi ekstrak etanol
rimpang Zingiber officinale Roscoe dengan Zn (8) Konseling farmasis merubah perilaku
pasien hipertensi rawat jalan (9) Evaluasi penggunaan antibiotika dengan metode DDD
(defined daily dose). Dua artikel dari peneliti Fakultas Farmasi UAD yang membahas
tentang : (1) Evaluasi toksisitas hematologi akibat penggunaan 6-merkaptopurin (2) Evaluasi
penggunaan antibiotika pada pasien pediatri leukimia limfoblastik akut.
Harapan kami, jurnal ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau menjadi referensi
peneliti lain. Kritik dan saran membangun, senantiasa kami terima dengan tangan terbuka.

Dewan editor
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Maria dan Aris 81

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN


METODE DDD (DEFINED DAILY DOSE) PADA PASIEN
ANAK RAWAT INAP DI SEBUAH RUMAH SAKIT
PEMERINTAH DI YOGYAKARTA PERIODE
JANUARI – JUNI 2013

EVALUATION OF ANTIBIOTIC PRESCRIPTIONS FOR


PEDIATRIC PATIENTS IN A HOSPITAL IN YOGYAKARTA
USING DDD (DEFINED DAILY DOSE) METHOD
Maria Carolina, Aris Widayati

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

ABSTRAK
Antibotika banyak diresepkan pada pasien anak. Penggunaan antibiotika yang
berlebihan berkontribusi pada resistensi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi
penggunaan antibiotika pada pasien anak rawat inap di sebuah rumah sakit
pemerintah di Yogyakarta menggunakan metode DDD (Defined Daily Dose).Jenis
dan rancangan penelitian adalah deskriptif cross-sectional,dengan data
retrospektif. Data penggunaan antibiotika diperoleh dari 249 rekam medik periode
rawat Januari – Juni 2013 yang dipilih dengan metode simple random sampling.
Data yang diambil meliputi profil pasien, diagnosis, dan peresepan antibiotika.
Kuantitas penggunaan antibiotika dihitung dengan rumus DDD 100 patient-days.
Data dianalisis secara deskriptif.Hasil penelitian menemukan 28 jenis antibiotika
yang diresepkan, dengan total nilai DDD 100 patient-days sebesar 41,99. Nilai
DDD tertinggi yaitu ampisilin (10,33) dan merupakan antibiotika yang paling
sering diresepkan (13,9%).Dapat dikatakan bahwa pemilihan antibiotika di rumah
sakit tersebut masih belum selektif.
Kata kunci : antibiotika, metode DDD (Defined Daily Dose), pasien anak

ABSTRACT
Antibiotic prescriptionis common among pediatric patients. Overuse of antibiotics
contributes on antimicrobial resistance. Objective of this study is to evaluate the
use of antibiotics in pediatric patients using DDD (Defined Daily Dose)
method.This is a descriptive study with cross-sectional design and retrospective
approach. Data were obtained from 249 medical records of pediatric patients
hospitalized during January to June 2013, which were selected using a simple
random sampling method in a government-owned hospital in Yogyakarta. Data
included patients’ profiles, diagnoses and antibiotic prescriptions. Quantity of
antibiotics prescribedwas calculated using DDD 100 patient-days. Data were
82 Media Farmasi, Vol.11 No.1Maret 2014: 81-89

analyzed using descriptive statistics.The most frequent disease found is


pneumonia (20.9%). There are 28 kinds of antibiotics prescribed. The most
frequent antibiotic is ampicilline (13.9%). The total value of DDD 100 patient-
days of those antibiotics is 41.99. The highest DDD value is ampicilline, i.e:
10.33. The DDD values found in this study indicate a possibility of inappropriate
use of antibiotics.

Key words: antibiotic, Defined Daily Dose (DDD) method, pediatricpatients

PENDAHULUAN Untuk memastikan penggunaan


antibiotika yang rasional diperlukan
Dewasa ini penggunaan evaluasi.Salah satu metode yang
antibiotika yang tidak rasional sering dapat digunakan untuk mengevaluasi
ditemui pada pasien anak, terutama penggunaan antibiotika adalah DDD
pasien anak yang menjalani rawat (Defined Daily Dose). Metode DDD
inap. Salah satu studi yang dilakukan merupakan teknik evaluasi
tim Antimicrobial Resistance in penggunaan obat secara kuantitatif.
Indonesia, Prevalence and Data pengukuran kuantitas tersebut
Prevention (AMRIN) terdapat 49% dapat menjadi prediksi awal
sampai dengan 97% pasien anak mengenai kerasionalan penggunaan
yang menjalani rawat inap menerima obat (Nouwen, 2006; Kementrian
peresepan antibiotika dan sebagian Kesehatan RI, 2011).
besarnya (46%-54%) dianggap tidak Penelitian ini bertujuan
diperlukan dan tidak tepat indikasi mengevaluasi penggunaan
(Hadi et al., 2008). Penelitian lain antibiotika pada pasien anak rawat
disebuah rumah sakit umum inap dengan pendekatan kuantitatif
pendidikan di kota Semarang dengan menggunakan metode DDDdisebuah
subjek studi pasien anak dibangsal rumah sakit pemerintah di
rawat inap menunjukkan persentase Yogyakarta.Secara khusus penelitian
kerasionalan penggunaan antibiotika ini mendeskripsikan pola penyakit,
sebesar 55,1% (Febiana, 2012). pola peresepan dan nilai DDD/100
Penggunaan antibiotika yang patient-days di sebuah rumah sakit
tidak rasional dan berlebihan dapat pemerintah di Yogyakarta.Hasil
mendorong terjadinya resistensi penelitian ini diharapkan dapat
terhadap bakteri tertentu(Kementrian memberikan informasi mengenai
Kesehatan RI, 2011).Peningkatan kuantitas penggunaan antibiotika
resistensi telah menyebabkan pada pasien anak yang dapat menjadi
terjadinya peningkatan morbiditas prediksi kerasionalan/
dan mortalitas, sehingga turut pula ketidakrasionalan peresepan,
meningkatkan biaya perawatanpasien sehingga dapat menjadi bahan
(World Health Organization, 2001).
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Maria dan Aris 83

evaluasi bagi pihak–pihak yang antibiotika dan c adalahConfidence


terkait. Interval.

METODE PENELITIAN

Jenis dan desain penelitian Dari hasil perhitungan sampel


dengan rumus tersebut, diperoleh
adalah deskriptif potong lintang,
jumlah sampel minimal sebesar 235.
menggunakan data retrospektif. Untuk mengantisipasi agar
Penggunaan antibiotika dievaluasi memenuhi jumlah sampel minimal
dengan pendekatan kuantitatif maka besar sampel ditambahkan ±
menggunakan metode DDD/100 10% dari jumlah total sampel
patient-days. minimal sehingga total sampel yang
Bahan penelitian adalah rekam diambil adalah sebagai berikut:
medik pasien anakrawat inap di
sebuah rumah sakit pemerintah di Sesuai dengan perhitungan besar
Yogyakarta periode Januari – Juni sampel tersebut, diambil 259 dari
603 rekam medik sebagai sampel
2013. Kriteria inklusi bahan
dengan teknik random sampling.
penelitian adalah rekam medik dari Terdapat 10 yang harus diekslusi,
pasien anak yang di rawat pada sehingga jumlah sampel penelitian
periode Januari – Juni 2013, yang adalah 249.
memuat terapi antibiotika sesuai Data yang dikumpulkan dari
dengan standar pelayanan medic dan lembar rekam medik meliputi profil
masuk klasifikasi Anatomical pasien, diagnosis dan peresepan
Theraupetic Chemical/ATC, yang antibiotika. Data diolah dengan
jelas terbaca, dan status keluar pasien bantuan program EXCEL dari
adalah ―Diizinkan‖ dengan keadaan Microsoft. Analisis data dilakukan
keluar ―Membaik/Sembuh‖. Kriteria secara deskriptif meliputi pola
eksklusinya adalah rekam medik penyakit dan pola peresepan (jenis
yang data penggunaan antibiotikanya dan golongan antibiotika, rute
tidak lengkap dan pasien rawat inap pemakaian, bentuk sediaan, aturan
di NICU/PICU. Terdapat 603 rekam pemakaian, lama pemakaian, lama
medik yang memenuhi kriteria rawat inap pasien) dan kuantitas
inklusi dari 2457 buah rekam medik. penggunaan antibiotika yang
Rumus perhitungan formula dari dihutung dengan rumus DDD
sample size calculator adalah (Defined Daily Dose) 100 patient-
sebagai berikut ini, dengan ss adalah days sebagai berikut (Kemenkes RI,
sample size, z adalah Confidence 2011):
Level, p adalah proporsi penggunaan
84 Media Farmasi, Vol.11 No.1Maret 2014: 81-89

HASIL DAN PEMBAHASAN Kariadi didapatkan hasil ampisilin


paling sering digunakan
1. Pola Penyakit (22,8%)(Febiana, 2012).Ampisilin
Tiga besar diagnosa banyak digunakan sebagai
terbanyak yaitu pneumonia (22,1%), antibiotika pilihan untuk penanganan
kanker (pasien kemoterapi)sebesar penyakit-penyakit infeksi, terutama
6,8% dan diare (5,2%). Hasil terapi empiris. Ampisilin
penelitian serupa dibangsal anak spektrumnya luas, harga relatif
RSUP Dr. Kariadi Semarang murah, serta toksisitas yang relatif
menunjukkan penyakit urutan tiga lebih kecil dibandingkan jenis
teratas yaitu infeksi saluran antibiotika lain seperti gentamisin
pernapasan akut, infeksi dengue, dan siprofloksasin (Brunton et al.,
serta infeksi virus (Hapsari, 2006), 2011; Hardman dan Limbird, 2012).
sedangkan beberapa tahun kemudian b. Rute pemakaian dan bentuk
ditemukan urutan tiga teratas adalah sediaan antibiotika
demam tifoid, sepsis dan diare Rute pemakaian paling
(Febiana, 2012). Hasil ini banyak adalah intravena (76,4%).
semakinmenguatkan bahwa pasien Bentuk sediaan paling banyak adalah
anak menjalani rawat inap sebagian injeksi (76,4%).Rute pemakaian
besar karena penyakit infeksi yang intravena dan bentuk sediaan injeksi
juga termasuk kategori 10 besar sering digunakan karena kesulitan
untuk penyakit yang sering ditemui pemberian sediaan per-oral (terutama
pada pasien anak rawat inap tablet) karena anak cenderung
(Departemen Kesehatan RI, 2011; menolak, sehingga seringkali obat
Dinas Kesehatan Provinsi DIY, diberikan dalam rute
2012). intravena/bentuk sediaan injeksi
2. Pola Peresepan melalui infus (Shea et al., 2001).
a. Golongan dan jenis antibiotika Alasan lain adalah rute intravena
Terdapat 14 golongan merupakan rute pilihan untuk kasus
antibiotika serta 28 jenis antibotika infeksi sedang sampai berat karena
yang digunakan (Tabel I). Jenis onset cepat dan bioavalibilitas obat
antibiotika yang paling banyak lebih tinggi, sehingga aksi obat
adalah ampisilin (13,9%). Golongan dalam membunuh mikroba menjadi
antibiotika yang paling banyak lebih maksimal (Peraturan Menteri
adalah golongan generasi ketiga Kesehatan RI, 2011; Hakim, 2012).
sefalosporin (28,3%). Penelitian
serupa di bangsal anak RSUP Dr.
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Maria dan Aris 85

Tabel I. Golongan dan jenis antibiotika yang digunakan pada pasien anak rawat inap di
sebuahrumah sakit pemerintah di Yogyakarta periode Januari – Juni 2013

Golongan Antibiotika Jenis Antibiotika Frekuensi Persentase (%)


Ampenikol Kloramfenikol 29 4,6
Ampisilin 87 13,9
Amoksisilin 26 4,2
(β-Laktam) Penisilin
Diklosasilin 2 0,3
Sultamisilin 1 0,2
β-Laktam Lainnya (Kombinasi) Ampisilin – Sulbaktam 38 6,1
Sefalosporin Generasi Pertama Sefadroksil 3 0,5
Sefotaksim 48 7,7
Seftazidim 60 9,6
Sefalosporin Generasi Ketiga
Seftriakson 44 7,0
Sefiksim 25 4,0
Sefalosporin Generasi Keempat Sefepim 2 0,3
Meropenem 11 1,8
Karbapenem
Imipenem 14 2,2
Kombinasi TMP-SMX Kotrimoksasol 24 3,8
Eritromisin 10 1,6
Makrolida Klaritromisin 2 0,3
Azitromisin 15 2,4
Linkosinamid Klindamisin 8 1,3
Gentamisin 66 10,6
Aminoglikosida Amikasin 38 6,1
Netilmisin 4 0,6
Ofloksasin 1 0,2
Fluorokuinolon Siprofloksasin 24 3,8
Levofloksasin 1 0,2
Imidazol Metronidazol 34 5,4
Rifampisin 2 0,3
Antibiotika lain
Fosfomisin 6 1,0
Total 625 100,0

c. Aturan pakai pasien, yang juga akan meningkatkan


Aturan pakai yang paling nilai DDD (WHO, 2012).
sering adalah tiga kali sehari d. Lama pemakaian antibiotika
(41,4%). Aturan pakai menentukan Lama pemakaian antibiotika
frekuensi penggunaan antibiotika yang paling sering adalah satu
dalam sehari. Frekuensi penggunaan sampai lima hari (55,0%). Terapi
yang semakin tinggi akan empiris antibiotika spektrum luas
meningkatkan jumlah dosis (gram) lamanya adalah dua sampai dengan
antibiotika yang diterima oleh tiga hari (Kemenkes RI, 2011). Lama
pemberian antibiotika untuk sebagian
86 Media Farmasi, Vol.11 No.1Maret 2014: 81-89

besar penyakit infeksi, seperti Soetomo Surabaya (8,09) (Andarsini,


pneumonia, cystitis, sepsis, dan ISK 2011). Nilai ini mengindikasikan
adalah tiga sampai dengan tujuh hari bahwa penggunaan antibiotika
(Coyle dan Prince, 2005; Finch, ampisilin di rumah sakit tempat
2010; Kemenkes RI, 2011). Hal penelitian ini dilakukan kurang
tersebut dapat menjelaskan temuan selektif dibanding rumah sakit lain
dalam penelitian ini bahwa lebih dari tersebut. Namun demikian, terdapat
separuh antibiotika penggunaannya temuan menarik yaitu nilai DDD/100
selama satu sampai lima hari. patient-days untuk antibiotika
3. Nilai DDD/100 patient-days seftriakson yang jauh lebih rendah
Nilai total DDD/100 patient- dari nilai serupa di bangsal anak
days yang ditemukan pada penelitian RSUP Dr. Kariadi Semarang (10,6)
ini lebih tinggi jika dibandingkan (Febiana, 2012). Nilai tersebut
dengan penelitian serupa di bangsal bermakna penggunaan seftriakson di
anak RSUP Dr. Kariadi Semarang rumah sakit tempat penelitian yang
(Febiana, 2012) dan di RSUP Dr. relative lebih selektif dibanding
Soetomo Surabaya (Andarsini, 2011) rumah sakit lain tersebut.
yaitu masing – masing 41,99; 39,4 Temuan lain dari penelitian ini
dan 15,47. Angka–angka tersebut yang menarik yaitu beberapa
dapat dimaknai bahwa secara umum penggunaan antibiotika yang tidak
penggunaan antibiotika di rumah sesuai dan dikontraindikasikan untuk
sakit tempat penelitian ini dilakukan pasien anak, seperti levofloksasin
kurang selektif dibanding kedua dan ofloksasin.Pada umumnya
rumah sakit lainnya tersebut. antibiotika golongan flourokuinolon
Seperti terlihat pada Tabel II, dikontraindikasikan untuk pasien
antibiotika ampisilin dengan nilai anakterkait dengan efek samping
DDD/100 patient-days 10,33 adalah artropati (Brunton et al., 2008;
lebih besar dari temuan di RSUP Dr. Hardman et al., 2012).

Tabel II. Nilai DDD/100 patient-days antibiotika di sebuah rumah sakit


pemerintah di Yogyakarta periode Januari – Juni 2013

Jenis Antibiotika Kode ATC Nilai DDD/100 patient-days


Ampisilin J01CA01 10,33
Sefotaksim J01DD01 4,04
Seftriakson J01DD04 3,79
Gentamisin J01GB05 3,70
Amoksisilin J01CA04 2,05
Siprofloksasin (Oral) J01MA02 1,54
Azitromisin J01FA10 1,15
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Maria dan Aris 87

Ditemukan pula penggunaan 3. Hasil penelitian menemukan 28


sefepim (0,3%) yangbeberapa waktu jenis antibiotika yang diresepkan
lalu telah dilarang oleh FDA, baik dan total nilai DDD 100 patient-
pada anak maupun orang dewasa days sebesar 41,9dengannilai
terkait dengan beberapa efek DDD tertinggi yaitu ampisilin
samping seperti sakit kepala, (10,33).
gangguan pada pencernaan, reaksi b. Saran
alergi dan gatal-gatal serta beberapa 1. Perlu dilakukan penelitian serupa
efek samping serius yang dengan metode kuantitatif yang
ditimbulkan seperti ensefalopati dan lain, seperti PDD (Prescribed
kejang-kejang. Dewasa ini Daily Dose) dan DU (Drug
penggunaan sefepim pada anak dan Utilization) 90%.
orang dewasa harus benar-benar 2. Perlu dilakukan penelitian
mempertimbangkan risk and benefit lanjutan mengenai kerasionalan
terapi(Bueno dan Stull, 2009). peresepan antibiotika di rumah
sakit tersebut, terutama ampisilin
KESIMPULAN DAN SARAN dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kuantitas
a. Kesimpulan penggunaan antibiotika.
Berdasarkan hasil penelitian ini,
dapat disimpulkan beberapa hal DAFTAR PUSTAKA
penting sebagai berikut:
1. Tiga besar diagnosa utama yaitu Andarsini, M., 2011, Antibiotic
pneumonia (22,1%), kanker Resistance Control Program
(pasien kemoterapi) (6,8%) dan (ARCP) Improving
diare (5,2%). Antibiotic Use in Pediatrics
2. Jenis antibiotika yang paling Hematology and Oncology
banyak digunakan adalah Patients at Dr.Soetomo
ampisilin (13,9%), golongan Hospital in 2006 and 2008,
antibiotika terbanyak sefalosporin Folia Medica Indonesiana,Vol.
generasi ketiga (28,3%),rute 47 No. 4, 203-206.
pemakaian terbanyak intravena Brunton et al., 2010, Goodman
(76,4%), bentuk sediaan &Gilman : Manual
terbanyak injeksi (76,4%), aturan Farmakologi dan
pemakaian terbanyak tiga kali Terapi,diterjemahkan oleh
sehari (41,4%), lama pemakaian Sukandar,Y., E., et al., ECG,
antibiotika terbanyak satu sampai Jakarta, pp.671-690
lima hari (55,0%). Bueno, S.C. and Stull, T.L., 2009,
Antibacterial Agents in
88 Media Farmasi, Vol.11 No.1Maret 2014: 81-89

Pediatrics, Infect Dis Clin N S., Keuter, M., et al,


Am, Vol. 23, 865–880. 2008, Survey of Antibiotic
Coyle, E., A., and Prince, R., A., Use of Individual Visiting
2005, Urinary Tract Infection Public Healthcare Facilities
and Prostatitis, in Dipiro in Indonesia,
etal.,(Eds.),Pharmacotheraphy https://openaccess.leidenuniv.
:A PathophysiologicApproach, nl/bitstream/handle/1887/1382
6th ed ., McGraw-Hill, USA, 2/03.pdf?sequ ence=4,
pp.2088. diakses tanggal 20 Maret 2013.
Departemen Kesesehatan RI, 2011, Hakim, L., 2012, Farmakokinetik
Profil Kesehatan Indonesia Klinik, Bursa Ilmu,
2010, Yogyakarta, hal.78.
http://www.depkes.go.id/dow Hapsari, M., et al, 2006, Penurunan
nloads/PROFIL_KESEHATA Penggunaan Antibiotik Pada
N_INDONESI A_2010.pdf, Pasien Anak Dengan
diakses tanggal 24 Maret 2013. Demam,Sari Pediatri, Vol. 8,
Dinas Kesehatan Provinsi D.I. 1: 16-24.
Yogyakarta, 2012, Profil Hardman, J., G., Limbird, L., E.,
Kesehatan Provinsi D. I. 2012, Goodman and Gilman
Yogyakarta Tahun 2011, Dasar Farmakologi Terapi,
http://dinkes.jogjaprov.go.id/fil Edisi 10, diterjemahkan oleh
es/7e804-Profil- DIY-2011.pdf, Tim Alih Bahasa Sekolah
diakses tanggal 24 Maret 2013. Farmasi ITB, ECG, Jakarta,
Febiana, T., 2012, Kajian hal.1117
Rasionalitas Penggunaan Kementrian Kesehatan RI, 2011,
Antibiotik di Bangsal Anak Pedoman Pelayanan
RSUP Dr. Kariadi Semarang Kefarmasian Untuk Terapi
Periode Agustus-Desember Antibiotik,
2011,Skripsi, Universitas http://xa.yimg.com/kq/groups
Diponegoro, Semarang. /19205602/673695703/name/P
Finch, R., G., 2010, Antibiotic and edoman+Pelayanan+Kefarmasi
Chemotheraphy, 9thed., an+untuk+terapi+antibiotik.pdf
Elsevier, United ,diakses tanggal 16
Kingom, pp. 112. Maret 2013.
Hadi, U., Deurink, D.O., Lestari, Nouwen, JL., 2006, Controlling
E.S., Nagelkerke, N.J., Werter, Antibiotic Use and
Resistence, Clin. Infect. Antibiotika,
Dis, Vol. 42, 776-777. http://www.binfar.depkes.go.i
Peraturan Menteri Kesehatan, 2011, d/dat/Permenkes_Antibiotik.p
Pedoman Umum Penggunaan
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Maria dan Aris 89

df, Diakses tanggal 17 http://www.who.int/drugresis


September 2013. tance/WHO%20Global%20St
Shea, K. Florini, K. and Barlam, T., rategy%20-
2001, When Wonder Drugs %20Executive%20Summary
Don’t Work: How %20-
Antibiotic Resistance %20English%20version.pdf,
Threatens Children, Seniors, diakses tanggal 16
and the Medically April 2013.
Vulnerable, World Health Organization, 2012,
http://www.environmentaldef Guidelines for ATC
ense.org, diakses tanggal 01 Classification and DDD
Mei 2013. Assignment2013,
World Health Organization, 2001, http://www.whocc.no/filearch
Global Strategy for ive/publications/1_2013guide
Containment of lines.pdf, diakses
AntimicrobialResistence, tanggal 16 Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai