Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini

(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi

peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol

perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme

ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-

serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi

daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut

miometrium tersebut tidak berkontraksi. Batasan atonia uteri adalah uterus yang

tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.

2. Rumusan masalah

2.1. Apa yang dimaksud dengan atonia uteri?

2.2. Apa penyebab dari atonia uteri?

2.3. Sebutkan tanda dan gejala dari atonia uteri?

2.4. Pencegahan apa yang dapat dilakukan pada atonia uteri?

1
2.5. Bagaimana cara menangani atonia uteri?

2.6. Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus atoni uteri?

3. Tujuan penulisan

Untuk mengetahui tentang atonia uteri baik itu pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, penatalaksaannya, maupun peran bidannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Atonia Uteri

Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam

15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).

(JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)

Atonia Uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam

berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri juga

didefinisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera setelah plasenta

lahir.

Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75-80%) adalah akibat

adanya atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah

uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500-800 ml/menit, sehingga bisa

kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi selama beberapa menit

saja, maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak.

Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5-6 liter saja.

2. Penyebab Atonia Uteri

Dalam kasus atonia uteri penyebabnya belum diketahui dengan pasti.

Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi yang biasa dikenal. Antara

lain:

3
1. Distensi rahim yang berlebihan

Penyebab distensi uterus yang berlebihan antara lain:

a. kehamilan ganda

b. poli hidramnion

c. makrosomia janin (janin besar)

Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab

tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera

setelah plasenta lahir.

2. Pemanjangan masa persalinan (partus lama) dan sulit

Pada partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga

otot-otot rahim tidak mampu melakukan kontraksi segera setelah

plasenta lahir.

3. Grandemulitpara (paritas 5 atau lebih)

Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan

berulang kali teregang. Hal ini akan menurunkan kemampuan

berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir.

4. Kehamilan dengan mioma uterus

Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post

partum adalah mioma intra mular, dimana mioma berada di dalam

miometrium sehingga akan menghalangi uterus berkontraksi.

4
5. Persalinan buatan (SC, Forcep dan vakum ekstraksi)

Persalinan buatan mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera

mengeluarkan buah kehamilan dengan segera sehingga pada pasca

salin menjadi lelah dan lemah untuk berkontraksi.

6. Persalinan lewat waktu

Peregangan yang berlebihan ada otot uterus karena besarnya

kehamilan, ataupun juga terlalu lama menahan beban janin di

dalamnya menjadikan otot uterus lelah dan lemah untuk berkontraksi.

7. Infeksi intrapartum

Korioamnionitis adalah infeksi dari korion saat intrapartum yang

potensial akan menjalar pada otot uterus sehingga menjadi infeksi dan

menyebabkan gangguan untuk melakukan kontraksi.

8. Persalinan yang cepat

Persalainan cepat mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera

mengeluarkan buah kehamilan dengan segera sehingga pada pasca

salin menjadi lelah dan lemah untuk berkontraksi.

9. Kelainan plasenta

Plasenta akreta, plasenta previa dan plasenta lepas prematur

mengakibatkan gangguan uterus untuk berkontraksi. Adanya benda

asing menghalangi kontraksi yang baik untuk mencegah terjadinya

perdarahan.

5
10. Anastesi atau analgesik yang kuat

Obat anastesi atau analgesi dapat menyebabkan otot uterus

menjadi dalam kondisi relaksasi yang berlebih, sehingga saat

dibutuhkan untuk berkontraksi menjadi tertunda atau terganggu.

Demikian juga dengan magnesium sulfat yang digunakan untuk

mengendalikan kejang pada preeklamsi/eklamsi yang berfungsi

sebagai sedativa atau penenang.

Menurut Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia

Uteri adalah :

1. Umur : umur yang terlalu muda atau tua

2. Paritas : sering dijumpai pada multipara dan

grademultipara

3. Obstetri operatif dan narkosa

4. Uterus terlalu diregang dan besar, pada gemeli,

hidramnion, atau janin besar

5. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri

6. Faktor sosio ekonomi yaitu mal nutrisi

6
3. Tanda dan Gejala Atonia Uteri

Tanda dan gejala atonia uteri adalah:

1. Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan

darah tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai

gumpalan, hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi

sebagai anti pembeku darah.

2. Konsistensi rahim lunak

Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang

membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.

3. Fundus uteri naik

Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri

dan menggumpal

4. Terdapat tanda-tanda syok

Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas

dingin, gelisah, mual dan lain-lain.

4. Pencegahan Pada Atonia Uteri

Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko

perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan

obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi

jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.

7
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu

onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau

kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat

untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan

pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10

unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.

Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti

sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum

dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat,

mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.

Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV

dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin

ternyata lebih efektif dibanding oksitosin. Prostaglandin (Misoprostol) akhir-

akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan postpartum.

8
5. Penatalaksanaan Atonia Uteri

9
1. Penanganan Umum

a. Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan

fasilitas tindakan gawat darurat.

b. Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda

Vital.

c. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda

-tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut

karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat.

d. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan

pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan

crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.

e. Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.

f. Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah.

Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi

kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM.

g. Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.

h. Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan

serviks, vagina, dan perineum.

i. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.

10
Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti),

periksa kadarHemoglobin:

a. Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%

( anemia berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat

120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari

selama 6 bulan.

b. Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous

fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali

sehari selama 6 bulan.

2. Penanganan Khusus

a. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.

b. Teruskan pemijatan uterus. Masase uterus akan menstimulasi

kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.

c. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan

d. Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi

perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum /

vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk

segera.

e. Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan

darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks.

Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong.

11
Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi

sesuai kebutuhan. Jika perdarahan terus berlangsung:

a. Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap, Jika terdapat

tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian

permukaan maternal atau robeknya membran dengan

pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.

Lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan

terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya

bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah

menunjukkan adanya koagulopati. Jika perdarahan

terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah

dilakukan, lakukan: Kompresi bimanual internal atau

Kompresi aorta abdominalis dan Lakukan kompresi

bimanual internal (KBI) selama 5 menit.

b. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit,

keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala

empat dengan ketat.Jika uterus tidak berkontraksi,

maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan

kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan

perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM

(jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus

menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan

12
500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml

pertama secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus

berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala

empat.

c. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera

Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan

kompresi:

a. Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika.

b. Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang

mengancam jiwa setelah ligasi.

3. Resusitasi

Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal

yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat,

monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring

saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu

dilakukan untuk persiapan transfusi darah.

4. Masase dan kompresi bimanual

Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus

yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera

setelah lahirnya plasenta (max 15 detik).

13
a. Jika uterus berkontraksi

Evaluasi : jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus

berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks

mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.

b. Jika uterus tidak berkontraksi maka :

1) Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari

vagina dan lobang serviks.

2) Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong

3) Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5

menit.

Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan

tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat. Jika

uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai

melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-

lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika

hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan

berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama

secepat mungkin; Ulangi KBI.

Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala

empat. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.

14
5. Retensio Plasenta

a. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan.

Jika pemeriksa dapat merasakan plasenta dalam vagina, keluarkan

plasenta tersebut.

b. Pastikan kantung kemih kosong. Jika diperlukan, lakukan

kateterisasi kantung kemih.

c. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 IU secara I.M.

jika belum dilakukan pada penanganan aktif kala.

d. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian

oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali

pusat terkendali.

e. Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk

melakukan pengeluaran plasenta secara manual.

f. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah

sederhana

g. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika.

6. Inversio Uterus

a. Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus untuk

cairan/darah pengganti dan pemberian obat.

b. Beberapa memberikan tokolitik untuk melemaskan uterus yang

berbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong

15
endometrium ke atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati

serviks sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi

normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah

terlepas atau tidak.

c. Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila

berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uteronika

lewat infus atau i.m. tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi

uterus kembali normal.

d. Pemberian antiobiotika dan tranfusi darah sesuai dengan

keperluannya.

e. Intervensi bedah dilakukan bila jepitan serviks yg keras

menyebabkan manuver di atas tidak bisa dikerjakan, maka

dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan

histerektomi bila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis.

7. Uterine lavage dan Uterine Packing

Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air

panas ke dalam cavum uteri mungkin dapat bermanfaat untuk

mengatasi atonia uteri. Pemberian 1-2 liter salin 47°C-50°C langsung

ke dalam cavum uteri menggunakan pipa infus. Tangan operator tidak

boleh menghalangi vagina untuk memberi jalan salin keluar.

16
Penggunaan uterine packing saat ini tidak disukai dan masih

kontroversial. Efeknya adalah hiperdistended uterus dan sebagai

tampon uterus.

Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum sehingga

memberikan tekanan maksimum pada dinding uterus. Segmen bawah

rahim harus terisi sekuat mungkin, anestesi dibutuhkan dalam

penanganan ini dan antibiotika broad-spectrum harus diberikan.

Uterine packing dipasang selama 24-36 jam, sambil memberikan

resusitasi cairan dan transfusi darah masuk. Uterine packing diberikan

jika tidak tersedia fasilitas operasi atau kondisi pasien tidak

memungkinkan dilakukan operasi.

8. Operatif

Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan

angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri

uterina yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen

bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah

irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum

atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai.

Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm

medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian

avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan

ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang

17
asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3

cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas

tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim.

Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral

pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina

atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina

pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke

servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan

bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.

a. Ligasi arteri Iliaka Interna

Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter

menyilang, untuk melakukannya harus dilakukan insisi 5-8

cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter.

Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial

kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio

iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang

arteri, dan dengan menggunakan benang non absobable

dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari

trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri

iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan

sesudah ligasi.

18
Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang

dapat menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan tindakan

ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi

pasien.

b. Teknik B-Lynch

Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”,

ditemukan oleh Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan

operatif alternative untuk mengatasi perdarahan pospartum

akibat atonia uteri.

c. Histerektomi

Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang

sering dilakukan jika terjadi perdarahan pospartum masif

yang membutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-

13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada

persalinan abdominal dibandingkan vaginal.

9. Uterotonika

Oksitosin : merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus

posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang

efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan

dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin

menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis

tinggi menyebabkan tetani.

19
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif

diberikan lewat infus dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter,

jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal

(IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan

yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan

jarang ditemukan.

Metilergonovin maleat : merupakan golongan ergot alkaloid yang

dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat

diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai

dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada

miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg.

Obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan

hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini

tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.

Prostaglandin (Misoprostol) : merupakan sintetik analog 15 metil

prostaglandin F2alfa. Misoprostol dapat diberikan secara

intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous,

intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg,

yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg.

Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan

pospartum (5 tablet 200 μg = 1 g).

20
Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat

menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus,

diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan

kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral,

sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan,

berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal

temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.

Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada ibu dengan kelainan

kardiovaskular, pulmonal, dan gangguan hepatik. Efek samping

serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat

hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan

prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang

disebabkan atonia uteri dengan angka keberhasilan 84%-96%.

Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia

uteri maka perlu dipertimbangkan pemakaian Uterotonika untuk

menghindari perdarahan masif yang terjadi.

10. Kompresi Uterus Bimanual.

Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan

dengan tangan telanjang yang telah dicuci. Teknik :

a. Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam

kedaruratan tidak diperlukan,

b. Eksplorasi dengan tangan kiri

21
c. Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina.Tangan kanan

(luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan

menangkap uterus dari belakang atas.

d. Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar,ia

tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh

darah aferen sehingga menyempitkan lumennya.

Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam

waktu 10-15 menit. Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya

sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna.Bila

uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah

kompresi bimanual, maka histerektomi tetap merupakan tindakan

terakhir.

6. Peran Bidan

1. Masase Fundus Uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15

detik), Pemijatan merangsang kontraksi uterus sambil dilakukan

penilaian kontraksi uterus.

2. Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang

serviks. Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran

serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.

3. Pastikan bahwa kantung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh

akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.

22
4. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit. Kompresi uterus

ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di

dinding dalam uterus dan merangsang myometrium untuk

berkontraksi;

5. Anjurkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal.

Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara

eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.

6. Keluarkan tangan perlahan-lahan.

7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi).

Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan

kontraksi uterus.

8. Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500

cc ringer laktat + 20 umit oksitosin.

9. Ulangi kompresi bimanual internal. KBI yang digunakan bersama

dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.

10. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI. Kompresi

uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka

dinding uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi.

11. Lanjutkan infuse ringer laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan

dengan laju 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan. Ringer laktat

akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama

peredarahan. (APN 2007).

23
BAB III

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PATOLOGI

PADA NY “A” GESTASI 42 MINGGU DENGAN ATONIA UTERI

DI RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

TANGGAL 10 APRIL 2018

No Register :5750XX

Tanggal Masuk : 10-04-2018 Jam : 09.20 WITA

Tanggal Pengkajian : 10-04-2018 Jam : 09.45 WITA

Nama Pengkaji : Kelompok XII

LANGKAH I IDENTITASDATA DASAR

A. Biodata Istri / Suami


Nama : Ny “A” / Tn “A”
Umur : 25 Tahun / 29 Tahun
Nikah / Lama : 1 kali / 1 Tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Perawat / Polisi
Alamat : BTP, Blok M No.17 Makassar

B. Data Biologis / fisiologis


1. Keluhan utama : ibu mengatakan banyak darah keluar dari jalan lahir

setelah melahirkan.
2. Ibu melahirkan tanggal 10-04-2018 jam 10.40 wita.

24
3. Riwayat keluhan utama :
a. Mulai di rasakan sejak post partum pada tanggal
b. Ibu mengatakan lelah setelahpersalinan dan agak pucat.
c. Jumlah perdarahan ± 500 cc.
d. TFU tidak teraba.
e. Uterus tidak berkontraksi dan teraba lembek.
4. Riwayat kesehatan lalu
a. Pemeriksaan kehamilan di lakukan sebanyak 5 kali.
b. Ibu mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali.
c. Ibu tidak pernah menderita penyakit yang harus diopname atau dioprasi.
d. Tidak ada alergi makanan dan obat-obatan.
e. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis dan tidak

pernah merasa pusing.


5. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat penyakit menular, Hipertensi, DM dan Asma.
6. Riwayat reproduksi
a. Riwayat haid
Menache : 12 Tahun
Siklus haid : 28-30 hari
Durasi : 5-7 hari
Aminorhea : ibu mengatakan tidak ada nyeri saat haid
b. Riwayat kehamilan sekarang
1) GII PI A0
2) HPHT : 04-07-2017
3) TP : 11-04-2018
4) Kunjungan ANC : 5 kali
5) Umur kehamilan ibu ± 9 bulan
6) Ibu mengatakan pergerakan janinnya kuat disebelah kanan perut ibu.
7) Ibu tidak pernah merasa nyeri perut hebat selama kehamilannya.
8) Ibu tidak pernah menderita suatu penyakit yang serius dan ibu tidak

pernah merasa pusing.


c.Riwayat ginekologi
a) Ibu tidak pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan

kandungan.
b) Ibu tidak pernah mengalami keguguran.
d. Riwayat KB
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
7. Data social ekonomi

25
a. Ibu mengatakan ingin melahirkan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusudo

Makassar.
b. Ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.
c. Ibu mengatakan tidak mempermasalahkan jenis kelamin anaknya.
8. Data spiritual
a. Selama persalinan ibu berserah diri kepada Allah SWT.
b. Ibu dan keluarga taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
9. Data Psikologis
a. Ibu bertanya tentang keadaannya
b. Ekspresi wajah ibu tampak cemas.
10. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
a. Kebutuhan nutrisi
Selama hail :
Makan : 3 kali sehari (nasi,sayur-sayuran,lauk pauk)
Minum : 6-8 gelas sehari
Selama inpartu :
Pemenuhan makan dan minum berubah dimana makanan tidak di

habiskan dan minum hanya sesuai kemauan ibu


b. Kebutuhan eliminasi
Kebiasaan
BAK : 2-3 Kali sehari
BAB : 1 kali sehari
Selama inpartu : ibu BAK 1 kali
c. Personal hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Gosok gigi : 2 kali sehari
Keramas : 2-3 kali seminggu
Selama inpartu : ibu belum mandi
11. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum ibu baik
b. Kesadaran composmentis
c. TB : 168 cm
d. BB sebelum hamil : 47 kg
BB sekarang : 61 kg
e. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,8 ⁰c
P : 20 x/menit
f. Kepala

26
Rambut hitam, bersih dan tidak ada ketombe, tidak ada benolan, massa

dan nyeri tekan.


g. Wajah
Ibu tampak meringis karena adanya his, tidak ada oedema

h. Mata
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah mudah, sclera putih tidak

ikterus.
i. Hidung
Tidak ada secret,tidak ada nyeri tekan.
j. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen.
k. Mulut dan gigi
Bibir lembab, tidak ada sariawan dan tidak ada caries.
l.Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe,tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid dan vena jugularis.


m. Payudara
Simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol, hyperpigmentasi areola

mamma.
n. Abdomen
Nampak linea nigra, striae livide, tidak ada luka bekas oprasi dan

pembesaran perut sesuai umur kehamilan.


Palpasi :
Leopold I : TFU 2 jari dibawah pusat, 37 cm teraba bokong pada

fundus.
Leopold II : Punggung kiri
Leopold III : kepala
Leopold IV : divergen
Auskultasi : DJJ terdengar jelas,kuat dan teratur pada kuadran

kanan dengan frekuensi 140 x/menit.


His 4 x 10 menit dengan durasi 40-45 detik
TBJ : TFU x LP = 37 x 9 = 3.404 gram
o. Genetalia
Tidak ada yang varies, tampak pengeluaran lender dan darah.

27
p. Pemeriksaan penunjang tanggal :
HB : 11,4 gr %
12. Riwayat persalinan
a. Kala I berlangsung dari jam 09.30-10.25 wita, dan tidak ada penyulit.
b. Kala II berlangsung dari jam 10.25-10.40 wita, bayi lahir jam 10.40

wita, dengan berat badan lahir 3.900 gr, panjang badan lahir 50 cm,

jenis kelamin laki-laki.


c. Kala III berlangsung dari jam 10.40-10.55 wita, plasenta lahir lengkap,

jam 10.55 wita.


d. Kala IV di mulai jam 11.10 wita sampai 2 jam setelah persalinan.

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL


Diagnosa : Atonia Uteri
Masalah Aktual : Perdarahan
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan banyak darah yang keluar dari jalan lahir setelah

melahirkan.
2. Ibu melahirkan tanggal 10-04-2018 jam 10.40 wita.
Data Obyektif
1. Tampak pengeluaran darah dari jalan lahir.
2. Ibu tampak lemah dan agak pucat.
3. Konjungtiva pucat.
4. Jumlah perdarahan ± 500 cc.
5. TFU tidak teraba.
6. Tidak ada kontraksi uterus.
Analisa dan Interpretasi Data
a. Atonia uteri suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan

bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas melekatnya plasenta

menjadi tidak terkendali. Keadaan ini dapat terjadi apabila uterus tidak

berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase)

fundus uteri (Perawatan Ibu Bersalin, 2010).

28
b. Dikatakan perdarahan post partum primer apabila terjadi dalam 24 jam

pertama setelah kala III (Manuaba, 2010).


LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
a. Masalah Potensial : Antisipasi terjadinya Anemia.
Data Subyektif
a. Ibu mengatakan banyak darah yang keluar dari jalan lahir setelah

melahirkan.
b. Ibu melahirkan tanggal 10-04-2018 jam 10.40 wita.
Data Obyektif
a. Ibu tampak lemah dan agak pucat.
b. Konjungtiva merah muda.
c. Tampak pengeluaran darah dari jalan lahir.
d. Hb : 9,8 gr%.
Analisa dan Interpretasi Data
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk

berkontraksi dan memende. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum

yang bias terjadi segera setelah lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri

dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya anemia

dan syok hipovolemik (Nugroho,2010).

b. Antisipasi terjadinya Syok Hipovolemik

Data Subyektif

29
a. Ibu mengatakan banyak darah yang keluar dari jalan lahir setelah

melahirkan.
b. Ibu melahirkan tanggal 10-04-2018 jam 10.40 wita.
Data Obyektif
a. Tampak pengeluaran darah dari jalan lahir.
b. Tidak ada kontraksi uterus dan uterus teraba lembek.
c. Hb : 9,8 gr%.

LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI / KONSULTASI /

RUJUKAN

Melakukan tindakan emergency, kolaborasi dengan dokter dan bidan untuk

melakukan :

a. pemasangan infuse ringer laktat + 2 ampul Oxytosin dengan 28 tetes.


b. Melakukan masase uterus dengan menggunakan 4 jari secara melingkar

untuk merangsang kontraksi uterus.


c. Konsultasi dengan dokter utuk pemberian obat-obatan.
1. Amoxilin 500 mg (3 x 500 mg)
2. Mefinal 500 mg (3 x 500 mg)
LANGKAH V INTERVENSI / RENCANA TINDAKAN
Diagnosa : Atonia uteri
Masalah Aktual : Perdarahan post partum
Masalah potensial : Potensial terjadinya anemia dan syok hipovolemik
Tujuan : Perdarahan postpartum teratasi
Atonia uteri teratasi
Tidak terjadi anemia
Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : a. perdarahan ≥ 500 cc
b. Atonia uteri teratasi ditandai dengan kontraksi

uterus baik (teraba keras dan bundar).


c. Hb : 12 gr %-14 gr %
d. Kandung kemih kosong

30
e. Tidak terjadi tanda-tanda syok (bingung, gelisa, dan

pingsan)
f. konjung tiva merah mudah
g. TTV dalam batas normal
TD : 90/60 mmHg – 140/90 mmHg
N : 60 – 90 x/menit
S : 36,5⁰ c – 37,5⁰c
P : 18 – 24 x/menit

INTERVENSI
Tanggal 10-04-2018
1. Lakukan masase uterus
Rasional : untuk membantu merangsang uterus
2. Lakukan komprensi bimanual interna
Rasional : Agar perdarahan berhenti
3. Stimulasi putting susu
Rasional : untuk membantu merangsang kontraksi uterus.
4. Observasi kontraksi uterus tiap 10 – 15 menit.
Rasional : untuk memantau kontraksi uterus.
5. Observasi jumlah perdarahan tiap 10 -15 meni
Rasional : mengetahui banyaknya darah yang keluar dan memudahkan

tindakan selanjutnya.
6. Atur posisi ibu dengan trendelembung.
Rasional : dapat memperlancar sirkulasi darah
7. Intake yang adekuat
Rasional : memperbaiki dan memulihkan tenaga ibu serta mencegah

perdarahan ulang.
8. Pemantauan cairan infuse yang terpasang (Ringer laktat + Oksitocyn)
Rasional : untuk memperbaiki volume cairan tubuh.

LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal 10-04-2018 Pukul : 10.15 WITA
1. Melakukan masase uterus dengan menggunakan 4 jari secara melingkar

untuk membantu merangsang kontraksi uterus.


Hasil : kontraksi uterus masi teraba lembek
2. Melakukan kompresi bimanual interna dalam uterus untuk memperbaiki

kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan.

31
Hasil : masih terjadi perdarahan.
3. Menstimulasi putting susu untuk membantu merangsang kontraksi uterus .
Hasil : petugas menstimulasi putting susu dan uterus masih teraba lembek
4. Menilai ulang kontraksi uterus tiap 10 – 15 menit
Hasil : jam 11.10 wita
Kontraksi uterus teraba lembek
Jam 11.20 wita
Kontraksi uterus teraba lembek
Jam 11.30 wita
Kontraksi uterus teraba lembek
Jam 11.40 wita
Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)
Jam 11.50 wita
Kontraksi uterus baik (bundar dan keras)
5. Mengobservasi jumlah perdarahan tiap 10 – 15 menit.
Hasil : jumlah perdarahan ± 520 cc
6. Mengatur posisi ibu dengan trendelembung
Hasil : ibu dalam posisi trendelembung.
7. Member intake yang adekuat untuk memulihkan tenaga ibu
Hasil : keluarga ibu member makan dan minum.
8. Memantau cairan infuse yang terpasang (Ringer laktat + Oksiticyn)
Hasil : cairan infus ringer laktat sebanyak 28 tetes/menit.
LANGKAH VII EVALUASI
Tanggal 10-04-2018
1. Atonia uterus teratasi di tandai dengan kontraksi uterus teraba bulat dank

eras dan TFU 1 jari di bawah pusat.


2. Perdarahan teratasi ditandai dengan jumlah perdarahan berkurang menjadi ±

85 cc.
3. Terjadi anemia ringan ditandai dengan :
a.Konjungtiva agak pucat
b. Hb : 9,8 gr %
4. Tidak terjadi syok hipovolemik ditandai dengan TTV dalam batas normar
TD : 100 / 80 mmHg
N : 80 x / menit
S : 36,5⁰ c
P : 20 x / menit

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PATOLOGI


PADA NY “A” GESTASI 42 MINGGU DENGAN ATONIA UTERI
DI RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
TANGGAL 11 APRIL 2018

32
No Register :5750XX

Tanggal Masuk : 10-04-2018 Jam :09.30 WITA

Tanggal Pengkajian : 10-04-2018 Jam : 09.30 WITA

Nama Pengkaji : Kelompok XII

A. Biodata Istri / Suami


Nama : Ny “A” / Tn “A”
Umur : 25 Tahun / 29 Tahun
Nikah / Lama : 1 kali / 1 Tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Perawat / Polisi
Alamat : BTP, Blok M No.17 Makassar

DATA SUBYEKTIF (S)


1. Ibu merasakan banyak darah yang keluar dari jalan lahir setelah

melahirkan.
2. Ibu melahirkan tanggal 10-04-2018
DATA OBYEKTIF (O)
1. Tampak pengeluaran darah dari jalan lahir.
2. Ibu tampak lemah dan pucat.
3. Konjung tiva agak pucat.
4. Jumlah perdarahan ± 500 cc
5. TFU tidak teraba
6. Tidak ada kontraksi uterus
ASSESMENT (A)
Diagnosa : Atonia uteri
Masalah Aktual : Perdarahan.
Masalah Potensial : a. Anemia
b. Syok Hipovolemik
PLANNING (P)
Tanggal 10-04-2018

33
1. Melakukan masase uterus dengan menggunakan 4 jari secara melingkar

untuk membantu merangsang kontraksi uterus.


Hasil : kontraksi uterus masi teraba lembek
2. Melakukan kompresi bimanual interna dalam uterus untuk memperbaiki

kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan.


Hasil : masih terjadi perdarahan.
3. Menstimulasi putting susu untuk membantu merangsang kontraksi

uterus .
Hasil : petugas menstimulasi putting susu dan uterus masih teraba

lembek
4. Menilai ulang kontraksi uterus tiap 10 – 15 menit
Hasil : jam 11.10 wita
Kontraksi uterus teraba lembek
Jam 11.20 wita
Kontraksi uterus teraba lembek
Jam 11.30 wita
Kontraksi uterus teraba lembek
Jam 11.40 wita
Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)
Jam 11.50 wita
Kontraksi uterus baik (bundar dan keras)
5. Mengobservasi jumlah perdarahan tiap 10 – 15 menit.
Hasil : jumlah perdarahan ± 520 cc
6. Mengatur posisi ibu dengan trendelembung
Hasil : ibu dalam posisi trendelembung.
7. Member intake yang adekuat untuk memulihkan tenaga ibu
Hasil : keluarga ibu member makan dan minum.
8. Memantau cairan infuse yang terpasang (Ringer laktat + Oksiticyn)
Hasil : cairan infus ringer laktat sebanyak 28 tetes/menit.

34
BAB IV

PENUTUP

1. Simpulan
Atonia Uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam

berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri juga

didefinisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera setelah plasenta

lahir.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-

serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang

memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila

serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.

2. Saran
Ibu bersalin sebaiknya harus memperhatikan kesehatannya dan bidan uga

harus terus memantau perkembangan ibu bersalin, dan sbaiknya ibu

dipemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan

pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat

tersebut sebagai terapi.

35
DAFTAR PUSTAKA

Jannah(2002), Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi, Jakarta EGC


Supriyadi, Guunawan(1994), Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi, Jakarta

EGC
Ganesha Andy(2016), Jurnal Atonia Uteri, FK Kristen Indonesia

36

Anda mungkin juga menyukai