Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT POLIO DAN TIFOID

Disusun iOleh :

Kelompok iI

Endaryani i(J410211171)
Farida iIslamia (J410211212)
Imas iNafian iRahmawati (J410211172)
Nabila iRizki iAulia I (J410211210)

Dosen iPengampu i:

Yuli iKusumawati, S.KM., M.Kes

PROGRAM iSTUDI iKESEHATAN iMASYARAKAT


FAKULTAS iILMU iKESEHATAN
UNIVERSITAS iMUHAMMADIYAH iSURAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
Epidemiologi Penyakit Menular yang berjudul “Penyakit Polio dan Tifoid” yang
alhamdulillah selesai tepat pada waktunya.
Secara umum, makalah ini dibuat agar kita dapat mengetahui serta memahami
mengenai penyakit polio dan tifoid.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah kami, Ibu Yuli
Kusumawati, S.KM., M.Kes, yang telah membimbing kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 12 Oktober 2021

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................iii
BAB I PENDAULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan Makalah................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENYAKIT POLIO..........................................................................3
1. Definisi........................................................................................3
2. Cara Penularan Penyakit.............................................................3
3. Masa Inkubasi.............................................................................4
4. Tanda dan Gejala.........................................................................4
5. Agent Penyakit............................................................................5
6. Cara Pencegahan Penyakit .........................................................5
B. PENYAKIT TIFOID.........................................................................7
1. Definisi........................................................................................7
2. Cara Penularan Penyakit..............................................................7
3. Masa Inkubasi..............................................................................8
4. Tanda dan Gejala.........................................................................8
5. Agent Penyakit............................................................................9
6. Cara Pencegahan Penyakit.......................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................12
B. Saran..................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan imerupakan imasalah iyang ipenting idalam isebuah
ikeluarga, iterutama iyang iberhubungan idengan ibayi idan ianak.
iMereka imerupakan iharta iyang ipaling iberharga isebagai ititipan
iTuhan iYang iMaha iEsa. iOrang itua iyang ibijaksana iakan
imemprioritaskan ikesehatan iyang iterbaik ibagi ianaknya. iHal iini idapat
idiwujudkan idengan ipemberian iimunisasi isejak ibayi ilahir, iyang iakan
imemberikan iperlindungan iterhadap iberbagai ipenyakit iyang
iberbahaya.
Penyakit imenular imerupakan ipenyakit iinfeksi iyang idapat
iditularkan idari isatu iorang ike iorang ilain, ibiasanya ipenyakit imenular
iditularkan imelalui iair, imelalui iudara, imelalui ivector, imelalui ikontak
ilangsung idan imelalui ipenetrasi/darah. iPenyakit ijenis iini imerupakan
imasalah ikesehatan iyang ibesar idi ihampir isemua inegara iberkembang
ikarena iangka ikesakitan idan ikematiannya iyang irelatif itinggi idalam
ikurun iwaktu iyang irelatif isingkat. iPenyakit imenular iumumnya
ibersifat iakut i(mendadak) idan imenyerang isemua ilapisan
imasyarakat.iPenyakit ijenis iini idiprioritaskan imengingat isifat
imenularnya iyang ibisa imenyebabkan iwabah idan imenimbulkan
ikerugian iyang ibesar. iPenyakit imenular imerupakan ihasil iperpaduan
iberbagai ifaktor iyang isaling imempengaruhi, sebagai contoh penyakit
menular yaitu tifoid, berdasarkan data Surveilans tahun 2010, Prevalensi
demam tifoid tahun 2010 sangat tinggi sebesar 110,7 per 100.000
penduduk. Propinsi Aceh merupakan propinsi diseluruh Indonesia yang

1
merupakan kejadian demam tifoid yang tertinggi sebesar 344,7
per100.000 penduduk i(Widoyono, i2011).
Dengan angka prevalensi yang tinggi tersebut, maka peran sebagai
tenaga kesehatan diharapkan untuk mengurai adanya penyebaran rantai
penyebaran penyakit dengan mengedukasi dan membarui pengetahuan
mengenai penyakit menular.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana icara ipenularan ipenyakit ipolio idan itifoid?
2. Berapa ilama imasa iinkubasi ipenyakit ipolio idan itifoid?
3. Apa isaja igejala ipenyakit ipolio idan itifoid?
4. Apa iagen ipenyebab ipenyakit ipolio idan itifoid?
5. Bagaimana icara ipencegahan ipenyakit ipolio idan itifoid?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui icara ipenularan ipenyakit ipolio idan itifoid.
2. Mengetahui imasa iinkubasi ipenyakit ipolio idan itifoid.
3. Mengetahui iapa isaja igejala ipenyakit ipolio idan itifoid.
4. Mengetahui iagen ipenyebab ipenyakit ipolio idan itifoid.
5. Mengetahui icara ipencegahan ipenyakit ipolio idan itifoid.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENYAKIT POLIO
1. Definisi
Polio atau Poliomyelitis merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus yang dapat menyebabkan penderitanya
mengalami kelumpuhan. Agen pembawa penyakit ini adalah
poliovirus (PV), termasuk genus enteroviorus, famili picornavirus,
bentuknya berupa kosahedral tanpa sampul dengan genome RNA
single stranded messenger molecule. Single RNA ini membentuk
hampir 30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar
(VPI-4) dan satu protein kecil (Vpg). Polio telah ada pada kerajaan
Mesir Kuno terdapat pada lukisan dinding-dinding kuil pada saat itu.
Dalam bahasa Yunani yaitu Polios (abu-abu), myleos (sum-sum), dan
itis (peradangan).
Sejakiawalitahun 2014, WHO (World iHealth iOrganization)
itelah menyatakan iIndonesia isebagai isalah isatu inegara iyang ibebas
idari ipenyakit iini iberkat iprogram ivaksinasi ipolio iyang iluas,
ibersama idengan inegara ilainnya idi iAsia iTenggara, iPasifik iBarat,
iEropa, idan iAmerika. Namun, ipenyakit iini imasih irentan idi
inegara iseperti iAfganistan idan iPakistan, idan iNigeria.
2. Cara Penularan Penyakit
Penyebaran atau penularan virus polio ini terjadi langsung
melalui manusia ke manusia berupa infeksi droplet dari oral-faring
(mulut -tenggorokan) yaitu melalui air liur penderita atau dari fekal-

3
oral (feses-mulut) yaitu minuman atau makanan yang tercemar berasal
dari atau terkontaminasi oleh tinja penderita. Virus polio menyerang
sistem syaraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Virus
ini umumnya disebabkan oleh tercemarrnya lingkungan atau sanitasi
yang buruk yang dapat bertahan lama pada air limbah dan air
permukaan tergantung pada kelembaban suhu dan mikroba lainnya,
bahkan bisa dalam jarak berkilometer dari sumber penyebab penyakit.
3. Masa Inkubasi
Masa iinkubasi ivirus ipolio ibiasanya imemakan iwaktu i3-6
hari, dan kelumpuhan iterjadi idalam iwaktu i7-21 ihari. iKebanyakan
orang terinfeksi i(90%) itidak imemiliki igejala iatau igejala iyang
sangat ringan idan ibiasanya itidak idikenali. iPada ikondisi ilain,
gejala awal yaitu idemam, ikelelahan, isakit ikepala, imuntah,
kekakuan idi ileher dan inyeri idi itungkai.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada penderita polio menurut Kemenkes
(2021) terdapat tiga kelompok yaitu :
a. Polio non-paralisis
1) Muntah
2) Lemah otot
3) Demam
4) Meningitis,
5) Letih
6) Sakit tenggorokan
7) Sakit kepala serta kaki, tangan, leher
8) Punggung terasa kaku dan sakit
b. Polio paralisis
1) Sakit kepala
2) Demam

4
3) Lemah otot
4) Kaki dan lengan terasa lemah
5) Kehilangan refleks tubuh.
c. Sindrom pasca-polio
1) Sulit bernapas atau menelan
2) Sulit berkonsentrasi
3) Lemah otot
4) Depresi, 
5) Gangguan tidur dengan kesulitan bernapas
6) Mudah Lelah
7) Massa otot tubuh menurun.
5. Agent Penyakit
Penyakit ipolio idisebabkan ioleh ivirus ipolio. iVirus ipolio
itermasuk ifamili iPicornavirus idan igenus iEnterovirus imerupakan
ivirus ikecil idengan idiameter i20-32 inm, iberbentuk isferis idengan
iukuran iutamanya iRNA iyang iterdiri idari i7.433 inukleotida, itahan
ipada ipH i3-10, isehingga idapat itahan iterhadap iasam ilambung
idan iempedu. iVirus itidak irusak ibeberapa ihari idalam itemperatur
i2°C-8°C, itahan iterhadap igliserol, ieter, ifenol il% idan ibermacam-
macam ideterjen itetapi imati ipada isuhu i50°-55°C iselama i30
imenit, ibahan ioksidatcr, iformalin ikiorin idan isinar iultraviolet.
iSecara iserologi imaka ivirus ipolio idibagi i3 itipe iyaitu: iTipe iI
iBrunhilde, iTipe iII iLansing idan iTipe iIII iLeon. iTipe iI iyang
isering imenimbulkan iepidemi iyang iluas idan iganas, itipe ill
ikadang-kadang imenyebabkan ikasus iyang isporadik idan itipe iIII
imenyebabkan iepidemi iringan. iDi iNegara itropis idan isubtropis
ikebanyakan idisebabkan ioleh itipe iII idan iIII idan ivirus iini i itidak
imenimbulkan iimunitas isilang.
6. Cara Pencegahan Penyakit

5
Pencegahan ipolio idapat idilakukan idengan imelakukan
iimunisasi ipolio. iVaksin ipolio imampu imemberikan ikekebalan
iterhadap ipenyakit ipolio idan iaman idiberikan ikepada iorang
idengan isistem ikekebalan itubuh iyang ilemah. iAda idua ibentuk
ivaksin ipolio, iyaitu isuntik i(IPV) idan iobat itetes imulut i(OPV).
iPolio idalam ibentuk iobat itetes imulut i(OPV-0) idiberikan ikepada
ibayi isesaat isetelah ilahir. iSelanjutnya, ivaksin ipolio iakan
idiberikan isebanyak iempat idosis, ibaik idalam ibentuk isuntik i(IPV)
iatau iobat itetes imulut i(OPV). I
Berikut iadalah ijadwal ipemberian ikeempat idosis ivaksin
ipolio itersebut:

Dosis Vaksin Usia Pemberian


Dosis ipertama i(polio-1) 2 bulan
Dosis ikedua i(polio-2) 3 bulan
Dosis iketiga i(polio-3) 4 bulan
Dosis iterakhir (penguat) 18 bulan
7. Dalam itiga idosis ipertama i(polio-1 ihingga ipolio-3), iseorang ibayi
setidaknya iharus imendapat isatu idosis ivaksin ipolio idalam ibentuk
suntik i(IPV). iVaksin ipolio ijuga idiberikan ikepada iorang idewasa
yang ibelum ipernah imelakukan ivaksinasi ipolio. iVaksin ipolio
untuk dewasa idiberikan idalam ibentuk isuntik i(IPV) iyang iterbagi
imenjadi tiga idosis. IBerikut iadalah ipembagian idosisnya: i

Dosis Vaksin Usia Pemberian


Dosis ipertama i kapan saja
1-2 bulan dari pemberian
Dosis ikedua i
dosis pertama
Dosis iketiga 6-12 bulan dari dosis kedua
Orang idewasa iyang iakan ibepergian ike inegara idengan ikasus
ipolio iaktif ijuga idianjurkan iuntuk imelakukan ivaksinasi ipolio.

6
iHal iini idilakukan isebagai ibentuk ipencegahan iketika iberinteraksi
idengan ipenderita iatau iorang iyang ididuga imenderita ipolio.
Untuk ipencegahan ilainnya iyaitu iseperti imenjaga ikebersihan
ipribadi idan imakanan idengan imenerapkan iPHBS i(Pola iHidup
iBersih idan iSehat), iSelalu imelakukan icuci itangan isebelum
imakan iatau imenangani imakanan, idan isetelah imenggunakan
itoilet, imenghindari iekspos iterhadap imakanan iatau iminuman
iyang imungkin iterkontaminasi.

B. PENYAKIT TIFOID
1. Defenisi
Demam tifoid atau tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus
halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya
turunannya yaitu Salmonella typhi. Penyebab tifoid adalah
Salmonella thypi dan parathypi dari genus Salmonella. Basil ini
adalah garam negatif, bergerak, tidak berkapsul, tidak membentuk
spora, tetapi memiliki fimbria, bersifat aerob dan anaerob fakultatif.
Ukuran antara (2-4) x 0,6 µm. Suhu optimum untuk tumbuh adalah 37
° C dengan  PH antara 6-8. Basil ini dapat hidup sampai beberapa
minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu.
Sedangkan reservoir satu-satunya adalah manusia yaitu seorang yang
sedang sakit atau karier. Penyakit ini telah ada sejak beberapa abad
yang lalu.
Tifoid terdapat di seluruh dunia, terutama di negara negara yang
sedang berkembang di daerah tropis. Di Indonesia penyakit ini bersifat
endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Sedangkan
bagi negara maju, tifoid masih ada dan bersifat sporadis terutama
sehubungan dengan kegiatan wisata ke negara negara yang sedang
berkembang.

7
2. Cara Penularan Penyakit
Cara penularan atau penyebaran bakteri ini terjadi melalui fekal-
oral (feses-urin-mulut) yaitu minuman atau makanan yang tercemar
berasal dari atau terkontaminasi oleh feses urin penderita. Beberapa
kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan pada penularan
menurut Kemenkes (2006) yaitu :
a. Personal Hygiene yang rendah seperti budaya cuci tangan
b. Hygiene makanan dan minuman yang rendah, faktor ini sangat
berpengaruh pada penularan, misalnya makanan yang dicuci
dengan air yang terkontaminasi, sayura yang dipupuk dengan tinja
manusia, makanan yang tercemar dengan debu, sampah,
dihinggapi lalat, air minum yang dimasak, dan sebagainya.
c. Sanitasi lingkungan yang kumuh atau sanitasi rendah
d. Penyediaan air bersih kurang memadai
e. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat
f. Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati secara sempurna
g. Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid
3. Masa Inkubasi
Bakteri salmonella thypi yang penularannya melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi dengan feses/urin manusia, setelah
melewati lambung bakteri mencapai usus halus dan invasi ke jaringan
limfoid yang merupakan predileksi untuk berkembang biak. Melalui
saluran limfe mesentrik, bakteri masuk ke aliran darah sistemik
(bakteremia I) dan mencapai sel-sel retikulo endotelial dari hati dan
limpa. Fase ini dianggap masa inkubasi (7-14 hari). Kemudian Dari
jaringan ini materi dilepas ke sirkulasi sistemik (bakteremia II) melalui
duktus torasikus dan mencapai organ organ tubuh terutama limpa, usus
halus dan kandung empedu.
4. Tanda dan Gejala

8
Setelah infeksi terjadi akan muncul satu atau beberapa gejala
berikut ini:
a. Demam 
Demam merupakan gejala utama tifoid. Demam tinggi dari 39°
sampai 40 °C (103° sampai 104 °F) yang meningkat secara perlahan
mulai sore hari hingga dini hari diikuti dengan menggigil, sakit
kepala, nyeri otot, pegal-pegal (myalgia), anoreksia, mual, muntah.
b. Gangguan Saluran Pencernaan
Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap, bibir kering pecah-
pecah, lidah kelihatan kotor, nyeri perut terutama nyeri ulu hati,
nausea, mual dan muntah. Pada awal sakit biasa terjadi konstipasi
dan minggu berikutnya diare.
c. Gangguan Kesadaran
Sering didapatkan kesadaran apatis. Bila gejala berat, penderita bisa
terjadi somnolen atau koma.
d. Hepatosplenomegali
Hati dan limpa, ditemukan membesar dan adanya nyeri tekan
e. Bradikardi dan gejala lain
Denyut jantung cepat atau bradikardi sering ditemukan, gejala lain
yang dapat ditemukan adalah rose spot.
5. Agent Penyakit
Demam tifoid disebabkan oleh agen berupa bakteri Salmonella
menghasilkan indotoksin yang merupakan kompleks lipopolisakarida
dan dianggap berperan penting pada patogenesis demam tifoid.
Endotoksin bersifat pirogenik serta memperbesar reaksi peradangan di
mana bakteri Salmonella berkembang biak. Disamping itu merupakan
stimulator yang kuat untuk memproduksi sitokin oleh sel sel makrofag
dan sel lekosit di jaringan yang meradang. Sitokin ini merupakan
mediator mediator untuk timbulnya demam dan gejala toksemia

9
(proinflamatory). Oleh karena bakteri Salmonella bersifat intra seluler
maka hampir semua bagian tubuh dapat terserang dan kadang kadang
pada jaringan yang terinvasi dapat timbul fokal fokal
infeksi. Bakteri Salmonella typhi dapat memproduksi toksin tifoid,
antigen Vi (kapsul polisakarida), antigen liposakarida O, dan antigen
flagellar H yang masing-masing memegang peran penting dalam
proses infeksi inangnya yaitu manusia.
Fungsi utama antigen Vi adalah bertindak sebagai agen
antifagositik (mencegah fungsi fagosit makrofag), melindungi antigen
O dari antibodi yang memberi resistensi serum. Antigen flagellar H
berfungsi sebagai anggota gerak bakteri dan melakukan perlekatan
pada dinding mukosa usus yang selanjutnya membantu invasi bakteri
ke dalam dinding mukosa usus. Bakteri salmonella mampu melewati
lambung karena tahan terhadap suasana asam di lambung hingga pH
1,5.
6. Cara Pencegahan Penyakit
Terdapat 3 pilar strategis untuk program pencegahan penyakit
tifoid menurut Kemenkes (2006) yaitu :
a. Mengobati secara sempurna pasien dan karier tifoid
b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan
c. Perlindungan dini agar tidak tertular

Untuk kegiatan dalam aspek pencegahan dan pengendalian tifoid


yaitu:

a. Langkah-langkah strategis pencegahan karier, relaps, dan


resistensi tifoid
b. Perbaikan sanitasi lingkungan
c. Peningkatan kehegienisan makanan dan minuman

10
d. Peningkatan Personal Hyegiene
e. Pencegahan dengan imunisasi
f. Surveilans
g. Definisi Kasus
h. Sistem pencatatan dan pelaporan
i. Penanggulangan KLB.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Penyakit ipolio iadalah ipenyakit imenular iyang idisebabkan ioleh ivirus
ipolio. iPolio iditularkan imelalui iair iatau imakanan iyang iterkontaminasi.
iBerdasarkan igejala iyang imuncul, ipolio idapat idibagi imenjadi i3 iyaitu,
ipolio inonparalisis, ipolio iparalisis, idan isindrom ipasca-polio. iUntuk
ipencegahan ipolio idilakukan ivaksin ipolio isejak ilahir.
2. Tifoid adalah pnyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Bakteri
ini terdapat karena adanya sanitasi yang buruk. Ditularkan melalui feses atau
urin penderita. Bakteri tersebut berkembang biak dan menyerang usus halus
sehingga menyebabkan penderita mengalami gejala serius terkait dengan
sistem pencernaan dan menjalar ke organ lain. Gejala tifoid yang berat dapat
mengakibatkan penderita hilang kesadaran atau samnolen atau koma.
B. SARAN
1. Pengembangan pengetahuan mengenai kesadaran diri tentang kebersihan diri
2. Perbaikan sanitasi yang buruk dan infrastruktur oleh berbagai pengembang
pemerintahan sosial dan juga individual
3. Pengendalian penyakit tifoid melalui program advokasi dan sosialisasi yang
lebih intensif
4. Pengendalian vaksin pada wisatawan
5. Penaktifan program pengendalian penyakit agar berjalan secara optimal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fariatun, N. (2018). Kenali Demam Tifoid dan Mekanismenya. Yogyakarta:


Deepublish.

Farissa Ulfa, et. al. (2018). Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas
Pagiyanten. Journal of Publik Health Research and Development, 227-238.

Frida. (2019). Lebih Tahu Tentang Penyakit Polio. Semarang: Alprin.

Ivan Elizabeth Purta, et.al. (2016). Program Pengendalian Demam Tifoid di


Indonesia: Tantangan dan Peluang. Program Pengendalian Demam Tifoid di
Indonesia Vol. 26 No. 2, 99-108.

Kemenkes, Germas. (2021, Juli 7). Poliomyelitis (Penyakit Virus Polio). Infeksi
Emerging Kemenkes (p. 1). Jakarta Selatan: Infeksi Emerging Kemenkes
Media Informasi Resmi Terkini Penyakit Infeksi Emerging.

Kemenkes RI. (2006). Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Samsuridjal, D. (2009). Raih Kembali Kesehatan. Jakarta : Kompas.

Widoyono. (2011). Penyakit Tropis: Epidemiologi Penularan Pencegahan dan


Pemberantasannya . Jakarta: Erlangga.

13
14

Anda mungkin juga menyukai