Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa Remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan

manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa,

batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun (WHO (World Health

Organization ). Mentruasi merupakan indicator kematangan seksual

pada remaja putri. Keluhan gangguan menstruasi pada remaja dan

praktik higienis selama mentruasi yang salah dapat menyebabkan

gangguan kesehatan yang tidak diinginkan seperti penyakit radang

panggul dan bahkan infertilitas (El-Ganiya, 2005; Sharma, 2013)

Ketidaknyamanan siklus menstruasi terjadi terutama pada 2 tahun

pertama setelah menarche dan sebelum menepouse. Hasil penelitian

terhadap 4000 wanita, hanya 3% diantaranya yang mempunyai siklus

mentruasi yang teratur. Hampir semua wanita mengalami perubahan

siklus mentruasi setiap bulannya. Tingkat usia menarche di Indonesia

menurut Riskesdes 2010 dalam safitri, 2014 menunjukkan rata-rata

usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%). Sebagian besar

penyimpangan terlambat menarche bisa bersifar sementara yang

1
merupakan gejala dari aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium yang belum

matang.

Ketidaknyamanan siklus (siklus pendek maupun siklus panjang)

menunjukkan gangguan sistem metabolisme dan hormonal yang

berdampak pada fertilitas. Mencakup bentuk-bentuknya melalui siklus

adapun kelainan sebagai berikut; Polimenorea, Oligominorea,

Aminorea. (Ilmu Kandungan, Sarwono,2011)

Menurut KBBI Stress adalah gangguan kekacauan mental dan

emosional yang disebabkan oleh faktor luar. Stress dapat menginduksi

perubahan siklus hormonal melalui mekanisme fisiologis aktivasi

berlebihan dan berkepanjangan sumbu adrenal hipotalamus-hipofisis,

meningkatkan Corticotropin Relasing Hormone (CRH) dan

glukokortikoid (kortisol). Kortisol meningkatkan fungsi otak dan

memperlambat/menghentikan fuungsi tubuh non-essensial, dan

metabolism gonadotropin dan esterogen ditekan, sehingga

menggnggu fisiologi mentruasi wanita. Faktor-faktor penyebab yang

mempengaruhi siklus mesntruasi yaitu usia, menarche, indeks masa

tubuh, aktivitas fisik dan tingkat stress. (Anster dkk, 2014)

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana Manajamen Asuhan Kebidanan Remaja Fisiologi Pada

Nn”…” Umur… Dengan Oligomenorea Di AKBID Muhammadiyah …

Tanggal …
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan remaja fisiologi dengan

oligomenorea.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi data dasar pada kasus remaja

dengan oligomenorea.
b. Mampu mengidentifikasi diagnosa / masalah aktual pada

kasus kasus remaja dengan oligomenorea.


c. Mampu mengidentifikasi diagnose / masalah potensial pada

kasus remaja dengan oligomenorea.


d. Mampu menyusun rencana asuhan pada kasus remaja

dengan oligomenorea.
e. Mampu melaksanakan rencana asuhan pada kasus remaja

dengan oligomenorea
f. Mampu mengevaluasi hasil asuhan pada kasus kasus remaja

dengan oligomenorea.
g. Mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan remaja

pada kasus oligomenorea.


D. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi pendidikan

3
Sebagai bahan bacaan dan referensi diperpustakaan untuk

mahasiswa Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar

khususnya Manajemen asuhan kebidanan remaja fisiologi dengan

oligomenorea.
2. Bagi instansi tempat meneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

petugas kesehatan yang berada di Akademi Kebidana

Muhammadiyah khususnya bagi mahasiswi dan dosen dalam

memperhatikan masalah kasus oligomenorea.


3. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, mampu

memberikan asuhan kebidanan remaja fisiologi dengan

oligomenorea .

4. Bagi mahasiswi yang terkait


Dapat menambah pengetahuan mahasiswi dalam asuhan

kebidanan remaja dengan kasus oligomenorea.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang

kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan

masa dewasa, batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun

(WHO (World Health Organization ).


Pada masa remaja terjadi perkembangan-perkembangan yang

berbeda perubahannya antara laki-laki dan perempuan. Hormon-

hormon yang berkaitan dengan sistem reproduksi mulai diproduksi

sehingga memengaruhi beberapa perubahan secara fisik dari

tubuh manusia. Perkembangan tersebut kemudian dikelompokkan

menjadi ciri perkembangan primer dan sekunder.


2. Ciri Perkembangan
Ciri perkembangan primer pada perempuan adalah terjadinya

mentruasi/datang bulan. Sedangkan ciri perkembangan sekunder

antara lain yaitu pinggul dan payudara membesar, tumbuhnya

ambut didaerah tertentu, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi

melengking/pecah.
B. Tinjauan Tentang Menstruasi
1. Pengertian Mentruasi

5
Menstruasi merupakan perdarahan secara periodic dan siklik

dari uterus, disertai pelepasan endometrium. Lama menstruasi

biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-

sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Lama mentruasi

pada setiap wanita baiasanya tetap. (Ilmu Kebidanan, Sarwono,

2011)
2. Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang

menunjukkan adanya gangguan fungsi reproduksi yang dapat

dihubungkan dengan peningkatan resiko berbagai penyakit seperti

kanker rahim dan payudara, infertilitas, serta fracture tulang.


Perubahan panjang dan gangguan keteraturan siklus

menstruasi menggambarkan adanya perubahan produksi hormone

reproduksi. Pemendekkan masa folikuler menyebabkan siklus

mestruasi menjadi lebih singkat (poliminore) berhubungan dengan

penurunan kesuburan dan keguguran; sedangkan pemanjangan

siklus mentruasi (oligominore) berhubungan dengan kejadian

anovulasi, infertilitas, dan keguguran. Siklus mentruasi dikatakan

normal jika jarak antara hari pertama keluarnya darah menstruasi

dan hari pertama mentruasi berikutnya terjadi dengan selang waktu

21-35 hari.
Gangguan menstruasi pada mentruasi yaitu (Ilmu Kandungan,

Sarwono, 2011) :
a. Gangguan Lama dan Jumlah Darah Haid :
- Hiperminorea (menoragia)
6
- Hipominorea
b. Gangguan Siklus Haid :
- Poliminorea
- Oligominorea
- Aminorea
c. Gangguan Perdarahan di Luar Siklus Haid :
- Menometroragia
d. Gangguan Lain yang Berhubungan dengan Haid :
- Disminorea
- Sindroma Prahaid
C. Tinjauan Tentang Oligomenore
1. Pengertian Oligomenorea
Oligomenore adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari

normal yaitu lebih dari 35 hari (Ilmu Kandungan, Sarwono, 2011)


Oligomenorea adalah haid jarang, siklus panjang yang terjadi

kalau siklus lebih dari 35 hari (Ginekologi, Unpad)


2. Etiologi
Oligomenore biasanya berhubungan dengan anovulasi atau

dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan,

gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab

sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih.


Oligomenore sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga

terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada

keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada

wanita normal. Oligomenore dapat juga terjadi pada stress fisik dan

emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen

dan nutrisi buruk. Oligomenorea dapat juga disebabkan

ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas. (Ilmu

Kandungam, Sarwono, 2011)

7
Oligomenore yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan

stadium folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang

kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka

dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.

( Ginekologi, Unpad )

3. Tanda Gejala
Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana

hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun.


Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut

mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular.

Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker

uterus.
4. Penanganan
Pengobatan oligomenore tergantung dengan penyebab. Pada

oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita

yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi.


Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi

dapat memperbaiki keadaan oligomenore.


Oligomenore sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki

ketidakseimbangan hormonal. Terapi ini disesuaikan dengan

hormon apa yang lebih dibutuhkan.


Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin

diperlukan.
Adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon

estrogen, maka tumor ini perlu di tindak lanjuti seperti dengan

operasi, kemoterapi, dll (Alfi, 2013)


8
5. Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya

fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat

meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut dan akan buruk

bila oligomenore mengarah pada infertilitas atau tanda dari

keganasan. (Himatu, 2015)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain studi kasus Penelitian


Studi kasus ini menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah

varney dari pengumpulan data dasar sampai dengan evaluasi dan

penyusunan data perkembangan menggunakan SOAP.


B. Lokasi dan Waktu penelitian
1. Lokasi penelitian

9
Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian ,

lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Rumah sakit atau

puskesmas.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk

pelaksaan penelitian (Notoadmodjo,2010).


C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah remaja
Subyek yang digunakan pada kasus ini adalah Nn… Umur….

D. Jenis Pengumpulan Data


Penyusunan studi kasus ini menggunakan berbagai pengumpulan

data yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh

perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang

diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat

berupa interview, observasi..(Ganjarsayogo.2015)


2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh/ dikumpulkan dan

disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh

berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa

data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.(Ganjarsayogo.2015)


E. Metode Penelitian
1. Alat Pengumpulan data
a. Format askeb
b. Buku tulis
c. Bolpoint
d. Vital sign ( stetoskop, thermometer, arloji)
e. Jam tangan
10
f. Metode pengumpulan data
g. Anamneses melalui wawancara
h. Observasi / Pemeriksaan fisik
1. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang berencana

antara lain : melihat, mencatat dan taraf aktivitas tertentu

ada hubungannya dengan masalah yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010)
2. Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera

pengelihatan, pendengaran dan penciuman (Nursalam,

2008)
3. Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera

peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrument yang

sensitive (Nursalam, 2008)


4. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan

stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihailkan oleh

tubuh (Nursalam, 2008)

5. Perkusi
Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-

ngetukkan jari kebagian tubuh klien yang akan dikaji untuk

membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan

(Nursalam, 2008)
2. Analisa data
Analisa data dari studi kasus ini, yaitu :

11
Mengumpulkan semua informasi yang akurat baik itu data subjektif

maupun data objektif.


a. Berdasarkan data dasar yang dikumpulkan (data subjektif dan

data objektif) akan diinterpretasujan sehingga ditemukan masalah

atau diagnose yang spesifik.


b. Dari masalah aktual maka dapat ditegakkan masalah potensial

yang mungkin terjadi agar dapat diantisipasi permasalahannya


c. Tindakan emergency, konsultasi, kolaborasi dan rujukan

dilaksanakan jika data yang muncuk menggambarkan suatu

keadaan darurat.
d. Intervensi/Rencana Tindakan Asuhan kebidanan dikembangkan

berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi diagnose

dan problem serta data-data tambahan setelah data dasar.

Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi kondisi

klien serta mengkonseling yang mantap.


e. Implementasi/pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan yaitu

melaksanakan rencana tindakan serta efesien dan menjamin

rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruh oleh

bidan ataupun bekerja sama dengan tim kesehatan lain.


f. Mengevaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan yang telah di

implementasikan.
3. Etika studi kasus
Kode etik penelitian dalam bentuk studi kasus ini adalah suatu

pedoman etika yang berlaku untuk kegiatan penelitian yang

melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti atau subjek

12
penelitian dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010)


Menurut Hidayat (2007), dalam melaksanakan sebuah penelitian
ada etika yang harus dipegang teguh, yaitu :
a. Informed Concent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan. Setelah

dijelaskan lembar persetujuan diberikan kepada subjek

penelitian. Jika subjek penelitian bersedia diteliti maka subjek

penelitian harus menandatangani lembar persetujuan, namun

jika subjek penelitian menolak untuk diteliti maka penelitian

tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.


b. Anonymity (Tanpa nama)
Peneliti tidak mencantumkan nama subjek penelitian pada

lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial untuk menjaga

kerahasiaan subjek penelitian


c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dijamin oleh peneliti dan

hanya beberapa data yang akan disajikan atau dilaporkan pada

hasil penelitian.

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Oligomenorea merupakan gangguan siklus mentruasi dengan

siklus yang lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari, biasanya

berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan

endokrin. Dari 10 hanya 3% wanita yang mempunyai siklus mentruasi

yang teratur.
B. Saran
1. Untuk petugas kesehatan (Bidan)
a. Senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan dan memperluas

khasanah berpikir agar dapat meningkatkan peran dan tanggung

jawabnya dalam pemberian pelayanan kesehatan.


b. Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dengan menerapkan

Manajemen Asuhan Kebidanan dan Pendokumentasian untuk

setiap masalah.
2. Saran bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa untuk terus meningkatkan pengetahuannya

sebagai calon bidan nantinya agar mampu memberikan pelayanan

yang baik.

3. Saran bagi klien


a. Diharapkan mahasiswi dapat mengatasi masalah dalam siklus

mentruasinya yaitu oligomenorea

14
b. Diharapkan mahasiswi dapat memeriksakan dengan tepat untuk

memperjelas masalah oligomenorea pada dokter spesialis obgyn.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo
Unpad, Ginekologi. Bandung : Estar Offset
Nugroho, Taufan. Stiawan, Ari. 2010. Kesehatan Wanita Gender dan
permasalahannya. Yogyakarta : Nuha Medika
Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran

EGC
Saraeng, Anter dkk. 2014. Jurnal Hubungan Anatara Stres dengan Pola

Menstruasi. Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado.

15

Anda mungkin juga menyukai