Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat

kesehatan manusia. Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang

diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan

yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi

penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan

sampah (tempat sampah) dan pembuangan air limbah (SPAL).

Lingkungan dapat berperan menjadi penyebab langsung, sebagai faktor yang

berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit, sebagai medium transmisi

penyakit dan sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit. Udara yang

tercemar secara langsung dapat mengganggu sistem pernapasan, air minum yang

tidak bersih secara langsung dapat membuat sakit perut, dan lain-lain. Udara yang

lembab dapat berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit yang

disebabkan oleh bakteri atau virus. Air dan udara dapat pula menjadi medium

perpindahan penyakit dan menjadi faktor yang mempengaruhi perjalanan

penyakit.

Sanitasi yang buruk, kurangnya kebersihan diri dan lingkungan yang buruk

berkaitan dengan penularan beberapa penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera,

1
typhoid fever dan paratyphoid fever, disentri, penyakit cacing tambang, ascariasis,

hepatitis A dan E, penyakit kulit, trakhoma, schistosomiasis, cryptosporidiosis,

malnutrisi dan penyakit yang berhubungan dengan malnutrisi. (Semba et al, 2011,

Do Thuy Trang et al, 2007, Rodgers et al, 2007, Jacobsen, 2007)

Perkiraan kasus kesakitan pertahun di Indonesia akibat sanitasi buruk adalah

penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, scabies 23%, trakhoma 0,14%,

hepatitis A 0,57%, hepatitis E 0,02% dan malnutrisi 2,5%, sedangkan kasus

kematian akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%, kecacingan 0,1%,

scabies 1,1%, hepatitis A 1,4% dan hepatitis E 0,04% . (WSP-EAP,2008)

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

Mengetahui tentang Kebutuhan air bersih dan sanitasi dasar.

2
BAB II

TEORI DAN KONSEP

A. Pengertian sanitasi

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih

untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang

sembarangan ( Depkes RI 2004 )

Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi lingkungan dan kesehatan

lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada pada

lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan hal-hal

yang mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya ataupun kelangsungan

hidupnya (Adisasmito, 2006).

Sedangkan menurut WHO sanitasi lingkungan adalah pengawasan

terhadap lingkungan fisik manusia yang dapat memberikan akibat yang

merugikan kesehatan jasmani dan kelangsungan hidup.

B. Hubungan Sanitasi Dan Kesehatan

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat

kesehatan manusia. Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang

diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan

yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang

mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi

3
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan

sampah (tempat sampah) dan pembuangan air limbah (SPAL).

1. Penyediaan Air Bersih


Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan

setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air

dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa

minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci,

mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga

digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran,

tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit- penyakit yang

menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air.

Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-

mana (Chandra,2007). Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah

memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan

penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan


a. Kesehatan
Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya

berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia

yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan

yang lainnya sangatlah tidak efektif.

b. Penggunaan air
Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa

memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan

rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala

4
per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan

hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan

air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan

kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai

19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan

pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di

daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut

juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang

dengan benar.

2. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan


Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media

penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai

macam penularan, terutama penyakit perut (Slamet, 2002). Sementara itu,

penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam

kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme

penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu (Chandra, 2007)

1. Waterborne Mechanism

Didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air

yang dapat meyebabkan peyakit pada manusia ditularkan

kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan.

Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini

5
antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan

poliomielitis.

2. Waterwashed Mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan

dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada

mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :

a. infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare

pada anak-anak.

b. infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies

dan trachoma.

c. penularan melalui binatang pengerat seperti

pada penyakit leptospirosis.

3. Water-based Mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini

memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus

hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai intermediate

host yang hidup didalam air. Contohnya schistomiasis, dan

penyakit akibat Dracunculus medinensis.

4. Water-related Insect Vector Mechanism

Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga

yang berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit

dengan mekanisme penularan semacam ini adalah

filariasis, dengue, malaria, dan yelow fever.

6
Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama kematian anak

berusia di bawah lima tahun.

Laporan Riskesdas 2007 menunjukkan diare sebagai penyebab 31 persen

kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu tahun, dan 25 persen kematian anak

usia antara satu sampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak dari rumah

tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum tercatat 34 persen

lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari rumah tangga yang

menggunakan air ledeng, Selain itu, angka diare lebih tinggi sebesar 66 persen

pada anak-anak dari keluarga yang melakukan buang air besar di sungai atau

selokan dibandingkan mereka pada rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi

dan septik tank.

Kebijakan Nasional untuk Persediaan Air Bersih dan Sanitasi

LingkungaBerbasis Masyarakat memberikan kerangka kerja yang memungkinkan.

Kebijakan tersebut memanfaatkan dengan baik p engalaman yang dip eroleh di

bidang air b ersih dan sanitasi di Indonesia dan negara-negara lain. Kebijakan ini

mengikuti prinsip-prinsip kuat yang resp onsif terhadap p er mintaan,

menggunakan pendekatan b erbasis masyarakat, dan menekankan p erlunya

keterlibatan p erempuan serta memfokuskan pada prinsip-prinsip operasional ,

pemeliharaan dan pembiayaan yang berkesinambungan.

Sanitasi melibatkan berbagai aksi, tetapi untuk kesehatan lingkungan dan

masyarakat yang berkelanjutan, prioritas utamanya adalah mencegah kontak

dengan tinja dan inang patogen biologisnya. Menghentikan praktik BAB di

7
tempat terbuka merupakan langkah penting pertama. Pendekatan inovatif, seperti.

Sanitasi Menyeluruh yang Dipimpin Masyarakat, membantu menciptakan praktik

bebas BAB di dalam masyarakat dengan meningkatkan kesadaran dan mendukung

tanggung jawab di seluruh masyarakat.

Untuk mewujudkan manfaat kesehatan, sosial dan ekonomi yang

menyeluruh, teknik pengelolaan limbah tambahan harus dipertimbangkan, dengan

menyediakan pengelolaan berkelanjutan terhadap air limbah dan endapan tinja di

samping pengolahan air limbah. Hal ini tidak mesti melibatkan investasi

infrastruktur berskala besar; sistem kecil terdesentralisasi bahkan dapat lebih

efektif.

Sanitasi berkelanjutan menawarkan inovasi dalam sanitasi produktif

melalui penggunaan ulang nutrien yang terdapat pada air limbah dan endapan.

Penggunaan ulang tersebut memiliki sejumlah keuntungan. Itu dapat digunakan

sebagai pupuk di pertanian organik, sehingga memungkinkan diproduksinya lebih

banyak pangan dengan sedikit lahan. Pendekatan ini dapat membantu mengurangi

penggunaan pupuk inorganik yang mahal. Menangkap energi dalam endapan

untuk produksi biogas membantu menghilangkan ketergantungan pada sumber

energi konvensional dan menyediakan sumber energi terjangkau untuk memasak.

Penggunaan ulang air limbah yang sudah diolah untuk irigasi mengurangi

penggunaan air minum untuk tujuan ini. Semua praktik ini harus dilakukan secara

aman dan sesuai dengan standar seperti Pedoman Organisasi Kesehatan Dunia

untuk penggunaan ulang air limbah yang aman.

8
Bila ditangani secara benar, sanitasi yang baik dan pembuangan limbah

manusia yang produktif dapat menciptakan lapangan kerja seraya meningkatkan

kesehatan masyarakat dan ekosistem. Alih-alih menjadi sumber masalah, limbah

manusia, apakah itu dikelola di tingkat rumah tangga atau dikumpulkan di sistem

pengolahan air limbah kota, dapat menadi aset lingkungan – sehingga

meningkatkan ketahanan pangan dan energi, kesehatan dan aktivitas ekonomi.

9
C. Penyakit Yang Disebabkan Karena Sanitasi Kurang Sehat

Lingkungan dapat berperan menjadi penyebab langsung, sebagai faktor

yang berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit, sebagai medium

transmisi penyakit dan sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.

Udara yang tercemar secara langsung dapat mengganggu sistem pernapasan, air

minum yang tidak bersih secara langsung dapat membuat sakit perut, dan lain-

lain. Udara yang lembab dapat berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya

penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Air dan udara dapat pula

menjadi medium perpindahan penyakit dan menjadi faktor yang mempengaruhi

perjalanan penyakit. Berdasarkan hal tersebut, faktor lingkungan sangat

berpengaruh terhadap kesehatan penduduk. Limbah cair dan padat dari hasil

aktivitas manusia serta limbah dari tubuh manusia (kotoran dan air seni) yang

dibuang ke lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia melalui beberapa

jalur, yaitu:

1. melalui air minum yang terkena limbah.


2. masuk dalam rantai makanan seperti melalui buah-buahan, sayuran, dan

ikan.
3. mandi, rekreasi dan kontak lainnya dengan air yang tercemar
4. limbah menjadi tempat berkembangbiak lalat dan serangga yang dapat

menyebarkan penyakit.

Lingkungan yang tidak sehat akibat limbah yang dibuang ke lingkungan

pada akhirnya akan menimbulkan berbagai jenis penyakit. Berjangkitnya

berbagai Limbah berupa kotoran manusia yang dibuang ke lingkungan dapat

menimbulkan berbagai penyakit. Air juga merupakan komponen lingkungan

yang berpotensi besar menjadi penyebab berbagai jenis penyakit. Tidak

10
cukupnya jumlah air dan kualitasnya menyebabkan jutaan orang miskin

meninggal setiap tahunnya. Air dapat berkaitan dengan kesehatan melalui

berbagai cara berikut ini :

1. Air yang tercemar dan dikonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan

penyakit yang bersumber dari air seperti hepatitis, tipes, kolera, disentri

dan penyakit lainnya yang menyebabkan diare.


2. Tanpa air yang cukup, maka infeksi mata dan kulit dapat menyebar dengan

mudah.
3. Air menjadi habitat bagi nyamuk dan parasit yang dapat menyebabkan

malaria, schistomsomiasi dan lain-lain.


4. Mengkonsumsi air yang mengandung komponen kimia berbahaya dapat

menimbulkan penyakit yang serius

Ancaman terhadap kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan tidak

hanya melalui air dan kotoran manusia, tetapi juga melalui besi, material

organik dan anorganik. Ketika limbah industri dibuang ke lingkungan,

khususnya ke sungai selama bertahun-tahun, maka air sungai akan tercemar

oleh limbah industri. Padahal sebagian penduduk memanfaatkan air sungai

tersebut untuk keperluan mandi, cuci dan kakus. Bahkan, sebagian diantaranya

masih memanfaatkannya untuk air minum. Akibatnya, muncul berbagai

penyakit seperti liver, kanker, dan lain-lain. Limbah juga bisa menimbulkan

eutrofikasi (pengkayaan nutrien), sehingga lingkungan perairan terlalu subur

untuk tumbuhnya berbagai jenis alga dan munculnya bakteri yang dapat

menimbulkan iritasi kulit dan kerusakan hati.

Sanitasi yang buruk, kurangnya kebersihan diri dan lingkungan yang

buruk berkaitan dengan penularan beberapa penyakit infeksi yaitu penyakit

11
diare, kolera, typhoid fever dan paratyphoid fever, disentri, penyakit cacing

tambang, ascariasis, hepatitis A dan E, penyakit kulit, trakhoma,

schistosomiasis, cryptosporidiosis, malnutrisi dan penyakit yang berhubungan

dengan malnutrisi. (Semba et al, 2011, Do Thuy Trang et al, 2007, Rodgers et

al, 2007, Jacobsen, 2007)

Perkiraan kasus kesakitan pertahun di Indonesia akibat sanitasi buruk

adalah penyakit diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, scabies 23%, trakhoma

0,14%, hepatitis A 0,57%, hepatitis E 0,02% dan malnutrisi 2,5%, sedangkan

kasus kematian akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%, kecacingan

0,1%, scabies 1,1%, hepatitis A 1,4% dan hepatitis E 0,04% . (WSP-

EAP,2008)

D. Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk.


1. Berdasarkan Agen penyakit
a. Bakteri
1. Kolera adalah penyakit diare akut yang disebabkan oleh infeksi

usus karena bakteri vibrio cholera.


2. Demam Tifoid (Typhoid Fever) adalah penyakit yang disebabkan

oleh bakteri Salmonella Typhi, ditandai dengan demam insidius

yang berlangsung lama dan kambuhan.


3. Diare adalah suatu kondisi kesehatan yang disebabkan oleh infeksi

mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti

jamur, cacing dan protozoa. Bakteri penyebab diare yang sering

menyerang adalah bakteri Entero Pathogenic Escherichia Coli

(EPEC).
Laporan WHO (World Health Organization) tahun 2004

menyebutkan sekitar 1,8 juta penduduk meninggal dunia setiap

12
tahunnya karena penyakit diare yang umumnya balita terutama di

negara-negara berkembang. Sekitar empat milyar kasus diare per

tahun menyebabkan 1,5 juta kematian yang sebagian besar adalah

balita
4. Disenteri adalah diare berdarah yang disebabkan oleh shigella.
b. Virus
1. Hepatitis A adalah penyakit yang ditandai dengan demam,

malaise, anoreksia, nausea dan gangguan abdominal serta diikuti

munculnya ikterik beberapa hari. Penyakit ini disebabkan oleh

virus Hepatitis A kelompok Hepatovirus famili picornaviridae.


2. Hepatitis E adalah penyakit yang secara gejala klinis mirip

Hepatitis A, yang disebabkan oleh virus Hepatitis E famili

Caliciviridae.
3. Gastroenteritis adalah penyakit yang ditandai dengan

demam,muntah dan berak cair, disebabkan oleh Rotavirus dan

sering menyerang anak – anak.


c. Parasit
1. Cacing
a. Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Ascaris

lumbricoides dengan sedikit gejala bahkan tanpa gejala sama

sekali. Cacing yang keluar bersama kotoran adalah sebagai tanda

awal adanya infeksi. Ascariasis ditemukan di berbagai belahan

dunia. Penularan dengan frekuensi kejadian tertinggi terjadi di

negara-negara tropis dan subtropis serta di wilayah yang

sanitasinya buruk. Ascariasis merupakan salah satu penyakit parasit

yang paling umum dijumpai. Penyakit Ascaris mengakibatkan

60.000 kematian setiap tahunnya terutama anak-anak

13
b. Hookworms atau penyakit cacing tambang adalah infeksi parasit

kronis yang muncul dengan berbagai gejala, gejala terbanyak

adalah anemia. Penyakit ini disebabkan oleh Necator americanus

atau Ancylostoma duodenale.


c. Schistosomiasis adalah infeksi oleh cacing trematoda yang hidup

pada pembuluh darah vena. Penyebab penyakit adalah Schistisoma

mansoni.

Infeksi trematode disebabkan oleh parasit yang menginfeksi manusia

dan binatang. Di banyak wilayah, infeksi ini bersifat endemik. Tinja

yang dibuang begitu saja ke kolam, sungai, atau danau dari orang yang

terinfeksi akan dimakan oleh ikan, kerang-kerangan, dan lainnya.

Manusia terinfeksi oleh trematode melalui ikan dan kerang-kerangan

tersebut

Diantara penyakit manusia yang disebabkan oleh parasit

schistosomiasis menempati peringkat kedua setelah malaria. Penyakit

tersebut bersifat endemik di 74 negara berkembang dan menginfeksi

200 juta penduduk dan 20 juta diantaranya sangat menderita sebagai

akibat dari penyakit tersebut

2. Protozoa
Giardiasis adalah infeksi protozoa pada usus halus bagian atas,

yang disebabkan oleh Giardia intestinalis.


3. Jenis lain
a. Scabies adalah parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes

scabiei sejenis kutu.


b. Trachoma adalah Conjuncivitis yang disebabkan oleh infeksi

Chlamydia trachomatis, yang disebarkan oleh Musca sorbens

14
sejenis lalat. (Cairncross S, Valdmanis, 2006, Kandun IN, 2006,

Bannister B, et al 2006)

Infeksi oleh trachoma dapat menyebabkan kebutaan. Trakhoma sangat

terkait dengan sanitasi yang buruk. Trakhoma disebarkan oleh

kombinasi dari:

1. sanitasi yang buruk, yang memberikan kesempatan bagi lalat

untuk berkembangbiak.
2. kesehatan yang buruk akibat kelangkaan air dan kualitas air

yang rendah.
3. rendahnya pendidikan dan pemahaman tentang mudahnya

penularan berbagai penyakit di rumah dan antar manusia.


2. Berdasarkan rantai penularan
a. Waterborne Disease adalah penyakit yang penularannya melalui air yang

terkontaminasi oleh pathogen dari penderita atau karier. Contoh penyakit

diare, disenteri, kolera, hepatitis dan demam typhoid.


b. Water-washed Disease adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak

dari orang ke orang karena kurangnya kebersihan diri dan pencemaran air.

Contoh penyakit skabies dan trakhoma.


c. Water-based adalah penyakit yang ditularkan melalui air sebagai

perantara host. Contoh penyakit Shistosomiasis.


d. Water-related insect vector adalah penyakit yang ditularkan oleh serangga

yang hidup di air atau dekat air. Contoh penyakit Dengue, malaria,

Trypanosoma. (Cairncross S, Valdmanis, 2006, Pfafflin J, Ziegler, E,

2006)
E. Program Sanitasi Nasional
Kebijakan Nasional untuk Persediaan Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan

Berbasis Masyarakat memberikan kerangka kerja yang memungkinkan. Kebijakan

tersebut memanfaatkan dengan baik pengalaman yang diperoleh di bidang air

15
bersih dan sanitasi di Indonesia dan negara-negara lain. Kebijakan ini mengikuti

prinsip-prinsip kuat yang responsif terhadap permintaan, menggunakan

pendekatan berbasis masyarakat, dan menekankan perlunya keterlibatan

perempuan serta memfokuskan pada prinsip-prinsip operasional , pemeliharaan

dan pembiayaan yang berkesinambungan.

Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan lima

pilarnya merupakan kerangka kerja yang penting. Kelima pilar tersebut adalah

penghapusan buang air besar di tempat terbuka, mencuci tangan dengan sabun,

pengolahan air rumah tangga, pengelolaan sampah padat dan pengelolaan limbah

cair. Kepemimpinan Kementerian Kesehatan sangat penting dalam meningkatkan

STBM. Kabupaten dan provinsi perlu mempercepat upaya-upayanya, sesuai

dengan standar dan pedoman nasional. Kelompok masyarakat termiskin perlu

memiliki akses ke pembiayaan untuk memulai STBM.

STBM memerlukan pendekatan pemasaran sosial yang memobilisasi

sejumlah besar penduduk dan meningkatkan permintaan fasilitas sanitasi yang

lebih baik. Revitalisasi air bersih dan sanitasi sekolah dengan tema-tema

kesehatan dan sosial akan memberikan beberapa peluang. Para siswa dapat

menjadi agen perubahan dalam masyarakat dalam hal STBM dan praktek-praktek

kesehatan dan kebersihan yang baik, yang sebaiknya juga mencakup penanganan

tempat penggunaan air bersih, penyimpanan air bersih yang layak, penurunan

diare, dan penanggulangan demam berdarah dan malaria. Advokasi yang

berhubungan dengan gizi, pengembangan anak usia dini dan kinerja pendidikan

akan lebih kuat daripada pesan-pesan tentang kesehatan preventif saja. Studi di

16
tempat lain menunjukkan tingkat sifat persuasive dari alasan sosial, seperti

keinginan untuk merasakan dan mencium sesuatu yang bersih dan mengikuti

norma-norma sosial, dan penggunaan sabun sebagai produk konsumen yang

diinginkan. Sistem data perlu diperkuat. Pemerintah telah menunjukkan

perhatiannya dalam mengembangkan program STBM Nasional di Sekolah.

Program ini memerlukan sistem pengumpulan dan pemantauan data yang

lebih baik daripada yang ada saat ini untuk air bersih dan sanitasi sekolah. Selain

itu, sistem untuk pengujian dan pelaporan kualitas air perlu diperkuat dan data

tersebut diumumkan kepada masyarakat.Keterlibatan baik pemerintah daerah

maupun sektor swasta sangat penting untuk meningkatkan sistem perkotaan dan

pinggiran kota. Untuk daerah perkotaan, teknologi inovatif dalam penyediaan

sanitasi dan air bersih perlu dikaji. Sistem sanitasi dan pembuangan kotoran di

perkotaan memberikan tantangan yang lebih besar, karena teknologi sanitasi

standar tidak dapat bekerja karena kepadatan penduduk yang berlebihan,

kurangnya ruang, dan dekatnya jarak sumber air. Dalam penyediaan air,

desentralisasi teknologi dan pendekatan, seperti pengolahan tempat penggunaan

air bersih, akan jauh lebih efektif dibandingkan dengan sistem sentralisasi, karena

berbagai sumber yang berbeda dan banyaknya penyedia.

Untuk memperkuat tata kelola dan kapasitas PDAM, diperlukan

pengkajian ulang terhadap berbagai tugas, proses dan akuntabilitas kelembagaan,

khususnya kepala PDAM. Tingkat pusat harus menetapkan standar minimal

kinerja untuk PDAM, dengan mekanisme pemantauan, penegakan dan insentif.

Lembaga-lembaga tingkat kabupaten memerlukan perencanaan dan sasaran yang

17
tepat untuk membuat sistem perdesaan lebih berkesinambungan. Dalam proses

perencanaan mereka, lembaga-lembaga tingkat kabupaten yang berbeda

(pekerjaan umum, pemberdayaan desa, dinas kesehatan kabupaten dan dinas

perencanaan kabupaten) harus menetapkan sasaran masyarakat yang sama,

sehingga mobilisasi masyarakat dan pelatihan berlangsung dalam komunitas yang

sama dimana infrastruktur dibangun. Ini akan mengoptimalkan peran serta

masyarakat dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan pelayanan sanitasi

dan pasokan air bersih. Kesinambungan dan keberlanjutan persediaan air bersih

perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar. Satu dari sepuluh rumah tangga

mengalami kekurangan persediaan air bersih, khususnya pada musim kemarau.

Optimalisasi kualitas, kuantitas dan kesinambungan air bersih memerlukan

pengelolaan sumber air yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Pemerintah telah memulai diskusi kebijakan tentang Rencana Keamanan Air

Bersih, yang bertujuan untuk memastikan kualitas, kuantitas, kontinuitas dan

keterjangkauan pelayanan air bersih.

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat dalam mencapai

Millenium Development Goals (MDGs), yang dihasilkan pada Johanesburg

Summit pada tahun 2002. Salah satu kesepakatan dalam MGDs (target 9) adalah

menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air

bersih dan sanitasi dasar pada tahun 2015. Terkait dengan upaya pencapaian target

di atas pemerintah berusaha memadukan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional. pada saat ini setidaknya

terdapat beberapa tantangan menyangkut lingkungan hidup di Indonesia di

18
antaranya yang berkaitan dengan penyelamatan air dari tindakan eksploitatif yang

melewati batas-batas kewajaran dan pencemaran air, baik air tanah maupun air

sungai, danau dan rawa bahkan air laut, Berbagai kegiatan terkait dengan

pencemaran air ini misalnya pencemaran akibat kegiatan manusia di antaranya

adalah kegiatan rumah tangga dan juga aktivitas manusia yang melakukan buang

air besar di tempat terbuka.

F. Sistem Pengelolaan Limbah Di Masyrakat (Sampah, Tinja)


1. Pengertian Limbah Secara Umum
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang

dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah

tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut

dapat berupa gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah

ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).


- Jenis-jenis sampah
Menurut Notoatmodjo (2007), jenis-jenis sampah ialah :
a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya :
- Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat

membusuk, misalnya : logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan

sebagainya.
- Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat

membusuk, misalnya : sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-

buahan, dan sebagainya.

b. Sampah berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar

19
- Sampah yang mudah terbakar, misalnya karet, kertas, kayu, dan

sebagainya.
- Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng bekas,

besi/logam bekas, dan sebagainya.


c. Sampah berdasarkan karakteristiknya
- Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan/pembuatan makanan

yang umumnya mudah membusuk yang berasal dari rumah tangga,

pasar, restoran, hotel, dan sebagainya.


- Rabish, sampah yang berasal dari perkantoran baik yang mudah

terbakar maupun yang tidak mudah terbakar.


- Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan yang mudah

terbakar, termasuk abu rokok.


- Sampah jalanan (steet sweeping), yaitu sampah yang berasal dari

pembersihan jalan.
- Sampah industri.
- Bangkai binatang (dead animal).
- Bangkai kendaraan (abandoned vehicle)
- Sampah pembangunan (construction waste)

- Sumber-Sumber Sampah
Adapun sumber-sumber sampah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007).
a. Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan

rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa

makanan, kertas/plastic pembungkus makanan, daun, dan lain-lain.


b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

20
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah

ini berupa kertas, plastik,botol, daun, dan sebagainya.


c. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan,

perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya

sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar.


d. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri

dari kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan

sebagainya.
e. Sampah yang berasal dari industry
Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan

barang, logam, plastik, kayu, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan


Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya:

jerami, sisa sayur-mayur, dan sebagainya.


g. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak,

bangkai binatang, dan sebagainya


2. Pengelolaan Limbah Padat / Sampah
Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan

dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara,

pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pemprosesan, dan pembuangan

sampah) dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari

kesehatan masyarakat seperti teknik (engineering), perlindungan alam

(conversation), keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan

lainnya (Mubarak dan Chayatin, 2009).


Menurut Mubarak (2009), tahap pengelolaan sampah padat, yaitu :

21
1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap pengumpulan dan

penyimpanan.
Pertama, penyimpanan sementara (Notoadmodjo, 2007)

meliputi:
a. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor.
b. Tidak berserakan sampahnya.
c. Mempunyai tutup, mudah dibuka.
d. Dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat

dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau

ditutup tanpa mengotori tangan.


e. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga

mudah diangkut oleh satu orang.

Kedua, untuk membangun suatu depo, ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi antara lain dibangun di

atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi

kendaraan pengakut sampah, memiliki dua pintu, dan

memiliki dua ventilasi. Ada kran air untuk membersihkan,

tidak menjadi tempat tinggal/sarang lalat dan tikus, serta

mudah dijangkau oleh masyarakat.

Ketiga, pengumpulan sampah padat dilakukan dengan dua

metode, yaitu

a. Sistem duet
Tempat smpah kering dan basah.
b. Sistem trio
Tempat sampah basah, kering dan tidak mudah terbakar.
2. Tahap Pengangkutan
Cara pengangkutan di daerah perkotaan dengan pedesaan

berbeda. Di kota umumnya ada petugas khusus yang menjadi

22
tanggung jawab pemerintah daerah setempat yang didukung

oleh partisipasi masyarakat penghasil sampah, khususnya

menyangkut pembiayaan. Sedangkan di daerah pedesaan

umumnya dapat dikelola oleh masing-masing keluarga.


3. Tahap pengelolaan dan pemusnahan
Tahapan ini dapat dilakukan dengan dua metode.
a. Metode yang memuaskan
- Sanitary landfill (ditanam), yaitu pemusnahan

sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian

sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.


- Incenerator (dibakar), yaitu memusnahkan sampah

dengan jalan membakar di dalam tungku

pembakaran khusus.
- Composting (dijadikan pupuk), mengelola sampah

menjadi pupuk kompos khususnya sampah organik

(daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang

mudah membusuk). Tahap-tahap dalam pembutan

kompos dimulai dengan memisahkan benda-benda

yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk,

penghancuran sampah menjadi partikel-partikel

yang kecil, penyampuran sampah dengan

memerhatikan kadar karbon dan nitrogen yang

paling baik, penempatan sampah dalam galian tanah

yang tidak begitu dalam, serta pembolak-balikan

sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat

terbentuk dengan baik.


b. Metode yang tidak memuaskan

23
- Open dumping yaitu pembuangan sampah yang

dilakukan secara terbuka. Hal ini akan menjadi

masalah jika sampah yang dihasilkan adalah sampah

organic yang membusuk dapat menimbulkan

gangguan pembaun dan estetika serta menjadi

sumber penularan penyakit.


- Dumping in water, yaitu pembuangan sampah ke

dalam air. Hal ini akan dapat mengganggu rusaknya

ekosistem air, air akan menjadi kotor, warnanya

berubah, dan menimbulkan sumber penyakit yang

ditularkan melalui air (water borne disease).


- Burning on premises/individual inceneration, yaitu

pembakaran sampah dilakukan di rumah-rumah

tangga.
G. Metode Pembuangan Kotoran Manusia
Metode pembuangan kotoran manusia secara umum dapat dibagi menjadi

dua, unsewered area dan sewered area.

a. Unsewered Areas
Metode unsewered area merupakan suatu cara pembuangan tinja

yang tidak menggunakan saluran air dan tempat pengolahan air kotor. Di

dalam metode ini, terdapat beberapa pilihan cara, antara lain :


1. Service type (conservacy system)
2. Non-service type (sanitary latrines)
a. Bore hole latrine
b. Dug well or pit latrine

24
c. Water seal type of latrines
1. PRAI type
2. RCA type
d. Septic tank
e. Aqua privy
f. Chemical closet
3. latrines suitable for camps and temporary use
a. Shallow trench latrine
b. Deep trench latrine
c. Pit latrine
d. Bore hole latrin

H. Pemanfaatan Kotoran Manusia


1. Pemanfaatan kotoran manusia sebagai pupuk tanaman
Kotoran manusia bukanlah limbah tak berguna. Sebuah lembaga

organik Inggris menyatakan kotoran manusia dapat memainkan peran

penting dalam mengamankan ketahanan pangan masa depan, misalnya

membantu mencegah menurunnya hasil panen tanaman pangan, seperti

gandum, yang sangat membutuhkan pupuk fosfor. "Diperkirakan hanya 10

persen dari 3 juta ton fosfor yang dikeluarkan oleh populasi manusia di

dunia setiap tahun yang kembali ke tanah pertanian,* kata Asosiasi

Pertanahan,badan sertifikasi organik terbesar di Inggris.


Suplai fosfor yang cukup sangat penting bagi pembentukan biji,

perkembangan akar, dan pematangan tanaman. Dulu, penduduk Eropa

mengembalikan fosfor ke lahan pertanian melalui pemupukan

menggunakan kotoran ternak dan manusia. Laporan Asosiasi Pertanahan

meminta dilakukannya perubahan regulasi Uni Eropa agar mengizinkan

penggunaan endapan pengolahan limbah, atau blosolid, pada lahan

pertanian organik bersertiflkasi. Regulasi ini melarang penggunaan

25
biosolid pada lahan pertanian organik karena dikhawatirkan ada efek racun

dari logam berat yang disebabkan oleh kombinasi limbah kotoran manusia

dengan produk limbah lain, semisal sampah pabrik.

2. Pemanfaatan kotoran manusia menjadi biogas


Biogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu

proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen

atau anaerobik (Sahidu, 1983). Biogas adalah gas yang dapat terbakar dari

hasil fermentasi bahan organik yang berasal dari daun-daunan, kotoran

hewan/manusia, dan lain-lain limbah organik yang berasal dari buangan

industri oleh bakteri anaerob (Wijayanti, 1993).Biogas adalah bahan bakar

berguna yang dapat diperoleh dengan memproses limbah (sisa) pertanian

yang basah, kotoran hewan dan manusia atau campurannya, di dalam alat

yang dinamakan penghasil biogas (Harahap dkk, 1980). Menurut

Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung dari beberapa faktor

seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku, beban organik

dari digester, dan waktu serta temperatur dari penguraian secara anaerobik.

Walaupun terdapat variasi dalam kandungan biogas,Kandungan bahan

organik di dalam limbah pertanian cukup besar, apabila tidak dikelola

dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan estetika.

Bahan organik terdiri dari senyawa-senyawa karbon, hidrogen, oksigen,

dan nitrogen, kadang senyawa sulfur, fosfor dan lain-lain.Kadar dan jenis

26
bahan yang dapat menurunkan kualitas atau mencemarkan lingkungan

sangat bervariasi tergantung dari jenis hasil pertanian itu sendiri namun

secara garis besar, dapat dinyatakan bahwa limbah hasil pertanian mudah

terurai secara biologis di alam (biodegradable) (Tugaswati dan Nugroho

1985).Tinja dan urin manusia tergolong bahan organik merupakan hasil

sisa perombakkan dan penyerapan dari sistem pencernaan. Berdasarkan

kapasitas manusia dewasa rataan hasil tinja 0,20 kg/hari/jiwa (Sugiharto

1987). Sama halnya dengan limbah organik lain, limbah manusia dapat

digunakan sebagai sumberdaya yang masih jarang diungkapkan. Nutrisi

kotoran manusia tidak jauh berbeda dibanding kotoran ternak.Kalaupun

berbeda tentu akibat pola makan dan sistem pencernaan yang berbeda.Pola

makan manusia lebih banyak memilih bahan makanan kurang berserat,

protein lebih tinggi dan umumnya dimasak sebelum dikonsumsi,

sedangkan ternak sebaliknya. Kotoran manusia memiliki keunggulan dari

segi nutrisi, dimana nisbah karbon (C) dan nitrogen (N) jauh lebih rendah

dari kotoran ternak (C/N rasio 6-10:18-30) (Sihombing 1988)


Tinja berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia yang harus

dikeluarkan agar tidak meracuni tubuh. Keluaran berupa feses bersama

urin biasanya dibuang ke dalam tangki septik. Lumpur tinja/night soil

yang telah memenuhi tangki septik dapat dibawa ke Instalasi Pengolahan

Lumpur Tinja.Komposisi dan volume lumpur tangki septik tergantung dari

faktor diet, iklim dan kesehatan manusia.


3. Pemanfaatan Pengolahan Jamban Pupuk (the Compost Privy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih

dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang

27
kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai

berikut :

1. Mula-mula membuat jamban cemplung biasa.


2. Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan.
3. Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran biinatang (kalau ada)

tiap-tiap hari.
4. Setelah kira-kira 20 inchi, ditutup lagii dengan daun-daun

sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi.


5. Demikian seterusnya sampai penuh.
6. Setelah penuh ditimbun tanah dan membuatt jamban baru.
7. Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk

tanaman

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih

untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak

dibuang sembarangan ( Depkes RI 2004 ). Upaya sanitasi dasar meliputi

penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan

sampah (tempat sampah) dan pembuangan air limbah (SPAL). Sanitasi yang

buruk, kurangnya kebersihan diri dan lingkungan yang buruk berkaitan

dengan penularan beberapa penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera,

typhoid fever dan paratyphoid fever, disentri, penyakit cacing tambang,

ascariasis, hepatitis A dan E, penyakit kulit, trakhoma, schistosomiasis,

cryptosporidiosis, malnutrisi dan penyakit yang berhubungan dengan

malnutrisi. Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

dan lima pilarnya merupakan kerangka kerja yang penting. Kelima pilar

tersebut adalah penghapusan buang air besar di tempat terbuka, mencuci

tangan dengan sabun, pengolahan air rumah tangga, pengelolaan sampah

padat dan pengelolaan limbah cair.


Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan

pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara, pengumpulan,

pemindahan/pengangkutan, pemprosesan, dan pembuangan sampah) dengan

29
suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan

masyarakat seperti teknik (engineering), perlindungan alam (conversation),

keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya. Metode

pembuangan kotoran manusia secara umum dapat dibagi menjadi dua,

unsewered area dan sewered area.


B. Saran
Warga Indonesia seharusnya mengetahui bagaimana pengelolaan sanitasi

dan pengelolaan sampah dan tinja yang baik karena hal tersebut akan

memberikan banyak manfaat, sehingga masyarakt dapat terhindar dari

berbagai macam penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, wiku. Buku Ajar Kebijakan Kesehatan. Departemen AKK FKM UI,

Depok, 2006

Bakker, K. and Kooy, M. (2010): ‘Citizens without a City: The Techno-Politics of

Urban Water Governance’, Chapter5 in Beyond Privatization: Governance failure

and the world’s urban water crisis, K. Bakker. Ithaca: Cornell University Press.

30
Jakarta Environmental Agency (BPLHD) (2012): Neraca Lingkungan Hidup

Provinsi DKI Jakarta 2011. Jakarta: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup

Daerah (BPLHD)

Ministr y of Health (2008): Laporan Nasional: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2007, Jakarta: Ministr y of Health, National Institute of Health Research and

Development.

Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:Penerbit

Buku Kedokteran. Hal. 124, dan 144-147.

Depkes RI.2005. pedoman peran kesehatan masyarakat nasional. Pusat promosi kesehatan

Depkes RI. Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai