Anda di halaman 1dari 36

Teknologi Pengolahan Gambar Panorama 360 Degree dan

Teknologi Sensor

DISUSUN OLEH:
A.A Priyam Deva Arya Maheswara (1705552003)
Kadek Indra Bayu Mahottama (1705552004)
Rizki Dwi Satria (1705552005)
I Made Gede Sunia Pradnyantara (1705552007)
Made Alam Kamajana (1705552023)
Roby Ilham (1705552024)
I Made Ekananda Govinda (1705552029)

TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi komputer pada saat ini telah membawa kemajuan
yang sangat berarti dalam berbagai aspek terutama bagi negara yang sedang
berkembang. Perkembangan yang demikian di dukung tersedianya perangkat keras
dan perangkat lunak yang semakin hebat kemampuannya. Salah satu teknologi yang
mengalami perkembangan yang begitu pesat adalah pengolahan citra.
Pengolahan citra merupakan bidang yang berkembang pesat dan banyak
diterapkan pada ilmu-ilmu murni dan teknik. Pengolahan citra didefinisikan sebagai
proses pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Proses
pengolahan citra mempunyai ciri data masukan dan informasi keluaran berbentuk
citra, sehingga pengolahan citra adalah pemrosesan citra yang telah ada untuk
menghasilkan citra yang lebih tinggi kualitasnya, dalam arti lebih jelas menampilkan
informasi yang diharapkan. Teknik pengolahan citra dapat membantu seseorang untuk
mengenali detail
Aplikasi pengolahan citra mempermudah penggunanya dalam pengenalan
pola yang berperan dalam memisahkan objek dari latar belakang secara otomatis.
Selanjutnya, objek akan diproses oleh pengklasifikasi objek. Selain itu pengolahan
citra berperan untuk mengenali bentuk-bentuk khusus yang dilihat oleh mesin
sehingga mempermudah dalam mengenali suatu objek.
Dengan demikian aplikasi pengolahan citra berperan penting di berbagai
aspek. Selain mempermudah penngunanya juga dapat meningkatkan kinerja dalam
tugas-tugas yang dikerjakan khususnya dalam pengolahan citra. Aplikasi-aplikasi
pengolahan citra tersebut sesungguhnya menggunakan prinsip dasar dalam
pengolahan citra seperti peningkatan keceraham, kontras, penghilang derau pada
citra, dan pencarian bentuk objek.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat .kita buat beberapa rumusan masalah yaitu
sebagai berikut ini.
1. Bagaimana pengolahan citra digital pada gambar panorama 360
2. Ap itu Sensor Aktif dan Pasif
3. Bagaimana pengolahan citra digital pada teknologi sensor wajah
4. Bagaimana pengolahan citra digital pada teknologi sensor sidik jari
5. Bagaimana pengolahan citra digital pada teknologi scanner
6. Bagaimana pengolahan citra digital pada teknologi kamera
7. Bagaimana pengolahan citra digital pada teknologi sensor iris mata
8. Bagaimana pengolahan citra digital pada teknologi USG ¾ dimensi
9. Bagaimana pengolahan citra digital pada teknologi Radar
10. Bagaimana pengolahan citra digital pada teknologi Sinar X-ray

C. Tujuan
Pada penulisan laporan ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut ini
1. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengolahan citra
digital pada gambar panorama 360
2. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengertian dari
sensor aktif dan pasif
3. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengolahan citra
digital pada sensor wajah
4. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengolahan citra
digital pada sensor sidik jari
5. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengolahan citra
digital pada scanner
6. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengolahan citra
digital pada kamera
7. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengolahan citra
digital pada sensor iris mata
8. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengolahan citra
digital pada sensor USG ¾ dimensi
9. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengolahan citra
digital pada sensor radar
10. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan memahami pengolahan citra
digital pada sensor sinar X-ray

BAB II
PEMBAHASAN
1. Teknologi Pengolahan Gambar Panorama 360 Derajat

Panorama 360 adalah foto yang bisa dilihat atas, bawah, kiri, kanan, depan,
belakang seperti apa yang dilihat oleh photografer. Foto 360 itu ada banyak
formatnya, salah satunya yaitu format Equirectangular atau foto tampilan 360° x 180°
yang populer dengan nama full spherical panorama, juga VR Photo (Virtual Reality
Photography). Metode khusus diperlukan untuk membentuk citra dengan sudut
pandang yang lebar & distorsi yang kecil, berikut ini merupakan penjelasan sebuah
metode untuk memproses sekelompok citra dengan sudut pandang normal (kecil)
menjadi sebuah citra dengan sudut pandang 360˚.
Citra-citra normal tersebut memiliki bagian tumpang-tindih & proses ini akan
membentuk penyambungan yang halus antara setiap pasangan citra normal tersebut. Metode-
metode lain yang sudah umum, bekerja berdasarkan transformasi geometri pada seluruh bagian
citra-citra normal. Dalam metode-metode tersebut, ada citra acuan dan citra yang akan
digabungkan. Citra yang akan digabungkan ditransformasi sehingga obyek-obyek dalam citra
tampak dilihat dari sudut pandang yang sama dengan citra acuan. Metode-metode ini akan
menghasilkan distorsi yang semakin besar untuk penggabungan sudut pandang yang makin
besar sehingga tidak dapat diterapkan untuk pembentukan citra panorama 360. Contoh foto
equirectangular yaitu street view di Google Earth atau Google Maps yang
memanfaatkan pengolahan citra panorama 360 derajat

1.1. Proses Pembentukan citra pada kamera panorama 360


Prinsip kerja kamera 360 adalah menangkap cahaya. Cahaya masuk ke
kamera lewat lensa (Subjek dapat dilihat terlebih dahulu melalui viewfinder),
difokuskan agar diterima oleh sensor cahaya yang memilah-milah cahaya berdasarkan
komponennya. Informasi mengenai konsentrasi komponen cahaya ini diterjemahkan
dan diubah menjadi informasi digital untuk kemudian disimpan dalam media
penyimpan. Cahaya masuk ke dalam kamera melalui bagian yang disebut lensa.
Cahaya dipastikan hanya boleh melalui bagian lensa ini yang berupa lubang
(berbentuk lingkaran). Lubang ini ibarat jendela kamera ke dunia luar, dan jendela ini
punya ukuran lubang tertentu, persis saat kita membuka mata atau menutup mata.
Kamera sendiri juga memiliki komponen untuk mengatur kecepatan si lubang ini
membuka saat kita perintahkan. Dengan mengatur dua properties ini, intensitas
cahaya yang masuk ke kamera dapat diatur. Lensa juga berfungsi untuk mengatur
supaya cahaya secara tajam difokuskan. Fokus adalah saat kita bisa melihat obyek
pada visualisasi yang terjelasnya, kebalikan dengan yang disebut blur. Kalau
menyangkut cara kerja, fokus adalah saat cahaya yang dilewatkan tepat jatuh ke
bidang sensor kamera, seperti setelah cahaya lewat kornea mata kita dan tepat jatuh di
retina maka kita bisa fokus melihat suatu obyek.
2. Sensor aktif dan pasif
Ada dua jenis sistem sensor, yaitu sensor pasif dan aktif. Instrumen
pasif mendeteksi energi alami (umumnya cahaya) yang dipantulkan atau
dipancarkan dari obyek yang diamati. Sebaliknya sensor aktif memiliki
sumber energi sendiri, yang dipancarkan ke arah obyek yang diindera,
kemudain hasil pemantulannya akan ditangkap. Keuntungan untuk sensor
aktif termasuk kemampuan untuk melakukan penginderaan dan pengukuran
kapan saja, terlepas dari waktu, kondisi cuaca atau musim. Sensor aktif dapat
digunakan untuk melakukan dengan panjang gelombang yang tidak terdapat
dalam cahaya sinarmatahari, seperti gelombang mikro. Sistem penginderaan
dengn sensor aktif juga lebih bisa mengontrol cara penangkapan data obyek.
Namun, sensor memerlukan energi dalam jumlah yang cukup besar untuk
mengindera target secara memadai. Kebutuhan energi ini akan membuat
penginderaan aktif lebih mahal

2.1. Contoh Sensor Aktif

Gambar Usg

Gambar Sensor Radar


Gambar Sinar X-ray

2.2. Contoh Sensor Pasif

Gambar Scanner
Gambar Sensor Sidik Jari

Gambar Kamera
Gambar Sensor Iris Mata

Gambar Face Recognition

3. Teknologi Sensor Wajah/ Face Recognition


Sistem Face Recognition adalah sebuah sistem identifikasi dan pengenalan
wajah. Sistem ini dapat diterapkan baik dalam lingkungan web maupun dalam
aplikasi desktop yang menggunakan wajah sebagai autentikasinya atau pengenalan
dan identifikasi wajah otomatis. Dapat berjalan dalam lingkungan 32 bit maupun 64
bit, dapat dengan mudah diintegrasikan atau dirubah sesuai dengan kebutuhan.
System ini dapat bekerja dengan mengidentifikasi wajah secara keseluruhan, mampu
mengenali wajah dalam gambar atau photo bahkan real-time video stream, juga dapat
digunakan untuk pembuatan aplikasi yang lebih luas, dari yang paling sederhana,
penghilangan efek red-eye sampai dengan solusi login biometric

3.1. Desain Pengenalan Wajah


Sistem pengenalan wajah terdiri dari: akuisisi citra wajah, deteksi wajah,
ekstraksi fitur wajah dan pemadanan. Arsitektur pengenalan wajah ditampilkan pada
Gambar 1.
3.1.1. Bagian Akuisisi Citra
Akuisisi citra digital wajah dilakukan dengan berbagai sensor, antara lain
sensor 2 dimensi, 3 dimensi, sekuens video. Dewasa ini, teknologi sensor telah
berkembang demikian pesat, sehingga proses akuisisi citra dapat dilakukan lebih
akurat dengan kualitas tinggi. Adakalanya memanfaatkan multi spectra, yaitu visible,
infrared dan near-infrared. Proses akuisisi ini akan menghasilkan citra digital atau
video yang akan menjadi target pengenalan identitas wajah dari objek yang tampak di
dalamnya.

3.1.2. Deteksi wajah


Setelah citra atau video berhasil diambil, proses berikutnya adalah
menentukan secara otomatis lokasi bagian wajah pada gambar, dan mengabaikan
objek yang bukan wajah. Bagian ini memiliki kesulitan yang cukup tinggi, karena
wajah seseorang adakalanya tidak mudah dilokalisasi. Kesulitan ini disebabkan
karena variasi yang disebabkan oleh pose wajah, ekspresi wajah, jenis kelamin, warna
kulit dan oklusi. Oklusi misalnya disebabkan oleh pemakaian aksesori seperti
kacamata hitam. Terutama dalam covert deployment, objek yang diambil gambarnya
tidak menyadari kalau sedang dipantau wajahnya, sehingga tidak selalu dapat
memperoleh gambar dengan pose yang ideal. Berbagai metode dikembangkan untuk
mendeteksi wajah, umumnya dengan mengekstrak tekstur fitur lokal dari citra dan
dilanjutkan dengan klasifikasi biner: apakah bagian tersebut merupakan bagian dari
wajah atau bukan

3.1.3. Ekstraksi Fitur Wajah dan Pemadanan


Ekstraksi fitur dan pemadanan, menurut Jain, Ross dan Nandakumar dapat
dibagi dalam 3 pendekatan sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 2 berikut.
Pendekatan berbasis penampilan (appearance-based) dilakukan dengan
memetakan informasi berdimensi tinggi dari citra wajah ke ruang vektor yang
berdimensi lebih rendah, sehingga mudah dilakukan analisislebih lanjut. Biasanya
teknik yang dipakai adalah Principal Component Analysis (PCA), Linear
Discriminant Analysis (LDA) dan Independent Component Analysis (ICA).

Pendekatan berbasis penampilan ini memakai nilai pixel pada citra, sehingga
memiliki kelemahan, karena sensitif terhadap pencahayaan dan ekspresi wajah. Hal
ini melatarbelakangi dikembangkannya teknik lain, misalnya berbasis tekstur.
Pendekatan kedua adalah berbasis model, yaitu memodelkan wajah secara matematis
ke 2 dimensi atau 3 dimensi, dengan tujuan agar pemadanan dapat dilakukan
walaupun dengan pose wajah yang bervariasi. Pendekatan terakhir adalah berbasis
tekstur. Hal ini dilakukan dengan melakukan ekstraksi fitur lokal yang invariant
terhadap pose wajah maupun pencahayaan. Teknik yang dipakai antara lain gradient
orientation dan local binary pattern (LBP). Algoritma ini memiliki keunggulan dalam
merepresentasikan wajah, lewat karakterisasi tekstur citra memakai distribusi nilai
pixel lokal.

3.2. Proses Kerja Face Recognition


Setiap wajah memiliki kontur khusus yang membedakannya dengan wajah
yang lain. Paling tidak, ada 80 titik kontur yang dapat diukur dengan software, di
antaranya adalah jarak antara kedua mata, lebar hidung, kedalaman lekuk mata,
bentuk tulang pipi, dan panjang rahang. Titik-titik kontur tersebut diukur
menggunakan kode numerik, disebut faceprint, yang didimpan dalam database. Pada
mulanya, software face recognition mengandalkan foto wajah dua dimensi untuk
dibandingkan, atau diidentifikasi dengan foto wajah 2D lainnya dalam database.
Untuk mendapatkan hasil yang efektif dan akurat, foto wajah yang diambil
harus benar-benar menghadap kamera, dengan toleransi yang minim terhadap
perbedaan cahaya dan mimik wajah dari gambar yang terdapat dalam database.
Belum lagi perbedaan pencahayaan dan mimik wajah yang dapat mengakibatkan
tidak dikenalinya foto wajah orang yang telah tersimpan di dalam database. Untuk
mengatasi kelemahan inilah dikembangkan software pengenal wajah yang
menggunakan model tiga dimensi (3D).
Penggunaan model 3D dalam software face recognition diklaim memiliki
tingkat akurasi yang lebih tinggi. Face recognition 3D ini menangkap foto permukaan
wajah manusia secara 3D. Software ini mengenali bagian-bagian khusus pada wajah
manusia, yakni jaringan otot dan tulang wajah yang menonjol, seperti bentuk
cekungan mata, hidung, dan dagu. Face recognition 3D ini dapat mengenali wajah
manusia dalam kegelapan dan dari sudut pandang yang berbeda, hingga 90 derajat.
Adapun urutan langkah-langkah dalam mengenali wajah manusia, antara lain:
a. Deteksi – pengambilan foto wajah manusia yang dilakukan dengan men-scan
foto 2D secara digital, atau menggunakan video untuk mengambil foto wajah
3D.
b. Penjajaran – saat berhasil mendeteksi wajah, software akan menentukan
posisi, ukuran, dan sikap kepala. Software 3D mampu mengenali foto wajah
hingga 90 derajat, sementara pada software 2D, posisi kepala harus
menghadap kamera paling tidak 35 derajat.
c. Pengukuran – software mengukur lekukan yang ada di wajah menggunakan
skala sub-milimeter (microwave), dan membuat template.
d. Representasi – template tersebut diterjemahkan ke dalam sebuah koe unik,
yang merepresentasikan setiap wajah.
e. Pencocokan – jika foto wajah yang telah direpresentasikan dan ketersediaan
foto wajah dalam database sama-sama 3D, proses pencocokan dapat langsung
dilakukan. Namun, saat ini masih ada tantangan untuk mencocokkan
representasi 3D dengan database foto 2D. Teknologi baru kini tengah
menjawab tantangan ini. Ketika foto wajah 3D diambil, software akan
mengidentifikasi beberapa titik (biasanya tiga titik) antara lain mata bagian
luar dan dalam, serta ujung hidung. Berdasarkan hasil pengukuran ini,
software akan mengubah gambar 3D menjadi 2D, dan membandingkannya
dengan gambar 2D yang ada dalam database.
f. Verifikasi atau Identifikasi – verifikasi adalah pencocokkan satu berbanding
satu, misalnya foto wajah yang diambil dicocokkan dengan database dari
absen wajah kantor. Software akan langsung memeberitahukan identitas
pegawai tersebut. Sedangkan identifikasi adalah pembandingan foto wajah
yang diambil dengan seluruh gambar yang memiliki kemiripan dalam
database.
g. Analisis Tekstur Wajah – kemajuan dalam software face recognition adalah
penggunaan biometric kulit, atau keunikan tekstur kulit untuk meningkatkan
akurasi hasil pencocokkan. Namun, terdapat beberapa factor yang
menyebabkan proses analisis tekstur ini tidak dapat bekerja, misalnya
pantulan cahaya dari kacamata, atau foto wajah yang menggunakan kacamata
matahari. Faktor penghambat analisis lainnya adalah rambut panjang yang
menutupi bagian tengah wajah, pencahayaan yang kurang tepat (yang
mengakibatkan foto wajah menjadi kelebihan atau kekurangan cahaya), serta
resolusi yang rendah (foto diambil dari kejauhan).

4. Teknologi Sensor Sidik Jari


Dibawah ini merupakan struktur umum dari scanner sidik jari dimana sebuah
sensor membaca permukaan jari dan merubah pembacaan analog kedalam digital
melalui sebuah A/D konverter (Analog ke Digital), sebuah modul interface
bertanggung jawab untuk berkomunikasi (mengirim gambar, menerima perintah, dan
sebagainya) dengan alat luar (personal computer / PC).
Jari menyentuh sisi atas dari kaca prisma, tapi ridges mulai bersentuhan
dengan permukaan prisma, bekas valley pada jarak pasti. Pada sisi kiri prisma
menerangi melalui suatu cahaya yang menyebar. Cahaya masuk ke prisma
dicerminkan pada valley, dan secara acak menyebar (menyerap) pada ridges.
Pantulan yang kurang memberikan ridges menjadi berbeda-beda dari valleys. Sinar
cahaya keluar dari sisi kanan prisma dan fokus melaui lensa diatas CCD atau CMOS
sensor gambar. Karena alat FTIR berguna untuk permukaan 3 dimensi, ini tidak
dapat dengan mudah menipu pemberian foto atau cetak gambar dari sidik jari. Ketika
jari sangat kering, itu tidak dapat membuat kontak yang sama dengan permukaan
sensor. Memperbaiki pembentukan sidik jari dari jari yang kering yang mana ridge
tidak mengandung partikel keringat, beberapa penghasil scanner menggunakan
lapisan silikon yang menyerupai kontak dari permukaan dengan prisma. Dengan
tujuan mengurangi biaya dari alat optik, plastik pada saat sekarang sering kali
digunakan dibandingkan kaca prisma, dan lensa.

4.1. Proses Kerja Sensor Sidik Jari


Terdapat beberapa metode atau proses kerja yang digunakan pada sensor sidik
jari yang akan dijelaskan sebagai berikut ini,
4.1.1. Optical Fingerprint Scanners

Adalah metode tertua yang memanfaatkan cahaya saat merekam pola sidik
jari. Jari diletakkan di atas sebuah scanner, biasanya terbuat dari kaca. Selanjutnya
dari bawah pemindai, pemancar cahaya menerangi permukaan ujung jari. Pantulan
cahaya ditangkap alat penerima sehingga foto sidik jari didapat. Teknik ini
menggunakan algoritma untuk mendeteksi pola unik di permukaan sidik jari.
Kemudian menganalisis dengan area gelap yang menandakan cahaya yang lebih
reflektif (bukit) dan area terang yang menandakan cahaya yang kurang reflektif
(lembah).
4.1.2. Capacitive Scanners

Jenis yang paling umum ditemukan dari teknologi pemindai sidik jari yang
digunakan saat ini di smartphone adalah pemindai kapasitif, yakni menggunakan
sensor ultrasonik atau kapasitans (capacitive).Sesuai namanya, sensor kapasitans ini
menggunakan alat elektronik semacam kapasitor untuk memindai sidik jari. Alih-alih
menciptakan citra tradisional sidik jari, kapasitor menyimpan muatan listrik yang
disambungkan dengan piringan konduktif pada layar smartphone sehingga bisa
digunakan melacak detail sidik jari. Muatan listrik pada kapasitor akan sedikit
berubah saat bagian garis menonjol pada sidik jari ditempelkan pada piringan
konduktif. Sementara itu, antar sela garis yang menonjol hampir tidak berpengaruh
terhadap kapasitor. Dari sinilah citra sidik jari didapat.

4.1.3. Ultrasonic Scanners


sensor ultrasonik memanfaatkan gelombang ketika memindai sidik jari, hasil
pemindaian sidik jari dengan sensor tersebut sudah berkualitis tiga dimensi (3D)
sehingga kemungkinan pemalsuan lebih rendah. Qualcomm mengembangkan
teknologi ini yang bernama Ultrasonic Fingerprint Scanner. Bisa disebut sebagai
scanner sidik jari generasi ketiga yang bekerja cukup berbeda dari model kapasitif.
Ultrasonic Fingerprint Scanner dapat bekerja meskipun jemari kamu penuh dengan
debu, kotoran, bahkan berkeringat, dan tingkat kelembapan jari kamu sangat tinggi.
Pemindai sidik jari ultrasonik ini juga dapat berfungsi melalui permukaan panel
lainnya, seperti bahan kaca dan logam. Hal ini sangat memungkinkan bagi banyak
vendor di masa depan untuk menanamkan panel sidik jari tersembunyi di bawah layar
sehingga tidak mengurangi sisi estetis dari perangkat.

5. Teknologi Scanner

Dalam penggunaan komputer terutama jika kita bekerja pada sebuah


perusahaan yang bergerak di bidang editing, tentunya kita seringkali menggunakan
scanner sebagai sebuah alat bantu yang sangat berguna untuk membantu
menyelesaikan pekerjaan kita pada perusahaan tersebut. Apa yang dimaksud dengan
scanner ini? Scanner merupakan sebuah perangkat tambahan pada komputer yang
mana memiliki kegunaan untuk memindai sesuatu berupa gambar foto, atau juga bisa
berupa dokumen yang mana nantinya akan diimport ke dalam komputer dan
ditampilkan melalui monitor dalam bentuk digital.

Sebagaimana arti kata kerja aslinya, yakni ‘to scan’ yang artinya memindai,
alat ini bekerja dengan cara memindai setiap bagian lembaran yang menjadi inputnya
hingga tidak ada bagian yang tersisa. ‘Bahan baku’ yang diolah oleh scanner
merupakan lembaran berkas tipis kasat mata. Setelah lembaran tersebut dipindai,
maka keluaran yang diperoleh memiliki bentuk berupa berkas visual berbentuk digital
yang ukuran maupun kualitasnya dapat diubah guna mencapai kualitas yang
diinginkan oleh penggunanya.

5.1. Cara Kerja Scanner


Sebagian besar dari kita pasti pernah berfikir mengenai bagaimana sebenarnya
cara kerja dari perangkat yang satu ini. Nah, berikut ini adalah cara kerja yang
dilakukan oleh scanner :

 Gambar yang akan dipindai itu diletakan berada di atas permukaan kaca
pemindai.
 Sebelum gambar dilakukan pemindaian, komputer akan melakukan
penentuan seberapa jauh motor stepper yang membawa lampu, jaraknya
sudah ditentukan oleh panjang gambar dan posisi gambar di kaca
pemindai. Ketika scanhead sedang melakukan pergerakan scan
menangkap cahaya yang dicerminkan pada area yang dipindai dengan
memiliki ketelitian sekitar 1/90.000 inci.
 Lampu mulai menyala dan motor stepper akan melakukan perputara untuk
menggerakan lampu sampai tepat berada diatas objek.
 Cahaya lampu yang dipancarkan pada gambar akan segera dipantulkan
pada bagian wilayah yang kosong atau memiliki warna putih tentunya
akan memantulkan lebih bvanyak cahaya ketika dibandingkan daerah
yang tampak gelap atau memiliki warna. Kemudian pantulan yang telah
dihasilkan akan diteruskan oleh beberapa cermin menuju lensa scanner.
 Pada pantulan cahaya tersebut akan bergerak menuju sensor CCD.
 Sensor CCD akan melakukan pengukuran intensitas cahaya dan panjang
gelombang yang dipantulkan dan mengubahnya menjadi tegangan listrik
analog.
 Tegangan analog tersebut akan berubah menjadi nilai digital karena
adanya alat pengubah ADC (Analog to Digital).
 Sinyal digital yang berasal dari Sensor CCD akan dikirim ke logic board
dan dikirimkan kembali pada komputer dalam bentuk data digital yang
telah menunjukan warna pada titik-titik gambar yang dipantulkan.

6. Teknologi Pada Kamera

Kamera merupakan seperangkat perlengkapan yang memiliki fungsi untuk


mengabadikan suatu objek menjadi sebuah gambar yang merupakan hasil proyeksi
pada sistem lensa. Untuk yang pertama kalinya kamera disebut juga dengan kamera
obscura. Kata ini berasal dari bahasa latin yang artinya “ ruang gelap”. Kamera
obscura adalah sebuah alat yang terdiri dari ruang gelap atau kotak, yang bisa
memantulkan cahaya dengan menggunakan dua buah lensa konveks, setelah itu
menempatkan gambar objek eksternal itu pada sebuah kertas/film. Penempatan film
tersebut ada pada pusat fokus dari lensa.

6.1. Proses Pembentukan Citra Pada Kamera

• Cahaya atau bayangan masuk melalui lensa dan diafragma


• Cahaya diterima oleh sensor cahaya yang memilah-milah cahaya berdasarkan
komponennya.
• Informasi mengenai konsentrasi komponen cahaya ini diterjemahkan dan
diubah menjadi informasi digital untuk kemudian disimpan dalam media
penyimpan.
6.2. Hasil Gambar dari Kamera

7. Teknologi Sensor Iris pada Mata


Pengertian dari retina scan itu sendiri adalah salah satu teknologi biometri
yang memilikitingkat akurasi yang cukup tinggi yang mampu meneliti lapisan
pembuluh darah dibelakang selaputmata. Tapi tingkat akurasi dari retina scan sendiri
bisa menurun apabila terjadi gangguan padaselaput mata. Contohnya, bila mata sudah
mulai rabun atau katarak maka alat yang digunakan untukmendeteksi tidak dapat
mengenali identitas si pengguna.Scanner retina biasanya digunakan untuk keperluan
otentikasi dan identifikasi. Retinal scanningtelah digunakan oleh beberapa instansi
pemerintah termasukFBI,CIA,danNASA.Namun, dalambeberapa tahun terakhir,
pemindaian retina telah menjadi lebih komersial populer.

7.1. Cara Kerja Iris Scanner


Cara kerja dari retina sendiri cukup sederhana yaitu ketika si pengguna
menggunakan alatnyamaka sinar inframerah yang berada pada digital pendeteksi
langsung secara otomatis mendeteksi selsaraf yang berada pada selaput mata
belakang dan biasanya berlangsung 10 - 15 detik.Cara kerja dari retina scan dengan
sensor dari inframerah yang melewati atau memaparkancahayanya ke saraf retina dan
secara otomatis alatnya akan mengantarkan ke tersebut bahwa sipengguna telah
menunjukkan identitasnya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas kalau setiapteknologi
tidak ada yang sempurna. Sama halnya dengan alat sensor untuk retina scan, alat ini
tidakbisa mengenal atau mengdeteksi 100% pemakainya mungkin disebabkan adanya
gangguan padasaraf selaput mata. Dan di sisi lain alat ini bisa mengenalinya namun
dengan pemakai yang salah.Semakin banyak informasi, atau faktor, yang diminta dari
subjek, semakin menjamin bahwasubjek adalah benar-benar entitas yang diklaimnya.
Oleh karenanya, otetikasi dua faktor lebih amandari otentikasi faktor tunggal.

8. Teknologi USG 3 atau 4 Dimensi


Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada
kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya
sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20 –
20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz). Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini
menggunakan frekuensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz).
Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang
terdapat dalam suatu alat yang disebut transduser. Perubahan bentuk akibat gaya
mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek
Piezo-electric, yang merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal
juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan
listrik yang melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan
dihasilkan gelombang suara frekuensi tinggi.
Teknologi radiasi yang diyakini paling kecil bahayanya atau bahkan tidak ada
sama sekali adalah MRI. Pasalnya, diagnostic imaging berteknologi tinggi ini
menggunakan medan magnet, frekuensi radio, dan seperangkat komputer untuk
menghasilkan gambar berupa potongan-potongan penampang tubuh manusia.
Gambar ini diperoleh dari hasil interaksi antara molekul sel tubuh dan sinyal yang
dipancarkan oleh frekuensi radio. Data yang didapat kemudian diolah komputer
gambar yang kemudian dicetak dalam bentuk foto.
Citra yang dihasilkan dari USG adalah memanfaatkan hasil pantulan (echo)
dari gelombang ultrasonik apabila ditrasmisikan pada tissue atau organ tertentu. Echo
dari gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan transduser, yang mengubah
gelombang akusitik ke sinyal elektronik untuk dioleh dan direkonstruksi menjadi
suatu citra. Perkembangan tranduser ultrasonik dengan kemampuan resolusi yang
baik, diikuti dengan makin majunya teknologi komputer digital serta perangkat lunak
pendukungnya, membuat pengolahan citra secara digital dimungkinkan dalam USG,
bahkan untuk membuat rekonstruksi bentuk janin bayi dalam 3 dimensi dan 4
dimensi sudah mulai dikenal.

8.1. Proses Pengambilan Gambar


Prinsip kerjanya menggunakan Gelombang Ultrasonik yang dibangkitkan oleh
kristal yang diberikan gelombang listrik. Gelombang ultrasonik adalah gelombang
suara yang melampaui batas pendengaran manusia yaitu diatas 20 kHz atau 20.000
Hz atau 20.000 getaran per detik. Kristal nya bisa terbuat dari berbagai macam, salah
satunya adalah Quartz. Sifat kristal semacam ini, akan memberikan getaran jika
diberikan gelombang listrik. Alat ultrasonik sendiri ada berbagai tipe. Ada Tipe Scan
A, B dan C. Yang biasa untuk mendeteksi crack pada baja adalah tipe A. Prinsip
kerjanya mudah sekali. Tinggal menggunakan sensor ultrasonik untuk mengirimkan
gelombang ultrasonik dan menangkapnya kembali.
Tipe B yaitu pada layar monitor (screen) echo nampak sebagai suatu titik dan
garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas echo yang dipantulkan dengan
sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua dimensi berupa penampang irisan
tubuh. Yang tipe C dapat menampilkan Citra 3 Dimensi dengan cara menangkap
pantulan-pantulan yang berbeda dari tebal tipisnya benda dalam suatu cairan. Karena
ada berbagai macam gelombang ultrasonik yang dipantulkan dalam waktu yang
berbeda, gelombang-gelombang ini lalu diterjemahkan oleh prosesor untuk dirubah
menjadi gambar.

8.2. Proses Kerja Alat Ultrasonografi


Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang
suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh
transducer, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan
dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus
menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan
jaringan yang dulaluinya.
Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur
transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya
diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar oscilloscope. Dengan demikian bila
transducer digerakkan seolah0olah kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh
yang dinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat pada layar
monitor. Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedance accoustic tertentu.
Dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, jaringan
tersebut dikatakan echogenic. Sedang jaringan yang homogen hanya sedikit atau
sama sekali tidak ada echo, disebut anecho atau echofree . Suatu rongga berisi cairan
bersifat anechoic, misalnya : kista, asites, pembuluh darah besar, pericardial dan
pleural efusion.

8.3. USG 3 Dimensi


Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam
hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi
yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya
yang diputar).

8.4. USG 4 Dimensi


Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara
pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat
lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim. Cara kerja USG 4
dimensi yaitu transduser memancarkan gelombang suara frekuensi tinggi ke dalam
perut. Oleh organ di dalam perut sebagian dari gelombang dipantulkan kembali.
Gelombang pantulan lalu ditangkap oleh alat penerima, kemudian diolah oleh
komputer dan disajikan dalam bentuk gambar pada layar monitor. Bahkan gambar
yang ditampilkan di layar monitor dapat dicetak atau dibuat dalam bentuk data
elektronik yang dapat diputar dalam format video.

Kelebihan USG 4D yang tidak dimiliki 3D adalah mampu melihat gerakan-


gerakan janin, seperti menghisap ibu jari, menendang, memukul, ngulet, dan lainnya,
sehingga USG 4D bisa memberikan informasi lebih banyak mengenai keadaan janin,
terutama dalam pengamatan perilaku janin (fetal behavior). USG 4D pun mampu
menyimpan gerakan atau penampilan di dalam database komputer yang selanjutnya
bisa dilihat ulang seperti kita melihat film. Salinannya dapat disimpan di CD atau
flashdisk
9. Teknologi Sensor Radar
Radar (yang dalam bahasa Inggris merupakan singkatan dari Radio Detection
and Ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah suatu sistem
gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak dan
membuat map benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan bermotor
dan informasi cuaca (hujan). Panjang gelombang yang dipancarkan radar adalah
beberapa milimeter hingga satu meter. Gelombang radio/sinyal yang dipancarkan
dan dipantulkan dari suatu benda tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan
menganalisa sinyal yang dipantulkan tersebut, pemantul sinyal dapat ditentukan
lokasinya dan kadang-kadang dapat juga ditentukan jenisnya. Meskipun sinyal yang
diterima relatif lemah/kecil, namun radio sinyal tersebut dapat dengan mudah
dideteksi dan diperkuat oleh radar.

9.1. Prinsip Dasar Kerja Sistem Radar

Konsep radar adalah mengukur jarak dari sensor ke target. Ukuran jarak
tersebut didapat dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang
elektromagnetik selama penjalarannya mulai dari sensor ke target dan kembali lagi ke
sensor. Radar digunakan untuk mendeteksi dan menentukan lokasi suatu target
berdasar karakteristik perambatan gelombang elektromaknit (g.e.m.). Hal ini dapat
dilaksanakan dengan jalan mendeteksi pantulan dari g.e.m dengan bentuk tertentu,
seperti bentuk sinusoidal yang dimodulasi pulsa, setelah g.e.m. yang semula
dipancarkan tersebut dipantulkan kembali oleh target / objek yang dikenalinya.
Dengan cara ini Radar telah meningkatkan kemampuan manusia untuk
mengamati/melihat ligkungannya, terutama secara fisik. Walau demikian tidak berarti
bahwa Radar telah bisa menggantikan fungsi dari mata sebagai panca untuk melihat,
sama sekali tidak. Radar hanya dapat memperpanjang jarak jangkau dari mata sampai
batas tertentu, sehingga manusia dapat melihat apa yang tidak dapat diamatinya
secara langsung dengan mata. Pengertian “melihat” yang dilakukan oleh Radar juga
tidak sama dengan pengertian melihat pada mata, karena dalam hal ini Radar tidak
dapat misalnya membedakan warna dari objekyang ditinjaunya. Namun demikian
dalam “melihat” ini Radar punya kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh mata, yakni
kemampuannya utk “menembus” kegelapan ,kabut ,awan, salju ataupun bahan-bahan
tertentu lainnya.n Satu hal yang paling penting dan patut dicatat adalah kesanggupan
Radar untuk menentukan jarak yang tepat dari suatu target. Pada dasarnya suatu
sistem Radar terdiri dari bagian-bagian :
1. Oscillator : Sebagai pembangkit g.e.m.
2. Antena Pemancar : Meradiasikan g.e.m. yang dihasilkan Oscillator
3. Antena Penerima :
4. Penerima yang akan mendeteksi enersi g.e.m yang ditangkap oleh antena
Penerima.

9.2. Hasil Pada Layar Monitor Radar


Bila sebahagian dari sinyal yang dipancarkan Radar sampai pada suatu target,
maka target tersebut akan meradiasikannya kembali ke segala arah. Antena Penerima
selanjutnya akan menangkap enersi yang kembali dan meneruskannya kebagian
Penerima dimana sinyal tersebut dideteksi dan dianalisa untuk mengetahui kehadiran,
posisi atau kecepatan target tersebut, relatif terhadap Radar. Jarak dari target
diketahui dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh sinyal Radar untuk
merambat menuju target dan kembali lagi ke Penerimanya. Sedang arah target
ditentukan oleh arah datangnya pantulan g.e.m. itu sendiri. Jika target tersebut
bergerak relatif terhadap Radar, maka kecepatan target diukur berdasar “Efek
Doppler”, yakni pergeseran frekuensi carrier yang terjadi setelah mengalami
pemantulan. Berdasar “efek Doppler” disamping dapat membedakan target bergerak
dari target diam, Radar juga dapat mengetahui lintasan gerak dari suatu target. Sistem
Radar mulanya dikembangkan dengan tujuan utama untuk mengetahui
kedatangan dan posisi pesawat musuh serta mengarahkan dengan tepat senjata
anti pesawat udara kepadanya. Meski Radar yang modern telah mempunyai beragam
fungsi, namun tugas pertamanya sebagai pengukur jarak masih tetap merupakan salah
satu dari fungsinya yang penting

10. Teknologi Sinar X-ray


Sinar-X atau sinar Röntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100
pikometer (mirip dengan frekuensi dalam jangka 30 PHz to 60 EHz). Sinar-X
umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medis dan Kristalografi sinar-X. Sinar-
X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya. Sinar-X dapat terbentuk apabila
partikel bermuatan misalnya elektron oleh pengaruh gaya inti atom bahan mengalami
perlambatan. Sinar-X yang tidak lain adalah gelombang elektromagnetik yang
terbentuk melalui proses ini disebut sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X yang terbentuk
dengan cara demikian mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi kinetik
partikel bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan.

10.1. Cara Kerja Sinar X-ray Rontgen tubuh

Penciptaan sinar-x tak lagi mengandalkan mekanisme tabung crookes,


melakinkan dengan menggunakan pesawat sinar-x modern. Pesawat sinar-x modern
pada dasarnya membangkitkan sinar-x dengan mem’bombardir’ target logam dengan
elektron berkecepatan tinggi. Elektron yang berkecepatan tinggi tentunya memiliki
energi yang tinggi, dan karenanya mampu menembus elektron-elektron orbital luar
pada materi target hingga menumbuk elektron orbital pada kulit k (terdekat dengan
inti). Elektron yang tertumbuk akan terpental dari orbitnya, meninggalkan hole pada
tempatnya semula. Hole yang ditinggalkannya itu akan diisi oleh elektron dari kulit
luar dan proses itu melibatkan pelepasan foton (cahaya elektromagnetik) dari elektron
pengisi tersebut. Foton yang keluar itulah yang kemudian disebut sinar-x, dan
keseluruhan proses terbentuknya sinar-x melalui mekanisme tersebut disebut
mekanisme sinar-x karakteristik.

Adapun mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah emisi foton yang
dialami oleh elektron cepat yang dibelokkan oleh inti atom target atas konsekuensi
dari interaksi coulomb antara inti atom target dengan elektron cepat. Proses
pembelokkan ini melibatkan perlambatan dan karenanya memerlukan emisi energi
berupa foton. Mekanisme ini disebut bremsstrahlung (bahasa jerman dari ‘radiasi
pengereman’).

10.2. Hasil Dari Rontgen Sinar X-Ray

BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Pengolahan citra merupakan bidang yang berkembang pesat dan banyak
diterapkan pada ilmu-ilmu murni dan teknik. Pengolahan citra merupakan bidang
yang berkembang pesat dan banyak diterapkan pada ilmu-ilmu murni dan teknik.
Aplikasi pengolahan citra mempermudah penggunanya dalam pengenalan pola yang
berperan dalam memisahkan objek dari latar belakang secara otomatis, Teknologi
Pengolahan Gambar Panorama 360 Degree dan Teknologi Sensor adalah beberapa
contoh aspek pengolahan citra yang terus berkembang dan sering digunakan sampai
saat ini.

Anda mungkin juga menyukai