Anda di halaman 1dari 67

ISSN 2287-5565

Seluk-beluk Soju
Minum sebagai Budaya Korea
Seni & Budaya Korea

Seluk-beluk Soju
Soju, Sekilas Latar Belakang Mengenainya
Fitur Khusus Minuman Beralkohol Terlaris di Dunia
Musim dingin 2013 Budaya Minum Orang Korea v o l. 2 NO. 4
M usimmerd i 2012
sum n g i n 2013 vo l.n o2. 2n o . 4
vo l. 26 www.koreana.or.kr
Pemimpin Umum Yu Hyun-seok Penata Letak dan Desain Negara di luar Amerika dan Kanada © The Korea Foundatioon 2013
Direktur Editorial Zeon Nam-jin Kim’s Communication Associates (termasuk Korea) Hak cipta dilindungi undang-undang.
Pemimpin Redaksi Koh Young Hun 384-13 Seogyo-dong, Mapo-gu, Seoul, Korea Foundation Dilarang memperbanyak sebagian atau
Penyunting Mirna Yulistianti 121-839, Korea. www.gegd.co.kr 2558 Nambusunhwan-ro, Seocho-gu, seluruhnya tanpa izin Korea Foundation.
Dewan Redaksi Bae Bien-u Telp: 82-2-335-4741 Faks: 82-2-335-4743 Seoul, Korea
Pendapat penulis atau pengarang dalam majalah
Elisabeth Chabanol Telp: 82-2-2151-6544 Faks: 82-2-2151-6592
Langganan ini tidak harus selalu mencerminkan pendapat
Han Kyong-koo
Biaya per tahun: Korea \18,000, Percetakan Edisi Musim dingin 2013 editor atau pihak Korea Foundation.
Kim Hwa-young
Asia(udara) US$33, Negara di luar Asia(Udara) US$37 Samsung Munhwa Printing Co.
Kim Mun-hwan Majalah Koreana ini sudah terdaftar
Harga per eksemplar (Korea): \4,500 274-34 Seongsu-dong 2-ga,
Kim Young-na di Kementerian Budaya, Olahraga, dan
Seongdong-gu, Seoul, Korea
Koh Mi-seok Informasi Berlangganan Pariwisata(No. Pendaftaran Ba 1033, 8 Agustus
Telp: 82-2-468-0361/5
Song Hye-jin 1987), Korea sebagai majalah triwulanan, dan
Amerika, Kanada
Song Young-man diterbitkan juga dalam bahasa Inggris, China,
Koryo Book Company
Werner Sasse Prancis, Spanyol, Arab, Rusia, Jepang, dan
1368 Michelle Drive
Jerman.
St. Paul, MN 55123-1459
Telp: 1-651-454-1358 Faks: 1-651-454-3519

Seni & Budaya Korea Edisi Musim dingin 2013

http://www.koreana.or.kr

Diterbitkan empat kali setahun oleh


Korea Foundation
2558 Nambusunhwan-ro,
Seocho-gu, Seoul, Korea

“Dari Perahu, Memandang rimbun


bunga Aprikot” karya Kim Hong-do
(1745-sekitar 1806) dari Dinasti Joseon,
tinta dan cahaya
warna pada kertas, 164 x 76 cm, akhir
abad ke-18 sampai awal abad ke-19.

Dari Redaksi Musim Dingin yang Hangat


Musim dingin yang hangat, bukanlah sebuah paradoks. Seoul dan kota-kota lain di Korea, selalu menyambut kehangatan. Jadi, datanglah ke Seoul, dan nikmati saljunya dalam kehangatan.
musim apa pun dengan kehangatan: serangkaian festival, pesta musiman, pameran, dunia belanja, dan dina- Di wilayah lain, musim dingin adalah masa kehebohan: permainan ski, berselancar di atas es, atau berceng-
mika masyarakat, kerap menciptakan kehangatan. Tetapi, kehangatan kali ini, bagi Koreana , terasa lebih spe- kerama di lapangan salju dengan segenap keluarga. Setelah itu, beristirahatlah sambil makan samgeytang
sial. Ada apakah gerangan? (ayam rebus), dongtaetang (sup ikan), kodongo (ikan bakar) atau sup Hwangtae yang kaya protein. Jangan
Tahun ini adalah 40 tahun hubungan persahabatan Korea—Indonesia. Masa yang panjang, tanpa sekalipun lupa, minumannya teh hangat, ginseng, atau bahkan soju ! Itulah kehangatan lain musim dingin.
ada masalah yang mengganjal. Bahkan, hubungan itu semakin erat dan akrab dengan bertambah luasnya Koreana edisi musim dingin, ingin berbagi kehangatan itu. Selalu, sajiannya hangat. Eloklah jika sidang pem-
kerja sama antar-kedua negara. Sangat beralasan bagi Korea dan Indonesia, jika di masa mendatang, hubun- baca yang mulia, mengajak keluarga, saudara, teman, dan handai tolan untuk menyampaikan informasi ten-
gan bilateral itu semakin meningkat dan terus meningkat guna mengangkat peranan dan martabat kedua tang Koreana , media satu-satunya yang menyajikan seni budaya Korea, yang adiluhung dan kontemporer,
bangsa di mata bangsa-bangsa lain di dunia. secara lengkap, secara hangat.
Salju dalam setiap musim dingin, biasanya turun awal atau pertengahan Desember. Kali ini, salju menyapa Nikmatilah Koreana edisi musim dingin ini dengan hati yang hangat, hati yang mencintai persaudaraan dan
warga Seoul lebih cepat, yaitu pertengahan November. Meski begitu, warga Seoul, atau penduduk Korea kemajuan!
umumnya, sudah akrab dengan alam. Dalam setiap pergantian musim, segalanya sudah disiapkan. Suhu
udara musim dingin biasanya berkisar antara 5—10 derajat atau sampai puncaknya antara 10—15 derajat
di bawah nol. Tetapi, segalanya tetap hangat. Gas, air, busana, makanan, mesin penghangat ruangan, kipas Koh Young Hun
angin, sampai ke minuman soju dan makgeoli adalah perlengkapan penting musim dingin yang memberi Pemimpin Redaksi Koreana Edisi Indonesia
Fitur Khusus Seluk-beluk Soju

04 Fitur Khusus 1
Soju, Sekilas Latar Belakang Mengenainya Lee Chang-guy

08 Fitur Khusus 2
Minuman Beralkohol Terlaris di Dunia Ye Jong-suk

14 Fitur Khusus 3
Budaya Minum Orang Korea Cho Surng-gie
4

18 Fitur Khusus 4
Makanan Gurih yang Menemani Soju Ye Jong-suk

22
25
WAWANCARA
Lee Young-hye: “Jika seni itu pertanyaan, desain adalah jawabannya.” Chung Jae-suk

28 Jatuh Cinta pada Korea


Jembatan untuk Dunia Multikultural dr. Rajesh Chandra Joshi Park Hyun-sook

32 DI ATAS JALAN
Pameran Seni : Kenangan tentang Cinta dan Perang di Sana Kim Yoo-kyung
Distrik yang Bernama Cheorwon ‘Segitiga Besi’, Lokasi Koeksistensi Ketegangan
dan Kedamaian Kim Dang

40 Buku & lebih Charles La Shure


Seumur Hidup bersama Kesusastraan Korea
“Koreaku: 40 Tahun Tanpa Horsehair Hat ”
Festival Film Sepanjang Tahun, Berbagi, dan Keterbukaan
Festival Film 29 Detik
Hal-hal Kecil untuk Meditasi bagi Kebenaran yang Dalam dan Luas
Bayangan yang Bertumbuh
36

44 Esai
Ke Korea di Musim Gugur Masuki M. Astro

46 HIBURAN
Bong Joon-ho Membuat Debut Hollywood dengan ‘Kereta Api Negeri Salju’ Kim Young-jin

46
52 KENIKMATAN GOURMET
Hwangtae : Makanan Lezat Berprotein Tinggi dari Salju, Angin, dan Matahari Ye Jong-suk

54
56 gaya hidup
Ekonomi Berbagi, Konsep Baru Kepemilikan Lee Jin-joo

62 Perjalanan Kesusastraan Korea


Langkah untuk Mengingat Kehidupan yang Entah dan tak Relevan
Lemari Tua Lee Hyun-su
Kang Ji-hee

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 3
Fitur Khusus 1
Seluk-beluk Soju

Soju, Sekilas Latar


Belakang Mengenainya
Belakangan ini kelihatannya tidak ada pembagian kelas yang jelas bagi orang Korea dalam hal minum
minuman keras. Di latar belakangnya terdapat pola pikir optimis era industrialisasi dari pekerja-pekerja kota,
dan itu berkembang menjadi ‘semangat soju’ yang unik dan istimewa di dalam budaya makan-makan di
perusahaan-perusahaan. Lee Chang-guy, Penyair, Kritikus Sastra

Lampu memikat dari penjual makanan kaki lima menarik perhatian


orang-orang yang lewat.

P ada tahun 1976 ketika teriknya matahari musim


panas mulai berubah menjadi hangatnya matahari
musim dingin, saya berbaring agak miring di teras rumah
pelajaran kami. “Penyair muda / ayo kita batuk / mari kita
batuk pada atas salju / mari kita turunkan hati turunkan
hati agar salju bisa melihat / mari kita batuk”. Puisi karya
saya sambil membaca sebuah cerita bersambung di Kim Su-young berjudul <Salju> ini menjadi pesan pertama
koran. Saat itu melintas di otak saya suatu pertanyaan, bagi jiwa saya yang tenggelam dalam kepekatan zaman
semua manusia di dunia rasanya hidup begitu saja menu- pada saat itu. Dan dari radio di malam tanpa kantuk itu ter-
rut apa yang menerpanya. Apakah arti kehidupan bagi dengarlah lantunan puisi membangunkan ingatan roman-
seorang yang sudah tua, dan sebagai orang yang begitu tis saya yang sempat terlupakan. Sebuah puisi karya Park
yakin sudah mengetahui bagaimana cara menjalani kehi- In-hwan berjudul <Kuda Kayu dan Gadis>, yang diawali
dupan yang baik, pemikiran ini membuat saya bingung dengan “Minumlah segelas alkohol” dan dilanjutkan den-
sendiri dan akhirnya terjebak dalam kehausan dan kele- gan “bintang-bintang berjatuhan dari botol bir / bintang-
mahan yang mendalam. Saat itu saya baru SMA kelas 2. bintang yang terluka itu hancur ringan di dadaku”. Tanpa
Tetapi pertanyaan yang menyesakkan dada itu akhir- segaris ragu, sayapun memasuki jalan penyelamat yang
nya menjadi ekstasi penyembuh bagi saya. Beberapa hari terbuka oleh minuman alkohol dan puisi.
setelah itu adalah kelas menulis di sekolah. Hari itu guru
kelas ‘Menulis’ mulai menggoreskan kapurnya di papan Saya dan Soju
tulis, menuliskan sebuah puisi yang tidak ada pada buku Perilaku minum saya merupakan suara gendang

4 S e n i & B u d a y a Ko re a
menggema di dada yang menandakan munculnya se- isi gelas yang diterimanya dengan iringan suara ‘cuuuk~’.
orang ksatria baru yang hendak melawan dunia fana Hal inilah yang selalu menyulitkan saya bila hari raya tiba,
nan lusuh, merupakan pernyataan perang berhadapan karena biasanya seringkali saat itu saya menemani beliau
muka dengan semua yang ditakuti manusia tanpa dapat minum. Kalau saja sesekali saya hanya mengosongkan
melawannya, dan juga merupakan perjuangan dari se- setengah dari isi gelas dan menurunkan gelas tersebut
orang pemuda naif yang memimpikan kebebasan dari diam - diam, langsunglah akan terdengar suara bentakan
kesemuanya. Semua ‘anggur’ (dalam arti anggur pada ayah. Gelas soju kecil itu tidak berisi sampai seteguk, buat
perjamuan kudus di gereja) dalam ritual ini adalah soju apa beririt minum, kata beliau.
dengan kadar alkohol 25 dan merek katak pada botolnya Kalau orang berpikir karena ayah adalah pengungsi
yang berwarna hijau. Soju merasuk dalam diri saya den- dan pecinta minuman alkohol lantas yang menjadi alasan-
gan berbagai rupa, yakni rasa, semangat, eksentrik, fan- nya adalah karena beliau ingin menghibur diri bila terin-
tastik, tidak praktis, non-sosial, dan revolusi. Pada satu gat pada keluarga yang ditinggalkannya, orang itu salah
hari saya bisa saja meminum dalam sekejap sebotol soju. besar. Walaupun tidak bisa dikatakan alasan itu tidak ada
Hanya karena ingin hidup sebagai seorang manusia. sama sekali, sebenarnya ayah sudah mulai akrab dengan
Ketika mulai berceloteh dalam bahasa yang antara soju sejak tahun 1970. Saat usaha permobilan milik ayah
dikenal dan tak dikenal meniru seorang penyair, mulailah yang dijalaninya bersama beberapa teknisi mulai miring,
muncul satu atau dua orang peramal. Ritual kami dimu- ketergantungan ayah pada sojupun meranjak pesat. Sam-
lai dari sejak senja tiba dan semakin mendalam dengan pai sekarang ayah masih saja percaya dan mengatakan
datangnya malam. Semakin berulang pertemuan, semakin bahwa beliau tidak memiliki keberuntungan dalam beru-
banyaklah pengikutnya. Penyelenggara menamakan per- saha, tetapi menurut saya dengan terbukanya bisnis per-
temuan ini “Simposium Plato”. Tetapi kemudian mulailah mobilan sebagai suatu bidang industri baru, diperlukan
serangan dari ‘orang-orang berkeyakinan lain’. Kami dis- teknisi-teknisi ahli dengan latar belakang pendidikan yang
korsing dari sekolah atas tuduhan memalukan “minum sistematis dalam setiap bidangnya. Karena itulah generasi
alkohol di sekolah”, ditambah lagi dengan siksaan yang insinyur bertipe ilmuwan penemu bertukar menjadi gene-
diatasnamakan “hukuman yang mendidik”. Pada tahun rasi insinyur ahli yang memiliki ilmu yang sistematis. Ayah
berikutnya di musim dingin, kami membuat perkumpulan juga belajar entah dari mana, saat mabuk beliau memang-
besar besaran di kantor publikasi di tengah kota meng- gil dan mengumpulkan seluruh anggota keluarga di teng-
gunakan segala dana yang kami punyai dan dengan ah malam untuk memberikan ceramah panjang lebar ten-
bangga menyerukan keputusan kami kepada dunia. Pada tang masa depan negeri ini dan juga bagaimana seorang
akhir perkumpulan tersebut, saya menyatakan keluar dari manusia sepatutnya bertindak
rumah dan kemudian lari dari rumah. Meninggalkan keka-
sih tercinta yang mengenakan sarung tangan bulat di ter- Prajurit industri dan Soju
minal. Industrialisasi di Korea, yang menjadi landasan bagi
Tanggal 26 Oktober 1979, ketika saat peristiwa Pre- Korea yang dulunya merupakan salah satu dari negara
siden Park Jung-hee tertembak mati terjadi, saya dan termiskin di dunia sejak usainya perang Korea untuk ber-
teman terbaring di sebuah kamar kos lusuh dalam kea- kembang sebagai negara perdagangan di urutan ke 8
daan bobrok jasmani dan rohani. Dan pada musim din- dunia, mulai memanas sejak tahun 1970. Pelaku utama
gin di tahun yang sama, bersamaan masuknya saya den- dalam industrialisasi memang diawali oleh kaum elit muda
gan susah payah ke militer, gugusan bintang saya hilang lulusan perguruan tinggi yang mengatasi kesulitan eko-
lenyap dari atas bumi ini. nomi dengan belajar setinggi-tingginya, tetapi yang men-
jadi pendorong utamanya adalah kaum muda biasa yang
Ayah dan Soju berbondong-bondong meninggalkan kampung halaman-
Ayah adalah seorang pengungsi dari provinsi Hwan- nya masing-masing untuk datang mengadu nasib ke kota.
ghae yang meninggalkan kampung halaman dan keluar- Keterampilan yang tinggi (namun murah) yang dimiliki
ganya waktu perang Korea berkecamuk, dan lari ke sela- mereka inilah yang menjadi kekuatan saing utama yang
tan sendirian. Ayah yang kini berusia 89 tahun adalah seo- melahirkan industrialisasi di Korea.
rang pecinta minuman alkohol yang bila merasa mampu, Yang menghibur tubuh lelah dan kerinduan pada kam-
bahkan akan meminum soju sebagai teman makan. Mung- pung halaman mereka tak lain adalah segelas minuman
kin memang sejak semula beliau tidak memiliki kesaba- alkohol saat pulang dari kerja. Pada masa industrialisasi
ran untuk menunggu, selalu saja beliau mengosongkan di Inggris, para pekerja lebih menikmati brandy yang lebih

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 5
keras daripada wine atau bir. Demikianlah juga orang cen- manusia. Budaya unik dan istimewa pada makan-makan
derung memilih soju daripada makgeolli yang menambah di perusahaan-perusahaan bermula dari sini. Tidak ikut
selera makan dan juga memberikan rasa mabuk yang dalam acara Makan Bersama (atau mungkin lebih tepat
stabil hanya dalam 3 gelas teguk. Rasa pahit di mulut disebut sebagai Minum Bersama) dapat diartikan sebagai
yang diakhiri dengan rasa manis yang melingkupi lidah penolakan untuk bersatu. Walaupun memang pada hari
cukup untuk menghibur dan menguatkan jiwa yang lelah berikutnya ketika semua suasana dan perasaan kembali
oleh beratnya kehidupan, dan dengan sedikit uang dapat pada tingkat normal, semua orang akan melupakan acara
menikmati rasa mabuk. Singkatnya, soju adalah minuman Makan Bersama itu seolah tidak pernah terjadi apapun.
alkohol yang sempurna memenuhi keperluan zaman. Budaya minum yang berlanjut ke tahap dua dan tahap tiga
yang merupakan sambungan dari acara makan bersama
Minuman Optimis, Minuman Persatuan (yang sering disebut sebagai tahap satu) pada era indus-
Perilaku orang-orang yang mabuk akibat minuman trialisasi yang dulunya tidak produktif dan boros kini telah
beralkohol di mana saja biasanya sama, tetapi bila disu- berkembang menjadi budaya positif perusahaan guna
ruh bicara tentang ciri khas kebiasaan minum orang meningkatkan produktivitas.
Korea, saya bisa mengatakan bahwa biasanya orang
Korea gemar mabuk berat daripada menahan diri. Dari- Tenaga Kerja Berubah, Sojupun Berubah
pada minum ‘secukupnya’, mereka gemar minum ‘habis- Seingat saya istilah ‘Berubahnya Soju’ muncul di kalang-
habisan’. Yang menarik adalah – yang mungkin saja an jurnalistik pada tahun 1995 ketika GDP Korea meraih
dianggap aneh - mabuk berat bukanlah dibuat menjadi 10.000 dolar. Yang menjadi fokus dari perubahan minu-
satu alasan untuk melarikan diri dari keadaan atau menu- man beralkohol adalah kadar alkoholnya. Pada tahun
tup kekurangan diri, tetapi justru membuat diri percaya 1998 kadar alkohol 23 turun menjadi 22 (tahun 2001),
diri dan optimis. Pepatah Korea yang mengatakan ‘suatu kemudian turun lagi menjadi 21 (tahun 2004) dan seka-
haripun matahari juga akan menerangi lubang tikus’, dan rang ditambah lagi variasinya dengan kadar alcohol 19,5.
sebaris lirik lagu yang mengatakan ‘suatu hari, hari yang Semakin rendahnya kadar alkohol dalam soju juga meru-
cerah akan datang’ yang kerap terdengar di rumah minum bah dan melenyapkan sikap peminum yang dulunya selalu
menunjukkan isi hati terdalam dari semua orang yang berujar ‘kha…ha…’ seusai meneguk isi gelas mereka. Ala-
datang untuk minum. Sekalipun pada kenyataannya saat san dari semua ini bisa dikatakan adalah karena ‘budaya
ini mereka terdorong kalah, mereka tidak menerima men- hidup sehat’ yang mendorong lahirnya ‘soju lembut’, dan
tah - mentah kekalahan tersebut. Mereka percaya bahwa juga bisa dikatakan karena perusahaan minuman mengin-
kekalahan itu hanya bersifat sementara dan menunggu car kalangan muda dan wanita. Sebagai contohnya ada-
suatu hari dapat masuk ke tengah–tengah medan. Soju lah munculnya berbagai variasi soju koktail dengan tam-
adalah minuman penghibur bagi ‘prajurit-prajurit kalah bahan aroma buah.
palsu’ yang saling menguatkan satu sama lain. Saya berusaha mencari akar dari perubahan ini dari
‘Minum dalam sepi’ (dalam arti minum alkohol sendi- perubahan kualitas dan sifat dari tenaga kerja. kerja fisik
rian tanpa ada yang menemani)’ adalah pemandangan dengan kerajinan dan kesetiaan untuk mencapai sasa-
yang sulit untuk ditemukan. Minuman beralkohol sangat- ran kerja yang dibuat satu arah pada masa industrialisasi
lah menggairahkan bak membuktikan hipotesis bahwa ia memungkinkan Korea mencapai GDP sebesar 10.000
mendorong meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dolar. Pada era berikutnya – yang dikata orang ada-

‘Minum dalam sepi (dalam arti minum alkohol sendirian tanpa ada yang menemani)’ adalah
pemandangan yang sulit untuk ditemukan. Minuman beralkohol sangatlah menggairahkan bak
membuktikan hipotesis bahwa ia mendorong meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan manusia.
Budaya unik dan istimewa pada makan-makan di perusahaan-perusahaan bermula dari sini. Budaya
minum yang berlanjut ke tahap dua dan tahap tiga yang merupakan sambungan dari acara makan
bersama (yang sering disebut sebagai tahap satu) pada era industrialisasi yang dulunya tidak produktif
dan boros kini telah berkembang menjadi budaya positif perusahaan guna meningkatkan produktivitas
kerja.

6 S e n i & B u d a y a Ko re a
Orang-orang bersulang sambil bersorak meneriakkan harapan baik. Tetapi
bukankah bersulang sesungguhnya saling mendukung untuk bisa lebih
mabuk?

lah zaman informasi – yang dinamakan sebagai ‘beker- sius untuk memudahkan seseorang membawa dan memi-
ja’ bukanlah lagi kerja fisik dengan imbalan uang, tetapi numnya ke mana dan di mana saja, tetapi merupakan
penunjukan jati diri di tengah masyarakat. Orang mulai produk kenang - kenangan yang membawa kita kembali
memilih pekerjaan sesuai dengan minatnya, kedudukan pada ‘Masa Jaya Soju’. Perasaan berada ditengah gejolak
seseorang di masyarakat mulai ditentukan berdasarkan kemajuan itu ditulis oleh penyair Park Roh-hye dalam pui-
kemampuan masing-masing, bahkan mulailah tersiar sinya <Subuh Seorang Pekerja> yang berbunyi ‘di dalam
kabar burung bahwa kebahagiaan manusia bisa ditemu- keringat dan air mata darah yang kasar / tumbuh dan ber-
kan di dalamnya. Dengan demikian, otomatis kebebasan nafaslah cinta kita, amarah kita / demi harapan dan persa-
untuk bersenang tanpa tujuan atau tidak melakukan apa tuan / tuangkanlah segelas soju untuk menghibur hati lara
- apa menjadi hilang, waktu kosong di sela kesibukan di subuh hari’.
bekerja tidaklah lagi menjadi waktu sisa, tetapi menjadi ‘Pesta telah usai / minuman sudah habis, satu per satu
waktu untuk menyiapkan suatu inovasi baru. orang memasukkan dompetnya, dan akhirnya diapun turut
Di sinilah pengkodean soju bermula. Fungsi membuat pergi / tetapi aku dapat menduga dengan samar / seseo-
mabuk semakin menjauh, dan kini fungsi tersebut beralih rang akan tinggal seorang diri di tempat ini sampai detik
ke fungsi minuman untuk meningkatkan dan memperbaiki terakhir / ia akan membereskan meja ini ganti pemilik toko
hubungan melalui percakapan, atau sebagai minuman / dan sambil berusaha mengingat kembali semuanya akan
sinekdok yang dapat merangsang selera makan. Fenome- meneteskan air mata yang panas’ Choi Young-mi <Tiga
na ini mirip dengan perubahan sebuah mobil yang tadinya Puluh, Pesta Telah Usai>.
lebih mementingkan kecepatan, tetapi kini lebih dianggap Masa muda di mana kita saling menuang penuh sam-
sebagai suatu sarana untuk memamerkan keamanan dan pai meluap gelas - gelas soju untuk meredakan kehau-
kekayaan. Jadi bila sekedar mau bersulang sambil saling san dan keperihan yang menyesakkan dada sambil saling
membenturkan gelas, tidak diperlukan minuman alkohol menumpahkan perasaan-perasaan yang kuat telah berlalu.
berkadar tinggi. Minum berlebihan dianggap sebagai ala- Demikian juga masa muda saya. Suara seruan asing yang
san penghalang untuk bersaing di hari berikutnya. Ini ada- menandakan bermulanya suatu arena baru globalisasi ter-
lah cerita dari generasi masa kini yang menyerukan ‘kalau dengar berisik. Suatu hari, tentulah mereka akan merindu-
tidak bisa mengelak, nikmatilah’. Pada titik ini, soju yang kan saat - saat mereka bekerja, mencintai, bermimpi dan
muncul dalam kemasan pak bukanlah suatu produk ambi- saling berbagi soju dengan cara mereka sendiri.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 7
1

1-3 Kim Yeun-bak, yang telah belajar seni membuat Soju


dari ibunya dan pekerja seni yang ditunjuk pemerintah
membuat Soju Andong, Cho Ok-hwa, dan istrinya
Bae Kyung-hwa, yang disiapkan mewarisi gelarnya,
mempersiapkan rendaman gandum, atau nuruk , yang
digunakan untuk fermentasi minuman keras tradisional. Air
ditambahkan untuk dikeringkan dan gandum dilumatkan,
dan pencampuran bahan-bahan dilakukan dengan tangan
(1). Sebuah bingkai bulat rendaman gandum dilapisi kain
rami dan campuran yang ditekan pada bingkai (2). Kain
dilipat di atas campuran dalam dua lapisan, dan kemudian
campuran dipadatkan dengan injakan kaki (3). 4 Beras
dimasak dalam sebuah kapal menyebarkan dingin pada
lembaran di bawah bayangan, nasi ini dicampur dengan
bubuk rendaman gandum dan air dan difermentasi dalam
kendi tembikar untuk menghasilkan “bubur” yang nantinya
akan disuling (bawah). 5 Bubur fermentasi dituangkan ke
dalam kuali, yang kemudian berkembang dingin, dan ketika
bubur direbus dengan Soju sulingan, ia akan mengalir ke
dalam tabung (kanan).

4 8 5 S e n i & B u d a y a Ko re a
Fitur Khusus 2
Seluk-beluk Soju

Minuman Beralkohol
Terlaris di Dunia
Minuman beralkohol ini selalu hadir di setiap waktu makan, piknik, dan
bahkan di dalam tas – minuman dalam botol hijau yang kecil ini begitu
disukai masyarakat Korea. Sebenarnya, apa sih minuman yang bernama
soju ini?
Ye Jong-suk, Kolumnis Makanan, Profesor Bidang Pemasaran, Universitas Hanyang
Ahn Hong-beom Fotografer

T ahun lalu warga Korea meminum 3,4 miliar botol soju. Dengan perincian rata-rata 88,4 botol
per orang dewasa setahun atau 7,4 botol per bulan. Mengingat non-peminum dihitung juga
di sini, terlihat jelas bahwa warga Korea minum soju dalam jumlah yang luar biasa. Menurut
salah satu survei terbaru, 65 persen orang Korea langsung berpikir tentang soju ketika menye-
but minuman beralkohol. Berdasarkan fakta tersebut, tidaklah berlebihan rasanya jika soju diju-
luki sebagai minuman beralkohol nasional Korea.

Sejarah Soju
Sejarah soju merekam peristiwa yang penuh prahara. Sebenarnya, soju bukan asli Korea tapi
dibawa ke negara itu oleh para penjajah. Pada awal abad ke-13, ketika Dinasti Goryeo meme-
rintah Semenanjung Korea, tentara Mongol menyerang dan membawa masuk soju bersama
mereka. Pasukan Mongol minum minuman keras hasil penyulingan yang kuat ini, yang tidak per-
nah ditemui sebelumnya. Minuman keras ini pun menjadi soju Korea. Sebelum itu, orang Korea
minum hasil fermentasi seperti cheongju (anggur beras murni), beopju (anggur beras yang dipa-
kai dalam upacara ritual, dibuat dengan proses seperti pembuatan bir), dan makgeolli (anggur
beras yang belum dimurnikan).
Soju dikenal di Mongolia sebagai “araki”, kata yang berasal dari bahasa Arab “araq,” yang
mengacu pada minuman keras yang disuling. Jadi soju adalah minuman keras hasil penyuling-
an yang berkembang di Arab, melewati Mongolia serta Manchuria, sebelum masuk ke Korea.
Menurut sebuah cerita, Genghis Khan memperkenalkan araq Arab ke Mongolia setelah invasi
Kekaisaran Khwarezmian. Cucunya, Kublai Khan, kaisar pertama Dinasti Yuan, kemudian mem-
bawa araq ke Korea dalam perjalanan untuk menyerang Jepang. Jadi bisa dikatakan bahwa soju
tersebar melalui perang. Fakta bahwa lokasi perkemahan Mongol pada saat itu terletak di dae-
rah Gaeseong, Andong, dan Pulau Jeju, yang sekarang terkenal memproduksi Soju seharusnya
menegaskan bukti sejarah itu.
Setelah tentara Mongolia pergi, soju mulai populer di kalangan kelas atas masyarakat
Goryeo. Soju terbuat dari biji-bijian yang mahal sehingga hanya kaum terhormat saja yang bisa
membelinya. Mereka minum begitu banyak soju sehingga “Sejarah Goryeo” (Goryeosa) men-
catat perintah yang diberikan oleh Raja U tahun 1375: “Masyarakat memang tidak tahu apa-

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 9
apa tentang penghematan, mereka menghambur-hamburkan kekayaan demi soju, sutra, dan
piring emas serta batu giok, sehingga selanjutnya hal-hal ini harus dilarang.” Perintah kerajaan
ini berpengaruh kecil, sebagaimana “Intisari Sejarah Goryeo” (Goryeosa jeoryo) mencatat kuti-
pan berikut: “Jenderal Kim Jin mempermalukan diri dengan minum soju dan tidak melaksanakan
tugasnya. Ia mengumpulkan pelacur dan para komandan di bawahnya untuk minum soju siang
dan malam, sehingga para prajurit menyebut mereka ‘Gerombolan Soju.’ ”
Kesenangan berlebihan pada soju berlanjut sampai periode Joseon. “Riwayat Raja Seong-
jong” (1469-1494) mencatat bahwa Jenderal Penasihat Jo Hyo-dong berkata kepada raja, “Sela-
ma pemerintahan Raja Seongjong, para bangsawan jarang mengkonsumsi soju tapi sekarang
semua meminumnya bahkan di perjamuan biasa, sehingga menyebabkan limbah yang luar
biasa. Jadi mohon Yang Mulia melarang seluruh konsumsi tersebut.” Di sisi lain, soju juga digu-
nakan untuk tujuan pengobatan seperti yang tertulis di “Riwayat Raja Danjong” (1452-1455)
bahwa raja muda yang lemah diberi minum soju sebagai obat. “Jurnal Khusus Yi Su-gwang”
(Jibong yuseol) yang diterbitkan pada awal abad ke-17 berbunyi, “soju yang digunakan sebagai
obat tidak diminum dalam jumlah banyak melainkan diminum dari gelas kecil. Hal ini kemudian
menjadi kebiasaan untuk menyebut gelas kecil sebagai ‘gelas soju.’ ”

Ujian bagi Soju Tradisional


Banyak keluarga pada periode Joseon membuat minuman keras di rumah untuk konsum-
si sendiri. Berbagai naskah pun mencatat metode untuk memproduksi soju hasil distilasi itu.
Setiap daerah memiliki metode tersendiri yang menghasilkan banyak jenis soju terkenal, seperti
gamhongno beraroma stoneweed, jungnyeokgo beraroma bambu panggang, iganggo bera-
roma buah pir dan jahe, dan samhaesoju yang dibuat dari beras ketan. Namun pada 1909
hukum pajak minuman keras pertama akhirnya disahkan, ketika Korea telah menjadi protektorat
Jepang. Pada 1916 Pemerintah Jepang-Korea mengesahkan Undang-Undang Pajak Minuman
Keras yang lebih ketat. Undang-undang ini melemahkan tidak hanya usaha penyulingan ruma-
han tetapi juga pasar produksi minuman keras, yang terutama didirikan di ibu kota Korea.
Bersamaan dengan Jepang mendirikan berbagai institusi di Korea untuk mengeksploitasi
koloni mereka, minuman keras tradisional daerah pun hilang. Industri minuman keras Korea
direorganisasi berdasarkan modal Jepang. Terdapat lebih dari 28.000 produsen soju pada
1916, tetapi pada 1933 angka tersebut turun drastis menjadi 430. Pada 1934, sistem perizinan
untuk pembuatan bir rumah dan penyulingan benar-benar dihapuskan dan minuman keras bua-
tan sendiri benar-benar menghilang. Akibatnya, penerimaan pajak minuman keras Pemerinta-
han Jepang-Korea ini meningkat pesat. Pada 1918, pemerintah kolonial menerima 12 kali lipat
jumlah pajak minuman keras dibandingkan pendapatan yang sama pada 1909. Pada 1933 pajak
minuman keras menyumbang 33 persen dari seluruh pajak yang dipungut di Korea. Dalam per-
jalanannya, soju yang diseduh dengan gandum tradisional dan dimurnikan dalam alat penyuling
gaya Korea secara bertahap menghilang lalu digantikan oleh soju yang dibuat dari ragi hitam
dan diolah dengan mesin dari Jepang.
Soju tradisional berhasil bertahan hidup meskipun banyak kesulitan, tetapi pada 1965 soju
menghadapi ujian terbesar yang pernah dilaluinya. Dalam rangka penghematan bahan maka-
nan, pemerintah Korea mengeluarkan Undang-Undang Pengelolaan Gandum dan melarang
penggunaan biji-bijian dalam pembuatan minuman keras. Soju tradisional yang terbuat dari
beras menjadi kenangan di masa lalu. Sebagai gantinya, soju diproduksi masal dengan meng-

Soju tradisional dari beras yang disuling telah terkenal sejak zaman dahulu dengan sejarahnya yang
penuh prahara. Walaupun soju yang diencerkan memiliki image kurang baik, namun karena harganya
murah dan rasanya yang unik sehingga dengan cepat mendapat tempat di hati masyarakat.

10 S e n i & B u d a y a Ko re a
1

1 Garis pemeriksaan produk di pabrik Jinro di Icheon, Provinsi Gyeonggi, pabrik ini sendiri menghasilkan 4,5 juta botol Soju per hari, sekitar 60 persen dari total produksi perusahaan. 2 Dalam
ruang pameran pabrik penyulingan Jinro di Icheon, semua jenis Soju diproduksi oleh Jinro selama 80 tahun terakhir yang dipamerkan. Botol cokelat di depan pada alas kayu adalah varietas
pertama, yang diproduksi pada tahun 1924.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 11
3

1-5 Leegangju diproduksi oleh


seduhan pir, jahe, kayu manis,
dan kunyit dalam alkohol
sulingan dengan cara tradisional;
campuran matang selama tiga
bulan dan kemudian disaring
melalui keranjang yang dilapisi
kertas murbei tradisional. Lelaki
pekerja, Cho Jeong-hyeong,
praktisi seni yang membuat
Leegangju yang ditunjuk
pemerintah, berasal dari Jeonju,
1 Provinsi Jeolla Utara.

2 12 S e n i & B u d a y a Ko re a
encerkan minuman keras yang disuling dari ubi jalar, sari tebu, tapioka, dan bahan makanan
lainnya untuk memuaskan dahaga para peminum Korea.
Perusahaan pembuat soju encer bermunculan satu demi satu pada 1960, namun pada 1973
pemerintah memberlakukan kebijakan satu perusahaan soju untuk satu provinsi hingga tinggal
10 perusahaan yang bertahan sampai hari ini. Langkah ini menjadi faktor penentu dalam pen-
ciptaan merek dari masing-masing daerah. Soju yang diencerkan itu memang tidak memiliki
image berkualitas tinggi namun karena harganya murah dan memiliki rasa yang unik, sehingga
dengan cepat merebut hati masyarakat.

Penyulingan Minuman Beralkohol Terlaris di Dunia


Sejarah soju encer di Korea ditandai dengan perubahan kandungan alkohol di dalamnya.
Pada 1960 ketika soju encer mulai populer, di dalamnya terkandung 30 persen volume alkohol.
Pada 1973, volume itu dikurangi menjadi 25 persen dan bertahan selama seperempat abad.
Kemudian pada akhir 1990-an, seluruh dunia menunjukkan perhatian pada minuman rendah
alkohol seiring dengan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi terhadap kesehatan. Soju
dengan kandungan alkohol sebanyak 23 persen pun muncul, yang menyebabkan produsen
lokal memperkenalkan produk baru dengan kandungan alkohol lebih rendah. Volume ini kemu-
dian turun menjadi 22 persen lalu 21 persen, dan pada 2006 akhirnya merosot menuju garis
yang sebelumnya tak dapat diterima, yaitu 20 persen. Akhirnya muncul soju dengan kandungan
alkohol sebesar 15,5 persen. Hal ini menjadikan soju benar-benar sebagai “minuman ringan”, di
mana soju tradisional pun akan malu untuk menganggapnya sebagai “sepupu jauh”.
Soju dengan alkohol sedikit lebih tinggi kemudian diluncurkan ke pasar untuk memenuhi
permintaan peminum yang tidak puas dengan penurunan kandungan alkohol, namun kegilaan
untuk soju ringan terus berlanjut. Ketika kandungan alkohol soju menurun, ia mendapatkan
pangsa pasar yang lebih besar dari kaum perempuan. Nama merek pun berubah menjadi lebih
menarik. Awalnya merek soju Korea memiliki nama yang tampak kuno dan sulit serta terdiri dari
karakter China seperti Jinro (“Embun Sejati”), Gyeongwol (“Terang Bulan”), dan Muhak
(“Bangau Menari”). Namun pada 1998, Jinro mengubah merek unggulannya menjadi
lebih mudah dalam bahasa Korea asli bernama “Chamisul”. Langkah ini terbukti sang-
at sukses, membuat para pesaingnya mengeluarkan merek baru seperti Cheoeum
Cheoreom (“Seperti Pertama Kali” ) dan Joeunday (“Ini Hari yang Baik!”).
Saat soju menjadi minuman nasional Korea, kontroversi berkecamuk seputar masa-
lah kecanduan yang berdampak pada kesehatan. Mereka yang mencintai soju
sering menggambarkan rasanya “manis,” dan faktanya soju Korea encer ini
memang mengandung pemanis buatan. Argumen pun berlanjut tentang bahan
pemanis yang merugikan seperti sakarin, aspartam, dan stevioside. Walau para
penyuling menjawab bahwa zat ini tidak berbahaya, namun beberapa kon-
sumen menolak untuk percaya penjelasan ini, sehingga hal ini masih
menjadi masalah yang harus dipecahkan.
Setelah perjalanan yang penuh kisah, soju encer kini menemu-
kan rumahnya di dalam masyarakat Korea. Sekarang soju dapat
dibuat kembali dari beras. Minuman beralkohol tradisional yang
terkenal itu kini telah dipulihkan namanya. Namun hal itu belum
cukup untuk mengubah selera konsumen yang sudah terbia-
sa dengan soju murah dan encer yang beraroma. Menurut data
penjualan yang diterbitkan pada 2011 di majalah Drinks Internatio-
4 nal, Chamisul adalah soju pertama di dunia dalam kategori minuman
penambah semangat, sedangkan Cheoeum Cheoreom menempati perin-
gkat ketiga. Soju cair sekarang tidak hanya menjadi bagian dari budaya Korea,
namun juga telah bergabung dalam jajaran minuman internasional.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 5 13
Fitur Khusus 3
Seluk-beluk Soju

Piktogram ini menggambarkan


profil peminum, dibuat dengan gaya
terjemahan Hangeul (aksara Korea)
kata untuk minuman keras, sul

Budaya Minum Orang Korea


Soju, minuman keras yang diminum karena senang, karena ingin melepaskan stres, karena bahagia, dan karena
sedih. Mari kita coba mencari ciri khas budaya minum orang Korea berdasarkan nilai statistik dari sana sini.
Cho Surng-gie, Peneliti Budaya Minum

B udaya minum orang Korea berhubungan erat dengan rasa empati


dan kesenangan, kebebasan orang Korea yang suka riang dan
bersemangat. Kebiasaan untuk menjamu tamu seramah mungkin,
kepada anak atau keponakan pria yang masih belum dewasa. Adalah
budaya khas yang buersaha menciptakan hubungan melalui minum-
an keras.
saling berbagi gelas minuman, dan menyelesaikan acara minum saat Saya rasa jarang sekali ada orang asing yang dengan mudah dapat
semua sudah mabuk telah berakar urat dalam kehidupan orang Korea. memahami sekelompok penggemar olah raga yang bertemu di dini
Saat peringatan nenek moyang, biasanya di akhir upacara orang hari untuk berolah raga, dan mengakhiri kegiatan olah raga mereka
akan membagikan minuman keras yang telah dipersembahkan kepa- dengan makan dan minum minuman keras.
da nenek moyang kepada keturunannya. Pada saat itu ayah atau Pada tahun 1999 di California, dan kemudian pada tahun 2002 di
paman biasanya tanpa sungkan akan menawarkan minuman itu New York, izin khusus penjualan minuman keras distilasi lolos yang

14 S e n i & B u d a y a Ko re a
memungkinkan restoran umumnya yang tidak memiliki izin penjualan dalam waktu lama sehingga menyebabkan kekerasan dan kecelakaan
minuman keras hasil distilasi – soju – bisa menjualnya. Ini menanda- menunjukkan bahwa penyalahgunaan alkohol meningkat.
kan bahwa budaya minum korea – yakni minum setelah makan di res-
toran sambil menikmati hidangan - yang berbeda dengan budaya bar Phok - than - ju, Baek - il - ju
di Barat, telah diterima dan dimengerti. Terutama, ini berarti bahwa Belakangan ini ada kecenderungan orang menikmati phok - than
budaya unik Korea yakni menjadikan soju sebagai teman makan bulgo- - ju (miras campuran), yakni bir 200ml yang ditambah dengan sege-
gi atau samgyeopsal – makanan khas Korea - telah diakui keberadaan- las kecil soju yang biasa dikenal dengan nama ‘somek’. Orang asing
nya. yang sedang berwisata di Korea jika ia memperoleh teman Korea,
sudah pasti kemungkinannya mendapatkan serbuan phok - than - ju
Minum Seberapa, dan Apa Alasan Minum sangat tinggi. Karena itu telah menjadi budaya minum di Korea. Sebe-
Sebagian besar dari orang Korea berpendapat bahwa ‘minum- lum munculnya ‘somek’, orang menikmati campuran bir dengan whis-
an keras merupakan kebutuhan primer dalam membina hubungan’ key yang tentu kadar alkoholnya lebih tinggi. Tetapi untuk orang yang
(71,8%), dan bahwa ‘yang namanya pria sudah tentu harus bias lemah terhadap alkohol, ‘somek’ yang diminum beriringan beberapa
minum minuman keras’ (65,8%). 32,5% dari guru SMP dan SMA ber- gelas dapat membuat mabuk dalam sekejap.
pendapat bahwa ‘tidak apa - apa bagi seorang pelajar untuk minum Jumlah peminum berat di Korea yang minum lebih dari satu kali
minuman keras dalam jumlah sedikit’, yang menunjukkan kelonggaran dalam seminggu berjumlah satu dari empat orang, dan jumlah orang
dan sikap positif terhadap minum minuman keras. 81,5% dari respon- yang minum berat setiap hari lebih dari 5%. Yang disebut dengan
den berpendapat bahwa ‘siapapun mempunyai hak untuk menikmati minum berat di sini adalah untuk menyebut pria yang minum 6 sam-
minuman keras dengan bebas’. (Cho Surng-gie, Hasil Survei Minum pai 7 gelas lebih dan untuk wanita yang minum 3 sampai 4 gelas di
Minuman Keras Orang Korea, Perhimpunan Industri Minuman Keras satu tempat. (Kandungan alkohol murni dalam setiap satu gelas stan-
Korea, 2013). dar untuk soju, bir, dan whiskey tidaklah berbeda jauh, yakni sekitar 8
Setengah abad yang lalu, di Korea yang merupakan negara perta- gram). Lebih tepatnya, seorang dianggap telah minum berat jika kadar
nian, biasanya orang lebih menikmati minuman fermentasi makgeolli alkohol dalam darahnya lebih tinggi dari 0,08.
yang kadar alkoholnya rendah (6%) di tempat - tempat kerja mereka. Secara umum, budaya minum berat ini berhubungan erat deng-
Makgeolli yang dianggap memberikan semangat dan hasil baik dari an tingkat stres yang disebabkan oleh indsutrialisasi dan urbanisasi.
pekerja pada masa pertumbuhan industri produksi diambil alih posisi- Memang orang Korea telah hidup dalam suasana stres yang diseba-
nya oleh soju. bkan oleh karena Korea merupakan negara industri maju di tingkat
Di Korea Soju dikonsumsi sebanyak 31 liter per orang pada tahun dunia sejak beberapa dekade ini, namun sebenarnya sejarah budaya
2012, dengan asumsi batas usia peminum adalah 15 tahun. Sama arti- minum di Korea sudah ada sejak lama. Dalam catatan tua dari abad 3
nya dengan satu orang minum rata-rata 88 botol per tahun. Jika 80% SM disebutkan bahwa pada saat musim panen selesai biasanya orang
diantaranya minum untuk kepentingan sosialisasi, maka bisa diduga akan berpesta selama berhari - hari di pinggir sungai sambil berse-
bahwa 20% dari antara peminum berat minum lebih banyak daripada nang dan minum bersama. Dengan minum minuman keras, mereka
itu. berkomunikasi dengan langit, membuat kesempatan untuk bergem-
Yang paling banyak dikonsumsi adalah soju dengan kadar alkohol bira bersama kerabat yang kerap kali berlanjut pada minum berlebihan
19% yang ditampung dalam botol berwarna hijau berukuran 360ml. atau minum berat.
Minuman bening tak berwarna ini biasanya dituang beberapa kali Entah sejak kapan bermulanya, kalangan remaja berpikir bahwa
dalam gelas berukuran 50ml, dan biasanya isi gelas dihabiskan dalam jika tidak minum minuman keras dalam 100 hari sebelum Ujian Masuk
sekali teguk, terutama untuk gelas yang pertama. Perguruan Tinggi, maka seorang pelajar tidak akan lulus ujian tersebut.
Soju adalah sarana untuk komunikasi luas dan untuk melepas stres. Baek - il - ju (Miras 100 Hari) yang ‘terpaksa’ diminum ini telah lama
Menurut hasil survei ‘Statistik Kesehatan Rakyat’ yang dilakukan oleh menjadi kode budaya di kalangan pelajar kelas 3 SMA. Memang untuk
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan di tahun 2011 menun- yang ini biasanya sangat jarang yang sampai berlanjut ke minum berat.
jukkan bahwa 77,6% pria dan 44,2% wanita rata-rata minum segelas Dalam acara penataran mahasiswa baru di mana senior dan yunior
lebih minuman keras dalam satu bulan. Bila dibanding dengan hasil bertemu untuk pertama kalinya, ada juga sejenis ‘upacara’ minum soju
survei sebelumnya, untuk kaum pria menunjukkan penurunan semen- sekaligus yang dituang dalam sebuah mangkuk besar. Inilah yang
tara untuk kaum wanita menunjukkan kecenderungan meningkat. menjadi alasan munculnya berita di media tentang tewasnya maha-
Alasan utama minum soju adalah untuk mempererat hubungan dan siswa akibat minuman keras.
untuk melepas stres, sementara jawaban minum dengan tujuan mabuk
hanyalah sebatas 3%. Sebagai hasilnya dari penggemar alkohol ter- Ditawari Sampai Mabuk
catat rata - rata 2,2% saja, lebih rendah dari 4,3% yakni hasil 10 tahun Menurut survei yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Budaya Minum
yang lalu. Tetapi jumlah orang 4,4% yang minum cepat, atau minum Korea yang dilakukan pada tahun 2007 terhadap 2000 orang res-

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 15
ponden pria dan wanita dengan kisaran usia di atas 15 tahun dan di 75% dari peminum miras. Kaum wanita yang menyatakan melakukan
bawah 64 tahun dengan pembagian di kota besar, menengah, dan ritual ini adalah sejumlah 61,4%.
kecil, sebanyak 57% dari karyawan mengaku pernah ‘dipaksa’ untuk Menurut penelitian terbukti bahwa lebih dari setengah karyawan di
minum dalam acara makan bersama yang dilakukan secara berkala di Korea mengaku ikut dalam acara minum - minum sebanyak lebih dari
tempat kerjanya guna menyenangkan hati atasannya. Banyak orang dua kali – bahkan sampai tiga atau empat kali - dalam satu malam,
yang berpikir bahwa gelas minuman yang ditawarkan oleh atasan entahkah itu acara dari tempat kerja atau pertemuan dengan teman -
melambangkan loyalitas dan nantinya juga meningkatkan produktivitas teman mereka. Sebanyak 55% pria dan 35% wanita merespon demi-
kerja. Minuman alkohol yang biasanya diminum dalam acara seperti ini kian. Sebagai hasilnya, minum berlebihan dan minum berat selalu
adalah soju. menyertainya. Responden yang mengaku mempunyai pengalaman
Biasanya dalam acara makan bersama ini phok-than-ju diiringi deng- minum lebih dari apa yang telah ditetapkannya sendiri adalah sejumlah
an ritual ‘memutar gelas’ (dalam arti saling berbagi minuman keras 77%.
dengan menggunakan satu gelas). Ada suatu kebiasaan unik orang Dalam sepuluh tahun terakhir ini jumlah rata-rata peminum pria
Korea, jika setelah ditawari minuman dan tidak lagi menawarkan menunjukkan pengurangan, sementara jumlah rata-rata peminum
gelas tersebut kepada rekannya, maka rekan tersebut akan merasa wanita menunjukkan peningkatan pesat. Beberapa waktu yang lalu
kecewa. Artinya, kalau sudah ditawari gelas, sudah sepatutnya gelas masyarakat Korea sempat dikejutkan oleh berita yang memberita-
itu ditawarkan lagi, dan hal itu terus berulang hingga semua menjadi kan bahwa tingkat rata-rata peminum pelajar wanita SMA terbukti
mabuk. Menurut hasil survei, ritual ‘memutar gelas’ ini dilakukan oleh lebih banyak daripada pelajar pria. Jumlah peminum wanita dewasa

16 S e n i & B u d a y a Ko re a
telah meningkat 10% dari sepuluh tahun yang lalu, dan tingkat minum lebih tepat dinamakan ‘Soju Dunia’. Soju di era globalisasi adalah ‘Soju
berat peminum wanita mencapai 30%. Sebagai hasilnya, Nilai Rata Hybrid’ yang merupakan pertemuan antara padi-padian luar negeri
- rata Minum Berbahaya (yakni nilai rata-rata minum dalam satu kali, dengan teknologi pembuatan minuman keras Korea.
untuk pria lebih dari 7 gelas dan untuk wanita lebih dari 5 gelas, den- Salah satu budaya minum Korea lainnya adalah bahwa walaupun
gan frekuensi minum sebanyak lebih dari dua kali dalam satu minggu) minum berlebihan atau minum berat terkadang akhirnya berlanjut
mencapai 10 %. Untung sekali nilai rata-rata peminum wanita hamil pada pertengkaran, namun pada pagi hari berikutnya sebagian besar
semakin berkurang, namun masih saja satu dari lima wanita hamil dari mereka akan tersenyum dan berdamai. Ini juga merupakan tradisi
masih belum mengetahui dengan baik sindrom alkohol janin yang dise- lama, yang tercatat sulit dimengerti bahkan oleh orang - orang di nege-
babkan oleh minuman keras. ri tetangga, Cina.
Pastilah sulit bagi seorang asing untuk memahami perilaku orang
Soju Hybrid Korea yang tidak minum sendiri, selalu minum bersama sembari
Soju produksi dalam negeri biasanya diproduksi dengan cara tradi- menawarkan soju satu sama lain hingga minum berlebihan, atasan
sional menggunakan padi-padian. Tetapi selain soju tersebut, sebagian dengan kelapangan dada memaklumi bawahannya yang terlambat
dari soju yang dijual di pasaran menggunakan padi-padian yang diim- masuk kerja atau bolos kerja karena mabuk di hari sebelumnya. Pen-
por dari Amerika Selatan atau Asia Tenggara yang difermentasi untuk dapat saya, semua pemandangan itu bisa ada di Korea karena kebera-
digunakan sebagai bahan dasar pembuat minuman keras distilasi. daan soju.
Jadi soju yang kini telah diproduksi besar - besaran di Korea mungkin

“Mampir dalam Perjalanan Pulang” oleh Lee Sang-kwon, media campuran di atas kanvas, 116,5 x 45 cm, 2011.
Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 17
Fitur Khusus 4
Seluk-beluk Soju

W arga Korea jarang minum alkohol tanpa makanan. Bahkan di masa Dinasti Joseon, ketika orang-orang
memasuki kedai lokal untuk minum, mereka akan ditawari makanan ringan gratis. Minuman keras, teru-
tama soju, memerlukan makanan sebagai pendamping minum. Ada yang mengatakan bahwa, “meneguk minum-
an keras tanpa anju akan menyebabkan masalah pada perut”. Bahkan terdapat pepatah: “minum tanpa anju
bagaikan seorang menantu yang malang”. Intinya semua kalimat itu memperingatkan akan bahaya minum-minum
tanpa makanan karena menyebabkan mabuk lebih cepat. Seperti anggur yang sering disajikan bersama maka-
nan di Barat, soju juga bisa diminum bersama makanan. Namun di Korea, orang cenderung meneguk soju deng-
an hidangan pembuka baru kemudian dilanjutkan ke makanan utama.

Makanan yang Membangkitkan Selera Para Peminum


Konsep anju di Korea mungkin tidak sama persis seperti di Barat, di mana orang tidak selalu mencari makan-
an untuk disajikan bersama minuman mereka. Walaupun istilah “munchies”, “snacks”, dan “side dishes” dalam
bahasa Inggris bisa diterima untuk menggambarkan anju, namun sebetulnya kata itu memiliki nuansa berbeda.
Anju bukan makanan lengkap tapi bukan juga makanan ringan.
Anju lebih tepat digambarkan sebagai makanan yang bukan berfungsi untuk mengisi perut kosong tetapi untuk
menguatkan rasa alkohol. Pada saat yang sama, banyak orang menyantap anju bersama minuman sehingga
mereka tidak makan lagi setelah itu.
Di China terdapat istilah jiucai dan jiuyao sementara di Jepang ada sakana. Istilah tersebut merujuk pada
makanan yang disantap sebagai pendamping minum alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan anju ada-
lah konsep yang hanya ditemukan di budaya makan dan minum Asia Timur. Seperti kata pepatah lama: “meman-
dang anju membuat Anda ingin minum-minum”. Anju memang dapat merangsang keinginan untuk minum alkohol.

Anju Kering, Anju Basah


Soju sangat cocok dinikmati dengan sebagian besar makanan Korea. Kecocokan ini secara umum mungkin
menjelaskan mengapa soju menjadi minuman beralkohol kesukaan bangsa, meskipun memiliki sejarah yang rela-
tif singkat dibanding minuman lain. Contoh hidangan anju kering istimewa yang sering disajikan adalah berba-
gai ikan kering dan makanan laut seperti cumi-cumi, ikan filefish dan ikan pollack, serta kacang-kacangan. Ada
juga daftar panjang anju basah termasuk Cigae (rebus), Cim (masakan yang dikukus), jeongol (sajian rebus yang
dimasak di meja), dan masakan tahu. Beberapa orang lebih suka anju kering, tetapi sebagian besar warga Korea
menyukai makanan basah.
Suyuk (daging sapi atau babi rebus) merupakan salah satu hidangan basah favorit untuk dimakan dengan
soju. Daging rebus yang biasanya dihidangkan untuk tamu selama perayaan atau pemakaman, juga menjadi
favorit untuk disajikan bersama minuman beralkohol itu. Yang sama populernya adalah hidangan daging seperti
bulgogi (daging sapi yang diiris tipis, direndam dalam bumbu dan dipanggang), yang memiliki sejarah yang sama

Makanan Gurih yang


Menemani Soju
Tidak seperti bir, soju jarang dikonsumsi tanpa makanan pendamping yang disebut anju . Hanya dengan meli-
hat makanan lezat itu di atas meja, selera untuk minum soju pun bisa terbangkitkan. Misalnya, ketika hidangan
ikan tertentu sedang musimnya, hal ini dapat menjadi alasan yang tepat bagi orang-orang untuk berkumpul dan
minum-minum setelah bekerja. Berbagai hidangan yang cocok dengan soju seakan tak ada habisnya.
Ye Jong-suk, Kolumnis Kuliner; Profesor Bidang Pemasaran, Universitas Hanyang | Ahn Hong-beom Fotografer

18 S e n i & B u d a y a Ko re a
Tahu dan kimchi, murah dan berisi, adalah salah satu hidangan yang
paling umum yang menyertai minum Soju di Korea.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 19
Menurut survei terhadap karyawan muda Korea, dalam tiap acara perusahaan yang
berlangsung setelah bekerja, makanan yang paling populer sebagai pengiring soju
adalah samgyeopsal atau perut babi panggang. Popularitasnya mulai menanjak sejak
akhir 1970-an ketika orang menemukan bahwa rasa lemak perut babi menyatu dengan
baik bersama minuman keras beralkohol tinggi yang telah dimurnikan.

20 S e n i & B u d a y a Ko re a
panjang dengan Kerajaan Goguryeo. Bindaetteok (panekuk kacang hijau dengan berbagai sayuran) yang dicelup-
kan ke dalam kecap juga sering dimakan dengan soju. Dulu makanan itu dijuluki binjaddeok (arti harfiahnya: “kue
orang miskin”), makanan yang dikonsumsi oleh rakyat biasa.
Hidangan lannya adalah ddeoksanjeok, lontong yang ditusuk dengan daging sapi yang berlumur bumbu,
jamur, dan sayuran lainnya. Hidangan yang disajikan di atas meja ketika keluarga berkumpul untuk hari-hari
besar, merupakan makanan favorit sejak lama untuk dimakan dengan soju.
Anju basah yang paling populer, tentu saja, sulguk (arti harfiahnya “minum sup”). Ini adalah sup dengan iri-
san daging yang berukuran lebih besar dari biasanya. Sup ini juga dikenal sebagai “sahabat soju,” hidangan yang
mengilhami peminum untuk meneguk beberapa botol soju dengan cepat.

Makanan Musiman
Beragam hidangan yang selalu tersedia, dibuat dari bahan musiman yang segar, menjadi alasan yang lebih
dari cukup bagi teman dan kolega kerja berkumpul untuk minum bersama-sama. Karena filosofi dasar masakan
Korea selalu menggunakan bahan-bahan yang sedang musim, hal ini juga berlaku dalam menyiapkan makanan
untuk disantap dengan soju. Misalnya, hidangan ikan yang berbeda disajikan di setiap musim yang berlainan,
seperti kata pepatah: “ikan bundar untuk musim semi, ikan gizzard shad untuk musim gugur”.
Wilayah dan kota-kota yang terkenal dengan hidangan musiman tertentu sering menyelenggarakan pameran
makanan tahunan. Orang-orang di seluruh negeri berduyun-duyun ke daerah-daerah itu untuk mencoba produk
lokal. Pecinta soju yang tidak bisa datang ke kota atau pedesaan yang banyak ikannya, akan mencari restoran di
sekitar daerah mereka yang menghidangkan makanan setempat. Di musim dingin mereka minum soju dengan
ikan pollack rebus segar, dan di musim semi mereka berkumpul di restoran yang menjual ikan bulat segar atau
gurita webfoot. Pada musim panas, ikan croaker adalah ikan yang disukai oleh peminum soju, yang suka mema-
kannya mentah, dalam kaldu pedas, atau dibalur dalam tepung dan telur serta digoreng di wajan. Beberapa pakar
makanan Korea mengatakan kulit dan insang ikan croaker memiliki tekstur dan rasa yang lezat dan menjadi kom-
binasi yang fantastis dengan soju. Ikan bass laut yang mentah dan belut laut panggang juga menjadi hidang-
an musim panas yang terkenal, yang secara luas diyakini dapat meningkatkan stamina untuk menjalani musim
panas.

Samgyeopsal, Anju Favorit Bangsa


Menurut survei terhadap karyawan muda Korea, minuman paling populer dalam acara santai setelah bekerja
adalah soju ditemani dengan samgyeopsal atau perut babi panggang. Dengan popularitas yang tidak terbantah-
kan, samgyeopsal yang kerap mengiringi minum soju di masa sekarang ini ternyata memiliki sejarah yang cukup
pendek. Selama pemerintahan Dinasti Goryeo, yang menjunjung tinggi agama Buddha sebagai agama nasional,
konsumsi daging dilarang atas dasar alasan agama. Bahkan setelah larangan tersebut dicabut semasa Dinasti
Joseon yang berorientasi Konfusianisme, daging babi tetap tidak populer karena pasokan daging yang kurang,
dan berdasarkan tradisi, orang Korea lebih memilih daging sapi daripada daging babi. Daging babi menjadi kon-
sumsi utama pada 1970-an ketika pemerintah mempromosikan peternakan babi berskala besar dan mendorong
produksi daging itu. Peningkatan besar dalam jumlah pasokan mulai menaikkan konsumsi daging babi. Sejak
akhir 1970-an perut babi panggang menjadi kesukaan. Pada saat negeri ini berjuang untuk keluar dari kemiski-
nan, daging babi yang lebih murah menjadi sumber gizi dan makanan pendamping berlemak yang tepat untuk
minuman keras. Makanan populer lainnya dalam survei tersebut adalah ayam goreng, irisan ikan mentah, daging
sapi panggang, iga babi panggang yang diasinkan, jokbal (kaki babi), rebusan tulang babi dengan kentang, sayu-
ran dan panekuk dengan berbagai variasi, serta sup usus daging sapi. Tentu saja, ini masih jauh dari daftar leng-
kap hidangan yang lazim disantap bersama soju. Daging sapi mentah yang berbumbu, jokpyeon (gelatin sapi),
ikan roe kering, panekuk daun bawang, jeroan ayam panggang, budaecigae (disebut “sup militer”), duruchigi
Samgyeopsal (panggang perut (tumis sayuran pedas dan daging), sup kerang, gurita kukus, gulungan telur, salad jelly biji acorn, salad soba jelly,
babi) dan campuran sayuran
dan berbagai makanan berlapis adonan telur dan gorengan (jeon) – adalah berbagai hidangan populer untuk
yang menyertainya.
Soju adalah minuman favorit disantap dengan soju. Siapa pun yang akan berkunjung ke Seoul tidak boleh melewatkan gang makanan (meokja
karyawan muda Korea, dan
golmok) di Pasar Gwangjang dekat Gerbang Timur (Dongdaemun). Di sanalah pengunjung dapat mencoba ber-
Samgyeopsal hidangan favorit
mereka. bagai makanan yang disantap warga Korea saat mereka minum-minum.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 21
WAWANCARA

22 S e n i & B u d a y a Ko re a
Lee Young-hye
“Jika seni itu pertanyaan,
desain adalah jawabannya.”
“Agar dapat sekali berlayar dua pulau terlampaui, baik keterpasaran dan estetika merupakan
tujuan Lee Young-hye, Direktur Umum Bienial Desain Gwangju 2013. Walaupun dia
mengklaim untuk memberikan advokasi “industrialisasi praktis daripada masalah desain,”
dia mendapatkan pujian terkait peranan desain bagi kepentingan publik.
Chung Jae-suk, Jurnalis Senior, The Joong Ang Ilbo | Ahn Hong-beom, Sung Jong-yun Fotografer

K ota metropolitan Gwangju, Ibukota Provinsi Jeolla


Selatan, berbentuk sebuah kota seni pada setiap
bulan September, mendapatkan manfaat dari namanya,
untuk menghubungkan pembuat dengan pemakai, sambil
memamerkan tren desain saat ini di Korea.
Bangunan Rumah Desain yang berlokasi di Dongho-
Yehyang, atau “Rumahnya Seni.” Bienial Desain Gwangju, ro, Jung-gu, di pusat Seoul, adalah bekas gedung sekolah
yang sudah hampir berumur 20 tahun sejak peluncuran- menengah atas yang sudah direnovasi, yang menunjuk-
nya pada tahun 1995, telah mencapai tingkat kedewa- kan filosofi desain Lee yang sangat menyukai kegunaan
saannya. Sebagai tuan rumah pada tahun-tahun pelaks- daripada elaborasi. Kantornya, yang didekorasi dengan
naan Bienial Seni dan Bienial Desain, Gwangju telah men- seni Korea modern, diisi oleh energi seorang CEO perem-
jadi salah satu titik penghubung dunia dalam perputaran puan yang meminpin kegiatan sehari-hari yang sangat
bienial seni kontemporer internasional. sibuk. Dari sebuah tempat pensil yang penuh diisi pensil-
Tahun 2013 diadakan Bienial Desain Gwangju 2013. pensil yang benar-benar tajam, dia mengambilnya sebuah
Ini dibuka pada tanggal 6 September di Ruang Bienial pensil dan mulai berbicara tentang desain, gairah hidup-
di Buk-gu, Gwangju, dan tempat-tempat lainnya, seperti nya, sambil membuat curat-coret di atas kertas bekas
Uijae Museum, dan ditutup pada tanggal 3 November. mengetik proposal untuk majalahnya.
Selama lebih dari 59 hari, 304 artis desain dari 20 negara
dan 24 perusahaan memamerkan karya-karya mereka Setiap Orang adalah Perancang
dengan berbagai tema, misalnya Pameran Tematis, Pame- Chung Jae-suk: Anda menekankan pendekatan Anda
ran Internasional, dan Pameran Gwangju. terhadap bienial ini dengan menulis, “Jika seni itu perta-
Lee Young-hye, CEO perusahaan Design House, ber- nyaan, desain adalah jawabannya.”
peran sebagai direktur bienial 2013. Dia adalah penerbit Lee Young-hye: Karya seni selesai saat seniman ram-
10 majalah, mencakupi “Monthly Desain,” “House of Hap- pung mengerjakannya. Tetapi untuk desain, terdapat eva-
piness,” dan “Luxury,” yang berkenaan dengan kebutuhan luator yang hatinya dingin dan realistik, yakni, pelanggan
sehari-hari dan hal-hal terkait desain untuk kebutuhan yang menggunakan sebuah produk. Ada sebuah jawaban:
keseharian. Dia mengungkapkan beberapa pertanyaan terjual atau tidak lsaya. Itu tidak selalu merupakan jawa-
misalnya “Apa itu desain?” dan ”Apa yang sebaiknya para ban yang benar, tetapi sebuah jawaban yang menakut-
perancang kerjakan?” selama bertahun-tahun bagi media kan. Bahkan, jawaban ini dapat membuat bangkrut peru-
Lee Young-hye, direktur
jenderal Bienial Desain cetak. Selama 20 tahun terakhir, dia telah mengorganisasi sahaan atau membuat ekonomi negara menurun. Salah
Gwangju 2013, pendukung
sejumlah peristiwa terkait desain, misalnya Pesta Desain satu contohnya adalah telepon genggam, yang mempu-
estetika desain utilitas.
Dia menekankan edisi Seoul, yang menjadikannya terkenal sebagai pelaku yang nyai kekuatan yang maha dahsyat di abad ke-21. Dengan
tahun ini sebagai tempat
selalu berbasis keparktisan daripada teori-teori desain demikian, desain itu merupakan sebuah kekuatan yang
semua orang menjadi
seorang desainer. semata. Ini benar-benar menunjukkan usaha-usaha sangat bermakna. Saya membuatnya dengan tujuan agar

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 23
pelanggan mendapatkan produk dengan kualitas lebih Chung: Itu nampaknya lucu dan bermakna.
baik dan memberikan jawaban yang lebih baik pada acara Lee: Jika Anda menelaah ini lebih jauh, geosigi memi-
Bienial Desain Gwangju. liki sesuatu yang terkait dengan geot-i-gi (untuk men-
Chung: Sesungguhnya, apa sih desain itu? jadi sesuatu). Apa pun dapat diproduksi massal melalui
Lee: Hidup itu sendiri adalah desain. Dari mulai bang- kemungkinan standarsasi dan mekanisme, yang mem-
un pagi sampai kembali tidur di malam hari, hidup kese- buatnya murah dan popular. Tetapi, meosigi, mengandungi
harian Anda semua terkait desain. Para desainer meng- makna terkait dengan meot-i-gi (menjadi sesuatu). Sesua-
erjakan sebagian dari sebuah keseluruhan dalam kea- tu yang diproduksi dalam jumlah terbatas melalui pembua-
hliannya, untuk kita. Perusahaan membuat produksi untuk tan manual merupakan sesuatu yang unik dan berharga.
memenuhi keperluan tuntutan desain pelanggan. Itulah Preferensi zaman sekarang terus dibagi salah satu dari
perbedaannya; setiap orang adalah desainer, berusaha dua realitas, apa pun atau sesuatu. Karena masyarakat
keras untuk membuat kehidupan mereka lebih baik. Korea semakin berumur dan kebutuhan rumah tangga
seseorang bertambah, perubahan dari apa pun ke sesua-
Apa pun dan Sesuatu tu nampaknya makin lazim. Tetapi, perancang harus mem-
Chung: Tema dari Bienial Desain Gwangju 2013 sang- pertimbangkan keduanya. Dengan bangga saya mengata-
at indah – ungkapan geosigi (apa pun) dan meosigi kan bahwa Bienial Desain Gwangju tahun ini merupakan
(sesuatu). jembatan penghubung antara produser dan konsumen.
Lee: Sewaktu orang-orang Korea menggunakan isti- Chung: Dapat dimengerti bahwa lokalitas daerah
lah Korea geosigi dan meosigi dalam kalimat seperti, “Beri Gwangju diberikan perhatian penuh.
saya geosigi (apa pun)” atau “Itu meosigi,” mereka saling Lee: Sudah waktunya daerah menjadi pusat segala
memahaminya. Kedua kata tersebut berasal dari dialek macam aktivitas juga. Sudah saatnya memandang dae-
lokal dan memiliki makna implisit yang dipahami dalam rah dengan perspektif baru. Judul “Geosigi, Meosigi” (Apa
konteks percakapan. Kata-kata itu tidak mengacu kepada pun, Sesuatu) dipilih dengan semangat memikirkan loka-
benda konkrit tetapi dimengerti dari hati ke hati. Inilah inti litas. Desain adalah konsep yang luas, tetapi kita mem-
dari pemasaran. Untuk memahami ini, saya ingin menda- baginya ke dalam ranah yang lebih kecil, seperti lokalitas,
patkan dua hal dalam sekali hentak, yang keduanya ber- anak-anak, makanan, pengelolaan rumah, dan lainnya,
makna keterpasaran dan estetika. agar menarik perhatian orang-orang dengan aspek-aspek
kenangan kembali kehidupannya.
Chung: Saya ingat melihat pameran yang dirancang
dengan sinar, yang dirancang berdasarkan nama lama
Gwangju, “Kota cahaya” dan barang-barang pameran
yang unik bagi Gwangju. 2

Lee: Sewaktu bienial diselenggarakan di kota-kota


mereka, bukankah penduduk Gwangju akan kecewa jika
tidak ada pameran yang memuji merek lokal mereka men-
jadikan mereka bangga? Seragam sopir-sopir taksi Gwang-
ju yang diusulkan merupakan cara untuk menaikkan kua-
litas pelayanan di Gwangju. Di setiap kota, dari lapangan
terbang, stasiun kereta, dan terminal bus, para sopir tak-
silah yang mengurusi orang-orang asing yang datang di
kota menuju ke tujuannya. Bukankah akan terlihat indah
jika para sopir taksi tersebut berpakain rapi dan keliha-
tan pintar? Kami membuat desain kantong-kantong sam-
pah untuk lima distrik di Gwangju agar distrik itu kelihatan
rapi juga. Berjalan sepanjang jalan, Anda dapat melihat
kantong-kantong plastik gelap dan berwarna. Walaupun
sampah itu akan dibuang, tidak akan lucukah untuk setiap
orang yang membuang, menatap dan membuang sam-
pah, melihat gambar gajah besar digambar di permukaan
plastik tersebut? Nampaknya kantong-kantong plastik

1 24 S e n i & B u d a y a Ko re a
1 “Desain Taman - besar menjadi semacam patung-patung yang dibentuk. nya berpikir bagaimana menampilkan beras sebagai cara
Desain Lapangan,”
sebuah kolaborasi oleh
Begitulah bagaimana kekuatan desain dapat membuat untuk meningkatkan konsumsi. Untuk setiap pelanggan
arsitek Choi Si-young perbedaan dalam hidup Anda. yang enggan membeli beras di dalam jumlah yang besar,
dan desainer taman
Oh Gyeong-a, akan
Chung: Saya dapat kabar, rancangan desain untuk desainer harus berpikir keras, pengemasan yang menarik
ditampilkan di depan pengemasan sembilan jenis padi kualitas unggul tum- untuk beras dalam jumlah kecil. Bagaimana juga misalnya
ruang pameran utama.
2 Taman halaman “Desain
buh di Provinsi Jeolla Selatan disambut baik untuk segera dengan café gaya penggilingan di mana sejumlah beras
Ruang dengan Motif Seni dimanfaatkan. yang diinginkan dapat digiling langsung di tempat? Desain
Timur” oleh desainer
interior Chang Eung-bok.
Lee: Kita menyantap nasi tiap hari, bukankah begitu? juga dapat mendoroang orang untuk minum sikhye (minu-
Kendati kita membeli beras secara teratur kita tidak terlalu man manis dari beras), daripada kopi, sambil kongkow-
hirau mengenai kantong pembungkusnya. Paling banter, kongkow bagaimana pesanan berasnya sedang digiling.
gambaran butiran beras dengan nama tempat yang meng- Desain artinya membuat suatu kebudayaan baru, mem-
hasilkannhya dan tanggal penggilingan tercetak di luar- buka alur bagi kebudayaan. Hal itu membuka mata, mem-
nya. Konsumsi beras sedang menurun sekarang. Akan buka hati.
tetapi, beras adalah elemen dasar dari identitas Korea,
dan kita tidak dapat membantahnya. Apa kemudian yang ‘Mari Jadikan Asia Sebuah Kesatuan!’
dapat dilakukan oleh seorang desainer? Mereka semesti- Chung: Tidak adanya stan pameran atau dinding

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 25
“Bagaimana negara ini bisa menghidupi dirinya sendiri? Pokoknya, bukankah desain ini
menjadi trend-setter bagi tren desain? Secara sederhana, sebuah negara dapat mengatakan,
‘Saat ini, ini sedang laku,” sebuah negara dapat menjadi bahan pembicaraan masyarakat umum,
misalnya, ‘Di Korea, kamu bisa belajar desain ……’ ini yang saya harapkan.”

Korea n Cu l tu re & A rts


1 26 S e n i & B u d a y a Ko re a
1 Bagian dari “40 penyekat saat ini, berbeda dengan tempat-tempat pame- ini perlu dihargai, sementara para pekerja kasar berakhir
Pekerjaan Kecil” Pameran
yang menampilkan ran khas, merupakan sentuhan menyegarkan. dengan tanpa adanya penghargaan. Saya kira desain
desainer pemula dipilih Lee: Saya bertanya kepada diri sendiri apa yang harus mempunyai andil untuk menyeimbangkan disparitas yang
melalui kontes desain.
2 Kantong sampah dengan kita lakukan untuk mengurangi polusi. Kapan pun saya memperdalam jurang pemisah antara yang kaya dan yang
cetakan raksasa untuk mengadakan pameran desain, berbagai macam sisa miskin.
lima kabupaten di Kota
Metropolitan Gwangju, bahan perlu dibuang. Saya merasa sedih kapan pun saya Chung: Bagaimana konsep “masa depan yang sudah
disampaikan oleh harus membuang barang-barang tersebut. Dengan demi- lama” yang dapat membantu menyelesaikan ketidakhar-
Universal Package Design
Center, sebuah kelompok kian, kami mengenalkan “eco system” pada acara pame- monisan saat ini, dapat diterapkan bagi desain?
desain para mahasiswai ran saat ini. Kami berusaha mengurangi jumlah sampah Lee: Secara garis besar, benda-benda di museum
Chosun University.
melalui program penggunaan kembali barang-barang merupakan produk industri di masa lalu. Karena benda-
bekas, tekstil, yang sesungguhnya lembut dan mengu- benda diproduksi dalam jumlah begitu, beberapa sisa
rangi debu. Kami khawatir apakah barang-barang tersebut masih bertahan. Dengan kata lain, produk-produk indus-
tetap utuh selama 59 hari ini, tetapi tidak menjadi masa- tri yang saat ini kita pakai atau butuhkan menunjukkan
lah. Saya akan menggunakan bahan yang sama untuk budaya kita dan akan tetap berada di museum sebagai
pameran-pameran yang akan datang. tradisi masa lalu. Tidaklah salah kita mengatakan, “Seka-
Chung: Sebagai kota tempat bienial seni dan desain rang kita menggunakan tradisi masa yang akan datang.”
diselenggarakan sekaligus, Istanbul di Turki nampaknya Cukuplah beralasan bahwa mengapa desain itu penting.
merupakan contoh satu-satunya yang dikenal dunia. Saya Desain menciptakan budaya manusia saat ini dan saat
berharap Gwangju akan muncul sebagai kota seperti itu. yang akan datang, baik barang-barang sebagai produk
Lee: Bekerja sebagai direktur bienial ini, saya memi- untuk dikonsumsi dan menjadi barang peninggalan pada
kirkan peranan Korea di Asia. Saya berani berpikir: Satu- saat yang sama.
kan Asia melalui desain. Bagaimana negara ini menaf- Chung: Pada tahun 1970-an, sewaktu konsep desain
kahi dirinya sendiri? Pada dasarnya, bukankah negara ini masih agak asing, Anda pernah bekerja sebagai war-
mempunyai peran strategis terkait tren desain? Dengan tawan majalah “Desain,” satu majalah khusus dalam
mudah, sebuah negara yang dapat mengatakan, “Saat ini, bidang desain. Kemudian, di masa 1980-an, Anda meng-
ini sedang ngetop,” sebuah negara yang diperbincangkan ambil alih majalah ini. Itu adalah keputusan yang berisiko,
orang, misalnya, “Di Korea, Anda bisa belajar desain….” saya kira. Sejak saat itu, Anda telah hidup dengan mena-
Ini yang saya harapkan. ruh perhatian yang sangat istimewa terhadap majalah-
Chung: Yang Anda maksudkan adalah “ekonomi krea- majalah yang memfokuskan kepada desain. Apakah Anda
tif’ yang banyak dibincangkan orang saat ini? merasa menyesal?
Lee: Ekonomi kreatif, atau industri kreatif, dua-duanya Lee: Tahun depan, perusahaan kami akan mengobser-
OK. Tetapi kenyataannya kami hanya membincangkan- vasi ulang tahun ke-37. Kami mendapatkan keuntungan
nya tanpa menyiapkan anggaran untuk kegiatan “krea- untuk pertama kali pada tahun kemarin. Umur saya sudah
tif” ini yang merupakan bagian dari inisiatif ini. Kita harus 60 tahun setelah mengelola Living Design Fair selama
mengubah kerangkanya. Jika bujetnya seribu 20 tahun dan pesta desain selama 11 tahun. Ini sesung-
won, kita harus menyetujui menghabiskan 800 guhnya lebih dari apa yang Anda harapkan dari sebuah
atau 900 won untuk kreativitas siluman ini agar perusahaan. Nampaknya seperti tetesan air di lautan.
dapat menciptakan program kreatif Tetapi saya tidak menyesal. Melihat masa lalu, saya bang-
guna mencapai ekonomi kreatif. ga telah mengerjakan hal-hal yang membuat konsumer
Yang lainnya adalah keseim- dipisah-pisah. Mimpiku adalah menempatkan desain di
bangan kerja sama. Secara mana-mana. Akhirnya, hidup kembali ke “desain badan”,
sederhana, “orang yang bukan? Pikiran ada di dalam badan. Saat ini, saya sibuk
cerdik” dapat lebih sukses mendiskusikan desain semata, yang lainnya saya tak piki-
sekarang, tetapi tanpa rkan. Saya mengkonsentrasikan guna mengembangkan
“orang-orang yang yang kerangka berpikir, memperlebar tempat penyimpanan ide-
suka bekerja”, kecerdi- ideku. Saya bisa mengatakan juga bahwa saya memang-
kan atau ide-ide brilian kas diri sendiri dari hal-hal yang asing. Saya kira tanggung
tidak akan ada guna- jawabku adalah menjembatani orang-orang yang memiliki
nya (percuma). Teta- bakat desain, mengorganisasi dan membuat mereka lebih
pi, kecenderungan kreatif. Kerja saya menjadi “koordinator desain.”

2
27
Jatuh Cinta pada Korea

dr. Rajesh Chandra Joshi terinspirasi oleh


antusiasme dokter Korea yang menjadi
relawan di Nepal datang ke Korea untuk
menjadi dokter. Foto diambil bersama
orangtuanya pada kunjungan ke Korea,
istri dan ibu mertuanya.
28 S e n i & B u d a y a Ko re a
H ari ini hari Rabu, pukul 2 siang hari. Bauer Hall di Universitas Kei-
myung di Kampus Daegu terlihat meriah dan ramai mahasiswa.
Gedung tersebut dipenuhi oleh berbagai fasilitas yang mencakupi kafe-
ter lainnya! Anda akan memahami apa yang saya maksudkan segera
setelah berbicara dengannya,” tutur mahasiswi tersebut yang kemudian
dia bergegas pergi.
taria, toko alat-alat tulis, agen perjalanan, bank, kantor pos, dan super- Keingintahuan saya terusik, dan segera setelah saya memperha-
market. Selain itu, gedung ini pun ramai oleh gelak tawa para maha- tikan bagaimana dia mengobati pasien, keingintahuan saya terobati.
siswa yang baru selesai makan siang dan beberapa mahasiswa berla- Sewaktu dia mengobati seorang mahasiswi berusia muda, dia mena-
rian beberapa langkah untuk mengikuti kuliah selanjutnya. nyakan hal-hal atau simtom yang biasa ditanyakan dokter kepada
Walaupun gedung ini begitu ramai, terdapat tempat yang begi- pasiennya. Sewaktu mahasiswi tersebut mengatakan bahwa dia telah
tu membuat kita betah tinggal di dalamnya dan sunyi yang jaraknya mabuk suatu malam, dokter tersebut bertanya, “Apakah kamu mabuk
hanya beberapa meter dari gedung tersebut, yakni sebuah klinik kese- sendirian atau bersama teman lainnya? Oh, sendirian! Mengapa kamu
hatan yang pintunya terbuat dari kayu yang nampaknya seperti kayu mabuk sendirian? Ini yang membuat perut kamu sakit.” Jelas bahwa
pengedap suara agar suara berisik dari luar gedung tidak akan ter- dokter ini berbeda dari dokter-dokter lainnya. Sewaktu seorang maha-
dengar. Kedap suara ini dibutuhkan karena suara dr. Joshi yang begitu siswa dari negara Cina mengatakan, “Saya makan kimchi beberapa
tenang. Suaranya yang hangat dan ramah merupakan kekuatan yang hari yang lalu,” dr. Joshi berguman, “Ah maksudmu kamu makan kichim
membuat pendengarnya dapat memfokuskan diri mendengar apa yang (batuk). Ini kichim, bukan kimchi. Tetapi jangan lupa kimchi. Mengon-
dikatakannya dan bahkan membuat sekelilingnya lebih sunyi. sumsi kimchi sangat berguna sewkatu kita terserang flu!” Mahasiswa
yang sedang belajar bahasa asing ini terlihat
sangat santai. Walaupun sewaktu mahasiswa

Jembatan untuk ini memasuki klinik tersebut terlihat tegang,


dan depresi, dia meninggalkan klinik penuh
dengan senyum. Saya dapat melihat wajahnya

Dunia Multikultural
yang lepas dari penyakitnya. Sewaktu dr. Joshi
menuliskan resep pengobatannya, dia selalu
menambahkan tulisan yang penuh dengan

dr. Rajesh Chandra Joshi


kehangatan dalam resepnya tersebut, yang
mengatakan bahwa dia pun dulu sewaktu
menjadi mahasiswa di Korea, dia selalu aktif
ikut klub-klub kemahasiswaan dan banyak
dr. Rajesh Chandra Joshi bekerja sebagai dokter keluarga di mencari teman karena kedua hal ini dapat
Universitas Keimyung di Daegu. membuat kita tetap sehat.
dr. Joshi terlihat senang sewaktu saya
Sebagai dokter Nepal pertama di Korea, dia mempunyai kualifikasi
mengatakan bahwa dokter tersebut lebih ber-
sebagai dokter setelah belajar 3 tahun lebih lama daripada yang fungsi sebagai seorang ibu daripada seorang
lainnya. Dulu, dia pernah berfikir akan kembali ke Nepal segera setelah dokter dengan suara yang tenang dan mata
ia menjadi dokter, tetapi sekarang dia bekerja sebagai dokter di Korea yang simpati. “Saya selalu membuat pasien
hangat dan nyaman,” katanya. “Saya kira seo-
yang befungsi sebagai jembatan penghubung antara Korea dan Nepal.
rang dokter sebaiknya sangat memperhati-
Park Hyun-sook, Penulis Lepas | Ahn Hong-beom Fotografer
kan pasien dan perhatian ini harus menjadi
prioritas. Saya selalu mencoba mengingat
Resep Dokter dari Hati yang Hangat bagaimana dampak kata-kata yang saya tuturkan terhadap pasien
Dari mulai pukul dua sampai pukul empat setiap sorenya dalam yang sakit.”
waktu dua kali seminggu, dr. Joshi, yang sudah tahun ketiga sebagai
resident di Departemen Kesehatan Keluarga, Rumah Sakit Dongsan, Melayani dengan Lima Bahasa Berbeda
Universitas Keimyung, menawarkan pelayanan medis sukarela bagi Bahasa Inggris dr. Joshi nampaknya sangat alamiah dan dialek
mahasiswa dan staf akademik fakultas tersebut. Suatu hari, saya meng- Daegunya mengagumkan dan ramah. Hal ini sebagai akibat dari lama-
unjungi klinik tempat ia bekerja untuk mewawancarainya, ternyata nya ia tinggal di Korea, yakni selama 21 tahun dan dia pun meng-
sudah banyak orang menunggu agar dapat berobat ke “dr. Rajesh.” akui bahwa dia mudah mempelajari bahasa asing. Selain menguasai
Saya mengikuti seorang mahasiswi yang mengaku telah dua kali bero- Bahasa Nepal sebagai bahasa ibunya, dia juga fasih berbahasa Hindi,
bat kepada dokter tersebut. “Saya tidak mengerti bagaimana memaha- Pakistan, Inggris dan Korea. Sejumlah mahasiswa non-Korea bero-
mi ini semua, karena dr. Rajesh benar-benar berbeda dari dokter-dok- bat kepadanya dengan alasan penguasaan bahasa tersebut. Khusus-

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 29
nya bagi para peserta pelatihan industri dan mereka yang datang ke untuk menyelesaikan setidak-tidaknya 10 tahun pendidikan di negara-
Korea untuk menikah dan belajar, dia juga berfungsi sebagai penjaga nya sebelum pergi keluar negeri untuk belajar, dr. Joshi menyelesaikan
yang perannya lebih penting daripada sebagi seorang dokter semata. tahun kedua belajar biologi sebagai pilihannya di Universitas nasional
Kadang-kadang dia mendapatkan panggilan telepon di tengah malam. Nepal sebelum datang ke Korea pada tahun 1992. Untuk belajar ke
Selain melayani orang yang tiba-tiba sakit, banyak lagi orang yang luar negeri, mahasiswa Nepal biasanya pergi ke India atau Pakistan,
membutuhkan bantuannya guna menangani berbagai keluhan lainnya. yang memiliki bahasa yang sama, atau ke Inggris atau Amerika kare-
“Saya tahu bahwa mereka menelepon saya pada jam tersebut na bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di Nepal. Tetapi, bersyukur
karena mereka harus bekerja di siang hari, dengan demikian saya kepada kesan yang kuat yang ditinggalkan oleh para dokter Korea dan
berusaha sekeras mungkin untuk menolong mereka,” dr. Joshi ber- kesan kesamaan yang dia rasakan karena bibi dan pamannya yang
tutur. “Misalnya, saya menyruruh mereka pergi di unit gawat darurat telah belajar di Ewha Womans University dan Seoul National Universi-
sebuah rumah sakit untuk bertemu dokter lainnya. Kadang-kadang ty, secara berturut-turut, membuat dr. Joshi memilih Korea. Keputusan-
saya menyuruh mereka pergi ke Kantor Distrik setempat untuk berkon- nya didukung oleh dr. Jeung Seong-deok, yang saat itu adalah profe-
sultasi dan memberitahu saya orang yang sedang bertugas yang sor neuropsychiatry pada Pusat Kesehatan Universitas Yeungnam dan
dapat saya hubungi. Di hari yang lain, saya bicara dengan
anak muda ini. Pada akhir pembicaraan, dia mengata- dr. R.C. Joshi bukan hanya memberikan pelayanan medis
kan bahwa ‘Saya sudah sembuh hanya dengan berbicara bagi mereka yang datang ke Korea demi untuk menikah,
kepada Anda.’ Hati saya berbunga-bunga mendengar
belajar, atau pelatihan industry, tetapi juga berfungsi
berita tersebut.”
dr. Joshi mengatakan bahwa kepuasan yang ia rasa-
sebagai penjaga. Kadang-kadang dia mendapatkan
kan setelah ia dapat meonolong seseorang yang sedang panggilan telepon di tengah malam. “Suatu saat, saya
dalam kesulitan dapat menghilangkan kelelahan dan berbincang dengan seorang anak muda. Di akhir
kepenatan yang disebabkan oleh kurang tidur. Lebih jauh pembicaraan dia mengatakan ‘Saya merasa sembuh dari
lagi, dia merasakan begitu bahagia setelah ia menerima
penyakit yang saya hadapi hanya karena saya berbincang
plakat sebagai rasa terima kasih dari perkumpulan maha-
siswa Nepal di Korea yang beranggotakan lebih dari 500
denga Anda.’ Hatiku penuh dengan suka cita setelah
orang, dan setelah menerima penghargaan duta kehor- mendengar tuturan tersebut,” ungkap dr. Joshi.
matan bagi keluarga multikultural di Provinsi Gyeongsang
Utara pada bulan Maret tahun ini. Juga, dia adalah anggota kelom- sekarang sudah pensiun, yang mengenal paman ibunya dr. Joshi seca-
pok Love Nepal, sebuah perkumpulan orang-orang Nepal di Korea, ra pribadi. dr. Joshi menganggap Dr. Jeong dan Dr. Lee Kyu-seok, seo-
dan Namaste, sebuah lembaga yang membantu orang-orang miskin rang profesor dermatologi pada Universitas Keimyung, sebagai ayah-
di Nepal. Orang sekelilingnya sangat khawatir dengan segala macam ayahnya. “Kedua professor ini, yang begitu teguh dengan kegiatan
kesibukannya, tapi hal ini adalah wajar bagi seorang dokter medis yang medis sukarela di Nepal menjadi saksi pembelajaran saya dari mulai
memilih hidupnya untuk menolong orang. sampai akhir masa studi saya. Mereka mensponsori saya dan men-
Lebih dari 10 tahun yang lalu, bersama dokter-dokter medis Korea, dorong saya untuk belajar dengan teguh, keras dan tanpa kenal lelah
dr. Joshi mulai mengunjungi Nepal untuk malakukan kegiatan sukarela dan mendapatkan berbagai pengalaman medis di Korea untuk menjadi
selama satu atau dua pekan dalam masa cutinya setiap tahun. Sekitar dokter hebat di Nepal,” katanya.
20 tahun yang lalu, sewaktu dia kembali ke kampung halamannya ber-
sama dokter-dokter medis ini. Halangan Ujian yang Tingginya Sama dengan Gunung Eve-
“Saya begitu terenyuh melihat dokter-dokter medis Korea yang rest
datang ke Nepal untuk tujuan kegiatan amal. Sangat mengejutkan dr. Joshi lahir sebagai anak tertua dengan satu saudara perem-
mengetahui momen ini sewaktu dokter-dokter medis Korea menda- puannya di sebuah keluarga yang cukup berada. Ayahnya adalah seo-
tangani Nepal di saat satu-satunya liburan tahunan mereka. Saya kira rang pegawai setingkat wakil menteri di Kementerian Ekonomi di Nepal
sesuatu yang termulia bagi seseorang adalah menjadi dokter. Saya dan ibunya menjalankan bisnis tekstil. Dia menyukai musik, melukis,
melihat orang-orang yang berjalan siang dan malam beserta anggota dan film, dan banyak memiliki teman karena dia suka humor. Tetapi
mereka hanya mengomsumsi sedikit roti selama perjalanan mereka. sewaktu dia datang di Korea, dia mengalami kehidupan yang keras.
Saya juga bertemu orang-orang dengan fisik yang tidak sempurna “Mahasiswa Korea terkenal dengan belajarnya yang sangat keras,
hidup dalam kemiskinan yang sangat mendera. Hal-hal itu membuat tekun! Di antara meteka, hanya mahasiswa yang nilainya tinggi dapat
hatiku terkoyak. Inilah yang membuat aku memutuskan untuk menjadi berkuliah di Fakultas Kedokteran. Dengan demikian aku berada di jalan
dokter dan bersekolah di Korea,” tutur dr. Joshi. menuju neraka. Masih berjuang keras untuk belajar bahasa Korea,
Karena kebijakan pendidikan Nepal yang mewajibkan warganya aku benar-benar masih tertatih-tatih mempelajari istilah-istilah medis.

30 S e n i & B u d a y a Ko re a
Di Nepal, kami hanya mengerjakan tes subjektif, dan di Korea ini aku rangan tiga poin.
selalu bingung menghadapi ujian pilihan. Seorang teman yang datang “Jika ini bukan untuk orang-orang sekelilingku, aku tidak akan bisa
bersamaku untuk belajar kedokteran di Korean segera menyerah dan menjadi seorang dokter. Istriku, mertuaku, orang tuaku di Nepal, para
kembali ke Nepal!” ingatnya. profesor, dan teman-teman. Mengetahui betapa perhatian mereka
Belajar kedokteran di luar negeri benar-benar terasa sebagai kepadaku, aku tidak akan menyerah. Akhirnya, aku mengikuti tes
sebuah hukuman. Karena dia tidak mengerti isi kuliah dengan baik, bohongan dengan soal-soal yang disiapkan teman-temanku. Dengan
dia benar-benar tertekan karena nilai ujian yang buruk. Berhari-hari dia keteguhan yang kokoh, akhirnya aku lulus pada tes keempat kalinya,”
selalu menyalahkan dirinya sendiri dan berfikir, “Aku ini benar-benar tuturnya.
gila. Mengapa aku begitu tergesa-gesa terhadap sesuatu yang begitu Lulus ujian nasional kedokteran baginya seperti menaklukkan
sulit?” karena dua kali ketidakhadirannya di kelas dan pernah gagal puncak Gunung Everest. Sebelumnya, dia sangat stress, menghabis-
dalam ujian, dia berifkir untuk beralih pilihannya ke bidang manajemen. kan tujuh pil untuk menghilangkan sakit kepalanya, dan insomnia yang
“Barangkali aku bisa belajar manajemen untuk membantu ibuku dalam disebabkan oleh ketegangan.
mengelola usahanya. Aku bisa menolong orang-
orang miskin dengan uangku,” fikirnya. Tertapi ia Satu Impian Lagi
dibuat sangat marah oleh seorang ‘gadis Korea’ Sewaktu dia gagal ujian nasional ketiga kalinya,
yang ia ketemu sewaktu ia membantu para ibu mertuanya berkata kepadanya, “Saya mendeng-
peserta pelatihan insudtri dari Nepal. ar seorang dokter yang lulusnya setelah 10 tahun.
“Dia sangat memarahiku sambil mengatakan Setiap orang memiliki cara hidupnya sendiri-sendiri.
bahwa aku akan mengecewakan orang tua yang Sebagian cepat dan sebagian lagi lambat! Saya kira
bekerja begitu keras di Nepal dan mendoakan kisah tentang orang-orang yang lambat nampaknya
masa depanku. Aku hampir menangis. Akhirnya lebih menarik untuk direnungi.” dr. Joshi mengata-
aku memahami segalanya. Sekarang dia adalah kan bahwa dia selalu merasa terpacu kala ia meng-
mertuaku,” kata dr. Joshi. ingatnya.
Karena dia tidak betul-betul memahami mata “Awalnya saya ingin menjadi seorang dokter
kuliah yang ia hadiri, dr. Joshi menyerah untuk secepat mungkin dan kembali ke Nepal. Tetapi
tidak membuat catatan kuliah lagi. Sebagai gan- saat ini banyak dokter di Nepal. Sekarang banyak
tinya, dia menggunakan perekam dan mendeng- orang Nepal datang ke Korea dan saya merasakan
arkannya berkali-kali. Lama kelamaan, dia dapat adanya kebutuhan akan adanya seseorang yang
mengerti catatan teman-temannya, yang pada dr. Joshi selalu menyampaikan banyak menjadi jembatan antara mereka dengan Korea.
pertanyaan, meyakini bahwa resep terbaik
awalnya pun susah dibaca. Dia harus menyele- dapat ditulis hanya ketika dokter dan pasien Selain orang Nepal, saya juga ingin membantu para
saikan kuliahnya selama sembilan tahun, yang membuka hati mereka satu sama lain. pekerja asing dan perempuan yang menikahi orang
umumnya dapat diselesaikan dalam waktu enam Korea, yang memiliki akses minim terhadap keun-
tahun. Pada tahun 2007, setelah kelulusannya, dia mengikuti ujian tungan-keuntungan medis. Ini bukan berarti bahwa saya menanggalk-
nasional untuk menjadi dokter dengan ijin praktik, hanya untuk merasa- an mimpi-mimpi saya untuk memperbaiki kondisi medis di Nepal. Nam-
kannya. Sebagaimana yang ia prediksi, dia gagal. paknya saya telah menambahkan satu mimpi lagi terhadap mimpi asli
Pada tahun 2008, sambil belajar untuk mempersiapkan kedua kali- saya,” katanya.
nya, dia menikah. Istrinya, Jeong Se-yeong, adalah anak perempuan Sewaktu belajar di Daegu, dr. Joshi mengatakan bahwa dia selalu
“gadis Koreanya” yang disebut-sebut di atas, yang menjadi teman cemburu terhadap fasilitas medis yang begitu canggih di rumah sakit
dekatnya sejak tahun pertama di kuliah pra-kedokteran. Pernikahan- universitas tersebut. Peralatan medis terbaru pun dapat dibeli, tetapi
nya lebih mendorongnya agar dapat lulus ujian nasional. Dia pergi ke sistem medis yang efisien membutuhkan pengembangan pendidi-
perpustakaan di pagi hari dan pulang di sore hari. Istrinya pun bang- kan efisien, teknologi, tenaga kerja dan organisasi. Dia sangat tertarik
un pagi-pagi untuk menyiapkan makan siangnya dan mencari nafkah untuk mengenalkan sistem asuransi medis Korea, pusat kesehatan
sebagai seorang tutor. Sebagai gantinya dari menghafalkan isi buku- dan klinik kesehatan ke Nepal.
buku kedokteran yang begitu tebal dengan pengetahuan yang luas, dia Ini semua nampaknya terkait dengan sejarah kelulusan ujian sete-
bergaul dengan mahasiswa-mahasiswa brilian dan belajar bersama lah tiga kali kegagalan, tetapi dr. Joshi mengatakan dengan senyum,
mereka dengan mengajukan berbagai pertanyaan. Selama proses “Saya tidak mau melakukan sesuatu yang tidak ada tantangannya!”
belajar demikian, dia mampu belajar dengan cara berfikir mereka dan Ada pepatah bahwa kesuksesan yang lebih besar membutuhkan
bagaimana mereka memformulasikan jawaban-jawaban mereka. Teta- waktu yang lebih lama. dr. Joshi, yang sangat menyayangi orang dan
pi, pintu kesuksesan belum juga terbuka. Dia mengalami dua kegaga- tidak takut menghadapi kesulitan, mengembangkan potensi untuk
lan dengan margin yang sangat tipis, kegagalan ketiga karena keku- menjadi “dokter yang lebih baik.”

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 31
DI ATAS JALAN

Pameran Seni
Kenangan tentang Cinta
dan Perang di Sana
Perang Korea selama 60 tahun terakhir telah meninggalkan warisan yakni Zona Demilitarisasi (DMZ) yang masih
tetap terbekas pada ingatan maupun kesadaran siapapun, dan bukan hanya itu ia telah memberikan pengaruh
baik besar maupun kecil kepada penduduk wilayah, kelompok masyarakat hingga seluruh rakyat Korea.
Cheorwon adalah tempat di mana sejarah itu masih segar tersimpan, dan karena alasan tersebut ia menjadi
ajang digelarnya pameran seni dengan nama <Proyek DMZ Riil>. Kim Yoo-kyung, Jurnalis | Ahn Hong-beom Fotografer

32 S e n i & B u d a y a Ko re a
P ameran seni di DMZ yang digelar 60 tahun setelah perang terhenti di sudut sebuah kota
militer menandakan adanya perubahan, kota itu dijadikan tempat wisata bahkan menjadi
arena untuk menggelar kesenian. Melanjutkan tahun lalu di Cheorwon telah dibuka pameran
yang skalanya cukup besar. Pameran tahun ini (27 Juli – 22 September 2013) dengan nama
<Real DMZ Project 2013 : Borderline> atau <Proyek DMZ Riil 2013 : Perbatasan> yang meru-
pakan rute wisata militer di kota Cheorwon yang memutar dengan foto - foto, lukisan, tayangan
video, dan sekitar 20 buah karya seni ini memberikan pengalaman yang baru. Pengunjung akan
dapat menikmati dengan caranya masing - masing dan dapat mengartikan kembali dengan
pemahaman mereka sendiri tentang daerah perbatasan bersenjata berat saat mereka berwi-
sata sambil menikmati berbagai situs dan meneliti karya seni kontemporer tentang makna DMZ
yang disajikan oleh 12 seniman dari 11 negara. Kim Sun-jung, kepala kurator Pusat Seni Sonje
di Seoul, mencatat bahwa “Proyek DMZ Riil adalah proyek penelitian dari perspektif humaniora
dan seni tentang berbagai masalah yang mempengaruhi kehidupan dan budaya semenanjung
Korea. “

Demilitarisasi dan Pagar Besi


Dalam perjalanan dari pusat kota Seoul hingga tempat ini ingatan tentang Perang 6.25 begitu
redup sampai-sampai saya hampir tidak menyadari adanya halte bus bernama “Bukit 104 Yeon-
hui”. Semakin mendekati kota Cheorwon, semakin banyak fasilitas militer dan kemanan yang
menunjukkan bahwa kita semakin mendekati zona militer. Salah satu di antaranya adalah pagar
besi. Sebuah gedung yang diperuntukkan untuk melindungi keamanan di wilayah itu seolah
menceritakan betapa banyaknya waktu yang telah berlalu. Sebenarnya perjalanan ke Cheorwon
untuk menyaksikan pameran itu sendiri seolah menceritakan banyaknya waktu yang telah men-
galir.
“Saya menyambut hangat bahwa di tempat ini telah terpusat perhatian di aspek budaya,
bukan masalah - masalah militer”, kata sambutan dari gubernur kota Cheorwon juga tentunya
berawal dari perasaan yang demikian. Perjalanan waktu telah merubah suatu sudut di zona mili-
ter menjadi ajang pariwisata dan selanjutnya ajang kesenian. Dalam Pameran Kesenian DMZ
yang telah dibuka pada tahun ini untuk keduakalinya membuktikan bahwa perang tetap berada
dalam ingatan generasi terdahulu dan kini. Pameran Kesenian ini adalah bak sekuntum bunga
yang muncul di antara reruntuhan perang.
Cheorwon di Provinsi Gangwon di tempat paling banyak terjadi pertempuran saat Perang
6.25 berlangsung adalah sebuah kota militer kecil, di mana suasana tegang terus terasa di kota
dengan sumber utama penghasilan pertanian ini. Sebagian besar dari penduduk di kota ini ber-
cocok tanam melewati dataran yang termasuk dalam kawasan Jalur Kontrol Sipil. Gedung Partai
“Peledakan” karya Back Seung-wooh yang dipamerkan Buruh yang telah rusak tetap berada dalam keadaan yang sama hingga waktu membuatnya ter-
dalam “Dari Utara” sebuah acara khusus di Artsonje
Center di Seoul, yang melengkapi “Real DMZ Project daftar sebagai warisan budaya. Pada saat yang sama di Sungai Hantan berbagai jenis olahra-
2013,” berlangsung di daerah dekat dengan DMZ di ga modern seperti rafting dan bungee - jump ramai dinikmati wisatawan dan di sekitarnya juga
Cheorwon, Provinsi Gangwon. Yang menampilkan
peledakan tersandung adegan sisa-sisa gambar ramai dengan restoran ikan air tawar.
yang telah dipotong oleh Badan sensor Korea Utara. Paek Su – hyeon, pemandu yang menjelaskan kepada para pengunjung tentang kehidupan
Fotografer tersandung oleh gambar-gambar ini
ketika ia mengunjungi Korea Utara pada tahun 2005. di tempat ini mengatakan, “Warga di sini sangat menghargai tanah, tempat di mana mereka
Montase foto dari 40 potong, cetak digital pigmen, 265 telah dan masih tinggali, yakni sawah dan ladang tempat tanaman mereka tumbuh dan berkem-
x 504 cm, 2005-2007.
bang”. Mereka mengerjakan tanah yang dulunya adalah ladang ranjau. Terlepas dari ideologi,
kepercayaan dan kecintaan yang mendalam terhadap tanah mereka sama artinya sebagai nafas
mereka.
Karya seni yang dipamerkan dalam pameran kali ini disajikan dari berbagai sudut pandang
tentang daerah perbatasan. Orang - orang yang tidak akrab dengan seni kontemporer mungkin
bertanya - tanya tentang bagaimana membedakan seni dari kenyataan namun jelas ini adalah
cara lain untuk menelusuri sejarah melalui seni.
Pertunjukan <Proyek Reunifikasi Psikis> yang digelar di ‘Auditorium Medan Perang Segitiga

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 33
Di Pyeonghwa - Munhwa - Kwangjang (Lapangan Seni Perdamaian) di depan Stasiun Woljongri
banyak tergelar berbagai benda yang saling berbaur dengan keheningan. Kereta api berkarat, stasiun
tanpa jejak manusia, bebatuan, dan keheningan. Kesemua benda ini menyatu untuk menceritakan
keheningan selama 6 dekade di DMZ.

Besi’ oleh seniman Ireland Jesse Jones berusaha untuk menemukan termasuk “Brotherhood of War - B Camera” foto mengingatkan pada
jawaban atas pertanyaan tentang hubungan antar-Korea dengan mem- film dengan judul yang sama oleh Jung Yeon-doo, “Tour” sebuah luki-
baca kartu tarot dalam suasana mistis oleh iringan irama gayageum. san minyak yang menggambarkan DMZ sebagai hantu ideologis deng-
Dalam acara di mana pertanyaan pengunjung dijawab dengan lem- an teknik kolase oleh Hwang Se-jun, dan “Mari Mencoba! Kita pasti
paran kartu tarot ini terasa suasana seperti tempat konferensi untuk bisa! Tentara Infanteri Sekolah”, menggambarkan personil militer dan
membicarakan topik-topik yang serius. “Apakah Korea akan bersatu? fasilitas sebagai representasi dari budaya militer oleh seniman Oh
Apakah kekuasaan Kim Jong - un akan berkelanjutan? Apakah akan Hein-kuhn. Hampir saja tawa saya pecah namun dalam sesaat kem-
ada konflik bersenjata? Apakah mungkin senjata nuklir akan diguna- bali membeku ketika melihat pemandangan tentara yang menuliskan
kan? Apakah wisata ke Gunung Kumkang akan terbuka lagi?”. Pada di batu yel-yel “Buatlah hal mustahil menjadi hal yang tidak mustahil”.
pertanyaan-pertanyaan pengunjung beberapa kartu diletakkan terte- Senyum menjadi beku karena saya langsung menyadari bahwa slogan
lungkup dan beberapa di antaranya dibuka dan tersorot ke layar lebar itu bukan main - main.
untuk disaksikan pengunjung. Mereka menerjemahkan kartu tersebut Sebuah sisa kereta berkarat tergeletak di stasiun Weoljongri, sta-
demikian “Reunifikasi tidaklah mudah, masalah yang ada sekarangpun siun paling utara dari Gyeong - Won (Seoul - Wonsan), jalur selatan
sudah sangat menyulitkan, pada akhirnya komunikasilah yang akan DMZ yang terkenal. Ketika dulu saya pertama kali melihatnya, saya
membuka jalan, wisata Gunung Kumkang akan terbuka karena tujuan sangat terkesan karena keseluruhan dari kereta itu terlihat. Dulu mau-
dari kedua pihak sama”. pun sekarang, kereta yang terletak di tempat itu tampak lebih artistik
Pernyataan ini terdengar seolah-olah datang dari seorang ahli daripada karya seni. Tapi sekarang bagian lokomotif kereta terlalu maju
hubungan internasional. Tak seorang pun di antara penonton tertawa, ke depan, dan banyak bagian dari kereta yang ditutup dengan penu-
mereka semua dengan sangat berminat menyaksikan pembacaan tup sehingga terkesan terlihat dan tidak terlihat. Seniman Kanada Paul
kartu. Dihadapkan dengan realitas DMZ, semua orang menjadi serius. Kajander, bersama dengan anak-anak sekolah dasar dan menengah
setempat menciptakan suatu pertunjukkan dengan gerakan tubuh dan
Stasiun Kereta Api Terbengkalai suara yang menggambarkan terpisahnya kedua Korea di bangunan
Yun Su - yeon, seniman Korea, menyajikan foto - foto yang detail penyimpanan es yang didirikan pada masa penjajahan Jepang, dan
tentang penduduk terlibat dalam pertanian dalam Jalur Kontrol Sipil. setelah itu menggelarnya sebagai pameran berupa foto dan musik di
Menceritakan kunjungannya ke daerah-daerah, Yun berkata, “Saya stasiun kosong ini.
takut pada awalnya. Tapi segera saya terkejut melihat rutinitas tenang Di lapangan Kedamaian dan Kesenian di depan Stasiun terdapat
dan damai di sana dan mendapati diri saya berharap saya bisa berbaur gambar - gambar besar yang dengan harmonis menunjukkan kehe-
dengan lingkungan ini”. ningan. Di sebuah sudut lapangan yang luas itu terdapat karya Heman
Sebingkai foto seorang petani yang sedang beristirahat di tengah Chong dari Singapura dengan tinggi 7 meter dan lebar 10 meter yang
menanam bibit padi seolah menjadi papan pengumuman yang ter- terbuat dari papan putih bertuliskan “Seratus Tahun Kesendirian” den-
pasang berhadapan dengan Gunung Osong yang terletak di wilayah gan warna hitam yang dikutip dari sebuah judul karya sastra. Di depan-
Korea Utara. Di sebelah pos penjagaan tentara di mana pada dinding- nya pada tanah lapang terhampar berpuluh-puluh basalt yang dibawa
nya masih tercantum yel-yel lama pasukan Cheongsung terhampar dari Cheolwon. Itu adalah karya Koo Jeong A dari Korea dengan judul
sawah ladang tempat burung musiman datang, tempat itu juga ada- ‘Perluasan Kesadaran’. Kereta api berkarat, stasiun tanpa jejak manu-
lah sebuah perempatan di mana terpasang beberapa papan petunjuk sia, bebatuan, dan keheningan. Kesemua imej ini menyatu untuk men-
yang mengarah ke segelintir gereja yang ada di sana. Tidak ada warga ceritakan keheningan selama 6 dekade di DMZ.
yang terlihat mondar-mandir pada saat itu. Mungkin kita baru bisa meli- Penduduk setempat dikatakan bergumam di antara mereka sen-
hat mereka saat Jalur Kontrol Sipil ditutup pada waktu mereka pulang
ke rumahnya. Petani yang muncul dalam foto itu katanya bercerita
1 “Red House” karya fituris “Arirang,” Noh Sun-tag, senam massal Korea Utara. Arsip
pada tetangga-tetangganya “Walaupun wajah tidak kelihatan, itu aku
cetakan pigmen, 100 x 140 cm, tahun 2005. 2 “Tour” karya Hwang Se-jun, dipajang di
lho!”. Tetapi daripada warga setempat, akan lebih banyak wisatawan Gedung Kebudayaan dan Perdamaian DMZ yang menggambarkan sebuah perjalanan
penuh harapan menuju perdamaian dari takut Perang Dingin. Lukisan minyak di atas kanvas,
yang menyaksikan foto tersebut.
162 x 920 cm, 2012. 3 Stasiun Woljeong-ri telah lama kehilangan fungsinya sebagai stasiun
Pameran juga menampilkan di hall Perdamaian dan Budaya DMZ kereta api. Hal ini digunakan untuk pameran foto selama “Real DMZ Project 2013.”

34 S e n i & B u d a y a Ko re a
1
2 3

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 35
1

diri, “Jadi maksudnya batu yang dibawa dari ladang kita lalu diletak- 1 “My Saintly Shelter” (2012), sebuah karya seni instalasi karya Kim Lyang, duduk dekat
gedung lama Partai Pekerja. Struktur baja putih terbuat dari panel baja daur ulang yang
kan di sini dengan ditulisi tulisan itu adalah hasil karya seni?”. Tapi pernah digunakan untuk membawa bibit padi dari tempat benih padi di daerah Cheorwon.
energi yang tertampilkan di sini adalah keindahan yang menyelubungi 2 Di musim dingin, Cheorwon menjadi habitat burung bangau. 3 Sisa kerusakan kereta api
di Stasiun Woljeong-ri, stasiun paling utara di Korea Selatan pada jaur kereta Gyeongwon
ketegangan dan kekerasan. Pemandangan yang sesungguhnya dari (Seoul-Wonsan). Disimpan di sana bangkai kereta api berkarat yang hancur dalam serangan
wilayah ini yang terbanding kontras dengan karya seni yang menggam- udara selama Perang Korea.

barkan kesepian dan terhentinya waktu mahal terlihat jauh dari kenya-
taan. di Cheorwon. Dia berkata, “Saya cinta pada tanah ini, karenanya saya
langsung kembali setelah lulus dari perguruan tinggi seni.” Dia meng-
“Aku adalah bagian dari Cheorwon” anggap perpaduan dari sawah, ladang, dan ladang ranjau, di mana
Dalam monorail menuju ke Observatori Perdamaian Cheorwon, ranjau darat masih belum seluruhnya tertangani itu sebagai kontur
saya menemukan sebuah karya pendekatan yang unik oleh seniman yang istimewa dari DMZ, sebuah pemandangan unik yang terlihat dari
asing. Seniman Turki Fahrettin Orenli dengan penayangan videonya puncak Gunung Soi. Pada masa kecilnya ia sering bermain di sekitar
berjudul “Tanah penuh emosi, Pemotongan disebabkan oleh Post Ope- gedung Partai Pekerja sampai senja. Sekarang fasilitas militer yang
rasi Plastik” adalah sebuah video tentang pembedahan kelopak mata. berkarat seperti logam, selongsong peluru, besi - besi, bahkan rel
Menurutnya modernisasi di Korea Selatan tidak alami, sama seper- kereta api menjadi bahan lukisannya. Ketika muda, ia digunakan untuk
ti operasi kelopak mata, demikian juga hubungannya dengan Korea bermain di sekitar gedung Partai Pekerja tua dan berlari hingga sore.
Utara. Dengan latar belakang surya senja yang tenggelam, ia menunjuk pada
Lukisan cat minyak, seperti “Sawah di Cheorwon,” yang menggam- potret diri karyanya dan berkata “Saya menganggap diri saya sebagai
barkan cinta rakyat terhadap tanah mereka tergantung di salah satu bagian dari kota Cheorwon”.
dinding. Di antara seniman yang berpartisipasi dalam acara ini, pelu- Bangunan bekas Kantor Inspeksi Hasil Pertanian Cheorwon yang
kis Kim Sun-kyong adalah satu-satunya yang lahir dan masih bekerja terdapat di sisi tapak wisata yang dulunya adalah jalan utama selama

36 S e n i & B u d a y a Ko re a
perang nomor 3 juga digunakan sebagai tem- kita memandang DMZ.
pat pameran. Selama perang ketika wilayah ini Pegunungan - dari Sapseul Peak (dekat
di bawah kendali Korea Utara, bangunan dulu Dongsong Reservoir), di mana sekitar 50.000
merupakan tempat pemeriksaan hasil pertanian bom dijatuhkan dalam pertempuran sengit untuk
Cheorwon itu terkenal sebagai ruang penyik- memperoleh dataran tinggi selama perang,
saan bagi orang yang diduga sebagai anti - sampai ke Gunung Soi (dekat Gedung Partai
komunis yang ditahan untuk diinterogasi. Bang- Buruh) dan Halmi Peak (dekat daerah wisata
unan ini biasanya ditutup tapi saya beruntung Paviliun Goseok) - digunakan untuk menjadi
karena dapat melihat ke dalam berkat pame- bagian dataran tinggi yang mengarah ke Seoul
ran ini. Seniman Korea Lee Joo - young telah 2 selama periode Joseon. Im Kkeok - jeong,
menciptakan “Miniatur Kota Cheorwon Kedua, sosok Robin Hood Korea pada era Joseon dike-
Gedung Keuangan” seperti semacam monumen. Bangunan Gedung nang dalam bentuk nama restoran “Im Kkeok - jeong Garden”.
Keuangan asli yang asli telah runtuh oleh pemboman beruntun dan kini Cheorwon terletak sekitar 200 meter di atas permukaan laut, mem-
tinggal tanahnya saja yang dilestarikan. bentuk dataran yang luas. Penduduk setempat sering melihat pelangi
ganda setelah mandi. Sebuah jalan wisata baru, dijuluki “Jiroekkot
Jalan Setapak Gunung Soi - gil (Jalan Bunga Ranjau Darat)” baru - baru ini telah dikembang-
Sebenarnya dalam hal seni, Cheorwon adalah gurun di mana kan di sekitar Gunung Soi. Meskipun nama itu terkesan menakutkan,
tak ada satu pusat pertunjukan seni atau sebuah galeri seni. Pada sebenarnya aman saja berjalan-jalan bagi petani lokal dan indah kare-
jalan yang menuju ke Gunung Kumgang, Jeong Seon, seorang pelu- na penuh dengan bunga - bunga liar yang cantik.
kis pemandangan dari Dinasti Jeoson telah melukis. Mewakili seni- Pemandu wisata Paek Su - hyeon berkata kepada saya, “Padang
man kota Cheorwon, Kim Sun - kyong mengatakan “Pameran ini akan ini begitu cantik di akhir musim panas. Apakah Anda tidak ingin datang
memberikan kejutan kepada penduduk Cheorwon dan juga cara untuk lagi?”. Saya bertanya balik padanya “Saya ingin tahu apakah Korea
melihat kampung halaman mereka dengan berbagai cara yang berbe- Utara tahu bahwa pameran seni yang diadakan di sini?”. “Mungkin
da”. Dan untuk kalangan seniman sendiri DMZ menjadi suatu kesem- mereka tahu. Karena daerah ini adalah daerah di bawah pengawasan
patan untuk melontarkan pertanyaan tentang bagaimana seharusnya dan pemantauan mereka” jawabnya.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 37
Distrik yang Bernama Cheorwon
‘Segitiga Besi’, Lokasi Koeksistensi
Ketegangan dan Kedamaian
Kim Dang, Editor Oh My News | Ahn Hong-beom Fotografer

Korea Utara terletak di luar DMZ, seperti yang terlihat dari Observatorium Perdamaian Cheorwon.

D istrik Cheorwon secara geografis terletak di tengah pusat


Semenanjung Korea dari timur-barat dan utara-selatan . Sejak
kemerdekaan (pada tahun 1945) sebelum Korea terbagi menjadi
Pyeongannamdo, Hwanghaedo, dan sebagian dari Gangwondo) di
bawah yurisdiki Korea Utara, sementara distrik Cheorwon yang
merupakan semula merupakan milik Korea utara masuk dalam
dua, distrik Cheorwon merupakan pusat logistik dan transportasi ‘Subokjigu’ (wilayah yang meliputi provinsi Gyeonggido yakni
yang dilewati rel kereta api Gyeongwonseon (yang menghubung- Yeoncheon dan Dongducheon, dan sebagian dari Phocheon, serta
kan Seoul - Wonsan). Setelah kemerdekaan saat Amerika Serikat provinsi Gangwondo yakni Cheorwon, Hwacheon, Yanggu, Injae,
dan Uni Soviet menempati Semenanjung Korea dengan membagi- Gosung, Seokcho, dan Yangyang) di bawah yurisdiksi Korea Sela-
nya pada garis batas negara 38, Cheorwon ditempatkan yurisdiksi tan. Saat ini distrik Cheorwon menjadi wilayah administratif di
ibukota provinsi Gangwon Utara di bawah militer Uni Soviet. Itu- bawah Republik Korea (Korea Selatan) dan Republik Demokratik
lah sebabnya di distrik Cheorwon yang kini dikenal dengan produk Korea (Korea Utara).
wisata keamanannya terdapat gedung - gedung bernuansa komunis Saat Perang Korea sedang berkecamuk, Korea Utara yang ingin
ala Rusia. menduduki kota Seoul melakukan serangan dadakan melalui empat
jalur utama. Salah satu di antaranya yang merupakan jalur serang-
Distrik Yang Terbagi Saat Perang Korea (dari 25 Juni 1950 sam- an paling utama adalah Cheorwon – Uijeongbu – Seoul, dan yang
pai 27 Juli 1953) mendekati detik-detik terakhirnya, Korea Utara kedua untuk jalur serangan Chogong adalah Gaesung – Munsan
dan Cina bertarung dengan sengitnya dengan Korea Selatan dan – Seoul. Melalui jalur yang pertama, tentara Korea Utara berhasil
Amerika Serikat (yakni tentara PBB) untuk memperoleh wilayah memasuki kota Seoul dalam waktu tiga hari. Tetapi karena adanya
kedudukan yang lebih luas. Sebagai hasilnya, Amerika Serikat dan intervensi tentara Amerika Serikat dan serangan balik dari tentara
Uni Soviet menggariskan garik lurus pada garis lintang 38 derajat Cina, perang menjadi panjang dan pada posisi jantung perang yang
di atas peta Semenanjung Korea, dan dengan usainya perang pada lebih dikenal dengan ‘Segitiga Besi’ (nama yang diberikan karena
garis lurus tersebut terbentuk Zona Demiliterisasi yang terbagi lagi lokasi ini terdapat pada posisi lintang 38 derajat utara, tempat yang
menjadi Front Barat yang menjadi wilayah yurisdiksi Korea Sela- menghubungkan Cheorwon dan Kimhwa melalui Pyeonggang, yang
tan dan Front Timur yang menjadi wilayah yurisdiksi Korea Utara. merupakan posisi kurang baik untuk melakukan penyerangan teta-
Setelah kemerdekaan, Kota Gaesung yang semula merupakan milik pi secara geografis sangat tepat untuk melakukan pertahanan dari
Korea Selatan masuk dalam ‘Misubokjigu’ (wilayah yang meliputi serangan musuh) terjadi pertarungan yang paling sengit. Sehingga
provinsi Hamgyeongnamdo, Hamgyeongbukdo, Pyeonganbukdo, jika orang mendengar nama ‘Distrik Cheorwon’ mereka akan lang-

38 S e n i & B u d a y a Ko re a
sung teringat pada ‘Segitiga Besi’. Namun di zona militer Cheorwon yang merupakan perwaki-
Pertempuran paling sengit yang pernah terjadi di ‘Segitiga lan daerah pertemuan dua kekuasaan militer, yang walaupun deng-
Besi’ adalah pertempuran ‘Baekmagoji’ (Pertempuran Kuda Putih an alasan keamanan militer tidak dapat disebutkan skalanya, ter-
di Dataran Tinggi). Menurut catatan tentang Baekmagoji, perang catat lebih banyak jumlah tentara muda yang ditempatkan dari-
yang tercatat berlangsung selama sepuluh hari itu demikian sengi- pada jumlah populasi warganya. Di Cheorwon, dengan berpusat
tnya sehingga di hamparan dataran Cheorwon yang berlokasi 395 pada Baekgolbude (Kamp 3) ditempatkan Seungribude (Kamp 15),
meter di atas permukaan laut dan bisa terlihat dengan sekilas pan- Cheongsungbude (Kamp 6), Ottugibude (Kamp 8 Divisi Infanteri
dang itu tertumpuk bubuk mesiu dan jenazah sampai sebatas lutut. Mekanik), dan lain-lain, dan juga menjadi tempat pelatihan bagi
Dalam pertempuran selama sepuluh hari itu, penguasa puncak beberapa korps lainnya. Saat ini di Korea sebuah program televisi
gunung tersebut bertukar 24 kali, dalam pada itu sekitar 14.000 populer berjudul ‘Jincca Sanai’ (Lelaki Tulen) yang menggambar-
orang tentara tewas dan sebanyak lebih dari 300.000 mesiu dimun- kan beberapa aktor yang masuk dalam korps militer selama satu
tahkan. minggu untuk mengikuti pelatihan, dan Baekgolbude menjadi pili-
han dari netters sebagai korps pertama yang patut dimasuki oleh
Lebih Banyak Tentara Daripada Warga Di pihak Korea seorang aktor.
Utara, sebagai ganti memperoleh kota Gaesung, mereka terpaksa Baekgolbude adalah kamp milter yang berhubungan langsung
kehilangan Distrik Cheorwon. Sampai ada cerita bahwa Kim Il - dengan Hari Angkatan Bersenjata Korea. Kamp ini adalah kamp
sung menangis selama empat hari setelah distrik Cheorwon teram- pertama yang melewati garis lintang 38 derajat dan bergerak ke
pas. Bagi Amerika Serikat, Subokjigu adalah wilayah yurisdiksi utara pada tanggal 1 Oktober 1950 untuk pertama kalinya. Untuk
negara komunis pertama yang didudukinya sejak selesainya perang memperingati peristiwa itu pada tanggal 1 Oktober 1956 Presiden
dunia kedua. Karena merupakan daerah strategis penting bagi Korea Rhee Syngman menetapkan hari itu sebagai Hari Angkatan Bersen-
Selatan dan Utara, maka di daerah Cheorwon selalu difokuskan jata. Untuk meneruskan tradisi dari kamp ini dibentuklah kesatuan
untuk penempatan kamp militer utama. Pihak Korea Utara menem- militer untuk ditempatkan pada garis terdepan di garis batas lintang
patkan tentaranya yang mendapatkan penghargaan tinggi untuk 38 derajat untuk sewaktu - waktu menyerang ke utara bila diperlu-
jasanya dalam penyerangan ke kota Seoul pada masa Perang Korea kan.
di daerah Cheorwon yang termasuk dalam Misubokjigu. Pada tang-
gal 1 Oktober 1953, Korea Selatan membentuk 5 korps tentara, dan Perdamaian, Ekologi, Kehidupan Pada jalan menuju kamp
sebagai ‘respon’nya Korea utara juga menempatkan veteran Perang Baekgolbude, sampai sekarang masih terdapat lambang tengkorak
Korea dalam korps tiga, enam, dan sebagainya. putih yang cukup menakutkan dengan slogan yang ditujukan untuk
Untuk mencegah terulangnya serangan, Korea Selatan dan Utara menggetarkan hati musuh. Namun setelah dicetuskannya gagasan
menetapkan garis gencatan senjata yakni 2 km ke selatan dan utara Proyek Taman Perdamaian Internasional DMZ oleh Presiden Park
dari titik batas lintang 38 derajat, masing-masing membangun batas Geun-hye untuk merubah suasana tegang menjadi suasana damai,
pemisah dan bagian tengah dalam dari batas pemisah tersebut itu selain Provinsi Gyeonggido dan Paju, Cheorwon terpilih sebagai
ditetapkan sebagai Zona Demiliterisasi (DMZ). Korea Selatan mem- wilayah yang dicalonkan. Sebenarnya sudah lama visi dari peme-
buat daerah yang tertutup untuk warga sipil dalam kisaran 10 km ke rintah distrik Cheorwon adalah ‘Wilayah Pusat Perdamaian, Eko-
arah selatan dari batas pemisah dan menetapkannya sebagai wilayah logi, dan Kehidupan’. Terutama pemerintah distrik Cheorwon, den-
terbatas untuk warga sipil. gan tujuan utama untuk menciptakan kesan dan produk perdamaian,
Sepertiga dari total wilayah DMZ telah berusaha keras untuk menggali
yang sering disebut sebagai ‘DMZ MDL konten budaya pariwisata dengan
155 mil’ merupakan bagian dari Provinsi Hwanghae Utara DMZ membentuk infrastruktur guna menja-
CCL
wilayah Cheorwon. Artinya pada dae- Border line area dikan wilayahnya sebagai pusat per-
Provinsi Hwanghae Selatan Terowongan Di Bwah Tanah No. 2
rah ini sangatlah luas wilayah yang Cheorwon damaian.
Stasiun Woljeong-ri
tidak dapat diakses oleh warga sipil. ‘Real DMZ Project’ yang telah
Menurut statistik distrik Cheorwon, Provinsi Gyeonggi dimulai sejak tahun 2011 yang lalu,
Provinsi Gangwon
sampai pada akhir bulan Juni 2013, dengan slogan ‘Dari Wilayah Perbata-
Seoul
populasi Cheorwon berkisar 47.588 Korea Utara san Yang Terhenti Waktunya Menjadi
jiwa (laki - laki 24.597, perempuan Perbatasan Yang Luluh Oleh Seni’,
22.991 orang). Sama seperti daerah Cheorwon
adalah satu contoh nyata yang menu-
pedesaan lainnya populasi daerah njukkan Cheorwon sebagai perwaki-
Korea selatan
pertanian Cheorwon juga menunjuk- lan dari ‘Wilayah DMZ’.
kan kecenderungan berkurang.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 39
Buku & lebih
Seumur Hidup bersama Kesusastraan Korea yang paling menarik dalam buku ini. Pada bagian tersebut diuraikan
tentang han, hŭ ng (heung), dan mŏ t (meot) yang dianggap penulis
“Koreaku: 40 Tahun Tanpa Horsehair Hat ”
sebagai “mitos eksklusivitas.” Ketiga kata tersebut tidak dapat diterje-
oleh Kevin O’Rouke, 314 halaman, $36.00/20,000 won, Folkestone, U.K.:
Renaissance Books (2013) mahkan ke dalam bahasa Inggris sehingga banyak orang beranggap-
an bahwa ketiga istilah itu adalah emosi dan konsep tersendiri yang
Koreaku merupakan sebuah buku dengan genre yang sulit untuk hanya ada di Korea. Akan tetapi, O’Rourke menyatakan, hal tersebut
diklasifikasikan. Pada bagian awal Kata Pengantar, sang penulis mene- makin membuktikan bahwa, “bahasa Korea lebih peka daripada baha-
gaskan bahwa buku ini bukanlah otobiografi atau novel melainkan sa Inggris dalam beberapa hal”, sementara gagasan dan perasaan
“koleksi karya”. Ia juga menyatakan bahwa buku ini adalah cerita yang itu sendiri adalah ‘universal.’ Pandangannya yang ringkas dan sangat
tulus dari hati seorang penyair, sehingga mestinya diinterpretasikan menyakinkan itu dapat diapresiasi oleh sejumlah orang asing, baik
sebagai buku sastra, bukan sebagai buku sejarah, filsafat, atau sosio- yang baru datang maupun yang telah lama tinggal di Korea.
logi. Bagian tadi bukanlah akhir buku ini. Penulis juga mengajak para
Sesungguhnya buku ini adalah karya sastra, sebab di dalamnya ter- pembaca ke kampung halaman seorang penyair Korea yang terke-
dapat puisi dan cerpen yang ditulis oleh pengarang dan diterjemahkan- nal, Seo Jeong-ju. Setelah itu ia membahas tentang perempuan Korea
nya ke dalam bahasa Korea. Namun pada sisi yang lain, buku ini juga sebagai “Aset Terbesar di Korea.” Ia menyatakan, “Wanita Korea can-
menggali filsafat, sejarah, dan sosiologi dengan menggunakan ben- tik, berani, dan penuh pengabdian; tanpa mereka, Korea tidak mungkin
tuk sastra: sejarah sebuah negara yang bangkit dari perang kemudian berjalan sampai abad ke-21”. Namun ia juga mengingatkan, “Mereka
berhasil mencari jalan dalam dunia modern; filsafat yang dipelajari dari bukan sekadar patuh dan merendahkan diri: itu hanyalah ‘tampilan luar
tanah asing selama 40 tahun; dan sosiologi yang melihat semua hal belaka.”
sebagai sesuatu yang nyata, terlepas dari soal baik atau buruk. Koreaku adalah buku yang menarik. Jika Anda merasa telah meng-
Sang penulis, Kevin O’Rourke, datang ke Korea pada 1964 sebagai etahui Korea dengan baik, buku ini akan memberi kejutan yang segar
seorang anggota Missionary Society of St. Columban. Buku ini dimu- bagi Anda. Sejumlah puisi dan cerpen yang termuat dalam buku ini
lai dengan menggambarkan keadaan Korea pada 1960-an dan cerita adalah hasil dari usaha sang penulis yang menerjemahkan sastra
yang penuh semangat sekaligus mengharukan tentang kegiatan para Korea ke dalam bahasa Inggris. Cintanya terhadap sastra Korea sang-
mualim di masa tersebut. Setelah itu, O’Rourke menceritakan usaha- at terlihat pada setiap halaman dalam seluruh buku ini. Puisi dan esai
nya untuk menyesuaikan diri dengan budaya baru kemudian menga- yang ditulisnya mengaburkan garis batas antara fiksi dengan non-fiksi.
jak para pembaca masuk ke budaya Korea. Bagian tersebut sangat Sebagai contoh, dalam salah satu cerpen diceritakan kegiatan seorang
menarik dan berguna untuk sejumlah orang asing yang baru datang ke asing yang telah lama tinggal di Korea, yang bernama Gugin Way, teta-
Korea atau berminat pada Korea. pi sebenarnya nama itu diambil dari kata waygugin (oegugin), ungkap-
Namun tidak pas jika buku ini dianggap hanya sebagai sebuah peng- an kata Korea untuk “orang asing”.
antar untuk budaya dan kehidupan Korea. Cara penulis menggali filsa- Apakah penulis ini bercerita tentang dirinya sendiri, ataukah buku ini
fat dan ideologi yang melatarbelakangi budaya Korea sangatlah men- hanya sebuah fiksi belaka? Bagi pembaca, buku ini akan terasa seperti
dalam serta membantu para pembaca memperoleh sebuah buku sastra tetapi kemudian kita akan menya-
pemahaman yang baik tentang Korea. Di samping itu, dari bahwa bukanlah suatu hal yang penting untuk
penulis juga menampilkan diskusi mengenai Konfu- membedakan buku ini sebagai fiksi atau non-fiksi.
sianisme dengan berbagai referensi buku sastra yang Karena kebenaran tidak selalu mengenai kenyataan.
berkaitan dengan Konfucius untuk mendobrak pandang- Begitu juga dengan kehidupan penulis di Korea sela-
an sebelah mata yang menganggap Konfusianisme ma 40 tahun (sekarang hampir 50 tahun) tanpa horse-
sebagai gagasan yang ketat dan kaku. Sang Penulis hair hat yang tidak dapat dirumuskan sebagai hafalan
juga menulis tentang pengaruh Budhis yang melatar- yang kering terhadap segala kejadian. Perjalanan sas-
belakangi budaya Korea, sehingga membuat masing- tra ini akan mengharukan bagi sejumlah penjelajah,
masing ulasan pada buku itu menjadi seimbang. terlepas dari soal berapa lama penulis akan menjela-
Bab terakhir yang berjudul “Pengantar Dasar untuk jahi Semenanjung Korea ini.
Kehidupan di Korea” merupakan salah satu bagian

40 S e n i & B u d a y a Ko re a
Charles La Shure, Profesor, School
of Interpretation and Translation,
Hankuk University of Foreign Studies

Festival Film Sepanjang Tahun, Berbagi, dan Keterbukaan dan ketergantungan yang terlalu besar pada teknologi. Sebagaima-
Festival Film 29 Detik na yang diperlihatkan semua film, film pendek ini merupakan jendela
http://29sfilm.com/ untuk melihat dunia para pembuat film. Dari sana, dapat disimpulkan
bahwa Festival Film 29 Detik merupakan kesempatan yang baik untuk
Ada dua tujuan penye- mewujudkan cita-cita dan menyumbangkan ide bagi para pembuat
lenggaraan Festival Film film, baik dari generasi tua maupun muda. Festival film ini juga menjadi
29 Detik yang tertulis pada tempat untuk dapat melihat masa depan film Korea atau generasi film
situsnya: pertama, mencip- Korea yang akan datang bagi mereka yang berminat pada film.
takan film yang berpengaruh
kuat, yang dapat memban-
gkitkan simpati masyarakat Hal-hal Kecil untuk Meditasi bagi Kebenaran yang Dalam
di seluruh dunia selama 29 detik. Kedua, menampilkan tata istilah film dan Luas
(film grammar) yang baru, yang sesuai untuk era digital ini, kemudian
menemukan para pembuat film baru yang mampu menjalankan proses
Bayangan yang Bertumbuh
Ditulis oleh Taejoon Mun, diterjemahkan oleh Won-Chung Kim & Christopher
itu. Sebetulnya terdapat festival film yang diselenggarakan pada setiap
Merrill, 73 halaman, $8.95, Iowa: Autumn Hill Books (2012)
minggu dan setiap bulan selama ini, tetapi Festival Film 29 Detik 2013
yang diselenggarakan tahun ini merupakan pesta berskala besar dan Mun Tae-jun yang lahir di Gimcheon,
akan terus diselenggarakan setiap tahun. Awal periode penilaian ber- Provinsi Gyeongsang Utara, pada 1970
langsung selama lebih sebulan, yaitu 19 Agustus-23 September. Perio- adalah salah seorang penyair utama dalam
de penilaian selanjutnya berlangsung 27 September-17 Oktober, dan sastra Korea kontemporer. Dia meraih ber-
akhirnya, penerima penghargaan diumumkan pada 26 Oktober. bagai hadiah sastra termasuk Midang Lite-
Festival film ini terbuka untuk umum: siapa pun dapat ikut serta. rary Award pada 2005. Kumpulan puisi ini
Penilaian juga diberikan oleh para pengguna internet (netizen) ber- terdiri atas empat antologi berjudul Bab-
sama dengan penilaian dewan juri awal dan dewan juri final. Hal ter- bling Backyard (2000), Barefoot (2004),
sebut menunjukkan sifat keterbukaan festival ini. Selain itu, 191 film Flatfish (2006), dan The Growth of a Sha-
dari 454 film pendek yang terdaftar dalam situs dibuat oleh para pem- dow (2008). Judul kumpulan puisi ini diambil dari judul buku puisinya
buat film yang berumur di bawah 19 tahun. Menunjukkan bahwa salah yang terakhir.
satu tujuan festival film ini telah tercapai, yaitu menemukan ‘orang baru Puisi Mun penuh dengan detail yang sederhana dan halus, yang
yang berbakat.’ Siapakah akan menjadi pemain utama dalam industri mengantar penyair atau para pembaca untuk merenung mengenai
film Korea mendatang di antara para sutradara muda itu? dunia dengan lebih luas. Pohon kesemek yang melemparkan bayang-
Tema yang dilombakan pada babak final dalam kontes ini, yang an pada atap rumah, kerang lokan yang membuka diri dengan mem-
disponsori oleh Yayasan Makanan Korea, adalah “Makanan Koreaku belah cangkangnya, capung yang terbang mengitari penyair, bunga
(My Korean Food).” Sebelas film yang masuk berusaha menangkap kamelia merah yang mekar di halaman kuil — semua itu melambang-
tema itu dalam 29 detik. Ada film yang fokus pada aspek visual makan- kan kebenaran dalam arti yang lebih luas dan dalam. Mun mempelajari
an Korea, ada juga yang memperlihatkan orang-orang yang sedang sastra di universitas dan karena sehari-hari menjalankan praktik seba-
menikmati makanan Korea, dan ada yang menghubungkan makanan gai seorang Buddhis, hal ini memberi syair liris bagi puisi-puisi yang
dan keluarga. Sebuah film berjudul Rasa Itu (That Taste) memperliha- ditulisnya tentang kehidupan dan dunia yang mengelilingi kita.
tkan dengan baik bagaimana penyajian makanan dapat membangkit- Antologi yang menghimpun 65 puisi ini adalah sebuah pengantar
kan percabangan emosi yang sangat rumit. yang baik untuk melihat dunia kepengarangan Mun Tae-jun dan meng-
Kebanyakan film yang masuk menampilkan tema yang berbeda-be- antar para pembaca ke dunia kepengarangannya yang mendalam dan
da. Ada satu film yang bagus, yang mendeskripsikan keadaan di dalam kaya. Pada Kata Pengantar yang ditulis agak panjang, terdapat alasan
mesin kopi otomatis (coffee vending machine) sebagai warung kopi, pemilihan puisi-puisi yang ditampilkan pada buku ini. Namun tanpa
lengkap dengan miniatur pelayannya. Ada juga film yang memperliha- penjelasan itu pun, kita dapat menikmati keindahan puisi-puisi ini, yang
tkan beberapa isu masyarakat di Korea seperti kekerasan di sekolah mampu berbicara dengan sendirinya.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 41
42 S e n i & B u d a y a Ko re a
n s!
tio
lica
p
Ap
d
oa
l
wn
Do

Quick and Easy


Tourist Information
Korea Tourism Organization has launched useful applications
for tablet PCs and mobile phones.

K-Books Korea - Illustrated Booklet


●Various print publications have been combined into a single ●This interactive book application features a great
application! You’re only one touch away from all the tourist combination of high quality photos, music and video clips
information on Korea you may need ●For iOS and Android devices
●Includes more than 30 different English publications
How to Download?
●For iOS and Android devices
Search “tour2korea” in App Store or Google Play
How to Download? Or scan QR code below
Search “K-books” in App Store or Google Play
Or scan QR code below

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 43
Esai

Ke Korea di Musim Gugur


Masuki M. Astro, Redaktur Kantor Berita Antara dan www.antarajatim.com

K alau bosan itu manusiawi, ia tidak pernah berani datang saat mata terpesona oleh pesta dedaunan
menyambut musim salju. Jika saja tubuh ini mampu melawan hawa dingin yang menusuk kuku, saya akan
betah berlama-lama berdiri di balkon penginapan untuk memandangi lukisan alam pada ujung-ujung pepohonan
itu. Daun-daun seolah tahu tugasnya masing-masing. Mana yang melambat di hijau, mana yang lebih dulu meng-
uning dan mana yang harus memerah kecoklatan.
Itulah pemandangan di Korea pada sebulan terakhir di musim gugur. Dengan peran berbeda, dedaunan seo-
lah berlomba mempersembahkan warisan terindah sebelum kemudian berjatuhan dan menyatu kembali dengan
asal muasalnya, tanah.
Teringat bendera Korea dengan warna merah dan biru membentuk bulatan. Falsafah tentang keseimbangan.
Alam di Korea dengan empat musim ini, juga begitu. Keberadaannya suatu ketika menyajikan ketidaknyamanan,
--seperti dingin karena cuaca minus atau saat panas menyengat,-- namun sekaligus juga menjanjikan keindahan.
Perubahan alam di negeri “seribu” terowongan ini juga mengajarkan tentang kesementaraan. Penderitaan,
kalau boleh disebut demikian, hanyalah jeda untuk menemukan sensasi kebahagiaan. Karena sesungguhnya
kebahagian tidak akan berarti apa-apa tanpa variasi. Hidup di musim salju laksana berada di dalam kulkas hanya
perantara untuk berjumpa dengan keindahan di musim semi. Demikian juga di saat musim gugur yang meman-
jakan mata. Itu hanya sementara dan karenanya harus bersiap-siap untuk mengakrabi cuaca dingin di akhir
November.
Karena kondisi alam seperti inilah barangkali bangsa Korea mengenal “palli-palli” alias cepat-cepat. Kita
banyak menemukan orang di jalan atau stasiun yang tergesa-gesa, bahkan tidak jarang berlari cepat. Falsafah
di Indonesia alon-alon asal kelakon alias “pelan-pelan asal dikerjakan”, boleh jadi akan sangat “berbahaya” jika
diterapkan di Korea. Bisa dibayangkan jika di musim dingin berjalan pelan-pelan di alam terbuka. Sudah menaluri
agar setiap orang di musim dingin segera sampai ke dalam ruangan, entah rumah atau kantor. Maka, “palli-palli”
menjadi semacam keharusan.
Suatu ketika, di dekat Stasiun Anam, Kota Seoul, saya melihat perempuan muda mengemudikan sedan hitam
berhenti karena lampu lalu lintas sedang merah. Ia memanfaatkan waktu menunggu pergantian warna lampu
dengan berdandan. Bahkan ketika lampu merah berganti, si perempuan (dapat dipastikan wanita karier) masih
menpuk-nepukkan bedak ke wajahnya sambil melajukan kendaraannya. Saya juga tidak terlalu kaget ketika per-
tama kali masuk ke kelas para manajer Lotte yang belajar Bahasa Indonesia di kampus Hankuk University of
Foreign Studies (HUFS), mereka bertanya mengapa kami terlambat. Padahal “hanya” sekitar 3 menit. Ya, 3 menit,
bukan 30 menit. Begitulah orang Korea menghargai waktu. Barangkali, untuk keterlambatan 1 menit pun tidak
pantas kita sebut “hanya”.
Kunjungan ke Pulau Nami, tempat syuting sinetron legendaris Winter Sonata, membuktikan betapa berarti-
nya waktu. Kami datang saat musim gugur hampir mencapai sempurna. Pohon-pohon sudah meranggas dan
dedaunan warna coklat muda berserakan di jalan. Bau tidak sedap juga menyeruap dari buah busuk yang sudah
jatuh. Beberapa wisatawan menjadikan satu pohon yang menyisakan keindahan dengan daun merah lembayung

44 S e n i & B u d a y a Ko re a
sebagai tempat mengabadikan momen. Bahkan untuk mendapatkan foto dengan latar satu pohon yang daunnya
mulai melayu itu mereka harus antre.
***
Dengan empat musim, orang Korea memiliki waktu sangat pendek untuk melakukan sesuatu. Ketika musim
gugur mereka harus segera menyelesaikan pekerjaan yang di saat musim salju tidak mungkin dikerjakan. Kalau
tidak segera, maka akan kehilangan momentum atau kesempatan. Ini juga yang barangkali merangsang orang
Korea untuk kreatif dalam mencipta. Ada pakaian musim panas, musim dingin dan pakaian saat musim “peran-
tara” dari keduanya. Mereka juga kemudian harus membuat penghangat ruangan.
Tampaknya alam mengajarkan dua hal yang terlihat kontradiktif. Kalau ingin senang (bahagia), maka men-
deritalah. Sebaliknya kalau siap untuk hidup menderita maka bersenang-senanglah. Kalau orang Korea memi-
lih yang kedua, tidak mungkin negara berpenduduk sekitar 50 juta jiwa ini menjadi bangsa maju seperti seka-
rang. Korea dan masyarakatnya memilih menderita sementara waktu dengan bekerja keras untuk menjadi
negara modern.
Tentu saja mental yang membuat Korea melesat maju bukan karena hadiah dari cuaca yang empat musim
itu. Apa yang menjadi karakter orang Korea saat ini tidak tiba-tiba sebagaimana datangnya salju di awal bulan
Desember. Semua karena diikhtiarkan. Budaya tepat waktu, kerja keras, jujur, melayani sebagai kehormatan,
rela antre dan lainnya adalah buah dari nilai dasar yang diikhtiarkan dengan kuat. Indonesia sebetulnya memiliki
nilai-nilai dasar itu, baik yang bersumber dari agama maupun budaya lokal. Hanya saja, nilai itu mungkin belum
menjadi pegas untuk menguatkan ikhtiar kolektif sebagai suatu bangsa. Dengan jumlah penduduk besar, wilayah
yang luas, budaya beragam dan kompleksnya persoalan, Indonesia membutuhkan daya pegas pelontar yang
lebih kuat dari yang dimiliki bangsa Korea.
Hal yang tidak bisa dilupakan adalah sikap istikamah orang Korea. Kerja keras yang hasilnya melimpah tidak
mengubah mereka kemudian keluar dari nilai dasar sebagai rel dalam menjalani hidup. Sikap ini saya lihat keti-
ka orang Korea tidak memerlukan pembantu rumah tangga atau sopir pribadi. Keberhasilan tak membuat orang
Korea kemudian menjadi malas. Orang-orang sukses di negeri ginseng ini tetap mau menyetir mobil sendiri, atau
mungkin atau mencuci dan menyetrika pakaian sendiri.
Menikmati musim gugur di Korea selama dua bulan 22 hari sebagai peserta Kwanhun-KPF Press Fellowship
Program, telah mengajarkan saya tentang banyak hal. Dari perubahan warna daun saja saya banyak belajar ten-
tang waktu, etos kerja, kreativitas, daya hidup dan keniscayaan dari perbedaan. Kesiapan dedaunan untuk men-
jadi tiada adalah simbol dari pelayanan sebagai suatu kehormatan. Daun-daun rela gugur untuk melayani pohon
agar tetap bisa bertahan hidup di musim salju. Menjalani tugas itu, daun-daun tidak menganggapnya sebagai
beban. Bahkan justru dirayakan dengan tampilan warna-warni yang indah.
Ke Korea di musim gugur. Saya betul-betul harus belajar pada keikhlasan daun-daun. Sikap dedaunan itu
saya lihat juga pada teman-teman di Korea Press Foundation (KPF), seperti Yuri Seo, Ji Hyuk Kim, atau Dae-
joong Kim alias Deje dan lainnya. Gamsahamnida. Tidak salah jika saya merindui Korea. (*)

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 45
HIBURAN

Bong Joon-ho Membuat


Debut Hollywood
dengan ‘Kereta Api Negeri Salju’
46 S e n i & B u d a y a Ko re a
S elama beberapa tahun terakhir semakin sulit untuk menghubungi para sutradara film terkenal Korea.
Sebuah adegan ‘Kereta Api Negeri Salju’,
karya terbaru sutradara Bong Joon-ho
yang baru saja dirilis. Namgoong Minsu, Sewaktu aku menelpon mereka, mereka mengirimkan jawaban bahwa mereka sedang bekerja di luar
seorang tokoh anarkis, diperankan Song negeri, yakni di Los Angeles, New York City, atau Prague (Praha).
Kang-ho, memberikan pesan simbolis bagi
penonton.
Mencapai Pasar Dunia?
Setidak-tidaknya film-film berbahasa Inggris yang disutradarai para sutradara Korea, yang menampil-
kan aktor-aktor Amerika dan Eropa, diluncurkan di premier global dan di bioskop-bioskop Korea. Park Chan-
wook, sutradara yang diakui reputasi internasionalnya, mengusulkan idenya dengan “Stoker” untuk perusa-
haan film Fox Searchlight Pictures, sebuah anak perusahaan Fox Entertainment Group, yang berbaik hati
memproduksi film-film produksi rumahan dengan anggaran menengah bagi Academy Awards dan terkenal
karena masuk ke dalam film-film yang tidak sukses. Salah seorang teman sutradaranya Park, Kim Jee-woon,
juga membuat debut film Hollywood dengan judul “The Last Stand” untuk perusahaan Lionsgate Films,
sebuah studio ukuran menengah yang terkenal dengan sejarah kesuksesan komersialnya.
Walaupun sikap ambisius dengan indusrti film-film Hollywood, secara terus terang, penerimaan para
penonton terhadap kedua film tersebut sungguh mengecewakan. “Stoker,” yang dibuat dengan anggaran
$10-juta, tidak mampu terjual dengan setengah dari biaya yang dihabiskan untuk pembuatannya. “The Last
Stand,” dengan dana $20-juta, kurang mendapatkan kepopulerannya di antara para penontonnya. Khusus-
nya, para penonton Amerika pun menyambut dingin bintang film Arnold Schwarzenegger, yang berperan
sebagai aktor utama, karena kecemerlangannya redup oleh skandal pribadi. Tetapi, anehnya pendapat kri-
tis cenderung lebih memaafkan daripada pertunjukan komersialnya. Dalam hal “The Last Standn,” lepas film
dalam bentuk DVD dan format disket Blu-ray justru mendapatkan sambutan segar dan lebih positif terha-
dap manfaat sinematis film tersebut. Kedua sutradara Korea tersebut sekarang sedang menyiapkan proyek-
proyek baru dari Hollywood.
Kegagalan film-film Park dan Kim, hal yang paling sulit bagi kedua sutradara tersebut yang harus dite-
lan adalah ketidakacuhan penggemar Korea sendiri. Dalam usaha menjembatani budaya dan rasa lokal dan
Barat, nampaknya mereka menghadapi kesulitan. “Stoker,” mengingatkan kita kepada film-film Alfred Hitch-
cock, mendapatkan sensasi besar jika menggunakan bintang film Korea seperti Moon Geun-young dan Lee
Byung-hun. Tetapi, dengan kisah yang dibuat di daerah terpencil di Amerika, thriller psikologis yang diterima
penonton Korea sebagai sebuah alegori abstrak. Karena untuk Kim, yang telah menunjukkan kepiawaian
kesutradaraanya dengan menginterpretasikan film-film Barat Hollywood ke dalam gaya Korea, misalnya “The
Good, The Bad, The Weird” (2008) – kemampuan adaptasi modernnya terhadap film-film Barat Hollywood
kurang mendapatkan popularitas di luar negeri.

Film SF yang Mengerikan


Sementara Park Chan-wook dan Kim Jee-woon menyutradarai film-film Hollywood yang didanai oleh
investor-investor Hollywood, Bong Joon-ho membuat film “Kereta Api Negeri Salju” dengan latar Czech
Republic dengan dana sebesar $40-juta, yang sebagian besar dananya berasal dari CJ Entertainment
Korea. Walaupun dana pokoknya dari Korea, para kru filmnya kebanyakan berasal dari luar negeri. Dengan
mengadopsi sistem produksi dan perfilman Hollywood, “Kereta Api Negeri Salju” menggunakan aktor-ak-
tor dan aktris-aktris Barat dengan kasting profil berkelas, seperti Chris Evans, Tilda Swinton, Ed Harris, dan

Strategi apa yang paling efektif bagi film Korea agar mendapatkan kesuksesan internasional? Bagian
orang berpendapat bahwa mempertahankan “Kekoreaan” merupakan hal penting sementara sebagian lagi
berpendapat bahwa ungkapan universalitas gaya Hollywood juga penting. Strategi yang mana yang diadopsi
oleh Bong Joon-ho, seorang pembuat film Korea, dalam film terakhirnya dengan judul ‘Kereta Api Negeri Salju’?
Atau, apakah dia mencoba menggunakan kedua pendekatan tersebut secara berimbang? Perdebatan kritis
menyapu industri film Korea. Kim Young-jin, Kritikus Film; Staf Pengajar, Department of Film and Musical, Myoungji University

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 47
John Hurt. Film tersebut hamper seluruhnya berbahasa Inggris, kecuali untuk dialog antara Song Kang-ho
dan Ko Ah-sung tokoh Korea.
Kisah yang sangat menarik ini terjadi 17 tahun after 2014, meluncurlah kereta berlapis baja bernama
“Kereta Api Negeri Salju” yang terus-menerus mengelilingi dataran bumi yang membeku tertutup salju, sam-
bil membawa orang-orang yang selamat dari bencana besar yang menandai Jaman Es Kedua. Dalam kere-
ta api ini, perjuangan berat untuk mengontrolnya ditandai oleh adanya kontradiksi antara gerbong belakang
yang diisi oleh para penumpang yang berhimpitan dan penuh tekanan dengan gerbong depan yang diisi oleh
para penumpang istimewa yang penuh kenyamanan. Plot yang rumit dan ironis dalam film tersebut merupa-
kan kerumitan tersendiri bagi para jurnalis dan pengkritik film. Khususnya, terdapat keraguan terkait prospek
komersial film-film di Korea, karena kurangnya sentimen Korea,yang dapat mengakibatkan kegagalan terkait
dengan para penonton Korea.
Ternyata, penilaian kritis oleh media lokal ini membuktikan adanya kesulitan dalam penilaian. Walaupun
reaksi penonton terbagi dengan jelas, kontroversi yang disebabkan oleh film tersebut membuat para penon-
ton film ingin tahu dan akhirnya mereka berbondong-bondong. Kampanye yang gemerlapan pun mengha-
silkan keuntungan finansial yang menggembirakan. Sejauh ini, film tersebut sudah melampaui biaya pem-
buatannya dan menghasilkan kira-kira $60 juta di Korea sendiri dari penjualan tiketnya sendiri sebanyak 9.3
juta tiket di gedung film lokal. Ini dijadwalkan akan diliris di Perancis pada bulan Oktober, dan di Taiwan pada

1 Aktris Tilda Swinton, yang memerankan tokoh Mason, berinteraksi dengan para penggemarnya pada tahun 2013 pada Deauville American
Film Festival di Perancis. Film ‘Kereta Api Negeri Salju’ diputar sebagai film penutup. 2 TK Khan yang muncul dalam film ini terus berusaha
memasukkan kemurahan hati dan keunggulan Wilford serta ideologi kereta api yang dilambangkan sebagai kesucian mesin kereta api
kepada anak-anak supaya dapat memelihara rezimnya.

48 S e n i & B u d a y a Ko re a
bulan November, dan Jepan pada bulan Februari 2014. Bahkan sebelum acara peluncurannya dijadwalkan di
gedung film di Amerika, perusahaan Weinstein Company mendapatkan hak-hak distribusi. Studio film Ame-
rika ini didirikan oleh Harvey Weinstein, yang merupakan tempat produksi film-film pemenang Oscar pada
tahun 1990-an untuk Miramax Films. Diyakini bahwa Weinstein meminta Bong guna memperpendek waktu
untuk versi peluncuran selama kurang lebih 20 menit guna penayangannya di Amerika, yang disetujui oleh
sutradara Korea. Spekulasi kesuksesas film ini di dunia internasional cukup menggaung.

Gaya Bong Joon-ho


Dalam diskusi pada Pesta Film Internasional Busan 2013 bulan Oktober, Bong berjanji untuk tidak meng-
habiskan dana besar untuk pembuatan sebuah film di masa yang akan datang, walaupun dia mendapatkan
keuntungan finansial yang berarti dari filmnya “Kereta Api Negeri Salju.” Dia mengatakan bahwa dia menda-
patkan tekanan yang luar biasa sewaktu dia mengerjakan proyek besar pembuatan film. Dia lebih menyukai
pembuatan film dengan dana skala sedang karena dia mendapatkan keleluasaan bermanufer untuk meng-
ungkapkan rasa kesutradaraannya dan bernarasi dengan bebas. Teman sejawatnya yang juga sebagai sutra-
dara dan produser “Kereta Api Negeri Salju,” Park Chan-wook mengingatkannya waktu mengunjungi Bong
di Prague pada bulan April 2012, sewaktu “dia seperti zombi.” Menurut Park, sewaktu pembuatan film akan
selesai, kelelahan fisik dan psikologis sangat dirasakan oleh Bong. Tetapi bersyukurlah terhadap ketegaran-

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 49 2
nya, narasi dan pesan-pesan film tersebut menenun kekhasan penyatuan antara kekhasan Korea dan pen-
dekatan sentuhan-sentuhan kosmopolitan gaya Hollywood.
Bong Joon-ho telah menunjukkan adopsi kreatifitas uniknya dan re-kontekstualisasi genre luar untuk
memuaskan rasa Korea. Misalnya, film yang memenangkan berbagai penghargaan, yang berjudul “Kenang-
an Seorang Pembunuh” (2003), menceritakn seorang detektif yang gagal menangkap pembunuh yang
melakukan pembunuhan berangkai di daerah Korea yang kumuh. Akhir dari cerita ini yang menceritakan
kebingungan detektif menggugah para penonton. Akhir yang “tidak bahagia” ini merupakan penolakan terha-
dap kisah-kisah genre detektif Hollywood, yang merefleksikan realitas orang-orang Korea yang penuh kom-
pleksitas. Dalam film “Raksasa” (2006), imaginasi kreatif Bong mentransformasikan kondisi sungai Han River
yang biasa ke dalam surreal. Dalam film “Ibu” (2009), aktris Korea veteran, Kim Hye-ja, memerankan seorang
wanita paruh baya yang mencari seorang pembunuh, meyakini bahwa tuduhan anak laki-lakinya yang pin-
cang sebagai pembunuh hanyalah bualan belaka. Tetapi, dia mendapatkan realitas bahwa anaknya yang pin-
cang itu benar-benar melakukan pembunuhan. Film ini mendapatkan popularitas yang hebat di Korea, dan
pemain utama perempuan tersebut dan sutradaranya mendapatkan pengakuan luar biasa.

Studi Kepemimpinan
“Kereta Api Negeri Salju” tidak secara terus terang terkait realitas kehidupan orang-orang Korea, tetapi
film ini telah membuktikan kepopulerannya bagi orang-orang Korea setempat; pesan ilmiahnya telah menyen-
tuh hati mereka. Kisahnya berfokus pada masalah-masalah pergolakan sosial. Sementara Curtis berusaha
memobilisasi para penumpang yang miskin dan tertekan yang menumpang di gerbong belakang rangkaian
kereta, dalam usaha menenangkan mereka, dia harus menguasai Wilford, seorang pemimpin yang kejam
yang berada di anatar penumpang elit di gerbong depan. Nasihat cerdik Gilliam untuk menghentikan serang-
an di luar unit suplai air dan menerima bahwa usaha tersebut hanyalah kesia-siaan, berakhir dengan tidak
diindahkannya. Curtis berusaha berontak. Tetapi, karena alasan-alasan tertentu, dia terbentur ke dalam dile-
ma moralitas sewaktu dia mendekati gerbong depan.
Tilda Swinton, yang pertunjukannya sebagai Mason mengesankan para kritikus film dan penonton, ber-
pendapat bahwa “Kereta Api Negeri Salju” sebagai “sebuah investigasi kepemimpinan.” Dia berpendapat
bahwa kemungkinan yang menarik adalah film tersebut merupakan dukungan dari sebuah bentuk kepe-
mimpinan, sebagaimana seorang anarkis Namgoong Minsu (yang diperankan oleh Song Kang-ho) daripada
pemberontak Curtis, Gilliam yang bijak, atau Wilford, pemimpin dunia anjing-makan-anjing.
Namgoong Minsu seorang pecandu obat-obatan, yang berjuang mati-matian di dalam kereta. Beberapa
kritikus yang berani berpendapat bahwa dunia fantasi seorang pecandu obat-obatan halusinogenik mun-
gkin visi alternatif yang diusulkan Bong Joon-ho, sementara ujung bahagia film tersebut hanyalah sebuah
ilusi.
Dalam film-film sebelumnya, Bong telah menunjukkan sentuhan emosional ke dalam ruang-ruang ter-
batas dapat mengakibatkan claustrophobia. Gorong-gorong drainase sebuah tanggul antara padi dalam
“Kenangan Seorang Pembunuh,” seorang penjahit dalam “Raksasa,” dan desa yang kumuh dan suram dalam
“Ibu” merupakan seting utama dalam karya-karyanya. Spasialitas kereta yang sedang melaju, dalam ima-
ginasi Bong, merupakan bagian pertunjukan sempurna untuk menggambarkan realitas tragis dengan efek
yang hebat.

Direktur Bong Joon-ho di lokasi Kereta Api Negeri Salju di Praha, Republik Ceko. Dalam proyek film internasional pertamanya, Bong
memenangkan pujian kritis dengan membuktikan kemampuannya menangani pengecoran multinasional dengan biaya sebesar ($ 40 juta).

50 S e n i & B u d a y a Ko re a
Bong berhasil mengatasi pembatas imaginasinya yang biasa dalam bagian akhir film “Kereta Api Negeri
Salju.” Dongengnya yang distopia telah mengungkap resonansi emosional yang kuat bagi publik Korea ter-
pajan apa adanya dan sangat sensitif terhadap realitas absurd bagi kekuatan yang tiada hentinya berjuang
antara kelompok politik yang tertarik oleh merka sendiri dan para politisi. Song Kang-ho adalah seorang aktor
yang mengungkap pesan utama dalam film ini. Tokohnya Namgoong Minsu adalah seorang pecandu obat
yang acuh-tak-acuh terhadap perjuangan kelas, yang membuatnya tidak pantas menjadi seorang pemimpin.
Dia bermimpi untuk melarikan diri sewaktu pendulum kekuatan bergerak bolak-balik di anatara dua kelompok
yang berbeda tetapi tidak mendorong perubahan apa pun dalam tatanan masyarakat. Dalam hal ini, akhir
dari “Kereta Api Negeri Salju” mengingatkan kita kepada “Raksasa,” yang menggambarkan tokoh utamanya
(yang juga dimainkan oleh Song Kang-ho) menrima seorang anak laki-laki jalanan sebagai anaknya. Bahkan
dia tiba-tiba mengkhawatirkan kemungkinan munculnya kembali monster, dia terus menjaga anak trsebut.
Nampaknya, “Kereta Api Negeri Salju” membuat penonton kaget dengan memberikan nasihat visi alternatif
dalam gaya Bong Joon-ho.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 51
KENIKMATAN GOURMET

Hwangtae
Makanan Lezat Berprotein Tinggi
dari Salju, Angin, dan Matahari
Hwangtae dibuat dari ikan pollack yang berulang kali dibekukan dan dilunakkan dengan angin musim
dingin hingga kering dan menguning. Berlatar proses pengeringan yang rumit untuk membuat bahan
masakan yang mudah disimpan dan dimasak ini, sup hwangtae menjadi makanan yang paling baik untuk
sarapan para peminum alkohol.
Ye Jong-suk, Kolumnis Kuliner, Profesor Bidang Pemasaran, Universitas Hanyang

I kan pollack dianggap sebagai salah satu ikan yang paling digemari orang Korea; jumlah konsumsi seta-
hun selalu nomor satu, mengalahkan cumi-cumi, makarel, dan layur. Ikan itu biasanya dijual dalam kea-
daan sudah dikeringkan atau dibekukan. Yang menarik, dalam bahasa Korea ikan ini memiliki begitu banyak
nama. Pemberian nama ini bergantung pada tempat ikan ditangkap dan proses pengeringannya. Pollack
yang baru ditangkap disebut sebagai saengtae; jika setengah dikeringkan diberi nama kodari; yang telah
dibekukan bernama dongtae; jika dikeringkan disebut bugeo; dan yang berulang kali dibekukan dan dilunak-
kan dengan angin musim dingin hingga berwarna kuning diberi nama hwangtae. Nama bugeo sering dipakai
untuk menyebut pollack yang telah dikeringkan di Provinsi Gyeongdi di Korea Selatan. Menurut Jaemulbo,
buku kosakata yang terbit pada akhir abad ke-18, “Ikan ini dipanggil bugeo karena ditangkap di Lautan Utara
(‘bukhae’ dalam bahasa Korea).”
Bugeo memiliki makna simbolis bagi orang Korea. Jika sebuah toko baru dibuka atau usaha bisnis baru
dimulai, sering diselenggarakan ritual untuk mendoakan penghasilan yang berlimpah dengan bugeo. Setelah
upacara itu selesai, orang Korea menggantungkan bugeo di atas pintu. Jika sebuah rumah baru dibangun,
bugeo dililitkan dengan benang saat upacara pemasangan atap rumah. Di daerah pesisir Provinsi Gangwon,
bugeo digunakan untuk upacara saat sebuah perahu baru akan berlayar untuk menangkap ikan di laut.
Dalam upacara tersebut bugeo dilemparkan ke dalam laut untuk mendoakan nelayan agar memperoleh hasil
yang berlimpah dan tidak mengalami musibah apa pun.

Pengeringan Beku Alamiah


Nama hwangtae diberikan saat ikan pollack dalam puncak proses pengeringan, pada ‘tahapan puncak’-
nya. Hwangtae dan bugeo bisa dianggap sama karena keduanya berarti pollack yang telah dikeringkan. Mes-
kipun begitu, kedua ikan itu sebenarnya berbeda. Bugeo biasanya dikeringkan di daerah pesisir, sementara
hwangtae (pollack dengan bagian dalam dikeluarkan) mengalami proses pembekuan dan pelunakan yang
berulang kali di pegunungan.
Sejak Desember hingga awal April, selama lebih empat bulan, pollack membeku dalam suhu malam hari
yang turun sampai minus 15 derajat Celsius dan menjadi agak lunak di bawah sinar matahari pada siang
harinya. Melalui proses tersebut, pollack berubah menjadi hwangtae. Meskipun terlihat kering, ikan itu kenyal
seperti telah direndam dalam air, berkilau, dagingnya lembut dan gurih.
Pollack dikeringkan menjadi hwangtae di tempat yang bernama deokjang. Tempat itu terbuat dari kayu
diletakkan di daerah berudara dingin dan banyak turun salju dengan suhu yang sangat jauh berbeda antara

52 S e n i & B u d a y a Ko re a
1 2 3

1 Bahan hwangtae , sup hangover : strip berbulu pollack kering, sebutir telur, daun bawang, tahu, dan lobak. 2 Tempat potongan hwangtae dengan beberapa minyak wijen, bawang putih, dan irisan
tipis lobak dalam panci yang dipanaskan, ditambah ikan teri, dan aduk. 3 Ketika sup mendidih, aduk telur. 4 Sungguh menyegarkan sup hwangtae sebagai salah satu obat mabuk Korea yang
paling populer.

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 53 4
Kandungan protein hwangtae bertambah dua kali lipat ketika hwangtae
mengalami proses pengeringan beku cukup lama. Sebetulnya hwangtae
mengandung protein yang jauh lebih banyak daripada susu dan tahu, serta
tidak mengandung banyak kolesterol. Hwangtae menjadi makanan yang baik
untuk kesehatan karena berprotein tinggi dan rendah kolesterol.

54 S e n i & B u d a y a Ko re a
malam dan siang hari. Cara pembekuan dan pelunakan ini berkembang di Desa Sinpo, Provinsi Hamgyeong
Utara, yang merupakan daerah utama penghasil pollack sejak zaman dulu. Setelah pecah Perang Saudara
Korea (1950-53), para pengungsi dari Provinsi Hamgyeong tinggal di Sokcho, sebuah daerah pesisir Laut
Timur yang dekat dengan garis perbatasan gencatan senjata. Mereka membuat tempat untuk menghasilkan
hwangtae karena suhu dan kondisi daerah itu mirip dengan kampung halaman mereka. Sejak itu daerah ter-
sebut terkenal sebagai daerah penghasilan hwangtae. Meskipun proses pembuatan hwangtae kelihatan tidak
sulit, proses itu sebenarnya sangat rumit. Para pekerja harus bersusah-payah (mengerjakan sekitar 30 kali
proses) untuk membuat ikan itu menjadi sajian di meja makan.

Masakan Hwangtae
Begitu banyak jenis masakan yang menggunakan hwangtae, seperti sup, jjim, jeongol, dan gui. Hwang-
tae gui (hwangtae panggang) merupakan makanan yang sangat enak karena terasa gurih saat dagingnya
dikunyah, sementara sup hwangtae bagus untuk para peminum alkohol. Protein dalam hwangtae akan ber-
tambah hampir dua kali lipat saat ikan itu mengalami proses pengeringan. Hal ini membuat protein dalam
hwangtae jauh lebih banyak dibandingkan susu atau tahu. Kolesterol dalam ikan itu pun juga sangat rendah.
Oleh karena itu hwangtae merupakan bahan makanan yang sangat baik untuk kesehatan.
Hwangtae haejangguk adalah salah satu makanan yang paling digemari orang Korea yang suka minum
alkohol. Makanan tersebut sering disebut bugeotguk meskipun terbuat dari hwangtae. Cara memasak sajian
itu adalah sebagai berikut: mula-mula, lepaskan kulit dan tulang hwangtae lalu sobek dagingnya dan ren-
dam dalam air selama beberapa menit (daging hwangtae yang telah disobek dapat dibeli di toko). Setelah itu,
tumislah daging bersama irisan bawang putih dan lobak yang dipotong kecil-kecil dengan minyak wijen pada
panci yang telah dipanaskan. Tuangkan air dan beri kecap asin sedikit. Setelah itu biarkan sampai mendidih.
Jika sudah mendidih, masukkan kecambah kedelai dan daun bawang hijau lalu biarkan sampai mendidih
lagi. Jika ditambah telur dan tahu, gizinya pun akan bertambah. Sesuai selera, bisa ditambahkan lada atau
bubuk cabai merah. Kalau Anda ingin sup yang lebih segar, sebaiknya menggunakan garam sebagai peng-
ganti kecap asin. Sup ini lebih enak dan segar jika dimasak dengan kaldu yang menggunakan ikan teri, teri
kering, dan bawang bombay. Hwangtae mengandung banyak asam amino termasuk methionine dan diang-
gap dapat menyehatkan hati orang yang minum banyak alkohol.
Hwangtae bopuragi adalah salah satu lauk-pauk tradisional. Untuk masakan itu hwangtae yang telah dike-
ringkan dikreprek kemudian dikeluarkan tulangnya dan dagingnya diiris kecil-kecil supaya terasa lembut saat
dikunyah. Setelah itu, tambahkan kecap asin, gula, garam, dan minyak wijen. Untuk memperindah sajian
visual makanan itu, sebaiknya dihidangkan bersama bubuk cabai merah dan garam sebagai pengganti
kecap asin. Sajian itu disebut “Tiga Warna Hwangtae Bopuragi.”

Perjalanan Musim Dingin ke Tempat Pengeringan Pollack


Tempat pengeringan hwangtae bernama deokjang di daerah pegunungan Provinsi Gangwon yang dike-
lilingi desa-desa indah, dekat dengan resor ski, sebuah tempat wisata yang bagus selama musim dingin.
Setelah melihat proses pengeringan pollack di deokjang, kita dapat mampir ke rumah makan di daerah itu
untuk menyantap masakan hwangtae sekaligus menikmati suasana Provinsi Gangwon. Restoran Yongbawi
di Yongdae-ri, Inje, dan Hwangtae Hoegwan di Hoengge-ri, Daegwanryung adalah beberapa restoran yang
sangat terkenal dengan masakan hwangtae dan deokjang.
Sayang sekali, akhir-akhir ini ikan pollack tidak dapat ditemukan di laut sekitar Korea. Pollack yang dijual
di pasar sebenarnya berasal dari Rusia. Pemanasan global mengakibatkan pollack sulit ditemukan di laut
yang berada di dekat Korea karena suhu laut yang tinggi. Dulu jumlah produksi pollack pada awal 1980 men-
capai 150.000 ton setahun, tetapi sekarang jumlahnya kurang dari 10.000 ton setahun.
Kebanyakan pollack yang dikonsumsi masyarakat Korea sekarang ditangkap di Laut Bering. Barangka-
li nenek moyang orang Korea dapat meramal masa depannya, sebab mereka menamakan ikan ini ‘bugeo’
yang berarti “ikan dari Laut Utara (‘bug’ berarti ‘utara’ sedangkan ‘eo’ berarti ‘ikan’ dalam bahasa Korea). Kita
Sebuah wilayah pengeringan pollack
mesti bersyukur masih bisa menikmati pollack meskipun dari Rusia, karena pollack itu dapat dilahirkan kem-
di daerah pegunungan Pyeongchang,
bali sebagai hwangtae setelah mengalami proses pengelolaan dengan angin dingin di tanah Korea. Provinsi Gangwon (arah berlawanan).

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 55
gaya hidup

PE
ND A
AN AM
AA RS
N BE

Ekonomi Berbagi,
Konsep Baru Kepemilikan
Pendanaan Bersama, atau investasi keyakinan yang baik, yang membuat orang mampu berkontribusi
sosial dengan jumlah uang yang sedikit, sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Juga,
kampanye untuk berbagai kegiatan “ekonomi berbagi”, yang membuat manusia berbagi kemampuan,
pengetahuan, bakat mereka dan berbagai sumber sedang mewabah di internet.
Lee Jin-joo, Penulis Lepas

56 S e n i & B u d a y a Ko re a
K im Hong-min, pemilik Booksphere, sebuah penerbit skala kecil
yang menerbitkan genre sastra, menyelenggarakan percobaan
“pendanaan buku” dengan sukses tahun lalu. Hal itu terjadi sewaktu
karya sastra tertentu, secara khusus menarik pembaca intelektual
dan kritis, yang biasanya memiliki karir profesional yang khas. Kegia-
tan pendanaan buku telah membuktikan hal tersebut. Orang-orang
perusahaannya sedang menyiapkan publikasi buku “Anju” karya Miyuki kaya, yang biasanya terlalu sibuk untuk menghadiri kegiatan seperti ini,
Miyabe (yang biasa disebut ‘Mrs. Mimi’ oleh para pembacanya, seo- dapat ikut serta dalam proyek-proyek pencarian dana dengan secara
rang penulis misteri Jepang. Berbeda dengan penerbit berskala besar, mudah mengirimkan dananya melalui transmisi elektronik.
Booksphere kekurangan dana untuk pemasarannya. Kim memutus- Sudah tentu sangat penting bagi penerbit kecil yang belum memiliki
kan untuk menghimbau para pelanggan setianya untuk memberikan kepercayaan pembacanya agar tetap hati-hati sebab situasinya dapat
dukungan finansial. Dia menjanjikan akan mengembalikan 10 persen berubah dari yang buruk ke hal yang lebih buruk jika mereka menga-
kepada para investor jika dapat menjual lebih dari 15.000 kopi buku lami kehilangan para pendukungnya, tutur Kim.
tersebut dalam setahun. Projeknya yang disebut “Wongiok” (yang arti-
nya “bola energi yang berkekuatan”,) menuai kesuksesan luar biasa. Pendanaan Bersama untuk Budaya dan Seni
Dia mendapatkan kenaikan sebesar 50 juta won (kira-kira US$40.000) Pendanaan Bersama adalah sarana untuk orang-orang yang
dalam hanya 11 hari dari 112 peserta, yang masing-masing menyum- keuangan mereka pas-pasan, perusahaan yang dananya rentan
bang mulai dari 100.000 won sampai 2 juta won. (mudah rugi mudah untung), produser budaya dan para seniman
Nama “Wongiok” berasal dari “Bola Naga”, seri cerita komik Jepang guna mendapatkan pendanaan bagi kegiatan-kegiatan mereka deng-
(berseri dari tahun 1984 sampai 1995). Tokoh protagonisnya, Sun an mempublikasikan proyek-proyek mereka dan meminta khalayak
Wukong, si Raja Monyet, menciptakan bola energy besar yang dapat umum untuk memberikan dukungan. Dalam konteks budaya dan seni,
mengumpulkan energi dari sekelilingnya, sedikit demi sedikit, sampai proyek-proyek pembuatan film biasanya merupakan pendanaan ber-
dapat membentuk kekuatan yang begitu hebat untuk mengalahkan sama. Metode pendanaan biasanya digunakan oleh para produser
musuhnya. Dalam situasi yang sama, Kim membuat visi besarnya deng- film dengan dana kecil yang berkenaan dengan tema-tema kontrover-
an proyek implementasinya yang besar dengan investasi kecil dari sial, contohnya isu-isu sosial dan politik sensitif. Contoh-contoh yang
para pembacanya yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit. baik misalnya “Jiseul”, film tentang pembunuhan masal di Pulau Jeju
pada tahun 1948, yang dianugrahi the World Cinema Jury Prize pada
Keberhasilan Pendanaan Buku Sundance Film Festival di tahun 2013; “Pulau,” sebuah film dokumen-
Kim telah lama mencari cara agar dapat berhubungan dengan ter tentang Dokdo, daerah yang menjadi sengketa dengan Jepang;
para pembacanya melalui kegiatan-kegiatan inovatif. Bahkan sebelum “Keluarga Orang,” yang menceritakan para penderita leukemia yang
projek “Wongiok” dilaksanakan, secara teratur dia berinteraksi deng- meyakini bahwa sakit mereka terkait pekerjaan mereka di pabrik
an pembaca setianya. Ada pera pembacanya ynag secara sukarela Semikonduktor milik Samsung Electronics. Para produser film tersebut
menolongnya, bahkan para pembacanya berkompetisi untuk melaku- memanfaatkan pendanaan bersama sebagai strategi publisitas dan
kan pekerjaan-pekerjaan kasar, seperti pengepakan buku-buku yang pemasaran dan juga produksi, karena proyek-proyek ini sukar menda- 2
baru dicetak ke dalam boks-boks untuk pengiriman. Para pembaca patkan dana dari investor konvensional.
setia ini adalah para pendukung loyal pada perusahaannya dan bah- Organisasi-organisasi kegiatan yang bertujuan menyebarkan
kan para pembaca ini secara suka rela mengirim pohon-pohon natal pesan-pesan sosial juga bergantung kepada pendanaan bersama
dan coelat Valentine ke kantornya. untuk mendapatkan dana dan melaksanaan kehumasan. Contoh-con-
Kim meluncurkan proyek pendanaan buku kedua musim panas ini, toh terkait adalah “konser kesehatan” melalui pianis berjari empat, Lee
agar dapat menerbitkan buku-buku Mrs. Mimi lainnya, dengan judul Hee-ah, dan publikasi “Dekorasi Buku” yang terdiri dari 20 kertas pem-
“Menginjak Bayang-bayang”) Dengan target pencarian dana sebesar bungkus hadiah yang dirancang dengan ilustrasi bunga yang dipres
70 juta won, dia dapat menjual 30.000 kopi. Kantornya dipenuhi oleh yang dibuat selama sesi psychotherapy bagi “perempuan yang pernah
panggilan telepon dari para pembacanya di hari terakhir kampanye- memberikan kepuasaan” pada masa lalu, yang dipaksa untuk men-
nya, menawarkan pengiriman yang lebih pendek. Di hari terakhir kam- jadi perbudakan seks yang dilakukan di masa penjajahan Jepang oleh
panyenya, dia mendapatkan dana sebesar 17 juta won, yang dapat tentara Jepang selama Perang Dunia II. Heeum The Classic, sebuah
mengumpulkan dana bantuan sebesar 80 juta won dari 102 peserta. perusahaan ventura sosial, meluncurkan kegiatan pendanaan ber-
Kesuksesan Kim mendorong penerbit lain untuk mencoba pendanaan sama pada bulan Maret dengan tujuan untuk mendapatkan 3 juta won
bersama demi mencapai kegiatan pemasaran mereka. untuk mencetak “Dekorasi Buku,” tetapi membuat kepala berita dengan
“Pendanaan buku bukanlah seperti pencarian dana seperti mem- menaikkan donasi sebesar 10.83 juta won hanya dalam beberapa hari
bangun hubungan,” ujar Kim. “Kesuksesan akan tercapai jika Anda saja.
dapat membangun sikap kelompok pembaca pro-aktif dan stabil Anda.”
Karya sastra bergenre (bercorak), yang mengacu kapada karya-karya Masukan Pelanggan yang Pro-aktiv-aktif
fiksi dengan plot-plot yang digerakkan dengan cepat yang ditulis untuk Dengan semakin meningkatnya jumlah pelanggan yang tertarik

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 57
untuk mendapatkan barang-barang bermerek dengan edisi terbatas buku-buku dan kalender. Netizens dapat mengakses situs tersebut
yang cocok dengan gaya hidup mereka, bukannya produk yang dibuat untuk dapat membaca rincian proyek dan dananya dan mendonasikan
secara masal, produsen dan penyuplai berusaha sekuat tenaga untuk seribu won atau lebih untuk proyek yang mereka sukai melalui dana
mendapatkan pembeli potensial agar dapat mengetahui benda-benda transfer elektronik atau pembayaran melalui kartu kredit online. Nama
yang diinginkan terlebih dahulu, untuk memantik keinginan pelanggan, “tumblebug” mendorong kenaikan dana dengan mengelola donasi
dan untuk mendapatkan investasi dari produk yang diinginkan. Penca- dalam jumlah kecil secara hati-hati. Situs tersebut tidak mengembali-
rian dana bersama macam ini sama dengan penjualan sebelum masa kan uang kepada para pendonor atau menyiapkan kompensasi finan-
panen produk tanaman (dalam konteks Indonesia ini disebut penjua- sial. Hal ini hanya berupa penghargaan kepada para penyokong dana
lan dengan sistem ijon). Pendekatan ini sang-at cocok untuk industri film dengan gestur simbolik, contohnya mendistribusikan suvenir kecil atau
dan desain yang dapat memvisualkan menuliskan nama-nama mereka dalam
ide-ide baru. Salah satu contoh adalah kredit film-film.
crack-er.com, situs model yang mem- “Hal ini terkait dengan seluruh pro-
publikasikan kreasi para perancang ses yang dapat berupa mainan uang
model popular sebelum memproduksi jika kita menawarkan mereka yang
pakaian dengan jumlah terbatas den- berkontribusi pengembalian finansial
gan investasi dari para pelanggan. Ini dalam bentuk apa pun,” ungkap Yeom.
merupakan uji coba yang membuat Situs tumblebug.com tidak mulai mene-
para perancang dapat menangkap rima donasi sampai jumlah target dica-
keinginan para pelanggan secepat pai, agar dapat melindungi para dona-
mungkin agar bakat dan waktu mereka tor dari akibat-akibat yang tidak diha-
tidak disia-siakan secara percuma. 1 rapkan. Donasi diterima secara simul-
tan saat target tercapai. Sistem ini telah
Layanan Platform mendorong kepercayaan di situs terse-
Selama pendanaan bersama, laya- but.
nan Platform untuk menghubung-
kan para perencana dengan investor Berbagi Bakat dan Pengalaman
merupakan hal yang perlu diperha- Pengetahuan, pengalaman, dan
tikan juga. Saat ini, terdapat sekitar bakat dapat dibagi, juga. Sebuah
15 layanan Platform yang beroperasi. laman donasi bakat bernama “Wisdo-
Sebuah layanan Platform seni yang me” yang diluncurkan oleh Han Sang-
khas adalah tumblebug.com, sebuah yeob, seorang pebisnis generasi perta-
situs yang diluncurkan oleh Yeom Jae- 2 ma ventura ekonomi berbagi di Korea.
seung, mahasiswa pada Departemen Siapa pun yang ingin berbagi ilmu atau
1 “Heeum The Classic,” usaha sosial, menyajikan Buku Dekorasi sebuah
Film di Korea National University of karya seni yang terdiri dari pola bunga ditekan dibuat oleh orang-orang pengalamannya dengan orang lain
Korea yang menjadi korban perbudakan seksual militer Jepang dalam sesi
Arts. O Muel, direktur “Jiseul,” dibantu dapat meluncurkan komunitas “online”
psikoterapi mereka. Crowdfunding juga digunakan dalam acara membantu
oleh tumblebug.com. O mampu mulai kaum miskin-tetangga Anda yang bertujuan untuk menyebarkan bantuan dalam laman “Wisdome,” tempat para
amal. 2 Gerai Booksphere dalam Wow Book Festival, yang diadakan
membuat film dengan dana 70 juta won pemakai mengakses informasi terkait.
setiap tahun di Seoul. Sebuah kantor penerbitan kecil, di antara penerbit,
oleh para investor yang sangat tertarik Booksphere telah menarik perhatian dengan berhasil menghubungkan “Saya memulai usaha ini dengan mem-
pemasaran pendanaan target pembaca buku.
dalam bidang budaya dan para pendu- berikan 90% penduduk agar mendapa-
duk di Pulau Jeju, selain subsidi dari tkan kesempatan untuk ikut serta ber-
Kantor Pemerintah Provinsi Jeju. Kemudian dia menoleh tumblebug. bagi beragam informasi dengan biaya wajar yang jauh lebih berharga
com untuk mendapatkan bantuan dan menerima 10 juta won untuk daripada 10% dengan pekerjaan yang gajinya tinggi,” kata Han. Pesan-
menyelesaikan soundtrack film tersebut. pesan dalam laman tersebut merupakan cerita fakta dari orang-orang
Seorang calon sutradara film, Yeom selalu mendapatkan kesulitan sekeliling Anda dan saya, tetangga Anda, bukan selebritis yang “berpe-
untuk mencari dana guna pembuatan film-filmnya. Alasan itulah yang ran sebagai model.”
membuat Yeom meluncurkan situs layanannya pada tahun 2011. Tem- Siapakah yang membayar biaya pengguna ke laman, yang latar
pat layanannya meluaskan layanannya ke sekitar 810 proyek, sampai belakangnya tidak diverifikasi, untuk mempelajari sesuatu? Han
September tahun ini, dengan tingkat kesuksesan 75%, ujarnya. Laya- menyajikan data yang menunjukkan bahwa 40% pengguna situs ada-
nan platform on-line menyajikan berbagai ide untuk proyek-proyek lah pelanggan yang mengulang untuk mendaftar agar dapat pelayanan
yang diusulkan, yang mencakupi film, permainan, album musik, komik, tambahan. Sekitar sepuluh ribu pelanggan telah membayar pelayanan

58 S e n i & B u d a y a Ko re a
situs, selama satu periode yang berlangsung selama satu tahun dan gang di rumah-rumah pribadi, dan http://www.socar.kr/ yang mengatur
tujuh bulan, dengan hanya dua dana pengembalian. Manusia itu pada “penyewaan mobil” dalam jangka pendek sekitar setengah jam atau
dasarnya baik. Berbagi itu sudah ada dalam naluri kita. Setiap kehidu- satu jam.
pan itu sangat berharga. Keyakinan-keyakinan ini mendukung berjalan- Manusia saat ini lebih cenderung lebih terbuka dan mau berbagi
nya “Wisdome,” yang merupakan sumber keefektifan. “Ini adalah masa terhadap apa-apa yang mereka miliki unutk dipinjamkan kepada orang
kebangkitan dari kebiasaan tradisi masa sebelum industri yang berba- lain daripada manusia masa lalu. Sebenarnya ini cukup adil untuk
sis berbagi bersama dalam pekerjaan, berbasis rasa kebersamaan di mengatakan bahwa tipe berbagi ekonomi dan budaya telah menjadi
antara para tetangga,” tutur Han. keisengan di anatara orang Korea yang sadar akan tren. Sudah tentu,
Misalnya, spanduk besar bertuliskan “pelajaran membuat kopi” resesi glogal yang sedang berlangsung juga mempunyai pengaruh
dipampang pada halaman pertama laman tersebut. Ini merupakan terhadap fenomena ini. Pada dasarnya, siapa pun dapat menawarkan
atau menggunakan pelayanan dalam konteks ekonomi
berbagi, tanpa mempedulikan di mana mereka tinggal,
“Saya memulai bisnis ini untuk memberikan 90 persen tetapi adanya akses internet sudah tentu suatu keharu-
orang-orang di sebuah masyarakat kesempatan untuk san karena konsep ini berbasis pelayanan SNS, misal-
berpartisipasi dalam berbagai bentuk informasi, dengan nya Facebook, Kakao Talk, dan Twitter. Budaya smart-
biaya yang terjangkau, yang sebenarnya tersedia bagi 10 phone mutakhir orang Korea membangun landasan
teknologi untuk tren ini. “Kmong.com,” sebuah laman
persen dengan pekerjaan yang bayarannya cukup tinggi.”
bertukar talenta yang mengikuti model Israel’s “fiverr.
com,” berbasis di bagian selatan kota pelabuhan Masan,
pengumuman yang mengatakan bahwa sebuah toko kopi dekat Sta- Provinsi Gyeongsang Selatan.
siun Kereta Bawah Tanah Gangnam akan memberikan pelatihan agar Kim Ji-young, pegawai pemerintahan kota Seoul yang menangani
para pelanggan mengetahui “keaslian rasa kopi.” Biaya untuk ikut pela- inovasi sosial dan ekonomi berbagi, mengatakan: “manusia menjadi
tihan ini sebesar 20.000 won selama dua jam, yang mencakupi biaya faktor penting dalam ekonomi berbagi. Konsep ini berbeda dari konsep
kopi dan makanan dan minuman ringan, dan pengeluaran lainnnya. berbagi dan kampanye daur ulang ala ‘Anadaba’ di masa lalu, yakni
Jumlah uang ini setara dengan pembelian lima cangkir kopi Starbucks. ekonomi berbagi mendorong pembangunan sebuah ekosistem berbagi
Instruktur pelatihan ini adalah Jackie, pemenang medali emas pada baru dengan menghubungkan manusia secara bersama-sama.”
World Barista Championship; Jenny, yang memenangi Korean Barista
Championship; dan Leo, konsultan ekonomi populer, yang sudah meng- Tantangan-tantangan di Masa Yang akan Datang
unjungi 1.500 toko kopi dan kafe. Jumlah peserta dibatasi sampai 15 Kepercayaan, sebagai sebuah prasyarat dalam ekonomi berbagi,
orang, sehingga setiap “Wisdomer” (instruktur) yang dapat melatih lima bisa menjadi bentuk modal sosial yang luas. Dengan demikian, infras-
“Wisdomis” (peserta). truktur yang sistematik wajib adanya guna membangun kepercayaan
Sebuah proyek “perpustakaan manusia” yang diluncurkan oleh dan keyakinan publik dengan meminimalkan keterkaitan orang-orang
Kantor Distrik Nowon di Seoul merupakan sebuah contoh bagaima- yang tidak jujur dan amoral. Dengan demikian, penting guna memaksa
na masyarakat umum dapat membagikan pengalaman dan pengeta- biaya program bagi mereka yang menyewakan ruangan mereka dan
huan mereka. Siapa pun dapat mendaftar sebagai “buku manusia”, mengembangkan sistem asuransi untuk mengkompensasi kerusakan
yang membolehkan anggota perpustakaan lainnya boleh “meminjam” yang terjadi pada benda-benda mereka.
secara gratis dalam satu jam dialog. Memahami berbagai hal kehidu- Dalam hal pendanaan bersama yang melibatkan unsur finansial,
pan, misalnya bagaimana menyiapkan lauk-pauk, latihan perawatan perlu adanya kejelasan pembagian “pendanaan bersama” dari dona-
mandiri, dan menggunakan telepon pintar, ditawarkan melalui perca- si. Pada bulan Mei tahun ini, pemerintah mendorong undang-undang
kapan. Kantor Pemerintahan Lokal ini menyiapkan ruang lebih besar terkait pendanaan bersama, dan penciptaan “berbagi lingkaran ter-
untuk buku-buku manusia populer seperti Ahn Cheol-soo, seorang kait modal ventura dan ekosistem populer.” Tetapi, belum ada satu
legislator dari daerah ini, sehingga ia dapat menyajikan kuliah khusus pun aturan hukum terkait dibuat, dengan mempertimbangkan bahwa
bagi audiens luas. Lebih dari 1.000 orang telah menggunakan perpus- pendanaan bersama lebih mirip dengan pencarian dana mikro dari-
takaan ini dan lebih dari 2.000 orang telah menghadiri kuliah-kuliah pada keuangan reguler. Tidak ada cara untuk menghukum pelangga-
semacam itu. ran kepercayaan, bahkan waktu dana yang didapat melalui pendanaan
bersama tidak digunakan sesuai rencana atau jika proyek tidak dilak-
Ruang dan Mobil untuk Berbagi sanakan setelah dana-dana dinaikkan. Dengan demikian, kita perlu
Selain berbagi dana dan pengetahuan, berbagi fasilitas fisik pun sistem untuk melindungi investor dan mencegah mereka menjadi kor-
tumbuh subur di seantero negeri. Berbagai cara berbagi difasilitasi ban-korban orang-orang yang melanggar kepercayaan publik.
oleh kozaza.com, laman yang menyediakan penyewaan ruang seng-

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 59
60 S e n i & B u d a y a Ko re a
Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 61
Perjalanan Kesusastraan Korea

Kritik

Langkah untuk Mengingat Kehidupan


yang Entah dan Tak Relevan
Kang Ji-hee, Kritikus Sastra

L ee Hyun-su yang lahir pada tahun 1959, adalah penulis yang


terampil dalam menciptakan prosa lezat. Secara harfiah, des-
kripsinya mengenai berbagai hidangan kuliner cukup membuat
yang sama dia pada akhirnya bisa berdamai dengan ibunya, seorang
wanita mungkin memahaminya. Lee, dengan cara ini, mengungkapkan
cara di mana rasa, dari seluruh pancaindera, terletak paling dalam dan
pembacanya tak kuasa menahan air liur. (Rumor mengatakan bahwa paling dekat dengan hati manusia. Makanan dalam kisahnya itu, khu-
kecakapannya dalam perkara kuliner adalah bagian dari kehidupan susnya seperti rebusan kentang dalam cerita ini, menjadi sarana bagi
nyatanya yang juga luar biasa). Itulah, boleh jadi, metafora-metafora mereka yang memasak untuk berkomunikasi “menyampaikan pesan
yang terkait dengan makanan lalu menyelinap masuk begitu halus dari hati” yang lama terkubur bahwa mereka tak dapat berkomunika-
di antara deskripsi kulinernya yang baik yang dapat meninggalkan si melalui pidato, sementara juga menyembuhkan luka mereka yang
kesan mendalam. Misalnya, sambil menjelaskan rebusan mugwort menyantapnya.
dengan ikan kembung (flounder; dodari ssukguk), masakan khas Jika, dalam cerita tersebut di atas, rebus kentang bertugas seba-
provinsi-provinsi selatan, Lee menunjukkan mugwort, yang dalam gai alat untuk si tokoh memeriksa dan memahami, yang pada akhir-
kenyataannya merupakan sebuah ramuan yang sangat berharga, nya, memaafkan bagian masa lalu mereka, dalam cerpen “Lemari
tetapi di Korea, mungkin karena mugwort tumbuh dan dimanfaat- Sonokeling” fungsi ini diperankan oleh sebuah meja besar yang
kan begitu biasa, maka banyak orang cenderung menerima begitu dimanfaatkan ayah si narator. Sesuatu yang besar, sepotong mebel
saja. “Seperti mereka tidak berperasaan suami,” tulisnya, “yang tam- kokoh, kreasi cerdas sang ayah adalah sebuah meja di luar tetapi
pak begitu besar hasrat hendak melupakan segala upaya yang tong beras di dalam, sayangnya, tidak nyaman untuk digunakan baik
dilakukan istri setia mereka.” Setelah mengalami perasaan seperti sebagai meja maupun sebagai tong beras, dan akhirnya tidak disu-
ini, tidak ada cara lain bagi pembaca untuk coba makan rebusan kai dan diabaikan, sebuah gangguan yang mendorongnya mengum-
mugwort dengan ikan kembung menggelepar-gelepar, tanpa ingat pulkan debu di pojokan.
lagi Lee Hyun-su. Dalam cerita ini, kematian keluarga patriarkat -seorang lelaki
Tak ada pengantar tentang sastrawan Lee Hyun-su yang lengkap yang sangat baik pada apa pun, setidaknya menyediakan kebu-
tanpa menyebutkan cerita pendeknya “Chupungnyeong” (“Puncak tuhan finansial bagi istri dan anak-anaknya– memaksa ibu si pen-
Chupung”). Tokoh utama cerita ini dipaksa menyerahkan harapan per- cerita tampil ke depan dan mulai membangun sendiri bisnis yang
nikahannya untuk hidup sebagai kepala rumah tangga anak-anak sukses seakan-akan membentangkan sayapnya. Apakah pencerita
yatim, merasakan beban derita seorang perempuan lansia yang mon- menemukan bagian meja yang gosong bekas terbakar, bagaima-
dok sementara seperti seorang dukun pemula. Setiap kali dia datang napun, si ibu sama cepatnya dalam menafkahi keluarga (belum
kembali, ibunya membuat panci rebusan kentang untuk makan keluar- lagi dua saudara perempuannya yang tak punya cita-cita dan masa
ganya. Mereka merasa bahwa sup ini, “sementara panas dan pedas bodoh pada hidup sehat) masih tetap mengandalkan bayangan sang
cukup untuk membuat lidah benar-benar mati rasa, masih terasa agak ayah, sosok besar dan tidak berguna, tetapi selalu tetap dapat dian-
amis, dan licin sisa rasa kesedihan.” Tokoh utama, pada gilirannya, dalkan di mana pun, seperti sepotong mebel yang kokoh.
mengungkapkan bahwa sementara dia makan rebusan, setidaknya, Sejak Oedipus, sejarah sastra di seluruh dunia selama ini berpu-
dia mampu, entah bagaimana, untuk merasakannya sendiri” kesedihan sat di sekitar perjuangan melawan ayah. Konon, di Korea, dengan
dan kemarahan, amuk yang tidak masuk akal, dan panas pembaka- kompleksitas dan keunikannya, juga sejarah penyiksaan penjajahan
ran yang hidup di dalam dirinya sendiri. Memang, melalui sup kentang dan kediktatoran, keunikan peran ayah dalam kesusastraan mung-

62 S e n i & B u d a y a Ko re a
Lee Hyun-su dikenal sebagai penulis yang mencurahkan perhatian pada
pemanfaatan kekuatan sastra dalam rangka mengabadikan jejak berbagai
aspek kehidupan yang cepat menghilang. Pengarang perempuan ini
juga diakui sebagai sastrawan yang tangguh dengan keterampilan dan
kemampuannya. Ia memotong rambutnya sebagai tanda kesedihan yang
mendalam dan kesadarannya dalam menghadapi tantangan perempuan
yang harus hidup dalam masyarakat patriarkat yang tidak dapat
diperbaiki.

Lee Hyun-su
kin dirasakan paling menusuk ketika terjadi ketidakhadiran ayah batkan penulis. Setelah enam tahun diperlukan untuk debut sas-
dalam unit keluarga. Menariknya, karya Lee Hyun-su memperlihat- tranya, Lee menghabiskan lima tahun tanpa satu pun tawaran dari
kan sikap yang tidak membenci atau bersimpati pada ayah, melain- pihak mana pun untuk sepotong tulisannya, dan kemudian, pada
kan kisah-kisah yang tampaknya sekadar disiapkan untuk meneri- akhirnya, ia mulai mengirimkan langsung ke berbagai majalah.
manya. Di satu sisi, seolah-olah hidup kita sendiri pasti di dalamnya Dalam waktu enam bulan dia menerima kabar dari sebuah pener-
termasuk beberapa hal yang tak menyenangkan dan memberatkan bitan yang ingin mencetak salah satu cerita - tetapi jurnal itu hanya
yang menolak untuk memilah-milah sendiri, tidak berbeda jauh bisa memberi waktu bagi Lee tiga hari merevisi karyanya. Dengan
dengan meja yang sudah diapkir. Jika itu memang terjadi, maka ceri- waktu yang tiga hari itu, Lee bertekad dan kemudian meninggalkan
ta Lee Hyun-su tampaknya menunjukkan bahwa bagi kita berbuat kota dan pergi ke pantai, yang berakhir di pulau Wolmido.
menghadapi ketidakberdayaan semua yang tersisa lalu mencoba Setelah mendatangi berbagai motel sepanjang pantai, dia akhir-
dan ingat, saat-saat istimewa, singkat, dan fana. nya bisa menempatkan diri di sudut ruangan kecil untuk bekerja
Sebenarnya, yang membuat cerita ini lebih menarik adalah kisah - hanya untuk segera menemukan, bahwa motel sepi sama seka-
luar yang meliputi narasi internal mengenang meja yang dibangun li, dan dia akan mendapatkan pengalaman dari peristiwa sekeli-
ayah narator. Cerita itu berada di luar narator sendiri, sosok tokoh ling, dari berbagai fasilitas dan suara erangan yang keluar dari tiga
yang kerap agak fleksibel dan sedikit canggung dengan keuangan pasang tamu setiap hari. Setelah kehilangan satu hari penuh mene-
suami sebagai arkeolog, mendapat ide untuk mencoba menangani rima gangguan erangan-erangan ini, dia menyatakan: “Baik, kalian
usaha real estate dan mendaftar jatah undian pada konstruksi kan- lakukan! Aku akan menulis!” Dan dengan itu, dia berhasil menjaga
tor baru - kehilangan minat melihat rumah model. Kisah kegagalan konsentrasi yang sempurna untuk dua hari berikutnya, menghasil-
investasi real estat ini akhirnya menjadi sebuah kisah tentang celah- kan akhir cerita yang hampir seluruhnya berbeda, yang akhirnya
celah kelelahan yang menjadi ciri kecil, kehidupan biasa, sebuah diterbitkan sebagai “Toran” (Taro) pada Changbi triwulanan edisi
kisah tentang selera vulgar yang merembes keluar dari retakan- musim semi 2002.
retakan ini – selera yang sungguh jujur tanpa berkedip ​​bahwa tidak Mempertimbangkan, sejenak, jenis ketenangan batin yang diper-
mungkin tidak tertawa bersama mereka. Lee Hyun-su tidak mene- lukan seorang penulis untuk bertahan 11 tahun dalam anonimi-
tapkan dirinya di atas keinginan-keinginan dasar, juga dia tidak tas - sebuah ketenangan batin yang semestinya kokoh dan juga
menyerah kepada mereka. Dengan satu kaki tertanam kuat di seksi, yang dibangun seperti itu atas dasar erangan yang penuh
dunia nyata, dia hanya mengakui, sambil tertawa kecil, bahwa kita gairah. Membaca ceritanya, kita jadi yakin untuk berusaha jatuh
tidak dapat memisahkan diri dari masalah ini, hanya untuk kemu- cinta, namun dengan cara Lee yang tidak mudah yang begitu hang-
dian pergi dan menghindari perangkap mereka yang sepenuhnya at memeluk setiap sudut dan celah dari kedua dunia dan individu,
tidak terelakkan. Lebih jauh dari gemuruh seorang biksu Zen yang dengan menyadari sepenuhnya kelemahan masing-masing. Kita
mengatasi perjuangan ini sejak awal, cerita begitu terperosok dalam akan kembali memasuki cerita itu lagi dan lagi - setiap kali kita
godaan keinginan duniawi yang ditandai dengan realitas dan kede- mulai letih antara berjuang menghadapi dunia dan sesuatu yang
katan yang dapat menawarkan kenyamanan kesenangan dan kebi- entah, dalam hidup kita yang kadang-kadang tidak relevan- karena di
jaksanaan. dalamnya, kita akan menemukan kekuatan.
Di sini saya ingin beralih ke sebuah episode menarik yang meli-

Ko r e a n a | Mu s i m D i n gin 2013 63
citra
korea

D uduk tinggi di atas singgasananya yang dilapisi salju, Raja Agung memadang ke bawah pada
rakyatnya melalui perjalanan sejarah selama 600 tahun.
Tujuh tahun setelah arsitek besar Filippo Brunelleschi menyelesaikan kubah katedral Florence
Duomo, sebuah mahkota suci zaman Renaissance, di Tuscany, di ujung selatan benua Eropa, Raja
Sejong, penerus takhta keempat Dinasti Joseon, menciptakan sistem tulisan Hangeul, di kerajaannya di
ujung timur benua Asia.
Sejak tahun 1443 itu, Korea memiliki sistem penulisan sendiri yang unik dan tak ternilai. Dan kini di
Republik Korea, ada jalan lebar yang membentang ke selatan dari kilau cahaya ibukota Seoul, istana
kerajaan yang diberi nama “Jalan Sejong” adalah

Raja Sejong di bawah Selimut Salju penghormatan yang luhur kepada Sang Raja Agung.
Hingga mencapai takhtanya, raja diselimuti salju
Kim Hwa-young, Kritikus Sastra, Anggota yang menumpuk laksana rentang sejarah 600 tahun. Anak-anak khawatir, mereka memandang pada
Akademi Kesenian Nasional kehadiran seseorang yang patut dimuliakan dan mereka bertanya, “Apakah Paduka tak kedinginan?”
Raja tak mengatakan sepatah kata pun. Salju menetes dalam hening.
Hanya dalam beberapa tahun sejak Raja Sejong dihadirkan untuk menghormati semangatnya di
alun-alun di jantung ibukota, kini salju menyelimutinya. Sebelum itu beliau beristirahat dengan damai
pada lembaran hijau 10.000 won yang terselip dalam dompet kita. Sekarang zaman alun-alun kota seba-
gai tanda selamat datang di Korea. Pohon-pohon ginkgo tumbuh begitu mahal di sepanjang jalan sampai
lapangan terbuka. Kemudian, Raja Agung di atas takhtanya dibawa ke alun-alun.
Salju turun perlahan, seolah-olah berkata, “Semuanya baik …, semuanya sehat ....” Gwanghwamun,
gerbang kerajaan besar, atap tinggi di atasnya untuk menunjukkan istana dan pegunungan tinggi di
belakangnya, tersembunyi di tengah hujan salju.
Musim dingin yang panjang akan berlalu perlahan di bawah salju yang menumpuk tebal dan terus
menebal. Akankah Sang Raja, istana, dan pegunungan tinggi bangkit dari tidurnya hanya ketika musim
semi tiba dan salju mencair?
Hawoo Publishing
Catalog of Korean Books

TACKLING TRUST GAPS IN EAST


ASIA: ESSAYS BY
THE US REBALANCING TOWARD ASIA: ESSAYS BY PLUS RISKS & OPPORTUNITIES FOR ASIA’S NEW LEADERS: ESSAYS BY PLUS Yun Byung-se, Richard Ned Lebow, Tae-Seop PLUS
Patrick M. Cronin, Michael McDevitt, Wu Xinbo, Georgiy Voloshin China as a Stabilizer in Central Asia Gilbert Rozman, Takashi Inoguchi, David Shambaugh, Jennifer Lind Beware the Tomb of the Known Soldier
THE POLITICS OF ENGAGEMENT: ESSAYS BY
Mel Gurtov, Miroslav Nincic, Walter C. Clemens, Jr.,
PLUS
Rudiger Frank Rolling Reforms: Reflections A. Kupchan, Wang Yizhou, Yoshihide Bahng, Charles Andrew Billo A Way to Peace in the
Donald K. Emmerson, Malcolm Fraser, Richard A. Bitzinger, Joon Hyung Kim, Haksoon Paik, Leon V. Sigal, Soeya, South China Sea
Mansourov, Myung-bok Bae & Mohamed Alexandre Y.
Ramesh Thakur The New Great Game in Afghanistan
Shalendra D. Sharma From Meltdown to Bounceback: Karin J. Lee, Andrei Lankov, Troy Stangarone, Stuart on Visits to Kim Jong Un’s North Korea
Kang Choi & Noboru Yamaguchi Tridivesh Singh Maini & Manish Vaid Jonathan Berkshire Miller & Lilia Shevtsova How South Korea Weathered the 2008 Financial Crisis Jung-Sun Park Why ‘Gangnam Style’
CREATING A NEW WORLD OF SOCIAL ENTERPRISES The Emerging Role of Indo-Pakistan Border States THE TPP AND THE QUEST FOR EAST ASIAN REGIONALISM
J. Thorson, Hyunjin Seo, Trita Parsi & Nicholas Farrelly Cheol Hee Park The Double Life of Shinzo Abe
Jawhar Hassan Isn’t Hallyu Style
Reflections by Won-soon Park & Tae-won Chey Young-hoon Lee Economic Reform in North Korea By Inkyo Cheong
Andy Yee When Will Japan Tap Its Internet Potential? Stein Tønnesson Steps Forward for China Chung-in Moon North Korea vs. South
Saroj Kumar Rath Drugs in India Are a Security Threat
JAPAN’S DANGEROUS GAMBLE ON ‘ABENOMICS’
By Gongpil Choi
to Resolve the South China Sea Disputes NON-WESTERN DEMOCRACIES AND What Will It Take to End 60 Years of Korea:
DRAWING A LINE IN THE SOUTH CHINA SEA Peter Hayes A Breakthrough Six-Party Summit in 2013? THE DEBATE: IS THE TPP AIMED AT THWARTING CHINA? ASIAN POLITICAL SYSTEMS War?
By Nguyen Manh Hung Asger Røjle Christensen Japan’s Abduction Saga Wang Yong Squares Off Against Takashi Terada In Focus: Taiwan Wu Yu-shan, Chen Tain-jy & Chu Yun-han Mark J. Valencia & Hong Nong Exploring Joint
By Alexei D. Voskressenshi.
THE DEBATE: IS POLITICAL RECONCILIATION Development Possibilities in the South China Sea Haruki Wada Korea’s War, Armistice
BURMA IN THE ASEAN CHAIR IN 2014, AT LAST
By Pavin Chachavalpongpun
Book Reviews by David C. Kang,
Börje Ljunggren & John Delury
ASSESSING A CODE OF CONDUCT FOR THE SOUTH CHINA SEA
By Mark J. Valencia
Book Reviews by John Delury
and Taehwan Kim We POSSIBLE IN MALAYSIA? Book Reviews by John Delury and Legacy
now have Khairy Jamaluddin Squares Off Against Rafizi Ramli and Taehwan Kim Have THE DEBATE:
TACKLING AUSTRALIA
TRUST GAPS ’S
INNEW Book Reviews by John Delury, Taehwan
an iPad and you tried EASTREFUGEE
ASIA: POLICY
ESSAYS BY Kim,
Android tablet our iPad or Andrew MarkusRichard
Yun Byung-se, Squares OffLebow,
Ned Against Nayan
PLUS Chanda and David Plott
GraemeBahng,
THE US REBALANCING TOWARD ASIA: ESSAYS BY PLUS
Tae-Seop
RISKS & OPPORTUNITIES FOR ASIA’S NEW LEADERS: ESSAYS BY PLUS
Patrick M. Cronin, Michael McDevitt, Wu Xinbo, Georgiy Voloshin China as a Stabilizer in Central Asia Gilbert Rozman, Takashi Inoguchi, David Shambaugh, Jennifer Lind Beware the Tomb of theedition!
THE POLITICS OF ENGAGEMENT: ESSAYS BY PLUS Android tablet
McGregor
Charles Andrew Billo A Way to Peace in the
Known Soldier
See p.5 Mel Gurtov, Miroslav Nincic, Walter C. Clemens, Jr., editions?
Rudiger Frank Rolling Reforms: Reflections A. Kupchan, Wang Yizhou, Yoshihide South China Sea
Donald K. Emmerson, Malcolm Fraser, Richard A. Bitzinger, Joon Hyung Kim, Haksoon Paik, Leon V. Sigal, Soeya,
Mansourov, Myung-bok Bae & Mohamed Alexandre Y.
Ramesh Thakur The New Great Game in Afghanistan
on Visits to Kim Jong Un’s North KoreaSee p.3
Karin J. Lee, Andrei Lankov, Troy Stangarone, Stuart
Jung-Sun Park Why ‘Gangnam Style’ Have
Shalendra D. Sharma From Meltdown to Bounceback:
Kang Choi & Noboru Yamaguchi Tridivesh Singh Maini & Manish Vaid Jonathan Berkshire Miller & Lilia Shevtsova How South Korea Weathered the 2008 FinancialUS$15.00
Crisis
CREATING A NEW WORLD OF SOCIAL ENTERPRISES
US$15.00
The Emerging Role of Indo-Pakistan Border States
W15,000 THE TPP AND THE QUEST FOR EAST ASIAN REGIONALISM
J. Thorson, Hyunjin Seo, Trita Parsi & Nicholas Farrelly Cheol Hee Park The Double Life of Shinzo AbeUS$15.00
Jawhar Hassan Isn’ttrie
you Hallyu
d Style
Reflections by Won-soon Park & Tae-won Chey Young-hoon Lee Economic Reform in North Korea By Inkyo Cheong
W15,000
Andy Yee When Will Japan Tap Its Internet Potential?
JAPAN’S DANGEROUS GAMBLE ON ‘ABENOMICS’
Stein Tønnesson Steps Forward for China W15,000 Chung-in Moon North Korea vs. South ourKorea:
iPad or
A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 7, NUMBER 4, WINTER 2012 A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME
Saroj Kumar Rath Drugs in8,India
NUMBER 1, SPRING
Are a Security 2013
Threat By Gongpil Choi
A JOURNAL to Resolve the|South
OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG China8,Sea
VOLUME Disputes
NUMBER 2, SUMMER 2013 NON-WESTERN DEMOCRACIES AND What Will It Take to End 60 Years of
And
DRAWING A LINE IN THE SOUTH CHINA SEA Peter Hayes A Breakthrough Six-Party Summit in 2013? THE DEBATE: IS THE TPP AIMED AT THWARTING CHINA? ASIAN POLITICAL SYSTEMS roid tablet
War?
By Nguyen Manh Hung Mark J. Valencia & Hong Nong Exploring Joint
By Alexei D. Voskressenshi.

The US ‘Pivot’
Asger Røjle Christensen Japan’s Abduction Saga Wang Yong Squares Off Against Takashi Terada In Focus: Taiwan Wu Yu-shan, Chen Tain-jy & Chu Yun-han
THE DEBATE: IS POLITICAL RECONCILIATION Development Possibilities in the South China Sea Haruki Wada Korea’s War, Armisticeeditions?
BURMA IN THE ASEAN CHAIR IN 2014, AT LAST
By Pavin Chachavalpongpun
Book Reviews by David C. Kang, ASSESSING A CODE OF CONDUCT FOR THE SOUTH CHINA SEA
By Mark J. Valencia
Book Reviews by John Delury
We POSSIBLE IN MALAYSIA? Book Reviews by John Delury and Legacy
See p.57
Positive Engagement
Börje Ljunggren & John Delury and Taehwan Kim
now have Khairy Jamaluddin Squares Off Against Rafizi Ramli and Taehwan Kim Have THE DEBATE: AUSTRALIA’S NEW
REFUGEE POLICY
Book Reviews by John Delury, Taehwan
an iPad and you tried Kim,
our iPad or Andrew Markus Squares Off Against Nayan Chanda and David Plott

to Asia
with North Korea,
Android tablet
edition!
Android tablet
editions?
Graeme McGregor
See p.5 US$15.00
Iran and Myanmar See p.3
A TACKLING
JOURNAL TRUST
OF THEGAPS
EASTINASIA
EASTFOUNDATI
ASIA: ESSAYS BY Have
US$15.00 US$15.00
Yun Byung-se, Richard PLUS you triedW15,000

Carrots
US$15.00 ON | WWW.GLOBALASIA.O
THE US REBALANCING TOWARD ASIA: ESSAYS BY
Patrick M. Cronin, Michael McDevitt, Wu Xinbo,|
PLUS W15,000
Georgiy Voloshin China as a Stabilizer in Central Asia
RISKS & OPPORTUNITIES FOR ASIA’S NEW LEADERS: ESSAYS BY PLUS W15,000 THE POLITICS OF ENGAGEMENT: ESSAYS BY PLUS W15,000 Ned Lebow, Tae-SeopBahng, Charles RG | VOLUME 8, NUMBER
Andrew Billo A Way our iPad
3, FALL
A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 7, NUMBER 4, WINTER 2012 Gilbert Rozman, Takashi Inoguchi, David Shambaugh, Jennifer Lind Beware
A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG the Tomb
| VOLUME of the Known
8, NUMBER Soldier
1, SPRING 2013 Mel Gurtov, OF
Miroslav Nincic, Walter C. Clemens,
| Jr., Rudiger Frank | Rolling Reforms: Reflections A. Kupchan, Wang Yizhou, Yoshihide to Peace in the South or 2013
Donald K. Emmerson, Malcolm Fraser, Richard A. Bitzinger, Joon Hyung Kim, Haksoon Paik, Leon V. Sigal, Soeya, And roidChina
tabletSea
Is It JustTheAbout Mansourov, Myung-bok Bae & Mohamed Alexandre Y.
Ramesh Thakur The New Great Game in Afghanistan A JOURNAL THE EAST ASIA FOUNDATION WWW.GLOBALASIA.ORG VOLUME 8, NUMBER 2, SUMMER 2013
Shalendra D. Sharma From Meltdown to Bounceback: Karin J. Lee, Andrei Lankov, Troy Stangarone, Stuart on Visits to Kim Jong Un’s North Korea
Kang Choi & Noboru Yamaguchi Jonathan Berkshire Miller & Lilia Shevtsova Jung-Sun Park Why ‘Gangnam Style’edit

The US ‘Pivot’
Tridivesh Singh Maini & Manish Vaid How South Korea Weathered the 2008 Financial Crisis
Emerging Role of Indo-Pakistan Border States J. Thorson, Hyunjin Seo, Trita Parsi & Nicholas Farrelly Cheol Hee Park The Double Life of Shinzo Abe
Jawhar Hassan Isn’t Hallyu
ions ? Style
Containing China?
CREATING A NEW WORLD OF SOCIAL ENTERPRISES THE TPP AND THE QUEST FOR EAST ASIAN REGIONALISM
Andy Yee When Will Japan Tap Its Internet Potential? Stein Tønnesson Steps Forward for China Chung-in Moon North Korea vs. SouthSee p.57

Before
Reflections by Won-soon Park & Tae-won Chey Young-hoon Lee Economic Reform in North Korea By Inkyo Cheong
Positive Engagement Korea:
JAPAN’S DANGEROUS GAMBLE ON ‘ABENOMICS’
to Resolve the South China Sea Disputes NON-WESTERN DEMOCRACIES AND
ASIAN POLITICAL SYSTEMS What Will It Take to End 60 Years of War?
DRAWING A LINE IN THE SOUTH CHINA SEA Peter Hayes A Breakthrough Six-Party Summit in 2013? Saroj Kumar Rath Drugs in India Are a Security Threat By Gongpil Choi
THE DEBATE: IS THE TPP AIMED AT THWARTING CHINA?
By Nguyen Manh Hung Mark J. Valencia & Hong Nong Exploring Joint
By Alexei D. Voskressenshi.

to Asia
Wang Yong Squares Off Against Takashi Terada
with North Korea,
Asger Røjle Christensen Japan’s Abduction Saga In Focus: Taiwan Wu Yu-shan, Chen Tain-jy & Chu Yun-han

How East Asia


Development Possibilities in the South China Sea Haruki Wada Korea’s War, Armistice

Avoiding
THE DEBATE: IS POLITICAL RECONCILIATION
BURMA IN THE ASEAN CHAIR IN 2014, AT LAST
By Pavin Chachavalpongpun
Book Reviews by David C. Kang, ASSESSING A CODE OF CONDUCT FOR THE SOUTH CHINA SEA Book Reviews by John Delury
We POSSIBLE IN MALAYSIA? Book Reviews by John Delury and LegacyUS$15.00
Iran and Myanmar
Börje Ljunggren & John Delury By Mark J. Valencia and Taehwan Kim
now have Khairy Jamaluddin Squares Off Against Rafizi Ramli and Taehwan Kim Have
ATHE DEBATE: AUSTRALIA’S NEW REFUGEE Book Reviews by John Delury, Taehwan

Sticks
an iPad and you tried JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATI POLICY Kim, W15,000
Andrew Markus Nayan Chanda and David Plott

Carrots
Android tablet our iPad or ON | WWW.GLOBALASIA.O
Squares Off Against Graeme

Can Secure
edition!
Android tablet
editions? McGregor RG | VOLUME 8, NUMBER 3, FALL 2013
See p.5
Is It Just About

the Mines
See p.3
Have
US$15.00 US$15.00
US$15.00 you tried
Containing China?
a Peaceful
W15,000 W15,000
our iPad or

Before
W15,000
A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 7, NUMBER 4, WINTER 2012 A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 8, NUMBER 1, SPRING 2013 A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 8, NUMBER 2, SUMMER 2013 Android tabl
et

The US ‘Pivot’ HowFutu


editions?

East
Avoiding reAsia
See p.57
Positive Engagement

Sticks
New Leaders,
to Asia
with North Korea,
New Dangers in Iran and Myanmar Can Secure US$15.00

the Mines
A JOURNAL OF THE EAST ASIA W15,000
FOUNDATION
Northeast Asia

Carrots
| WWW.GLOBALASIA.ORG

a Peaceful
| VOLUME 8, NUMBER 3,
FALL 2013
Is It Just About
Containing China?
Future
New Leaders,
Before How East Asia
Avoiding
South Korea Leading the Way Into a New World of Social Enterprises New Dangers in
In This Issue: We Start a New Regular Section Profiling Asian Countries in Taiwan In This
In Focus:
Issue:How
We Start
to Break
a New
the Regular
DeadlockSection
in the South
Profiling
China
Asian
SeaCountries in Taiwan

Sticks
Northeast Asia
Can Secure
South Korea Leading the Way Into a New World of Social Enterprises
the Mines
In This Issue: We Start a New Regular Section Profiling Asian Countries in Taiwan In This
In Focus:
Issue:How
We Start
to Break
a New
the Regular
DeadlockSection
in the South
Profiling
China
Asian
SeaCountries in Taiwan

The Politics a Peaceful


Future

Thof
New Leaders,

Trus
littics
New Dangers in

e Po
Northeast Asia

of Trust
South Korea Leading the Way Into a New World of Social Enterprises In This Issue: We Start a New Regular Section Profiling Asian Countries in Taiwan In This
In Focus:
Issue:How
We Start
to Break
a New
the Regular
DeadlockSection
in the South
Profiling
China
Asian
SeaCountries in Taiwan

The Politics
See our redesigne
In This
d website,
Issue: Our
www.glob
New Section
alasia.org
Focusing
, for analysis,
on Asia's
debates,
Less Prominen
archives tand
Nations

of Trust
more

See our redesigne


In This
d website,
Issue: Our
www.glob
New Section
alasia.org
Focusing
, for analysis,
on Asia's
debates,
Less Prominen
archives tand
Nations
more

See our redesigne


In This
d website,
Issue: Our
www.glob
New Section
alasia.org
Focusing
, for analysis,
on Asia's
debates,
Less Prominen
archives tand
Nations
more

Ad for Koreana 277x280 NEW.indd 1 12/16/13

Ad for Koreana 277x280 NEW.indd 1 12/16/13

Hawoo Publishing Ad for Koreana 277x280 NEW.indd 1 12/16/13


Address 131-230 1F Mangu-dong, Jungnang-gu, Seoul, Korea
Tel 82-2-922-7090 Fax 82-2-922-7092
Homepage www.hawoo.co.kr e-mail hawoo@hawoo.co.kr
Hawoo Publishing
Catalog of Korean Books

TACKLING TRUST GAPS IN EAST


ASIA: ESSAYS BY
THE US REBALANCING TOWARD ASIA: ESSAYS BY PLUS RISKS & OPPORTUNITIES FOR ASIA’S NEW LEADERS: ESSAYS BY PLUS Yun Byung-se, Richard Ned Lebow, Tae-Seop PLUS
Patrick M. Cronin, Michael McDevitt, Wu Xinbo, Georgiy Voloshin China as a Stabilizer in Central Asia Gilbert Rozman, Takashi Inoguchi, David Shambaugh, Jennifer Lind Beware the Tomb of the Known Soldier
THE POLITICS OF ENGAGEMENT: ESSAYS BY
Mel Gurtov, Miroslav Nincic, Walter C. Clemens, Jr.,
PLUS
Rudiger Frank Rolling Reforms: Reflections A. Kupchan, Wang Yizhou, Yoshihide Bahng, Charles Andrew Billo A Way to Peace in the
Donald K. Emmerson, Malcolm Fraser, Richard A. Bitzinger, Joon Hyung Kim, Haksoon Paik, Leon V. Sigal, Soeya, South China Sea
Mansourov, Myung-bok Bae & Mohamed Alexandre Y.
Ramesh Thakur The New Great Game in Afghanistan
Shalendra D. Sharma From Meltdown to Bounceback: Karin J. Lee, Andrei Lankov, Troy Stangarone, Stuart on Visits to Kim Jong Un’s North Korea
Kang Choi & Noboru Yamaguchi Tridivesh Singh Maini & Manish Vaid Jonathan Berkshire Miller & Lilia Shevtsova How South Korea Weathered the 2008 Financial Crisis Jung-Sun Park Why ‘Gangnam Style’
CREATING A NEW WORLD OF SOCIAL ENTERPRISES The Emerging Role of Indo-Pakistan Border States THE TPP AND THE QUEST FOR EAST ASIAN REGIONALISM
J. Thorson, Hyunjin Seo, Trita Parsi & Nicholas Farrelly Cheol Hee Park The Double Life of Shinzo Abe
Jawhar Hassan Isn’t Hallyu Style
Reflections by Won-soon Park & Tae-won Chey Young-hoon Lee Economic Reform in North Korea By Inkyo Cheong
Andy Yee When Will Japan Tap Its Internet Potential? Stein Tønnesson Steps Forward for China Chung-in Moon North Korea vs. South
Saroj Kumar Rath Drugs in India Are a Security Threat
JAPAN’S DANGEROUS GAMBLE ON ‘ABENOMICS’
By Gongpil Choi
to Resolve the South China Sea Disputes NON-WESTERN DEMOCRACIES AND What Will It Take to End 60 Years of Korea:
DRAWING A LINE IN THE SOUTH CHINA SEA Peter Hayes A Breakthrough Six-Party Summit in 2013? THE DEBATE: IS THE TPP AIMED AT THWARTING CHINA? ASIAN POLITICAL SYSTEMS War?
By Nguyen Manh Hung Asger Røjle Christensen Japan’s Abduction Saga Wang Yong Squares Off Against Takashi Terada In Focus: Taiwan Wu Yu-shan, Chen Tain-jy & Chu Yun-han Mark J. Valencia & Hong Nong Exploring Joint
By Alexei D. Voskressenshi.
THE DEBATE: IS POLITICAL RECONCILIATION Development Possibilities in the South China Sea Haruki Wada Korea’s War, Armistice
BURMA IN THE ASEAN CHAIR IN 2014, AT LAST
By Pavin Chachavalpongpun
Book Reviews by David C. Kang,
Börje Ljunggren & John Delury
ASSESSING A CODE OF CONDUCT FOR THE SOUTH CHINA SEA
By Mark J. Valencia
Book Reviews by John Delury
and Taehwan Kim We POSSIBLE IN MALAYSIA? Book Reviews by John Delury and Legacy
now have Khairy Jamaluddin Squares Off Against Rafizi Ramli and Taehwan Kim Have THE DEBATE:
TACKLING AUSTRALIA
TRUST GAPS ’S
INNEW Book Reviews by John Delury, Taehwan
an iPad and you tried EASTREFUGEE
ASIA: POLICY
ESSAYS BY Kim,
Android tablet our iPad or Andrew MarkusRichard
Yun Byung-se, Squares OffLebow,
Ned Against Nayan
PLUS Chanda and David Plott
GraemeBahng,
THE US REBALANCING TOWARD ASIA: ESSAYS BY PLUS
Tae-Seop
RISKS & OPPORTUNITIES FOR ASIA’S NEW LEADERS: ESSAYS BY PLUS
Patrick M. Cronin, Michael McDevitt, Wu Xinbo, Georgiy Voloshin China as a Stabilizer in Central Asia Gilbert Rozman, Takashi Inoguchi, David Shambaugh, Jennifer Lind Beware the Tomb of theedition!
THE POLITICS OF ENGAGEMENT: ESSAYS BY PLUS Android tablet
McGregor
Charles Andrew Billo A Way to Peace in the
Known Soldier
See p.5 Mel Gurtov, Miroslav Nincic, Walter C. Clemens, Jr., editions?
Rudiger Frank Rolling Reforms: Reflections A. Kupchan, Wang Yizhou, Yoshihide South China Sea
Donald K. Emmerson, Malcolm Fraser, Richard A. Bitzinger, Joon Hyung Kim, Haksoon Paik, Leon V. Sigal, Soeya,
Mansourov, Myung-bok Bae & Mohamed Alexandre Y.
Ramesh Thakur The New Great Game in Afghanistan
on Visits to Kim Jong Un’s North KoreaSee p.3
Karin J. Lee, Andrei Lankov, Troy Stangarone, Stuart
Jung-Sun Park Why ‘Gangnam Style’ Have
Shalendra D. Sharma From Meltdown to Bounceback:
Kang Choi & Noboru Yamaguchi Tridivesh Singh Maini & Manish Vaid Jonathan Berkshire Miller & Lilia Shevtsova How South Korea Weathered the 2008 FinancialUS$15.00
Crisis
CREATING A NEW WORLD OF SOCIAL ENTERPRISES
US$15.00
The Emerging Role of Indo-Pakistan Border States
W15,000 THE TPP AND THE QUEST FOR EAST ASIAN REGIONALISM
J. Thorson, Hyunjin Seo, Trita Parsi & Nicholas Farrelly Cheol Hee Park The Double Life of Shinzo AbeUS$15.00
Jawhar Hassan Isn’ttrie
you Hallyu
d Style
Reflections by Won-soon Park & Tae-won Chey Young-hoon Lee Economic Reform in North Korea By Inkyo Cheong
W15,000
Andy Yee When Will Japan Tap Its Internet Potential?
JAPAN’S DANGEROUS GAMBLE ON ‘ABENOMICS’
Stein Tønnesson Steps Forward for China W15,000 Chung-in Moon North Korea vs. South ourKorea:
iPad or
A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 7, NUMBER 4, WINTER 2012 A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME
Saroj Kumar Rath Drugs in8,India
NUMBER 1, SPRING
Are a Security 2013
Threat By Gongpil Choi
A JOURNAL to Resolve the|South
OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG China8,Sea
VOLUME Disputes
NUMBER 2, SUMMER 2013 NON-WESTERN DEMOCRACIES AND What Will It Take to End 60 Years of
And
DRAWING A LINE IN THE SOUTH CHINA SEA Peter Hayes A Breakthrough Six-Party Summit in 2013? THE DEBATE: IS THE TPP AIMED AT THWARTING CHINA? ASIAN POLITICAL SYSTEMS roid tablet
War?
By Nguyen Manh Hung Mark J. Valencia & Hong Nong Exploring Joint
By Alexei D. Voskressenshi.

The US ‘Pivot’
Asger Røjle Christensen Japan’s Abduction Saga Wang Yong Squares Off Against Takashi Terada In Focus: Taiwan Wu Yu-shan, Chen Tain-jy & Chu Yun-han
THE DEBATE: IS POLITICAL RECONCILIATION Development Possibilities in the South China Sea Haruki Wada Korea’s War, Armisticeeditions?
BURMA IN THE ASEAN CHAIR IN 2014, AT LAST
By Pavin Chachavalpongpun
Book Reviews by David C. Kang, ASSESSING A CODE OF CONDUCT FOR THE SOUTH CHINA SEA
By Mark J. Valencia
Book Reviews by John Delury
We POSSIBLE IN MALAYSIA? Book Reviews by John Delury and Legacy
See p.57
Positive Engagement
Börje Ljunggren & John Delury and Taehwan Kim
now have Khairy Jamaluddin Squares Off Against Rafizi Ramli and Taehwan Kim Have THE DEBATE: AUSTRALIA’S NEW
REFUGEE POLICY
Book Reviews by John Delury, Taehwan
an iPad and you tried Kim,
our iPad or Andrew Markus Squares Off Against Nayan Chanda and David Plott

to Asia
with North Korea,
Android tablet
edition!
Android tablet
editions?
Graeme McGregor
See p.5 US$15.00
Iran and Myanmar See p.3
A TACKLING
JOURNAL TRUST
OF THEGAPS
EASTINASIA
EASTFOUNDATI
ASIA: ESSAYS BY Have
US$15.00 US$15.00
Yun Byung-se, Richard PLUS you triedW15,000

Carrots
US$15.00 ON | WWW.GLOBALASIA.O
THE US REBALANCING TOWARD ASIA: ESSAYS BY
Patrick M. Cronin, Michael McDevitt, Wu Xinbo,|
PLUS W15,000
Georgiy Voloshin China as a Stabilizer in Central Asia
RISKS & OPPORTUNITIES FOR ASIA’S NEW LEADERS: ESSAYS BY PLUS W15,000 THE POLITICS OF ENGAGEMENT: ESSAYS BY PLUS W15,000 Ned Lebow, Tae-SeopBahng, Charles RG | VOLUME 8, NUMBER
Andrew Billo A Way our iPad
3, FALL
A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 7, NUMBER 4, WINTER 2012 Gilbert Rozman, Takashi Inoguchi, David Shambaugh, Jennifer Lind Beware
A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG the Tomb
| VOLUME of the Known
8, NUMBER Soldier
1, SPRING 2013 Mel Gurtov, OF
Miroslav Nincic, Walter C. Clemens,
| Jr., Rudiger Frank | Rolling Reforms: Reflections A. Kupchan, Wang Yizhou, Yoshihide to Peace in the South or 2013
Donald K. Emmerson, Malcolm Fraser, Richard A. Bitzinger, Joon Hyung Kim, Haksoon Paik, Leon V. Sigal, Soeya, And roidChina
tabletSea
Is It JustTheAbout Mansourov, Myung-bok Bae & Mohamed Alexandre Y.
Ramesh Thakur The New Great Game in Afghanistan A JOURNAL THE EAST ASIA FOUNDATION WWW.GLOBALASIA.ORG VOLUME 8, NUMBER 2, SUMMER 2013
Shalendra D. Sharma From Meltdown to Bounceback: Karin J. Lee, Andrei Lankov, Troy Stangarone, Stuart on Visits to Kim Jong Un’s North Korea
Kang Choi & Noboru Yamaguchi Jonathan Berkshire Miller & Lilia Shevtsova Jung-Sun Park Why ‘Gangnam Style’edit

The US ‘Pivot’
Tridivesh Singh Maini & Manish Vaid How South Korea Weathered the 2008 Financial Crisis
Emerging Role of Indo-Pakistan Border States J. Thorson, Hyunjin Seo, Trita Parsi & Nicholas Farrelly Cheol Hee Park The Double Life of Shinzo Abe
Jawhar Hassan Isn’t Hallyu
ions ? Style
Containing China?
CREATING A NEW WORLD OF SOCIAL ENTERPRISES THE TPP AND THE QUEST FOR EAST ASIAN REGIONALISM
Andy Yee When Will Japan Tap Its Internet Potential? Stein Tønnesson Steps Forward for China Chung-in Moon North Korea vs. SouthSee p.57

Before
Reflections by Won-soon Park & Tae-won Chey Young-hoon Lee Economic Reform in North Korea By Inkyo Cheong
Positive Engagement Korea:
JAPAN’S DANGEROUS GAMBLE ON ‘ABENOMICS’
to Resolve the South China Sea Disputes NON-WESTERN DEMOCRACIES AND
ASIAN POLITICAL SYSTEMS What Will It Take to End 60 Years of War?
DRAWING A LINE IN THE SOUTH CHINA SEA Peter Hayes A Breakthrough Six-Party Summit in 2013? Saroj Kumar Rath Drugs in India Are a Security Threat By Gongpil Choi
THE DEBATE: IS THE TPP AIMED AT THWARTING CHINA?
By Nguyen Manh Hung Mark J. Valencia & Hong Nong Exploring Joint
By Alexei D. Voskressenshi.

to Asia
Wang Yong Squares Off Against Takashi Terada
with North Korea,
Asger Røjle Christensen Japan’s Abduction Saga In Focus: Taiwan Wu Yu-shan, Chen Tain-jy & Chu Yun-han

How East Asia


Development Possibilities in the South China Sea Haruki Wada Korea’s War, Armistice

Avoiding
THE DEBATE: IS POLITICAL RECONCILIATION
BURMA IN THE ASEAN CHAIR IN 2014, AT LAST
By Pavin Chachavalpongpun
Book Reviews by David C. Kang, ASSESSING A CODE OF CONDUCT FOR THE SOUTH CHINA SEA Book Reviews by John Delury
We POSSIBLE IN MALAYSIA? Book Reviews by John Delury and LegacyUS$15.00
Iran and Myanmar
Börje Ljunggren & John Delury By Mark J. Valencia and Taehwan Kim
now have Khairy Jamaluddin Squares Off Against Rafizi Ramli and Taehwan Kim Have
ATHE DEBATE: AUSTRALIA’S NEW REFUGEE Book Reviews by John Delury, Taehwan

Sticks
an iPad and you tried JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATI POLICY Kim, W15,000
Andrew Markus Nayan Chanda and David Plott

Carrots
Android tablet our iPad or ON | WWW.GLOBALASIA.O
Squares Off Against Graeme

Can Secure
edition!
Android tablet
editions? McGregor RG | VOLUME 8, NUMBER 3, FALL 2013
See p.5
Is It Just About

the Mines
See p.3
Have
US$15.00 US$15.00
US$15.00 you tried
Containing China?
a Peaceful
W15,000 W15,000
our iPad or

Before
W15,000
A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 7, NUMBER 4, WINTER 2012 A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 8, NUMBER 1, SPRING 2013 A JOURNAL OF THE EAST ASIA FOUNDATION | WWW.GLOBALASIA.ORG | VOLUME 8, NUMBER 2, SUMMER 2013 Android tabl
et

The US ‘Pivot’ HowFutu


editions?

East
Avoiding reAsia
See p.57
Positive Engagement

Sticks
New Leaders,
to Asia
with North Korea,
New Dangers in Iran and Myanmar Can Secure US$15.00

the Mines
A JOURNAL OF THE EAST ASIA W15,000
FOUNDATION
Northeast Asia

Carrots
| WWW.GLOBALASIA.ORG

a Peaceful
| VOLUME 8, NUMBER 3,
FALL 2013
Is It Just About
Containing China?
Future
New Leaders,
Before How East Asia
Avoiding
South Korea Leading the Way Into a New World of Social Enterprises New Dangers in
In This Issue: We Start a New Regular Section Profiling Asian Countries in Taiwan In This
In Focus:
Issue:How
We Start
to Break
a New
the Regular
DeadlockSection
in the South
Profiling
China
Asian
SeaCountries in Taiwan

Sticks
Northeast Asia
Can Secure
South Korea Leading the Way Into a New World of Social Enterprises
the Mines
In This Issue: We Start a New Regular Section Profiling Asian Countries in Taiwan In This
In Focus:
Issue:How
We Start
to Break
a New
the Regular
DeadlockSection
in the South
Profiling
China
Asian
SeaCountries in Taiwan

The Politics a Peaceful


Future

Thof
New Leaders,

Trus
littics
New Dangers in

e Po
Northeast Asia

of Trust
South Korea Leading the Way Into a New World of Social Enterprises In This Issue: We Start a New Regular Section Profiling Asian Countries in Taiwan In This
In Focus:
Issue:How
We Start
to Break
a New
the Regular
DeadlockSection
in the South
Profiling
China
Asian
SeaCountries in Taiwan

The Politics
See our redesigne
In This
d website,
Issue: Our
www.glob
New Section
alasia.org
Focusing
, for analysis,
on Asia's
debates,
Less Prominen
archives tand
Nations

of Trust
more

See our redesigne


In This
d website,
Issue: Our
www.glob
New Section
alasia.org
Focusing
, for analysis,
on Asia's
debates,
Less Prominen
archives tand
Nations
more

See our redesigne


In This
d website,
Issue: Our
www.glob
New Section
alasia.org
Focusing
, for analysis,
on Asia's
debates,
Less Prominen
archives tand
Nations
more

Ad for Koreana 277x280 NEW.indd 1 12/16/13

Ad for Koreana 277x280 NEW.indd 1 12/16/13

Hawoo Publishing Ad for Koreana 277x280 NEW.indd 1 12/16/13


Address 131-230 1F Mangu-dong, Jungnang-gu, Seoul, Korea
Tel 82-2-922-7090 Fax 82-2-922-7092
Homepage www.hawoo.co.kr e-mail hawoo@hawoo.co.kr
ISSN 2287-5565
Seluk-beluk Soju
Minum sebagai Budaya Korea
Seni & Budaya Korea

Seluk-beluk Soju
Soju, Sekilas Latar Belakang Mengenainya
Fitur Khusus Minuman Beralkohol Terlaris di Dunia
Musim dingin 2013 Budaya Minum Orang Korea v o l. 2 NO. 4
M usimmerd i 2012
sum n g i n 2013 vo l.n o2. 2n o . 4
vo l. 26 www.koreana.or.kr

Anda mungkin juga menyukai