SELATAN
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Bisnis yang diampu oleh:
Muji Rahayu, S.E, M.M
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Atas izin-Nya
pulalah kegiatan membuat makalah dengan judul “Karakteristik Budaya dan Bisnis
Tujuan ditulisnya makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Dosen Pengajar Mata Kuliah Komunikasi Bisnis, makalah ini dibuat berdasarkan
informasi yang penulis dapat dari berbagai literatur buku dan internet. Penulis juga
menyadari bahwa makalah yang dibuat ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
dengan ikhlas dan dengan hati lapang dada akan menerima saran maupun kritik
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan
Penulis
DAFTAR ISI
Komunikasi lintas budaya adalah suatu proses pengiriman pesan yang dilakukan
oleh anggota dari suatu budaya tertentu kepada anggota lainnya dari budaya lain.
Perwujudan dari sebuah budaya yaitu benda-benda yang dihasilkan oleh manusia
yang berbudaya dan itu menghasilkan beragam kebudayaan, contohnya bahasa,
pakaian, makanan, cara berperilaku, dan masih banyak yang lainnya. Budaya suatu
negara akan berbeda dengan negara yang lain. Budaya Korea dengan Indonesia.
Meskipun banyak orang yang mengatakan bahwa budaya Korea dengan Indonesia
hampir memiliki kesamaan, namun tetap saja ada yang beda dari kedua budaya
tersebut.
Manajemen bisnis dalam prakteknya tidak terlepas dari pengaruh budaya daerah
atau negara setempat. Sedemikian besar aspek budaya mempengaruhi pada
kegiatan bisnis yang dilakukan, baik pada negara Cina, Amerika, Jepang dan
Indonesia. Bahkan Indonesia yang memiliki berbagai kepulauan pun memiliki
budaya yang beragam dalam mewarnai kegiatan bisnis yang dilakukan, seperti:
Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan lain-lain. Demikian pula, yang terjadi pada
manajemen bisnis Korea.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Agama
Tradisi Konfusianisme mendominasi kepercayaan dan pemikiran bangsa
Korea, bersama Buddhisme, Taoisme dan Shamanisme. Agama Buddha
menjadi agama resmi Tiga Kerajaan (57 SM-935 M) dan dinasti Goryeo
(935-1392). Paham Konfusianisme mencapai masa keemasan pada zaman
dinasti Joseon (1392-1910). Agama Kristen dibawa oleh misionaris Eropa
menjelang akhir periode Joseon dan pada abad ke-20 meningkat pesat.
Agama Islam yang baru diperkenalkan di Korea sejak perang Korea oleh
tentara Turki, memiliki pengikut di Korea (2007; ±140 ribu jiwa). Walau
begitu sebanyak 46,5% populasi Korea Selatan mengaku tidak mengikuti
suatu kepercayaan tertentu.
2. Bahasa
Bahasa resmi Korea Utara dan Selatan adalah bahasa Korea. Klasifikasi
genealogis bahasa Korea masih diperdebatkan, 2 bagian kelompok ilmuwan
yang berbeda pendapat menyatakan bahasa Korea termasuk bahasa rumpun
Altai-Tungusik, yang lainnya adalah bahasa isolat, yakni tercipta karena
meminjam penggunaan bahasa lain. Namun sebagian besar memasukkan
bahasa Korea ke dalam rumpun bahasa Altai-Tungusik bersama bahasa
Turki, Mongol, Tungusik, dan Jepang. Bahasa Korea modern ditulis dengan
abjad Hangeul, yang diciptakan pada abad ke-15 oleh Raja Sejong.
3. Makanan
Masakan Korea (Han-sik) sebagian besar adalah hasil fermentasi dan
sebagian besar sudah terkenal di dunia karena diakui manfaat kesehatannya
seperti Kimchi dan Doenjang. Cara memasak makanan tradisional Korea
memperlihatkan cara yang unik dalam pembuatan dan penyajian. Masakan
Korea umumnya terdiri dari nasi, sayur-sayuran yang dibumbui, sup,
rebusan, lauk pauk daging dan ikan. Jenis masakan Korea sangat bervariasi
berdasarkan daerah-daerahnya.
4. Pendidikan
Sistem sekolah modern di Korea Selatan terbagi menjadi 6 tahun untuk
sekolah dasar, masing-masng 3 tahun untuk SMP dan SMU. Program
Penilaian Siswa Internasional (Program for International Student
Assessment) yang dijalankan oleh OECD baru-baru ini menempatkan
pendidikan Korea Selatan di peringkat 11 dunia. Walau siswa-siswa sekolah
Korea Selatan seringkali menempati ranking tinggi pada tes komparatif
internasional, sistem pendidikannya sering dikritik karena menerapkan cara
pembelajaran yang pasif dan terlalu banyak menghafal. Sistem pendidikan
Korea Selatan yang tergolong disiplin dan terstruktur adalah pengaruh
Konfusianisme yang sudah tertanam sejak lama dalam masyarakat Korea.
Siswa-siswanya jarang memiliki waktu cukup untuk bersantai karena
mengalami tekanan untuk berprestasi baik dan masuk universitas ternama.
Disana juga Wajib Militer selama 2 tahun. Itu wajib untuk semua anak laki-
laki.
5. Pakaian
Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-
ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk
laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima).
Korea memiliki corak kebudayaan yang beragam yang berasal dari akar asli
yang dibentuk dalam berbagai kesenian dan tarian. Budaya Tionghoa yang
diimpor selama berabad-abad ikut berperan membentuk sistem sosial dan
norma berdasarkan Konfusianisme, Buddhisme dan Taoisme. Hasilnya
adalah beragamnya bentuk manifestasi dan akulturasi antara budaya asli
Korea dan Tiongkok yang unik. Dari sini Korea berperan besar dalam
mentransfer budaya yang maju ke Jepang.
Dalam budaya kontemporer, Korea dikenal akan tren Korean Wave yang
dihasilkan menyebarnya popularitas budaya musik pop, film dan drama
Korea, serta baru-baru ini tren video game dan Boyband dan Girlband
Korea. Namun diplomasi secara kultural adalah diakuinya olahraga
tradisional Korea, Taekwondo, ke dalam pesta olahraga internasional
Olimpiade.
7. Tarian
Tarian istana (Gungjung Muyong) yang dipentaskan di istana ditampilkan
oleh para penari profesional untuk tujuan kesenangan dan memiliki karakter
yang berbeda dari tarian festival istana atau tarian rakyat yang
mengikutsertakan orang-orang untuk menari bersama. Berdasarkan lukisan
di makam dinding Goguryeo, dipercaya tarian istana Korea telah ada sejak
zaman Tiga Kerajaan.
Tarian rakyat Korea bermula dari berbagai ritual keagamaan dan upacara
pemujaan kepada dewata-dewata shamanisme (gut) serta perayaan-
perayaan rakyat. Tarian rakyat yang lahir dari peristiwa-peristiwa ini
dibentuk dan dipelihara oleh masyarakat sebagai hal yang penting dalam
kehidupan mereka. Lama-kelamaan tarian-tarian ini menyatu ke dalam
berbagai aktivitas masyarakat selain kegiatan religius seperti untuk hiburan
dan kesenian.
Beberapa golongan yang tidak diwajibkan untuk mengikuti wajib militer antara
lain:
1. Orang yang cacat.
2. Seorang ilmuwan.
3. Orang yang berjasa bagi negara, seperti para pemain Timnas Korea yang
berhasil masuk semi final pada Piala Dunia tidak wajib mengikuti wamil.
4. Para kriminal.
5. Seorang yang mengalami cedera fisik.
6. Jika seorang laki-laki adalah pencari nafkah utama.
7. Sudah menikah serta tidak memiliki anak laki-laki.
8. Seorang anak tunggal laki-laki. Hal ini untuk memastikan warisan dari keluarga
atau penerus keturunan keluarga.
Kewajiban mengikuti wajib militer memang menjadi prioritas utama bagi pemuda
khususnya di negara Korea Selatan. Di Indonesia sendiri, sempat muncul wacana
mendukung wajib militer, tetapi tidak ada respons. Perbedaan yang lain antara
Indonesia dan Korea adalah lalu lintas. Menurut Moojin, lalu lintas di Indonesia
sangat buruk. Macet dimana-mana, terutama di Jakarta. Jika dibandingkan dengan
Korea, lalu lintas disana sangat teratur. Tidak ada macet di sepanjang jalan.
Kendaraannya pun tidak sepadat di Indonesia. Karena banyak orang yang memilih
menggunakan kendaraan umum.
Selain itu, budaya popular Korea yang telah merambat ke Indonesia adalah
fenomena hallyu atau sering dikenal dengan sebutan K-Pop. K-Pop ini adalah
budaya popular Korea, yang meliputi lagu-lagu pop, boyband dan girlband, serial
drama korea, film korea dan fashion ala Korea. K-Pop ini mulai booming pada
tahun 2010. Dengan demikian, budaya Indonesia dengan budaya Korea tidak jauh
berbeda. Dimulai dari penampilan, makanan, pakaian, pendidikan dan yang
lainnya.
2. Sistem Evaluasi
Sistem evaluasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan Korea bersifat
inklusif, yaitu evaluasi dilakukan berdasarkan prestasi, sikap dan
kemampuan. Tradisi senioritas dan sistem ganjaran yang didasarkan pada
latar belakang akademis karyawan, semakin mempersulit pencapaian
evaluasi yang objektif yang telah diperburuk oleh keengganan orang Korea
untuk mengevaluasi orang lain. Sehingga penilaian kinerja yang diberikan
memiliki sifat yang subjektif sekali, dan kinerja yang sesungguhnya sulit
untuk diukur.
1. Kepemimpinan Atasan
Para karyawan perusahaan-perusahaan Korea menganggap bahwa otoritas
tradisional atasan banyak sekali diterapkan. Di mana semakin muda usia
karyawan maka semakin sedikit pengalaman kerja yang dimiliki, sebaliknya
semakin tua usia karyawan maka pengalaman kerja yang dimiliki semakin
banyak dan otoritasnya akan semakin tinggi. Di samping itu, para karyawan
yang bekerja dalam perdagangan dan seksiseksi manajemen
mempersepsikan otoritas para atasan lebih tinggi daripada karyawan yang
bekerja pada seksi produksi.
Pembagian warisan yang tidak setara ini memiliki makna yang penting ketika
diterapkan pada suksesi suatu perusahaan. Namun demikian, dalam banyak
perusahaan di Korea, tidak semua otoritas pendiri dipindahkan kepada
penerusnya. Meskipun si penerus tidak mewarisi posisi tersebut, kekuasaan
memerintah yang mutlak dan pengaruh yang dulu dimiliki si pendiri tidak
secara langsung diterima oleh para anggota organisasi dan kelompok-kelompok
kepentingan lainnya.
4. Prinsip Senioritas
Prinsip ini digunakan dalam organisasi manajemen Korea sebagai standar yang
digunakan untuk meningkatkan atau menaikkan gaji yang didasarkan pada
prinsip personal. Prinsip personal adalah suatu prinsip yang dapat digunakan
secara universal dan berlaku pada semua orang ketika mengevaluasi seseorang
dalam kehidupan sosial Korea. Pertimbangan khusus diberikan pada personal
yang telah berdinas lama dan mengundurkan diri untuk kesejahteraan hidup
mereka. Prinsip senioritas dapat penulis katakan sebagai penghargaan yang
diberikan oleh perusahaan pada karyawan senior, karena mereka sudah ikut
berjuang membesarkan perusahaan, dan pengorbanannya selama ini diakui oleh
perusahaan dengan cara memberikan tingkat kesejahteraan lebih tinggi
dibandingkan karyawan junior.
BAB III
KESIMPULAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, W.P. 2010. Karakteristik Budaya dan Manajemen Bisnis Korea. Fakultas
Ekonomi UM.
Risdanti, N. 2013. Studi Lintas Budaya Kepemimpinan Gaya Korea di Indonesia. MM
Undip.
Afrianties. Budaya Korea http://afrianties.blogspot.com/2012/03/budaya-korea.html
Cho, D.S. 1995. Business Policy and Long Term Strategic Planning. Terjemahan Youngi
Moonwha-sa. pp. 15– 27.
Hahn, H.Y. 1988. Current Practices Of Korea Business Administration. Terjemahan
Toyokeizai Shimpo-sha, Tokyo, pp. 26–62.
Lee, H.J. 1989. Theory of Corporate Culture . Bupmoonsa, pp. 114–140.
Lee, M.W. 1996. Teori W ”Gaya Manajemen Korea”. Terjemahan Chang Nam Son,
Penerbit Andi, Yogyakarta, pp. 13–20.
Shin, Yoo-Keun. 1984. Characteristics and Tasks of Korea Enterprises, SNU Press, pp.
11–58.