Anda di halaman 1dari 99

UNSUR BUDAYA SEBAGAI AWAL PENGEMBANGAN

SEPAK BOLA JEPANG


KAJIAN IDENTITAS

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi ujian skripsi


pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Padjadjaran

RAZAQA NAFAN GUNAWAN


180610170007

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JATINANGOR
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW .

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna

memenuhi ujian seminar budaya di Sastra Jepang di Universitas Padjadjaran.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................................6
1.4 Manfaat .............................................................................................................7
1.5 Kerangka Pemikiran............................................................................................7
1.6 Metode dan Teknik Penelitian ............................................................................8
1.7 Sistematika Penulisan..........................................................................................8
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA.........................................................................................10
2.1 Penelitian Terdahulu.........................................................................................10
2.2 Teori Utama......................................................................................................12
2.2.1 Teori Identitas............................................................................................13
2.2.2 Teori Sports Culture....................................................................................15
2.2.3 Teori Sepakbola Jepang..............................................................................19
2.3 Naturalisasi dan Pembinaan Sepakbola Jepang.................................................23
2.4 Kedisiplinan & Kerja Keras membuat Jepang lebih berkembang........27

Daftar Pustaka ..................................................................................................31


Ragangan Skripsi..............................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kehidupan, manusia tak bisa lepas dari sesuatu yang dinamakan budaya.

Dengan adanya budaya, ini berarti sangat penting, karena berfungsi sebagai ciri

khas dan identitas. Maka dari itu, banyak kelompok atau golongan masyarakat

tertentu memiliki budaya yang berbeda-beda. Budaya juga merupakan salah satu

hal penting yang memberi dampak pada Identitas bangsa. Kepribadian suatu

bangsa dapat tercermin oleh budaya bangsa itu sendiri. Ada juga yang

berpendapat bahwa budaya adalah suatu pola hidup yang tumbuh dan berkembang

pada sekelompok manusia yang mengatur agar setiap individu mengerti apa yang

harus dilakukan. Dan untuk mengatur tingkah laku manusia dalam berinteraksi

dengan manusia lainnya. Larson dan Smalley (1972: 39) memandang budaya atau

kebudayaan sebagai blue print yang memandu perilaku orang dalam suatu

komunitas dan diinkubasi dalam kehidupan keluarga. Banyak sekali yang

merupakan bagian dari budaya, jika kita ambil salah satunya yang cukup populer

adalah Olahraga. Dalam olahraga sendiri banyak jenis-jenis yang populer . Namun

disini penulis akan mengambil contoh epakbola. Sepakbola sendiri adalah

olahraga kelompok yang diminati oleh di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali

masyarakat Jepang . Meskipun sebenarnya sepakbola bukan olahraga paling

1
popular di Jepang, Masyarakat Jepang umumnya menggemari olahraga bisbol

atau sumo. Meski begitu sepakbola memiliki tempat di hati masing-masing

penggermarnya.

Skala ketangguhan mental dan keandalan dalam olahraga beregusecara

signifikan lebih tinggi dari skala ketangguhan mental dan keandalan dalam

olahraga individu. Perbedaan ini mungkin saja karena sifat olahraga beregu

menyebabkan kondisi atlet beregu yang sangat aktif dan kompetitif. Tim Para atlit

sangat antusias mendapat kesempatan untuk mengikuti games dan kompetisi

sehingga harus diikutsertakan kompetisi dengan rekan satu tim mereka apalagi

lawan mereka di tim lain. Para atlet ini tidak boleh menyerah melawan tekanan

psikologis dan fisik kompetisi dan mereka mengejar tujuan mereka dengan rasa

superioritas daripada atlet individu.

Menurut Luxbacher (208:2) sepak bola yaitu suatu permainan yang

dipertandingkan antara dua tim, dimana masing-masing tim terdiri dari 11 orang

dan dilakukan dengan cara mempertahankan gawang dan berusaha menjebol

gawang lawan. Sepak bola jenis modern pun mulai dikenal pada kawasan Inggris

dengan menerapkan beberapa peraturan dasar jadi permainan sepak bola pun

semakin populer. Meskipun olahraga sepak bola sempat dilarang atas dasar

dianggap mengandung unsur kekerasan, sepak bola sampai saat ini justru semakin

dikenal oleh masyarakat dunia. Sepakbola sendiri mulai masuk ke Jepang pada

saat tentara Angkatan laut Inggris yang datang ke Jepang dan kemudian

mengajarkan cara bermainnya, seperti dilansir dalam artikel jfa.jp:

2
1873年に イングランドサッカー協会( The FA)創設から 10 年後、英国海

軍教官団の A.L.ダグラス少佐と海軍将兵が来日。東京築地の海軍兵学寮(の

ちの海軍兵学校)で日本人の海軍軍人に訓練の 余暇としてサッカーを教えた

(これが、日本でサッカーが紹介された最初というのが定説になっている)。

1873-Nen ni ingurandosakkā kyōkai (The FA) sōsetsu kara 10-nen-go, Igirisu

kaigun kyōkan-dan no A. L. Dagurasu shōsa to kaigun shōhei ga rainichi. Tōkyō

Tsukiji no kaigun heigakuryō (nochi no Kaigunheigakkō) de nihonjin no kaigun

gunjin ni kunren no yoka to shite sakkā o oshieta (kore ga, Nihon de sakkā ga

shōkai sa reta saisho to iu no ga teisetsu ni natte iru).

“(jfa.jp:2020)

“Sepuluh tahun setelah pendirian Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) pada

tahun 1873, Mayor A.L. Douglas dari Angkatan Laut Kerajaan dan seorang

perwira Angkatan Laut datang ke Jepang. Dia mengajar sepak bola ke angkatan

laut Jepang di Asrama Akademi Angkatan Laut (kemudian Akademi Angkatan

Laut) di Tsukiji, Tokyo (ini adalah teori pertama bahwa sepak bola diperkenalkan

di Jepang).”

Dari sana , Jepang mulai mengembangkan sepakbolanya sendiri. Tahun 1965

akhirnya Jepang membuat kompetisi profesional dengan nama Japanese Soccer

League. Hasil dari dijalankannya kompetisi sepakbola tersebut yakni medali

perunggu Olimpiade Meksiko City 1968. Seperti dilansir oleh r.nikkei.com:

3
Dalam kompetisi JSL( Japanese Soccer League ) yang dijalankan tersebut,

tidak banyak orang Jepang yang menonton dan meramaikan pertandingan-

pertandingannya. Selain karena sepakbola bukanlah olahraga yang paling populer

di Jepang, Masyarakat di Jepang lebih menggemari olahraga lain seperti bisbol

dan sumo yang sudah lebih dahulu menarik perhatian mereka. Orang-orang

jepang tidak mau mendukung tim-tim yang merupakan tim Perusahaan.

Masyarakat Jepang secara umum sangat serius dalam budaya kedisiplinan

mereka, sehingga kebiasaan disiplin tersebut akhirnya terbawa ke dalam

pengembangan dan juga timnas sepakbola Jepang sendiri, seperti menurut r.

Nikkei.com :

規律、そして期待に応えられないと感じた場合の恥ずかしさに関連する最善

を尽くしたいという態度-失敗した場合の自殺の文化、勝つための侍戦士のスタ

イルは現代では一般的ではありませんが、恥の文化はまだ厚くて文化的です) 、

JFA をターゲットペアの起源は、2005 年にターゲットを発表しました。彼らは、日

本のコーチングプログラムが順調に進んでおり、良い場所にあると確信していま

した。

“Kiritsu, soshite kitai ni kotae rarenai to kanjita baai no hazukashi-sa ni

kanren suru saizen o tsukushitai to iu taido - shippai shita baai no jisatsu no

bunka, katsu tame no samurai senshi no sutairu wa gendaide wa ippan-tekide wa

arimasenga, haji no bunka wa mada atsukute bunka-tekidesu), JFA o tāgettopea

no kigen wa, 2005-nen ni tāgetto o happyō shimashita. Karera wa, Nihon no

4
kōchingupuroguramu ga junchō ni susunde ori, yoi basho ni aru to kakushin shite

imashita.”

“Disiplin, dan keinginan untuk melakukan yang terbaik terkait dengan rasa

malu ketika merasa tidak terpenuhi-budaya bunuh diri jika gagal, gaya prajurit

samurai untuk menang tidak umum di zaman modern, tetapi rasa malu (Budaya

masih kental dan budaya), pasangan binaan asal usul JFA mencanangkan target

tahun 2005. Mereka yakin bahwa program pembinaan Jepang berjalan dengan

baik dan di tempat yang baik.”

Jepang membuat perencanaan yang matang untuk bisa menghasilkan

kompetisi yang kompetitif. Yang bisa dilakukan Jepang saat itu adalah melakukan

kampanye-kampanye yang mampu meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap

sepakbola. Pembuatan film kartun Kapten Tsubasa pada 1980-an adalah salah satu

usaha Jepang untuk mempopulerkan sepakbola di kalangan anak-anak. Seperti

dilansir r.nikkei.com:

1981年2月に『週刊少年ジャンプ』(集英社)第 18 号から「キャプテン翼」の

連載が始まる。これによって、サッカー選手を目指す少年が増加。

(r.nikkei.com:2020)

“1981-Nen 2 tsuki ni “shūkan Shōnenjanpu” (Shūeisha) dai 18-gō kara

`kyaputen tsubasa' no rensai ga hajimaru. Kore ni yotte, sakkā senshu o mezasu

shōnen ga zōka.”

5
“Pada bulan Februari 1981, serialisasi "Kapten Tsubasa" dimulai dari Weekly

Shonen Jump (Shueisha) No.18. Akibatnya, jumlah anak laki-laki yang membidik

pemain sepak bola meningkat.”

Hal lain yang mereka bangun pada masa ini adalah penguatan pada level akar

rumput. Jepang memiliki anggapan bahwa sebelum membangun kompetisi level

profesional, mereka harus memiliki pembinaan yang kuat terlebih dahulu. Karena

bagaimanapun juga, kompetisi profesional membutuhkan pemain-pemain hasil

pembinaan.

Penulis menemukan beberapa persamaan dengan yang dikatakan Tom Byer

dan juga apa yang dilakukan oleh federasi Sepakbola Jepang. Pendidikan masih

menjadi andalan utama Jepang untuk melakukan pembinaan akar rumput. Sekolah

tetap merupakan keharusan meski mereka ingin berkarir sebagai atlet. Karena

itulah JFA tidak melepaskan pembinaan dari sekolah. Kompetisi antar sekolah

mereka bangun dengan sangat baik sehingga anak-anak mendapatkan ajang

berkompetisi sejak dini dan Pendidikannya tidak terganggu. Seperti yang ada di

r.nikkei.com :

その理由について国際サッカー連盟(FIFA)理事の田嶋幸三氏の説明は明快

だ。「アジアの B クラスだった日本のサッカーはわずか 20 数年の間にトップレベ

ルまで駆け上がった。その『ジャパンズウエー(日本のやり方)』に強い関心があ

る」プロリーグ成功のノウハウは J リーグから吸収。ジュニア(小学生)からユース

(高校生)にかけています。

6
“Sono riyū ni tsuite kokusai sakkā renmei (FIFA) riji no tajima kōzō-shi no

setsumei wa meikaida. `Ajia no bīkurasudatta Nihon no sakkā wa wazuka 20 sū-

nen no ma ni toppu reberu made kake agatta. Sono “japanzuuē (Nihon no

yarikata) ” ni tsuyoi kanshin ga aru' purorīgu seikō no nōhau wa J rīgu kara

kyūshū. Junia (shōgakusei) kara yūsu (kōkōsei) ni kakete imasu.”

(r.nikkei.com:2020)

“Kozo Tajima, direktur Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), menjelaskan

alasannya. "Sepak bola Jepang, yang merupakan kelas B Asia, telah naik ke level

teratas hanya dalam 20 tahun. Pengetahuan tentang kesuksesan Liga Pro diserap

dari Liga J. Dari SMP (sekolah dasar) hingga pemuda (SMA).”

Pembinaan dari kecil juga mampu membuat anak-anak lebih mengerti

dengan teknik untuk di masa depannya. Anak-anak tetaplah anak-anak, mereka

tidak perlu berlatih dengan terlalu serius. Dengan menyisipkan beberapa

permainan, canda tawa, dan saling melemparkan candaan dapat membuat anak-

anak merasa nyaman dan bahagia saat berlatih. Beberapa klub sepakbola sekolah

bahkan didampingi oleh pelatih dengan kualitas yang sangat baik.

Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk membahas tema tentang Unsur

budaya sebagai awal perkembangan sepakbola Jepang. Alasan penulis menulis

penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang dapat membuat sepakbola Jepang

begitu maju. Unsur budaya inilah yang menyebabkan tim nasional sepakbola

Jepang menjadi sangat berkembang tidak hanya di Asia tetapu juga Dunia. Oleh

7
karena itu penulis tertarik untuk membahasnya. Sehingga mungkin bisa ditiru oleh

banyak negara yang sepakbolanya belum begitu maju termasuk negara kita,

Indonesia .

1.2 Identifikasi Masalah

1. Seperti apa identitas bangsa Jepang yang tercermin dalam perkembangan

sepakbola di Jepang ?

2. Bagaimana pengaruh identitas masyakat Jepang mempengaruhi

kesuksesan tim nasional sepakbola Jepang?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan identitas Jepang dalam perkembangan sepakbola di

Jepang.

2. Mendeskripsikan pengaruh Budaya kepada Persepakbolaan di Jepang.

1.4 Manfaat

8
A. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi penelitiian

dampak budaya pada persepakbolaan di masyarakat Jepang. Kajian tentang

budaya memang sudah banyak beragam. Namun baru sedikit kajian yang secara

spesifik fokus pada Sepakbola, Maka dari itu, kajian ini diharapkan mampu

menyediakan referensi baru tentang pengaruh budaya dengan persepakbolaan di

Jepang.

B. Manfaat Praktis

Secara praktis, kajian ini diharapkan mampu memberi manfaat melalui

analisis yang dipaparkan, sehingga mampu tersampaikan pengaruh-pengaruh

budaya terhadap persepakbolaan di Jepang. Budaya sudah menjadi sesuatu yang

penting di Semua negara tak terkecuali Jepang sehingga dikenal ditingkat

internasional. Melalui kajian ini diharapkan masyarakat pada umumnya memiliki

bahan bacaan dan diskusi yang bisa menambah wawasan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Teori utama yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian ini adalah

Identitas, Barker (2010). Untuk menganalisis dari segi perkembangan

Persepakbolaan Jepang penulis mengacu pada Sugimoto ( 2009 ).

1.6 Metode dan Teknik Penelitian

9
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif pada studi pustaka,

Adapun metode penelitian deskripsi adalah untuk mendeskripsikan teori-teori

yang sesuai dengan masalah – masalah penelitian. Adapun masalah pada

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap perkembangan

sepakbola Jepang.

Di bagian ini dilakukan pengkajian mengenai konsep dan teori yang

digunakan berdasarkan sumber yang tersedia, terutama dari artikel-artikel dan

Media Cetak yang dipublikasikan. Kajian pustaka berfungsi untuk membangun

konsep atau teori yang menjadi dasar studi dalam penelitian. Kajian pustaka atau

studi pustaka merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya

penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis

maupun aspek manfaat praktis. Sehingga dengan menggunakan metode penelitian

ini penulis dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang hendak diteliti.

1.7 Sistematika Penulisan

Laporan Skripsi ini dikelompokkan dengan sistematika penyampaian sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kerangka pemikiran, metode dan teknik penelitan, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

10
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari

kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan skripsi serta beberapa

literature review yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III ANALISIS

Bab ini berisikan analisis identitas Sepakbola Jepang dan kondisi sepakbola

Jepang saat ini.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisis yang telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Teradahulu

11
Penulis menemukan beberapa penelitian yang juga membahas tentang

persepakbolaan di Jepang, yang pertama bernama Mikael Salvio Antares

tahun 2017 dengan judul “Perubahan Format Kompetisi Japanese Soccer

League kedalam Format J-League serta dampak terhadap Tim Nasional

Sepakbola Jepang” asal Universitas Darma Persada, Jakarta. Singkatnya,

adanya liga sepak bola Jepang yaitu J-League yang berperan penting dalam

proses kemajuan sepak bola Jepang. Penelitian ini menggunakan analisa

sebab-akibat dalam melihat proses dari perubahan kompetisi sepak bola yang

ada di Jepang dengan peningkatan prestasi yang dialami oleh tim nasional

sepak bola Jepang. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemajuan

pada sepak bola Jepang dan perbandingannya dengan sepak bola Indonesia

terutama dalam segi kompetisi.

Penelitian kedua, dari Ardian Indro Yuwono yang berjudul “Analisis

Resepsi Pengguna Situs www.japanfootballid.com sebagai Media Informasi

Sepakbola Jepang” menjelaskan hadirnya teknologi baru sebagai salah satu

media alternatif penyedia informasi memberikan kemudahan bagi masyarakat

untuk dapat saling berpendapat dan bertukar pikiran. Adanya pemenuhan

kebutuhan informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik media besar

maupun konten di situs jejaring sosial juga blog yang diunggah secara

mandiri. Salah satu topik dengan jumlah unggahan artikel yang cukup populer

di kalangan pengguna internet adalah tentang cabang olah raga sepakbola.

12
Banyak terdapat komunitas penggemar persepakbolaan yang dengan percaya

diri membangun sebuah situs untuk mewadahi dan memenuhi kebutuhan

informasi secara mandiri, serta menyampaikan suara mereka ke kahalayak

luas. Berawal dari sebuah blog dan juga akun media sosial, Japan Football

ID(dalam penelitian ini kemudian disingkat juga menjadi JFID) mendirikan

sebuah situs dengan alamat http://www.japanfootballid.com. Munculnya situs

tersebut menumbuhkan fenomena tersendiri yakni adanya pengguna yang

memenuhi kebutuhan mereka akan informasi atas persepakbolaan Jepang, juga

melakukan pemaknaan dan merespon berbagai informasi yang telah

disediakan. Kerja penelitian ini didasarkan pada wawancara dengan para

narasumber yang secara langsung menggunakan situs ini sebagai salah satu

sumber informasi mereka, juga observasi singkat terhadap situs tersebut.

Maka dari rangkuman pernyataan dan sejumlah informasi dari aktivitas

wawancara tersebut dapat diperoleh materi untuk melakukan analisis resepsi

atas penggunaan situs tersebut sebagai situs pemenuhan informasi sepakbola

Jepang.

Penelitian yang penulis lakukan sendiri, memiliki objek yang sama yaitu

Persepakbolaan di Jepang. Tetapi dari kedua penelitian terdahulu mereka

meneliti tentang perubahan format liga di Jepang dan Juga Peran televisi

dalam rasa nasionalisme pada Sepakbola Jepang. Penelitian ini melakukan

penelitian tentang unsur budaya khususnya identitas yang dapat

mempengaruhi sepakbola Jepang berkembang. Mulai dari bagaimana

13
sepakbola masuk ke Jepang, awal mula liga di Jepang, kemudian bagaimana

Jepang membuat cara-cara agar sepakbola disukai banyak warganya. Beberapa

cara yang dilakukan contohnya adalah dengan membuat akademi sepakbola

sejak dini, dan membuat sebuah anime yang berjudul “Kapten Tsubasa” yang

akhirnya banyak berdampak kepada meningkatnya ketertarikan anak-anak di

Jepang untuk bermain sepakbola.

2.2 Teori Utama

Setiap orang punya kebutuhan untuk memiliki dan menjalin hubungan

dengan orang yang lain. Kebutuhan ini selanjutnya mengantarkan mereka

untuk menciptakan ikatan-ikatan sosial tertentu sebagai syarat bagi lahirnya

kelompok sosial. Selama proses ini berlangsung, mereka akan menemukan

kesamaan – kesamaan sekaligus perbedaan perbedaan baik itu terhadap hal-hal

yang terkait dengan kepentingan – kepentingan maupun unsur–unsur

pembentuk konsep diri mereka. Kelompok sosial inilah yang kemudin mampu

berperan sebagai sumber identitas dan pemberi rasa aman bagi anggota-

anggotanya, baik ketika mereka sedang berinteraksi dengan maupun ketika

sedang menangkal ancaman-ancaman dari kelompok lain.

2.2.1 Teori Identitas

Teori yang saya pegunakan disini adalah Teori Identitas, Barker (2010) ,

Pengetian Identitas sendiri menurut Chirs Barker adalah soal kesamaan dan

14
perbedaan tentang aspek personal dan sosial, tentang kesamaan individu

dengan sejumlah orang dan apa yang membedakan individu dengan orang

lain. Dilihat dari bentuknya, ada tiga bentuk identitas yakni identitas budaya,

identitas sosial dan identitas pribadi. Berikut pengertiannya:

1) Idenitas budaya

Identitas budaya merupakan ciri yang mencul karena seseorang itu

merupakan anggota dari sebuah etnik tertentu. Itu meliputi pembelajaran

tentang penerimaan tradisi, sifat bawaan, agama, dan keturunan dari suatu

kebudayaan.

2) Identitas sosial

Identitas sosial terbentuk akibat dari keanggotaan seseorang itu dalam

suatu kelompok kebudayaan. Tipe kelompok itu antara lain, umur, gender,

kerja, agama, kelas sosial, dan tempat, identitas sosial merupakan identitas

yang diperoleh melalui proses pencarian dan pendidikan dalam jangka waktu

lama.

3) Identitas pribadi

Identitas pribadi didasarkan pada keunikan karakteristik pribadi seseorang.

Seperti karakter, kemapuan, bakat, dan pilihan. Dan lain sebagainya.

15
Sementara pengetian konstruksi identitas menurut Chris Barker adalah

banguanan identitas diri, memperlihatkan siapa diri kita sebenarnya dan

kesamaan kita dengan sejumlah orang dan apa yang membedakan kita dari

orang lain.

Kelompok juga memberi identitas terhadap individu, melalui identitas ini

setiap kelompok secara tidak langsung berhubungan satu sama lain. Melalui

identitas ini individu melakukan pertukaran fungsi dengan individu lain dalam

kelompok. Pergaulan ini akhirnya menciptakan aturan – aturan yang harus ditaati

oleh setiap individu dalam kelompok sebagai kepastian hak dan kewajiban mereka

dalam kelompok. Aturan – aturan inilah bentuk lain dari karakter sebuah

kelompok yang dapat dibedakan dengan kelompok lain dalam masyarakat.

Identitas merupakan suatu esensi yang dapat dimaknai melalui tanda selera,

kepercayaan, sikap, dan gaya hidup. Identitas dianggap bersifat personal sekaligus

sosial dan menandai bahwa, kita sama ataupun berbeda dengan orang lain.

Tanda - tanda itu hendaknya tidak dimaknai sebagai suatu yang tergariskan

secara tetap atau sui generis, tetapi sebagai bentuk yang dapat berubah dan

diubah, serta terkait konteks sosial budaya dan kepentingan. Dengan demikian,

identitas dalam konteks ini dipahami bukan sebagai entitas tetap, melainkan suatu

yang diciptakan, sesuatu yang selalu dalam proses, suatu gerak maju dari pada

16
sesuatu yang datang kemudian, dan sebagai deskripsi tentang diri yang diisi secara

emosional dalam konteks situasi tertentu. Konstruksi identitas dapat kita pahami

sebagai persepsi tentang bagaiamana kita melihat diri kita dan bagaimana orang

lain melihat kita melalui perilaku budaya, suara, gerak – gerik, serta konsep

berfikir seorang pribadi, termasuk pada diri masyarakat Jepang dalam

membangun Sepakbola yang maju.

2.2.2 Teori Sports Culture

Selanjutnya ada juga Teori dari Sugimoto ( 2009 ) , dimana menjelaskan

bahwa Olahraga, sebagai sebuah ide, berarti perpaduan antara bentuk-bentuk

modern dan latihan tradisional dalam budaya Jepang. Bentuk olahraga modern

diwakili dengan masuknya budaya asing dalam pemikiran Jepang. Sejak Restorasi

Meiji, latihan fisik tradisional telah mewakili budaya tradisional dan telah

dipraktekkan berkaitan erat dengan ritual Shinto atau kode samurai. Selama

Restorasi Meiji, latihan fisik disistematisasi menjadi taiiku (pendidikan jasmani)

melalui pendahuluan sistem pendidikan sekolah modern dan pelatihan militer

gaya Barat.

17
Ketika mencoba memahami budaya olahraga Jepang, kita harus menerima

pikiran bahwa itu adalah gabungan kompleks dari latihan fisik, termasuk olahraga

asing, budaya tradisional yang mengikuti kode tradisional unik, dan pendidikan

jasmani dilakukan dalam sistem sekolah. Penggabungan budaya latihan fisik asing

dan tradisional ini mengambil bentuk tertentu. Sugimoto (2009: halaman 317)

menyatakan bahwa paradoks yang terkandung dalam fusi ini sering menyebabkan

ketidaksepakatan atas pemahaman Jepang tentang budaya olahraganya sendiri.

Secara khusus, fakta bahwa olahraga asing awalnya didirikan untuk siswa untuk

menekankan pentingnya melatih pikiran dan tubuh melalui aktivitas,

memprioritaskan keseriusan daripada kesenangan dalam berlatih olahraga. Ini

tetap merupakan fitur kunci dari budaya olahraga Jepang kontemporer.

Ketika budaya olahraga diperkenalkan dari negara-negara Barat ke Jepang

selama periode Meiji, konsep sosialisasi dan rekreasi tidak ditekankan. Kelalaian

ini tampaknya telah mencegah Jepang untuk berkembang. budaya klub bergaya

Eropa, yang akan mempromosikan sosialisasi melalui kegiatan olahraga dan

mendorong orang untuk mengembangkan kebiasaan menikmati olahraga sebagai

kesenangan hidup sehari-hari. Namun, seperti diuraikan di atas, baru-baru ini telah

melihat perubahan dalam tujuan latihan olahraga orang Jepang. Peserta olahraga

biasa menempatkan prioritas tertinggi pada kemenangan, dan untuk berlatih

olahraga yang berorientasi pada kompetisi demi negara, sekolah, atau tim mereka.

Sekarang mereka semakin banyak berlatih olahraga untuk diri mereka sendiri,

untuk tujuan utama kenikmatan.

18
Sebuah titik balik menuju perubahan ini adalah pendirian liga sepak bola

profesional, J-League , pada tahun 1993. Salah satu perubahan dalam dunia

olahraga Jepang yang dibawa oleh peluncuran J-League adalah skema promosi

budaya olahraga berdasarkan klub berbasis komunitas yang unik dengan meniru

model olahraga yang ada dalam jumlah besar di Jerman. J-League berupaya

menciptakan lingkungan tempat semua orang, dari anak-anak untuk orang dewasa,

memiliki akses ke berbagai olahraga. Fakta bahwa olahraga pemuda Jepang telah

didukung oleh sekolah Kegiatan bukatsu memiliki sisi buruk, di mana pemain

harus menghadapi perubahan pelatih dan sistem pembinaan mereka setiap kali

mereka memasuki sekolah tingkat yang lebih tinggi.

J-League telah menciptakan mekanisme di mana pemain dilatih di bawah sistem

terintegrasi yang dioperasikan oleh tim klub J-League. Sudah juga menghasilkan

pesepakbola yang telah tumbuh dengan sistem tim klub, yang berbeda dari

kegiatan bukatsu sekolah, dan telah menjadi pemain game yang sukses. Beberapa

dari mereka telah ditransfer ke tim klub Eropa terkemuka dan bermain peran aktif

di sana. Dengan demikian, gelombang baru dukungan untuk sepak bola, yang

tadinya olahraga yang agak kecil di Jepang sebelum pembentukan J-League, tidak

hanya meningkatkan tingkat keterampilan teknis tetapi juga menghasilkan

pendukung budaya yang terdiri dari pendukung yang tidak hanya menonton

pertandingan secara pasif tetapi juga bersedia untuk terlibat dalam olahraga secara

aktif atas inisiatif mereka sendiri. Ini sudah mulai mempengaruhi olahraga

lainnya.

19
Tren baru lainnya yang muncul dalam 25 tahun terakhir, adalah

peningkatan yang jelas dalam jumlah perempuan yang berolahraga secara teratur.

Satu contoh ini akan menjadi peningkatan jumlah 'wanita yang menjalankan'. Saat

tren Jogging melanda Jepang sekitar tahun 1980, ada peningkatan mendadak

dalam jumlah jogging wanita, mengenakan T-shirt dan celana pendek dan terlihat

terutama di daerah perkotaan. Itu adalah peristiwa penting dalam budaya olahraga

Jepang ketika para wanita ini mulai menikmati olahraga sebagai sarana

pemenuhan diri yang realistis untuk meningkatkan kehidupan mereka serta

meningkatkan kesehatan dengan cara yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Setelah maraton wanita dimasukkan dalam Olimpiade, jumlah yang meningkat

ber wanita telah berpartisipasi dalam olahraga ini. Atlet wanita Jepang miliki

membuat prestasi spektakuler dalam acara maraton internasional. Atlet wanita

juga mulai berpartisipasi dalam judo, gulat, bisbol, sepak bola dan olahraga lain

yang sebelumnya dianggap olahraga pria di Jepang.

Munculnya 'wanita pelari' adalah indikasi visual, sebelum hal lain, bahwa

banyak wanita Jepang yang telah dilarang menyatakan diri dan secara sosial

dituntut untuk menjadi 'yamato nadeshiko' (seorang wanita Jepang ideal dengan

feminitas sempurna) di bawah tradisi tradisional patriarki, kini telah memperoleh

sarana untuk mengidentifikasi atau mengekspresikan diri melalui olahraga.

20
Globalisasi juga membawa perubahan signifikan pada judo sebagai a

budaya tradisional Jepang latihan fisik. Judo Jepang telah menjadi olahraga

kompetitif dengan mengikuti aturan standar internasional, termasuk adopsi

seragam judo berwarna, sistem penilaian, dan pendahuluanpertandingan dibagi

berdasarkan kelompok berat. Judo dulunya dianggap sebagai keahlian Jepang

sendiri, tetapi belakangan ini kebangkitan pegulat judo asing telah terbukti

mampu di kompetisi internasional, termasuk Olimpiade. Tren ini telah meluas ke

sumo, di mana pegulat asing dari negara-negara seperti Mongolia, Rusia dan

Bulgaria telah mulai melampaui pegulat Jepang dalam keterampilan nomor dan

gulat. Pada September 2007, baik higashi (timur) dan pegulat yokozuna nishi

(barat), pegulat ozum ¯ tertinggi, adalah orang Mongolia. Setelah perubahan cepat

ini keadaan di sekitar Jepang olahraga, semakin banyak atlet Jepang saat ini

kurang agresif dalam mengejar keunggulan olahraga dan secara positif mengakui

kegembiraan olahraga. Selain itu, atlet Jepang telah mulai memainkan peran aktif

di Jepang . Liga top Eropa dan liga utama Amerika, diwakili oleh pemain sepak

bola Shunsuke Nakamura dan pemain bisbol Ichiro dan Hideki Matsui. Kisah-

kisah sukses olahraga ini memberikan idola bagi anak laki-laki dan perempuan

untuk dikagumi dan menjadi panutan bagi latihan olahraga mereka, berkontribusi

pada meningkatnya jumlah pemain dan penggemar olahraga di Jepang. Budaya

olahraga Jepang tampaknya telah mencapai titik balik baru untuk menciptakan

budaya olahraga baru.

2.2.3 Teori Sepakbola Jepang

21
Menurut Tom Byer yang merupakan pencetus pengembangan sepakbola sejak

muda di Jepang :

「三位一体の強化策」とは、①代表強化、②ユース(若年層)育成、③指導者養
成という 3 つの部門が同じ知識・情報を持ち、より密接な関係を保ちながら、選
手の強化育成と日本サッカーのレベルアップを図るというシステムです。各年代
のワールドカップ等で分析・評価・抽出した「日本サッカーの課題」は、その 3 つ
の部門を通じ、日本サッカー界全体に展開されています。」
“Tindakan Penguatan Tritunggal berarti tiga jenis divisi: 1) penguatan perwakilan,
2) pelatihan pemuda (generasi muda), dan 3) pelatihan pelatih dengan
pengetahuan dan informasi yang sama. Ini adalah sistem untuk meningkatkan
level sepakbola Jepang.”
Pembinaan ala JFA ( Federasi Sepak Bola Jepang ) adalah mendidik

ribuan bahkan puluhan ribu pelatih Jepang dengan harapan pengetahuan dan

kemampuan melatih mereka akan meningkat. Efeknya jelas terlihat. Jutaan anak-

anak Jepang mendapatkan program latihan yang lebih berkualitas. Hari lepas hari.

Inilah tulang punggung pembinaan sepakbola; latihan yang berkualitas. Hari demi

hari. Program latihan berkualitas yang dipadu dengan pengetahuan tentang taktik,

peningkatan fisik secara efektif, gizi yang menunjang, dan lain-lain dipraktekkan

hari demi hari. Semua itu membutuhkan pelatih yang berkualitas. Kemudian,

untuk menjadi pelatih yang bagus, Pelatih harus punya kepribadian. Tapi sistem di

Jepang tidak menciptakan komunikator, mentor, dan motivator. Inilah yang masih

menjadi batasan J-League ( Kasta tertinggi liga Di Jepang ) .

「代表の強化は、代表となった選手を集めての短期の強化のみでなく、
日々の所属チームでのトレーニングによってなされるもの、また、1 人の選手は大
人になったら突然うまく強くなるものではなく、ユース年代からの育成の積み重
ねによって強化されていくものです。ユース育成を怠っている国は長続きしないと
いうことは、世界を見ても明らかであり、トップレベルの強国あるいはトップクラブ
は、ユース育成を非常に重要視しているところばかりです。日本では、ナショナル
トレセンを頂点とするトレセン制度によって、日本全体のユース育成の枠組を整

22
え、さらにエリートプログラム、JFA アカデミー等によってレベルアップを図ってい
ます。」
“Tim nasional tidak hanya diperkuat untuk waktu yang singkat dengan
mengumpulkan para pemain yang telah menjadi tim nasional, tetapi juga
dilakukan dengan melatih tim-tim yang menjadi milik mereka setiap hari.
Sebaliknya, itu akan diperkuat melalui pelatihan berulang dari usia remaja. Jelas
dari dunia bahwa suatu negara yang mengabaikan pembangunan kaum muda tidak
akan bertahan lama, dan kekuatan tingkat atas atau klub-klub papan atas sangat
mementingkan perkembangan kaum muda. Di Jepang, kami telah menetapkan
kerangka kerja untuk pengembangan kaum muda di seluruh Jepang melalui sistem
pelatihan dengan Pusat Pelatihan Nasional di atas, dan kami juga bekerja untuk
meningkatkan level melalui program-program elit dan Akademi JFA.”

Selanjutnya Pada akhirnya memang sepakbola soal uang, dan itu berlaku

di seluruh dunia . Tapi tidak ada jalan pintas menjadi negara sepakbola yang

tangguh. Harus dimulai sejak usia dini. Sangat sedikit uang yang mengalir di level

akar rumput dan pada akhirnya semua tergantung kualitas kepelatihan. Byer

menjelaskan, keberhasilan Jepang menjuarai Piala Dunia Wanita dikarenakan para

pemain putri menjalani metode latihan yang tidak berbeda dengan para pemain

putra. Sejak beberapa tahun lalu federasi sepakbola Jepang (JFA) mulai

memerhatikan secara serius pengembangan sepakbola wanita. Meski demikian,

grafik perkembangan dinilai biasa-biasa saja dan cenderung stagnan.

Namun, JFA menekankan pada pelatihan teknik bermain pada usia dini

dan itu menjadi perbedaan. Jadi meskipun jumlah pemain tidak meningkat

maupun menurun, metode kepelatihan dan perbaikan sumber daya berhasil

menciptakan hasil yang lebih baik. Pemain putri juga menjalani menjalani metode

latihan di pusat pelatihan nasional yang sama seperti pemain putra. Ada 47

23
wilayah pelatihan dan ini bukanlah fasilitas yang menekankan latihan fisik.

Mereka bertemu bulanan untuk menerapkan pelatihan khusus untuk para pemain

pilihan. Puncaknya, para pemain terbaik berusia 15 tahun dilatih di kamp nasional

setiap Desember.Sepakbola merupakan olahraga yang dimainkan setahun penuh,

putra maupun putri. Itulah yang terjadi di Jepang.

Dengan demikian, Jepang telah membuktikan kalau dibutuhkan kesabaran

serta keseriusan dalam mengembangkan program pembinaan usia dini sepakbola

yang berjenjang sebelum menuai hasil manis.

Selain itu juga Jepang memiliki program yang sudah berjalan baik,
misalnya:
「長期的視野に立った選手の育成」。これは、 JFA がユース育成に掲げて
いる、非常に重要な考え方です。 目先のその時々の勝利ではなく、一人の選手
が自立期においていかに大きく成長するのかを第一の目的とする。人間の器官・
機能の発達速度は一様ではなく、子どもは大人のミニチュアではない。ある課題
に対して吸収しやすい時期としにくい時期がある。最も吸収しやすい時期にその
課題を与えていくことが、その選手を最終的に一番大きく成長させることにつな
がる。ということです。」
"Mengembangkan atlet dari perspektif jangka panjang". Ini adalah ide
yang sangat penting bahwa JFA telah dibentuk untuk pengembangan pemuda.
Tujuan pertama bukanlah bagaimana menang saat ini, tetapi seberapa banyak
seorang pemain dapat tumbuh di masa kemerdekaan. Kecepatan perkembangan
organ dan fungsi manusia tidak seragam, dan anak-anak bukanlah miniatur orang
dewasa. Ada saat-saat ketika masalah itu mudah diserap dan saat-saat sulit untuk
menyerapnya. Memberi tugas pada saat yang paling mudah diserap pada akhirnya
akan mengarah pada pertumbuhan terbesar pemain.”

Ada kata pepatah yang menyebutkan, "Gagal dalam perencanaan sama

saja dengan merencanakan kegagalan." Hal ini bermakna bahwa perencanaan

adalah hal yang penting untuk mewujudkan keberhasilan. Jepang sangat

24
menyadari hal tersebut. Mereka melakukan perencanaan, melaksanakannya

dengan disiplin, hingga akhirnya terwujud tim yang solid dalam sepak bola.

Pembentukan J-League adalah salah satu contoh perencanaan yang

diwujudkan. Liga profesional tersebut ditata dengan baik, dan mengundang

pemain-pemain kelas internasional untuk ikut bermain di dalamnya. Liga tersebut

tujuannya salah satunya adalah menjadi wadah pemain asli Jepang meningkatkan

kemampuan sepak bolanya. Keberhasilan tim Jepang adalah buah dari strategi

jangka panjang.

2.3 Naturalisasi dan Pembinaan Sepakbola Jepang

Sistem pembinaan sepakbola (dan juga olahraga lain seperti bisbol) Jepang

beranjak dari sekolah, bukan akademi. Di Eropa, pembinaan sepakbola dilakukan

oleh akademi yang dimiliki klub sepakbola, misalnya yang terkenal menghasilkan

banyak pemain top Youth Academy milik Ajax dan Barcelona.

Sekolah di Jepang memiliki kegiatan ekstrakulikuler sebagaimana juga di

Indonesia, termasuk di dalamnya klub kegiatan olahraga sepakbola. Sejak SMP,

klub kegiatan olahraga mulai mendapat perhatian serius karena mereka membawa

nama sekolah di ajang kompetisi antar sekolah. Terlebih lagi untuk SMA.

Beberapa SMA terkemuka memberikan semacam beasiswa olahraga bagi siswa

berprestasi, tentu saja ini dimaksud untuk mengangkat nama sekolah. Contohnya

25
saja SMA Fujieda Higashi (dalam manga Shoot! ditampilkan dengan nama SMA

Fujita Higashi) Shizuoka yang namanya terkenal sebagai peraih banyak titel juara

inter-highschool sepakbola memberikan beasiswa untuk siswa pesepakbola.

Hasilnya selain titel juara sekolah, para siswa lulusannya juga banyak yang

direkrut oleh klub-klub sepakbola terkenal di Jepang. Malah beberapa SMA

mempekerjakan pelatih sepakbola khusus dari pada menyerahkan pembinaan anak

didikannya pada guru olahraga umum.

Selain perhatian serius dari pihak sekolah, pemerintah Jepang juga

menanamkan nilai kompetisi dalam diri para siswa dengan memperbaiki ajang

turnamen inter-highschool tahunan bernama All Japan High School Soccer

Tournament yang telah berlangsung sejak tahun 1918. Dalam turnamen ini, setiap

prefektur hanya mengirimkan satu wakil yang diperoleh dari SMA juara perfektur

yang akan diadu di lapangan sepakbola di sekitar Tokyo, sebelum akhirnya 2 tim

terbaik akan beradu di Stadion Nasional. Awalnya turnamen ini memang kalah

kelas dan kalah pamor dibanding saudaranya, turnamen bisbol SMA yang ajang

finalnya di stadion Koshien Osaka selalu dipadati penonton. Saat ini, turnamen itu

mulai diminati para penggemar sepakbola, apalagi partai final dilangsungkan di

Stadion Nasional Tokyo yang menjadi homebase timnas Jepang.

26
Artinya, sekolah adalah basis utama pembinaan olahraga di Jepang tidak

hanya sepakbola. Dalam kegiatan ekstrakurikuler sepakbola, pihak sekolah

mendatangkan para pelatih profesional bukan guru olahraga sekolah tersebut.

Sejak tingkat SMP mereka sudah dilatih dengan tehnik bermain sepakbola yang

benar oleh pelatih profesional. Mereka dituntut berlatih serius karena membawa

nama baik sekolah di ajang kompetisi antar sekolah dimulai dari tingkat

kabupaten hingga tingkat nasional. Demi gengsi dan nama baiknya sekolah benar-

benar memberikan perhatian yang serius terhadap pembinaan tim sepakbola

sekolah. Pemerintah juga rajin menyelenggarakan berbagai ajang turnamen untuk

menanamkan jiwa kompetisi dan sportifitas dalam diri para pelajar.

Di level SMA, perhatian lebih serius di tunjukkan secara konsisten oleh

pihak sekolah dan pemerintah. Japan High School Tournament adalah salah satu

ajang bergengsi untuk mengangkat nama baik sekolah melalui sepakbola. Bagi

tim juara dan siswa yang memiliki skill bagus mereka akan mendapat kan

beasiswa dan sering menjadi rebutan klub-klub sepakbola profesional di Jepang

bahkan Eropa.

Nama-nama Samurai Biru hasil kompetisi antar sekolahyang sudah

berkibar di benua biru antara lain Shinji Kagawa (Borussia Dortmund), Takashi

Usami (Bayern Munchen), dan Yoshiaki Takagi (FC Utrech). Keberhasilan Shinji

Kagawa menjadi pemain kunci di Borussia Dortmund dan mampu menjuarai liga

27
Jerman telah memotivasi seluruh pesepakbola muda Jepang untuk terus berlatih

dan berlatih. Selain pembinaan di sekolah, klub-klub profesional Jepang juga di

wajibkan memiliki tim usia muda dari U-10 hingga U-18 tahun. Asosiasi

sepakbola Jepang (JFA) juga memiliki akademi sepakbola yang menampung

bakat-bakat terbaik pesepakbola muda Jepang U-12.

Selain itu Naturalisasi juga pernah dilakukan oleh JFA (Federasi

Sepakbola Jepang) walaupun tujuannya hanya untuk jangka pendek. Ada Ruy

Ramos yang dulunya pernah menjadi idola dan disanjung-sanjung para

penggemar sepakbola Jepang. Lalu ada lagi Wagner Lopes yang dulu seangkatan

di timnas Jepang dengan Hidetoshi Nakata untuk Piala Dunia 1998. Naturalisasi

pemain Brazil memang identik dengan Jepang akibat banyaknya orang Brazil

keturunan Jepang yang berdomisili di Jepang (terutama daerah Shizuoka). Tapi

lihat daftar pemain timnas Jepang (tahun 2010- sekarang), tak ada satupun pemain

naturalisasi yang ada dalam daftar. Memang ada satu pemain belasteran Brazil-

Jepang bernama Marcus Tulio Tanaka tetapi Tanaka adalah penduduk Jepang

yang sudah tinggal di Jepang sejak masa SMA-nya, bukan rekrutan baru. Disini

kita bisa melihat kalau sistem pembinaan pemain timnas tidak berdasarkan

pemain naturalisasi melainkan sistem kompetisi sekolah. Naturalisasi pemain

timnas hanya dilakukan untuk tujuan jangka pendek sambil memperbaiki sistem

kompetisi sekolah untuk tujuan jangka panjang.

28
Mayoritas atlet sepakbola profesional Jepang terlebih dahulu lulus SMA

dan kemudian direkrut oleh klub-klub sepakbola profesional sebagai pemain pro.

Tidak ada pemain usia 17 tahun kebawah yang sudah mendapatkan kontrak penuh

sebagai pemain profesional seperti halnya di Liga Inggris. Tapi itulah kelebihan

dan kekurangan sistem kompetisi sekolah milik Jepang, karena tetap saja

pendidikan hingga SMA harus diselesaikan. Lulus SMA, barulah mereka

menentukan karir dimasa depan. Mau lanjut sekolah hingga perguruan tinggi atau

langsung terjun menjadi pemain profesional.

2.4 Kedisiplinan dan Kerja Keras untuk membuat Jepang lebih

berkembang

Pada tahun 2005 presiden JFA saat itu, Saburo Kawabuchi, dengan tegas

mengungumkan target federasi: menjadi tuan rumah Piala Dunia untuk kedua

kalinya sekaligus menjuarai Piala Dunia 2050. Merupakan hal yang menarik

karena waktu yang diberikan guna memenuhi target sama sekali tidak instan

Bahkan waktu pengumuman target tersebut pun tidak dilakukan dengan

sembarangan.

Ini sangat kontras dengan tradisi "target asal sebut" yang sering kali terjadi

di Indonesia. Untuk memasangkan target secara realistis diperlukan pengetahuan

tentang (1) kekuatan lawan, serta (2) kekuatan diri sendiri. Karena merasa telah

29
melakukan persiapan yang baik dan sistematis dari segala sisi (dimulai dari

pembinaan usia muda, kepelatihan, kompetisi amatir dan profesional, scouting

pemain secara objektif dan sistematis, sampai pembentukan dan persiapan timnas

yang optimal) timbullah rasa optimistis sehingga target tinggi kemudian

dicanangkan.

Jepang berbeda. Kita tahu budaya Samurai masih sangat berpengaruh pada

budaya modern Jepang. Kedisiplinan, juga sifat ingin memberikan yang terbaik

yang berkaitan dengan adanya rasa malu bila merasa gagal memenuhi harapan --

budaya bunuh diri bila gagal ala pejuang Samurai menang sudah tak lazim di

zaman modern ini, tapi budaya malu masih kental dan membudaya, membuat JFA

tidak asal pasang target dan bahkan baru mengungumkan target mereka pada

tahun 2005, saat mereka yakin program pembinaan di Jepang telah berjalan

dengan baik.

Jepang, sebagai salah satu negara maju di Asia ini memiliki akar budaya

yang kuat melalui peradaban di masa lalu. Jiwa pekerja keras dan pantang

menyerah merupakan satu nilai positif yang dimiliki sebagian besar warga Jepang

hasil turunan dari para pendahulu mereka. Satu nilai lain yang dimiliki sebagian

besar warga Jepang turun dari tokoh ksatria terkenal dari negara ini, Samurai.

30
Samurai merupakan satu tokoh ksatria asal Jepang yang identik dengan

pedang yang diberi nama katana. Terdapat banyak kisah yang menceritakan

tentang kehidupan seorang samurai di Jepang yang beredar di seluruh dunia.

Kehidupan yang penuh perjuangan dan tantangan kehidupan memang mampu

memberikan nilai inspirasi tersendiri bagi siapapun yang menyaksikannya. Salah

satu nilai yang diturunkan seorang samurai kepada masyarakat Jepang adalah,

Bushido. Bushido bisa dipahami sebagai semangat hidup yang ditunjukan seorang

samurai dalam melewati tantangan hidup.

Dalam upayanya menjadi prajurit, seorang samurai harus menjalankan

semangat hidup bushido. Dalam semangat hidup tersebut mengedepankan

kesederhanaan, loyalitas, tangguh, dan berjuang sampai mati. Nilai-nilai ini

kemudian diimplementasikan oleh sebagian besar masyarakat Jepang dalam

kehidupannya sehari-hari.

Dalam sepakbola, J-League menerapkan semangat bushido saat

menetapkan peraturan pertandingan yang tidak memiliki hasil imbang. Pada

musim-musim awal berdirinya J-League, setiap pertandingan yang berakhir

imbang akan dilanjutkan ke babak golden goal dan adu penalti. Sehingga setiap

pertandingan pasti akan menghasilkan tim yang menang dan yang kalah.

Hal ini sesuai dengan semangat seorang samurai yang akan terus bertarung

sampai mati. Tidak ada duel antar samurai yang berakhir imbang. Dipastikan

salah satunya akan atau harus memenangkan duel tersebut. Karena itulah J-

31
League menerapkan peraturan ini pada masa awal. Meski kini peraturan tersebut

sudah dihapuskan dan pertandingan J-League dapat berakhir dengan hasil imbang.

BAB III
ANALISIS DATA

3.1 Identitas pada perkembangan Sepakbola Jepang

3.1.1 Identitas Budaya pada perkembangan sepakbola Jepang

Sejatinya, Sepakbola bukanlah olahraga paling utama di Jepang. Orang-

orang di Jepang lebih memilih permainan yang berbeda, seperti bisbol dan sumo

yang baru saja menarik perhatian mereka. Padahal, sepak bola sudah benar-benar

masuk ke Jepang sejak tahun 1873, atau dua tahun setelah bisbol diperkenalkan.

32
Saat itu, pemimpin angkatan laut Inggris yang dibagikan ke Jepang, Archibald L.

Douglas, mengenal sepak bola dengan individu Tokyo.

1873年に イングランドサッカー協会( The FA)創設から 10 年後、英国海

軍教官団の A.L.ダグラス少佐と海軍将兵が来日。東京築地の海軍兵学寮(の

ちの海軍兵学校)で日本人の海軍軍人に訓練の 余暇としてサッカーを教えた

(これが、日本でサッカーが紹介された最初というのが定説になっている)。

1873-Nen ni ingurandosakkā kyōkai (The FA) sōsetsu kara 10-nen-go, Igirisu

kaigun kyōkan-dan no A. L. Dagurasu shōsa to kaigun shōhei ga rainichi. Tōkyō

Tsukiji no kaigun heigakuryō (nochi no Kaigunheigakkō) de nihonjin no kaigun

gunjin ni kunren no yoka to shite sakkā o oshieta (kore ga, Nihon de sakkā ga

shōkai sa reta saisho to iu no ga teisetsu ni natte iru).

“(jfa.jp:2020)

“Sepuluh tahun setelah pendirian Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) pada

tahun 1873, Mayor A.L. Douglas dari Angkatan Laut Kerajaan dan seorang

perwira Angkatan Laut datang ke Jepang. Dia mengajar sepak bola ke angkatan

laut Jepang di Asrama Akademi Angkatan Laut (kemudian Akademi Angkatan

Laut) di Tsukiji, Tokyo (ini adalah teori pertama bahwa sepak bola diperkenalkan

di Jepang).”

Dari data (1) dapat disimpulkan Sepak bola masuk ke Jepang tahun 1873 dan

kemudia akhirnya dibentuk tim sepakbola di Tokyo hingga akhirnya pada tahun

33
1878, Jepang mendirikan Institut Nasional Senam atau tempat masyarakat Jepang

untuk melakukan kegiatan dan belajat olahraga, Institut itu akhirnya memasukkan

rencana pendidikan sepak bola. Pada tahun 1888, surat kabar pelabuhan Kobe,

Kobe Minato Shimbun, mencatat penyelenggaraan pertandingan pertama sepak

bola utama di Jepang. Pertandingan ini menyatukan klub yang diisi oleh warga

lokal Jepang dan grup yang berisi pendatang baru. Kelompok yang sarat dengan

pendatang umumnya diisi oleh pejuang Inggris yang bekerja di Tokyo. Hebatnya,

kelompok warga lokal Jepang dengan kerja keras dan disiplinnya secara

mengejutkan mendominasi permainan. Ini sesuai dengan salah satu teori Identitas

Barker. Identitas merupakan tanda (sign) yang membedakaan seseorang dengan

orang lain. Identitas merupakan esensi yang bisa ditandakan (signified) dengan

tanda-tanda selera, keyakinan,sikap dan gaya hidup. Dalam hal ini Jepang

menunjukan identitas yang mereka miliki yaitu sebagai negara yang yang disiplin

dan mau bekerja keras.

Kemudian di tahun 1896 terbentuklah sebuah klub sepakbola tertua di Jepang

dan juga yang pertama ada. Sebuah klub sepakbola di Tokyo Higher Nromal

School yang merupakan sebuah klub sekolah dibentuk. Setelah sukses membentuk

sebuah klub dan banyak masyarakat Jepang yang tertarik dengan sepakbola,

dibuatlah sebuah perkumpulan sepak bola yang didirikan di Sekolah Menengah

Kobe Jinjo.

Terbentuknya sebuah asosiasi sepakbola dijepang dimulai pada tahun 1918,

pada saat Jepang masih belum memiliki struktur nasional untuk menyatukan tim

34
dan pemain di bawah satu organisasi. Tahun itu, beberapa turnamen regional

terjadi di pusat populasi utama negara, kebanyakan melibatkan tim yang berasal

dari sekolah tinggi dan perguruan tinggi dari sistem pendidikan sebelum perang.

Turnamen Kanto yang dihadiri oleh tim dari wilayah Tokyo dan Yokohama

adalah duta besar Inggris Sir William Conyngham Greene dan William Haigh,

seorang sekretaris muda yang bekerja di kedutaan. Dekade awal abad ke-20

adalah periode bulan madu bagi hubungan diplomatik antara Inggris dan Jepang.

Pada tahun 1902, Aliansi Inggris-Jepang telah ditandatangani sebagai bagian dari

upaya untuk menahan ambisi tsar Rusia, dan pada tahun 1918 rencana sedang

dilakukan untuk kunjungan kenegaraan Putra Mahkota Jepang (kemudian menjadi

Kaisar Hirohito) ke Inggris dan kunjungan kembali. ke Jepang oleh Pangeran

Wales (kemudian menjadi raja Edward VIII), yang akan berlangsung pada tahun

1921 dan 1922. Sebuah proposal yang diajukan dari Kedutaan Besar Inggris di

Jepang ke Kantor Luar Negeri, dan dari sana ke FA di London, menghasilkan

keputusan untuk menyumbangkan piala untuk memperkuat hubungan antara

kedua negara dan mendorong perkembangan permainan di Jepang. Sebuah

cangkir perak berhasil melintasi lautan dari Inggris ke Jepang pada Maret 1919.

Kedatangan piala dengan silsilah yang begitu mengesankan menyebabkan

lebih dari sedikit kekhawatiran di Jepang, di mana tidak ada asosiasi nasional di

tempat dan di mana permainan masih diselenggarakan secara informal. Surat

terlampir berisi instruksi yang jelas bahwa piala harus diberikan kepada "tim

35
pemenang kejuaraan nasional Jepang." Pada awalnya, Tairei Uchino, yang

bertanggung jawab atas klub sepak bola di Tokyo Higher Normal School

(sekarang Universitas Tsukuba) tidak yakin apa yang harus dilakukan dengan

hadiah tak terduga dari seberang lautan ini. Saran yang meyakinkan datang dari

Jigoro Kano, ahli seni bela diri dan pendidik yang terkenal sebagai pendiri judo.

Kano adalah kepala sekolah pada saat itu, serta presiden Asosiasi Olahraga Jepang

Raya. "Ini kesempatan emas. Kamu harus cepat dan membentuk asosiasi yang

tepat," ujarnya. Dengan bantuan dan saran dari Haigh, Uchino bekerja cepat,

menyusun daftar peraturan dan menyusun dewan direktur pertama untuk apa yang

kemudian menjadi Asosiasi Sepak Bola Jepang. Pada saat yang sama, Turnamen

Kejuaraan Sepak Bola Asosiasi Seluruh Jepang diluncurkan untuk menentukan

penerima pertama piala FA. Kompetisi berlanjut hingga hari ini dalam bentuk

Piala Kaisar. Terlepas dari awal yang menguntungkan ini, piala inilah yang

menjadi dasar pembentukan Asosiasi Sepak Bola Jepang dan Piala Kaisar

memiliki takdir yang tidak bahagia. Akhirnya asosiasi Sepak Bola Jepang

didirikan, dengan Jikichi Imamura sebagai presiden pertamanya.

Berdirinya JFA, jauh lebih awal dari dimulainya pertandingan mahir

bisbol utama di Jepang yang baru terjadi pada tahun 1935. Ini menunjukkan

bahwa Jepang pada saat itu mulai mengenal sepak bola pada saat itu. Pengaturan

organisasi induk olahraga otoritas menunjukkan bahwa Jepang perlu membawa

sepak bola ke tingkat ahli. JFA pada saat itu akhirnya bergabung dengan FIFA

36
pada tahun 1929. Semenjak bergabung dengan FIFA, Jepang banyak mengikuti

turnamen sepakbola yang diselenggarakan oleh FIFA, yang kemudian membuat

sepakbola di Jepang semakin berkembang.

Tidak hanya bermain dalam lingkup nasional, sepakbola Jepang sudah

mulai merambah ke dunia internasional. Salah satu prestasi yang terbaik

masyarakat Jepang pernah rasakan adalah saat mereka berhasil mengalahkan

Swedia yang merupakan salah negara sepakbola eropa yang diperhitungkan tiap

turnamen dengan skor 3-2 dalam pertandingan Olimpiade 1936 di Berlin.

Masyarakat Jepang kemudian menyebut hasil kemenangan ini dengan Miracle of

Berlin karena saat itu masyarakat Jepang tidak ada sama sekali yang menyangka

Jepang akan meraih kemenangan ketika itu. Bahkan Jepang berhasil lolos sampai

ke babak perempat final di turnamen sekelas Olimpiade.

Setelah olimpiade sepakbola Jepang sempat terhenti dikarenakan

terjadinya perang dunia ke 2. Yang kemudian membuat JFA dikeluarkan dari

bagian FIFA.

日本とイギリスは、第二次世界大戦が勃発したとき、最終的にアジアでの

彼らの権利と利益を吹き飛ばし、敵として終わりました。 日本も FIFA をやめまし

た.

“Nihon to Igirisu wa, dainijisekaitaisen ga boppatsu shita toki, saishūtekini Ajia de


no karera no kenri to rieki o fukitobashi, teki to shite owarimashita. Nihon mo FIFA
o yamemashita.”

37
(r.nikkei.com : 2020)

“Ketika Perang Dunia II meletus, Jepang dan Inggris akhirnya melenyapkan hak

dan kepentingan mereka di Asia dan berakhir sebagai musuh. Jepang juga keluar

dari FIFA.”

Dari data (2) ini menunjukan bagaimana pengaruh Perang Dunia membuat

kegiatan sepak bola di Jepang yang sudah mulai menjadi identitas masyarakat

Jepang sempat terhenti sejenak selama Perang Dunia II. JFA keluar dari

keanggotaan FIFA sehingga tidak ada kegiatan sepak bola yang dilakukan oleh

timnas Jepang. Hal ini kemudian menyebabkan popularitas sepak bola di kalangan

masyarakat Jepang semakin berkurang. Ini jugalah yang membuat Bisbol, yang

sudah kuat semakin kuat di masyarakat Jepang, bahkan bisa disebut bisbol telah

menjadi olahraga yang semakin populer setelah Perang Dunia II. Hampir semua

anak-anak di Jepang bermain bisbol. Tidak banyak anak yang bermain bola,

bahkan sepakbola sudah cenderung ditinggalkan.

Baru pada tahun 1950 Jepang diizinkan untuk bergabung kembali dengan

FIFA, federasi global olahraga sepakbola.tidak banyak membuang waktu . pada

tahun 1951, Jepang ambil bagian dalam Asian Games pertama yang diadakan di

New Delhi. Hirokazu Ninomiya tampil sebagai pemain sekaligus pelatih. Jepang

akhirnya mendapatkan posisi ketiga berkat penampilan mengesankan dari Toshio

38
Iwatani, Taro Kagawa dan Masanori Tokita yang masing-masing merupakan

pemain terbaik yang Jepang punya saat itu. .

Mei tahun 1954, Konferensi Sepak Bola Asia (AFC) didirikan (diakui

secara resmi oleh FIFA pada bulan Juni). AFC sendiri adalah Konfederasi Sepak

Bola Asia yang merupakan badan pengendali sepak bola di Asia dan Australial.

AFC mempunyai 47 negara anggota yang mayoritas terletak di Asia dan

Australia. Jepang akhirnya berbabung dengan konfederasi tersebut

Kemudian, Presiden JFA saat itu , Yuzuru Nozu dan direktur eksekutif

Takuji Onos berhasil membawa Dettmar Cramer dari Asosiasi Sepak Bola Jerman

Barat ke Jepang sebagai pelatih timnas dengan tujuan untuk membawa filosofi

bermain sepakbola eropa untuk masuk ke sepakbola Jepang. Bersama manajer

Hidetoki Takahashi, ia mulai memperkuat tim untuk persiapan Olimpiade Tokyo.

Tim nasional melakukan tur 50 hari ke Eropa dan Uni Soviet, berlatih dengan

Cramer di Sportschule di Duisberg. setelah berlatih dibawah asuhan Pelatih Asing

pertama yaitu Cramer, Tim nasional Jepang mengalahkan tim perwakilan amatir

Jerman Barat. Ini adalah kemenangan kandang pertama Jepang melawan oposisi

Eropa.

Setelah melakukan latihan dan tur untuk mempersiapkan olimpiade

Tokyo, Jepang dipimpin oleh kapten Ryuzo Hiraki mengambil bagian dalam

Olimpiade Tokyo. Jepang bahkan sampai berhasil mengalahkan salah satu

kekuatan sepakbola Amerika Selatan, yaitu Argentina dengan skor 3-2, dan

39
mencapai perempat final. Jepang pun akhirnya mulai mempercayai bahwa

sepakbola mereka ada didalam jalur yang benar. meskipun tidak berhasil

mendapatkan Medali Emas di olimpiade, tetapi Masyarakat Jepang bisa berharap

pada tim nasional yang dilatih oleh Cramer saat itu.

Bingung dengan cara bagaimana dia menemukan bakal sepakbola di

Jepang, Cramer akhirnya menyarankan JFA untuk membentuk sebuah kompetisi

bergengsi yang kemudian akhirnya kompetisi tersebut bisa jadi wadah untuk

mencari pemain-pemain sepakbola asli Jepang yang berbakat. Akhirnya tahun

1965 JFA membentuk “Japanese Soccer League” yang akhirnya hanya

beranggotakan 8 tim sesuai yang disarankan oleh Cramer.

Hasil dari berjalannya kompetisi- kompetisi sepak bola ini adalah medali

perunggu Olimpiade Mexico City 1968.

Hasil yang sebenarnya cukup bagus untuk ukuran sepakbola dari Asia.

Tim Olimpiade Jepang pemenang medali perunggu juga menerima penghargaan

dari UNESCO Fair Play 1968. Namun, medali perunggu ini merupakan satu-

satunya prestasi yang bisa dibanggakan Jepang di era ini. Selebihnya, prestasi

timnas Jepang tidak bisa dibilang bagus. Bahkan di level Asia, mereka masih

kalah dan berada dibawah Korea Selatan. Ini tentu bukan yang diinginkan

Jepang. Menjadi nomor satu di Asia, bahkan dunia, adalah ambisi negara yang

menamakan dirinya "Macan Asia" ini. Kalah dari negara tetangga merupakan hal

40
yang dianggap memalukan bagi Jepang. Bahkan sepakbola pun masih kalah oleh

olahraga bisbol yang merupakan olahraga terbesar di Jepang.

Perlahan-lahan sepakbola Jepang bahkan sepakbola dunia mulai diterima

oleh para masyarakat Jepang. Ini dapat dilihat dengan upaya Wakil Presiden JFA

Hideo Shinojima, program sepak bola spesialis pertama Jepang, English Pro

Soccer (kemudian Mitsubishi Diamond Soccer), mengudara di Tokyo Channel 12.

Tokyo Channel 12 juga menyiarkan siaran langsung pertandingan Piala Dunia

pertama di Jepang, yang menayangkan final Piala Dunia FIFA dari Jerman Barat.

Jepang pun akhirnya mendapat kepercayaan FIFA untuk menyelenggarakan

Kejuaraan Pemuda Dunia FIFA (sekarang Piala Dunia U-20 FIFA). Meskipun

akhirnya Jepang tidak bermain bagus dan juara, tetapi akhirnya sepakbola di

Jepang mendapat atensi dari masyarakat Jepang dan juga dunia. Pada saat itu

Argentina memenangkan trofi itu , dengan Diego Maradona muda dinobatkan

sebagai pemain terbaik turnamen ini.

1988 年まで、日本はサッカーの世界で弱者でした。

1988-Nen made, Nihon wa sakkā no sekai de jakushadeshita.

“sampai pada 1988, Jepang adalah anak bawang di dunia sepak bola.”

(r.nikkei.com:2019)

41
Dari data (3) menjelaskan kondisi sepakbola Jepang yang saat itu belum

pernah masuk putaran final Piala Asia . Jepang hanya pernah meraih medali

perunggu di Olimpiade 1968, tetapi prestasi baik itu tidak lantas mengangkat

kualitas persepakbolaan Jepang secara besar-besaran. Awal persoalan di

sepakbola Jepang ini adalah orang-orang Jepang memang tidak tertarik dengan

olahraga ini. Sampai pada titik itu, bisbol masih jadi primadona meskipun

sebenarnya, upaya memopulerkan sepak bola sudah dilakukan sedemikian rupa.

日本では野球の人気が高いため、このスポーツはチケットの販売による

年間 15 億ドルの利益を記録しています。

Nihonde wa yakyū no ninki ga takai tame, kono supōtsu wa chiketto no

hanbai ni yoru nenkan 15 oku-doru no rieki o kiroku shite imasu.

“Karena popularitas bisbol di Jepang, olahraga ini mencatat keuntungan

tahunan sebesar $ 1,5 miliar dari penjualan tiket.”

Olahraga yang dienal sebagai “yakyuu” dalam bahasa Jepang ini masuk ke

negeri sakura itu pada era Meiji, di mana Jepang mulai menerima kembali budaya

barat, membuat bisbol menjadi olahraga pertama yang berfokus pada kerjasama,

berbeda dengan plahraga asal Jepang seperti sumo dan kendo. Orang Jepang kini

telah membuat bisbol menjadi bagian dari kultur mereka. Layaknya di Amerika,

sulit rasanya memisahkan afeksi para fans bisbol Jepang dari tim favorit mereka

atau tim bisbol dari area tempat tinggal mereka.

42
Orang Jepang sangat sering melihat bisbol dalam kehidupan sehari-hari

lewat TV, koran atau bahkan internet. Terutama turnamen bisbol untuk sekolah

tingkat menengah di Jepang atau sebutannya Koshien, sering diliput oleh TV dan

koran setiap musim semi dan musim panas. Sudah sejak lama, wilayah Kanto dan

wilayah Kansai melihat satu sama lain sebagain rival, masing-masing wilayah

mengembangkan budaya mereka. Kemudian, ada juga Yomiuri Giants di wilayah

Kanto dan Hanshin Tigers di wilayah Kansai dalam NPB atau Nippon

Professional Baseball League. Pertandingan antara kedua tim tersebut sering

disebut oleh penyiar sebagai "grudge game", membuat penggemar bisbol di

Jepang menikmatinya karena rivalitas diantara kedua tim tersebut. Sehingga

banyak masyarakatnya lebih tertarik dengan bisbol. Intinya, meski bisbol

bukanlah olahraga asli Jepang, kepopuleran olahraga ini terus meningkat sejak

masuk ke Jepang pada abad ke-19. Ketertarikan fans lokal, atmosfer pertandingan

yang meriah, dan perngaruh bisbol pada kultur Jepang menjamin bahwa

kepopuleran bisbol di Jepang tidak akan surut.

Maka dari itu federasi sepakbola Jepang berusaha untuk mengalahkan atau

menyamai kepopuleran bisbol, namun upaya yang sedemikian rupa itu tidaklah

cukup. Liga sepak bola di Jepang saat itu memang sudah ada dengan nama

Japanese Football League (JFL). Kompetisi itu sudah digelar sejak 1965 dan

digelar secara semi-profesional. Saat itu, semua klub di Jepang dimiliki oleh

perusahaan dan para pemainnya pun berstatus sebagai karyawan dari perusahaan

pemilik klubnya itu.

43
Soal pendanaan, tidak pernah ada masalah. Keberadaan korporasi

senantiasa menjamin adanya kompensasi yang layak bagi para pesepak bola. Yang

kemudian menjadi masalah adalah keterikatan. Hampir tidak ada orang Jepang

yang tertarik mendukung klub yang mewakili perusahaan. Hal ini menyebabkan

animo penonton terus merosot sampai akhirnya kompetisi di Jepang hanya

disaksikan tak lebih dari 1.800 orang per laganya.

Bagi para pengurus sepak bola Jepang, situasi semacam itu tidak bisa

dibenarkan. Oleh karenanya, mereka mulai berbenah dan pembenahan itu dimulai

dengan mengonsep segalanya dari awal. Rencana Jepang ini diproyeksikan untuk

jangka panjang dan mereka menyebutnya sebagai 'Rencana 100 Tahun'.

Akhirnya, sistem kompetisi yang tak menarik itu diubah. Dari yang

awalnya perusahaan, basis klub-klub Jepang diubah menjadi kota, persis seperti di

Eropa. Untuk mewujudkan itu, pihak JFL membentuk sebuah komite khusus

bernama Komite Revitalisasi. Para anggota komite ini bertugas untuk melakukan

riset sedemikian rupa untuk mendongkrak ketertarikan masyarakat.

3.1.2 Identitas Sosial pada perkembangan sepakbola Jepang

Selain sepakbola laki-laki, Jepang juga akhirnya mulai membentuk dan

memperkembangkan sepakbola wanitanya. Itu akhirnya dibentuk pada tahun 1980

44
yang menandai Kejuaraan sepakbola wanita seluruh Jepang digelar untuk pertama

kalinya.

Turnamen di Hong Kong pada tahun 1981 adalah pertandingan resmi

pertama yang diikuti oleh tim sepak bola nasional wanita Jepang. Mereka kalah 0-

1 dari Taiwan. Pelatih timnas wanita bersifat sementara, dan anggotanya juga

dipilih dari berbagai tim lokal. Ryohei Suzuki ditunjuk sebagai pelatih pertama

tim wanita "seluruh Jepang" pada tahun 1986.

Liga sepak bola wanita pun dibentuk dengan nama L. League juga dimulai

pada tahun 1989. Tim sepak bola nasional wanita Jepang pertama kali

berpartisipasi dalam Piala Dunia Wanita FIFA 1991 di Cina.

Di bawah pelatih Tamotsu Suzuki dan Satoshi Miyauchi, sepak bola

wanita menjadi olahraga yang ada di Olimpiade. Pertama kali menjadi bagian

olahraga yang yang dikompetisikan pada Olimpiade Musim Panas 1996 di

Atlanta, Amerika Serikat. Tiket untuk Olimpiade Atlanta ini diperebutkan di Piala

Dunia Wanita FIFA 1995. Tim wanita Jepang yang dipimpin oleh pelatih

Tamotsu Suzuki memasuki babak delapan besar Piala Dunia Wanita FIFA 1995

setelah kalah dari Jerman (0-1), menang melawan Brasil, dan kalah dari Swedia (0

-2).Kemudian timnas Jepang akhirnya berhak tampil di Olimpiade Atlanta 1995.

Namun di Olimpiade Atlanta, timnas wanita Jepang hanya dapat mencapai babak

45
penyisihan grup. Timnas Jepang bermain tiga kali dan kalah dalam semua

pertandingan melawan Brasil (0-2), Jerman (2-3), dan Norwegia (0-4).

Setelah gagal dalam Olimpiade 1995 , JFA akhirnya memutuskan untuk

memberhentikan Tamotsu Suzuki dan kemudian mengangkat asistennnya yaitu,

Satoshi Miyauchi yang akhirnya ditunjuk sebagai pelatih tim wanita Jepang

untuk Olimpiade Musim Panas 2000 di Sydney. Sebelum Olimpiade di Sydney ,

pada tahun 1999 diadakan Piala Dunia Wanita . Piala Dunia Wanita FIFA 1999,

senditi akhirny digunakan sebagai panggung pra-Olimpiade, diadakan di Amerika

Serikat. Tim putri Jepang bermain imbang melawan Kanada (1-1), kalah dari

Rusia (0-5), dan kalah dari Norwegia (0-4). Dengan hasil tersebut membuat tim

nasional putri Jepang gagal mengikuti Olimpiade Sydney 2000. Peristiwa ini

mengakibatkan mundurnya sejumlah tim dari L. League yang merupakan Liga

Wanita tertinggi di Jepang saat itu, dan sepak bola wanita Jepang mengalami

kemunduran.

Melihat hasil piala dunia 1995 yang berujung ke kemunduran sepak bola

wanita Jepang, sesuai dengan budaya Jepang yang selalu ingin menjadi yang

terbaik dan juga ingin lebih baik dari sebelumnya, JFA mengambil keputusan

untuk mengangkat pelatih Eiji Ueda, yang sebelumnya pernah bekerja dengan tim

nasional sepak bola Makau, untuk diangkat menjadi pelatih tim nasional wanita

46
Jepang pada Agustus 2002. Ia diberi tugas menyusun kembali tim sepak bola

nasional wanita dari awal dengan kebebasan yang diberikan oleh JFA dan

mempersiapkan tim nasional itu untuk bermain Olimpiade Musim Panas 2004 di

Athena, Yunani.

Seperti sebelum-sebelumnya, sebelum dapat mengikuti Olimpiade tim

nasional harus mengikuti kualifikasi dahulu, dan dengan dampak tim nasional

wanita Jepang yang menurun, Jepang akhirnya tidak dapat langsung lolos ke

Piala Dunia 2003. Dikarenakan saat Kejuaraan Wanita AFC 2003 di Bangkok

yang merupakan babak penyisihan regional Asia untuk dapat lolos ke Piala Dunia

Wanita FIFA 2003 yang awalnya ini direncanakan digelar di Republik Rakyat

Tiongkok. Tetapi, akibat terjadinya wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat yang

terjadi di Republik Rakyat Tiongkok, maka pada 3 Mei 2003, FIFA memutuskan

bahwa turnamen ini dipindah ke Amerika Serikat, yang 4 tahun sebelumnya

menyelenggarakan turnamen yang sama. Karena menjadi tuan rumah edisi 1999

itulah, diharapkan Amerika Serikat dapat menyelenggarakan turnamen dengan

baik dengan waktu persiapan yang sedikit, yakni sebelum awal Oktober, sesuai

dengan jadwal awal. Tim nasional sepak bola wanita Jepang pun akhirnya hanya

mampu menempati urutan keempat setelah kalah dalam perebutan tempat ketiga

melawan Korea Selatan. Karena dapat peringkat keempat Jepang berhak

menghadapi pertandingan kualifikasi melawan Meksiko yang saat itu menjadi

urutan ke 4 zona CONCACAF atau Amerika Utara. Pertandingan melawan

47
Meksiko yang dilakukan pada 5 Juli 2003 di Stadion Azteca, Meksiko berakhir

imbang (2-2). Namun, timnas putri Jepang berhasil lolos dengan menang 2-0 atas

Meksiko pada laga kandang mereka di Stadion Olimpiade Tokyo, 12 Juli 2003.

Dua gol kemenangan Jepang saat itu dicetak oleh Homare Sawa dan Karina

Maruyama yang akhirnya bisa membawa Jepang ke Piala Dunia Wanita FIFA

2003. Akhirnya massa dan sepak bola wanita kembali menarik perhatian publik

Jepang.

Belum berhenti dari penampilan impresif mereka sebelumnya, Timnas

Wanita Jepang, melawan Argentina di Piala Dunia Wanita FIFA 2003, Jepang

menang 6-0 berkat tiga gol yang diciptakan Mio Ohtani. Namun setelah itu

Jepang kalah melawan dua kekuatan besar sepakbola wanita , tim nasional Jepang

kalah 0-3 melawan Jerman dan kalah 1-3 dari Kanada, dan mereka hanya dapat

mencapai babak penyisihan grup yang akhirnya gagal lolos ke Olimpiade 2004

secara langsung seperti yang mereka lakukan tahun 1996. Jepang akhirnya

mendapat kesempatan lagi untuk lolos ke Olimpaide Athena, dengan mengikuti

babak penyisihan sepak bola wanita AFC 2004 diadakan yang diadakan di Jepang.

Ada sekitar 10 tim nasional yang memperebutkan dua tiket ke Olimpiade Musim

Panas 2004 di Athena. Jepang berhasil menang meyakinkan atas kekuatan

sepakbola Asia Tenggara, Vietnam dengan skor 7-0, menang atas kekuatan besar

Asia Tenggara lainnya yaitu, Thailand dengan skor 6-0. Jepang kemudian menang

3-0 atas tim kuat dari Zona yang sama dengan mereka yaitu, Korea Utara.

48
Dengan hasil itu Eiji Ueda memimpin tim nasional wanita Jepang di Olimpiade

Athena.

Di Olimpiade Athena, Jepang sebenarnya kalah 0-1 dari Swedia dan kalah

0-1 dari Nigeria. Namun berkat selisih gol, Jepang melaju ke 8 besar, namun

dikalahkan oleh timnas wanita terbaik yaitu, Amerika Serikat dengan skor 1-2.

Berkat pencapaian tim nasional wanita di delapan besar di Olimpiade Athena, liga

sepak bola wanita L. League semakin populer. Selain itu timnasional wanita

Jepang pun diubdah namanya menjadi Nadeshiko.

2004 年、日本女子代表は、一般投票によりなでしこジャパンとして知られ

るようになりました。

“2004-Nen、Nihon joshi daihyō wa, ippan tōhyō ni yori nadeshikojapan to

shite shira reru yō ni narimashita.”

“Pada tahun 2004, Tim Nasional Wanita Jepang dikenal sebagai

Nadeshiko Jepang melalui pemungutan suara umum.”

(r.nikkei.com : 2018)

Dari data (4) ini menunjukan bahwa identitas wanita jepang yaitu ,

Nadeshiko adalah nama yang sangat bagus. Nadeshiko sendiri berasal dari

Yamato Nadeshiko yang merupakan istilah Bahasa Jepang yang mempunyai arti

"personifikasi dari perempuan Jepang yang ideal", "ideal" delam konteks sejarah

49
patriarki, Budaya Jepang tradisional. Bunga ini memetaforakan, dikombinasikan

dengan nama kuno Jepang Yamato dan nadeshiko. Banyak juga yang

menerjemahkan Yamato-nadeshiko sebagai: "seorang Wanita Jepang (dengan

berbagai karunia tradisionalnya); seorang wanita Jepang yang ideal.

Pengetiannya juga bisa diartikan dengan wanita yang Feminin, setia dan

patuh, serta selalu menghormati. Ia terlihat sebagai wanita yang lemah, tekun dan

lembut di luar keluarganya, tetapi mampu mengatasi urusan rumah tangga hingga

mengasuh anak. Namun, Dalam perang dunia ke II pemerintah Jepang

mempromosikan ide tentang Yamato Nadeshiko sebagai bentuk National

propaganda. sehingga konsep Yamato Nadeshiko menjadi Lembut dan rajin tetapi

harus bisa menahan semua rasa sakit dan Kemiskinan untuk suaminya (seorang

prajurit) dan negara, dan juga harus siap sedia untuk bertempur dan bersedia

untuk mati demi negaranya atau demi kesuciannya. intinya konsep Yamato

Nadeshiko dalam perang berubah menjadi wanita yang kuat dan tanggung namun

tak melupakan kelembutan dan kefemininan di dalamnya. Setelah Olimpiade

Athena, Liga L. menjadi populer dengan julukan yang juga disebut Liga

Nadeshiko. Kejuaraan sepak bola wanita juga diadakan di Jepang dari tahun 2005

hingga 2007 dengan nama Piala Super Nadeshiko.

JFA merayakan hari jadinya yang kesembilan puluh pada tahun 2011,

tahun yang membawa kesedihan besar bagi Jepang. Sejak Gempa Bumi Besar

50
Jepang Timur pada 11 Maret, JFA telah menerima sumbangan yang murah hati

dan pesan dukungan yang menghangatkan hati dari banyak anggota keluarga

sepakbola global. Persahabatan telah memberi orang Jepang pandangan baru

tentang kekuatan sepak bola dan kekuatan ikatan yang ditempa melalui olahraga.

Hal inilah yang telah menginspirasi JFA untuk mengambil kizuna'― sebuah kata

dalam bahasa Jepang yang berarti ikatan tak terpisahkan yang menghubungkan

kami satu sama lain ― sebagai tema kegiatan JFA dalam memperingati ulang

tahun kesembilan puluh JFA.

Di sela-sela pascabencana 11 Maret, Nadeshiko Jepang, timnas putri,

tampil gemilang di turnamen Piala Dunia Putri, mengangkat piala juara untuk

pertama kalinya. Rasa lapar para pemain akan kemenangan diimbangi dengan

ketangguhan mereka. keinginan untuk memberikan keberanian baru kepada

masyarakat Jepang bagian timur laut yang dilanda gempa dan tsunami. Permainan

penuh semangat mereka membawa sinar harapan bagi masyarakat Jepang.

「これらの日本の破壊の肖像は、私たち全員の魂に深く感動し、プ
レーヤーが最高の成果を追求する強い理由を持っていたので、私た
ちにその影響を深く感じさせました。 日本社会のために。」 美山は
言った。

“`Korera no Nihon no hakai no shōzō wa, watashitachi zen'in no tamashī ni

fukaku kandō shi, purēyā ga saikō no seika o tsuikyū suru tsuyoi riyū o motte

itanode, watashitachi ni sono eikyō o fukaku kanji sasemashita. Nihon shakai no

tame ni.' Miyama wa itta.”

51
“Potret kehancuran Jepang ini sangat mengesankan jiwa kami semua dan

membuat kami merasakan dampaknya secara mendalam karena para pemain

punya alasan kuat untuk mengejar hasil terbaik. Untuk. "Kata Miyama.

(r.nikkei.com; 2011)

Dari data (5) menunjukan bahwa identitas masyarakat Jepang lainnya yaitu

ingin melakukan yang terbaik untuk negaranya. Prestasi terbaik Nadeshiko sendiri

hanya sebatas menembus babak perempat final edisi 1995 meski selalu mereka

ikuti sejak ajang pertama (1991). Sebuah keajaiban, namun harus diingat bahwa

Aya Miyama dan kawan-kawan mengemban misi mulia membantu masyarakat

Jepang melupakan tragedi tsunami yang melanda negaranya sekitar tiga bulan

sebelum Piala Dunia Wanita 2011 dimulai.

Bahkan Miyama dinyatakan hilang dalam tsunami. Ia dikhawatirkan

tewas, namun ia selamat dan berhasil pulih pada waktunya untuk bisa membela

Jepang di Piala Dunia Wanita 2011. Semangat juang Jepang semakin berkobar di

saat-saat genting berkat kebijakan sang pelatih menghadirkan kumpulan potret

kehancuran negaranya akibat tsunami. Efeknya sangat terasa karena para pemain

memiliki alasan kuat untuk mengejar prestasi setinggi-tingginya.

Di Tahun 2011 itu, semuanya seperti memberi dukungan kepada tim

nasional Jepang, Langkah Jepang cenderung mulus menuju final dengan

52
menyingkirkan sang juara bertahan, Jerman (perempat final; 1-0) dan Swedia

(semifinal; 3-1). Amerika Serikat menunggu mereka di partai puncak. Amerika

lebih diunggulkan lantaran bermodalkan tradisi juara dan pemain-pemain kelas

dunia seperti Hope Solo, Carli Lloyd, Abby Wambach, dan Alex Morgan yang

merupakan pem,ain wanita terbaik saat itu. Ramalan Amerika akan menang

dengan mudah menghadapi Jepang langsung terealisasi saat Alex Morgan

membawa Amerika unggul pada menit ke-69. Namun, Jepang dengan budaya

disiplin dan tidak ingin menyerahnya terus berusaha membalas gol Morgan.

Berbuah hasil ketika Miyama membobol gawang Amerika sembilan menit

sebelum pertandingan berakhir memanfaatkan miskomunikasi antarpemain

belakang Amerika. Berlanjut ke Tambahan waktu, lagi-lagi Amerika memimpin

lewat gol Wambach pada menit ke-104. Jepang akhirnya berhasil menyamakan

kedudukannya . Homare Sawa mampu menyamakan skor di sisa waktu sehingga

juara Piala Dunia Wanita mesti ditentukan lewat adu penalti. Jepang sendiri

memang terlihat seperti bermain lebih unggul daripada Amerika saat itu, Amerika

saat itu terhlihat seperti hanya unggul dalam postur saja.

Masuklah babak adu penalti disinilah takdir terlihat seperti memihak para

Nadeshiko. Sebanyak tiga dari empat pemain Amerika meleset, sedangkan tiga

penendang Jepang, antara lain Miyama, Mizuhi Sakaguchi, dan Saki Kumagai,

menjalankan tugas dengan sempurna. Euforia meledak. Untuk pertama kalinya

Jepang memenangi trofi kejuaraan sepak bola tingkat global, kendati diwakili tim

53
wanita. Sebuah prestasi yang tidak hanya mengharumkan nama negaranya,

melainkan juga kawasan Asia.

“日本は、特に過去 5 年間、女性のサッカーを非常に真剣に受け止めてい

ます」と、日本で 25 年間サッカーのコーチを務めてきたアメリカ人のトムバイヤー

は述べています。 「夏だけサッカーをするニューヨークの女性とは異なり、日本人

の女性は年中無休でサッカーをします。」”

Nihon wa, tokuni kako 5-nenkan, josei no sakkā o hijō ni shinken ni

uketomete imasu' to, Nihon de 25-nenkan sakkā no kōchi o tsutomete kita

amerikahito no tomubaiyā wa nobete imasu. `Natsu dake sakkā o suru nyūyōku no

josei to wa kotonari, nihonjin no josei wa nenchūmukyū de sakkā o shimasu.”

Jepang telah menangani sepak bola wanita dengan sangat serius, terutama

selama lima tahun terakhir, "kata Tom Buyer, seorang Amerika yang telah

menjadi pelatih sepak bola di Jepang selama 25 tahun. "Tidak seperti wanita New

York yang bermain sepak bola hanya di musim panas, wanita Jepang bermain

sepak bola 24 jam sehari, 7 hari seminggu.".

( r.nikkei.com:2019)

Dari data (6) meunjukan bahwa Jepang telah membentuk pelatihan serius

dengan menerapkan identitas negaranya. Salah satu identitas yang diturunkan

seorang samurai kepada masyarakat Jepang adalah Bushido. Bushido dapat

diartikan sebagai semangat hidup yang ditunjukkan oleh seorang samurai dalam

melewati tantangan hidup. Dalam upayanya untuk menjadi seorang pejuang,

54
seorang samurai harus menghidupkan semangat bushido. Dalam semangat hidup,

dia mengedepankan kesederhanaan, kesetiaan, keuletan, dan perjuangan sampai

mati. Nilai-nilai tersebut kemudian diimplementasikan oleh sebagian besar

masyarakat Jepang dalam kesehariannya.

Selain itu, nilai-nilai bushido tersebut juga mempengaruhi latihan olahraga

yang dilakukan oleh para pelatih. Semangat ini juga diterapkan oleh pelatih tim

nasional wanita Jepang melatih pemainnya, banyak pelatih menggunakan nilai-

nilai bushido untuk meningkatkan kemampuan pemainnya, bahwa seorang pelatih

yang menggunakan pendekatan bushido akan terus memaksa murid-muridnya

untuk mengeluarkan kekuatan bertarung terbaik. Ini berbeda dengan pelatih yang

menggunakan pendekatan sains. Pelatih ini akan melakukan lebih banyak

perhitungan dan tidak terus menerus memberikan tekanan pada pemainnya. Ia

akan berdiri di samping pemainnya untuk menjadi seorang mentor.

Hal ini menjadikan proses pelatihan yang menggunakan pendekatan

bushido mengingat pemain harus patuh pada pelatih. Sedangkan pendekatan

saintifik akan membuka kesempatan bagi pemain untuk dapat berdiskusi dan

menceritakan apa yang mereka rasakan selama latihan.

55
Latihan yang menggunakan pendekatan bushido juga akan tampak lebih

tangguh daripada sains. Pasalnya, pelatih akan terus memaksa pemain untuk

berlari hingga batas maksimal. Faktanya, terkadang pelatih tipe bushido tidak

mengizinkan pemain untuk beristirahat atau hanya minum selama pelatihan. Hal

ini tentunya sangat berbeda dengan latihan yang menggunakan pendekatan

saintifik yang juga mengedepankan waktu istirahat dan asupan cairan selama

latihan.

Dengan latihan seperti itulah yang dapat membuat Timnas Nadeshiko

sampai saat ini selalu menjadi favorit di tiap turnamen atau kompetisi baik di Asia

maupun Dunia. Banyak juga pemain timnas Nadeshiko yang akhirnya dikontrak

tim wanita di Eropa. Biasanya tim-tim itu ttidak hanya tertarik dengan bakat yang

dimiliki pemain timnas Nadeshiko saja, mereka juga sangat mengagumi kerja

keras, kedisiplinan, dan pantang menyerah pemain timnas Nadeshiko yang sudah

diwarisi turun menurun dari Masyarakat Jepang.

Sementara sektor sepakbola pria di Jepang, mulai berkembang setelah

dibentuknya J League pada tahun 1991.

“J.リーグの最初のシーズンは、5 月 15 日に国立競技場で開会式が行わ

れます。 初戦では、川崎ヴェルディが横浜マリノスと対戦した。 カワサキのヘ

ニー・マイヤーが大会の最初のゴールを決めました。 リーグは大成功を収め、今

56
年は J.リーグのブランド名がファッション用語のひとつとなり、これまで企業や学

校のカリキュラムを中心とした日本のスポーツの新時代が幕を開けました。”

“J. Rīgu no saisho no shīzun wa, 5 tsuki 15-nichi ni kunitachikyōgijō de

kaikai-shiki ga okonawa remasu. Shosende wa, Kawasaki Vu~Erudi ga

yokohamamarinosu to taisen shita. Kawasaki no henī maiyā ga taikai no saisho

no gōru o kimemashita. Rīgu wa taiseikō o osame, kotoshi wa J. Rīgu no

burando-mei ga fasshon yōgo no hitotsu to nari, kore made kigyō ya gakkō no

karikyuramu o chūshin to shita o supōtsu no shin jidai ga maku o akemashita.”

“Musim pertama J. League akan digelar pada 15 Mei di National Stadium.

Di pertandingan pertama, Verdi Kawasaki bermain melawan Marinos Yokohama.

Pemain Kawasaki Henny Meyer mencetak gol pertama turnamen tersebut. Liga

tersebut sukses besar, dan tahun ini nama merek J. League menjadi salah satu

istilah fashiom, membuka era baru olahraga Jepang yang berpusat pada kurikulum

perusahaan dan sekolah.”

(r.nikkei.com:2019)

18 bulan setelah dibentuknya J-League sebagai sebuah perusahaan,

sekitar 60.000 fans berkerumun di depan stadion Nasional, Tokyo untuk bisa

mendapatkan tiket pertandingan pertama.

Laga pembuka dimenangi Marinos dengan skor 2-1. Namun hasil tersebut

tak lebih penting dari momentum laga itu sendiri, di mana atmosfer dan segalanya

sangat luar biasa. Dari data (7) ini menunjukan bahwa laga pembuka memang

57
sudah selesai, tapi sepakbola Jepang baru saja dimulai. Saat ini J-League dianggap

sebagai salah satu liga profesional terbaik di Benua Asia. Impian mereka 23 tahun

lalu adalah memiliki liga yang sukses, berkelanjutan, dan membanggakan yang

terdiri dari ratusan tim sepak bola profesional. Menjadi juara Piala Dunia adalah

puncak dari mimpi terbesar Jepang.

Selain ingin menghasilkan identitas pemain, kualitas dan kuantitas fasilitas

sepakbola (bukan hanya stadion) di Jepang juga sudah meningkat pesat bersamaan

dengan fasilitas olahraga lainnya yang terintegrasi di masyarakat dan sekolah.

Tidak heran juga karena lebih dari 60% masyarakat Jepang saat ini tercatat

berolahraga secara rutin sebanyak tiga kali seminggu.

Kesuksesan memang tidak diraih dalam semalam, dua malam, seminggu,

sebulan, setahun, dan bahkan 10 tahun. Asosiasi sepakbola Jepang (JFA)

menyadari hal itu. Untuk itulah mereka menetapkan visi yang begitu panjang.

Butuh kesabaran, teknik, dan cara yang benar untuk membina sepakbola agar

menjadi profesional dan berkelanjutan.

「サッカーを愛するすべての日本人に支えられている J リーグは、その足

がかりを実現する夢です」と彼は語った。

“Sakkā o aisuru subete no nihonjin ni sasae rarete iru J rīgu wa, sono

ashigakari o jitsugen suru yumedesu' to kare wa katatta.“

58
“"Didukung oleh semua orang Jepang yang mencintai sepakbola, J-League

merupakan mimpi yang melangkahkah kakinya untuk bisa menjadi kenyataan,"

demikian.”

(r.nikkei.com:2019)

Dari data (8) dinyatakan bahwa visi sepakbola Jepang juga sudah sangat

jelas. Kita tahu bahwa budaya samurai masih sangat berpengaruh dalam budaya

Jepang modern. Disiplin, serta sikap ingin memberikan yang terbaik yang

berkaitan dengan rasa malu jika merasa gagal memenuhi harapan - budaya bunuh

diri jika gagal, gaya prajurit Samurai untuk menang adalah luar biasa di zaman

modern, namun budaya malu yang masih kental dan berbudaya), menjadikan JFA

bukan pasangan binaan asal muasal bahkan mengumumkan targetnya di tahun

2005, ketika mereka yakin bahwa program pembinaan di Jepang telah berjalan

dengan baik dan baik. sudah berada di keempat yaitu Jepang mampu

menghasilkan pemain dengan kualitas sedemikian rupa sehingga mereka mampu

bermain di liga-liga top dunia. Jelas sekali bahwa Jepang kini berada di fase

keempat.

Kerja keras JFA selama bertahun-tahun untuk membangun satu fase demi

fase telah membuahkan hasil yang luar biasa; klub top Eropa tergila-gila pada

pemain Jepang. Budaya disiplin pemain Jepang sangat cocok dengan budaya

Eropa. Apalagi mereka berpendidikan tinggi sesuai dengan prinsip sepakbola

modern. Sebagai bonus, pemain Jepang murah. Murah tapi tidak murahan. Fase

59
ini penting karena JFA sadar bahwa sebagus-bagusnya J-League liga top Eropa

adalah dimana liga terbaik dunia berada. JFA ingin para pemain Jepang ditempa

dari sisi mental dan permainan untuk kemudian menerapkan pengalaman mereka

saat bermain untuk timnas Jepang; Samurai Biru.

Ada juga persaingan sengit di J-League, dengan klub-klub yang secara

bergantian mendominasi liga. Misalnya dari Verdy Kawasaki, Yokohama

Marinos, Jubilo Iwata, Urawa Reds hingga Gamba Osaka. Gairah terus tumbuh

dengan rekor kehadiran rata-rata yang sebanding dengan kompetisi top Eropa.

Tidaklah mengherankan jika semua program pengembangan liga tertata rapi

menjadi "visi 100 tahun" yang diharapkan dapat menciptakan "negara bahagia

melalui olahraga".

Tidak hanya menjadi tempat kepentingan nasional dan daerah, turnamen

ini juga menjadi batu loncatan bagi banyak pemain Asia untuk mengikuti

turnamen top Eropa. Lulusan J-League dikenal luas oleh penggemar sepak bola di

seluruh dunia, mulai dari Hidetoshi Nakata, Chisei Park, Keisuke Honda hingga

Shinji Kagawa.

Klub paling populer saat awal J-League adalah Verdi Kawasaki. Banyak

pemain seperti Kazuyoshi Miura, Nobuhiro Takeda, and Tsuyoshi Kitazawa

memiliki citra "bintang rock" yang membedakan J-League dari kebanyakan

pemain bisbol, yang merupakan olahraga paling populer di Jepang.

60
Musim pertama terdiri dari dua kejuaraan, masing-masing dengan sistem

round robin, dimana tim bermain kandang dan tandang, dengan total 36

pertandingan per klub. Pemenang musim semi dan musim gugur akan bertemu di

dua final yang sama untuk menentukan juara sejati musim ini.

Sistem yang tidak biasa ini memiliki beberapa keunggulan. Pertama-tama,

seri Jepang, yang merupakan model kompetisi paling akrab bagi sebagian besar

penggemar olahraga Jepang, menjamin pertandingan final yang menarik mirip

dengan sistem bisbol Jepang.

Selain itu, sistem kejuaraan dua kali akan tegang hingga akhir musim

karena pemeringkatan akan diulang setelah kejuaraan pertama dan persaingan

memperebutkan tempat terakhir akan dimulai dari awal. Hal lain yang menarik

pada sepakbola Jepang saat itu adalah sebuah pertandingan harus berakhir dengan

pemenang. Di sebuah negara dengan tradisi kuat bela diri, pertarungan diharapkan

diakhiri dengan pemenang dan pecundang yang jelas.

Karena itu, kapan pun pertandingan imbang selama 90 menit, tim akan

bermain dua kali 15 menit babak tambahan, hingga sebuah gol kemenangan

61
tercipta. Jika kedua tim tetap imbang setelah bermain dua jam, duel akan diakhiri

dengan penalti.

Dari tahun 1994-1996 dua tim baru bergabung ke liga setiap tahunnya,

sementara masing-masing pada tahun 1997 dan 1998 satu tim baru bergabung ke

liga. Pada tahun-tahun pertama terbentuknya J. League, banyak pemain dan

pelatih terkenal dari Eropa dan Amerika Selatan berpartisipasi di J. League,

sehingga standar liga lebih mendekati standar liga profesional di luar negeri

dibandingkan era JSL.

Periode 1996 hingga 2002 bisa dibilang masa-masa sulit bagi J League.

Sejak saat itu hingga dimulainya Piala Dunia 2002, J-League mengalami

kemerosotan seperti perekonomian Jepang saat itu. Pada tahun 1996, J League

memiliki dua klub dari daerah Kansai: Cerezo Osaka (dipromosikan pada 1995)

dan Kyoto Purple Sanga. Selain itu, Avispa Fukuoka, klub selain Honshu yang

berasal dari Kyushu utara juga telah melakukan debutnya. Dengan 16 tim, setiap

klub J-League dapat memainkan 30 pertandingan setiap musim untuk menyamai

jumlah pertandingan di sebagian besar liga Eropa. Namun kenyataannya, musibah

baru saja tiba.

Sepak bola tampaknya tidak dianggap sama sekali dalam ekonomi Jepang

yang kacau balau. Rata-rata jumlah penonton di stadion hanya 13.353 per

pertandingan. Beberapa pemain bintang seperti Pierre Ritobalski (berpartisipasi

62
dalam semi-profesional divisi dua Japan Soccer League / JFL) dan Gary Lineker

telah pergi, dan Ziko telah memutuskan untuk pensiun.

Setelah mencatat rekor kehadiran selama tiga tahun pertama (yang

mencapai 6,5 juta penonton pada 1995), tiba-tiba terjadi penurunan antusiasme

pada 1997 (kurang dari 3,5 juta penonton). Namun, sekitar waktu ini, lahirlah

penggemar keras. Yakni, sekelompok suporter yang mengikuti tim

kesayangannya, bertarung jauh dari rumah, mendukung mereka dengan spanduk

dan bendera warna-warni, dan tentunya bernyanyi tanpa henti selama 90 menit.

“彼らが競争するときにチームをサポートする方法は、バナーを広げ、旗を

振って、チームの誇り高い歌を歌い続けることです。チェ・ゲバラは、彼らが政治

や政府の影響を受けておらず、純粋にチームを愛していることを示すために使用

するシンボルです.”

“Karera ga kyōsō suru toki ni chīmu o sapōto suru hōhō wa, banā o

hiroge, hata o futte, chīmu no hokori takai uta o utai tsudzukeru kotodesu. Che

gebara wa, karera ga seiji ya seifu no eikyō o ukete orazu, junsui ni chīmu o

aishite iru koto o shimesu tame ni shiyō suru shinborudesu.”

“Cara mereka mendukung timnya saat bertanding dengan membentangkan

banner, mengibarkan bendera, dan tak hentinya menyanyikan lagu-lagu

kebanggan timnya. Che Guevara juga menjadi simbol yang mereka gunakan

63
sebagai pertanda mereka tidak terpanguruh oleh politik atau pemerintah, murni

hanya kecintaan pada timnya.

(r.nikkei.com: 2019)

Dari data (9) juga menunjukan suporter atau penonton juga adalah bagian

dari kemajuan sepakbola Jepang. Tak bisa dipungkiri, suporter merupakan elemen

penting dalam sebuah pertandingan sepakbola. Keberadaan suporter kerap

memberi identitas yang berbeda pada stadion dan menambah keseruan

pertandingan.

Tak hanya bernyanyi sepanjang kompetisi, termasuk di Jepang, mereka

kerap menampilkan aksi kreatif dan menghibur. Saat ini, banyak grup pendukung

Jepang memiliki koreografi aksi yang sesuai dengan identitas mereka masing-

masing. Para suporter tidak hanya datang untuk mendukung, tapi juga hadir

dengan gaya yang unik. Sepak bola dan politik adalah dua tahap berbeda. FIFA

sebagai organisasi sepakbola dengan tegas melarang masuknya politik dalam

sepakbola. Tentu, netralitas diharapkan tetap terjaga di dalam stadion. Para

suporter datang ke stadion hanya untuk menonton tim yang mereka cintai dengan

tulus tanpa ada niat untuk berpolitik ataupun berurusan dengan pemerintahan.

Selama 12 putaran yang dimainkan pada tahun 1997 dan 2002, Antlers

memenangkan empat putaran sementara Jubilo memenangkan enam putaran. Di

tahun terakhir supremasi mereka, yaitu pada tahun 2002, Iwata menjadi tim

64
pertama yang memenangkan kedua babak tersebut, sehingga J-League tidak perlu

harus mengadakan final untuk memastikan pemenang gelar.

Terlepas dari masalah keuangannya, beberapa pemain kelas dunia justru

datang untuk bermain di klub-kulb J-League. Beberapa pemain terkenal muncul

selama periode ini. Ada Dunga (Jubilo Iwata) yang terkenal memperkenalkan

konsep "malicia" - kata dari bahasa Portugis - ke kamus bahasa Jepang. Pria

Brasil ini kerap menjadi berita utama karena kedapatan "menghina" rekan satu

timnya saat bertanding. Dunga tidak pernah ragu untuk mengkritik anak muda

seperti Naohiro Takahara, dia juga tidak pernah terintimidasi oleh pahlawan lokal

Jubilo, Hiroshi Nanami, Toshiya Fujita, atau striker legendaris Masashi "Gon"

Nakayama.

Jika Jubilo Iwata memiliki Dunga, maka Kashima Antlers memiliki

Leonardo, meskipun ia akhirnya meninggalkan Jepang pada akhir 1996.

Leonardo, yang juga seorang Brasil, adalah pemain berkelas yang sangat impresif

dan pintar. Dia termasuk di antara sedikit pemain dari luar J-League yang ingin

belajar bahasa Jepang.

Kehadiran duo Brasil di J-League tak akan lengkap tanpa kehadiran

Dragan Stojkovic. Gelandang serang asal Yugoslavia ini bermain untuk Nagoya

Grampus dari tahun 1994 hingga 2001 dan dicintai oleh para penggemar karena

65
sepak bola yang mulus. Pixy, begitu dia dipanggil, adalah seorang playmaker

yang sangat berbakat.

Tahun 1999 setelah beberapa klub mengalami masalah keuangan dan

hampir dibubarkan, diputuskan untuk menciptakan divisi dua, atau yang disebut

J2, di mana persyaratan keanggotaan liga tidak seketat divisi utama (yang kini

dikenal sebagai J1). Pada tahun yang sama Consadole Sapporo terdegradasi ke J2

yang baru dibentuk tersebut. Selain itu, dua tim Yokohama (Yokohama Marinos

dan Yokohama Flügels) bergabung menjadi satu tim yang dinamakan Yokohama

F. Marinos sehingga jumlah tim di J1 menjadi tinggal 16. Tahun 2005 jumlah tim

di J1 kembali diubah menjadi 18 tim. Dua perkembangan besar terjadi pada

struktur dan regulasi J-League, yakni pada 1999. Pertama, hukuman dihapuskan.

Kedua, tim yang telah bertarung selama 120 menit akan diberikan masing-masing

satu poin. Namun, perubahan nyata terjadi di tahun itu, yakni dimulainya J2 divisi

dua yang diikuti 10 tim. Perubahan ini membuat sistem promosi dan degradasi

aktif.

Sejalan dengan keterpurukan ekonomi Jepang, ada klub-klub yang juga

tumbang. Pada tahun 1998, Yokohama Flugels, yang merupakan klub perintis J-

League, bangkrut. Mereka juga mengumumkan bahwa mereka telah bergabung

dengan rival sekota, Yokohama Marinos.

66
Di musim terakhirnya, ketika takdir telah dipastikan, Flugel menjadi tim

kejutan di Piala Kaisar. Tim yang dipimpin oleh pelatih Jerman Gert Engels

melaju ke babak final. Dukungan publik dan komunitas Jepang selalu mengalir ke

para pemain Fluegels. Mereka akhirnya berhasil mengalahkan Shimizu S-Pulse di

final dimana pertandingan tersebut dinobatkan sebagai pesta paling dramatis

dalam sejarah persepakbolaan Jepang.

Klub yang bubar itu kemudian kembali dibentuk oleh sekelompok suporter

dan berganti nama menjadi Yokohama FC. Mereka masuk melalui JFL, yang

merupakan divisi ketiga, kemudian dipromosikan ke J2 pada tahun 2001.

Keyakinan yang kuat dari mantan suporter Fuluegels telah menunjukkan bahwa

masyarakat Jepang memiliki minat yang besar terhadap sepak bola.

Segalanya berpuncak pada tahun 2002, tahun di mana Jepang dan Korea

Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia.

史上初の共同開催のワールドカップは、日本と韓国の関係を強化します。

プレーヤーとファンの間の暖かさと友情は、トーナメントのモニカ「ワールドカップ

オブスマイル」を獲得します。

“Shijō-hatsu no kyōdō kaisai no wārudokappu wa, Nihon to Kankoku no

kankei o kyōka shimasu. Purēyā to fan no ma no atataka-sa to yūjō wa,

tōnamento no Monika `wārudokappuobusumairu' o kakutoku shimasu.”

67
“Piala Dunia yang berkolaborasi bersama pertama dalam sejarah akan

memperkuat hubungan antara Jepang dan Korea Selatan. Kehangatan dan

persahabatan antara pemain dan penggemar memenangkan turnamen Piala Dunia

Monica” World Cup of Smiles”

( r. Nikkei.com : 2019).

Dari data (10) ini menunjukan bahwa Hubungan bilateral Korea Selatan

dan Jepang membaik setelah menyelenggarakan Piala Dunia 2002 di kedua negara

tersebut. Hal ini menjadi momentum kebangkitan Asia terutama di bidang

olahraga. Rumitnya konflik di kawasan Asia Timur tidak menjadi hambatan

kedua negara dalam mejadi tuan rumah Piala Dunia. Pelaksanaan even olahraga

berskala global ini tentu dibayangi oleh konflik-konflik berkepanjangan di

kawasan, namun dengan suksesnya pelaksanaan, setidaknya menjadikan

hubungan kedua negara tersebut menuju ke level yang lebih tinggi.

Dengan ini, dapat dijelaskan bahwa penerimaan Jepang sebagai tuan

rumah Piala Dunia 2002 bersama Korsel merupakan langkah penting karena

Jepang memiliki keuntungan untuk menyelesaikan permasalahan sejarah yang

muncul tanpa harus berlarut·larut sekaligus mempertahankan posisi strategis

Korsel bagi ekonomi dan keamanan Jepang. Dan dari penyelenggaraan Piala

Dunia ini, kedua negara menemukan beberapa bentuk area kerjasama baru yang

memiliki prospek cerah untuk berkembang sekaligus mempererat jalinan

kerjasama yang sudah terbentuk sebelumnya.

68
Timnas Jepang yang dipimpin oleh Philippe Troussier sanggup lolos ke

babak 16 besar namun langkah mereka dihentikan oleh Turki, yang menjadi juara

ketiga dalam turnamen itu. Meski demikian, penampilan tersebut sanggup

mengobati kekecewaan Jepang di Piala Dunia 1998, di mana tim Samurai Biru

yang dilatih Takashi Okada bertarung dengan baik namun kalah di tiga

pertandingan grup.

Pada 2002, J-League mampu memiliki total 28 klub, hampir tiga kali lipat

dari jumlah awal pada musim pembuka 10 tahu silam. Jumlah penonton kembali

seperti dahulu setelah dampak positif dari Piala Dunia. J-League pun telah

memasuki masa-masa optimisme tinggi setelah 10 tahun berdiri.

Memasuki abad baru, sepak bola Jepang mulai mengalami fenomena bisa

melihat puncaknya saat ini: perpindahan secara konsisten para talenta terbaik

Jepang ke Eropa.

Dimulai dengan Kazushi Miura yang pemberani, yang melaju ke Italia

bersama Genoa pada tahun 1994, jejaknya diikuti oleh beberapa pemain lain.

Sayangnya, karirnya tidak berjalan mulus. Hingga nama Hidetoshi Nakata datang

ke Perugia pada tahun 1998, sepak bola Jepang mulai dianggap serius di benua

biru.

Di Jepang, pada tahun 2003 dan 2004, satu klub, Yokohama F. Marinos

(huruf "F" ditambahkan untuk menghormati Fluegels) mendominasi turnamen.

69
Takeshi Okada, yang memimpin Jepang ke Piala Dunia 1998, memenangkan gelar

"dua putaran" tahun 2003 dan, setelah serangkaian kompetisi yang tidak

menguntungkan, secara dramatis memenangkan Urawa Reds di final tahun 2004.

The Reds yang berbasis di Saitama di utara Tokyo menjadi klub pertama

yang menarik banyak suporter. Dengan stadion berkursi 60.000 yang dibangun

untuk membuat debut Jepang di Piala Dunia 2002, klub ini memiliki pemain top

Jerman (Ubebain, Guidobuchwald, Michael Rumenige) yang memenangkan Piala

Kaisar 2005. Dll). Trofi pertama mereka.

Gamba dan Reds merupakan klub pertama setelah Antlers pada 1996 yang

memenangkan J-League dengan format satu babak ketika liga kembali ke format

tersebut pada 2005, setelah pada 2003 mereka mengadopsi sistem standar

internasional: pertandingan 90 menit, tiga poin untuk tim pemenang, satu untuk

hasil imbang, dan nol untuk kalah. Dua klub yang sama juga menjadi yang

pertama memenangkan Liga Champions Asia dalam format baru: Reds dan ribuan

suporter setia sukses menggulingkan wakil Iran Sepahan pada 2007, sementara

Gamba menyabetnya di 2008, setelah mengeliminasi Reds di semi-final. Situasi

tersebut menjadi bukti era keemasan buat klub-klub Jepang di Asia.

日本の浦和レッドダイヤモンズは、2007 年にイランイスラム共和国のセパ

ハンを第 1 戦で 1-1 に抑えた後、ホームで 2-0 の勝利を収めてチャンピオンを獲

得したため、止められませんでした。

70
“Nihon no Urawa reddodaiyamonzu wa, 2007-nen ni iran'isuramu

kyōwakoku no sepahan o dai 1-sen de 1 - 1 ni osaeta nochi, hōmu de 2 - 0 no

shōri o osamete chanpion o kakutoku shita tame, tome raremasendeshita.”

“ Klub Jepang. Urawa Red Diamonds tidak terhentikan saat mereka

memenangkan gelar tahun 2007, dengan menahan imbang Sepahan asal Iran 1-1

dan memenangkan 2-0 di Kandang sendiri.”

2007 年から現在までの年は日本のサッカーの成熟の最終段階であり、それは J

リーグの統合です。

“2007-Nen kara genzai made no toshi wa Nihon no sakkā no seijuku no saishū

dankaideari, soreha J rīgu no tōgōdesu.”

“Tahun-tahun dari 2007 hingga sekarang adalah fase final dalam pematangan

sepakbola Jepang, dan hal tersebut merupakan konsolidasi dari J-League.”

Dari data (11) dan (12) ini menunjukan bahwa sebelum kemenangan

Urawa Reds dan Gamba Osaka ,sepuluh klub yang ambil bagian sempat terancam

dengan kondisi keuangan di musim pertama J-League, namun setetlah

kemenangan ini mendapatkan sambutan dan antusiasme yang luar biasa dan

kemudian menjadi dasar dari berlangsungnya kesuksesan di sepakbola Jepang.

Dengan identitas kerja keras dan kedisiplinanyang ditunjukan dua klub tersebut

akhirnya dapat membuat J.League terus berlanjut hingga saat ini.

Sukses di turnamen Benua Kuning memberikan kesempatan kepada

Gamba dan Reds berjumpa dua raksasa sepakbola Eropa di ajang Piala Dunia

71
Antarklub: Reds menyerah dari AC Milan pada 2007, lalu Gamba kalah 5-3 oleg

Manchester United pada 2008, dua hasil terhormat untuk wakil Asia. Terlepas

dari kekalahan tersebut, dua pertandingan yang diperjuangkan habis-habisan oleh

tim Jepang, membantu menaikkan pandangan dunia terhadap J-League dan

identitas sepakbola Jepang, meski kampanye kurang memuaskan disuguhkan

timnas Jepang saat di Jerman 2006.

Kemenangan ini membuat identitas sepakbola Jepang mulai diakui oleh

Asia sebagai salah satu liga terbaik di Asia. Ini adalah salah satu mimpi awal

Federasi sepakbola Jepang , yaitu untuk membuat Jepang berjaya di Asia. Jadi

tujuan awal Arsitek utama yang membangun sepakbola Jepang saat itu Saburo

Kawabuchi, yang visinya mengenai kejuaraan profesional bisa menjadi kenyataan

pada 1993. Melalui sepak bola, Jepang menyadari manfaat penuh yang dapat

diberikan olahraga bagi kehidupan , kesehatan, perluasan pikiran , dan pengayaan

masyarakat .

Dengan mendekatkan pengalaman sepak bola, Jepang menggabungkan

olahraga itu sendiri dengan semua; dari afinitas ini, Jepang akan menciptakan

lingkungan yang kaya akan kesenangan dan kebahagiaan Dengan memperkuat

basis sepak bola di Jepang, Jepang akan menciptakan tim nasional kelas dunia

yang akan menggerakkan, menginspirasi, dan menyemangati masyarakat jepang.

Jepang juga akan selalu bertindak dalam semangat permainan yang adil, membina

72
persahabatan di antara orang-orang di Jepang dan sekitarnya untuk berkontribusi

pada kemajuan komunitas internasional. Sejak 2004, jumlah penonton terbilang

stabil, dengan J1 rata-rata disaksikan oleh 18.000 hingga 19.000 suporter, dan

6.000 hingga 7.000 untuk J2. Sebuah angka yang bahkan mengalahkan beberapa

liga di Eropa.

Peringatan hari jadi JFA tahun 2011 telah melihat sejumlah prestasi yang

menguntungkan bagi sepak bola Jepang, selain penampilan gemilang tim Jepang

Nadeshiko di Piala Dunia Wanita pada bulan Juli, Tim nasional pria Jeoang

menjuarai Piala Asia pada bulan Januari. Dengan kemenangan itu juga membuat

Jepang menjadi satu-satunya tim yang mampu menjuarai Piala Asia empat kali.

Semakin terlihat apa yang direncanakan oleh orang-orang dibalik sepakbola

Jepang saat awal-awal membuat federasi sepakbola mereka, seperti membentuk

liga yang berkualitas dan mendidik para pemain, pelatih, dan staff dari awal .

J-League berkembang pesat dengan persaingan yang baik dan sistem

pembinaan terus memberikan dampak langsung bagi timnas dari level junior

hingga senior sepak bola Jepang. 4 kemenangan dalam penampilan Piala Asia

yang diselenggarakan oleh AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia) gelar Konfederasi

pada tahun (1992, 2000, 2004, 2011). Jepang bisa berpartisipasi di Piala Dunia

1998, jadi masyarakat Jepang merasa gembira.

Transisi dari Jepang ke sepak bola telah meningkat, dan Jepang

berkolaborasi bersama pada tahun 2002 dengan Korea Selatan menggelar acara

73
empat tahun milik FIFA, Piala Dunia. Tapi pada Piala Dunia di Jepang dan Korea

Selatan, timnas Jepang tidak bisa berbicara bagi banyak orang, hal ini tidak

menyurutkan semangat Jepang untuk mendukung tim nasional.

Perkembangan paling pesat selain timnas juga berdampak pada para

pemain yang mulai mendapat perhatian beberapa pencari bakat klub besar di

benua Eropa. Salah satu pesepakbola yang bisa tampil bagus di Eropa adalah

Shunsuke Nakamura yang bermain untuk klub Celtic FC di liga sepak bola

Skotlandia. Selain Nakamura masih banyak lainnya termasuk Hidetoshi Nakata

(Parma FC, Italia), Keisuke Honda (AC Milan, Italia), Shinji Kagawa (Dortmund,

Jerman), Shinji Okazaki (Leicester City, Inggris), dan Yuto Nagatomo

(Internazionale, Italia ). Para pemain inilah yang menjadi tulang punggung

kesuksesan tim sepak bola nasional Jepang.

Lewat fondasi dan sistem pembinaan yang kuat, Jepang akhirnya mulai

membuat sepakbola terkenal bagi masyarkaatnya . Kompetisi yang ddiadakan pun

sudah sangat bagus dan terus bergulir sebagai kompetisi level tertinggi Jepang

hingga saat ini. Tentu saja, sistem yang dibangun pada kompetisi ini pun tidak

lepas dari sistem pembinaan yang sudah dibangun Jepang pada tahun-tahun

sebelumnya.

74
3.2 Pengaruh identitas masyakat Jepang yang mempengaruhi

sepakbola Jepang menjadi berkembang

サッカーは規律、勤勉、そして誠実さをもって構築されなければならない」

と語った。結論は日本のクラブでの彼の経験から生まれた。

“Sakkā wa kiritsu, kinben, soshite seijitsu-sa o motte kōchiku sa

renakereba naranai' to katatta. Ketsuron wa Nihon no kurabu de no kare no

keiken kara umareta”

“Sepak bola harus dibangun dengan disiplin, ketekunan, dan integritas. "

Kesimpulannya datang dari pengalamannya di klub Jepang.”

(r.nikkei.com:2019)

Dari data (13) ini menunjukan penggalan ucapan Legenda sepakbola

Kazuyoshi Miura saat membagikan apa saja yang dia sudah alami sejak usia muda

sebagai pemain sepakbola yang bisa membuatnya menjadi legenda hingga

sekarang. Jepang sangat serius dalam membina identitas persepakbolaannya, JFA

memiliki visi dan road map. Road map ini adalah program JFA yang menargetkan

bahwa 100 tahun sejak awal target ini dibuat, Jepang akan menguasai

persepakbolaan dunia . Mereka bekerja dengan keras dan sistematis sesuai apa

yang mereka rencanakan. Jepang memiliki identitas budaya yang begitu kuat

seperti disiplin, ketekunan atau kerja keras, dan juga integritas mereka dalam

hidup.

75
Jepang juga merupakan salah satu negara yang budayanya dijadikan

sebagai contoh bagi banyak orang di dunia. Jepang memiliki akar budaya yang

kuat. Meski negaranya kecil, namun budayanya sangat kuat dan menjadi identitas

Jepang sendiri hingga saat ini. Dengan memiliki identitas budaya yaitu

kedisiplinan dan etos kerja yang kuat, Jepang telah menjadi negara yang sangat

merdeka dengan kesejahteraan yang tinggi dan tingkat ekonomi dan teknologi

yang sangat tinggi.

セネガルのコーチは、日本社会の規律に感銘を受けたと語った。 彼によ

ると、そのような規律は日本のサッカーの発展に重要な役割を果たしています。

“Senegaru no kōchi wa, Nihon shakai no kiritsu ni kanmei o uketa to

katatta. Kare ni yoru to, sono yōna kiritsu wa Nihon no sakkā no hatten ni jūyōna

yakuwari o hatashite imasu.”

“Pelatih Senegal mengaku terkesan dengan disiplin masyarakat Jepang.

Menurutnya, kedisiplinan seperti itu memegang peran penting dalam

perkembangan sepakbola Jepang.”

(r.nikkei.com : 2018)

Dari data (14) menunjukan kekaguman pelatih negara lain terhadap

identitas disiplin negara Jepang. Disiplin merupakan salah satu budaya Jepang

yang sangat sulit ditiru negara lain. Disiplin adalah puncak keberhasilan orang

yang sedang terbit matahari untuk memperbaiki diri, atau mencapai perbaikan.

76
Orang Jepang akan sangat terlatih ketika mereka berhasil melakukan sesuatu dan

ketika mereka melakukan hal yang benar.

Segalanya diatur dengan sangat baik dalam hidup bagi masyarakat di

Jepang. Ini ada karena mereka bisa mendisiplinkan apa yang sudah diputuskan.

Misalnya, semua kendaraan umum Jepang selalu tepat waktu kecuali terjadi

sesuatu yang besar. Begitu pula tentang perbaikan jalan, kesehatan, gaya hidup,

dan banyak hal lainnya. Budaya disiplin sangat mengakar karena orang-orang

yang tinggal di sana baru lahir. Tentu saja budaya disiplin ini juga tercermin

dalam permainan sepak bola tim nasional Jepang. The Blue Samurai berhasil

tampil mengesankan dalam banyak pertandingan-pertandingan yang mereka

lakukan.

Jepang berhasil mengejutkan para penggemar sepak bola di seluruh dunia

dan telah menghasilkan hasil yang membanggakan di setiap pertandingan. Hasil

ini berasal dari budaya disiplin mereka. Pelatihnya selalu berhasil merumuskan

taktik dan rencana yang selalu mereka terapkan setiap latihan dan berhasil

dilakukan dengan baik anak buahnya. Tentu saja, permainan Jepang bukanlah

permainan sepak bola modern yang cepat dan menarik seperti tim nasional kelas

dunia lainnya. Meskipun begitu, mereka berhasil memegang kukuh prinsip dan

disiplin dengan sistem yang telah diatur oleh Pelatihnya.

Saat pertandingan penyisihan grup melawan Senegal pada Piala Dunia

2018 di Rusia, Jepang akan selalu dikenang dengan sebuah taktik yang dibawah

77
pelatih saat itu yaitu Nishino. Menyadari postur pemain Jepang lebih kecil

dibandingkan para pemain Senegal yang begitu tinggi dan kuat, pada sebuah

situasi bola mati yang dilakukan oleh para pemain Senegal, semua lini pertahanan

di Jepang maju selangkah sebelum bola ditendang. Dengan majunya para pemain

Jepang, semua pemain Senegal yang bertindak sebagai penerima bola mati

terperangkap oleh jebakan offside.

Ini mungkin sering dilakukan dalam latihan untuk menghadapi

pertandingan melawan tim nasional yang memiliki keunggulan pada postur ,

tetapi ini sangat menarik bahwa ini dilakukan dalam permainan kompetitif.

Disiplin menghasilkan akurasi dan kerja sama seperti itu, dan rencana semacam

itu dapat muncul dalam permainan yang sangat kompetitif. Tentunya hal tersebut

tidak lepas dari bakat pelatih Nishino, yaitu mengeluarkan pemain-pemain

terbaiknya dan mengintegrasikannya menjadi satu kesatuan. Namun demikian,

inilah ciri khas orang Jepang. Mereka tidak berhenti mengejutkan dunia

sepakbola, dan itu karena tingkat disiplin mereka yang tinggi.

世界一の選手になるためには、誰よりも一生懸命トレーニングしなければなりま

せん。 だから今、一生懸命トレーニングしています。 私は良い選手ではありませ

ん。 しかし、私は一生懸命トレーニングし、世界で最高の選手になります。 私が

世界一の選手になったとき、私は金持ちになり、両親を助けたいと思っていまし

た。

“Sekaiichi no senshu ni naru tame ni wa, dare yori mo isshōkenmei torēningu

shinakereba narimasen. Dakara ima, isshōkenmei torēningu shite imasu. Watashi

78
wa yoi senshude wa arimasen. Shikashi, watashi wa isshōkenmei torēningu shi,

sekai de saikō no senshu ni narimasu. Watashi ga sekaiichi no senshu ni natta

toki, watashi wa kanemochi ni nari, ryōshin o tasuketai to omotte imashita”

“Untuk menjadi pemain terbaik di dunia, aku harus berlatih keras daripada orang

lain. Itulah mengapa aku berlatih dengan keras saat ini. Aku memang bukan

pemain yang bagus. Namun, aku akan berlatih keras dan menjadi pemain terbaik

di dunia. Saat menjadi pemain terbaik di dunia, aku ingin kaya raya dan

membantu kedua orangtua.”

(r.nikkei.com:2014)

Dari data (15) menunjukan itulah penggalan dari sebuah esai yang dibuat

oleh salah satu legenda sepakbola Jepang, Keisuke Honda. Esai itu ditulisnya pada

tahun 1993 sebelum dia menjadi sepakbola profesional . Esai itu juga menunjukan

bahwa masyarakat Jepang sudah mendapat pengetahuan bahwa dengan kerja keras

semuanya bisa tercapai sejak kecil.

Jiwa yang rajin dan teguh adalah identitas positif yang dimiliki

kebanyakan orang Jepang sebagai hasil dari turunan pendahulunya. Nilai lain

yang dimiliki kebanyakan orang Jepang berasal dari Samurai, sosok kesatria

terkenal negara Jepang. Samurai adalah karakter kesatria Jepang yang identik

dengan pedang bernama Katana. Ada banyak cerita yang menceritakan kehidupan

samurai Jepang yang berkeliling dunia. Kehidupan yang penuh dengan

79
pergumulan dan tantangan dalam hidup tentunya dapat memberikan nilai inspirasi

bagi yang menyaksikannya.

Salah satu nilai yang diturunkan dari samurai kepada masyarakat Jepang

adalah bushido. Samurai dapat dipahami sebagai semangat hidup yang

ditunjukkan oleh samurai saat mereka mengatasi tantangan hidup. Dalam

upayanya untuk menjadi seorang pejuang, samurai harus hidup dalam semangat

bushido. Dalam semangat hidup ini, dia menganjurkan kesederhanaan, kesetiaan,

ketahanan, dan perang melawan kematian. Kebanyakan orang Jepang

mempraktikkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari mereka sejak dini.

Selain itu, nilai-nilai bushido ini ternyata juga mempengaruhi pelatihan

olahraga yang dilakukan oleh para pelatih. Tidak terkecuali pelatih sepakbola.

Dalam melatih anak didiknya, banyak pelatih menggunakan nilai-nilai bushido

untuk meningkatkan kemampuan anak didiknya. Hal ini pula yang kemudian

membuat tim nasional Jepang diberi julukan Samurai Biru. Harapannya tentu saja

pemain-pemain timnas mereka mampu berjuang sampai mati layaknya seorang

samurai.

Meski begitu, tidak bisa dikatakan juga bahwa pendekatan bushido adalah

cara yang buruk. Sampai batas tertentu, cara ini memang baik untuk memotivasi

seorang pemain. Meski akan timbul resiko juga jika terlalu memaksa pemain

melewati batasnya. Pemain akan rentan terkena cedera sampai mengalami stres

karena terlalu banyak menerima tekanan.

80
Karena itulah, Jepang yang juga sudah sadar akan ilmu pengetahuan tidak

mengadopsi mentah-mentah ideologi yang diturunkan dari pendahulunya. Namun

mereka juga tidak membuang begitu saja. Mereka mengambil sisi positif dari

pendekatan tersebut dengan menggabungkan beberapa poin dari perhitungan sains

untuk memaksimalkan perkembangan sang atlet.

Namun bukan hanya Bushido yang menjadi acuan kerja keras masyarakat

Jepang, masih ada seperti kaizen . Kaizen sendiri Dalam konteks bisnis dan

produktivitas, artinya adalah ‘pengembangan dan perbaikan yang terus menerus’.

Tidak dalam pekerjaan saja, kaizen juga bisa diterapkan di kehidupan pribadi

masyarakat Jepang. Kaizen juga diimplementasikan dalam sepak bola Jepang.

Ada pepatah mengatakan, "Kegagalan dalam perencanaan adalah kegagalan

perencanaan." Ini merupakan bukti jika sebuah perencanaan adalah salah satu

yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan. Jepang tahu ini dengan baik.

Mereka merencanakan dan mendisiplinkan hingga akhirnya memiliki tim sepak

bola yang solid. Mereka sempat gagal dalam perencanaan dan pembentukan liga

profesional di Jepang.

Pembentukan J-League adalah hasil dari kegagalan yang akhirnya

dirancang kembali sehingga terealisasi menjadi liga profesional yang terbaik di

Asia sampai saat ini. Liga profesional ini terorganisir dengan baik dan

mengundang pemain kelas internasional. Salah satu tujuan liga adalah menjadi

wadah bagi para pemain asli Jepang untuk meningkatkan keterampilan sepak bola

81
mereka. Selain itu, Jepang telah melatih ribuan pelatih dan mendirikan akademi

sepak bola untuk mendukung berjalannya J-League di masa depan.

Selain dari perencanaan untuk kompetisi lokal, Jepang juga merencanakan

bagaiman tim nasional mereka bisa sukses dan juga dapat berbicara banyak di

kompetisi internasional. Perencanaan tersebut dibuat oleh afiliasi sepak bola

Jepang (JFA) untuk mencapai fokus utama mereka dalam memenuhi semua

persyaratan untuk Piala Dunia 2014. Perencanaan itu disiapkan menggunakan

hasil dari Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, di mana Jepang hampir lolos ke

kedelapan besar . Masyarakat Jepang memberikan apresiasi yang besar atas

kemajuan timnas Jepang di Afrika Selatan, sepak bola semakin populer dan

menyamai olahraga terkenal Jepang, yaitu bisbol.

Usai Piala Dunia 2010, Pelatih Takeshi Okada, yang sangat sebenarnya

sukses membentuk tim nasional Jepang mengundurkan diri sebagai salah satu

bentuk kegagalan di Afrika Selatan. JFA harus segera menemukan pelatih lain,

JFA kemudian memilih untuk menggunakan jasa Alberto Zacheroni, pelatih yang

sebelumnya menahkodai AC Milan dan Juventus untuk menjadi pelatih utama

tim nasional Jepang. Terlepas dari kenyataan bahwa dia mendapat reaksi berbeda

dari media karena Zacheroni bukan orang asli Jepang.

82
Jadi rencana pengembangan dimulai dengan target lolos untuk Piala Dunia

2014 dan mencapai 8 besar di Piala Dunia. Tujuan yang agresif namun jelas.

Jelas, mengingat sejak awal JFA telah menetapkannya sebagai tujuan. Oleh

karena itu, pelatih diberi kesempatan untuk memilih staf pelatihan, pemain dan

sistem permainan, dengan kesempatan yang cukup untuk membuat grup, yaitu 3

tahun sampai mereka bisa lolos, dan grup terus berkembang sesuai tujuan yang

disebutkan oleh JFA. JFA pada saat itu menyelenggarakan berbagai pertandingan

persahabatan di seluruh dunia untuk membentuk sistem dan pemain mana saja

yang nantinya akan mengambil bagian dalam kualifikasi piala dunia, Jepang

akhirnya melawan tim nasional yang levelnya setara atau di atas level Jepang,

negara-negara yang peringkat FIFA-nya mungkin sama dengan posisi Jepang,

namun demikian tujuan dari pertandingan persahabatan itu adalah untuk

mendapatkan pelajaran dari pertandingan yang dilakukan. Jepang memiliki

pengalaman bersaing yang signifikan untuk membentuk grup dari tahap awal ini.

Pelatih asal Jepang saat itu juga memiliki konsep dan rencana dalam

membangun tim. Dia mulai membentuk tim dengan memilih pemain muda dan

mencari pemain yang ingin bermain untuk tim tidak hanya untuk dirinya sendiri.

Tim nasional Jepang semakin kuat dari waktu ke waktu karena pola

permainan standar dan komposisi pemain. Untuk setiap posisi “Mr Zac” sudah

83
memiliki pilihan pemain yang mumpuni sehingga mereka dapat lebih fokus pada

kerja tim dan membangun pola pertahanan atau menyerang yang efisien. Pola

permainan yang mengutamakan menekan dan memposisikan tetapi sederhana dan

tidak individualistis atau Permainan sederhana.

Dengan perencanaan yang matang, didukung oleh sikap para pemain

Jepang yang selalu mau bekerja keras untuk tim, menjadi kekuatan utama timnas

Jepang. Pada Piala Asia 2011 dimana Jepang menjadi juara, saat itu tim ini masih

dalam tahap pembentukan karakter untuk menjadi tim yang kuat. Meski begitu, di

bawah tangan dingin sang pelatih, timnas Jepang ini berhasil menjadi juara berkat

strategi, sistem, dan kerja keras pemain Jepang yang tidak cengeng, merasa paling

hebat apalagi pemain yang malas bermain. Setiap pertandingan tim Jepang, selalu

ada pemain baru yang menjadi pahlawan tim, selalu ada tujuan dari kerja keras

para pemain yang terus bergerak, bekerja sama dan saling mendukung. Seringkali

terlihat bagaimana pemain seperti Kagawa dan Honda selalu bekerja sama untuk

tim, saling memberikan umpan balik, dan tidak egois untuk masing-masing

mencetak gol mereka sendiri. Terlihat juga bagaimana Jepang gigih bahkan

hingga detik terakhir sebelum peluit wasit berbunyi.

「しかし、タフなサッカーの国になるための近道はありません。それは幼い

頃から始めなければなりません。草の根レベルではほとんどお金が流れず、最終

的にはすべてコーチングの質に依存します。」

84
“`Shikashi, tafuna sakkā no kuni ni naru tame no chikamichi wa arimasen.

Sore wa osanai koro kara hajimenakereba narimasen. Kusanone reberude wa

hotondo okane ga nagarezu, saishūtekini wa subete kōchingu no shitsu ni izon

shimasu.”

"Tapi tidak ada jalan pintas menjadi negara sepakbola yang tangguh.

Harus dimulai sejak usia dini. Sangat sedikit uang yang mengalir di level akar

rumput dan pada akhirnya semua tergantung kualitas kepelatihan."

( r. nikkei. com : 2019)

Dari data (16) dapat dijelaskan bahwa sepakbola Jepang bukanlah tim

yang asal dibentuk karena federasinya sangat ingin menunjukan identitas negara

Jepang dapat tercermin dari sepakbolanya oleh karena itu secara bertahap, Jepang

mampu mulai membentuk identitas sepakbola mereka lewat J-League. . Sejak

peresmian J-League , Jepang terus berpartisipasi di Piala Dunia 1998-2018. Saat

digelar di Korea dan Jepang tahun 2002, di Afrika Selatan pada 2010 dan di Rusia

tahun 2018 , Jepang bahkan mampu bermain tiga kali dalam babak 16 besar dalam

pagelaran terbesar sepakbola tersebut..

Puncak prestasi sepak bola Jepang terjadi tahun 2011 ketika Hoki Sawa

dan kawan-kawan berhasil menjuarai Piala Dunia Wanita. Jepang tidak

diunggulkan, menyingkirkan juara bertahan dan menjamu Jerman, dan

85
membalikkan pandangan pecinta sepakbola ini dengan mengalahkan mantan juara

dunia Amerika Serikat di final. Rahasia Jepang adalah perkembangan anak usia

dini. Anak usia dini yang sudsh sangat diajari dan dikenalkan dengan identitas

budaya Jepang yaitu disiplin, kerja keras, dan mau melakukan yang terbaik untuk

negaranyalah yang membuat Jepang sukses dalam pengembangan sepakbolanya

Jepang memenangkan Piala Dunia Wanita karena atlet wanita

mendapatkan metode latihan yang sama dengan atlet pria. Beberapa tahun lalu,

Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) mulai menganggap serius perkembangan

sepakbola wanita. Namun, grafik perkembangan dianggap biasa-biasa saja dan

cenderung stagnan. Namun, JFA sangat mementingkan teknik pembelajaran sejak

usia dini, yang membuat perbedaan. Hasilnya, jumlah pemain tidak bertambah

atau berkurang, tetapi JFA berhasil membuahkan hasil yang lebih baik dengan

meningkatkan metode dan sumber daya pembinaan.

Atlet putri mendapatkan metode latihan yang sama dengan atlet putra di

balai latihan nasional. Ada 47 area pelatihan, yang bukan merupakan fasilitas

yang berfokus pada olahraga. Mereka bertemu setiap bulan untuk memberikan

pelatihan khusus bagi atlet terpilih. Pada akhirnya, atlet terbaik berusia 15 tahun

dilatih di kamp nasional setiap Desember. Sepak bola adalah olahraga sepanjang

tahun untuk anak laki-laki dan perempuan, itulah yang terjadi di Jepang. Dengan

demikian, Jepang telah membuktikan bahwa dibutuhkan kesabaran dan keseriusan

untuk mengembangkan program pembinaan anak usia dini selangkah demi

selangkah sebelum mendapatkan hasil yang manis.

86
Jepang tidak otomatis menjadi negara yang berbicara banyak di kancah

sepak bola internasional. Jauh dari hari ini, kinerja Jepang menjadi perhatian.

Prestasi terbaik mereka sebelumnya hanya meraih medali perunggu pada

Olimpiade 1938. Padahal, mereka hanya berlaga di Piala Asia 1975. Pencapaian

ini tentu saja tertinggal jauh dari Iran dan Korea Selatan yang mendominasi Asia.

Modifikasi kejuaraan sepak bola antar SMA merupakan salah satu solusi

Jepang untuk mengatasi masalah prestasi timnas. Kejuaraan Nasional yang telah

diselenggarakan sejak tahun 1917 ini dilakukan dengan lebih serius melalui

sebuah visi yang disebut Visi Centennial. 100 tahun kemudian, Jepang diharapkan

menjadi negara maju melalui sepak bola.

Untuk mencapai hal tersebut, Jepang menerapkan sistem yang sama

dengan sistem sepak bola Eropa, tepatnya sepak bola Jerman. Sepak bola Jerman

menjalankan klub sepak bola yang berakar pada masyarakatnya.

Klub profesional Jerman adalah klub komprehensif di mana seluruh

komunitas, dari anak-anak hingga orang tua, bisa mendapatkan keuntungan

langsung dari klub. Hal ini diharapkan memungkinkan komunitas untuk

menikmati dan mendukung klub. Artinya semua pihak terlibat dalam

merealisasikan visi tersebut.

87
Seiring ketenaran kompetisi ini tumbuh, sekolah menjadi sangat ambisius

dan mampu meraih hasil yang sangat baik. Dari sini, banyak sekolah yang

memperkenalkan sistem militer untuk melatih siswanya bermain sepak bola.

Beberapa peraturan telah diberlakukan di beberapa sekolah, termasuk larangan

junk food, larangan berkencan, larangan membawa ponsel, dan gaya rambut rapi.

Awalnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas pemain, itu diterapkan

secara berlebihan dan memberi banyak tekanan pada siswa. Jika seseorang tidak

mengikuti aturan, tidak hanya satu orang, tetapi seluruh tim akan dihukum.

Hukuman yang berlaku biasanya berlarian di lapangan tanpa sepatu. Namun,

banyak orang juga menggunakan kekerasan.

Tapi, sekali lagi, orang Jepang bukanlah orang yang roboh begitu mereka

berada di bawah tekanan. Nilai pengorbanan dan usaha yang diwarisi dari nenek

moyangnya semakin memotivasi siswa kita untuk menghadapi kerasnya perlakuan

sekolah. Sebagian besar siswa sudah memahami bidang-bidang yang berlaku di

sekolah. Mereka tahu bahwa jika serius ingin menjadi pemain sepak bola

berkualitas, mereka harus menghadapi konsekuensi ini.

Itu sebabnya JFA mewajibkan semua klub J-League menjadi sosial seperti

klub profesional Jerman. Klub kemudian mendukung sekolah lokal tempat klub

tersebut berada. Melalui klub J League, JFA memungkinkan kaum muda untuk

88
lebih mengembangkan bakat sepak bola mereka sejak usia dini tanpa harus lulus

sekolah.

Namun, dimensi internasional yang baru dicapai oleh sepak bola Jepang

akhir-akhir ini diperlihatkan dengan jelas pada jumlah pemain yang dibesarkan

dari akademi sejak dini di J-League dan kemudian jasanya digunakan oleh klub-

klub Eropa. Pada tahun 2020, sekitar 60 lebih pemain Jepang tinggal di benua

Eropa, dengan tokoh-tokoh seperti Takumi Minamino, Keisuke Honda dan Yuto

Nagatamo semuanya berhasil memenangkan gelar bersama klubnya masing-

masing dan menjadi tokoh populer di dunia.

Kerendahan hati para pemain Jepang telah lama menjadi sesuatu yang

mereka puji di klub-klub Eropa, tidak terlepas dari Minamino. Lee Wingate -

seorang jurnalis Inggris yang tinggal di Austria - menggambarkan Minamino yang

berusia 25 tahun sebagai pemain dengan "mentalitas yang baik, semangat pekerja

keras, tanpa keluhan". Wingate menyebut Minamino sebagai pemain sempurna

untuk Red Bull Salzburg, di mana ia bermain di bawah enam pelatih dalam lima

tahun, karena ketahanan mentalnya untuk membentuk dirinya sesuai keinginan

masing-masing. Ini adalah sentimen yang digaungkan oleh Danicek, serta

sejumlah pemain Jepang sendiri. Mantan bek Schalke 04, Atsuto Uchida,

menggambarkan rekan senegaranya yang memisahkan diri dengan memiliki rasa

disiplin dan pengendalian diri yang kuat. Sementara Minamino mungkin, menurut

Wingate, menjadi "penghargaan atas atribut pribadinya karena kerendahan hati

dan sikap kerja kerasnya", bakat di lapanganlah yang pada akhirnya membuatnya

89
mendapatkan langkah besar - dia menekankan bahwa ini tidak boleh hilang dalam

wacana. Budaya masyarakat Jepang yang disiplin, perkeja keras, dan juga selalu

siap memberikan yang terbaik dari apa yang dia punya jugalah yang membuat

banyak klub-klub terbaik di Eropa sangat menyukai jasa dari pemain asal Jepang

ini.

1981年2月に『週刊少年ジャンプ』(集英社)第 18 号から「キャプテン翼」の

連載が始まる。これによって、サッカー選手を目指す少年が増加。

(r.nikkei.com:2020)

“1981-Nen 2 tsuki ni “shūkan Shōnenjanpu” (Shūeisha) dai 18-gō kara

`kyaputen tsubasa' no rensai ga hajimaru. Kore ni yotte, sakkā senshu o mezasu

shōnen ga zōka.”

“Pada bulan Februari 1981, serialisasi "Kapten Tsubasa" dimulai dari Weekly

Shonen Jump (Shueisha) No.18. Akibatnya, jumlah anak laki-laki yang membidik

pemain sepak bola meningkat.”

(r.nikkei.com:2019)

Dari data (17) menunjukan perencanaan sepakbola Jepang yang diperlihatkan

pada seri pertama anime Captain Tsubasa, terlihat bagaimana Federasi Sepakbola

Jepang, JFA, begitu serius mengembangkan para pemain muda. Mereka mulai

membuat kompetisi antar SD, SMP, dan SMA. Yang akhirnya kemudian

dikembangkan oleh JFA pada kehidupan nyata untuk membentuk tim sepakbola

yang menunjukan identitas masyarakat Jepang. Dari anime tersebut terlihat

90
bagaimana persiapan dilakukan begitu detail dan dengan ramai. Sejumlah tim

mewakili setiap daerah di Jepang, dengan pemain terbaiknya masing-masing.

Mereka saling mengalahkan dengan kebanggaan atas nama daerah dan demi

Jepang.

Tsubasa sendiri awalnya adalah manga anak populer yang bercerita tentang

perjalanan karir Tsubasa Ozora yang berasal dari pemain sekolah dasar hingga

membela tim nasional Jepang dan bergabung dengan tim Catalunya, klub fiksi

Barcelona dalam anime Kapten Tsubasa. Seperti olahraga ini, sepak bola telah

menjadi olahraga langka di negeri Sakura selama bertahun-tahun. Tidak banyak

orang yang mengerti atau mengikuti sepak bola. Olahraga ini memang tidak

sepopuler bisbol. Saat itu, mudah sekali menemukan orang Jepang yang menyukai

bisbol. Namun, dengan munculnya kartun "Tsubasa", popularitas sepak bola

secara bertahap menjadi sebanding dengan sepak bola.

Hingga tahun 1981, Yoichi Takahashi membuat animasi ini. Dahulu kala,

Yoichi sendiri menyukai olahraga dengan tongkat itu, jadi dia membuat kartun

bisbol. tetapi, saat itu banyak sekali kartun-kartun yang membicarakan tentang

bisbol, maka dia memutuskan untuk membuat sebuah kartun yang fokus

utamanya adalah sepak bola sampai akhirnya Kapten Tsubasa meledak dan

menginspirasi banyak orang. Sembilan tahun setelah Captain Tsubasa tersebut

91
disiarkan, Jepang menjadi juara Asia. Enam tahun berselang, Jepang lolos untuk

pertama kali ke Piala Dunia.

Kapten Tsubasa juga membuat para pemain Jepang untuk berlatih keras dan

untuk bermain di Eropa. Salah satunya adalah Hidetoshi Nakata, seorang legenda

sepak bola Jepang. Nakata masih dikenang sebagai salah satu pemain hebat yang

pernah dimiliki Jepang. Ia menyukai bola, bukan karena inspirasi pemain luar atau

mantan pemain Jepang. Sebaliknya, ia terinspirasi dari sang kapten Tsubasa yang

sangat heroik dalam membela timnas Jepang. Nakata sendiri telah membela enam

klub di eropa. Ia kebanyakan membela klub-klub Italia seperti Perugia, AS Roma,

AC Parma, Bologna, dan Fiorentina. Meskipun terbilang sukses sebagai pemain

sepak bola, Nakata bukanlah sosok penggemar sepak bola.

Nakata pun menambahkan bahwa ia tidak pernah menyaksikan sepak bola di

TV, video atau di platform apa pun. Sampai pada masa mudanya, ia terpaku

membaca komik Tsubasa dan mempraktekan beberapa skill yang ada di jalan

cerita tersebut. Terutama tendangan overhead kick. Mungkin tanpa animasi

Captain Tsubasa, tak ada nama Hidetoshi Nakata, Keisuke Honda, Shunsuke

Nakamura dan Takumi Minamino yang berperan sebagai gelandang tengah seperti

Tsubasa.

Kapten Tsubasa menjadi katalisator pencapaian anak-anak Jepang saat itu.

Dengan gengsi demi Jepang, upaya ini jelas sukses. Jepang memiliki usia rata-rata

92
26 tahun saat menjadi menjadi juara Asia. Saat itu Jepang ditunjuk sebagai tuan

rumah Piala Asia, secara mengejutkan mereka keluar sebagai juara. Hal ini sangat

mengejutkan, 13 dari 20 pemain yang ikut serta pada saat itu pemain yang

berumur 26 tahun. Sangat mungkin kalau merekalah generasi dari Captain

Tsubasa. Namun untungnya juga, orang Jepang memiliki kepribadian yang ingin

disiplin dan kerja keras. Dengan beberapa liku-liku dan tekad yang kuat untuk

memimpin mereka menuju kemenangan. Dalam hal ini, kapten manga dan anime

Tsubasa seolah menjadi alasan bagi orang Jepang untuk lebih giat berlatih sepak

bola. Mimpi yang dihadirkan oleh Kapten Tsubasa bukan hanya sekedar mimpi.

Mereka tahu bahwa mimpi seperti anime bisa menjadi kenyataan jika mereka bisa

bekerja keras dan disiplin.

Jepang masih menjalankan proyek besar untuk menaklukkan sepakbola dunia.

Sasaran yang ingin dicapai adalah menciptakan liga sepak bola yang mampu

bersaing dengan liga-liga top Eropa pada tahun 2030 dan tentunya memenangkan

Piala Dunia 2050. Tujuannya bukanlah mimpi biasa. Pada April 2019, Presiden J-

League Mitsuru Murai menggambarkan proyek ambisius Jepang di World

Football Summit Asia di Kuala Lumpur, Malaysia. Memang langkah yang

panjang, tapi bukan tidak mungkin, seperti kisah Letnan Tsubasa yang sudah eksis

selama 30 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

93
Barker, Chris. 2005. Cultural Studies. Yogyakarta : Kreasi Wacana

Salvio Antares, Mikael 2017. “Perubahan Format Kompetisi Japanese Soccer


League kedalam Format J-League serta dampak terhadap Tim Nasional
Sepakbola Jepang” asal Universitas Darma Persada, Jakarta.Repository
Universitas Darma Persada

Indro Yuwono, Ardian 2017. “Analisis Resepsi Pengguna Situs


www.japanfootballid.com sebagai Media Informasi Sepakbola Jepang”.
Repository UGM

Sugimoto, Atsuo. 2007. “This Sporting Life: Sports and Body Culture in Modern
Japan”

asia.nikkei.com (Diakses pada 23 April 2020)

http://www.jfa.or.jp/info/inquiry/2011/11/post-2.html (Diakses pada 23 April


2020)

RAGANGAN SKRIPSI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

94
1.1 Latar Belakang 
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Kerangka Pemikiran
1.6 Metode dan Teknik Penelitian
1.7 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
2.2 Teori Utama
2.2.1 Teori Identitas
2.2.2 Teori Sports Culture
2.2.3 Teori Sepakbola Jepang
2.3 Naturalisasi dan Pembinaan Sepakbola Jepang
2.4 Kedisiplinan dan Kerja Keras untuk membuat Jepang lebih
berkembang
BAB III ANALISIS
3.1 Perkembangan Sepakbola Jepang
3.2 Faktor yang Mengembangkan Sepakbola Jepang
BAB IV SIMPULAN

SINOPSIS

LAMPIRAN DATA

DAFTAR PUSTAKA

RAGANGAN SKRIPSI

95
96

Anda mungkin juga menyukai