Purwadi 2081 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU


EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D
PK Purwadi
Jurusan Teknik Mesin, FST, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Email: pur@mailcity.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara ξ dengan efisiensi sirip η dan
efektivitas sirip ε pada keadaan tak tunak (unsteady state). Nilai ξ dinyatakan dengan L3/2(h/kAm)1/2.
Bentuk sirip yang dipilih adalah sirip longitudinal dengan profil siku empat.
Perhitungan distribusi suhu pada sirip dilakukan secara simulasi numerik. dengan
mempergunakan metode beda-hingga (finite-difference) cara eksplisit. Dengan diketahui nilai
distribusi suhu, laju aliran kalor yang sesungguhnya dilepas sirip, laju aliran kalor sirip ideal, nilai
efisiensi sirip dan efektivitas dapat dihitung. Perhitungan suhu dilakukan dengan pendekatan kasus
2D, artinya aliran kalor konduksi yang terjadi pada sirip hanya terjadi dalam 2 arah: arah x dan arah y.
Sifat bahan sirip (massa jenis, ρ, kalor jenis c dan konduktivitas termal bahan sirip k) diasumsikan
merata dan tidak berubah terhadap perubahan suhu. Kondisi fluida di sekitar sirip diasumsikan tetap
dan merata, meliputi nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h dan suhu fluida T∞. Panjang sirip L,
lebar sirip w dan tebal sirip tipis tbl.
Penelitian memberikan hasil: (1) semakin besar nilai ξ, semakin kecil nilai efisiensi sirip dan
efektivitas sirip (2) semakin besar nilai h, laju aliran kalor konveksi semakin besar, beda suhu antara
suhu sirip dengan suhu fluida di sekitar sirip semakin kecil, tetapi nilai ξ semakin besar.

Kata kunci: efisiensi sirip, efektivitas sirip, profil segi-empat, tak tunak, beda-hingga

PENDAHULUAN
Fungsi sirip (fin) adalah untuk memperluas permukaan benda agar laju perpindahan kalor dapat
diperbesar, sehingga proses pendinginan benda dapat dipercepat. Contohnya, pemasangan sirip
pada prosesor komputer dan pemasangan sirip pada motor bakar. Dengan adanya sirip, peralatan
yang dipasangi sirip akan dapat bekerja dengan semestinya, tidak ada gangguan dan tidak
memberikan kerusakan. Prosesor yang dipasangi sirip, akan menjadikan komputer terhindar dari
kondisi “hang”, dan silinder motor bakar yang dipasangi sirip juga akan terhindar dari kondisi “piston
mengunci”.
Untuk mengetahui besar kalor sesungguhnya yang dilepas sirip dapat dilakukan dengan
mengetahui efisiensi sirip atau efektivitas sirip terlebih dahulu. Karenanya sangat penting untuk
mengetahui hubungan antara ξ dengan efisiensi η dan antara ξ dengan efektivitas sirip ε. Pada
persoalan ini, nilai ξ ditentukan oleh kondisi fluida di sekitar sirip, bahan sirip dan dimensi sirip.
Penelitian dilakukan untuk keadaan tak tunak Selama ini untuk sirip tipis, umumnya pendekatan
penyelesaian dilakukan dengan kasus 1D. Pada penelitian ini, pengembangan dilakukan dengan
tinjauan kasus 2D, artinya proses perpindahan kalor konduksi pada sirip berlangsung dalam 2 arah,
arah x dan y. .
Penelitian sirip sirkumferensial telah dilakukan (Supranto, 1991), selain diselesaikan secara
simulasi numerik, penelitian juga dilakukan secara eksperimen di laboratorium. Penelitian sirip secara
simulasi numerik dengan bentuk lain juga telah dilakukan, seperti: bentuk piramid (Bintoro A.N. dan
PK Purwadi, 2006), dan bentuk piramid terpotong (Paskalianus dan PK Purwadi, 2006). Kesemua
penelitian di atas, dilakukan dengan mengasumsikan bahwa aliran kalor konduksi yang terjadi di
dalam sirip berlangsung dalam 1 arah, tegak lurus dasar sirip (kasus 1D). Semua penelitian
diselesaikan dengan mempergunakan metode beda-hingga. Untuk penelitian Supranto,
mempergunakan metode implisit dengan sifat bahan diasumsikan konstan, sedangkan peneliti yang
lainnya mempergunakan metode eksplisit tetapi dengan nilai konduktivitas termal bahan sirip k
berubah terhadap perubahan suhu.
Sirip longitudinal profil siku empat mempunyai suhu awal merata sebesar Ti. Sirip secara tiba
tiba dikondisikan pada lingkungan fluida bersuhu T∞ dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi
sebesar h. Suhu dasar sirip dipertahankan tetap dari waktu ke waktu sebesar Tb (pada penelitian ini,
Tb=Ti). Dengan berjalannya waktu, seluruh permukaan sirip akan melepaskan kalor ke fluida sekitar
dengan cara konveksi sampai sirip mencapai keadaan tunak. Pertanyaannya, berapa nilai efektivitas

25
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta

sirip ή dan efektivitas sirip ε untuk berbagai nilai L3/2(h/kAm)1/2 dari waktu ke waktu ?. Bentuk geometri
sirip seperti terlihat pada Gambar 1.

Sumbu y
sirip

tbl Sumbu x

dasar sirip

Gambar 1. Sirip longitudinal dengan profil siku empat

Beberapa asumsi diberlakukan di dalam penelitian ini: (a) nilai koefisien perpindahan kalor
konveksi h di sekitar sirip bersifat tetap dan merata (b) massa jenis bahan sirip ρ, kalor jenis bahan
sirip c dan konduktivitas termal bahan k bersifat tetap dan merata (c) aliran kalor konduksi
berlangsung dalam dua arah, arah x dan arah y. (d) suhu fluida di sekitar sirip T∞ bersifat tetap dan
merata (e) perpindahan kalor lain yang menyertai seperti perpindahan kalor radiasi diabaikan (f) tidak
terjadi pembangkitan energi di dalam sirip (g) perubahan bentuk, dimensi dan volume diabaikan.

Distribusi suhu
Pada kenyataannya distribusi suhu pada sirip tidak seragam. Pencarian distribusi suhu pada
sirip keadaan tak tunak dilakukan dengan simulasi numerik dengan mempergunakan metode beda-
hingga cara eksplisit. Tebal sirip tbl, panjang sirip L dan lebar sirip w.
Sirip dibagi menjadi banyak volume kontrol (Gambar 2). Setiap volume kontrol diasumsikan
mempunyai suhu yang seragam. Ada 4 persamaan utama yang dipergunakan untuk menghitung suhu
pada setiap volume kontrol, yaitu untuk volume kontrol (a) di dasar sirip (b) di dalam sirip, (c) di tepi
sirip (atau dipinggir sirip) dan (d) di sudut sirip. Kesemuanya diturunkan dari keseimbangan energi
yang terjadi di dalam volume kontrol.

volume kontrol di volume kontrol di


tepi sirip dalam sirip

volume kontrol
di sudut sirip

dasar sirip

Gambar 2: Pembagian sirip menjadi banyak volume kontrol

(a) Untuk volume kontrol di dasar sirip, berlaku persamaan (1):


Ti ,nj+1 = Tb ............................................................................................................(1)
(b) Untuk volume kontrol di dalam sirip (sebagai wakil, di titik A, Gambar 2) berlaku persamaan (2):
⎛ δ ⎞ ⎛ δ ⎞
Ti ,nj+1 = Fo⎜ Ti −n1, j + Ti +n1, j + Ti ,nj −1 + Ti ,nj +1 + 2 BiT∞ ⎟ + ⎜1 − 4 Fo − 2 BiFo ⎟Ti ,nj ....(2)
⎝ tbl ⎠ ⎝ tbl ⎠

26
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta

Pada persamaan di (2):



Bi = ............................................................................................ (2a)
k
δ = Δx = Δy ......................................................................................(2b)
Δt
Fo = ..........................................................................................(2c)
αδ
2

k
α= ...............................................................................................(2d)
ρc
Syarat stabilitas 1:
Pemakaian persamaan (2) memerlukan persyaratan stabilitas, dinyatakan dengan persamaan (3).
1
Fo ≤ .....................................................................................(3)
⎛ δ ⎞
⎜4 + 2 Bi ⎟
⎝ tbl ⎠
(c) Untuk volume kontrol di tepi sirip (sebagai wakil, di titik B atau dititik tepi sirip bagian depan, lihat
Gambar 2 ):
⎛ δ ⎞ ⎛ δ ⎞
Ti ,nj+1 = Fo⎜ Ti −n1, j + Ti +n1, j + Ti ,nj +1 + 2(1 + ) BiT∞ ⎟ + ⎜1 − 4 Fo − 2(1 + ) BiFo ⎟Ti ,nj ...(4)
⎝ tbl ⎠ ⎝ tbl ⎠
Syarat stabilitas 2:
Pemakaian persamaan (4) memerlukan persyaratan stabilitas, dinyatakan dengan persamaan (5).
1
Fo ≤ ...............................................................................(5)
⎛ δ ⎞
⎜ 4 + 2(1 + ) Bi ⎟
⎝ tbl ⎠
(d) Untuk volume kontrol di sudut sirip (sebagai wakil dititk C, sudut ujung sirip bagian depan, lihat
Gambar 2):
⎛ δ ⎞ ⎛ δ ⎞
Ti ,nj+1 = Fo⎜ 2Ti −n1, j + 2Ti ,nj +1 + 2(2 + ) BiT∞ ⎟ + ⎜1 − 4 Fo − 2(2 + ) BiFo ⎟Ti ,nj ....(6)
⎝ tbl ⎠ ⎝ tbl ⎠
Syarat stabilitas 3:
Pemakaian persamaan (6) memerlukan persyaratan stabilitas, dinyatakan dengan pers. (7).
1
Fo ≤ ................................................................................(7)
⎛ δ ⎞
⎜ 4 + 2(2 + ) Bi ⎟
⎝ tbl ⎠
Keterangan:
o
: Suhu volume kontrol di posisi i,j saat t=n+1, C
Ti ,nj+1
o
: Suhu volume kontrol di posisi i,j saat t=n, C
Ti ,nj
: Suhu volume kontrol di posisi i+1,j saat t=n+1, oC
Ti +n1+,1j
: Suhu volume kontrol di posisi i,j+1, saat t=n+1, oC
Ti ,nj++11
o
: Suhu fluida di sekitar sirip, C
T∞
Bi : Bilangan Biot
Fo : Bilangan Fourier
∆x : Jarak antara volume kontrol dalam arah x, m
∆y : Jarak anrata volume kontrol dalam arah y, m
∆t : Selang waktu, detik
Tbl : Tebal sirip, m
o
K : Koefisien perpindahan kalor konduksi, W/m C.
H : Koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2oC
Ρ : Massa jenis bahan sirip, kg/m3
o
C : Kalor jenis bahan sirip, J/kg C.
2
Α : Difusivitas termal bahan sirip, m /detik.

27
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta

Laju aliran kalor yang dilepas sirip sesungguhnya


n +1
Laju aliran kalor sesungguhnya yang dilepas sirip dari waktu ke waktu Qact , dihitung dengan
pers. (8). Asi , j adalah luas permukaan volume kontrol di posisi i,j yang bersentuhan dengan fluida.
n +1
Qideal n +1
= Qact ( )
= ∑ hAsi , j Ti ,nj+1 − T∞ ...........................................................................(8)

Laju aliran kalor yang dilepas sirip ideal


n +1
Laju aliran kalor yang dilepas sirip ideal QT =Tb , adalah kalor yang dilepas seandainya seluruh
permukaan sirip (=Asf) bersuhu sama dengan suhu dasar, dinyatakan:
QTn=+Tb
1
( )
= hAsf Tbn +1 − T∞ ..............................................................................................(9)

Efisiensi sirip
Efisiensi sirip η merupakan perbandingan antara kalor sesungguhnya yang dilepas sirip dengan
kalor yang dilepas sirip ideal, dinyatakan dengan persamaan (10):

Q n +1
Q n +1 ∑ hA (T i, j
n +1
i, j − T∞ ) ∑ A (T i, j
n +1
i, j − T∞ )
η= = =
( ) = A (T )
act act
n +1 n +1
..............................(10)
Q ideal Q T =Tb hAsf Tbn +1 − T∞ sf b
n +1
− T∞

Efektivitas sirip
Efektivitas sirip ε merupakan perbandingan antara kalor sesungguhnya yang dilepas sirip
dengan kalor yang dilepas jika tidak bersirip, untuk keadaan tak tunak dinyatakan dengan persamaan
(11). Pada persamaan (11), Ab adalah luas dasar sirip.

Q n +1 ∑ hA (T i, j
n +1
i, j − T∞ ) ∑ A (T i, j
n +1
i, j − T∞ )
ε= =
( ) = (w.tbl )(T ) . ...................................(11)
act
n +1
Qtan pa − sirip hAb Tbn +1 − T∞ b
n +1
− T∞

Pencarian distribusi suhu


Pencarian distribusi pada keadaan tak tunak dilakukan dengan mempergunakan metode beda-
hingga cara eksplisit. Pembagian sirip menjadi banyak volume kontrol atau banyak node seperti
terlihat pada Gambar 2.

Perhitungan efisiensi sirip.


Perhitungan efisiensi sirip dilakukan dengan urutan: menghitung (1) distribusi suhu (2) laju aliran
kalor sesungguhnya (1) laju aliran kalor ideal (3) efisiensi dan efektivitas sirip (4) menghitung efisiensi
η dan efektivitas ε dengan memvariasikan nilai ξ.

Variasi penelitian
Nilai ξ

Cara mendapatkan data


Setelah program untuk perhitungan distribusi suhu, laju aliran kalor seungguhnya, laju aliran
kalor ideal, efisiensi dan efektivitas dibuat, maka input dari variabel penelitian dimasukkan. Dengan
menjalankan program maka akan diperoleh data data hasil penelitian seperti yang diinginkan. Data
hasil penelitian dicatat dan siap untuk diolah.

Cara pengolahan data


Data data yang telah dicatat, diolah dengan bantuan program tertentu yang dapat menghasilkan
bentuk grafik. Dengan membawanya ke dalam bentuk grafik, pembahasan dan kesimpulan terhadap
hasil penelitian dapat dilakukan dengan mudah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian disajikan pada Gambar 3, 4, 5,6 dan 7

28
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta

100 210
180
80
150
E fis iens i, η %  

efek tiv itas  s irip


60
120

40 90

60
20
30
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 2 3 4 5 6 7
L 3/2  (h/k.A m)  1/2 L 3/2  (h/k.A m )  1/2

t = 0            detik t = 0,2969   detik t = 0           detik t = 0,2969  detik


t = 0.5939   detik t = 1,4849   detik t = 0,5939  detik t = 1,4849  detik
t = 2,9698   detik t = 14,1957 detik t = 2,9698  detik t = 14,1957 detik
Gambar 3: Hubungan ξ dengan efisiensi Gambar 4: ξ vs efektivitas ε

1000 100

800 80
laju aliran kalor actual, watt

efisiensi sirip, %
600 60

400 40

200 20

0 0
0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10
w aktu t, detik w aktu t, detik

Gambar 5: Kalor yang dilepas sirip Gambar 6: Efisiensi sirip


sesungguhnya dari waktu ke waktu dari waktu ke waktu

200
Keterangan untuk Gambar 5, 6 dan 7
Panjang sirip L : 0,1 m
160
Lebar sirip w : 0,06 m
Tebal sirip tbl : 0,001 m
efektivitas sirip

120 ∆x : 0,005 m
∆y : 0,005 m
80 Bahan sirip: : Alumnium
Massa jenis : 2707 kg/m3
bahan ρ
40
Nilai k : 204 W/moC
Nilai kalor jenis c : 896 J/kg oC
0 Nilai h : 1000
0 2 4 6 8 10 W/m2oC
w aktu t, detik
Suhu fluida : 30 oC
Gambar 7: Efektivitas sirip dari waktu ke waktu Suhu dasar sirip : 100 oC
Suhu awal sirip : 100 oC
Selang waktu ∆t : 0,029698
detik

29
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta

Semakin besar nilai ξ, semakin besar nilai efisiensi sirip η. Hal itu berarti bahwa untuk
mendapatkan nilai efisiensi sirip yang besar, nilai ξ dipilih bernilai kecil. Jika bahan sirip dan dimensi
sirip sudah ditentukan, maka untuk mendapatkan nilai efisiensi sirip, satu satunya variabel yang
mempengaruhi hanyalah nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h saja. Jika nilai koefisien
perpindahan kalor konveksi h dipilih kecil, maka nilai distribusi suhu yang dihasilkan pada sirip tinggi
akibatnya perbedaan suhu sirip dengan suhu lingkungannya semakin besar, dan nilai efisiensi
semakin besar. Jika nilai h kecil, maka nilai ξ akan mengecil, karena nilai ξ berbanding lurus dengan
akar nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h. Nilai koefisien perpindahan konveksi h yang kecil
bila proses perpindahan kalor dari sirip ke fluida sekitar berlangsung secara konveksi bebas.
Hubungan antara ξ dan efisiensi pada keadaan tak tunak seperti terlihat pada Gambar 3. Pada
awalnya nilai efisiensi 100%, dengan berjalannya waktu nilai efisiensi turun. Hal ini disebabkan karena
distribusi suhu pada sirip dengan berjalannya waktu semakin dekat dengan suhu lingkungannya.
Untuk keadaan tunak, hasil yang diperoleh dari penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang
telah dilakukan peneliti lain (Holman JP).
Gambar 3 dapat dipergunakan untuk membantu menghitung laju aliran kalor yang dilepas oleh
sirip. Jika nilai ξ sudah ditentukan, besarnya efisiensi sirip dapat dihitung, dan laju aliran kalor dapat
diketahui. Jika dimensi dan bahan sirip sudah di tentukan, maka untuk mempercepat proses
perpindahan kalor dari sirip ke fluida di sekitar sirip dapat juga dilakukan dengan memperbesar nilai
koefisien perpindahan kalor konveksi h, karena laju aliran kalor secara konveksi ditentukan oleh nilai
h, dan berbanding lurus. Tetapi untuk nilai h yang besar, nilai efisiensi sirip η akan menurun. Nilai h
yang besar dapat dihasilkan jika proses perpindahan kalor dari sirip ke fluida sekitar berlangsung
secara konveksi paksa atau berlangsung dengan disertai perubahan fase. Jika fluida di sekitar sirip
sama, nilai h dapat diperbesar dengan memperbesar kecepatan aliran fluida. Dengan kecepatan
semakin besar, distribusi suhu pada sirip semakin dekat dengan suhu lingkungannya. Semakin dekat
beda suhu antara sirip dan suhu fluida, semakin kecil laju aliran kalornya.
Semakin besar nilai ξ, semakin besar efektivitas sirip ε. Semakin besar nilai efektivitas sirip,
pemasangan sirip semakin menguntungkan. Sama seperti efisiensi, jika dimensi dan bahan sirip
sudah ditentukan, nilai efektivitas sirip hanya ditentukan oleh nilai h. Semakin kecil nilai h, efektivitas
sirip semakin besar. Semakin kecil nilai h, beda suhu antara suhu sirip dengan suhu fluida di sekitar
sirip semakin besar. Hubungan antara nilai ξ dan hubungan efektivitas disajikan pada Gambar 4.
Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7, menyajikan contoh besarnya laju aliran kalor, nilai
efisiensi dan efektivitas sirip dari waktu ke waktu untuk sirip dengan bahan alumunium, bentuk sirip
tertentu, kondisi lingkungan tertentu, kondisi batas dan kondisi awal tertentu. Pada contoh ini, nilai
pada keadaan tunak, diperlihatkan dengan garis datar pada grafik, karena pada keadaan tunak, nilai
yang diberikan sudah tidak lagi berubah terhadap perubahan suhu.

KESIMPULAN
1. Semakin besar nilai ξ, semakin kecil nilai efisiensi sirip dan efektivitas sirip.
2. Semakin besar nilai h, laju aliran kalor konveksi semakin besar, beda suhu antara suhu sirip
semakin dengan suhu fluida di sekitar sirip semakin kecil, tetapi nilai ξ semakin besar.
aran
Jika sirip dibagi menjadi banyak volume kontrol hasilnya akan semakin akurat. Hanya saja
perhitungannya menjadi lebih banyak dan waktu yang diperlukan dalam perhitungan semakin lama.
Selang waktu yang diperlukan akan semakin kecil, karena harus memenuhi ketentuan persyaratan
kestabilan. Jika menginginkan terhindar dari persyaratan kestabilan, dapat dipilih metode lain, seperti
metode implisit. Hanya saja pembuatan programnya tidak sesederhana metode eksplisit. Hasil lebih
akurat juga dapat dihasilkan jika tinjauan arah perpindahan kalor konduksi dalam 3 arah: x,y dan z.

DAFTAR PUSTAKA
Bintoro A.N. dan Purwadi PK, 2006, Efektivitas Sirip Piramid Keadaan Tak Tunak dengan Sifat Bahan
k=k(T), FT USD Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Teknologi: Teknologi Bagi Masyarakat.
Holman JP, 1995, Perpindahan Kalor, Jakarta: Penerbit Erlangga, Edisi keenam.
Paskalianus dan Purwadi PK, 2006, Efektivitas Sirip Piramid Terpotong Pada Keadaan Tak Tunak,
dengan Konduktivitas Termal Bahan k=k(T), FT USD Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional
Teknologi 2006: Teknologi Bagi Masyarakat.
Purwadi PK, 2007, Efektivitas Sirip Keadaan Tak Tunak dengan Nilai Konduktivitas Termal k=k(T), FTI
UII Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2007, Inovasi Teknologi dalam Bisnis dan
Industri: Peluang dan Tantangan.
Supranto, 1991, Penelitian Perpindahan Panas pada Metal Fin Sirkular, PAU Ilmu Teknik UGM
Yogyakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai