Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN

Kaderisasi merupakan suatu proses pembentukan karakter


seseorang agar sepaham dengan ideologi ataupun agar orang tersebut
mengerti aturan-aturan yang ada dalam suatu kelompok, sehingga orang
tersebut dengan mudah menyusuaikan diri dengan lingkungan barunya
tersebut. Pengkaderan juga berfungsi sebagai sarana memperkenalkan
lingkungan kepada mahasiswa baru dan saling mengenal antar sesama
mahasiswa baru (masa orientasi).

Namun, pengkaderan dan kaderisasi selalu dianggap sebagai hal


yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa apalagi mahasiswa baru.
Para mahasiswa biasanya berpikir bahwa pengkaderan selalu identik
dengan kekerasan fisik. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu
kaderisasi menggunakan kekerasan fisik sudah mulai menghilang.

Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas


sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas
dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan
informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari
mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga,
melainkan juga diharapkan kader tetap akan membawa misi gerakan
organisasi hingga paripurna.

Tujuan kaderisasi sendiri adalah menciptakan kader yang


berkualitas secara mental spiritual dan intelektual dengan menumbuhkan
iman dan takwa, sikap integritas, serta memiliki standar kompetensi soft
skill dan hard skill yang baik. Oleh karena itu, demi eksistensi organisasi
maka kaderisasi mutlak dilakukan agar terjadi regenerasi kader yang
berkualitas, yaitu kader yang militan, intelek, kreatif, inovatif, generatif.

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pengkaderan atau Kaderisasi merupakan suatu proses


pembentukan karakter seseorang agar sepaham dengan ideologi
ataupun agar orang tersebut mengerti aturan-aturan yang ada
dalam suatu kelompok, sehingga orang tersebut dengan mudah
menyusuaikan diri dengan lingkungan barunya
tersebut. Pengkaderan juga berfungsi sebagai sarana
memperkenalkan lingkungan kepada mahasiswa baru dan saling
mengenal antar sesama mahasiswa baru (masa orientasi).
Dan pengkaderan pada hakikatnya adalah sebuah hal yang penting
di dalam suatu kelompok ataupun organisasi, agar kelompok atau
organisasi tersebut dapat membentuk kader-kader baru yang
berkualitas, yang tentunya ke depannya akan berguna bagi
kelompok atau organsasi tersebut. Karena akan ada regenerasi
yang baik di dalam kelompok atau organisasi tersebut karena
banyaknya kader-kader yang berkualitas.

Namun, pengkaderan dan kaderisasi selalu dianggap


sebagai hal yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa apalagi
mahasiswa baru. Para mahasiswa biasanya berpikir bahwa
pengkaderan selalu identik dengan kekerasan fisik. Pengkaderan
yang seharusnya menjadi tempat pembentukan watak dan karakter
mahasiswa baru, justru menjadi ajang balas dendam para senior
kepada mahasiswa baru dengan alasan karena mereka pun pernah
mengalami hal yang sama. Lebih parahnya lagi pengkaderan
terkadang menjadi ajang mempertontonkan kekuatan senior
kepada mahasiswa baru, sehingga senior yang menjadi pengkader
tak ubahnya seorang preman di mata para mahasiswa baru. Ironis

2
memang, namun seiring dengan berjalannya waktu kaderisasi
menggunakan kekerasan fisik sudah mulai menghilang. Diharapkan
kaderisasi yang dijalankan oleh lembaga-lembaga kemahasiswaan
dapat berjalan dengan baik sehingga betul-betul menghasilkan
mahasiswa yang tidak hanya saja unggul dalam bidang akademik
namun juga menghasilkan kader-kader yang gigih dan pekerja
keras, tidak mudah menyerah, memiliki etika yang baik, dan
mampu menempatkan diri sebagai mahasiswa yang ideal yang
dikenal sebagai agent of change dan social control.

I.2 Tujuan

a. Mengetahui definisi kader dan kaderisasi


b. Mengetahui tujuan kaderisasi

c. Mengetahui makna kata militansi

d. Mengetahui ciri-ciri mahasiswa ideal

e. Memahami pentingnya membentuk kader yang militan,


intelek, kreatif, inovatif, generatif dalam sebuah organisasi

I.3 Manfaat

Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan


memahami urgensi kaderisasi dalam sebuah organisasi demi
mempertahankan eksistensi organisasi dalam mencapai visi misi
organisasi itu sendiri.

3
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi dan Tujuan Kader dan Kaderisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kaderisasi adalah


pengaderan, dan arti dari kader adalah “orang yang diharapkan
memegang peran penting di pemerintahan, partai, dsb.”. Kader
adalah orang yang dididik untuk menjadi pelanjut tongkat estafet
suatu partai atau organisasi. Kader adalah anggota yang telah
mengikuti pelatihan kader dasar dan berhak untuk masuk dalam
ruang kompetisi kader di berbagai tingkat kepengurusan suatu
organisasi.

Seperti yang terjadi pada setiap organisasi baik yang


berskala besar atau tidak pelatihan merupakan faktor penting bagi
kesuksesan sumber daya manusia guna meningkatkan kualitas
komunikasi. Untuk menguasai secara efektif sesuai keterampilan,
pengetahuan, sikap, partisipasi aktif seseorang merupakan sesuatu
yang esensial. Jarak waktu antara masa-masa latihan diatur secara
cermat dan tepat menunjukkan efektivitas pelatihan yang baik.

Untuk menjaga mutu pelatihan maka dibutuhkan konsistensi


dan konsekuensi baik dari penyelenggara merupakan dalam
penerapan sistem pelatihan telah ditentukan misalnya syarat
peserta latihan dan follow-up kegiatan lanjutan paska latihan
sebagai bentuk perawatan kader.

Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung


kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka
yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal,
teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui

4
pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan
eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan
kader tetapakan membawa misi gerakan organisasi hingga
paripurna.

Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus


sesuai tingkatan, capaian, situasi dan kebutuhan tertentu yang
memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi
akal, kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat
membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki
keadaan sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih
baik sesuai dengan cita-cita yang diidealkan, nilai-nilai yang
di yakini serta misi perjuangan yang diemban.

Pengkaderan merupakan suatu proses pembentukan


karakter seseorang agar sepaham dengan ideologi ataupun agar
orang tersebut mengerti aturan-aturan yang ada dalam suatu
kelompok, sehingga orang tersebut dengan mudah menyusuaikan
diri dengan lingkungan barunya tersebut. Pengkaderan juga
berfungsi sebagai sarana memperkenalkan lingkungan kepada
mahasiswa baru dan saling menggenal antar sesama mahasiswa
baru (masa orientasi). Pengkaderan pada hakikatnya adalah
sebuah hal yang penting di dalam suatu kelompok ataupun
organisasi, agar kelompok atau organisasi tersebut dapat
membentuk kader-kader baru yang berkualitas, yang nanti tentunya
akan berguna bagi kelompok atau organisasi tersebut, karena akan
ada regenerasi yang baik di dalam kelompok atau organisasi
tersebut karena banyaknya kader-kader yang berkualitas.

Tujuan kaderisasi sendiri adalah menciptakan kader yang


berkualitas secara mental spiritual dan intelektual dengan
menumbuhkan iman dan takwa, sikap integritas, serta memiliki

5
standar kompetensi soft skill dan hard skill yang baik. Apabila
seorang mahasiswa senior mampu berperan aktif dalam lembaga
mahasiswa, mempunyai banyak prestasi baik secara akademik
maupun non akademik dengan tidak meninggalkan kewajibannya
sebagai makhluk Tuhan, maka diharapkan hal serupa dapat dimiliki
oleh mahasiswa junior. Begitulah gambaran singkat tujuan
diadakannya kaderisasi.

II.2 Definisi Militansi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata 'Militan'


memiliki arti "bersemangat" atau "bergairah". Istilah ini sebenarnya
dapat bermakna baik. John M. Echols dan Hassan Shadily
menerjemahkan kata 'militant' dengan 'agresif'. Kamus American
Heritage Dictionary mengartikan 'militant' dengan 'fighting or
warring' dan 'aggressive'. Jika kata ini digabung dengan akhiran "i"
dalam bahasa Indonesia, menjadi 'militansi', dalam beberapa hal
kata ini menjadi berkonotasi baik. Misalnya, seorang pejuang yang
memiliki 'militansi' yang tinggi.

Dalam Miriam Webster Dictionary tertulis, bahwa istilah ini


termasuk kata sifat dan kosakata ini dimasukkan ke dalam kamus
pertama kali pada abad ke-15. Dalam kamus ini, militan
didefinisikan sebagai, "engaged in warfare or combat" (disibukkan
dalam peperangan atau pertempuran). Dalam kamus ini juga
disebutkan militan adalah menunjukkan sikap yang agresif dan
sangat aktif.

Hal serupa dijelaskan pula dalam Cambrige International


Dictionary, istilah militan sebagai kata sifat didefinisikan sebagai,

6
"active, determined and often willing to use force" (aktif, tekun, dan
acapkali sudi untuk menggunakan kekuatannya).

Militan sebagai kata sifat juga didefinisikan dengan berjuang


atau berperang. Arti lainnya, memiliki karakter bertempur, agresif,
khususnya dalam menghadapi (suatu) perkara. Militan sebagai kata
benda, didefinisikan sebagai perjuangan, pertempuran, atau
agresivitas; baik individu ataupun partai (The American Heritage®
Dictionary of the English Language, Fourth Edition. Published by
Houghton Mifflin Company.)

Dan, militan juga didefinisikan sebagai "self-assertive"


(ketegasan diri) dan memiliki semangat yang tak pernah henti,
seolah ada di mana-mana. (WordNet ® 1.6, © 1997 Princeton
University)

II. 3 Mahasiswa Ideal

Sosok mahasiswa yang ideal secara singkat dapat dirangkum


dalam 3 kata, yaitu berprestasi, berorganisasi, dan berbudi pekerti.
Seorang mahasiswa ideal adalah seorang yang seimbang. Dia tahu
bagian-bagian yang harus diisinya dengan porsi yang cukup, tidak
terlalu berkutat dalam buku-buku tebal perkuliahan, tetapi tidak
teramat ekstrim dengan kegiatan luarnya. Bukan berarti dia orang
pas-pasan dengan sekelumit pengetahuan atau pengalaman pada
beberapa sudut, justru karena kesadaran akan pentingnya kuliah
dan kegiatan ekstranya, ia berhasil membuatnya akur, teratur, dan
rapi. Dalam menggeluti salah satu bidang, dia tidak pernah over.
Dirinya terlalu mahal untuk fanatik. Dari sini, dia mengatur siasat
untuk tidak terguling. Ia seimbang.

7
Di luar ketiga hal tersebut ada satu hal yang sudah pasti
harus dimiliki yaitu berpribadi religius. Religiusitas ini tidak perlu
disebut lagi karena hakikatnya merupakan dasar dari inspirasi dan
motivasi ketiga hal tadi. Dengan kata lain, prestasi, keaktifan,
dalam organisasi dan budi pekerti tidak akan berarti tanpa dilandasi
oleh nilai-nilai religi.

Prestasi mencerminkan penguasaan seseorang terhadap


sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan dan diuji
kepada mahasiswa. Pretasi mahasiswa disimbolkan dengan nilai
atau Indeks Prestasi (IP). Prestasi dalam makna IP ini akan
menjadi pertimbangan awal bagi seseorang lulusan ketika ingin
melamar suatu pekerjaan, namun IP saja tidak cukup. IP hanya
bisa membawa mahasiswa ke meja interview namun pengalaman
dalam berorganisai juga sangat dibutuhkan untuk nantinya bekerja
di suatu perusahaaan ternama. Pengalaman berorganisasi akan
memberikan bekal kepada mahasiswa yang tentunya dapat
digunakan untuk masa depan yaitu: kemampuan berinteraksi,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir logis dan
sistematis. Dengan adanya pengkaderan, kemampuan untuk
berkomunikasi, membangun relasi dengan orang lain, berpikir logis
dan kritis dilatih. Keuntungannya memang tidak dirasakan secara
langsung namun kedepannya sangat berguna khususnya nanti
ketika terjun ke dunia pekerjaan.

II. 4 Membentuk Kader yang Militan, Intelek, Kreatif, Inovatif, dan


Generatif

Intelek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


adalah daya atau proses pikiran yang lebih tinggi yang berkenaan

8
dengan pengetahuan, daya akal budi, kecerdasan berpikir.
Sedangkan orang yang menggunakan inteleknya untuk bekerja,
belajar, membayangkan, mengagas, dan menjawab persoalan
dengan berbagai idea, disebut intelektual.

Kreatif menurut KBBI termasuk kedalam kata sifat yang


bermakna, memiliki daya cipta, hasil daya khayal, dan merupakan
hasil buah pikiran atau kecerdasan manusia. Inovatif menurut KBBI
yaitu bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru, bersifat
pembaruan. Dan kata terakhir yang digunakan pada judul adalah
generatif, menurut KBBI bermakna sebagai bersifat menerangkan
dengan kaidah-kaidah yang merupakan pemerian struktur tentang
kalimat dalam di sebuah bahasa, namun dalam konteks kalimat
pada tema essai ini, yang dimaksud adalah dapat menggilirkan
periode jabatannya pada generasi selanjutnya.

Kembali pada sudut pandang yang utuh, pembentukan


kader yang militan, intelek, kreatif, inovatif, dan generatif
merupakan goal setting dari setiap organisasi yang memiliki
eksistensi hingga saat ini. Setiap organisasi, baik bersifat sosial-
masyarakat, politik, agamis, akademis, dan berbagai latar belakang
memiliki kesamaan yaitu sebagai tempat berkumpulnya dua orang
atau lebih yang memiliki visi dan misi yang sama yang kemudian
bersama-sama melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam setiap perkumpulan
tersebut, sudah pasti melibatkan begitu banyak orang yang
memiliki begitu banyak pula pemikiran. Banyak teori-teori
organisasi yang telah berkembang menjelaskan bagaimana
manajemen suatu organisasi, memanajemen sumber daya
manusia maupun alam.

9
Salah satu hal terpenting dalam keberlangsungan dan
keeksistensian suatu organisasi adalah proses pengrekrutan kader-
kader berkualitas yang nantinya akan meneruskan tambuk
kepemimpinan organisasi tersebut di masa mendatang. Proses
pengrekrutan kader yang kemudian biasanya disebut pengkaderan
bukan hal yang enteng, perlu penyeleksian yang ketat agar residu
yang tersisa diatas filter kader memang merupakan kader-kader
terbaik.

Oleh karena kader dianggap sebagai ujung tombak suatu


organisasi, maka kriteria minimum yang wajib dimiliki harus tinggi.
Salah satu kriteria tersebut adalah para kader harus memiliki jiwa
militan. Seperti yang telah dijelaskan diawal, jiwa militan yaitu jiwa
semangat membara, mengebu-gebu dan penuh gairah dalam
melaksanakan amanah yang diemban dalam keorganisasian
tersebut. Seorang kader tidak akan pernah mendapatkan sebutan
militan, jika komitmen dan tujuan dalam organisasi tersebut tidak
begitu kuat. Kuat tidaknya tujuan bahkan komitmen seseorang,
sebenarnya bergantung dari niat orang tersebut, dalam hal ini
kader, untuk terjun dalam organisasi. Begitupun jika niat seseorang
tersebut untuk mendapatkan ridho Allah. Kemurnian niat untuk
melakukan sesuatu hanya karena takut kepada Allah dan hanya
mengharapkan rahmat-Nya, maka sudah pasti perilaku yang
tercermin adalah perilaku militan, yang sungguh-sungguh dan
bersemangat. Menurut tinjauan pustaka dan pengamatan, tingkat
militansinya seorang kader dalam mengemban amanah lebih besar
diakibatkan karena ketakutannya kepada Allah, beratnya amanah
dan konsekuensi yang dibebankan kepadanya. Hal tersebut yang
membuatnya seolah tidak memiliki pilihan lain kecuali menyerahkan
ketotalan dirinya yang diwujudkan pada setiap aktivitas dalam
menjalankan amanah itu sendiri.

10
Kebodohan dan kezaliman yang telah menjadi sifat buruk
manusia, harus menjadi intropeksi diri bagi seorang kader yang
telah memikul amanah pada pundaknya tersebut. Jiwa militan saja
tidaklah cukup, perlu faktor penunjang lainnya, yaitu kecerdasan
dalam berpikir yang dikenal dengan sebutan intelek. Kader yang
intelek mampu berpikir sebelum mengambil keputusan dan
bertindak. Sifat ini sangat dibutuhkan pada diri setiap kader agar
terhindar dari keburukan sifatnya. Kadar intelek kader tersebut
yang nantinya akan menuntunnya memecahkan persoalan dengan
pendekatan yang benar, bijak dan sesuai syariat, tanpa
mempertimbangkan nafsu syaithan yang berada disekitarnya. Tentu
saja intelek yang harus dimiliki kader bukan hanya dalam
pandangan sempit intelegent quotion saja, namun juga emotional
quotion dan yang terpenting spiritual quotion. Agar kecerdasannya
itu dapat disalurkannya dengan cara dan metode yang benar.

Perkembangan dunia yang kini semakin pesat, kecanggihan


teknologi, dan kecanggihan pemikiran manusia, mengakibatkan
persaingan dalam berbagai bidang. Hal ini tentu saja menuntut
setiap kader melakukan lompatan/transformasi paradigma. Jika
selama ini kader hanya berpikir bagaimana agar bisa hidup, dan itu
saja cukup, maka sekarang bukan lagi masalah bertahan hidup
tetapi tuntutan kader sekarang adalah bagaimana organisasi yang
digelutinya memenangkan persaingan yang terjadi. Dalam era
persaingan saat ini, jika tidak memiliki kelebihan, maka akan
tersingkirkan dan terbuang. Tentu saja itu bukanlah suatu
organisasi. Perlu adanya upaya real dalam menyikapi persaingan
tersebut, yaitu dengan membentuk kader-kader yang memiliki jiwa
kreatif dan inovatif yang tinggi. Jiwa kreatif seperti yang telah
dijelaskan diawal berkaitan dengan hasil kecerdasan manusia
dalam mendaya cipta. Semakin kreatif kader dalam hal

11
mempublikasikan kegiatan-kegiatannya, mempublikasikan produk-
produknya, merekrut kader mudanya, maka akan semakin besar
peluang memenangkan persaingan terutama dengan organisasi
yang notabenenya nonislam. Organisasi yang memenangkan,
sudah tentu dapat menjadi eksis dan terkenal, yang implikasinya
dapat memudahkan organisasi tersebut merekrut kader yang lebih
baik lagi ke depannya.

Seperti yang telah diketahui, militan, intelek, dan kreatif saja


belum cukup bagi kader yang berkomitmen pada kemenangan
organisasinya. Kader juga perlu memiliki jiwa inovatif.
Penerapannya dapat dilakukan pada pembuatan program kerja
yang menarik minat sasaran organisasinya (dalam organisasi
islam, dikenal dengan sasaran dakwah). Kader yang inovatif akan
memberikan aliran udara segar bagi para penghuni organisasi,
yang bisa meniupkan topan semangat dan keceriaan dalam
berbuat kebaikan. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang masih baru
dan fresh yang ditujukan pada sasaran organisasi, membuat
sasaran akan semakin tertarik dan bersemangat mengikuti
organisasi tersebut. Sehingga pengrekrutan kader selanjutnya akan
semakin mudah dan memiliki peluang besar.

Seperti yang telah diketahui bahwasanya umur jabatan


kader di setiap organisasi tidak lama, adanya tenggat masa jabatan
yang menandakan berakhirnya amanah yang diembannya dalam
organisasi itu, maka sudah seharusnya kader-kader tersebut
mempersiapkan para penerus yang akan menggantikan mereka.
Tentu bukan perkara mudah dalam memilih kader baru
yang compatible. Oleh karena itu perlunya sifat yang terakhir yang
harus dimiliki kader yaitu generatif. Makna generatif itu sendiri
adalah mampu menurunkan tambuk kepemimpinan pada generasi
selanjutnya. Sifat generatif yang melekat pada diri kader akan

12
sangat membantu kader untuk memberikan ilmu dan pengalaman
pada generasi kader selanjutnya, begitupun prosesnya akan
terus berulang.

13
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Kaderisasi adalah salah satu cara untuk membentuk


karakter mahasiswa menjadi orang yang berjiwa pemimpin, berpikir
kritis dan logis, dapat menempatkan diri dengan baik. Kaderisasi
yang bertujuan untuk menciptakan kader yang berkualitas secara
mental spiritual dan intelektual dengan menumbuhkan iman dan
takwa, sikap integritas, serta memiliki standar kompetensi soft
skill dan hard skill yang baik diharapkan dapat menghasilkan kader-
kader yang militan, intelek, kreatif, inovatif, dan generatif demi
mempertahankan dan melanjutkan eksistensi organisasi.

III.2 Saran

Semoga dengan adanya kaderisasi dapat diciptakan


mahasiswa ideal yang tidak hanya unggul dalam bidang akademik
saja, namun juga unggul dalam hal berorganisasi dan dalam
berkomunikasi dengan orang-orang sekitar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Syafri Mangku Prawira. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.


Glalia Indonesia: Jakarta. 2003.
Ahmad Maulana. Kamus Ilmiah Populer. Absolut: Yogyakarta. 2004.
Jimmy Sadli. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat:
Jakarta. 2001
Yayan Puji R. 2010. Mahasiswa Ideal. (Online),
(http://www.mediacenterstan.com/2010/02/mahasiswa-ideal.html), diakses
tanggal 5 Maret 2014.

15

Anda mungkin juga menyukai