SEKRIPSI Finalxx
SEKRIPSI Finalxx
MUHAMMAD ALAMSYAH
41315320038
DisusunOleh:
Nama : MUHAMMAD ALAMSYAH
NIM : 41315320038
Program Studi : TeknikMesin
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Laporan Tugas Akhir yang telah saya
buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar ke asliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan Laporan Tugas Akhir ini merupakan hasil plagiat atau
pernjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan di
Universitas Mercu Buana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan.
Muhammad Alamsyah
ii
LEMBAR PENGESAHAN
DisusunOleh:
Mengetahui,
PENGHARGAAN
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
Laporan Tugas Akhir yang berjudul "ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIS
PAPAN PLAFON DENGAN BAHAN KARDUS BEKAS DAN SABUT KELAPA"
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar strata satui (S1) program studi Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercubuana.
Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, terutama kepada kedua orang tua yang selalu
memberikan do'a dan restunya. Ucapan terimakasih ini juga saya sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Arissetyanto Nugroho, MM. selaku Rektor Universitas Mercu
Buana.
2. Bapak Dr. Danto Sukma Jati, ST., M.sc. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mercubuana.
3. Bapak Hadi Pranoto, ST., MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Mercubuana.
4. Bapak Hendri, ST.,MT. selaku Sekretaris Program Studi Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana.
5. Bapak Hadi Pranoto, ST., MT. selaku dosen pembimbing yang telah
mengarahkan dan membantu dalam penyelesaian laporan kerja praktek ini.
6. Kepada keluarga yang telah memberikan dukungan moral maupun materil.
7. Rekan-rekan Teknik Mesinangkatan Universitas Mercu Buana Bekasi.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
Semoga menjadi pahala atas semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Muhammad Alamsyah
iv
ABSTRAK
DAFTAR ISI
LEMBARPERNYATAAN i
LEMBARPERNGESAHAN ii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GRAFIK x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG 1
1.2 RUMUSANMASALAH 3
BAB II TINJAUANPUSTAKA
2.2 GIPSUN 7
2.3 KOMPOSIT 9
2.5 KELAPA 11
2.6 PVac 13
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN 35
viii
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Grafik
Grafik 4.1 Pengujian Kerapatan Air 3 jam papan plafon pada komposisi
yang berbeda 24
Grafik 4.2 Pengujian Daya Serap Air 3 jam papan plafon pada komposisi
yang berbeda 25
Grafik 4.3 Pengujian Pengembangan Tebal 3 jam papan plafon pada komposisi
yang berbeda 27
Grafik 4.3 Pengujian Pengembangan Linier 3 jam papan plafon pada komposisi
yang berbeda 28
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini bisa teratasi jika kita memanfaatkan bahan limbah atau bahan sisa
untuk bahan bangunan tersebut. Adapun salah satu permasalahan utama dalam
menyediakan rumah di Indonesia adalah tingginya biaya konstruksi bangunan dan
lahan. Harga papan gypsum Jayaboard dengan ukuran 9mm (1.20x2.40) Rp. 63.000,
Shunda Plafond jenis Plat gloss white 0,8x20 cm dengan harga Rp. 26.000, GCR
(Versaboard) 4.0mm (1.20x2.40) Rp. 58.000 . Selama ini berbagai penelitian sudah
dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik konstruksi yang efisien serta
penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis.
buatan jenis komposit yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan selulosa
lainnya yang diikat dengan perekat organik dan dengan bantuan tekanan dan panas
(hot press) dalam waktu tertentu.
Selama ini pemanfaatan serat sabut kelapa digunakan untuk indsutri rumah
tangga dalam sekala kecil. Misalnya bahan pembuat sapu, tali, keset, dan lain lain.
Penggunaan sabut kelapa banyak dimanfaatkan karena sabut kelapa memiliki sifat
tahan lama, sangat ulet, kuat terhadap gesekan, tidak mudah patah, tahan terhadap air,
tidak mudah membusuk, tahan terhadap jamur dan hama serta tidak dihuni oleh rayap
dan tikus. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat
dengan serat lainnya yang merupakan bagian berharga dari sabut. Setiap butir kelapa
rata – rata mengandung serat 525 gram (75% dari sabut), dan gabus 175 gram(25%
dari sabut). (Isroful, 2009).
Luas perkebunan kelapa di Indonesia saat ini mencapai 3,8 juta hektar (Ha).
Selama 34 tahun, luas tanaman kelapa meningkat dari 1,66 juta hektar pada tahun
1969 menjadi 3,8 juta hektar pada tahun 2-11. Luas perkebunan terbesar terdapat di
provinsi Riau, Jawa Tengah, Jawa Timiur, serta Sulawesi utara dengan luasan berkisar
300 ribu Ha hingga 200 ribu Ha. Produksi kelapa padatahun 2010 mencapai 3,26 juta
ton. Produksi ini tergolong kecil dibandingkan dengan luasan perkebunan kelapa yang
ada. Produktivitas pada tahun 2011 hanya mencapai sekitar 0,7 ton/Ha. (Indonesian
Commercial Newsletter,2011). Sementara itu, total produksi kelapa seluruh dunia
mencapai 61,165 juta ton yang tersebar dibanyak Negara di Asia Pasifik, Afika dan
Amerika. (Arancon, R.2009).
Gipsum adalah contoh mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada
mineralnya. Gipsum adalah salah satu dari beberapa mineral yang teruapkan. Gipsum
diendapkan di laut, danau, gua, dan lapisan garam karena konsentrasi ion-ion oleh
penguapan (Wikipedia,2011).
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang kemampuan fisis dan
mekanis berupa kekuatan daya serap air, kekuatan patah, kekuatan tarik dari komposit
berpenguat sabut kelapa dan kerdus bekas.
3
Sabut kelapa dan kardus bekas akan memberikan nilai tambah bila dapat digunakan
sebagai bahan pengisi plafon. Dari uraian diatas diperoleh produk permasalahan yaitu
bagaimana karakteristik dari papan plafon dengan bahan sabut kelapa, kardus bekas
dan pengikat PVac?
Untuk menganalisa masalah yang ada, diperlukan adanya batasan masalah agar
pembahasan lebih tertuju dan terkosentrasi pada permasalahan-permasalahan yang
akan dibahas. Adapun batasan-batasan dari pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam penulisan dan pembuatan tugas akhir ini adalah menganalisa papan plafon
dengan bahan dasar sabut kelapa dan kardus bekas yang akan dicetak dengan
menggunakan mesin pencetak papan plafon yang kami rancang bangun dengan
pengujian yang dilakukan meliputi :
1. Pengujian kerapatan
2. Pengujian daya serap air
3. Pengujian Pengembangan tebal
4. Pengujian Pengembangan linear
5. Pengujian Kuat Patah ( Modulus Of Rupture/MOR )
4
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai
berikut:
Bab II Tinjauan Pustaka berisi tentang landasan teori yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh sabut kelapa dapat memberikan kontribusi kekuatan pada
pembuatan plafon.
Bab IV Hasil yang Dicapai dalam proses analisa papan plafon dari sabut
kelapa dan kardus bekas, karakteristik bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Gipsum
Gipsum adalah batu lutih yang terbentuk karena pengapuran air laut.gipsum
merupakan mineral terbanyak dalam batuan sedimen lunak,bila murni.merupakan
bahan baku yang dapat di olah menjadi kapur tulis.dalam perdagangan biasanya
gipsum mengandung 90% CaSO4, H2O (Habson, 1987).
Kata gipsum sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti memasak. Disebut
demikian karena didaerah Montmartre Paris, pada beberapa abad yang lalu orang-
orangnya membakar gypsum untuk berbagai keperluan dan material itu kemudian
disebut plester. Karena gypsum merupakan mineral yang tidak larut dalam air dalam
waktu yang lama, sehingga gypsum jarang ditemukan dalam bentuk butiran atau pasir,
kecuali yang ditemukan di White Sand National Moument di New Mexico AS
terdapat 710 km persegi pasir gypsum putih yang cukup sebagai bahan baku untuk
industry dry wall selama 1000 tahun. Gypsum banyak ditemukan diberbagai daerah di
dunia yaitu, Jamaika, Iran, Thailand, Spanyol ( Penghasil gypsum terbesar di Eropa).
Jerman, Italia, Inggris, Irlandia, Ontario, Canada, New York, Michigan, Indiana,
Texas, Lowa, Kamsas, Oklahoma, Arizona, New Mexico, Corolado, Utah, Nevada,
Paris, California, New South Wales Kalimantan dan Jawa Barat.
Gipsum dapat berubah secara perlahan-lahan menjadi hemihidrat
(CaSO4.0.5H2O) pada suhu 90 derajat celcius. Bila dipanaskan atau dibakar pada
suhu 190 derajat celcius - 200 defajat celcius akan menghasilkan kapur giosym atau
stucco yang dikenal dalam perdagangan sebagai plester paris. Pada suhu yang cukup
tinggi yaitu lebih kurang 534 derajat celcius akan dihasilkan anhydrite (CaSO4) yang
tidak dapat larut dalam air dan dikenal sebagai gipsum mati.
Penggunaan gypsum dapat digolongkan menjadi dua macam seperti
dipaparkan dibawah ini.
1. Yang belum mengalami kalsinasi.
Dipergunakan dalam pembuatan semen Portland dan sebagai pupuk. Jenis ini
meliputi 28% dari seluruh volume perdagangan.
2. Yang mengalami proses kalsinasi.
Sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan, flester paris, bahan dasar
untuk pembuatan kapur, bedak, untuk cetakan alat keramik, tuangan logam,
8
gigi dan sebagainya. Jumlah tersebut meliputi 72% dari seluruh volume
perdagangan.
Gipsum sebagai perekat mineral mempubyai sifat yang lebih baik
dibandingkan dengan perekat organic karena tidak menimbulkan pencemaran udara,
murah, tahan api, tahan deteriorasi oleh faktor biologis dan tahan terhadap zat kimia
(Purwadi,1993). Gipsum mempubyai sifat yang cepat mengeras yaitu sekitar 10 menit.
Maka dalam pembuatan papan gipsum harus digunakan bahan kimia untuk
memperlambat proses pengerasan tanpa mengubah sifat gipsum sebagai perekat (
Simatupang, 1985 ). Perlambatan tersebut dimaksuudkan agar tersedia cukup waktu
dimulai dari tahap pencampuran bahan sampai tahap pengempaan.
Waktu pengerasan gipsum bervariasi tergantung pada kandungan bahan dan
airnya. Dalam proses pengerasan gipsum setelah dicampur dengan air maka terjadi
hidratasi yang menyebabjan kenaikan suhu. Kenaikan suhu tersebut tidak boleh
melebihi suhu 40 derajat celcius ( Simatupang, 1985 ). Suhu yang lebih tinggi lagi
akan mengakibatkan pengeringan gipsum dalam bentuk CaSO4.2H2O sehingga
mengurangi bobot air hidratasi. Pengurangan tersebut akan menyebabkan
berkurangnya keteguhan papan gipsum. Gypsum memiliki banyak kegunaan sejak
zaman prasejarah hingga sekarang. Beberapa kegunaan gypsum:
Dry wall
Penyaring dan sebagai pupuk, diakhir abad 19 dan awal abad 19, gipsum Nova
Scotia atau yang lebih dikenal dengan plaister digunakan dalam jumlah besar
sebagai pupuk diladang sebagai pupuk diladang-ladang gandum AS.
Campuran pembuatan lapangan tenis.
Sebagai pengganti kayu pada zaman kerajaan-kerajaan ketika kayu menjadi
langka pada zaman perunggu, gypsum ini yang digunakan sebagai bahan
bangunan.
Sebagai pengental tofu, karena memiliki kadar kalsium yang tinggi khususnya
di benua Asia diproses secara tradisional.
Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan.
Untuk bahan baku kapur tulis.
Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen.
Sebagai indicator pada tanah dan air.
9
Saat ini gypsum sebagai bahan bangunan digunakan untuk membuat papan
gypsum dan propil pengganti triplek dari kayu. Papan gypsum propil adalah salah satu
produk jadi setelah material gypsum diolah melalui proses pabrikasi menjadi tepung.
Papan gypsum propil digunakan sebagai salah satu elemen dari dinding prtisi dan
plafon.
2.3 Komposit
Komposit adalah suatu material yang berbentuk dari kombinasi dua atau lebih
material, dimana sifat mekanik dari material pembentukannya berbeda beda dimana
satu material sebagai pengisi (matrix) dan lainnya sebagai fasa penguat
(reinforcement). Komposit biasanya terdiri dari bahan dasar yaitu serat dan matrix.
Serat biasanya bersifat elastis, mempunyai kekuatan tarik yang baik, namun tidak
dapat digunakan pada temperature yang tinggi sedangkan matrix biasanya bersifat
ulet, lunak dan bersifat mengikat jika sudah mencapai titik bekunya. Kedua bahan
yang mempunya sifat berbeda ini digabungkan untuk mendapatkan satu bahan
baru(komposit) yang mempunyai sifat yang berbeda dari sifat pertikel penyusun nya
(gibson, 1994) [3].
Menurut Jacobs, 2005 [4], suatu material komposit merupakan suatu material
yang complex dimana terkomposisikan dari dua material atau lebih yang digabungkan
/ disatukan secara bersamaan pada skala makroskopik membentuk suatu produk yang
berguna, yang di desain untuk menghasilkan kualitas maupun sifat terbaik. Penguat
biasanya bersifat elastic, dan mempunyai kekuatan tarik yang baik namun tidak dapat
digunakan pada temperature yang tinggi, sedangkan matrix biasanya bersifat ulet,
lunak dan bersifat mengikat jika sudah mencapai titik bekunya. Kedua bahan yang
mempunyai sifat berbeda ini digabungkan untuk mendapatkan 1 bahan baru
(komposit) yang mempunyai sifat yang berbeda dari sifat partikel penyusunnya.
Di dalam komposit dapat terbentuk interphase yaitu fase diantara fase matrix
dan penguat yang dapt timbul akibat interaksi kimia antara kimia antara fase matrix
dan fase penguat.
10
Serat alami (natural fiber) merupakan serat yang bersumber langsung dari alam
(bukan merupakan buatan rekayasa manusia). Serat alami biasanya didapat dari serat
tumbuhan seperti serat bamboo, serat pohon pisang, serat nanas dan lain sebagainya.
Penelitian dan penggunaan serat alami berkembang dengan sangat pesat karena
serat alami banyak mempunyai keunggulan dibandingkan serat buatan (sintetic)
seperti beratnya lebih ringan, dapat diolah secara alami dan ramah lingkungan. Serat
alami juga merupakan bahan terbarukan dan mempunyai kekuatan dan kekakuan yang
relative tinggi dan tidak menyebabkan iritasi kulit (Oksman dkk,2003) [7].
Keuntungan-keuntungan lainnya adalah kualitas dapat divariasikan dan stabilitas
panas yang rendah. Hal yang paling menonjol dari serat alami adalah ramah
lingkungan dan mudah didapat. Dua sifat dasar tersebut membuat banyak ilmuan
tertarik untuk meneliti dan mengembangkan kegunaan serat alami. Disamping
keunggulan tersebut, serat alami juga mempunyai banyak kekurangan antara lain,
dimensinya tidak teratur, kaku, rentan terhadap panas, mudah menyerap air dan cepat
lapuk. (Brahmakumar dkk,2005) [8].
Penggunaan serat alami sudah merambah ke berbagai bidang kehidupan
manusia. Layaknya serat buatan, serat alami juga mampu digunakan dalam aspek
yang biasanya menggunakan serat buatan hanya saja dalam penggunaannya terdapat
modifikasi untuk menyesuaikan dengan sifat-sifat dasar dari serat alami.
11
2.5 Kelapa
Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimar yang
mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada
tahun 2000, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76 juta Ha, dengan
total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar 95%
merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik
ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya. Kelapa merupakan salah satu
anggota keluarga palmae. Kelapa dikenal sebagai tanaman serba guna karena seluruh
bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia.
1. Batang
2. Daun
3. Akar
4. Bunga
5. Buah
Buah kelapa terdiri dari beberapa bagian, yaitu kulit luar, sabut, tempuring,
kulit daging buah, air kelapa dan lembaga. Sabut kelapa merupakan hasil samping,
dan meripakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35% dari bobot
buah kelapa yang merupakan sisa buah kelapa yang banyak terdapat di Indonesia.
Bagian yang berserabut merupakan kulit dari buah kelapa. Dengan demikian, apabila
secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta yon, maka
berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan (Palungkun, 1992).
Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco Fiber,
Coir Fiber, coir yarn, coor mats dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut
12
kelapa. Secara tradisionil serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat
sapu, keset, tali dan alat-aay rumah tangga lain. Tetapi berdasarkan sifat kimianya
serat sabut kelapa dapat digunakan sebagai nahan baku dalam membuat papan partikel
karena dalam serat sabut kelapa terkandung lignoselulosa ( Palungkun, 1992 ).
Sabut kelapa tersusun atas unsur organik dan mineral yaitu ; pectin dan
hemisellulise (merupakan komponen yang larut dalam air), lignin dan sellulose
(komponen yang tidak larut dalam air), kalium, kalsium, magnesium, nitrogen serta
protein. Perbandingan komponen diatas tergantung dari umur sabut kelapanya. Lignim
pada serat sabut kelapa berkisar antara 40% sampai 50%. Serat sabut tergiling relatif
pendek, sel seratnya sepanjang kira-kira 1 mm dengan diameter 15 micron dan sehelai
serat terdiri dari 30 sampai 300 sel atau lebih, dilihat dari penampang lintangnya.
Panjang serat sabut berkisar 15 sampai 35 cm dengan diameter 0,1 sampai 1,5 mm.
Serat sabut mempunyai daya apung yang tinggi, tahan terhadap bakteri, air garam dan
murah, sedang kelemahannya ialah, tidak dapat digintir dengan baik dan tergolong
serat kaku ( The Encyclopedia of wood, 1980 ). Mutu serat sabut kelapa atau coconut
fibre ditentukan oleh warna, persentase kotoran, kadar air, dan proporsi antara bobot
serat panjang dan serat pendek.
Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut
kelapa diproses untuk dijadikan coir fibre sheet yang digunakan untuk lapisan kursi
mobil, spring bed dan lain-lain. Serat sabut kelapa bagi Negara-negara tetangga
penghasil kelapa sudah merupakan komiditi ekspor yang memasok kebutuhan dunia
yang berkisar 75,7 ribu ton pada tahun 1990. Indonesia walaupun merupakan negara
penghasil kelapa terbesar di dunia. Pangsa pasar serat sabut kelapa masih sangat kecil.
Kecenderungan kebutuhan dunia terhadap serat kelapa yang meningkat dan
perkembangan jumlah dan keragaman industri di Indonesia yang berpotensi dalam
menggunakan serat sabut kelapa sebagai bahan baku / bahan pembantu, merupakan
potensi yang besar bagi pengembangan industri pengolahan serat sabut kelapa. Dari
aspek teknologi, pengelolaan serat sabut kelapa relatif sederhana yang dapat
dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Adapun kendal dan masalah dalam
pengembangan usaha kecil/menengah industri pengelolaan serat sabut kelapa adalah
keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta
kualitas serat yang masih belum memenuhi persyaratan ( BI, 2004 ). Dalam rangka
13
menunjang pengembangan industry serat sabut kelapa yang potensial ini maka perlu
dilakukan pengujian yang memanfaatkan sabut kelapa ini sebagai papan serat yang
nantinya dapat digunakan sebagai bahan teknik. Dari hasil penelitian nantinya dapat
dihasilkan data-data teknik yang berkenaan dengan pemanfaatn tersebut, sehingga
apakah dapat dipertanggung jawabkan keamanannya atau tidak. Disamping hal itu
juga memanfaatkan serat sabut kelapa sebagai hasil samping, agar memiliki nilai
tambah dan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Serbuk sanut kelapa ( cocopeat ) adalah
hasil sampingan dari proses pengambilan serat sabut kelapa. Cocopeat merupakan
pengikat antar serat kelapa di dalam sabut kelapa. Cocopeat mempunyai kandungan
lignin san selulosa yang tinggi. Bahan-bahan yang terkandung di dalam cocopeat
menyebabkan cocopeat tahan terhadap bakteri dan jamur. Cocopeat akan mulai terurai
dalam jangka waktu 10 tahun pemakaian, sehingga manfaat-manfaat dari cocopeat ini
dapat berlangsung lama. Cocopeat sangat cocok digunakan untuk campuran tanag
dalam pot, media pembenihan, medi hydroponil, dan material lapangan gold ( Anonim
2007 ). Cresswell (2008) mengatakan, cocopeat terdiri dari 2%-13% serat pendek
yang panjangnya kurang dari 2 cm. Cocopeat bersifat hydrophilik dimana kelembaban
akan tersebar merata pada permukaan serbuk. Kondisi ini menyebabkan cocopeat
mudah menyerap air meskipun berada di udara kering. Cocopeat tidak cocok
digunakan sebagai bahan bakar karena menghasilkan banyak asap dan panas yang
dihasilkan sedikit. Cocopeat memiliki daya serap air yang cukup tinggi yaitu sekitar 8-
9 kali dari beratnya. Dalam cocopeat mengandung mineral-mineral seperti N, P, K,
Ca, Cl, Mg, Na yang baik untuk media pembibitan tanaman. (DAPCA 2008).
2.6 PVac
PVac merupakan jenis lem campuran dengan komposisi bahan polyvynil acetat
sebagai bahan utama, polyvynil alcohol dextrin resol, serta air sebagai bahan
campurannya. Lem ini memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Resistensi terhadap air cukup baik,walaupun ada resiko rusak jika terkena air
secara terus menerus
2. Harga lem relative murah, bahkan dapat membuatnya sendiri sesuai dengan
komposisi bahan pembuat lem putih PVac.
14
Daya serap air suatu papan partikel dipengaruhi oleh jenis partikelnya.Menurut
Siagian (1983), semakin besar tekanan kempa, suhu kempa dankombinasi keduanya
maka makin kecil daya serap air papan serat. Perbedaandaya serap papan serat
terhadap air berhubungan dengan kerapatan papan yangberbanding terbalik dengan
daya serap terhadap air. Semakin besar kerapatanpapan maka makin kecil daya
serapnya terhadap air.Pengukuran daya serap air dilakukan dengan mengukur massa
awal (Mk),kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Setelah dilakukan
perendamanselama 24 jam, kemudian diukur kembali massanya (Mb).
Nilai daya serap air papan partikel dapat dihitung berdasarkan rumus ( SNI 03-2105,
1996) :
𝑀𝑏−𝑀𝑘
Daya Serap Air (%) = × 100% (2.1)
𝑀𝑘
Dengan :
𝑙 = lebar (mm)
t = tinggi (mm)
15
𝑡2 − 𝑡1
Pengembangan Tebal = × 100% (2.3)
𝑡1
Kuat lentur merupakan nilai lentur max yang diletakkan diatas dua tumpuan kemudian
dibebani pada setiap dari bentang sehingga menghasilkan momen lentur yang
mengalihkan tegangan tegangan tarik dan tegangan-tegangan tekan pada bagian
bawah dan bagian atas balok tersebut. Balok tersebut patah akibat tegangan tarik dari
kekuatan lentur yang dihasilkan.
1
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 (𝑀𝑅) = 𝑏 ℎ2 (2.5)
6
Dimana :
𝑃𝐿
𝑀𝑚𝑎𝑥 =
6
1
𝑊= 𝑏 ℎ2
6
𝑃𝐿
6
𝑀𝑅 = 𝑏ℎ2
6
MR = Kuat Lentur
BAB III
METODE PENELITIAN
Diagram alir ini menjelaskan tentang proses awal persiapan pembuatan plafon sampai
proses pencetakan papan plafon dari bahan mentah menajid bahan jadi.
START
Persiapan bahan
Penghancuran
bahan baku dengan
Mesin
Tidak
Ya Penca
mpura
Pencampuran Bahan Baku n
Bahan
Baku
Pengeringan
dengan mesin
Pencetakanan
END
18
Bahan baku yang dibutuhkan pada tahap ini adalah sabut kelapa, kardus bekas, air
perekat Pvac
Pada tahap ini bahan baku dipersiapkan sebelum masuk ke tahap penghancuran
dengan cara mengeringkan sabut kelapa dan melembabkan kardus bekas agar mudah
di hancurkan dengan mesin
Padat tahap ini penghancuran bahan baku dilakukan dengan mesin yang akan kami
rancang bangun dengan konsep pencabikan
Pada tahap pencetakan ini bahan baku dicetak dengan menggunakan Dies dan di press
secara manual
Pada tahap ini pengeringan papan plafon dilakukan dengan menggunakan kompor
secara manual
20
Pada diagram alir ini menjelaskan tentang proses uji sample dari pencetakan sampai
mendapatkan hasil uji karakteristik papan plafon
Start
Pencetakan
Sampel
Menentukan
Kekuatan Tidak
Bahan
Ya
Hasil
End
END
Dalam melakukan uji kekuatan fisis dan mekanis perlu adanya alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam uji coba tersebut
21
4. Ember
5. Penggaris
1. sabut kelapa
2. Kardus
3. PVac
4. Air
KOMPOSISI
NO.
Serabut Kelapa Kardus PVAC Air
A 20% 50% 10% 20%
B 40% 20% 30% 10%
C 40% 10% 40% 10%
22
Untuk mengetahui kekuatan fisis dan mekanis perlu adanya pengujian sample dengan
masing masing sample papan plafon untuk pengujian.
Cara pengujian kuat patah dilakukan menggunakan alat Poving Ring adalah
1. Sampel berbentuk balok ukuran ( 20 x 5 x 1 ) cm 3 , kemudian diatur jarak
titik tumpu sebagai dudukan sampel.
2. Atur jam arloji poving ring pada angka nol, demikian juga dengan jarum arloji
pengukur perpendekan.
3. Berikan tekanan axial (vertical) pada benda uji dengan cara memutar stang
putar
4. Lakukan pembacaan arloji poving ring pada nilai nilai regangan sampai benda
uji mengalami keruntuhan
5. Jika regangan telah mencapai 20% tetapi benda uji belum runtuh, maka
pengujian dihentikan
23
Ukuran contoh uji 10 x 8 cm. Kerapatan yang diamati adalah pada saat
contoh uji kering udara.
Daya serap air dihitung dengan mengukur berat awal sebelum direndam (m1) dan
berat akhir setelah direndam (m2) selama 3 jam dari contoh uji berukuran 10 x 8 cm.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berikut ini adalah hasil pengujian karakteristik sifat fisis papan gypsum
4.1.1 Kerapatan
Hasil pengujian pada tabel 4.1 menunjukkan kerapatan sama rendah diperoleh
pada perlakuan kadar komposisi sabut kelapa 40% ,kardus 10%, Pvac 40%, air
10% dan kadar komposisi sabut kelapa 40% ,kardus 20%, Pvac 30%, air 10%.
Kerapatan tertinggi diperoleh pada perlakuan kadar komposisi sabut kelapa
20% ,kardus 50%, Pvac 10%, air 20%. Kerapatan papan plafon untuk setiap
perlakuan berkisar antara 0,25g/cm3-0,125 g/cm3, dengan rata-rata nilai
kerapatan adalah 2,08 gr/cm3. Hasil analisis keragaman daya serap air
memperlihatkan bahwa semakin banyak sabut kelapa dan Pvac maka tingkat
kerapatan juga semakin tinggi bisa dilihat dari table 4.1.
Tabel 4.1 Pengujian Kerapatan Air 3 jam papan plafon pada komposisi yang
berbeda
MASSA VOLUME
KOMPOSISI
PAPAN PAPAN
NO Serabut Kelapa Kardus PVAC Air (g) (𝑐𝑚3 ) Kerapatan
0,125
1 20% 50% 10% 20% 10 g 80 cm3 g/cm3
25
0,25
2 40% 20% 30% 10% 20 g 80 cm3 g/cm3
0,25
3 40% 10% 40% 10% 20 g 80 cm3 g/cm3
Kerapata Air
0.3
0.25
0.2
0.15
0.25 0.25 Kerapata Air
0.1
0.05 0.125
0
A B C
Grafik 4.1 Pengujian Kerapatan Air 3 jam papan plafon pada komposisi yang
berbeda
Besarnya nilai daya serap air 3 jam papan plafon untuk masing-masing papan dapat
dilihat pada table 4.2. Daya serap air 3 jam untuk setiap perlakuan berkisar antara
1,5%- 4% dengan rata-rata sebesar 2,3%. Dari Tabel 4.2 daya serap air 3 jam
terendah diperoleh pada perlakuan kadar komposisi sabut kelapa 40% ,kardus 10%,
Pvac 40%, air 10%. Daya serap air 3 jam tertinggi diperoleh pada perlakuan kadar
komposisi sabut kelapa 20% ,kardus 50%, Pvac 10%, air 20%.
Hasil analisis keragaman nilai daya serap air 3 jam papan plafon
memperlihatkan bahwa perlakuan kadar komposisi yang berbeda, memberikan
pengaruh yang tidak terlalu nyata terhadap daya serap air 3 jam papan plafon yang
dihasilkan. Semakin banyak komposis sabut kelapa dan Pvac maka semakin sedikit
pula tingkat daya serap air papan plafon yang dihasilkan, semakin banyak komposisi
26
kardus pada papan plafon maka tingkat daya serap air papan plafon juga semakin
besar.
Tabel 4.2 Pengujian Daya Serap Air 3 jam papan plafon pada komposisi yang
berbeda
KOMPOSISI Daya
NO. m1 m2 Serap
Serabut Kelapa Kardus PVAC Air Air
1 20% 50% 10% 20% 10 g 50 g 4%
2 40% 20% 30% 10% 20 g 52 g 1,60%
3 40% 10% 40% 10% 20 g 50 g 1,50%
4%
3%
1% 1.60% 1.50%
0%
A B C
Grafik 4.2 Pengujian Daya Serap Air 3 jam papan plafon pada komposisi yang
berbeda
Tabel 4.3 Pengujian Pengembangan Tebal 3 jam papan plafon pada komposisi
yang berbeda
KOMPOSISI 𝑡1 𝑡2 Pengembangan
NO.
(mm) (mm) Tebal
Serabut Kelapa Kardus PVAC Air
1 20% 50% 10% 20% 10 12 0.2%
2 40% 20% 30% 10% 8 9.5 0.187%
3 40% 10% 40% 10% 7 8 0.143%
Pengembangan Tebal
0.25
0.2
0.15
Pengembangan Tebal
0.1 0.2 0.187
0.143
0.05
0
A B C
Grafik 4.3 Pengujian Pengembangan Tebal 3 jam papan plafon pada komposisi
yang berbeda
28
Tabel 4.4 Pengujian Pengembangan Linier 3 jam papan plafon pada komposisi
yang berbeda
KOMPOSISI
𝑝1 𝑝2 Pengembangan
NO. Serabut
Kardus PVAC Air (mm) (mm) Linier
Kelapa
1 20% 50% 10% 20% 100 103 0,03%
2 40% 20% 30% 10% 100 102 0,02%
3 40% 10% 40% 10% 100 101 0,01%
Pengembangan Linier
0.04
0.03
0.02
Pengembangan Linier
0.03
0.01 0.02
0.01
0
A B C
Hasil ini sesuai dengan pernyataan Haygreen dan Bowyer (1982) dimana
pengembangan papan semakin berkurang dengan bertambahnya kadar perekat
yang digunakan.
Berikut ini adalah hasil pengujian karakteristik sifat Mekanis papan gypsum
4.2.2 Modulus Patah (MOR)
Hasil penelitian pada Tabel 4.5. menunjukkan nilai modulus patah (MOR)
sama rendah diperoleh pada perlakuan kadar komposisi sabut kelapa 20%
,kardus 50%, Pvac 10%, air 20% yaitu sebesar 2,628 kgf/cm2, dan kadar
komposisi sabut kelapa 40% ,kardus 20%, air 30%, Pvac 10% yaitu sebesar
2,628 kgf/cm2, dan teritinggi diperoleh pada perlakuan kadar kadar komposisi
sabut kelapa 40% ,kardus 10%, air 40%, Pvac 10% yaitu sebesar
3,416kgf/cm2. Modulus patah (MOR) untuk setiap perlakuan berkisar antara
2,628 -3,416kgf/cm2 dengan rata-rata sebesar 2,890 kgf/cm2.
(1994) papan gypsum yang dapat diterima harus memiliki nilai MOR 31.64 –
61.18 kg/cm2. Bila dibandingkan maka papan gypsum hasil penelitian tidak ada
yang memenuhi standar
2
3.416 Kuat Lentur ( )
2.628 2.628
1
0
A B C
BAB V
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com/url?g=ftp.fao.org/docrep/fao/011/i0707e/i0709e09.pdf&sa=U
&ei=kNGPUb22Ds2XrAfA4HwCQ&ved=0CBgQFjAA&sig2=KKJ8KrUitu
wDKnnGvbarHf&usg=AFQjCN0dfV3lUfAgMHALcMzJEn7u8ft, diakses
tanggal 18 November 2017
Brahmakumar, M., Pavitran, C., and Pillai, R.M., Coconut fiber reinforced
polyethylene composites such as effect of natural waxy surface layer of the
fiber on fiber or matrix interfacial bonding and strength of composites,
Elsevier, Composite Science and Technology, 65 pp, 563-569,2005
Haygreen, J. G dan J.L Bowyer (1982 ), Forest Product and Wood Science, An
introduction. Lowa State University press, Amess lowa 50010, USA
Siagian, R.M (1983), Pengaruh Suhu danTekanan Kempa Terhadap Sifat Papan Serat
Yang Dibuat Dari Limbah Industri Perkayuan, Laporan PPPHH, Bogor
Simatupang, M.H 1985, Petunjuk Membuat Panel Kayu Dengan Perekat Gipsum,
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
𝑚1 = 10 𝑔
𝑚2 = 50 𝑔
Jawab
50 𝑔 − 10 𝑔
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑝 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
10 𝑔
40 𝑔
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑝 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
10 𝑔
Sempel B
Diketehuai :
𝑚1 = 20 𝑔
𝑚2 = 52 𝑔
Jawab
52 𝑔 − 20 𝑔
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑝 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
20 𝑔
32 𝑔
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑝 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
20 𝑔
Sempel C
Diketehuai :
𝑚1 = 20 𝑔
𝑚2 = 50 𝑔
Jawab
50 𝑔 − 20 𝑔
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑝 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
10 𝑔
40 𝑔
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑟𝑎𝑝 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
20 𝑔
Pengembangan Tebal
Sempel A
Diketehuai :
𝑡1 = 10 𝑚𝑚
𝑡2 = 12 𝑚𝑚
Jawab
12 𝑚𝑚 − 10 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 = × 100%
10 𝑚𝑚
2 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 = × 100%
10 𝑚𝑚
Sempel B
Diketehuai :
𝑡1 = 8 𝑚𝑚
𝑡2 = 9.5 𝑚𝑚
Jawab
9.5 𝑚𝑚 − 8 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 = × 100%
8 𝑚𝑚
1.5 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 = × 100%
8 𝑚𝑚
Sempel C
Diketehuai :
𝑡1 = 7 𝑚𝑚
𝑡2 = 8 𝑚𝑚
Jawab
8 𝑚𝑚 − 7 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 = × 100%
7 𝑚𝑚
1 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 = × 100%
7 𝑚𝑚
Pengembangan Linier
𝑃2 − 𝑃1
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 = × 100%
𝑃1
Sempel A
Diketehuai :
𝑃1 = 100 𝑐𝑚 = 1000 𝑚𝑚
𝑃2 = 103 𝑐𝑚 = 1030 𝑚𝑚
Jawab
1030 𝑚𝑚 − 1000 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 = × 100%
1000 𝑚𝑚
30 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 = × 100%
1000 𝑚𝑚
Sempel B
Diketehuai :
𝑃1 = 100 𝑐𝑚 = 1000 𝑚𝑚
𝑃2 = 103 𝑐𝑚 = 1020 𝑚𝑚
Jawab
1020 𝑚𝑚 − 1000 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 = × 100%
1000 𝑚𝑚
30 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 = × 100%
1000 𝑚𝑚
Sempel C
Diketehuai :
𝑃1 = 100 𝑐𝑚 = 1000 𝑚𝑚
𝑃2 = 101 𝑐𝑚 = 1010 𝑚𝑚
Jawab
1010 𝑚𝑚 − 1000 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 = × 100%
1000 𝑚𝑚
10 𝑚𝑚
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 = × 100%
1000 𝑚𝑚
Modolus Patah
Bacaan alat = 12
Jadi 12 x 0.073 = 0.876 kgf
𝑀 𝑃𝐿
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 = =
𝑊 𝑏ℎ2
0.856 kg × 15 0.856 kg × 15 12.84 𝑘𝑔𝑓⁄
2
= = = 2.568 𝑐𝑚2
5 × (1) 5 5
1. Sempel 1B
Bacaan alat = 16
Jadi 16 x 0.073 = 1.168 kgf
1.168 kgf × 15cm 1.168 kgf × 15 17.52 𝑘𝑔𝑓⁄
2
= = = 3.51 𝑐𝑚2
5 × (1) 5 5
2. Sempel 2A
Bacaan alat = 12
Jadi 12 x 0.073 = 0.876 kgf
0.876 kgf × 15cm 0.876 kgf × 15 13.14 𝑘𝑔𝑓⁄
2
= = = 2.628 𝑐𝑚2
5 × (1) 5 5
3. Sempel 2B
Bacaan alat = 10
Jadi 10 x 0.073 = 0.73 kgf
0.73 kgf × 15cm 0.73 kgf × 15 10.95 𝑘𝑔𝑓⁄
2
= = = 2.19 𝑐𝑚2
5 × (1) 5 5
4. Sempel 3A
Bacaan alat = 19
Jadi 19 x 0.073 = 1.387 kgf
1.387 kgf × 15cm 1.387 kgf × 15 17.08 𝑘𝑔𝑓⁄
2
= = = 3.4161 𝑐𝑚2
5 × (1) 5 5
44
5. Sempel 3B
Bacaan alat = 10
Jadi 10 x 0.073 = 0.73 kgf
0.73 kgf × 15cm 0.73 kgf × 15 10.95 𝑘𝑔𝑓⁄
2
= = = 2.19 𝑐𝑚2
5 × (1) 5 5
45