Jaring-Jaring Kubus :
Apabila kubus ABCD.EFGH diiris menurut rusuk EH, HD, EF, FB, BA, DC, dan CG, akan
dihasilkan bangun datar seperti pada gambar dibawah.
Volume Kubus :
Jika sebuah panjang rusuknya s, volume kubus adalah sebagai berikut.
V = s x s x s = s3
Luas Permukaan Kubus :
Jika sebuah kubus panjang rusuknya s, luas permukaan (Lp) kubus merupakan jumlah antara
luas seluruh sisi tegak dan dua kali luas alas kubus.
Luas permukaan kubus = 4s2 + 2s2
Lp = 6s2
Contoh :
a. Tentukan volume dan luas permukaan kubus jika panjang rusuknya 5 cm.
Jawab:
V = s3
= 53
= 125
Lp = 6s2
= 6 . 52
= 6. 25
= 150
Jadi, volume kubus adalah 125 cm3 dan luas permukaan kubus adalah 150 cm2
2. Tabung
Tabung adalah suatu bangun ruang dengan suatu irisan melingkar yang seragam. Jika ujung-
ujungnya tegak lurus pada permukaan yang melengkung, tabung itu adalah suatu tabung tegak.
Unsur-unsur tabung
a. Mempunyai 3 sisi, di antaranya berbentuk bidang lengkung dan lainnya berbentuk lingkaran.
b. Garis s disebut garis sumbu tabung atau disebut garis pelukis atau di sebut juga tinggi tabung (t).
Jaring-jaring tabung
Tabung atau silinder pada gambar dapat dibuat jaring-jaringnya jika diiris menurut lingkaran
alas, lingkaran atas, dan sebuah garis tinggi atau selimut tabung, kemudian direbahkan.
Contoh :
Diketahui jari-jari alas tabung 14 cm dan tinggi tabung 10 cm , hitunglah :
a. Volume tabung.
b. Luas tabung.
Jawab :
a. V =
=
= 6.160
Jadi, volume tabung adalah 6.160 cm3
b. Lp =
=
= 88 . 24
= 2.112
3. Prisma
Prisma adalah suatu bangun ruang yang mempunyai sepasang sisi sejajar dan sebangun,
yang disebut alas, serta sisi-sisi lain yang diperoleh dengan menghubungkan ujung-ujung titik
sudut dari kedua alasnya dan disebut sisi tegak. Prisma yang akan dipelajari pada bab ini adalah
prisma tegak.
Jenis-Jenis Prisma
Jenis-jenis prisma umumnya dikelompokkan berdasarkan bangun datar yang menjadi alas
prisma tersebut.
Unsur-Unsur Prisma
Perhatikan gambar prisma tegak segitiga pada gambar unsur-unsurnya antar lain :
a. Jika alasnya berbentuk segitiga, yaitu ABC dan DEF. Sisi tegaknya berbentuk segi empat, yaitu
ABED, ACFD, dan BCFE. Maka disebut prisma tegak segitiga
b. Rusuk alasnya yaitu AB, BC, dan CA. Rusuk atasnya yaitu DE, EF, dan FD. Rusuk tegaknya
yaitu AD, CF, dan BE.
c. Titik-titik sudutnya yaitu A, B, C, D, E, dan F.
d. Diagonal sisinya yaitu BD, AE, CE, BF, CD, dan AF.
Jaring-Jaring Prisma
Perhatikan gambar di bawah.
Jika balok pada gambar diatas diiris menurut rusuk AE, AD, DH, EF, HG, BF, dan CG.
Diperoleh jaring-jaring berikut.
Jika prisma segitiga pada gambar diiris menurut rusuk PS, PR, SU, RQ, dan UT, kemudian
direbahkan maka akan diperoleh jaring-jaring berikut.
Contoh :
Sebuah prisma alasnya berbentuk segitiga siku-siku yang panjang keua sisi siku-sikunya 3 cm
dan 4 cm. Jika tinggi prisma 8 cm, tentukan volume dan luas permukaan prisma.
Jawab :
AB
=
=
=
=5
Jaring-jaring limas
Perhatikan kembali gambar. Jika limas T.ABCD pada gambar diiris menurut rusuk TA, TB,
TC, dan TD akan diperoleh jaring-jaring berikut.
Contoh :
Sebuah limas T.ABCD dengan alas berbentuk persegi dan panjang sisinya 10 cm. Jika tinggi
pada sisi tegaknya 13 cm, hitunglah:
a. Tinggi limas,
b. Volume limas,
c. Luas permukaan limas.
Jawab :
a. Tinggi limas = TE
TE =
=
=
=
= 12 cm
Jadi, tinggi limas T.ABCD adalah 12 cm.
b. V =
=
= 400
Jadi, volume T.ABCD adalah 400 cm3
5. Kerucut
Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh suatu daerah pada bidang datar (disebut
alas) dan sebuah selimut. Kerucut dapat dibentuk dari sebuah segitiga siku-siku yang diputar,
dimana sisi siku-sikunya sebagai pusat putaran.
Unsur-unsur kerucut
Perhatikan gambar
Kerucut adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk lingkaran dengan jari-jari r.
TC = t menyatakan tinggi kerucut dengan T sebagai puncak kerucut dan a disebut sebagai
apotema atau garis pelukis.
Jaring-jaring kerucut
Jika kerucut pada gambar diiris menurut lingkaran alas dan salah satu garis pelukisnya,
kemudian direbahkan, akan diperoleh jaring-jaring berikut.
Volume dan luas permukaan kerucut
Sebuah kerucut dengan jari-jari lingkaran alas (r) dan tinggi (t), memiliki (V) sebagai
berikut.
V=
Luas permukaan kerucut adalah luas selimut kerucut ditambah dengan luas alas kerucut,
dihitung dengan rumus berikut.
Lp =
Sedangkan untuk luas permukaan kerucut tanpa alas atau luas selimut kerucut adalah
sebagai berikut.
Ls =
Dimana a = garis pelukis (apotema)
Contoh :
Sebuah kerucut tanpa lingkaran alas beridameter 16 cm. Apabila panjang garis pelukis pada
kerucut 10 cm, hitunglah :
a. Volume kerucut,
b. Luas selimut kerucut.
Jawab :
r = 8 cm
t =
=
=
=
=6
a. V =
=
= 401,92
Jadi, volume kerucut adalah 401,92 cm3
b.
= 3.14 . 8. 10
= 251,2
Jadi, luas selimut adalah 251,2 cm2
6. Bola
Bola adalah himpunan semua titik dalam ruang dengan jarak tertentu dari suatu titik tetap
yang disebut pusat, dan jarak tersebut dinamakan jari-jari.
Sebuah bola dapat dibentuk dari bangun setengah lingkaran yang diputar 360 pada garis
tengahnya. Volume bola dengan jari-jari (r) dapat dihitung dengan rumus berikut.
V = atau V =
Pada bangun ruang, terkadang ada beberapa benda yang terdiri dari 2 bangun ruang yang
disatukan. Seperti bandul yang terdiri dari kerucut dan setengah bola. Karena itu sebainya kita
juga mengetahui rumus untuk mencari volume dan luas setengah bola.
Luas selimut atau kulit bola (Ls) adalah sebagai berikut.
Lp = atau Ls =
Seringkali kita menemukan masalah mengenai setengah bola. Luas permukaan setengah bola
adalah sebagai berikut
Lp bola = luas selimut + luas lingkaran
=
=
Contoh :
Sebuah bola berdiameter 18 cm. Hitunglah:
a. Volume
b. Luas selimut bola
Jawab :
a. V =
=
= 3.052,08
Jadi, volume bola 3.052,08 cm3.
b. Ls =
=4
= 1.017,36
Jadi, luas selimut 1.017,36 cm2.
Hubungan antara suatu garis terhadap suatu bidang memenuhi satu dari tiga kemungkinan
berikut.
Contoh:
Lengkapilah!
a. BG terletak pada bidang ....
b. DF terletak pada bidang ....
c. AD sejajar bidang .... dan ....
Jawab:
a. BG terletak pada bidang BCGF
b. DF terletak pada bidang BDHF
c. AD sejajar bidang EFGH dan BCFG
Contoh :
Jawab :
a. Jarak A ke D sama dengan rusuk kubus = 6 cm
b. Jarak F ke H sama dengan diagonal bidang kubus, yaitu :
EC =
=
=
=
=
Jadi, jarak F ke H adalah cm
c. Jarak E ke C sama dengan diagonal ruang kubus, yaitu :
EC =
=
=
=
=
Jadi, jarak E ke C adalah cm.
Contoh :
Limas A.BCD pada gambar berikut merupakan limas segitiga beraturan. Tentukan jarak dari titik
A ke BE.
Jawab :
Dari didapat
AE =
=
=
=
= 6 cm
Dari di dapat
t =
jadi, jarak dari titik A ke garis BE adalah
Contoh :
Panjang rusuk kubus ABCD.EFGH adalah 12 cm. Tentukan jarak titik F ke bidang BEG.
Jawab :
AF =
=
=
= 12
Perhatikan
LG =
=
=
=
=
Perhatikan , diperoleh
FM =
=
Jadi, jarak titik F ke bidang BEG adalah cm.
Dua garis dikatakan berselingan apabila garis tersebut tidak sejajar dan terletak pada dua
bidang yang berbeda. Perhatikan gambar. Garis AE dan BH saling berselingan. Misal dari kubus
ABCD. EFGH akan ditentukan jarak antara AE dan BH, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut.
a. Tentukan dan buat bidang yang melalui BH dan sejajar AE sehingga diperoleh bidang BDHF,
b. Proyeksikan AE pada bidang BDHF sehingga diperoleh garisl KL,
c. Jarak antara AE dan BH adalah jarak antara AE dan KL diperoleh OM atau EK atau AL.
Contoh :
ABCD.EFGH adalah suatu kubus dengan panjang rusuk 4 cm. Tentukan jarak antara :
a. HD dan AG
b. AE dan CH
c. FG dan HD
Jawab :
a. Jarak antara HD dan AG dapat diwakili oleh jarak antara titik O dengan HD atau jarak antara
HD dan AG =
=
=
=
=
=
b. Jarak antara AE dan CH dapat diwakili oleh garis EH karena apabila garis AE diproyeksikan ke
bidang CDHG maka garis AE akan tegak lurus dengan CH di titik H.
Jadi, jarak AE dengan CH = 4 cm
c. Jarak antara FG dan HD dapat diwakili oleh garis HG karena apabila garis HD diproyeksikan ke
FG akan memotong FG di titik G. Jadi jarak HD ke FG = 4 cm.
Perhatikan gambar. Garis AB dan DC sejajar dan teletak pada bidang ABCD. Misalkan garis
IJ tegak lurus pada bidang AB dan DC, dan memotong kedua garis tersebut masing-masing di
titik I dan J. Jarak antara garis AB dan CD adalah panjang ruas garis IJ.
Contoh :
Balok JKLM.NOPQ memiliki panjang 18 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 12 cm. Tentukan jarak
antara ML dan NO.
Jawab :
ML dan NO terletak pada bidang MLON.
ML dan NO sejajar, maka jarak antara ML dan NO dapat diwakili oleh panjang LO.
LO =
=
=
=
=13
Jadi, jarak antara ML dan NO adalah 13 cm.
Perhatikan gambar. Garis MN sejajar dengan bidang EFGH. Tarik garis yang melalui
sembarang titik L di garis MN dan tegak lurus bidang EFGH. Misalkan garis tersebut menembus
bidang EFGH di L’, maka jarak antara garis MN dan bidang EFGH adalah panjang ruas garis
LL’.
Contoh :
Balok ABCD.EFGH memiliki panjang 12 cm, lebar 4 cm dan tinggi 8 cm. Tentukan jarak FC
dengan bidang ADHE.
Jawab :
FC sejajar dengan ADHE.
FC sejajar dengan ED pada bidang ADHE.
Jarak antara FC dengan bidang ADHE dapat diwakili oleh panjang FE = 12 cm.
Jadi, jarak FC dengan bidang ADHE adalah 12 cm.
Contoh :
Balok PQRS.TUVW memiliki panjang 7 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 4 cm. Tentukan jarak bidang
PQUT dengan bidang SRVW.
Jawab :
3. Sudut
Sudut antara dua garis bersilang
Dua garis l dan m yang saling berpotongan di titik P digambarkan seperti berikut.
Dari gambar, yang dimaksud sudut dua garis bersilang (berpotongan) adalah sudut
Besar
Contoh :
Perhatikan kubus PQRS.TUVW. tentukan sudut yang dibentuk oleh garis-garis :
a. QS dan QR
b. QV dan VS
c. QR dan PW
d. TR dan WS
Jawab :
a. Garis QS dan QR berpotongan Q. Sudut antara QS dan QR adalah . Perhatikan merupakan
segitiga siku-siku sama kaki, jadi .
Sudut antara garis dan bidang adalah sudut lancip yang dibentuk antara garis dengan
proyeksinya pada bidang.
Perhatikan gambar berikut.
Garis EG adalah proyeksi EC pada bidang EFGH, maka sudut antara EC dan bidang EFGH
adalah
Contoh :
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. Hitunglah sudut antar ACGE dengan
garis BG.
Jawab :
AC =
=
=
= cm
OC = cm
BG =
BO =
OG =
=
=
=
=
BG = AC =
Sudut antara BG dengan ACGE adalah
Perhatikan karena bidang ACGE.
sin =
=
= 30
Jadi, 30 .
Sudut Antara Dua Bidang
Perhatikan gambar. Bidang A dan bidang B membentuk sudut Sudut yang dibentuk pada
gambar disamping dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Tandai titik potong kedua bidang, misalnya titik Q.
2. Buat garis k pada bidang A melalui titik Q dan garis l pada bidang B melalui Q. Kedua garis
tegak lurus garis potongan. Diperoleh sudut antara bidang A dan bidang B sama dengan sudut
antara garis k dan garis l. Sudut antara garis k dan garis l disebut sudut tumpuan, sedangkan
bidang yang melalui garis k dan garis l disebut bidang tumpuan.
Contoh :
Suatu kubus PQRS.TUVW memiliki rusuk 5 cm. Tentukan sudut yang terbentuk antara biang
PQRS dengan bidang QSV.
Jawab :
Bidang PQRS beririsan dengan SQV di garis QS. Jadi sudut yang terbentuk merupakan sudut
antara garis OV dengan OR atau
OR =
=
tan
=
Jadi, sudut yang terbentuk antara bidang PQRS dengan bidang QSV adalah