Anda di halaman 1dari 17

PROSES OKSIDASI DAN REDUKSI (METABOLISME)

ERITROSIT
Drg. Nanik

1. Oksidasi Reduksi
Oksidasi → pengeluaran elektron
 Def. oks. = penambahan oksigen dalam suatu molekul / pengeluaran nitrogen
Reduksi → penerimaan elektron
Contoh : - oksidasi ion fero menjadi feri
Fe 2+  Fe3+
 fero (Fe 2+), feri tidak dapat mengikat O2 dg baik
- respirasi seluler
2. Reaksi Oksidasi dan Reduksi

3. Eritrosit
 mengirimkan O2 ke
jaringan tubuh; mengeluarkan
CO2 dan proton
 Bikonkaf (lempeng cekung) 8 μm
 Tidak memiliki organela )
 Usia 120 hari
 wanita 4,2-5,4 juta/μl, pria 4,6-6,2 juta/μl
 sel eritrosit tidak memilki inti

4. Karakteristik Eritrosit
 Tidak ada organel
→ Tidak menghasilkan ATP pada fosforilasi oksidatif
 Karena tidak memiliki mitokondria( mito sbg fosforilasi oks)
→ Tidak bisa mengganti kerusakan lipid dan protein (aktivitas metabolik rendah, tidak
bisa membentuk protein atau lipid baru)
 Tidak memiliki ribosom, rib. Sbg pros. Sintesis protein
 Paparan Radikal Bebas
→ Auto-oksidasi Hemoglobin (membentuk O2•- )
→ Membran sel eritrosit banyak mengandung asam lemak tak jenuh (rawan untuk
peroksidasi lipid)
→ Deformasi di kapiler kecil; kebocoran ion katalitik (penyebab peroksidasi lipid)
 Rad. Bebas → molekul yg kehilngan salah 1 elektron shg bersfat sangat reaktif
merusak jaringan

5. Eritrosit
 Struktur eritrosit bersifat lentur dan bikonkaf  dapat berubah ketika sel berjalan
melewati kapiler yg sangat kecil.

 Eritrosit tidak mempunyai mitokondria / organel lain dan


metabolisme di dalam sitoplasmanya sangat berkurang  untuk melaksanakan
fungsinya diperlukan glukosa yang dipecah melalui glikolisis menjadi asam laktat.

6. Metabolisme Energi Eritrosit


o Glukosa sebagai sumber energi eritrosit
o Transportasi glukosa melalui membran eritrosit :
a. Glukosa diangkut melalui membran eritrosit secara difusi (dr konsen tinggi k rndah)
difasilitasi oleh transporter glukosa (GLUT-1).
b. Transporter glukosa (GLUT-1) tidak tergantung insulin  insulin tidak
meningkatkan transportasi glukosa ke eritrosit.
o Energi ATP diperlukan untuk kontraksi membran sel agar dapat merubah bentuk eritrosit
memasuki pembuluh darah yang sangat kecil (kapiler).
o Mampu membentuk energi ATP dengan cara glikolisis anaerob (Embden-Meyerhof) dan
menghasilkan pereduksi NADH dan dengan heksosa monofosfat “shunt” menghasilkan
NADPH.
o Metabolisme yang dominan pada eritrosit adalah glikolisis, Pentosa Phosphate Pathway
(PPP) dan 2,3-BPG.
o Glikolisis penting untuk menyediakan ATP sebagai pompa ion membran dan NADH
(kofaktor sbg pembant kerja enzim) untuk re-oksidasi methemoglobin (hb tdk aktif, fe
tdk aktif shg bebrbentuk feri).
o PPP menyediakan NADPH untuk menjaga keadaan tereduksi dari glutation ( utk mngkal
rad. Bebas). Jika hal ini gagal, maka jumlah peroxide pada eritrosit ↑  mengakibatkan
lemahnya dinding sel dan menyebabkan hemolisis (shg disebut anemia hemolitik).
o 2,3-BPG eritrosit mudah melepas oksigen (menurunkan afinitas oksigen dari
hemoglobin dan pelepasan oksigen dalam jaringan)

7. Metabolisme Eritrosit
a. Jalur Embden-Meyerhof
 Perlu glukosa yang dipecah melalui glikolisis menjadi laktat.
1 molekul glukosa  menghasilkan 2 mol ATP.
 ATP menyediakan energi untuk pemeliharaan volume, bentuk dan kelenturan
eritrosit.
 ATP juga berfungsi menyediakan energi bagi Na+/K+ ATPase, yang menjaga
lingkungan ion di dalam eritrosit, 1 mol ATP untuk menggerakkan 3 ion Na ke luar
dan 2 ion K ke dalam sel.
 BPG (2,3-Bifosfogliserat) juga berasal dari pemecahan glukosa.
 Jalur Embden-Meyerhof juga menghasilkan NADH yang diperlukan oleh enzim
methemoglobin reduktase untuk mereduksi methemoglobin yang tidak berfungsi
(hemoglobin teroksidasi) yang mengandung besi Ferri (Fe3+OH) - yang diproduksi
oleh oksidasi sekitar 3% hemoglobin setiap hari - untuk menjadi aktif sebagai bentuk
hemoglobin tereduksi (mengandung besi Ferro, Fe2+).

8. GLIKOLISIS
Perubahan: glukosa  asam piruvatlaktat
Fungsi: menghasilkan energi/ATP
Tempat: sitoplasma
Glikolisis Aerob menghasilkan 8 ATP
Glikolisis Anaerob menghasilkan 2 ATP
 Asam laktar dpt diubah di hati/liver, penumpukan lakat → pegal”
• Reduksi asam piruvat menjadi
asam laktat menghasilkan NAD+
dan menggunakan NADH.
NAD+ dapat dipakai oleh enzim
gliseraldehid 3P dehidrogenase,
sehingga glikolisis dapat
berjalan biarpun tidak ada
oksigen.

9. Glikolisis dalam Eritrosit


Selalu berakhir dengan asam laktat
 Tidak ada mitokhondria
 Tidak ada enzim rantai respirasi
 NADH NAD+ mengimbangi reaksi Asam Piruvat Asam Laktat
Glikolisis
terbentuk 2,3
BP Gliserat
eritrosit
melepas
oksigen

10. Glikolisis Anaerob


Konversi glukosa menjadi laktat selama glikolisis
anaerobik

b. Jalur Heksosa Monofosfat (Pentosa Fosfat)


• Kira-kira 5% glikolisis terjadi dengan jalur pentosa fosfat  glukosa 6-fosfat dikonversi
menjadi 6-fosfoglukonat ribulosa 5-fosfat.
• NADPH dihasilkan dan berikatan dengan glutation (GSH) yang menjaga keutuhan gugus
sulfidril (-SH) dalam sel termasuk hemoglobin dan menjaga membran eritrosit.
• NADPH yang digunakan oleh methemoglobin reduktase untuk memelihara besi
hemoglobin dalam keadaan Fe2+ (aktif).
• Ribulosa 5 fosfat  ribose 5 fosfat untuk sintesis asam nukleat (DNA/RNA)

 S
i
k
l
u
s

c
a
l
vin benson = s. reaksi gelap →proses fotosintesis
 Vena brwarna biru

Reaksi oksidasi pemb darah di eritrosit

11. Aspek Klinik


- Cacat genetik pada enzim glikolisis:
Cacat genetik dari salah satu enzim glikolisis pada eritrosit  menurunkan
glikolisis dalam eritrosit  tidak ada produksi energi.
Akibatnya tjd anemia hemolitik  eritrosit tidak mampu menjaga bentuk
bikonkaf fleksibel yang memungkinkan untuk masuk melalui kapiler sempit 
hemolisis (penghancuran eritrosit).
Misalnya :
 Defisiensi Glukosa 6 - fosfat dehidrogenase (G6PD).
G6PD adalah enzim pertama jalur pentosa fosfat. Defisiensi G6PD
menyebabkan berkurangnya produksi NADPH, contohnya pada anemia
hemolitik akut.
 Pada perokok konsentrasi 2,3-BPG dalam darah meningkat (suplai oksigen
rendah)

 Anemia hemolitik di rongga mulut →mukosa pucat, krna oksidsi di jringan


tidak baik shg terjadi infeksi sperti gingivitis, periodintis, pulpitis dll

Keterangan :
Tambahan catatan dg symbol * dan underline
Enzim dan koenzim
Drg. Nanik

I. Definisi Enzim
Enzim adalah katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pasa sistem biologi. sebagian
besar reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim. Enzim dapat kembali kebentuk asli setelah
mengalami suatu reaksi. Selain menjadi biokatalisator, enzim juga mengatur kecepata reaksi.
Enzim mempunyai aktivasi enzimatik dalam bentuk Haloenzim. Haloenzim tersusun atas
apoenzim dan kofactor. Apoenzim adalah protein atau zat organik dan koenzim adalah bukan
protein atau zat anorganik. Contoh dari kofaktor yaiti koenzim berupa NAD,ATP/ADP,
gugusprostetik berupa FAD, dan aktivator, contoh dari apoenzim yaitu protein enzim. Apoenzim
merupakan tempat melekatnya substrat, bagian ini disebur ssi aktif enzim. Substrat merupakan
bahan atau molekul yang dikatalis oleh suatu enzim, dapat berupa karbohidrat, protein dan
lemak.
II. Sifat Enzim
Enzim bekerja sangat spesifik dan hanya bekerja pada satu substrat. Misalnya enzim esterase
hanya dapat menghidrolisir beberapa ester asam lemak, enzim urease hanya bekerja terhadap
urea. Daya katalik enzim lebih cepat 108 – 1011 dibandingkan tanpa enzim. Enzim memerlukan
molekul sekunder untuk dapat aktif yg disebut koenzim (gugus non-protein).
Sebagai katalisator, dalam hal ini enzim berfungsi mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak
ikut berubah setelah proses selesai. Enzim merupakan suatu protein, karena bahan penyusun
utama enzim adalah protein. Enzim mudah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, faktor
lingkungan antara lain pH, suhu, dan inhibitor.
III. Mekanisme Kerja Enzim
Reaksi enzimatis akan berlangsung apabila substrat tersedia dan bagian sisi aktif enzim
dalam keadaan kosong. Pada kondisi demikian substrat akan memasiki sisi aktif enzim. Bagian
sisi aktif enzim akan mengalami perubahan bentuk dengan mengelilingi substrat kemudian
membentuk ikatan lemah berupa kompleks enzim-substrat. Substrat akan diubah menjadi suatu
bentuk akhir yang disebut produk.

E + S = ES -> E+P
E : enzim , S: substrat, ES : kompleks enzim-substrat, P : produk
Ada dua hipotesis yang menjelaskan tentang mekanisme kerja enzim:
- Hipotesis gembok dan kunci (lock and key). Bagian sisi aktif enzim mempunyai bentuk
spesifik dan tidak fleksibel. Suatu enzim hanya dapat ditempati oleh substrat tertentu saja.
(Emil Fischer)
- Hipotesis induced fit. Bagian sisi aktif enzim bersifat fleksibel terhadap substrat yang
masuk. Apabila ada substrat yang masuk ke bagian sisi aktif, maka bagian ini akan
mengalami perubahan bentuk mengikuti bentuk substrat.

IV. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim


Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzim adalah :
a. Suhu
Peningkatan suhu menyebabkan molekul lebih bergerak cepat. Setiap kenaikan suhu 10
0
C, kecepatan enzim akan menjadi dua kali lipat, sampai batas suhu tertentu. Pada
kondisi yang demikian suatu reaksi dapat berlangsung cepat atau tidak berjalan sama
sekali (berhenti). Hal demikian dimungkinkan karena setiap enzim mempunyai suhu
optimum tertentu sehingga dapat melangsungkan reaksi secara maksimal.Enzim pada
manusia bekerja paling efisien pada suhu 37 0C. Suhu yang terlalu tinggi atau melampaui
batas optimum akan menyebabkan enzim mengalami Denaturasi, adalah perubahan
struktur kimiawi enzim yang mengakibatkan enzim tersebut rusak dan tidak dapat
melakukan fungsinya.
b. pH (derajat keasaman)
pH optimum enzim berkisar 6-8. Namun, beberapa pengecualian dapat terjadi.
Contohnya pada lambung manusia, pepsin akan bekerja optimum pada pH 2. Perubahan
pH yang cukup tajam juga dapat menyebabkan enzim mengalami denaturasi.
c. Inhibitor
Inhibitor merupakan senyawa kimia yang bersifat menghambat kerja enzim. Memblok
kerja enzim tetapi biasanya tidak merusak enzim, mis. ion Cu, Hg, Ag dg gugus –SH pd
sistein dalam enzim. Ada dua jenis inhibitor :
- Inhibitor kompetitif : senyawa kimia yang menyerupai substrat yang dapat bereaksi
dengan sisi aktif enzim. Jika sisi aktif enzim sudah terisi oleh inhibitor kompetitif, maka
substrat ttidak dapat berikatan dengan enzim
- Inhibitor non-kompetitif : senyawa kimia yang mneghambat kerja enzim dengan cara
melekat pada bagian selain sisi aktif, yang disebut sisi alosterik. Akibatnya, bagian sisi
aktif enzim sulit berikatan dengan substrat dan enzim tidak dapat mengubah substrat
menjadi produk.
d. Konsentrasi Substrat
Jumlah substrat yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kerja enzim. Untuk
mengatasi hal demikian biasanya sel akan menghambat jumlah enzim dengan cara
menyintesis enzim. Jumlah substrat 2 kali lipat maka kecepatannya 2 kali lipat sampai
waktu tertentu dengan catatan konsentrasi enzim tetap konstan.
- Teori Kinetika Enzim-Michaelis menten: Kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi
kompleks enzim-substrat [E S].
V=Vmax[S]/Km+[S]

V. Klasifikasi Enzim
Klasifikasi enzim terutama didasarkan atas jenis reaksi yang dikatalis. Klasifikasi menurut
versi Komisi Enzim dari Uni Biokimia International (Commision on Enzymes of the
International Union of Biochemistry) tahun 1961: Setiap enzim terdiri atas kode yang terdiri
atas empat angka.
 Angka pertama menunjukkan kelas utama dari enzim yaitu ada 6 kelompok utama.
 Angka kedua menunjukkan sub kelompok yaitu gugus kimia yang diubah.
 Angka ketiga menunjukkan sub-sub kelompoknya.
 Angka keempat menunjukkan enzim.
Berdasarkan tempat kerjanya, enzim dapat dibedakan menjadi dua yaitu endoenzim (enzim
yang bekerja didalam sel/enzim intraselular) dan eksoenzim (enzim yang bekerja diluar
sel/enzim ekstraselular). Berdasarkan cara kerjanya, enzim dikelompokan menjadi 6 golongan
utama :
1. Oksidoreduktase, mengkatalisis reaksi reduksi oksidasi. Donor hidrogen atau donor
elektron adalah salah satu substratnya.
2. Transferase, mengkatalisis reaksi transfer (pemindahan) gugus. Dengan bentuk
umum A - X + B, A + B –X. misalnya amino transferase (transaminase) memindahkan
gugus NH2.
3. Hidrolase, mengkatalisis reaksi hidrolisis pada C-C, C-N, C-O, dan ikatan lainnya.
4. Lyase, pemisahan suatu gugus (bukan hidrolitik). Contohnya piruvat dekarboksilase yg
bekerja pd reaksi dekarboksilasi asam piruvat dan menghasilkan aldehida.
5. Isomerase, perubahan susunan geometris (spasial) pada suatu molekul. Misalnya
perubahan glukosa menjadi fruktosa, senyawa cis menjadi trans, dll.
6. Lygase atau sintetase, mengkatalisis reaksi penggabungan dua molekul : C-O, C-S, C-
N atau C-C. Contoh enzim piruvat karboksilase (asam piruvatoksaloasetat) pd metab.
karbohidrat.

A. Enzim Oksidoreduktase
Adalah sekelompok enzim yang terlibat dalam reaksi reduksi-oksidasi.Terdiri dari :
- Oksidase
- Dehidrogenase
- Hidroperoksida
- Oksigenase

1. Oksidase
Mengkatalisis pengeluaran hidrogen dari substrat dgn menggunakan oksigen sebagai
akseptor hidrogen. Enzim-enzim tsb membentuk;
- air (H2O)
- hidrogenperoksida (H2O2)
Enzim oksidase dibagi lagi menjadi:
- Sitokrom oksidase : Adalah hemoprotein dengan gugus prostetik heme. Enzim ini dapat
dirusak oleh: karbonmonoksida, sianida, hidrogen sulfida .
- Flavoprotein : Kelompok enzim ini memiliki gugus prostetik flavin mononukleotida
(FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD).Gugus prostetik tsb dibentuk dari
riboflavin (vitamin B2).
2. Dehidrogenase
Memiliki 2 fungsi utama: Memindahkan H dlm reaksi redoks. Sering memakai koenzim
NAD+/NADP+ yang membutuhkan niasin. Sebagai komponen rantai respirasi.
3. Hidroperoksidase
Kelompok enzim ini melindungi tubuh terhadap peroksida, karena akumulasi peroksida
dapat mencetuskan radikal bebas yg merusak membran sel. Terdiri dari 2 macam enzim:
a) Peroksidase
Banyak terdapat dalam susu, leukosit, platelet, dan jaringan lain yg terlibat dalam
metabolisme eikosanoid. Hidrogen peroksida direduksi dengan mengorbankan substansi seperti;
askorbat, kuinon, & sitokrom C. Glutation peroksidase dgn gugus prostetik selenium
bekerjasama dengan glutation tereduksi melindungi membran lipid & hemoglobin terhadap
oksidasi oleh senyawa peroksida.
b) Katalase
Enzim ini banyak terdapat dalam darah, sumsum tulang, membran mukosa, ginjal dan
hepar. Berfungsi menghancurkan H2O2 yang terbentuk oleh kerja oksidase. Katalase & oksidase
terdapat di dalam peroksisom.
4. Oksiganase
Enzim dalam kelompok ini mengkatalisis pemindahan & inkorporasi (penyatuan) oksigen
ke dalam molekul substrat. Terdiri dari:
a. Dioksigenase : Penyatuan molekul O2 ke substrat. Terdiri dari:
1. Enzim yg mengandung Fe, seperti; - homogentisat dioksigenase
2. Enzim yg menggunakan heme, seperti; L-triptofan dioksigenase (triptofan pirolase)
dalam hepar .
b. Monooksigenase : Penyatuan hanya satu atom molekul O ke dalam substrat. Atom O
lainnya direduksi menjadi air. Monooksigenase pada sitokrom P450 : Membutuhkan NADH &
NADPH untuk dioksidasi dalam reaksi yang disebut siklus hidroksilase. Penting untuk
hidroksilasi obat-obatan.
VI. Penamaan Enzim
Nama sistematik menunjukkan kelompok dan sub kelompok enzim. Contoh laktat : NAD
oksidoreduktase, mempunyai nomor sistematik 1. 1. 1. 27. Angka pertama menunjukkan bahwa
enzim itu termasuk kelompok 1 yaitu oksidoreduktase. Angka kedua menunjukkan sub
kelompok yaitu gugus kimia yang diubah –CHOH. Angka ketiga menunjukkan sub-sub
kelompoknya yang menunjukkan bahwa NAD atau NADP sebagai hidrogen akseptor. Angka
keempat menunjukkan enzim.
Selain nama sistematik, juga dikenal nama trivial yang lebih pendek dan lebih mudah
dibanding nama sistematik, biasanya nama substrat ditambah akhiran –ase. Contoh : urease,
maltase, ATPase.
I. Definisi koenzim
Koenzim adalah suatu senyawa organik tahan panas dan mudah terdisosiasi, dapat
dipisahkan dari enzimnya dg cara dialisis Mentranspor gugus kimia/elektron dari satu enzim ke
enzim lainnya. Contoh : NAD, NADP, ATP,dll. Koenzim dapat memperbesar kemampuan
katalitik sebuah enzim besar dari kemampuannya sendiri. Jenis reaksi yg sering memerlukan
koenzim;
- oksidasi reduksi
- reaksi pemindahan gugus
- isomerasi
Koenzim biasanya berikatan secara kovalen dengan enzim. Fungsi : Membantu proses
katalisis oleh enzim maupun penyusunan struktural yg penting  untuk memantapkan ikatan
antara substrat pada enzim atau menstransfer elektron yg timbul selama katalisa.
II. Peranan Enzim Dan Koenzim Dalam Metabolisme Tubuh
- Mempercepat reaksi kimia tanpa ikut bereaksi. Metabolisme yang melibatkan enzim akan
lebih cepat selesai dibanding reaksi metabolisme tanpa enzim, sehingga enzim sangat
berperan dalam metabolisme karena dapat menghemat waktu serta energi.
- Menurunkan energi aktivasi. Enzim menurunkan energi aktivasi yang dibutuhkan untuk
memulai suatu metabolisme maka akan mempercepat suatu metabolisme / membantu
tubuh “menghemat” energi.
- Enzim hanya mengikat substrat yang sesuai dengan sisi aktifnya. Enzim mampu
membedakan ribuan senyawa kimia di dalam tubuh. Hanya substrat yang memiliki titik
spesifik dengan sisi aktif enzim yang akan diikat. Suatu reaksi kimia hanya akan dibantu
oleh enzim tertentu tanpa terganggu oleh adanya enzim lainnya. Contoh metabolisme
amilum akan dikatalisis oleh enzim amilase. Meskipun terdapat lipase (enzim pemecah
lemak), amilum hanya akan dapat diikat oleh amilase. Sehingga metabolisme amilum
tetap dapat berlangsung tanpa gangguan dari enzim lain.
- Enzim dapat digunakan berkali – kali. Setelah terbentuk produk pada akhir metabolism,
enzim akan melepaskan diri dan kembali ke strukturnya (sebelum berikatan dengan
substrat). Enzim yang telah terlibat dalam metabolisme ini masih dapat digunakan untuk
mengkatalisis reaksi yang sama. Enzim dapat digunakan berkali – kali untuk reaksi yang
sama.
- Mendapatkan produk yang diinginkan Enzim berperan dalam menghasilkan produk yang
diinginkan dalam waktu yang cepat. Enzim bersifat spesifik, hanya akan mengikat
substrat yang sesuai dan menghasilkan produk yang diinginkan dari substrat tersebut.
Misalnya dalam suatu reaksi pemecahan amilum akan mendapatkan produk berupa
glukosa.

Anda mungkin juga menyukai