1. Parameter Validasi Metode Analisis menurut ICH (International Conference on Harmonization) Spesifisitas/selektivitas adalah kemampuan yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. Ketepatan (presisi) adalah ukuran kedekatan antara serangkaian hasil analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel homogen yang sama. Presisi biasanya dilakukan pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu: a. Keterulangan (repetibility) yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang sama baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya. b. Presisi antara (intermediate precision) yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya. c. Ketertiruan (reproduksibility) merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain Kekuatan (robustness) adalah kapasitas metode analisis untuk tetap tidak terpengaruh oleh adanya variasi parameter metode yang kecil. Akurasi adalah ketelitian metode analisis atau ketepatan antara nilai tertukur dengan nilai yang diterima baik nilai konfensi nilai sebenarnya atau nilai rujukan akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Kisaran adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu metode analisis menunjukkan akurasi presisi dan linearitas yang mencukupi. LOD dan LOQ Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko.Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Kekasaran (rugudness)metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Uji kesesuaian sistem 2. Perbedaan Validasi dan Verifikasi Metode Analisis Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya,validasi merupakan suatu proses evaluasi kecermatan dan keseksamaan yang dihasilkan oleh suatu prosedur dengan nilai yang dapat diterima. Sebagai tambahan, validasi memastikan bahwa suatu prosedur tertulis memiliki detail yang cukup jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh analis atau laboratorium yang berbeda dengan hasil yang sebanding. Verifikasi metode adalah suatu tindakan validasi metode tetapi hanya pada beberapa beberapa karakteristik performa saja. Laboratorium harus menentukan karakteristik performa yang dibutuhkan. Verifikasi sebuah metode bermaksud untuk membuktikan bahwa laboratorium yang bersangkutan mampu melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid. Disamping itu verifikasi juga bertujuan untuk membuktikan bahwa laboratorium memiliki data kinerja. Hal ini dikarenakan laboratorium yang berbeda memiliki kondisi dan kompetensi personil serta kemampuan peralatan yang berbeda, sehingga kinerja antara satu laboratorium dengan laboratorium lainnya tidaklah sama. II. ANALISIS VOLUMETRI (Tinjauan Struktur dan Sifat Kimia Obat, Prinsip Analisis) 1. Penentuan Kadar Asetosal (C9H8O4) secara Asidi-Alkalimetri Kadar asetosal dapat ditentukan secara alkalimetri (baku basa NaOH) karena asetosal merupakan senyawa asam lemah. Asidi-alkalimetri disebut juga reaksi netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen dari asam dan ion hidroksida dari basa untuk menghasilkan air. NaOH merupakan basa kuat (menerima proton, memberi PEB) yang ketika dalam larutan berair akan terurai sbb ; NaOH Na+ + OH- Kadar titran NaOH yang berlebih akan mengakibatkan reaksi sbb ;
Deteksi titik akhir pada alkalimetri dilakukan dengan penambahan indikator
phenolftaleinyang akan memberikan warna pink muda yang konstan selama 1 menit pada akhir titik titrasi.
Contoh perhitungan kadar ;
Sebanyak 250 mg serbuk mengandung asetosal (BM = 180,16) dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator phenolftalein hingga berwarna merah muda. Titik akhir titrasi tercapai dengan volume titran (NaOH) sebanyak 12,56 ml. Jawab : 1 mol asetosal setara dengan 1 mol NaOH sehingga BE = BM 180,16 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸 Kadar = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔) x 100 %
12,56𝑥 0,1 𝑥 180,16
Kadar = 250 𝑚𝑔 x 100 %
Kadar = 69,39 % (b/v)
2. Penentuan kadar Vitamin C (C6H8O6) secara Iodimetri Kadar vitamin C dapat ditentukan secara iodimetri (titrasi redoks langsung). Redoks adalah singkatan reduksi (penangkapan elektron, biloks turun) dan oksidasi (pelepasan elektron, biloks naik). Iodium merupakan oksidator yang relatif kuat. Pada saat dioksidasi iodium akan direduksi menjadi iodida dengan reaksi sbb ; I2 + 2e 2I- Valensi ditentukan oleh banyaknya elektron yang hilang atau timbul setelah reaksi. Reaksi diatas menyatakan 1 mol I2 ekuivalen dengan 2 elektron maka valensinya 2 sehingga BE adalah setengah BMnya. Iodium akan mengoksidasi senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium seperti vitamin C menjadi dehidro askorbat dengan reaksi sbb;
Larutan baku iodium dapat digunakan untuk membakukan larutan natrium tiosulfat (Na2SO3). Deteksi titik akhir pada iodimetri dilakukan dengan penambahan indikator amilum yang yang akan memberikan warna ungu-biru pada akhir titik titrasi.
Contoh perhitungan kadar ;
Sebanyak 25 ml larutan mengandung vitamin C (BM = 176,12) dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji hingga berwarna biru. Titik akhir titrasi tercapai dengan volume titran (iodium) sebanyak 5,25 ml. Jawab : 1 mol vitamin C setara dengan 1 mol I2 (2 elektron = 2 valensi) sehingga BE = BM/2 176,12/2 = 88,06 𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸 Kadar = x 100 % 𝑉𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙)𝑥 1000
5,25𝑥 0,1 𝑥 88,06
Kadar = x 100 % 25 𝑥 1000
Kadar = 0,185 % (b/v)
III. ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI 1. Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk pengukuran sampel di daerah spektrum ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-750) sehingga memiliki rentang pengukuran 200-800 nm. Prinsip kerjanya didasarkan pada interaksi antara sampel dengan energi cahaya.
Ketika cahaya dengan berbagai panjang gelombang (polikromatis) mengenai
suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Hal ini dipengaruhi oleh adanya alektron valensi. Elektron-elektron ini dapat mengalami transisi seperti berpindah (eksitasi) pada UV-Vis, berputar (rotasi) pada IR, dan bergetar (vibrasi) pada gelombang radio jika dikenai energi. Cahaya yang ditembakkan pada sampel bisa mengalami pemantulan, pembiasan, penyerapan (absorbsi), dan penerusan (transmisi) namun dalam spektrofotometer UV-Vis pemantulan dihindari dengan menempatkan larutan dalam kaca transparan dan pembiasan dihindari dengan pembuatan larutan homogen. Nilai yang diukur adalah nilai absorbansi dan didasarkan pada hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa konsentrasi sebanding dengan absorbansi.
2. Contoh Analisis Secara Spektrofotometri UV-Vis
Analisis spektrofotometri UV-Vis hanya dapat dilakukan pada larutan yang memiliki warna. Jika sampel tidak memiliki warna, maka perlu penambahan zat lain agar membentuk warna. Sampel yang dianalisis umumnya mengandung gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) misalnya pada benzena, C=O, dan C=C serta gugus auksokrom (pasangan elekron bebas) misalnya pada -OH, -NH2 Penetapan kadar sampel dapat dilakukan dengan menggunakan perbandinjgan absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau dengan menggunakan persamaan regresi llinier dari variasi konsentrasi larutan baku yang menyatakan hubungan konsentrasi baku dengan absorbansinya, yang selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar. Dirumuskan sebagai Y = ax + b, dimana y (absorbansi) dan x (konsentrasi). Contoh obat-obat yang dapat dianalisis menggunakan metode analisis spektrofotometri UV-Vis adalah : Efedrin, memiliki kromofor tipe benzoid/inti benzen
Ketoprofen, memiliki kromofor benzen yang diperpanjang