Anda di halaman 1dari 23

KFA

Validasi Metode
Validasi metode adalah

 Suatu proses penilaian terhadap parameter analitik


tertentu bedasarkan percobaan laboratorium untuk
membuktikan bahwa parametertersebut memenuhi syarat
untuk tujuan penggunaannya.

 Validasi metode menurut United State Pharmacopeia (USP)


dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat,
spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang
akan dianalisis.
Validasi metode harus dilakukan ketika:

1. Pengembangan metode baru


2. Revisi metode yang sudah baku
3. Penjaminan mutu metode baku
4. Metode baku yang dilakukan di laboratorium yang
berbeda, dikerjakan oleh analis yang berbeda, atau
dikerjakan dengan alat yang berbeda.
5. Mendemonstrasikan kesetaraan antara 2 metode
(metode baru dan metode baku)
Menurut USP (United States Menurut ICH (International
Pharmacopeia), tahap metode Conference of Harmanization),
validasi: parameter validasi metode :

 Presisi  Presisi
 Akurasi  Akurasi
 Batas Deteksi  Batas Deteksi
 Batas Kuantifikasi  Batas Kuantifikasi
 Spesifisitas  Spesifisitas
 Linieritas dan Rentang  Linieritas
 Kekasaran (Ruggedness)  Kisaran (range)
 Ketahanan (Robutness)  Ketahanan (Robutness)
 Kesesuaian sistem
1. Akurasi (ketepatan)

 Merupakan ketelitian metode analisis atau


kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang
diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau
nilai rujukan.

 ICH merekomendasikan pengumpulan data dari 9


kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang
berbeda.

 Data harus dilaporkan sebagai persentase


perolehan kembali.
 Recovery dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang
diperoleh dengan hasil yang sebenarnya.
% Perolehan Kembali = (C1 – C2) / C3 x 100%
Keterangan :
C1 : konsentrasi dari analit dalam campuran contoh +
sejumlah tertentu analit
C2 : konsentrasi dari analit dalam contoh
C3 : konsentrasi dari analit yang ditambahkan ke
dalam contoh.
Perolehan kembali yang baik adalah 96 – 105 % (untuk
konsentrasi menengah) 90 – 110 % (untuk konsentrasi
rendah).
2. Presisi
 Merupakan ukuran keterulangan metode analisis
dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan
baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda
signifikan secara statistik.
 Presisi mencakup: SD (standar deviasi) dan RSD
(standar deviasi relatif)
Rumus lain

Standar deviasi
 Semakin kecil nilai SD dari serangkaian pengukuran,
maka metode yang diguanakan semakin tepat.
Begitu juga dengan RSD.
3. Spesifitas

 Adalah kemampuan untuk mengukur analit yang


dituju dan spesifik dengan adanya komponen-
komponen lain dalam matriks sampel seperti
ketidakmurnian, produk degredasi, komponen
matriks.
4. Batas deteksi (limit of detection, LOD)

 Didefinisikan sebagai kosentrasi analit terendah dalam


sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak
selalu dapat di kuantifikasi.
 LOD seringkali diekspresikan sebagai suatu kosentrasi
pada rasio signal terhadap derau (signal to noise ratio)
yang biasanya rasionya 2 atau 3 dibanding 1.

A. Non instrumental (KLT dan titrimetri)


B. Instrumental (perhitungan)
LOD = 3,3 (SD/S)
SD = simpangan baku respon analitik dari blangko
S = slope (b pada persamaan garis y = a+bx)
5. Batas kuantitatif (limit of quantification)
 Didefenisikan sebagai kosentrasi analit terendah dalam
sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan
akurasi yang dapat diterima pada pada kondisi
operasional metode yang digunakan.
 LOQ seringkali diekspresikan sebagai suatu kosentrasi
pada rasio signal terhadap derau (signal to noise ratio)
yang biasanya rasionya 10 dibanding 1.
A. Non instrumental (KLT dan titrimetri)
B. Instrumental (perhitungan)
LOQ = 10(SD/S)
SD = simpangan baku respon analitik dari blangko
S = slope (b pada persamaan garis y = a+bx)
6. Linieritas

 Merupakan kemampuan suatu metode


untuk memperoleh hasil-hasil uji yang
secara langsung proposional dengan
kosentrasi analit pada kisaran yang
diberikan.
7. Kisaran (range)

 Didefinisikan sebagai kosentrasi terendah dan


tertinggi yang mana suatu metode analisis
menunjukkan akurasi, presisi dan linearitas yang
mencakupi.
 Untuk pengujian komponen utama (mayor), maka
kosentrasi baku harus diukur didekat atau sama
dengan kosentrasi kandungan analit yang
diharapkan.
 Suatu strategi yang baik adalah mengukur baku
dengan kisaran 25, 50, 75, 100, 125, dan 150 %.
8. Kekasaran (ruggedness)

 Merupakan tingkat reprodusibilitas hasil


yang diperoleh di bawah kondisi yang
bermacam- macam yang diekspresikan
sebagai persen standar deviasi relatif
(%RSD).
9. Ketahanan

 Merupakan kapasitas metode untuk tetap


tidak terpengaruh oleh adanya variasi
parameter metode yang kecil.
10. Stabilitas

 Untuk memperoleh hasil-hasil analisis yang


reprodusibel dan realibel, maka sampel, reagen dan
baku yang digunakan harus stabil pada waktu
tertentu (misalkan 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, atau
tergantung kebutuhan).
11. Kesesuaian sistem

 Sebagai serangkaian uji untuk menjamin


bahwa metode tersebut dapat
menghasilkan akurasi dan presisi yang
dapat diterima.
Contoh perhitungan
Data absorban senyawa formaldehid pada berbagai
konsentrasi adalah sebagai berikut:

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A)


100 0.3113
150 0.4523
200 0.6354
250 0.7937
300 0.9562

Hitung persamaan kurva kalibrasi, nilai R, nilai


slop, LOD dan LOQ untuk metode tersebut !
kurva kalibrasi
1.2

f(x) = 0.0032624 x − 0.0226999999999999


R² = 0.998878729752217
0.8

kurva kalibrasi
0.6
Abs Linear (kurva kalibrasi)

0.4

0.2

0
50 100 150 200 250 300 350

ppm

Nilai R = √0,998 = 0,9989


Nilai slope = 0,003
SD, LOD, LOQ  lihat di excel
Jika dilakukan uji kurva kalibrasi dengan konsentrasi yang berbeda
didapat data seperti dibawah ini. Hitung nilai persen perolehan
kembali, SD, RSD !

C (ug/mL) Absorban (A)


125 0.3876
0.3904
0.3880
175 0.5452
0.5443
0.5423
225 0.6986
0.7024
0.6999
Lihat di excel !
Daftar Pustaka

 Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul, 2012,


Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai