Anda di halaman 1dari 21

LIMIT DETEKSI

Erini Yuwatini
PUSARPEDAL - KLH
Disampaikan pada
Bimbingan Teknis Laboratorium Lingkungan
di wilayah PPE Sumatera
Palembang, 27 – 31 Oktober 2013
I. LATAR BELAKANG
• Kompetensi laboratorium yang didasarkan pada
kemampuan Sumber Daya Teknis (SDM, Peralatan dan
Metode) yang direpresentasikan melalui hasil ujinya.
• Kemajuan Teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan
andil yang penting bagi nilai suatu hasil uji.
• Tolok ukur keberhasilan teknologi dalam peningkatan
nilai hasil uji adalah mampu menciptakan proses
pengujian yang memberikan tingkat kepastian yang tinggi
(akurat dan presisi), selektif dan sensitif selain dari pada
memperhatikan aspek lingkungan dan aspek kesehatan
pekerja.
• Ukuran sensitivitas suatu metode pengujian
diterjemahkan melalui istilah limit deteksi.
Contoh: Sensitivitas Teknik Pengujian Logam
Unit 1800’s 1900’s 2000’s
(ppm)
0.000001  ICP/MS

0.001  AAS Grafit


Furnace
0.1  AAS Flame atau
ICP AES
1  Metode
Spektrofotometri visible
10  Metode Kolorimetri visual

1000

10.000  Metode Gravimetri

Sensitivitas
II. Terminologi dan Penentuan limit deteksi

• Definisi limit deteksi adalah parameter uji batas yang


mendeteksi jumlah terkecil analit dalam sampel yang
masih memberikan respon signifikan dibandingkan
dengan blanko.
• Penentuan limit deteksi suatu metode berbeda-beda
tergantung pada metode analisis itu menggunakan
instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak
menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan
dengan mendeteksi analit dalam sampel pada
pengenceran bertingkat.
1. Signal Noise Ratio (S / N)
adalah ukuran relatif yang merupakan perbandingan
sinyal analitik (S) dengan Noise (N) untuk sampel
tertentu dan berkaitan erat dengan tingkat deteksi.
Rasio ini berguna untuk menentukan efek dari noise
pada kesalahan relatif pengukuran.

Contoh kromatogram

Signal

noise
S / N ratio dapat diukur dengan berbagai cara, tapi
satu cara mudah untuk mendekati rasio S / N nilai
mean (rata-rata) dibagi nilai sd dari serangkaian
ulangan dengan standar deviasi dari hasil ulangan
(Skoog & Leary 1992).
Kisaran nilai adalah S/N = 3 atau 5
Catatan: Untuk analisis kromatografi, rasio S / N
dapat dihitung langsung dengan mengukur tinggi
signal dari suatu standar.
Noise diukur dengan mengukur tinggi respon dari
suatu blanko.
2. limit deteksi Instrument (IDL)
• Merupakan konsentrasi yang sebanding dengan
signal terkecil dari analit yang diukur oleh suatu
instrumen yang besarnya 5 kali signal per noise
(S/N). IDL disebut juga Critical level atau Criterion
of Detection.
• Nilai IDL dapat berbeda untuk setiap instrumen
pada analit yang sama, besarnya 1.645 sd
pengukuran serangkaian larutan blanko yang
nilainya dapat digunakan untuk memperkirakan
nilai limit deteksi metode (MDL).
Penentuan IDL

1. Siapkan min tujuh pengulangan larutan blanko

1 2 3 4 5 6 7

2. Ukur dan catat signal yang terbaca pada instrumen


3. Hitung nilai sd
4. IDL = sd x 3
Apabila nilai sd hasil perhitungan nol maka lakukan
penentuan LLD atu LoD.
3. Lower Limit Detection (LLD) atau Level of
Detection (LoD)
• Merupakan kadar analit terendah yang menghasilkan
signal dengan tingkat kepercayaan 99%.
• Ditentukan dengan mengukur 5 kali larutan standar
dengan konsentrasi < 5 IDL.
• Nilainya = 2 x IDL = 2 x (1.645) sd = 3.29 sd
• Penentuan LoD juga dapat dihitung berdasarkan
standar deviasi dari signal (sd) dan kemiringan kurva
kalibrasi (S) : LoD = 3,3 ( sd / S ).
Penentuan LLD atau LoD

1. Siapkan min tujuh pengulangan larutan standar


dengan konsentrasi terendah (tidak lebih dari 5 x IDL)
yang mampu terbaca dengan signal yang positif

1 2 3 4 5 6 7

2. Ukur dan catat signal yang terbaca pada instrumen


3. Hitung nilai sd
4. LLD = sd x 3.29
4. Deteksi Limit Metode (MDL)

• Konsentrasi minimum zat yang dapat diukur dan


dilaporkan dengan keyakinan 99% bahwa
konsentrasi analit lebih besar dari signal larutan
blanko, dan ditentukan dari analisis sampel dalam
matriks tertentu.
• limit deteksi metode biasanya dihitung
menggunakan reagen air dibubuhi (di-spike) dengan
analit. Pemilihan konsentrasi Spike Level - MDL ini
didasarkan pada variabilitas, atau presisi, antara
tujuh atau lebih ulangan dilakukan pada konsentrasi
sama.
• Nilai MDL dihitung dengan menghitung sd dari
replikasi 7 kali pengulangan larutan standar yang di-
spike. Dimana kadar spike, MDL < kadar spike < 10
MDL

• MDL = 3.143 sd (diukur setiap hari dalam rentang


waktu 3 hari), dengan batasan keberterimaan:
%RSD < 0.67(2 1.0-0.5 log C)
Dengan C= kadar analit dalam fraksi.

• Nilai MDL juga digunakan untuk mengontrol larutan


blanko (nilai analit dalam larutan blanko < MDL).
5. Limit of Quantification (LoQ)
Merupakan konsentrasi analit yang memberikan
signal > dari signal analit pada larutan blanko, hasil
kuantitatif yang diperoleh dari 10 kali standar deviasi
hasil untuk serangkaian ulangan pengujian.
LoQ dihitung:
3,18 (MDL) = 3,18 (3.143 sd)
= 10 sd

signal
Estimasi perbandingan
IDL : LoD : MDL : LoQ =
Konsentrasi, mg/L
1 : 2 : 4 : 10 23 4
LoQ dapat juga dihitung berdasarkan standar deviasi
dari respon (sd) dan kemiringan kurva kalibrasi (S)
dengan rumus : LoQ = 10 (sd / S).
Penentuan MDL dan LoQ
1. Tentukan konsentrasi spike dengan menggunakan prakiraan
perbandingan MDL dan LoD menggunakan konsentrasi terendah
pada deret standar sebagai nilai LoQ. Konsentrasi Spike = 5 LoQ.
mis: deret 5 – 100 ppb, maka asumsi LoQ adalah 5 ppb.
Maka MDL prakiraan adalah 4/10 x 5 ppb = 10 ppb
Konsentrasi spike dihitung dengan persamaan:
MDL prakiraan x Faktor (1 -5, misalnya 5) = 10 x 5 = 50 ppb
2. Pembuatan deret kerja yang sesuai dengan persyaratan,
dengan rentang konsentrasi yang sesuai dengan konsentrasi
spike.
120
100

peak height
80
60
40 y = 1.0548x
20 R2 = 0.9984
0
0 20 40 60 80 100
blanko Std 1 Std 2 Std 3 Std 4 Analyte Concn. (ppb)
3. Buat pengulangan larutan standar dengan spike yang telah
ditentukan minimal 7 pengulangan Ukur dan catat signal yang
terbaca pada instrumen dalam rentang waktu 3 hari (apabila
setiap hari mengukur 3 larutan maka dibutuhkan 9 larutan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari atau analis ke 1 Hari atau analis ke 2 Hari atau analis ke 3
2. Catat signal dan hitung konsentrasi (dari 9 pengulangan
tersebut)
3. Hitung nilai rerata ẋ, sd, % RSD (sd/ẋ), S/N (ẋ/sd),
MDL (3.14 sd) dan LoQ (10 sd).
Batas Keberterimaan MDL
No Kriteria Batas keberterimaan Kesimpulan
1 Uji presisi % RSD < 0.67 (2 1-0.5 log C)
= sd / ẋ
2 Uji akurasi % R Mengacu pada metode
atau didasarkan pada
rentang konsentrasi
analit
3 S/N = ẋ / sd 2.5 - 10
4 MDL = 3.143 sd • < konsentrasi larutan
spike
• < baku mutu
lingkungan
5 konsentrasi larutan MDL < Cons. < 10 MDL
spike
III. ATURAN PENULISAN DETEKSI LIMIT PADA
LAPORAN HASIL UJI
• Jika konsentrasi hasil uji tidak terdeteksi:
maka konsentrasi hasil uji ditulis < MDL, (bukan
ditulis ttd atau nihil atau 0)
• Jika MDL< konsentrasi hasil uji <LoQ, maka
konsentasi hasil uji ditulis < LoQ
• Jika konsentrasi hasil uji > LoQ, maka ditulis
konsentrasi hasil uji berikut nilai ketidak pastiannya.
mis: 1.34 + 0.08 mg / L
IV. TERMINOLOGI YANG BERAKITAN DENGAN
LIMIT DETEKSI

Practice Quantitation Level(PQL)


Batas konsentrasi yang rutin dicapai dengan tingkat
kepastian yang tinggi (> kepercayaan 99,9%) dalam
suatu hasil uji analisis.
Maximum Contamination Level (MCL)
Konsentrasi maksimum analit yang diizinkan dalam
air yang dikirim ke setiap publik sebagai konsumen.
Dalam hal ini dapat digunakan baku mutu yang
ditetapkan oleh daerah atau wilayah tertentu.
V. FREKUENSI PENENTUAN LIMIT DETEKSI

• Frekuensi penentuan MDL limit deteksi metode akan


berubah dari waktu ke waktu karena berbagai alasan,
dan perlu untuk secara berkala diperbarui.
• MDL harus ditentukan kembali bila sebuah
laboratorium menggunakan metode analisis baru, dan
atau menggunakan peralatan laboratorium yang
mengalami perubahan kondisi.
• Ketika suatu laboratorium belum menentukan nilai
MDL, maka laboratorium dapat menggunakan nilai LoQ
yang tercantum dalam metode pengujian (dengan
mempertimbangkan nilai baku mutu).
• MDL juga harus dihitung ulang setiap kali prosedur
analitis dimodifikasi (misalnya menggunakan
pereaksi kima yang baru). Setelah itu laboratorium
harus melakukan update pada tahun berikutnya
untuk mempertahankan kualitas data hasil uji
tersebut.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai