Anda di halaman 1dari 55

L A NJUTAN

:
P A R A M E T E R

V A L IDA SI M E T ODE
UJI
PRESISI
reproducibility

Between
lab precision
Memastikan bahwa
metode menyediakan
Presisi yang mengukur keragaman
hasil nilai hasil uji
dari sampel yang
yangsama
samapada kondisi
di lab. operator,
yang berbeda
peralatan,Mengetahui
lab dan waktu yang berbeda
kehandalan/kinerja
Validasi reprodusibilitas
lab penting dilakukan
jika metode akan digunakan di lab yang
berbeda
PARAMETER AKURASI
• Akurasi didefinisikan sebagai kesesuaian antara hasil uji analisis
dengan nilai benar analit (true value atau nilai acuan analit yang
dapat diterima).
• Adanya penyimpangan nilai rata-rata hasil dari
pengukuran nilai sebenarnya disebabkan adanya bias
Bias : perbedaan hasil analisis rata-rata dengan nilai
acuanBias : (A – B) x 100 ; A = nilai acuan; B = rata-rata
uji A
Nilai keberterimaan : bias (-2.0) % s.d (+ 2,0) %

• Uji Akurasi dapat ditentukan melalui berbagai cara:


– Pengukuran CRM (evaluasi : uji t-tunggal, Recovery atau
Bias)
– Perbandingan dengan metode lain (evaluasi : uji t-beda nyata)
– Pemakaian jumlah sampel yang berbeda (evaluasi : uji t-beda
nyata)
– teknik Spiking ( evaluasi : Recovery)
AKURASI ( Penggunaan CRM )
• Yang diuji :
CRM masing-masing dianalisis 10 kali memakai
metode yang divalidasi

• Yang dihitung :
Hasil rata-rata CRM dikoreksi hasil rata-rata
blanko pelarut
Evaluasi akurasi dapat terdiri atas :
 (hasil rata-rata CRM – nilai sertifikat) bias
 atau Uji t tunggal
 Recovery (nilai percobaan terhadap nilai benarnya)
atau (nilai percobaan terhadap nilai teoritisnya)
AKURASI ( Penggunaan CRM )

Cara Menghitung Akurasi

• Nilai benar kandungan benzoat dalam bahan


acuan juice jeruk misal 50 ppm

• Hasil analisis memberikan data sebesar


49,24 ppm

• Bias (%) = /50 - 49,24/ x 100 %


50
= 1,52%
Recovery
Latar Belakang

• Dalam suatu pengujian sampel, analit yang terkait dalam


matriks sampel harus dilarutkan/diekstraksi/dibebaskan
sebelum dapat diukur.
• Agar hasil pengujian akurat maka efisiensi pelarutan/ekstraksi
itu harus 100%
• Selain itu, analit tidak boleh hilang (menguap, masih terikat
pada kolom pemisahan, lolos pada penyaringan dsb.) selama
proses preparasi contoh berlangsung.
• Uji Recovery ini terdiri dari :
1. Pengujian atas CRM
2. Pengujian sampel yang diperkaya (spike) dengan
sejumlah kuantitatif standar analit akan
yang ditetapkan.
Pada uji Recovery teknik spiking ini
dibutuhkan :
- Sampel
- Standar analit
Permasalahan pada Teknik Recovery
• Kapan recovery harus diperhitungkan dalam metode analisis?
Apabila prosedur pre-treatment sampel atau
preparasinya pada metode yang digunakan cukup
panjang
• Bagaimana Jika preparasi sampel simple/pendek ?
Sebagai ilustrasi, recovery tidak perlu diperhitungkan jika sampel
hanya disaring dengan membran dan setelah itu siap diinjeksikan
pada kolom HPLC .

Faktor-faktor yang dapat dievaluasi dari teknik recovery


1. Efisiensi desktruksi, ekstraksi terhadap lepasnya analit
dari matriksnya (apa 100%?)
2. Kerusakan analit dalam hidrolisa sejauh mana,
sehingga berpengaruh pada pengukuran analit.
3. pre treatment yang panjang seperi residu pestisida (apakah analit
ada yang hilang??)
1. Recovery Menggunakan CRM
CRM selalu disertai dengan sertifikat CRM tersebut
• Pada sertifikat tertulis, konsentrasi analit =
C.CRM (ppm) ± μ(ppm)
μ adalah nilai ketidakpastian konsentrasi
• Untuk percobaan recovery, diambil sejumlah tertentu
CRM, analisis menggunakan metode yang akan
divalidasi.
Jika hasil analisisnya adalah : Canalisis (ppm)
Ulangi percobaan diatas minimal 7 kali
• Hitung nilai rata-rata Canalisis (ppm)
Recovery dihitung sebagai berikut:
Recovery metode = (Crata2
analisis/C.CRM) x 100%
Studi Kasus Percobaan Recovery menggunakan CRM
dari unsur logam Pb dalamCRM Logam Alloy

• CCRM = (7,911 ± 0,005) µg/g

• Dari 6 kali analisis yang dilakukan laboratorium


menggunakan metode yang sedang
divalidasi, diperoleh data bahwa konsentrasi
rata-rata logam Pb dalam CRM Logam Alloy
adalah:

• Crata-rata = 7,123 µg/g

• Recovery Metode = (7,123/7,911) x 100 %


= 90,04 %
2. Recovery dengan teknik spiking :
• Mula-mula sampel diuji dan hasil pengujian = C1

• Kepada sampel yang sama ditambahkan (spiking) sejumlah


analit yang diketahui banyaknya, misalnya konsentrasi = C2, lalu
dilakukan pengujian dengan hasil C3

• Analit yang diperoleh kembali = (C3 – C1) dari banyaknya


yang ditambahkan (C2)

• Nilai perolehan kembali/Recovery (%) = (C3 – C1) x 100


C2

• Apabila dalam pengujian ini tidak ada kesalahan sistematik


maka recovery tidak akan berbeda secara signifikan dari 100%
CONTOH : LANGKAH KERJA UJI RECOVERY TEKNIK SPIKING
0,01 - 1 g 100
1. Penetapan Fe dalam sampel sampel mL
alloy

Ukur Absorban
Sebagai Kadar
Fe dlm sampel
(C1)
2. Uji Recovery
5 mL Fe 100
mg/L
Spike Fe
stdr ..... %
(C2)
bobot 100
sampel alloy
yg
mL
ditimbang
(0,01 g)
Dilakukan pengenceran 10x
Ukur Absorban Kadar Fe
dlm (sampel + spike) (C3)
Lanjutan : DATA HASIL UJI RECOVERY TEKNIK SPIKING

1. Data standar Fe
Deret Std Fe
Abs
( mg/L ) 2. Kadar rata-rata Fe dalam sampel = 22,91%
0 0.0080
0.5 0.0497 3. Standar Fe yang ditambahkan/spiking (5mL Fe
1 0.0986 100 mg/L ke masing-masing bobot sampel
2 0.1932
4. Data pengukuran Abs Fe dalam sampel yang
3 0.2810 Telah dispiking
4 0.3630 Abs Fe Analit Fe
dlm
Bobot Kons kadar Fe yg Kadar stdr
sampel
Ulangan sampel (mg/L) yg sdh dispike Fe yg dispike % Rec
yg sdh
(g) sdh stdr ( % ) (C2)
dispike ( % ) C3
dispike
stdr

1 0.0104 0.2645
2 0.0103 0.2657
3 0.0102 0.2588
4 0.0106 0.2686
5 0.0103 0.2614
6 0.0106 0.2665
7 0.0104 0.2663
Rata-rata
Syarat Keberterimaan Akurasi = ( 90 - 110 ) %
PARAMETER (LOD) LIMIT DETEKSI
• Limit (LD) menurut Greenberg, A.E dkk
konsentrasi
deteksi terendah dari analit dalam sampel yang dapat dideteksi
adalah
diatas noise atau blanko dalam suatu prosedur analisis untuk
confidence limit (batas kepercayaan) tertentu. Confidence limit
perlu ditentukan agar kesalahan deteksi dan tidak terdeteksi
peluangnya kecil yaitu maksimum 5%.

• Menurut Greenberg, A.E dkk , beberapa istilah yang


digunakan untuk menyatakan Limit deteksi khusus sbb :
- LOD (IDL) (Instrument Detection Limit)
- MDL (Method Detection Limit)
- LOQ (Limit of Quantitation)

Seringkali IDL digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan MDL.


Hubungan antara Limit-Limit tersebut seperti berikut :
LOD(IDL) : MDL : LOQ = 1 : 4 :
10
CARA MENETAPKAN
LIMIT DETEKSI
1. LOD berdasarkan (LOD)
analisis kualitatif (visual evaluation)
2. LOD berdasarkan pengukuran larutan blanko
(n > 20 untuk blanko; n > 10 untuk blanko sampel).
Rumus yang digunakan :
LOD teoritis = nilai rata-rata konsentrasi blanko + (3SDblanko);
kemudian LOD tersebut dikonfirmasi kembali melalui
pengujian. (LOD ini merupakan LDI karena menggunakan
instrumentasi)
3. LOD (LDI teoritis) berdasarkan persamaan kurva kalibrasi,
kemudian LOD tersebut dikonfirmasi kembali melalui
pengujian
LODteoritiS = (3Sy/x)/b ; b = slope kurva
4. LOD berdasarkan signal terhadap noise
(2:1) atau (3:1)
1. Evaluasi LOD berdasarkan analisis kualitatif :

• Ukur blanko yang ditambahi analit dengan


berbagai konsentrasi yang berbeda,
dimana untuk masing-masing konsentrasi
10 buah, semua diukur @ 1 kali
• Tentukan tingkat konsentrasi di bawah
mana identifikasi analit menjadi kurang
andal

2/7/2018
Lanjutan 1. Contoh :
Limit deteksi analisis kualitatif :
• Kons analit Replikasi Hasil +/-
(mg/L) analisis

200 10 10/0
100 10 10/0
75 10 5/5
50 10 1/9
25 10 0/10

Di bawah konsentrasi 100 mg/L identifikasi yang positif


menjadi kurang andal

2/7/2018
2. Evaluasi LOD
berdasarkan pengukuran larutan blanko
Ulangan
Deret Conc Fe
Rata - rata blanko Abs
Standar Fe sampel
a. Abs b. ( mg/L )
( mg/L )
0.00 0.0047 1 0.0106 0.0340
0.25 0.0316 2 0.0100 0.0278
0.50 0.0633 3 0.0100 0.0278
1.00 0.0949 4 0.0091 0.0186
2.00 0.2033 5 0.0095 0.0227
3.00 0.3079 6 0.0108 0.0361
7 0.0100 0.0278
4.00 0.3884
8 0.0090 0.0175
9 0.0105 0.0330
0.50
Kurva Kalibrasi 10 0.0089 0.0165
Fe Rerata 0.0278
0.40
SD 0.0066
3 SD 0.0198
Absorba

0.30
y = 0.0970x + LOD Fe teoritis (mg/L) 0.05
0.20 0.0073
n

0.10 Dilanjutkan dengan pengujian konfirmasi LOD


Teoritis yang diperoleh
0.00
0.00 5.00
1.00Konsent2ra.0s0i Standar 3F.e0(0µg/mL )

4.00
2. lanjutan Evaluasi LOD berdasarkan pengukuran
larutan blanko
• Kasus : pada penetapan Fe, berdasarkan hasil pengukuran
blanko diperoleh LOD teoritis sbb :
LOD teoritis dengan rumus = nilai rata-rata konsentrasi blanko
sampel
+ (3 SD) yaitu : 0,05 mg/L; maka dibuat 7x ulangan konsentrasi
Fe 0,05 mg/L dan diukur kembali, hasil yang diperoleh sbb :
1. Tahap pertama : Jika 7 x pengulangan pengukuran larutan
uji dengan konsentrasi 0,05 mg/L diperoleh data sbb: (0,03;
0,10; tt; 0,03; 0,08; tt; 0,1) mg/L;
maka Buatlah larutan uji standar Fe kembali dengan
konsentrasi > 0,05 mg/L sebanyak 7x ulangan (misalkan
dibuat 0,10 mg/L) dan evaluasi kembali.
2. Hasil tahap kedua : Jika hasil 7x pengukuran larutan uji
untuk LOD Fe dengan konsentrasi 0,10 mg/L diperoleh data
sbb: (0,15; 0,20; 0,17; 0,05; 0,09; 0,18; 0,08 ) mg/L;
maka 0,10 mg/L adalah LOD Fe.
3. Evaluasi LOD berdasarkan persamaan kurva kalibrasi
Deret stdr Fe stdr (mg/L) rerata Abs (Yi) yC (yi - yC)2

1 0.00 -0.0308 -0.0196 0.00012555


2 1.00 0.0963 0.0827 0.00018615
3 2.00 0.1792 0.1849 0.00003258
4 3.00 0.3016 0.2872 0.00020854
5 4.00 0.3791 0.3894 0.00010631
6 5.00 0.4908 0.4917 0.00000074
n=6 ∑ 0.00065987

slope = b 0.1023

S(y/x) = √∑(yi-yC)2/(n-2) 0.01284

LDI ppm = (3Sy/x)/b 0.38

LOD teoritis Fe yang diperoleh sebesar 0,38 mg/L;


maka dibuat larutan uji standar Fe dengan konsentrasi 0,38 mg/L sebanyak 7x
ulangan dan diukur kembali; Jika hasil pengujian 7x ulangantersebut diperoleh sebagai
berikut (0,15; 0,05; 0,10; 0,40; 0,09; 0,35; dan 0,27) mg/L;
maka LOD Fe sebesar 0,38 mg/L
4. LOD berdasarkan signal terhadap noise
0.5 ng/mL std Oxolinic Acid Danofloxacin
8 .1 1 2 62.1 2>1 60.0 2 2.1 4 358. 0 8 > 9 5 .9 1
1 0 0 8 4 5 1 0 0 5 4 1
3 7 2 6
A re a A re a

% %

3 7 Tim e 6 1 Tim e
7.0 0 7 .5 0 8.0 0 8 .5 0 9 .0 0 9.5 0 1.5 0 2.0 0 2.5 0 3.0 0 3.5 0

IDL 0.24 ng/mL) IDL 0.30 ng/mL)


0.25 ng/mL std 10 0
2.1 0 3 5 8.08 > 9 5.9 1
1 4 5 2 3
8.1 1 2 6 2 .1 2 > 1 6 0 .0 2 Are a
1 0 0 6 5 4
2 9
A re a

%
%

3.2 9
1 1

5 0 Tim e 6 7 Tim e
7.0 0 8.0 0 9.0 0 1.5 0 2.0 0 2 .5 0 3 .0 0 3.5 0

2/7/2018
Beberapa Placebo/Blanko Sampel untuk
Parameter LoD :
• Pada penetapan residu pestisida dalam beras,
sebagai blanko sampel dapat dipakai beras
organik
• Pada penetapan kadar antibiotika dalam ikan;
sebagai blanko sampel dapat digunakan ikan
yang dibudidayakan tanpa penambahan
antibiotika atau ikan yang ditangkap di tengah
laut lepas
• Pada penetapan aditif dalam juice jeruk, blanko
sampel dibuat dari buah jeruk yang diperas.
LOQ

• Limit kuantisasi ( LOQ ) atau biasa disebut juga


limit pelaporan (limit of reporting)
adalah konsentrasi terendah analit dalam sampel
yang dapat ditentukan dengan tingkat presisi dan
akurasi yang dapat diterima, dibawah kondisi
pengujian yang disepakati
LoQ = nilai rata-rata blanko + (10 SD)
STUDI KASUS LOQ
• Jika 6 x pengulangan pengukuran larutan uji
dengan konsentrasi 5,57 ppb diperoleh data sbb:
(5,3; 5,5; 5,7; 5,2; 5,8; 5,9) ppb
maka 5,57 ppb adalah LOQ
karena: KV dari kumpulan data adalah 5,04 %,
Sedangkan persyaratan KV yang memadai untuk
repeatabilitas 23,07%
• Hasil 6 x pengulangan pengukuran larutan uji dengan
konsentrasi 5,73 ppb diperoleh data sbb:
(6,4; 5,5; 9,3; 3,2; 5,8; 4,2) ppb
karena KV kumpulan data tersebut = 36,58%,
Persyaratan yang memadai adalah 22,96%
Maka : Buatlah contoh untuk penetapan LOQ dengan
konsentrasi > 5,73 ppb
LIMIT DETEKSI METODE (LDM) atau MDL
 Konsentrasi terkecil analit yang diinginkan setelah melalui metode
analisis secara lengkap. Nilainya akan lebih besar dari limit deteksi
terendah
 Konsentrasi terbaik dari analit yang dapat dideteksi atau dapat
menghasilkan respon yang nyata dibanding blanko
 Tergantung matriks
 Dinyatakan untuk masing-masing matrik
 Analisis replikat dari 7 sampel yang dispike pada satu konsentrasi
tertentu. Konsentrasi standar spike kira-kira sama dengan 5 kali
IDL dibagi faktor konsentrasi metode
MDL = rata-rata konsentrasi blanko sampel + (t .tabel x SDsampel)
MDL =(t .tabel x Sdsampel )
(jika respon blanko negatif)

2/7/2018
PARAMETER LINIERITAS
• Kemampuan suatu metode analisis untuk menghasilkan
hasil yang proporsional terhadap perubahan respon alat
dengan konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran
yang ada.
• Mengetahui kemampuan standar dalam mendeteksi
analit dalam sampel
• Uji ini dilakukan dengan suatu seri larutan baku yang
terdiri dari minimal 6 konsentrasi yang menaik dengan
rentang/kisaran (0–150)% atau (50–150)% dari
konsentrasi komponen uji
• Diharapkan respon linier terhadap konsentrasi larutan
baku dengan nilai koefisien korelasi mendekati 1,00
Linieritas
Disebabkan oleh adanya kesalahan dalam proses
pengukuran, pada suatu kurva kalibrasi,
Tidak semua data akan jatuh secara tepat pada
garis

Yang harus dicari adalah The “best” straight line

Analisis Regresi (Analisis Korelasi & Regresi)


Menggunakan
Metoda Kuadrat Terkecil
(Method of Least
Squares)
Least Square
Least Square
Kapan Metode Least Square digunakan
untuk membuat Kurva Kalibrasi ??

Bila terdapat hubungan linier antara nilai


input dan nilai isyarat (respon alat ).
Hubungan ini dinyatakan sebagai :
y = bx + a
a : intercept (nilai dari y bila x = 0)
b: slope/kemiringan dari garis
Linear square regression
Least Square
Least Square
• Linearitas adalah kemampuan metoda untuk
mendatangkan hasil uji yang secara langsung sebanding
dengan konsentrasi analit
dalam suatu rentang kerja yang diberikan.
• Koefisien Korelasi (r) : suatu ukuran hubungan linier
antara dua set data
Rentang dari -1 (hubungan yg sempurna)
0 (tidak ada hubungan)
+1 (hubungan yang
sempurna)
Sensitivitas /kepekaan Metode
Analisis:
• Menunjukkan kemampuan dari metode atau instrumen dalam
membedakan konsentrasi-konsentrasi suatu anali yang
perbedaannya kecil.
• Ukuran kualitas metode yang menggambarkan kemampuannya
untuk mendeteksi adanya suatu komponen (analit) dalam
contoh yang dianalisis
• Ratio antara perubahan respons alat ukur terhadap perubahan
konsentrasi analit yang diukur.
• Sensitivitas dibedakan menjadi :
- sensitivitas kalibrasi (IUPAC) adalah Slope =
m dari kurva kalibrasi pada konsentrasi yang
diinginkan. analitik; merupakan nilai yang tergantung
- sensitivitas
pada simpangan baku hasil analisis
pada satuan signal atau respon tidak tergantung
alat.
2/7/2018
Sensitivitas Kalibrasi :
• Sensitivitas kalibrasi (IUPAC) berdasarkan nilai
Slope = m pada kurva kalibrasi,
S = mc + Sbl
• Bila grafiknya linier dan memiliki persamaan y = bx +
a, maka sensitivitasnya adalah b = (y-a)/x

• Bila = 0 (grafik melewati titik nol, maka


sensitivitasnya
a b = y/x atau respons alat ukur dibagi
dengan konsentrasi analit
• Ratio y/x (1 : 1) antara perubahan respons alat ukur
terhadap perubahan konsentrasi analit yang diukur
merupankan nilai proporsional ditunjukkan derajat
kemiringan kurva kalibrasi mendekati 45o (tg 45o =1)
2/7/2018
Ilustrasi :

Berapa derajat
kemiringannya?

2/7/2018
Contoh : Untuk instrument AAS; Sensitivitas konsentrasi
analit yang memberikan respon absorban 0,0044
(ASTM E 663-86 (Reapproved

Langkah – 1991)
langkah:
• Pilih larutan standar yang nilai absorbansi 0,0044
(daerah linier pengukuran) atau larutan standar yang
memberikan nilai absorbansi (0,2 – 0,4)
• ukur serapan-masuknya (absorbans) sebanyak 10
kali
• Hitung absorbansi rata-rata dan menghitung nilai
sensitifitasnya dengan menggunakan rumus berikut:

• Bandingkan dengan sensitivitas yang ada pada


(manual book±batas
TOLERANSI 30%) keberterimaan sensitifitas
Working range dan daerah linear range

• Rentang kerja suatu metode analisis adalah interval


antara konsentrasi tinggi dan rendah yang telah
dianalisis/diuji dengan presisi, akurasi dan linieritas
dengan menggunakan kondisi metode yang dievaluasi

• Dalam analisis kuantitatif dimulai dari LOQ (batas


terbawah) dan batas respon alat (batas tertinggi)

• Di dalam batas rentang kerja ini ada linear range :


bagian yang linier dapat diamati secara visual
Teknik Working range (Analisis 1)
• Blanko + bahan acuan atau blanko sampel yang ke
dalamnya ditambahkan analit dengan berbagai konsentrasi
berbeda. Diperlukan sedikitnya 6 konsentrasi + blanko
sampel

• Pengulangan minimal 2 x

• Plot respon pengukuran (sumbu y) terhadap konsentrasi


yang diukur (sumbu x)

• Amati secara visual dan identifikasi daerah pengukuran


yang linier batas atas bawah dari daerah kerja

• Dari pengerjaan ini akan didapat konfirmasi visual


apakah daerah kerja itu linier atau tidak

2/7/2018
Lanjutan : Teknik Working range (Analisis 2)

• Plot respon pengukuran (sumbu y) terhadap konsentrasi


(sumbu x). Secara visual amati outlier yang tidak
tergambarkan pada regresi

• Hitung koefisien regresi. Hitung dan plot residu value


(perbedaan antara nilai yang sebenarnya dengan nilai
yang diprediksi oleh garis lurus untuk setiap harga x

• Tahap ini diperlukan untuk menguji daerah kerja yang linier dan
pada daerah mana dapat digunakan kalibrasi titik tunggal

2/7/2018
Working range dan daerah linear range

LOL
Instrument response

LOQ => limit of


quantitative
measurement

LO LOL => limit of


Q linear
Useful range response

Concentration
Uji Ruggedness/Robustness Metode
• Ukuran bagi suatu metode analisis dalam mempertahankan
unjuk kerjanya dalam situasi dimana pengaturan kondisi analisis
tidak sesempurna seperti yang ditetapkan dalam metode yang
bersangkutan

• Dalam metode analisis ada tahap-tahap kritis dimana bila


tidak dikerjakan secara hati-hati akan menimbulkan
kesalahan yang besar

• Dilakukan dengan memvariasikan kondisi analisis sedemikian


rupa dan mengukur pengaruhnya terhadap presisi dan akurasi
yang dicapai.

• Membantu dalam mengantisipasi dan mengeliminasi


sumber kesalahan yang mungkin

• Mendemonstrasikan bahwa metode stabil terhadap


perubahan kondisi metode yang kecil
Uji Ruggedness (inter lab variation)
Robustness (intra lab variation)
 Ketahanan suatu metode terhadap perubahan kecil
± (10–20) % dari kondisi pada prosedur, misalnya :
jenis pelarut, konsentrasi pelarut, perubahan pH, waktu
ekstraksi, perbedaan kolom, perubahan temperatur
 Ketahanan metode uji dievaluasi dengan uji standar
keberterimaan akurasi dan presisi atau dengan uji-T dan
uji F atau
 Cara pengujian :
- dilakukan pengujian pada sampel uji berulang (minimal
7x) pada kondisi normal dan kondisi perubahannya.
- kemudian dievaluasi terhadap standarkeberterimaan
(akurasi dan presisi) sesuai syarat keberterimaan yang
digunakan.
PARAMETER KONFIRMASI
IDENTITAS/SPESIFISITAS

• Kemampuan metode itu dalam mendeteksi hanya satu senyawa dalam sampel
yang dianalisis, meskipun matriks sampel tersebut sangat kompleks
• Harus selalu diyakinkan bahwa isyarat yang dihasilkan pada proses
pengukuran hanya berasal dari analit dan bukan berasal dari:
1. senyawa lain atau
2. campuran analit + senyawa lain (yang kebetulan mempunyai sifat
fisika/kimia serupa dengan analit yang akan Hanya perlu dilakukan untuk
analisis yang bersifat ndividual misal Kromatografi
• Contohnya; pada analisis gula dengan Cara Luff Schrool,
– glukosa, fruktosa digolongkan sebagai gula pereduksi
– sukrosa, maltosa digolongkan sebagai gula non pereduksi
Jadi contoh ini bukan termasuk analisis individual
• Kromatografi : TLC; GC; dan HPLC
• Pengujian konfirmasi identitas (spesifisitas) : analisis blanko
(plasebo) dan Sampel yang telah diketahui kandungan analitnya.
Uji Plasebo
Konfirmasi Identitas pada TLC
• Dilakukan dengan jalan menggunakan lebih dari 1 eluen
– Pada metode analisis yang diterbitkan PPOM (MA-
PPOM), analisis TLC harus menggunakan sedikitnya 3
macam eluen berbeda
Konfirmasi Identitas pada GC & HPLC
• Dikenal adanya beberapa cara untuk konfirmasi:
a. Teknik Spiking
b. Nilai Isyarat Relatif Detektor
c. Detektor Diode Array
d. Chromatography Cross Check :
Menggunakan 2 kolom berbeda
Menggunakan kolom sama, eluen
berbeda
e. Menggunakan Teknik lain (GC-
MS, LC-MS)
a. Teknik Spiking (Menambahkan komponen yang
diduga ke dalam sampel)
b. Menghitung Nilai Isyarat Relatif
Detektor (NIRD)
Additive pada Juice
e. Melakukan Konfirmasi dengan Teknik Lain
(GC-MS; LC-MS, dan lain-lain)
SEKIAN
DAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai