:
P A R A M E T E R
V A L IDA SI M E T ODE
UJI
PRESISI
reproducibility
Between
lab precision
Memastikan bahwa
metode menyediakan
Presisi yang mengukur keragaman
hasil nilai hasil uji
dari sampel yang
yangsama
samapada kondisi
di lab. operator,
yang berbeda
peralatan,Mengetahui
lab dan waktu yang berbeda
kehandalan/kinerja
Validasi reprodusibilitas
lab penting dilakukan
jika metode akan digunakan di lab yang
berbeda
PARAMETER AKURASI
• Akurasi didefinisikan sebagai kesesuaian antara hasil uji analisis
dengan nilai benar analit (true value atau nilai acuan analit yang
dapat diterima).
• Adanya penyimpangan nilai rata-rata hasil dari
pengukuran nilai sebenarnya disebabkan adanya bias
Bias : perbedaan hasil analisis rata-rata dengan nilai
acuanBias : (A – B) x 100 ; A = nilai acuan; B = rata-rata
uji A
Nilai keberterimaan : bias (-2.0) % s.d (+ 2,0) %
• Yang dihitung :
Hasil rata-rata CRM dikoreksi hasil rata-rata
blanko pelarut
Evaluasi akurasi dapat terdiri atas :
(hasil rata-rata CRM – nilai sertifikat) bias
atau Uji t tunggal
Recovery (nilai percobaan terhadap nilai benarnya)
atau (nilai percobaan terhadap nilai teoritisnya)
AKURASI ( Penggunaan CRM )
Ukur Absorban
Sebagai Kadar
Fe dlm sampel
(C1)
2. Uji Recovery
5 mL Fe 100
mg/L
Spike Fe
stdr ..... %
(C2)
bobot 100
sampel alloy
yg
mL
ditimbang
(0,01 g)
Dilakukan pengenceran 10x
Ukur Absorban Kadar Fe
dlm (sampel + spike) (C3)
Lanjutan : DATA HASIL UJI RECOVERY TEKNIK SPIKING
1. Data standar Fe
Deret Std Fe
Abs
( mg/L ) 2. Kadar rata-rata Fe dalam sampel = 22,91%
0 0.0080
0.5 0.0497 3. Standar Fe yang ditambahkan/spiking (5mL Fe
1 0.0986 100 mg/L ke masing-masing bobot sampel
2 0.1932
4. Data pengukuran Abs Fe dalam sampel yang
3 0.2810 Telah dispiking
4 0.3630 Abs Fe Analit Fe
dlm
Bobot Kons kadar Fe yg Kadar stdr
sampel
Ulangan sampel (mg/L) yg sdh dispike Fe yg dispike % Rec
yg sdh
(g) sdh stdr ( % ) (C2)
dispike ( % ) C3
dispike
stdr
1 0.0104 0.2645
2 0.0103 0.2657
3 0.0102 0.2588
4 0.0106 0.2686
5 0.0103 0.2614
6 0.0106 0.2665
7 0.0104 0.2663
Rata-rata
Syarat Keberterimaan Akurasi = ( 90 - 110 ) %
PARAMETER (LOD) LIMIT DETEKSI
• Limit (LD) menurut Greenberg, A.E dkk
konsentrasi
deteksi terendah dari analit dalam sampel yang dapat dideteksi
adalah
diatas noise atau blanko dalam suatu prosedur analisis untuk
confidence limit (batas kepercayaan) tertentu. Confidence limit
perlu ditentukan agar kesalahan deteksi dan tidak terdeteksi
peluangnya kecil yaitu maksimum 5%.
2/7/2018
Lanjutan 1. Contoh :
Limit deteksi analisis kualitatif :
• Kons analit Replikasi Hasil +/-
(mg/L) analisis
200 10 10/0
100 10 10/0
75 10 5/5
50 10 1/9
25 10 0/10
2/7/2018
2. Evaluasi LOD
berdasarkan pengukuran larutan blanko
Ulangan
Deret Conc Fe
Rata - rata blanko Abs
Standar Fe sampel
a. Abs b. ( mg/L )
( mg/L )
0.00 0.0047 1 0.0106 0.0340
0.25 0.0316 2 0.0100 0.0278
0.50 0.0633 3 0.0100 0.0278
1.00 0.0949 4 0.0091 0.0186
2.00 0.2033 5 0.0095 0.0227
3.00 0.3079 6 0.0108 0.0361
7 0.0100 0.0278
4.00 0.3884
8 0.0090 0.0175
9 0.0105 0.0330
0.50
Kurva Kalibrasi 10 0.0089 0.0165
Fe Rerata 0.0278
0.40
SD 0.0066
3 SD 0.0198
Absorba
0.30
y = 0.0970x + LOD Fe teoritis (mg/L) 0.05
0.20 0.0073
n
4.00
2. lanjutan Evaluasi LOD berdasarkan pengukuran
larutan blanko
• Kasus : pada penetapan Fe, berdasarkan hasil pengukuran
blanko diperoleh LOD teoritis sbb :
LOD teoritis dengan rumus = nilai rata-rata konsentrasi blanko
sampel
+ (3 SD) yaitu : 0,05 mg/L; maka dibuat 7x ulangan konsentrasi
Fe 0,05 mg/L dan diukur kembali, hasil yang diperoleh sbb :
1. Tahap pertama : Jika 7 x pengulangan pengukuran larutan
uji dengan konsentrasi 0,05 mg/L diperoleh data sbb: (0,03;
0,10; tt; 0,03; 0,08; tt; 0,1) mg/L;
maka Buatlah larutan uji standar Fe kembali dengan
konsentrasi > 0,05 mg/L sebanyak 7x ulangan (misalkan
dibuat 0,10 mg/L) dan evaluasi kembali.
2. Hasil tahap kedua : Jika hasil 7x pengukuran larutan uji
untuk LOD Fe dengan konsentrasi 0,10 mg/L diperoleh data
sbb: (0,15; 0,20; 0,17; 0,05; 0,09; 0,18; 0,08 ) mg/L;
maka 0,10 mg/L adalah LOD Fe.
3. Evaluasi LOD berdasarkan persamaan kurva kalibrasi
Deret stdr Fe stdr (mg/L) rerata Abs (Yi) yC (yi - yC)2
slope = b 0.1023
% %
3 7 Tim e 6 1 Tim e
7.0 0 7 .5 0 8.0 0 8 .5 0 9 .0 0 9.5 0 1.5 0 2.0 0 2.5 0 3.0 0 3.5 0
%
%
3.2 9
1 1
5 0 Tim e 6 7 Tim e
7.0 0 8.0 0 9.0 0 1.5 0 2.0 0 2 .5 0 3 .0 0 3.5 0
2/7/2018
Beberapa Placebo/Blanko Sampel untuk
Parameter LoD :
• Pada penetapan residu pestisida dalam beras,
sebagai blanko sampel dapat dipakai beras
organik
• Pada penetapan kadar antibiotika dalam ikan;
sebagai blanko sampel dapat digunakan ikan
yang dibudidayakan tanpa penambahan
antibiotika atau ikan yang ditangkap di tengah
laut lepas
• Pada penetapan aditif dalam juice jeruk, blanko
sampel dibuat dari buah jeruk yang diperas.
LOQ
2/7/2018
PARAMETER LINIERITAS
• Kemampuan suatu metode analisis untuk menghasilkan
hasil yang proporsional terhadap perubahan respon alat
dengan konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran
yang ada.
• Mengetahui kemampuan standar dalam mendeteksi
analit dalam sampel
• Uji ini dilakukan dengan suatu seri larutan baku yang
terdiri dari minimal 6 konsentrasi yang menaik dengan
rentang/kisaran (0–150)% atau (50–150)% dari
konsentrasi komponen uji
• Diharapkan respon linier terhadap konsentrasi larutan
baku dengan nilai koefisien korelasi mendekati 1,00
Linieritas
Disebabkan oleh adanya kesalahan dalam proses
pengukuran, pada suatu kurva kalibrasi,
Tidak semua data akan jatuh secara tepat pada
garis
Berapa derajat
kemiringannya?
2/7/2018
Contoh : Untuk instrument AAS; Sensitivitas konsentrasi
analit yang memberikan respon absorban 0,0044
(ASTM E 663-86 (Reapproved
Langkah – 1991)
langkah:
• Pilih larutan standar yang nilai absorbansi 0,0044
(daerah linier pengukuran) atau larutan standar yang
memberikan nilai absorbansi (0,2 – 0,4)
• ukur serapan-masuknya (absorbans) sebanyak 10
kali
• Hitung absorbansi rata-rata dan menghitung nilai
sensitifitasnya dengan menggunakan rumus berikut:
• Pengulangan minimal 2 x
2/7/2018
Lanjutan : Teknik Working range (Analisis 2)
• Tahap ini diperlukan untuk menguji daerah kerja yang linier dan
pada daerah mana dapat digunakan kalibrasi titik tunggal
2/7/2018
Working range dan daerah linear range
LOL
Instrument response
Concentration
Uji Ruggedness/Robustness Metode
• Ukuran bagi suatu metode analisis dalam mempertahankan
unjuk kerjanya dalam situasi dimana pengaturan kondisi analisis
tidak sesempurna seperti yang ditetapkan dalam metode yang
bersangkutan
• Kemampuan metode itu dalam mendeteksi hanya satu senyawa dalam sampel
yang dianalisis, meskipun matriks sampel tersebut sangat kompleks
• Harus selalu diyakinkan bahwa isyarat yang dihasilkan pada proses
pengukuran hanya berasal dari analit dan bukan berasal dari:
1. senyawa lain atau
2. campuran analit + senyawa lain (yang kebetulan mempunyai sifat
fisika/kimia serupa dengan analit yang akan Hanya perlu dilakukan untuk
analisis yang bersifat ndividual misal Kromatografi
• Contohnya; pada analisis gula dengan Cara Luff Schrool,
– glukosa, fruktosa digolongkan sebagai gula pereduksi
– sukrosa, maltosa digolongkan sebagai gula non pereduksi
Jadi contoh ini bukan termasuk analisis individual
• Kromatografi : TLC; GC; dan HPLC
• Pengujian konfirmasi identitas (spesifisitas) : analisis blanko
(plasebo) dan Sampel yang telah diketahui kandungan analitnya.
Uji Plasebo
Konfirmasi Identitas pada TLC
• Dilakukan dengan jalan menggunakan lebih dari 1 eluen
– Pada metode analisis yang diterbitkan PPOM (MA-
PPOM), analisis TLC harus menggunakan sedikitnya 3
macam eluen berbeda
Konfirmasi Identitas pada GC & HPLC
• Dikenal adanya beberapa cara untuk konfirmasi:
a. Teknik Spiking
b. Nilai Isyarat Relatif Detektor
c. Detektor Diode Array
d. Chromatography Cross Check :
Menggunakan 2 kolom berbeda
Menggunakan kolom sama, eluen
berbeda
e. Menggunakan Teknik lain (GC-
MS, LC-MS)
a. Teknik Spiking (Menambahkan komponen yang
diduga ke dalam sampel)
b. Menghitung Nilai Isyarat Relatif
Detektor (NIRD)
Additive pada Juice
e. Melakukan Konfirmasi dengan Teknik Lain
(GC-MS; LC-MS, dan lain-lain)
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH