03 MDGS Pedoman Pelayanan HIV AIDS PDF
03 MDGS Pedoman Pelayanan HIV AIDS PDF
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyebaran kasus HIV/AIDS yang demikian pesat di seluruh
dunia, sebagian besar terjadi pada kelompok usia produktif.
Perubahan perilaku seseorang dari yang beresiko menjadi kurang
berisiko terhadap kemungkinan tertular HIV memerlukan bantuan
perubahan emosional dan pengetahuan dalam suatu proses yang
mendorong nurani dan logika. Proses mendorong tersebut sangat
unik dan membutuhkan pendekatan individual.
Program Penanggulangan HIV / AIDS sudah menjadi perhatian
utama jajaran pimpinan Rumah Sakit dalam upaya untuk melindungi
karyawan, keluarga dan masyarakat. Serta adanya kebutuhan untuk
memaksimalkan cakupan dan kualitas program dan layanan HIV /
AIDS yang komprehensif khususnya di lingkungan layanan
Kesehatan.
Adanya fakta bahwa deteksi dini infeksi HIV sangat penting
menentukan prognosis perjalanan infeksi HIV dan mengurangi risiko
penularan maka disusunlah Pedoman pelayanan yang memudahkan
petuga kesehatan menjalankan tugasnya dengan optimal, khususnya
dalam penanganan klinis HIV sehubungan dengan deteksi dini HIV,
perawatan, pengobatan dan pencegahan
2. Tujuan Pedoman
a. Umum :
Menurukan angka kesakitan HIV AIDS melalui peningkatan mutu
pelayanan konseling dan testing HIV AIDS dan perlindungan bagi
petugas layanan VCT dank lien.
b. Khusus :
– Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan konseling dan testing
HIV AIDS
– Menjaga mutu layanan melalui penyediaan sumberdaya dan
manajemen yang sesuai.
– MemberI perlindungan dan konfidensialitas dalam pelayanan
konseling dan testing HIV AIDS
4
3. Ruang Lingkup Pelayanan
b. Informed consent
c. Testing HIV dalam VCT
5. Landasan Hukum
a. Undang-undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular
b. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1285/Menkes/SK/X/2002
tentang pedoman penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular
Seksual
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1278/Menkes/SK/XII/2009
tentang Pedoman Pelaksanaan Kolaborasi Pengendalian Penyakit
TB dan HIV.
e. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tenagh Nomor 5 Tahun 2009
tentang Penangggulangan HIV dan AIDS.
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2. Distribusi
Ketenagaan
Ketua / kepala klinik :1
a. VCT 0rqng
:1
b. Wakil Ketua Orang
:1
c. Sekretaris Orang
:4
d. Konselor Orang
:5
e. Dokter spesialis Orang
:2
f. Dokter umum Orang
:2
g. Perawat Orang
:1
h. Petugas laboratorium Orang
:1
i. Farmasis Orang
:1
j. Petugas Administrasi Orang
:1
k. Instalasi Bedah Orang
:1
l. Humas Orang
:1
m. Kamar Jenazah Orang
7
3. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga di klinik VCT setiap hari kerja yaitu jam 08.00
sampai dengan 14.00 dengan petugas yang akan dibuatkan jadwal
setiap minggunya.
Petugas Laboratorium berada di instalasi laboratorium dan akan
dihubungi oleh petugas jaga di klinik VCT, apabila ada klien yang
melakukan pre testing HIV.
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. Denah Ruang
T EXT 9
3 4 5
2
8
6 7
10
Keterangan
1 : Pintu masuk pelayanan VCT / Klinik VCT
2 : Ruang penerimaan
3 : Ruang Tunggu
4 : Ruang Konseling
5 : Ruang Pengambilan Sampel Darah
6 : Ruang Tunggu Hasil Test
7 : Ruang Kasir
8 : Ruang Staf VCT
9 : Toilet
10 : Pintu Keluar
2. Standar Fasilitas
a. Sarana
1) Papan petunjuk
Papan petunjuk dipasang yang jelas untuk memudahkan akses
klien ke klinik VCT. Juga di depan ruang klinik VCT bertuliskan
Pelayanan VCT / Klinik VCT
2) Ruang Tunggu
Ruang tunggu berada di depan ruang konseling atau disamping
tempat pengambilan sampel darah.
9
Di ruang tunggu tersedia :
– Materi KIE : poster, leaflet, brosur yang berisi tentang HIV
AIDS, IMS, KB, ANC, TB, Hepatitis, Penyalah gunaan Napza,
Perilaku sehat, Nutrisi dan seks yang aman
– Informasi konseling dan testing
– Kotak saran
– Tempat sampah, tissue, air minum
– TV, video
– Buku catatan resepsionis untuk perjanjian klien atau computer
– Meja dan kursi
– Kalender
c. Ruang Konseling
Ruang konseling disediakan senyaman mungkin dan terjaga
kerahasiaannya serta terpisah dari ruang tunggu dan ruang
pengambilan sampel darah. Ruang konseling teerdapat dua pintu
yaitu pintu masuk dan pintu keluar klien sehingga klien yang
selesai konseling dank lien berikutnya yang akan konseling
tidaksaling bertemu Ruang Konseling dilengkapi :
– 1 meja dan 3 kursi (Tempat duduk bagi klien maupun konselor)
– Buku catatan perjanjian klien dan catatan harian, forrmulir informed
consent, catatan medis klien, formulir pre dan pasca testing, buku
rujukan, formulir rujukan, kalender dan ATK
– Kondom dan alat peraga penis, alat peraga reproduksi wanita
– Buku resep gizi seimbang
– Tisu
– Air minum
– Lemari arsip / lemari dokumen yang dapat dikunci
10
– Alcohol swab
– Plester
– Wadah limbah tahan tusukan
– Coolbox container
– Sarung tangan karet
– Apron plastic
f. Prasarana
1) Aliran Listrik
Diperlukan untuk penerangan yang cukup baik, untuk
membaca, menulis serta untuk pendingin ruangan
2) Air
Diperlukan air mengalir untuk menjaga kebersihan ruangan dan
mencuci tangan serta membersihkan alat-alat
3) Sambungan Telepon
Diperlukan terutama untuk komunikasi dengan layanan lain yang
terkait
4) Pembuangan Limbah Padat dan Limbah Cair
Mengacu kepada pedoman kewaspadaan transmisi di
pelayanan kesehatan tentang pengolahan limbah
11
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Konseling Pretesting
a. Penerimaan klien :
– Informasikan kepada klien tentang pelayanan tanpa nama, sehingga
nama tidak ditanyakan
– Pastikan klien tepat waktu dan tidak menunggu
– Buat catatan rekam medic klien dan pastikan setiap klien
mempunyai kodenya sendiri
Kartu periksa konseling dan testing dengan nomor kode dan ditulis
oleh konselor.
2. Informed consent
12
1) Klien diberi penjelasan tentang resiko dan dampak sebagai
akibat tindakan dank lien menyetujuinya
2) Klien mempunyai kemampuan mengerti/memahami dan
menyatakan persetujuannya
3) Klien tidak dalam terpaksa memberikan persetujuannya
4) Untuk klien yang tidak mampu mengambil keputusan karena
keterbatasan dalam memahami, maka konselor berlaku jujur
dan obyektif dalam menyampaikan informasi
a. Penerimaan klien
– Memanggil klien dengan kode register
– Pastikan klien hadir tepat waktu dan usahakan tidak menunggu
– Ingat akan semua kunci utama dalam penyampaian hasil testing
14
c. Pedoman penyampaian hasil positif
– Perhatikan komunikasi non verbal saat klien memasuki ruang konseling
– Pastikan klien siap menerima hasil
– Tekankan kerahasiaan
– Lakukan penyampaian secara jelas dan langsung
– Sediakan waktu cukup untuk menyerap informasi tentang hasil
– Periksa apa yang diketahui klien tentang hasil
– Dengan tenang bicarakan apa arti hasil pemeriksaan
– Ventilasikan emosi klien
d. Konfidensialitas
Penjelasan secara rinci pada saat konseling pretes dan
persetujuan dituliskan dan dicantumkan dalam catatan medic.
Berbagi konfidensialitas adalah rahasia diperluas kepada orang
lain, terlebih dahulu dibicarakan kepada klien. Orang lain yang
dimaksud adalah anggota keluarga, orang yang dicintai, orang
yang merawat, teman yang dipercaya atau rujukan pelayanan
lainnya ke pelayanan medic dan keselamatan klien. Selain itu juga
disampaikan jika dibutuhkan untuk kepentingan hukum.
f. Isu-isu gender
Gender adalah sama pentingnya dengan memusatkan
perhatian terhadap penggunaan kondom, dengan konsistensi tetap
bertahan menggunakan kondom merupakan bentuk perubahan
perilaku.
a. Konseling Lanjutan
Salah satu layanan yang ditawarkankepada klien adalah
konseling lanjutan sebagai bagian layanan VCT apapun hasil testing
yang diterima klien. Namun karena persepsi klien berbeda-beda
terhadap hasil testing maka konseling lanjutan ini seebagai pilihan
jika dibutuhkan klien untuk menyesuaikan diri dengan status HIV
15
b. Kelompok Dukungan VCT
Layanan ini dapat ditempat layanan klinik VCT dan di
Masyarakat. Konselor atau kelompok ODHA akan membantu klien
baik dengan hasil positif maupun negative untuk bergabung dalam
kelompok ini. Kelompok ini dapat diikuti oleh pasangan dan
keluarga.
e. Layanan Psikiatrik
Banyak pengguna Zat psikoaktif saat menerima hasil positif
testing HIV, meskipun dudah dipersiapkan terlebih dahulu, klien
dapat mengalami goncangan yang berat, seperti depresi, panic,
kecemasan yang hebat, agresif bahkan bunuh diri. Bila terjadi hal
demikian maka perlu dirujuk ke fasilitas layanan psikiatrik.
g. Rujukan
Pelayanan VCT bekerja dengan membangun hubungan antara
masyarakat
dan rujukan yang sesuai dengan kebutuhannya serta memastikan
rujukan dari
masyarakat ke pusat VCT.
Sistem rujukan dan alur :
1) Rujukan klien dalam lingkungan sarana kesehatan.
Jika dokter mencurigai seseorang menderita HIV, maka dokter
merekomendasikan klien dirujuk ke konselor yang ada di RS
2) Rujukan antar sarana kesehatan
16
3) Rujukan klien dari sarana kesehatan ke sarana kesehatan lainnya
Rujukan ini dilakukan secara timbale balik dan berulang sesuai
dengan kebutuhan klien.
4) Rujukan klien dari sarana kesehatan lainnya ke sarana
kesehatan rujukan. Dari sarana kesehatan lainnya kesarana
kesehatan dapat berupa rujukan medic klien, rujukan specimen,
rujukan tindakan medic lanjut atau spesialistik.
17
BAB V
LOGISTIK
18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Penanganan Linen
a. Kereta dorong bersih & kotor dipisahkan
b. Tidak boleh keluar dan masuk pada jalan yang sama
c. Tidak boleh ada perendaman di ruang perawatan
d. Pisahkan dalam kantong berwarna kuning untuk linen yang
terkontaminasi dengan darah atau kontaminan lain
20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Catatan:
1. Chlorhexidine cetrimide bekerja melawan HIV tetapi bukan HBV.
2. Pelaporan terjadinya paparan. Rincian waktu, tempat, paparan
dan konseling serta manajemen pasca paparan.
3. Evaluasi dan risiko transmisi.
22
4. Konseling berupa risiko transmisi, penceganan transmisi
sekunder, tidak boleh hamil dsb.
5. Pertimbangan pemakaian terapi profilaksis pasca paparan.
6. Pemantauan (follow up).
7. Pemantauan.
Tes Antibodi dilakukan pada minggu ke-6 , minggu ke -12 dan bulan
ke 6. Dapat diperpanjang sampai bulan ke 12.
8. Aspek Manajemen.
a. Merupakan bagian medico legal.
b. Perlu dilakukan pencatatan dan evaluasi.
c. Evaluasi meliputi :
1) Kesalahan sistem.
2) Tidak ada pelatihan.
3) Tidak ada SOP tidak tersedia alat pelindung diri.
4) Ratio pekerja dan pasien yg tidak seimbang.
5) Kesalahan manusia.
6) Kesalahan dalam penggunaan dan pemilihan alat kerja.
7) Rekomendasi kepada management RS perlu diberikan setelah evaluasi
dilakukan.
23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Supervise laboratorium
1. Pengamatan akan proses kerja sampel, sesuaikan dengan SPO yang telah
ditetapkan.
2. Periksa dan dukung proses dan kualitas pemeriksaan sampel.
3. Periksa pencatatan dan pelaporan hasil testing HIV
4. Periksa cara penyimpanan semua peralatan dan reagen
5. Pastikan jaminan kualitas pada pusat jaminan kualitas.
6. Lakukan penilaian akan peralatan kerja dalam menjalankan fungsi
pemeriksaan cukup baik, perlu perbaikan atau rusak dan perlu
penggantian.
7. Gunakan ceklis pemeriksaan
8. Nilailah kemampuan para personil dan sampaikan rekomendasi pada
para manajer
9. Pastikan adanya rujukan pasca pajanan.
25
BAB IX
PENUTUP
2. Perangkat Lunak
Tim pencegahan penyakit TB dan HIV AIDS sudah terbentuk,
namun dalam melaksanakan kegiatannya masih mengalami banyak
kendala dikarenakan RSIA Anugerah belum mensosialisasikan
pelayanan VCT ini kesemua pihak, baik intern maupun ekstern.
26