Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, pasal 33, Ayat (3) disebutkan,
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Di dalam
pasal tersebut batubara juga merupakan kekayaan alam yang ada di Indonesia.
Pertambangan batubara merupakan salah satu sumber pemasukan bagi negara
Indonesia. Sampai saat ini batubara masih menjadi energi utama bagi kebanyakan
industri di dunia, terutama pada sektor Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
Unit Peleburan dan lain sebagainya.
Potensi batubara di Indonesia sangat menjanjikan, terutama di Pulau
Kalimantan dan Sumatera. PT Muara Alam Sejahtera (MAS) merupakan
perusahaan swasta Nasional yang bergerak di bidang penambangan batubara di
Sumatera Selatan. PT Muara Alam Sejahtera sendiri merupakan anak perusahaan
dari PT Baramulti Sugih Sentosa. Kegiatan penambangan berlokasi di Muara
Maung, Desa Merapi, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi
Sumatera Selatan. Pelaksanaan penambangan batubara PT Muara Alam Sejahtera
menggunakan jasa kontraktor penambangan yaitu PT Ulima Nitra di blok timur
dan PT Prima Persada Gemilang di blok barat. Luas Izin Usaha Pertambangan
(IUP) yang dimiliki oleh PT Muara Alam Sejahtera sendiri adalah 1.745 Ha.
Sistem penambangan yang diterapkan adalah Sistem Tambang Terbuka
(Surface Mining) dengan metode Strip Mine. Kegiatan penambangan yang
dilakukan pada setiap wilayah kerja dimulai dari land clearing sampai stockpile
batubara. Kegiatan penambangan yang dilakukan masih menggunakan metode
conventional mining dengan menggunakan kombinasi antara Alat Gali Muat
(Hydraulic Excavator) dan Alat Angkut (Dump Truck). Penambangan batubara
biasanya memiliki sistem pengolahan berupa mesin pereduksi ukuran, seperti
crusher. Hal ini bertujuan untuk memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan
kebutuhan yang diminta.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan dari kegiatan kerja praktik ini yaitu :
1. Bagaimana situasi di lokasi penambangan PT Muara Alam Sejahtera?
2. Bagaimana proses penambangan batubara yang dilakukan di PT Muara
Alam Sejahtera?
3. Apa saja jenis alat berat yang digunakan dalam proses penambangan di
PT Muara Alam Sejahtera?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang akan di bahas dalam kerja praktik ini agar
lebih terfokus, yaitu mengetahui proses penambangan batubara di PT Muara Alam
Sejahtera dari hulu sampai ke hilir dan memahami pentingnya safety dalam
sebuah aktivitas penambangan.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan kerja praktik ini antara lain :
1. Mengamati situasi yang terdapat di lokasi penambangan PT Muara Alam
Sejahtera.
2. Mengetahui jenis-jenis alat gali-muat dan angkut yang digunakan PT Muara
Alam Sejahtera.
3. Memahami mekanisme penambangan yang ada di PT Muara Alam
Sejahtera.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diperoleh dari kerja praktik ini antara lain :
1. Mengetahui dan memahami tentang aktivitas penambangan batubara.
2. Memudahkan perusahaan untuk memperoleh masukan-masukan data baru
yang mungkin dapat membantu perusahaan tempat dilangsungkannya kerja
praktik.
3. Membangun hubungan kemitraan antara Universitas Bangka Belitung
dengan perusahaan tempat dilaksanakan kerja praktik.

1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan kerja praktik dilakaukan di PT Muara Alam Sejahtera Kabupaten
Lahat Sumatera Selatan. Kegiatan ini dilakukan selama 30 hari (1 bulan)
dimulai dari tanggal 11 Juli hingga tanggal 10 Agustus 2018.

1.7 Metode Pengambilan Data


3

Metode penulisan yang digunakan pada penyusunan laporan kerja praktik


ini adalah :
1. Studi literatur, langkah awal dalam mengetahui aktivitas penambangan yaitu
dengan melakukan studi literatur berupa berbagai referensi, baik referensi
dari buku, internet, maupun laporan-laporan yang telah ada.
2. Pengamatan lapangan, dilakukan untuk melihat langsung proses
penambangan batubara yang dilakukan oleh PT Muara Alam Sejahtera.
3. Pengumpulan data, data yang diperlukan dalam menyelesaikan laporan ini
berupa :
a. Data Cycle Time Dump Truck Hino 500
Merupakan data yang menunjukkan waktu edar dari alat angkut Dump
Truck Hino 500, mulai dari proses loading, hauling, dumping, delay, hingga
kembali lagi ke proses loading. Cycle time yang diambil adalah cycle time
pengangkutan batubara dari stockpile PT MAS ke stockpile suka cinta.

b. Data Cycle Time Dump Truck Scania


Merupakan data yang menunjukkan waktu edar dari alat angkut Dump
Truck Scania, mulai dari proses loading, hauling, dumping, delay, hingga
kembali lagi ke proses loading. Cycle time yang diambil adalah cycle time
pengangkutan coal getting dari pit penambangan yang kemudian diangkut
ke Run Of Mine (ROM).
c. Data Cycle Time Komatsu High Dump Truck 465
Merupakan data yang menunjukkan waktu edar dari alat angkut High
Dump Truck 465, mulai dari proses loading, hauling, manuver, dumping,
delay, hingga kembali lagi ke proses loading. Cycle time yang diambil
adalah cycle time pengangkutan overburden yang diangkut ke disposal area.
d. Data Cycle Time Excavator Volvo EC 480
Merupakan data yang menunjukan waktu edar dari alat gali muat
Excavator Volvo EC 480 untuk coal getting, mulai dari proses digging,
swing, dumping, swing, delay dan kembali lagi ke proses digging.
e. Data Cycle Time Excavator Komatsu Backhoe PC 1250 dan PC 850
Merupakan data yang menunjukan waktu edar dari alat gali muat
Excavator Komatsu PC 1250 dan PC 850 untuk overburden, mulai dari
4

proses digging, swing, dumping, swing, delay dan kembali lagi ke proses
digging.
f. Data Cycle Time Crushing Plant 3
Merupakan data yang menunjukan waktu edar dari direct dumping
menggunakan Dump Truck Scania dan Volvo FMX 440 mulai dari proses
mundur sampai dumping ke hopper, delay dan kembali lagi ke posisi siap
mundur pada truck selanjutnya.
g. Data Wheel Loader Cat 966H
Merupakan data yang menunjukan waktu edar dari alat gali muat dan
angkut menggunakan Wheel Loader Cat 966H, mulai dari proses digging,
muat, delay dan kembali lagi keproses digging.
4. Pengolahan data, pada tahap pengolahan data merupakan tahap dimana data
yang telah dikumpulkan baik berupa cycle time alat gali-muat dan alat
angkut. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui produktivitas alat.
5
6

BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum


2.1.2 Studi Terdahulu
2.1.2 Sejarah Perusahaan
PT Muara Alam Sejahtera atau disingkat PT MAS didirikan
berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Nomor : C – 326 HT.03.01 Tahun 2002, tanggal 19
Maret 2002 dengan Akte Pendirian Perusahaan Nomor : 1, tanggal 19
Februari 2004, serta Akte Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas
PT MAS Nomor : 2, tanggal 6 Mei 2004 dan Perubahan Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas PT MAS Nomor : 1, tanggal 3 Agustus 2004. PT MAS
adalah anak perusahaan PT Baramulti Sugih Sentosa yang kegiatan
utamanya adalah mengusahakan pertambangan batubara dan jasa
pertambangan dengan keseluruhan hasilnya dipasarkan ke induk
perusahaan. PT MAS memiliki luas areal penambangan seluas 1.745 Ha.
Seiring berjalannya waktu, pendistribusian batubara di PT MAS saat ini
sudah menggunakan kereta api.
PT Muara Alam Sejahtera telah mendapatkan izin dari:
1. Kuasa Pertambangan Eksplorasi Batubara
Nomor : 540/64/KEP/PERTAMBEN/2005, berdasarkan Keputusan Bupati
Lahat tanggal 01 Februari 2005.
2. Persetujuan AMDAL oleh Bupati Lahat
Nomor : 340/KEP/BLH/2014 tanggal 30 September 2014.
3. Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi Batubara
Nomor : 503/456/KEP/PERTAMBANGAN, berdasarkan Keputusan Bupati
Lahat tanggal 24 November 2008.
4. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi
Nomor : 503/159/KEP/PERTAMBEN/2010, berdasarkan Keputusan Bupati
Lahat tanggal 27 April 2010.
5. Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan Batubara
7

Nomor : 503/323/KEP/PERTAMBEN/2008, tanggal 01 September 2008


(Untuk jangka waktu 10 tahun).
2.1.3 Geologi Daerah Penelitian
a. Lokasi Tambang
PT Muara Alam Sejahtera ini berada di Muara Maung, Desa Merapi,
Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
Wilayah tersebut berada pada posisi 1030 39’ 30’’ BT-1030 44’ 18, 14” BT dan
30 44’ 30” LS-30 46’ 40” LS. PT Muara Alam Sejahtera berjarak ±190 km dari
Kota Palembang, dan ±20 km dari Kabupaten Lahat dengan luas wilayah
Izin Usaha Pertambangan seluas 1745 ha.
b. Kesampaian Daerah
Pada peta kesampaian daerah (Gambar 2.1), PT Muara Alam
Sejahtera yang berlokasi di Desa Merapi Barat dapat ditempuh melalui jalur
darat dari Kota Palembang dengan berkendara mobil pribadi atau dengan
angkutan kereta api. Berkendara mobil pribadi akan memakan waktu ±6 jam
untuk sampai ke Desa Merapi Barat, sedangkan jika menggunakan kereta
api akan mamakan waktu ±5 jam untuk sampai ke Kota Lahat dan
dilanjutkan perjalanan menggunakan mobil angkutan menuju Desa Merapi
Barat dengan waktu tempuh ±30 menit. Pintu masuk PT Muara Alam
Sejahtera berada di pinggir jalan dan memakan waktu sekitar 5 menit untuk
sampai ke kantor utama.
PT Muara Alam Sejahtera menggunakan dua jenis alat angkut
untuk pengangkutan batubara, yaitu dengan dumptruck dan kereta api.
Dumptruck dapat beroperasi sebanyak ±300 rate pengangkutan per hari
dengan kapasitas dumptruck ±20 ton batubara, sehingga total batubara
yang dapat diangkut menggunakan dumptruck ±6000 ton per hari, tetapi
untuk saat ini, pengiriman batubara menggunakan dumptruck tidak lagi
dilakukan sampai batas yang belum ditentukan karena masalah perizinan
pemerintah daerah. Pengangkutan menggunakan kereta api merupakan
satu-satunya pengangkutan yang dilakukan oleh PT Muara Alam Sejahtera
pada saat ini.
Batubara dari stockpile Merapi diangkut menggunakan dumptruck yang
berkapasitas ±25 ton ke stockpile Suka Cinta yang berada di Desa Suka Cinta.
8

Jarak dari stockpile Merapi ke stockpile Suka Cinta ±9 km. Batubara yang ada di
stockpile Suka Cinta akan diangkut ke stockpile Kertapati yang berjarak ±200 km
dengan menggunakan rangkaian kereta api yang diberi nama Batubara Rangkaian
Panjang (Babaranjang). Batubara yang berada di stockpile Kertapati akan
didistribusikan dan diangkut baik tujuan lokal ataupun luar negeri dengan
menggunakan kapal tongkang melalui jalur laut.

Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah PT Muara Alam Sejahtera (Departemen


Mining and Engineering PT Muara Alam Sejahtera, 2015)
c. Struktur Geologi
PT Muara Alam Sejahtera dilihat dari struktur geologinya
mengalami gaya tektonik yang bersifat konvergen yaitu gaya tektonik yang
saling menumpu satu sama lain. Hal ini terlihat dari kondisi topografi
perlipatan berupa perbukitan sinklin, serta terdapat zona lemah hasil dari
gaya tektonik seperti sesar mendatar dan joint. Menurut pengamatan
langsung di lapangan tampak jelas sekali adanya struktur sinklin di mana
lapisan-lapisan batuan menyebar membentuk lengkungan ke bawah
sehingga menurut geologist PT Muara Alam Sejahtera kenampakan ini
merupakan gambaran dari struktur sinklin.
9

Struktur geologi pada lapisan batubara yang terdapat di daerah ini tidak
mendatar melainkan miring dengan besar dip batubara berkisar 20-400 ke arah
selatan dan strike ke arah timur (East) – barat (West). Jumlah seam batubara utama
di PT MAS ada 5 (lima) seam yaitu seam A1, A2, B1, B2 dan UP0. Pada lapisan
batubara ini juga tampak adanya struktur fault mayor yang tampak terutama di
block timur sehingga memotong lapisan batubara. Selain itu, pada seam batubara
juga dijumpai adanya peak atau disebut silicified coal, di mana peak ini tidak
diambil karena struktur batuan yang sangat keras dan berbahaya jika masuk pada
alat crusher dan juga dijumpai batuan NAF (non acid formed) yang dapat
digunakan sebagai bahan pengganti kapur pada saat penetralan air asam tambang
dan membantu pada saat reklamasi pasca tambang, NAF masih belum
dimanfaatkan oleh PT Muara Alam Sejahtera karena jumlahnya yang tidak begitu
banyak dan sulitnya pengambilannya karena relatif tipis.
Pada lapisan batubara terdapat sisipan berupa lempung dan laminasi
sepanjang seam batubara. Lapisan batubara di daerah Kuasa Pertambangan PT
Muara Alam Sejahtera di Lahat menurut Eddy RS (2001) merupakan bagian dari
daerah Talang Bulang yang ditutupi oleh 2 (dua) kelompok batuan yaitu Batuan
Kuarter dan Batuan Tersier.
1. Kelompok Batuan Kuarter
Kelompok ini diwakili oleh Formasi Kasai pada umur Pilosen dan pada
umur Holosen terbentuk Formasi Alluvium.
2. Kelompok Batuan Tersier
Kelompok Batuan Tersier terbentuk pada umur Miosen memiliki tiga bagian
yaitu Miosen Awal, Miosen Tengah, dan Miosen Akhir. Pada Miosen Awal
terbentuk Formasi Gumay, pada Miosen Tengah terbentuk Formasi Air Benakat
yang mengandung batuan karbonat (cangkang, moluska, foraminifera) artinya
pada Miosen Tengah terdapat laut dan juga mulai terbentuk Formasi muara ini,
sedangkan pada Miosen Akhir semua lapisan berasal dari Formasi Muara Enim
yang merupakan Formasi yang merupakan pembawa batubara.
Adapun jenis batuan penyusun Formasi batuan di PT Muara Alam Sejahtera
pada cekungan sumatera selatan daerah Talang Bulang (Eddy RS, 2001), antara
lain (Gambar 2.2) :
1. Formasi Gumay
10

Menurut Spruyt (1956) Formasi ini terdiri atas napal tufaan berwarna kelabu
cerah sampai kelabugelap. Terdapat lapisan-lapisan batupasir glaukonit yang
keras, tufa, breksi tufa, lempung serpih, dan lapisan tipis batugamping. Endapan
sedimen pada Formasi ini banyak mengandung Globigerina spp, dan napal yang
mengeras.
2. Formasi Air Benakat
Menurut Spruyt (1956), Formasi ini terdiri atas batupasir tufaan, lempung
tufaan yang berselang-seling dengan batugamping napalan. Ketebalan Formasi
berkisar antara 250-1550 m.
3. Formasi Muara Enim
Menurut Spruyt (1956), Formasi ini selaras di atas Formasi Air Benakat.
Formasi ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Formasi Muara Enim Miosen Tengah
Formasi ini terdiri atas batupasir hijau-biru, batulempung hijau, dan sisipan
batulanau, tebal 100-150 m dan terbentuk lapisan batubara merapi dan batubara
keladi.
b. Formasi Muara Enim Miosen Akhir (bagian awal)
Formasi ini terdiri atas perselingan batulempung coklat dan batupasir abu-
abu kehijauan, lapisan batubara dan kandungan tufa biotit terpudarkan, dengan
ketebalan 45-100 serta pada Formasi ini terbentuk lapisan batubara mangus,
batubara suban, dan batubara petai.
c. Formasi Muara Enim Miosen Akhir (bagian tengah)
Formasi ini terdiri atas perselingan batupasir abu-abu muda dan
batulempung abu-abu serta sisipan lapisan batubara, batulempung dan batupasir
memiliki nodul ironstone dengan rongga-rongga gas tebal 115-365 serta pada
Formasi ini terbentuk lapisan batubara.
d. Formasi Muara Enim Miosen Akhir (bagian tengah)
Formasi ini terdiri atas lempung hijau-biru, abu-abu, kaya material vulkanik,
sisipan batupasir, abu-abu hiaju dan putih, bebearapa lapisan bautubara dengan
ketebalan 100-240 m serta pada Formasi ini terbentuk lapisan batubara niru,
batubara babat, batubara enim, dan batubara kebon.
e. Formasi Kasai
11

Formasi terdiri atas batupasir tufaan, batulempung tufaan, warna terang,


pasir, batuapung, lensa-lensa batubara (Spruyt, 1956)
f. Formasi Alluvial
Formasi terdiri atas batulempung dan lanau, batupasir dan kerikil
merupakan endapan pantai dan sungai.

Gambar 2.2 Formasi Batuan PT Muara Alam Sejahtera (Departemen Mining and
Engineering PT Muara Alam Sejahtera, 2015)
d. Keadaan Stratigrafi
Tim geologi PT Muara Alam Sejahtera menyimpulkan dari hasil
penyelidikan bahwa lapisan batubara yang berada pada daerah IUP PT
Muara Alam Sejahtera terbentuk dalam proses pengendapan fasies paludal
12

(rawa) hingga fasies channel dan menempati tepi barat bagian selatan
cekungan Sumatera Selatan sub-cekungan Palembang. Stratigrafi daerah PT
Muara Alam Sejahtera berdasarkan dokumen laporan eksplorasi stratigrafi
berada di Formasi kasai, Formasi Muara Enim, dan Formasi Air Benakat,
dan terbentuk mulai dari Zaman Miosen sampai Zaman Piosen. Lapisan
batubara ditemukan berada pada Formasi Muara Enim, Formasi Air
Benakat, Formasi Gumay, dan Formasi Alluvial. Adapun keadaan stratigrafi
di PT Muara Alam Sejahtera adalah sebagai berikut :
1) Lapisan Top Soil
Terdapat top soil dengan ketebalan berkisar 0,5-1 m, top soil terdiri atas akar
tumbuh-tumbuhan, unsur hara, dan tanah merah.
2) Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Overburden ini memiliki ketebalan bervariasi berkisar antara ±17 m, terdiri
atas sandstone, shalty coal, claystone, dan mudstone, terdapat pada
kedalaman ±3,5 m dari topsoil.
3) Lapisan Batubara
Lapisan batubara pada PT Muara Alam Sejahtera terdiri atas Lapisan
Batubara A1, Lapisan Interburden A1-A2, Lapisan Batubara A2, Lapisan
Interburden A2-B, Lapisan Interburden B-B1, Lapisan Interburden B-B1,
Lapisan Interburden B1-B2¸ Lapisan Batubara B2, dan Lapisan Batubara
UP0 ( Departemen Mining and Engineering PT Muara Alam Sejahtera).
a. Lapisan Batubara A1
Batubara A1 memiliki ketebalan berkisar ±7 m dan memiliki cabang seam
A1A dan A1B, yang kemudian A1A memiliki cabang A1AU dan A1AL, A1B
memiliki cabang A1BU dan A1BL, dan terakhir seam A1BL memilik dua cabang
lagi yaitu cabang A1BL1 dan A1BL2, terdapat di bawah lapisan Overburden.

b. Lapisan Interburden A1-A2


Lapisan ini terdiri dari mudstone dan shaltystone dengan ketebalan rata-rata
±1 m dan terdapat di antara seam A1 dan A2.
c. Lapisan Batubara A2
13

Lapisan batubara A2 ketebalannya berkisar ±8-9 m dan memiliki cabang


seam A2A dan A2B, yang kemudian seam A2A memiliki cabang lagi yaitu seam
A2AU dan A2AL serta seam A2B induk cabang dari seam A2BU dan A2BL,
terdapat di bawah lapisan interburden A1-A2.
d. Lapisan Interburden A2-B
Lapisan ini terdiri dari mudstone dan sandstone dengan ketebalan rata-rata
±15,3 m, terdapat di antara seam A2 dan B.
e. Lapisan Interburden B-B1
Lapisan ini terdiri dari mudstone yang memiliki ketebalan rata-rata berkisar
±4,2 m, terdapat di antara seam B dan B1.
f. Lapisan Batubara B1
Lapisan batubara B1 memiliki ketebalan rata-rata berkisar ±12 m dan
memiliki cabang yaitu seam B1A dan B1B. Pada seam B1A terdapat 2 cabang
yaitu seam B1AU dan B1AL. Pada seam batubara B1B masih memiliki 4 cabang
lagi yaitu B1BU1, B1BU2, B1BL1, dan B1Bl2. Terdapat di bawah lapisan
interburden B-B1.
g. Lapisan Interburden B1-B2
Lapisan Interburden B1-B2 memiliki ketebalan lapisan rata-rata berkisar
±14,7 m terdiri atas perselingan batuan sandstone dan mudstone, dan terdapat di
antara seam B1 dan B2.
h. Lapisan Batubara B2
Lapisan batubara B2 memiliki ketebalan lapisan rata-rata berkisar 7-8 m dan
memiliki 2 anak cabang yaitu B2A dan B2B. Pada B2A terdapat 2 cabang yaitu
B2AU dan B2AL. Pada B2B terdapat 2 cabang B2BU dan B2BL. Pada B2BL
masih memiliki 2 cabang lagi yaitu B2BL1 dan B2BL2. Terdapat di bawah
lapisan interburden B1-B2.
i. Lapisan Batubara UP0
Lapisan Batubara UP0 sedang dalam proses pengeboran untuk diteliti
berapa kisaran tebal lapisan batubara seam UP0 diperkirakan masih memiliki
beberapa cabang lagi yaitu UP0U dan UP0L. Pada UP0L masih memilik cabang
lagi yaitu UP0L1 dan UP0L2. Terdapat di atas seam batubara A1. Iklim Dan
Curah Hujan.
14

2.1.4 Iklim dan Curah Hujan


A. Iklim
Iklim yang berada di daerah PT Muara Alam Sejahtera sama halnya
dengan iklim yang ada di Indonesia pada umumnya yaitu berkisar antara 180 C
sampai dengan 36.50 C (SH&E PT Muara Alam Sejahtera) . Adapun meterologi
untuk tambang blok barat adalah sebagai berikut :
1. Suhu Udara
a. Suhu Udara Maksimum : 36,50C Pada siang hari
b. Suhu Udara Minimum : 180C Pada sore hari
c. Suhu Udara Rata-rata : 270C
2. Kelembaban Nisbi
a. Kelembaban Maksimum : 100% Pada pagi hari
b. Kelembaban Minimum : 12%-30% Pada siang hari
c. Kelembaban Rata-rata : 75%
3. Tekanan Udara
a. Tekanan Udara Maksimum : 1015 milibar
b. Tekanan Udara Minimum : 1005 milibar
c. Tekanan Udara Rata-rata : 1010 milibar

B. Curah Hujan
Curah hujan tertinggi periode 2016 di daerah penambangan PT Muara Alam
Sejahtera terjadi pada bulan Februari, sedangkan terendah terjadi pada bulan Juli
(Gambar 2.3)
15

Gambar 2.3 Curah Hujan PT Muara Alam Sejahtera Tahun 2016 (SH&E PT
Muara Alam Sejahtera, 2018)

2.1.5 Sistem Penambangan


2.1.6 Kualitas Batubara
Pengklasifikasian batubara bertujuan untuk mengetahui variasi mutu atau
kelas batubara. Klasifikasi batubara yang umum digunakan oleh PT Muara Alam
Sejahtera adalah klasifikasi menurut ASTM (American Society for Testing
Materials). Klasifikasi ini didasarkan atas analisa proksimat batubara, yaitu
berdasarkan derajat perubahan selama proses pembatubaraan dimulai dari lignit
sampai antrasit. Data yang diperlukan yaitu karbon tertambat (fixed carbon),
zat terbang (volatil matter) dan nilai kalori.

2.1.7 Cadangan Batubara


Jumlah Cadangan batubara di PT Muara Alam Sejahtera berdasarkan hasil
penelitian dari departemen geologi dibagi atas dua blok yaitu prospek alam 1-3
dan prospek alam 4. Pada setiap prospek dilalakukan pengujian dengan uji bor
baik sumber daya terukur sampai terkira dan cadangan terbukti hingga terkira.
Maka didapat total cadangan batubara di PT Muara Alam Sejahtera 49,95 juta ton
yang terdiri dari blok Alam 1-3 dan blok Alam 4 sedangkan sumberdaya blok
Alam 1-3 dan blok Alam 4 saat ini 78,32 juta ton.
16

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Batubara
Batubara adalah suatu batuan sedimen organik berasal dari penguraian sisa
berbagai tumbuhan yang merupakan campuran yang heterogen antara senyawa
organik dan zat anorganik yang menyatu di bawah beban setrata yang
menghimpitnya (Muchjidin, 2006).
Berdasarkan sifat fisika dan kimianya menurut Elliott (1981) dalam
Muchjidin (2006) batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika
adalah heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen
sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain,
yaitu senyawa anorganik pembentuk-ash tersebar sebagai partikel zat mineral
terpisah-pisah diseluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batubara meleleh dan
menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi meninggalkan suatu residu yang disebut
kokas. Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan
untuk membuat bahan bakar cair atau dihidrogenasikan untuk membuat metan.
Gas sintetis atau bahan bakar berupa gas dapat diproduksi sebagai produk utama
dengan jalan gasifikasi sempurna dari batubara dengan oksigen dan uap atau udara
dan uap.
Mineral terbanyak di dalam batubara, yaitu kaolin, lempung, pirit dan kalsit.
Semua mineral itu akan mempertinggi kadar silicon oksida dan sebagai senyawa
silicon lainnya, oksida aluminium, besi dan kalsium di dalam ash. Kemudian
menyusuk berbagai senyawa magnesium, natrium, kalium, mangan, fosfor dan
sulfur yang dipadatkan dalam ash dengan persentase yang berbeda-beda
(Muchjidin, 2006).
Jumlah cadangan batubara Indonesia tahun 2005 berdasarkan perhitungan
Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
adalah sebesar 61,366 miliar ton. Sumber daya batubara tersebut tersebar di 19
provinsi (Tekmira, 2006).
Menurut Tekmira (2006) Dalam kebijakan bauran energi nasional 2025,
pemakaian batubara diharapkan mencapai 33%. Pemerintah telah mengeluarkan
peraturan yang digunakan sebagai landasan di dalam kebijakan pengusahaan
batubara, yaitu :
1. Kepmen ESDM No. 1128 Tahun 2004, tentang
Kebijakan Batubara Nasional.
17

2. Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi


Nasional.
3. Inpres No. 2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain.
Di dalam sasaran energy bauran tersebut, batubara menemoati urutan
pertama di dalam penggunaan energi. Hal tersebut di karenakan oleh :
1. Sumber daya batubara cukup
melimpah, yaitu 61,3 miliar ton, dengan cadangan 6,7 miliar ton (Pusat
Sumer Daya Geologi, 2005).
2. Dapat digunakan langsung
dalam bentuk padat, atau dikonversi menjadi gas (gasifikasi) dan cair
(pencairan).
3. Harga batubara kompetitif
dibandingkan energy lain.
4. Teknologi pemanfaatan
batubara yang ramah lingkungan telah berkembang pesat, yang dikenal
sebagai Teknologi Batubara Bersih (Clean Coal Technology).

Sasaran Energi Mix Nasional, 2025

Gambar 3.1 Sasaran Baruran Energi Nasional 2025 (Tekmira, 2006)


Tabel 3.1 Jumlah Sumberdaya dan Cadangan (Pusat Sumberdaya Geologi, 2006)

Kualitas Sumberdaya (Juta ton) Cadanga


No Provinsi Kriteria Hipoteti n (Juta
Kelas Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah
(Kal/gr, adb) k ton)
Kalori sedang 5100-6100 5,47 2,78 0,00 0,00 10,34 0,00
1 Banten
Kalori tinggi 6100-7100 0,00 2,97 0,00 0,00 2,97 0,00
5,47 5,75 0,00 0,00 13,31 0,00
2 Jawa Tengah Kalori rendah <5100 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00
0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00
3 Jawa Timur Kalori sedang 5100-6100 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00
0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00
Nangroe Aceh Kalori rendah <5100 0,00 20,92 6,70 64,14 91,76 0,00
4
Darusalam Kalori sedang 5100-6100 0,00 325,43 6,70 26,26 351,69 0,00
0,00 346,35 13,40 90,40 443,45 0,00
Sumatera Kalori rendah <5100 0,00 0,00 0,00 19,97 19,97 0,00
5
Utara Kalori sedang 5100-6100 0,00 7,00 0,00 0,00 7,00 0,00
0,00 7,00 0,00 19,97 26,97 0,00
Kalori rendah <5100 0,00 1.345,69 0,00 268,06 1.613,75 0,00
6 Riau Kalori sedang 5100-6100 0,00 30,62 0,00 51,57 82,19 0,00
Kalori tinggi 6100-7100 12,79 359,60 0,00 16,99 389,38 16,54
12,79 1.735,91 0,00 336,62 2.085,32 16,54
Kalori sedang 5100-6100 19,19 284,36 42,72 22,97 369,24 2,83
Sumatera
7 Kalori tinggi 6100-7100 5,76 164,58 0,00 144,27 314,61 19,24
Barat
Kalori sangat tinggi >7100 0,00 27,00 0,00 14,00 41,00 14,00
24,95 475,94 42,72 181,24 724,85 36,07
8 Jambi Kalori rendah <5100 0,00 51,13 0,00 0,00 51,13 0,00
Kalori sedang 5100-6100 190,84 1.200,09 36,32 90,24 1.517,49 18,00
Kalori tinggi 6100-7100 0,00 210,81 0,00 82,96 293,77 0,00
190,84 1.462,03 36,32 173,20 1.862,39 18,00
Kalori rendah <5100 0,00 11,34 0,00 10,58 21,92 0,00
Kalori sedang 5100-6100 0,00 0,81 0,00 5,86 6,67 3,79
9 Bengkulu
Kalori tinggi 6100-7100 15,15 100,62 8,11 45,49 169,37 17,33
Kalori sangat tinggi >7100 0,00 0,32 0,00 0,37 0,69 0,00
15,15 113,09 8,11 62,30 198,65 21,12
Kalori rendah <5100 326,55 7.400,27 2.300,07 1.358,00 11.384,89 2.426,00
Sumatera
10 Kalori sedang 5100-6100 198,93 1.629,28 9.139,87 366,01 11.334,10 186,00
Selatan
Kalori tinggi 6100-7100 0,00 31,00 433,89 14,00 478,89 67,00
525,48 9.060,55 11.873,83 1.738,01 23.197,88 2.679,00
Kalori sedang 5100-6100 0,00 14,00 0,00 0,00 14,00 0,00
11 Lampung
Kalori tinggi 6100-7100 0,00 92,95 0,00 0,00 92,95 0,00
0,00 106,95 0,00 0,00 106,95 0,00
Kalimantan Kalori tinggi 6100-7100 42,12 378,60 0,00 0,00 420,72 0,00
12
Barat Kalori sangat tinggi >7100 0,00 104,00 1,32 1,48 106,80 0,00
42,12 482,60 1,32 1,48 527,52 0,00
Kalori rendah <5100 0,00 483,92 0,00 0,00 483,92 0,00
Kalimantan Kalori sedang 5100-6100 0,00 296,75 5,08 44,36 354,80 4,05
13
Tengah Kalori tinggi 6100-7100 114,11 262,72 0,00 72,64 449,47 0,00
Kalori sangat tinggi >7100 0,00 247,62 0,00 77,02 324,64 44,54
114,11 1.291,01 5,08 194,02 1.612,83 48,56
Kalori rendah <5100 0,00 370,87 0,00 600,99 971,86 536,33
Kalimantan Kalori sedang 5100-6100 0,00 4.793,13 301,36 2.526,46 7.620,95 1.287,01
14
Selatan Kalori tinggi 6100-7100 0,00 336,19 33,12 109,64 478,95 44,36
Kalori sangat tinggi >7100 0,00 17,62 0.00 12.00 29.62 0.14
0,00 5.517,81 334,48 3.249,09 9.101,38 1.867,84
Kalori rendah <5100 0,00 201,93 13,76 89,83 305,52 0,00
Kalimantan Kalori sedang 5100-6100 2.285,84 10.630,35 121,61 2.609,46 15.682,72 941,62
15
Timur Kalori tinggi 6100-7100 502.96 2.611,07 191,77 1.558,62 4.918,92 1.064,82
Kalori sangat tinggi >7100 90.11 60,84 4,48 14,40 169,82 65,24
2.878,90 13.504,19 331,62 4.272,31 21.076,98 2.071,68
Sulawesi Kalori sedang 5100-6100 0,00 131,03 32,31 53,10 216,44 0,06
16
Selatan Kalori tinggi 6100-7100 0,00 13,90 0,78 0,00 14,68 0,00
0,00 144,93 33,09 53,10 231,21 0,06
Sulawesi
17 Kalori rendah <5100 0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00
Tengah
0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00
18 Maluku Utara Kalori rendah <5100 0,00 2,13 0,00 0,00 2,13 0,00
0,00 2,13 0,00 0,00 2,13 0,00
Kalori sedang 5100-6100 89,40 30,95 000 0,00 120,35 0,00
19 Papua Barat Kalori tinggi 6100-7100 0,00 5,38 0,00 0,00 5,38 0,00
Kalori sangat tinggi >7100 0,00 25,53 0,00 0,00 25,53 0,00
89,40 61,86 0,00 0,00 151,26 0,00
Jumlah Sumberdaya Batubara Tiap Provinsi 3.899,22 34.320,97 12.679,98 10.371,74 61.365,86 6.785,90
21

2.2.2 Tahapan Kegiatan Penambangan Batubara


Menurut ACA (1982) dalam Muchjidin (2006) Secara umum dalam , untuk
memperoleh batubara dengan penambangan terbuka terdapat tahapan yang harus
dilakukan sebagai berikut :
1. Pengupasan tanah penutup
atau top soil dengan bantuan peralatan yang bergerak (earth-moving
equipment), kemudian ditimbun untuk reklamasi atau langsung dipindahkan
ke bekas penambangan yang sedang dikerjakan reklamasinya.
2. Pengupasan awal dengan face
shovel and truck untuk membentuk suatu lahan terbuka di mana dragline
ditempatkan.
3. Pengeboran dan peledakan
batuan penutup yang lebih dalam.
4. Penggunaan dragline untuk
menyingkirkan batuan penutup yang lebih dalam guna menyingkap lapisan
batubara.
5. Peledakan guna
melonggarkan lapisan batubara, jika dibutuhkan.
6. Pemecahan lapisan batubara
yang tersingkap dengan peledakan dan kemudian memuatnya kedalam
haulage truck dengan bantuan face-shovel atau front-end loader. Lalu
batubara diangkut ketempat penggerusan atau kepusat pencucian.
7. Penyiraman jalan-jalan
dengan tanker khusus secara teratur untuk mengontrol emisi debu.
8. Penimbunan onggokan-
onggokan material buangan (spoil) yang bentuk bagian atasnya seperti gigi
gergaji, dengan bantuan suatu dragline.
9. Penimbunan onggokan di atas
dengan bantuan penutup hasil pengupasan awal.
10. Meratakan kembali
permukaan onggokan yang telah ditimbuni batuan penutup sampai
merupakan tanah datar.
11. Menempatkan kembali tanah
penutup hasil pengupasan tahap I.
12. Menanam tumbuhan di atas
tanah bekas tambang.
Secara umum, tahapan kegiatan penambangan meliputi :
22

1. Pembersihan Lahan (Land Clearing).


2. Pengupasan top soil.
3. Pengupasan overburden.
4. Penggalian batubara.
5. Pemuatan (loading), pengangkutan (hauling/shipping) dan dumping.

Cara Pengerjaan VS Peralatan

Pembukaan Pembukaan
Hutan Tropis Padang Alang-
alang

Underbrushing Bulldozer : Angel Blade


Felling/Cutting Shear Blade
Tree Pusher
Chainsaw : C/S Man
Helper

Pilling/Stacking Bulldozer

Gambar 3.2 Sistematika Land Clearing VS Peralatan (Tenriajeng, 2003)

1. Burning
Land Clearing Manual : Man Power
Menurut Tenriajeng (2003), pada proses pengerjaan lend clearing, hal yang
umum dilakukan adalah meliputi pekerjaan :
2. Underbrushing
Underbrushing adalahBulldozer
sebuah kegiatan
: Ploughyang lebih menjurus kepada
Harrowing Harrowing
pembabatan pepohonan yangAttch
berdiameter maksimum 30 cm dengan tujuan untuk
Harrow Atttch
mempermudah pelaksanaan penumbangan
Wheel Tractors pepohonan
: Idem yang lebih besar.

2. Felling/Cutting
Felling/Cutting adalah kegiatan penumbangan pepohonan yang berdiameter
lebih dari 30 cm. dalam spesifikasi pekerjaan yang tersedia, biasanya disebutkan
persyaratan-persyaratan tertentu, seperti misalnya pohon harus ditumbangkan
berikut tunggul (bonggolnya) dengan mengupayakan kerusakan top soil sekecil
23

mungkin, kayu-kayu yang produktif harus dipotong menjadi 2 atau 4 yang kelak
dapat dimanfaatkan bagi keperluan transmigran dan sebagainya.
3. Piling
Kegiatan pengumpulan kayu-kayu yang kemudian dikumpulkan menjadi
tumpukan-tumpukan kayu pada jarak tertentu. Perlu diperhatikan adanya jalur
tumpukan yang sesuai dengan arah angin.
4. Burning
Burning adalah pembakaran kayu kayu yang telah ditumbangkan dan cukup
kering, dengan tidak melalaikan kayu-kayu yang dimanfaatkan. Dalam spesifikasi
pekerjaan umumnya diharuskan abu sisa pembakaran desebar dengan rata untuk
menambah kesuburan tanah.
2. Pengupasan Tanah Pucuk (Topsoil)
Tanah pucuk memiliki warna yang cenderung gelap dan kehitam-hitaman,
tebalnya antara 10-30 cm. lapisan ini adalah lapisan tersubur, karena pada lapisan
ini mengandung bunga tanah atau humus. Lapisan tanah pucuk (topsoil) adalah
bagian yang optimum untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan. Segala komponen-
komponen tanah terdapat pada lapisan ini, yaitu mineral 45%, bahan organik 5%,
air antara 20-30% dan udara dalam tanah antara 20-30% (Gambar 3.3).
Dalam dunia pertambangan lapisan tanah pucuk sangat berguna untuk tahap
reklamasi. Menurut Finnel (1948) dalam Greb (1985) mendapatkan bahwa
kehilanagan tanah lapisan atas beberapa sentimeter dapat menurunkan
produktivitas sebesar 40% pada tanah subur dan 60% pada tanah tidak subur.
Menurut Munawar (1999) dalam Subowo (2011) mendapatkan bahwa tanah
lapisan atas lahan bekas penambangan batubara terbuka sangat heterogen dan
memiliki berat isi tinggi, total pori rendah, kandungan N dan P rendah, cadangan
Cad an Mg tinggi, dan populasi mikroba tanah rendah dibandingkan dengan tanah
hutan di sekitarnya (Tabel 3.2). Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini dilakukan
pada kondisi berupa rona awal yang asli (belum pernah digali) dengan
menggunakan alat -alat mekanis berupa bulldozer, backhoe, dan truck.
Pengupasan top soil ini dilakukan sampai pada batas lapisan sub soil, yaitu pada
kedalaman di mana telah sampai di lapisan batuan penutup.

Tabel 3.2 Perbandingan Beberapa Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Lapisan
Atas (0-30 cm) Lahan Bekas Penambangan Batubara Sistem Terbuka
dan Tanah Hutan di Sekitarnya
24

Tanah bekas tambang


No. Sifat tanah batubara Tanah hutan

I. Sifat fisik :
1. Berat isi (g/cm3)
1,48 1,06
2. Kerapatan jenis (g/cm3) 2,12 2,20
3. Total pori (%) 30,22 51,21
4. Ketahanan tanah (kg/m2) 3,69 0,97
25

II. Sifat kimia :


1. Kandungan C-organik (%)
5,83*) 0,68
2. P-tersedia (ppm) 0,80 0,70
3. K-dapat tukar (cmole/kg2 ) 0,74 1,13
4. Ca-dapat tukar (cmole/kg2 ) 5,17 0,82
5. Mg-dapat tukar (cmole/kg2 ) 5,44 0,38
6. Al-dapat tukar (cmole/kg2 ) 1,24 2,62
7. KTK (cmole/kg2 ) 24,24 22,54
8. Kejenuhan basa (%) 49,71 10,68
III. Populasi mikroba :
1. Bakteri (sel/g tanah kering)
71,75 x 104 162,00 x 104
2. Fungi (sel/g tanah kering) 7,11 x 104 5,80 x 104
3. Mikoriza (spora/g tanah kering) 77,15 x 104 91,10 x 104
Keterangan : *) Banyak Mengandung batubara halus.
Sumber : Munawar (1999).

3. Pengupasan Overburden
Overburden (OB) atau material penutup adalah batuan yang tidak
mengandung mineral berharga. Overburden pada tambang batubara merupakan
semua lapisan batuan selain batubara yang posisinya berada di atas lapisan
batubara pertama yang akan ditambang, sedangkan lapisan batuan yang dibatasi
oleh dua seam disebut interburden (IB) (Londong & Nurhakim, 2016).
Menurut Husanda (2012) untuk mendapatkan batubara terlebih dahulu
harus dilakukan pembongkaran overburden. Pengupasan dilakukan dengan cara
bertahap serta dibuat jenjang (bench) hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya longsoran akibat lereng yang terlalu tinggi. Namun sistematis dari total
material overburden ada juga terdapat batuan keras (hard rock). Di mana cara
pembongkarannya harus dilakuakan dengan cara meripping batuan.
Tujuan pengupasan overburden adalah untuk membuang material atau tanah
penutup di atas endapan bahan galian tambang sehingga hasil bahan galian
tambang dapat diambil dengan bersih tidak tercampur tanah atau pengotor
lainnya, mengurangi biaya pengolahan dan mempermudah kegiatan
penambangan.
26

Gambar 3.3 Aktivitas Pengupasan Overburden (PT MAS, 2018)

Adapun pola teknis dari pengupasan overburden yaitu :


1. Back Filling Digging Method
Pada cara ini tanah penutup dibuang ke tempat endapan batubara yang
sudah digali (back filling). Peralatan yang digunakan adalah back hoe dan
diangkut oleh dump truck. Cara back filling digging method cocok untuk tanah
penutup yang bersifat:
a. Tidak diselangi oleh endapan batubara bercabang (hanya ada satu lapis)
b. Material atau batuannya lunak.
c. Letaknya mendatar (horizontal).
2. Benching System
Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang (benching)
ini yaitu pengupasan lapisan tanah penutup yang disertai pembuatan jenjang.
Sistem ini cocok untuk :
a. Tanah penutup yang tebal.
b. Material cukup keras
c. Bahan galian atau lapisan endapan yang juga tebal.
3. Drag Scraper System
Cara ini biasanya langsung diikuti dengan pengambilan bahan galian setelah
tanah penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah penutupnya dihabiskan terlebih
dahulu, kemudian baru bahan galiannnya ditambang. Sistem ini cocok untuk tanah
penutup yang materialnya lunak dan lepas (loose).
4. Penggalian Batubara
Menurut Subowo (2011) Penggalian bahan tambang dilakuakan setelah
tanah penutup terkupas keluar. Bentuk galian hendaknya menyempit kebawah,
27

bukan melebar kebawah. Hal ini penting agar konstruksi tanah pasca
penambangan stabil oleh adanya pemadatan alami setelah rekronstruksi.

Gambar 3.4 Aktivitas Coal Getting (PT MAS, 2017)

Sebelum proses pengambilan batubara, terlebih dahulu dilakukan


pembersihan dengan menggunakan ekskavartor untuk menghilangkan overburden
atau tanah yang masih tertinggal di atas lapisan batubara. Setelah itu penggalian
batubara baru dilakukan dengan menggunakan alat gali ekskavator khusus
batubara dan diangkut menuju tempat penimbunan sementara Run Of Mine
(ROM) dengan menggunakan alat muat dump truck. Dalam Kegiatan
pembongkaran dapat dilakukan dengan ripping. Ripping atau menggaru adalah
metoda untuk memecah batubara dari kondisi insitu menjadi kondisi loose dengan
menggunakan dozer yang dilengkapi oleh ripper.
Bieniaswski (1973) mengklasifikasikan kekerasan suatu batuan berdasarkan
nilai kuat tekannya yang dimulai dari tingkat kekerasan yang sangat lunak sampai
tingkat kekerasan yang sangat keras (Tabel 3.3).

Tabel 3.3 Klasifikasi Kuat Tekan Batuan (Bieniaswski,1973)

Klasifikasi Kuat Tekan (MPa)


Sangat Keras 250-700
Keras 100-250
Keras Sedang 50-100
Lunak 25-50
Sangat Lunak 1-25
28

5. Pemuatan (Loading), Pengangkutan (Hauling) dan Dumping


Menurut Partanto dalam Ensklopedia Pertambangan Edisi 3 (2000),
pemuatan adalah kegiatan untuk mengambil dan memuat material ke dalam alat
angkut atau kesuatu tempat penimbunan material (stockyard), ke dalam suatu
penampungan atau pengatur aliran material.

Gambar 3.5 Aktivitas Pemuatan (Loading) Batubara dengan Truck Scania P310
(PT MAS, 2017)
Proses pemuatan material hasil galian dilakukan oleh alat muat (loading
equipment) seperti power shovel, back hoe, dragline, yang dimuatkan pada alat
angkut (Gambar 3.5 dan Gambar 3.6). Ukuran dan tipe alat muat yang dipakai
harus sesuai dengan kondisi lapangan dan keadaan alat angkutnya (Indinesianto,
2005).
Menurut Suseno (2009) dalam jurnal Teknologi Mineral dan Batubara vol. 5
No.3, Juli 2009, “Prasarana Transportasi merupakan salah satu yang terpenting
dalam mendukung perkembangan ekonomi suatu daerah, demikian pula halnya
bagi perusahaan pertambangan batubara.
Prinsip efisiensi, efektif dan ekonomis sangat erat dengan dunia usaha ini
yang berorientasi pada keuntungan.” Menurut Akbar (2012) Cara pengangkutan
batubara ke tempat batubara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya.
Untuk jarak dekat, batubara umunya diangkut dengan menggunakan ban berjalan
atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batubara
diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif
lain di mana batubara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan
diangkut melalui jaringan pipa.
29

Gambar 3.6 Aktivitas Pemuatan (Loading) Overburden dengan Komatsu PC


1250 (PT MAS, 2017)

Dumping merupakan kegiatan penimbunan material yang dipengaruhi oleh


kondisi tempat penimbunan, mudah atau tidaknya manuver alat angkut tersebut
selama melakukan penimbunan. Untuk material overburden ditimbun di lokasi
penimbunan disposal, sedangan untuk batubara ditimbun di stockpile
(Indonesianto, 2005).
Keberadaan alat mekanis ini sangat penting dalam upaya mengejar target
produksi yang telah ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Pentingnya
memperkirakan produksi dari alat muat dan alat angkut ini karena ada keterkaitan
dengan target produksi yang harus dicapai oleh perusahaan, serta hubungan antara
sasaran produksi dengan produksi alat juga akan menentukan jumlah alat muat
dan alat angkut yang harus dipakai guna memenuhi target tersebut (Aryando, dkk,
2016)
30

(a) (b)

Gambar 3.7 Aktivitas (a) Pengangkutan (Hauling) dan (b) Dumping di disposal
area (PT MAS, 2017)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.3 Langkah-langkah Penelitian
3.4 Alat Mekanis
3.3.1 Alat Gali Muat
Menurut Soejadi dan Basuki (1980) sumber tenaga gerak dari alat gali
mekanis dapat berupa :
1. Mesin Listrik
Powe Shovel, Bucket Wheel Excavator, Kapal Keruk, Wagon Drill dan lain-
lain.
2. Mesin Bahan Bakar (Combustion Engine)
Power Shovel, Bulldozer, Dragline, Back Hoe dan lain-lain.
3. Udara Tekan
Jack Hammer, Paving Breaker dan lain-lain
Alat gali mekanis ini sesuai untuk tugas yang berat serta daerah kerja yang
luas, contoh seperti dalam pembuatan waduk, bendungan, penggalian tanah/
batuan di daerah tambang, pembuatan landasan kapal terbang dan lain-lainnya.
Contoh alat gali mekanis menurut Menurut, yairu :
1. Power Shovel
2. Dragline/Clamshell
3. Back Hoe
4. Trenching Mechine
5. Rock Excavator (Bucket Wheel Excavator/Bucket Chain Excavator)
31

6. Kapal Keruk (Dredge)


7. Bulldozer
8. Alat gali yang lazim untuk batubara/batuan yang sejenis, seperti :
a. Coal Cutter
b. Coal Combine
c. Coal Plough
d. Tunneling Mechine
9. Trailer Wheel Scraper
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat pemilihan alat gali yang sesuai dengan
sifat fisis dan macam lapisan batuan yang dihadapi.
Tabel 3.4 Pemilihan Alat Gali Sesuai dengan Sifat Fisis dan Macam Lapisan
Batuan yang dihadapi (Soejadi & Basuki, 1980)
Sifat Fisis dan Macam Lapisan Batuan Jenis Alat yang Dipakai

A. Lunak – Kering
a. Top Soil 1. Rock Excavator
b. Silt 2. Power Shovel
3. Dragline
c. Lempung Pasiran
4. Bulldozer
d. Napal 5. Trailer Wheel Scrapper
e. Serpih
B. Sedang – Keras 1. Coal Cutter
a. 2. Coal Combine
Serpih Biru 3. Coal Plough
b. 4. Tunnel Machine
Serpih Tufaan (Tuffaceous Shale) 5. Mesin Bor (* Bahan Peledak)
c.
Batubara

C. Keras dan Ulet Mesin Bor & Bahan Peledak


a. Batuan Beku dan Sedimen
b. Batuan Metamorf Mesin Bor & Bahan Peledak
c. Batubara
d. Bijih (Ore)
e. Batugamping
f. Serpih Biru Tufaan
(Tufaanceous Blue Shale)

Produktivitas hydraulic excavator tergantung dari beberapa hal, yaitu:


1. Keadaan material, apakah
material keras atau lunak.
Kekerasan material mempengaruhi digging resistance. Semakin keras
material semakin sulit untuk digali hal ini akan mengurangi produktivitas dari alat
gali.
2. Keadaan dari lapangan atau front kerja.
Front kerja yang luas akan memudahkan excavator untuk melakukan
loading, sehingga akan memperpendek cycle time untuk setiap loading. Posisi
32

material yang dekat dengan jangkauan bucket memberikan kenaikan produksi,


karena mengurangi gerak putar atau swing.
3. Keserasian antara alat muat dan alat angkut.
4. Keahlian operator.
Penggalian yang dapat dilakukan oleh hydraulic excavator antara lain :
1. Menggali di lereng bukit, misalnya untuk menggali tanah liat, pasir, batu
2. Gamping dan pengupasan tanah penutup (stripping overburden).
3. Memuat (loading) material ke sebuah alat angkut, misalnya lori, dump
truck, belt conveyor, dan lain – lain.
4. Membuang tanah penutup kebagian belakang daerah yang sudah kosong
(dumping of top soil into spoil bank) cara kerja ini disebut “backfill digging
meethod“.
Waktu edar alat gali muat yang diamati adalah yang dibutuhkan oleh alat ini
untuk melakukan satu kali kegiatan penggalian yang meliputi:
1. Waktu untuk menggali
2. Waktu untuk swing isi
3. Waktu untuk dumping
4. Waktu untuk swing kosong
3.3.2 Alat Angkut
Pengangkutan material (tanah) oleh alat angkut dilakukan dengan
menggunakan dump truck, motor scraper atau wheel loader (load and carry) atau
bisa juga dengan bulldozer jika jarak angkut kurang dari 100 m. Pada hauling
yang menggunakan dump truck biasanya pada hauling road mesti dilakukan road
maintenance yang biasanya dikerjakan oleh motor grader, bulldozer, maupun
compactor dan dibantu oleh truck water sprayer.
Alat angkut yang umum digunakan yaitu dump truck karena lebih fleksibel,
artinya dapat dipakai untuk mengangkut bermacam-macam material dengan berat
muatan yang berubah-ubah. Dump truck digunakan untuk memindahkan material
pada jarak menengah sampai jarak jauh, yaitu 500 m atau lebih (Tenriajeng,
2003).

Gambar 3.8 Alat Angkut Tambang (PT MAS, 2018)


33

3.4 Pengolahan Batubara


Menurut Brown (1963) dalam Adiyatma (2017) Crushing Plant adalah suatu
gabungan unit pengumpan (feed), unit pemecah (crushing), unit perantara
(conveying) dan unit pemisah (screening) yang saling berhubungan dan saling
mendukung untuk melaksanakan proses produksi guna menghasilkan suatu output
berupa produk jadi berupa batu pecah dengan ukuran yang sudah ditetapkan
sebagai bahan baku pembangunan infrastruktur. Inti dari kegiatan produksi pada
crushing plant adalah crushing dan screening.
Crushing adalah proses pemecahan material dengan menggunakan unit
crusher, sedangkan screening adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel untuk mendapatkan ukuran material yang
seragam (Stevens, 1965)
Crushing Plant biasanya terdiri dari beberapa macam unit dalam satu layout
yang dibagi menjadi 4 unit besar menjadi :
1. Unit Pengumpan (Feeding)
2. Unit Pemecah (Crushing)
3. Unit Pemindah Material (Conveying)
4. Unit Pemisah/Pengayak material (Screening)
Kapasitas alat peremuk dibedakan menjadi kapasitas design dan kapasitas
nyata. Kapasitas design merupakan kemampuan produksi yang seharusnya dapat
dicapai oleh alat peremuk tersebut berdasarkan hasil pengujian oleh pabrik
pembuatanya. Sedangkan kapasitas nyata merupakan kemampuan alat peremuk
sesungguhnya didasarkan pada sistem produksi yang diterapkan, yang diketahui
dari hasil pengambilan sampel produk (Normansya dkk, 2016).
Double roll crusher ialah jenis crusher yang memecahkan material dengan
cara menghimpitkan material tersebut di antara dua silinder logam, dengan sumbu
sejajar satu sama lain dan dipisahkan dengan spasi sama dengan ukuran produk
yang diinginkan. Double roll crusher menggunakan dua kompresi untuk
menghancurkan materi (Dahni dkk, 2016:74-78).
34

Gambar 3.9 Double Roll Crusher (Dahni dkk, 2016:74-78)

3.5 Stockpile
Menurut Waryuningsih (2015) Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara
pengiriman dan proses, sebagai persediaan strategis terhadap gangguan yang
bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai
proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk meyiapkan kualitas
yang dipersyaratkan.
Pengertian stockpile batubara adalah tempat penyimpanan/ penumpukan
hasil tambang batubara. Stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara
supaya homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produkdari satu tipe material di
mana fluktasi di dalam kualitas batubara dan distribusi batubara ukuran
disamakan.
35

Gambar 3.10 Stockpile (PT MAS, 2017)


Dalam pendirian usaha stockpile batubara, banyak sekali peraturan dan
perundangan yang mengatur hal tersebut, seperti PP No 23 tahun 2010 tentang
pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara yang kemudian diperbarui
dengan PP No 1 tahun 2014 tentang hal yang sama.

3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi


Dalam menentukan kemampuan produksi alat gali muat dan alat angkut
yang digunakan dalam kegiatan penambangan perlu diperhatikan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap produksi alat-alat tersebut. Faktor -faktor tersebut
yaitu :
1. Lokasi kerja
2. Waktu edar (cycle time) alat gali muat dan alat angkut
3. Peralatan
4. Effisiensi kerja
5. Cuaca

3.6.1 Lokasi Kerja


Faktor utama yang perlu diperhatikan pada suatu lokasi kerja, yaitu :
1. Ketinggian
Efisiensi dan kinerja alat dipengaruhi juga oleh ketinggian, kinerja alat
berkurang 3% setiap naik 1000 ft dari permukaan air laut. Hal itu disebabkan
semakin berkurangnya jumlah oksigen di tempat yang lebih tinggi sehingga mesin
36

tidak bekerja secara optimal. Hal ini tentunya akan menyebabkan menurunnya
produktivitas alat.
2. Kemiringan jalan
Keadaaan jalan akan mempengaruhi daya angkut dan alat angkut yang
dipakai. Bila jalan baik tentunya kapasitas angkut akan baik pula. Begitu pula
dengan kondisi kemiringan jalan, kemiringan akan mempengaruhi waktu
pengangkutan yang diperlukan untuk satu kali edar (cycle time). Kesalahan pada
saat penentuan kemiringan jalan akan menambah ongkos pengangkutan karena
material yang dipindahkan tidak sesuai dengan yang direncanakan.
3. Pengolahan Drainase
Air yang masuk kedalam tambang berasal dari air hujan, air tanah dan juga
air limpasan. Keberdaan air di dalam tambang yang tidak terkontrol akan
mempengaruhi produktifitas dari penambangan oleh karena itu harus
dimanagemen dengan baik. PT Muara Alam Sejahtera menerapkan sistem mine
dewatering yaitu mengumpulkan air yang masuk kedalam tambang kemudian
baru mempopakan keluar tambang. Untuk mengeluarkan air yang masuk kedalam
tambang PT Muara Alam Sejahtera menggunakan sistem langsung dengan
pompa. Air dipompakan dari wilayah tambang ke kolam penampungan lumpur
(KPL) untuk selanjutnya dialirkan ke sungai.
3.6.2 Waktu Edar (Cycle Time) Alat Gali Muat dan Alat Angkut
Waktu edar adalah waktu yang digunakan oleh alat mekanis untuk
melakukan satu siklus kegiatan. Setiap alat memiliki komponen waktu edar yang
berlainan. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada jumlah komponen yang ada
dan waktu yang diperlukan oleh masing-masing komponen tersebut. Untuk
mengetahui waktu edar alat gali muat dan alat angkut diperoleh dengan cara
pengamatan di lapangan, yaitu :
1. Waktu edar alat gali muat, terdiri dari :
a = Swing kosong
b = Digging
c = Swing Isi
d = Dumping
(Ct) = a + b + c + d (menit)
2. Waktu edar alat angkut, terdiri dari :
37

a = Waktu tunggu
b = Isi
c = Waktu pergi
d = Dumping
e = Waktu kembali
Sehingga akan diperoleh waktu edar alat angkut, adalah sebagai berikut :
Ct = a+b+c+d + e (menit)
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu edar alat mekanis,
antara lain :
1. Berat alat, adalah berat muatan ditambah berat alat dalam keadaan tanpa
muatan yang akan berpengaruh terhadap kelincahan gerak alat yang
otomatis berpengaruh dalam kecepatan kerja alat.
2. Kondisi tempat kerja, tempat kerja yang luas dan kering akan
meningkatkan kelancaran dan keleluasaan gerak alat dan akan memperkecil
waktu edar, sebaliknya jalan yang rusak akan menghambat kerja alat dan
membuat waktu edar meningkat.
3. Kondisi dan jarak jalan angkut, meliputi kemiringan dan lebar jalan angkut
baik di jalan lurus maupun di tikungan sangat berpengaruh terhadap lalu
lintas jalan angkut. Jarak jalan angkut juga mempengaruhi, karena semakin
jauh jarak jalan maka waktu edar alat angkut akan semakin besar. Jadi jalan
angkut harus dibuat secara efisien dalam jarak dan kemiringan untuk
mengoptimalkan waktu edar.
4. Keterampilan dan pengalaman operator, pengalaman kerja yang lama
otomatis akan membuat operator terbiasa selain itu pelatihan untuk operator
akan meningkatkan kinerja dan pengetahunnya akan alat kerjanya. Karena
semakin baik kemampuan operator dan semakin lincah operator
mengoperasikan peralatan maka akan memperkecil waktu edar dari
peralatan.
3.6.3 Peralatan
Kemampuan alat merupakan faktor yang menunjukkan kondisi alat-alat
mekanis yang digunakan dalam melakukan pekerjaan dengan memperhatikan
kehilangan waktu selama waktu kerja dari alat yang tersedia. Kemampuan alat
38

merupakan salah satu hal yang mempengaruhi produksi, karena hal tersebut
berpengaruh dalam kinerja alat dan cocok atau tidaknya alat digunakan di lokasi
tersebut. Karena suatu alat tidak bisa digunakan di semua tempat, selain alat yang
akan digunakan juga disesuaikan dengan target produksi agar produksi yang di
inginkan tercapai.
3.6.4 Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu
yang tersedia. Waktu kerja efektif adalah waktu yang benar-benar dipakai bekerja
bersama alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan produksi. Untuk dapat
menentukan waktu kerja efektif harus dilakukan analisa waktu kerja yang
dilakukan pada jam kerja yang telah dijadwalkan. Jam kerja yang telah
direncanakan untuk setiap shift merupakan waktu yang tersedia untuk semua alat
mekanis. Efisiensi kerja juga dipengaruhi oleh kinerja operator dan pemberhentian
waktu kerja sementara alat.
Tabel 3.5 Menentukan Efisiensi Kerja Secara Teoritis (Spesification and
Aplication Handbook Komatsu Edition 31, 2015)

Kondisi Medan Effisiensi Kerja (%)


Baik 83
Sedang 75
Agak Buruk 67
Buruk 58

Besarnya waktu yang tersedia ini dalam kenyatannya belum dapat


digunakan seluruhnya untuk produksi (kurang dari 100%). Hal ini disebabkan
karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama alat mekanis tersebut
berproduksi. Sehingga karena hal-hal tersebut, sangat jarang dalam satu jam
operator betul-betul bekerja selam 60 menit. Berdasarkan pengalaman, jika waktu
kerja efektif yang digunakan sebesar 83% maka sudah dapat dianggap sama
dengan efisiensi kerja yang baik sekali. (Tabel 3.5).
Beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap efisiensi kerja,
antara lain:
1. Waktu kerja nyata yang terjadi
39

Waktu kerja penambangan adalah jumlah hari kerja yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penambangan yang meliputi penggalian, pemuatan,
pengangkutan, dan peremukan. Efisiensi kerja semakin besar apabila banyaknya
waktu kerja nyata untuk penambangan semakin mendekati jumlah waktu yang
tersedia.
2. Hambatan – hambatan yang terjadi
Dalam kenyataan di lapangan akan terjadi hambatan-hambatan baik yang
dapat dihindari ataupun yang tidak dapat dihindari misalnya kerusakan alat dan
kinerja operator, sehingga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya efisiensi
kerja.
3. Jam perawatan (repair hours)
Waktu kerja yang hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga
waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts), perawatan rutin, pengisian
bahan bakar, service berkala dan sebagainya.
3.6.5 Cuaca
Iklim yang berada di daerah PT Muara Alam Sejahtera sama halnya dengan
iklim yang ada di Indonesia pada umumnya yaitu berkisar antara 180 C sampai
dengan 36,50 C (SH&E PT Muara Alam Sejahtera).

3.7 Kegiatan Pendukung Tambang (Supporting)


Selain kegiatan–kegiatan yang digambarkan sebelumnya ada kegiatan lain
yang bertujuan mendukung kegiatan penambangan, yaitu :
1. Penyiraman jalan angkut yang bertujuan untuk mengurangi debu yang
sangat mengganggu proses pengangkutan dan untuk menjaga kesehatan.
2. Pembuatan dan perawatan jalan angkut yang bertujuan untuk menjaga
produktivitas alat angkut pada operasi pengangkutan. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggunakan grader dan buldozer.
3. Tempat Perawatan Alat-alat Berat (maintenance) yang ada di lokasi
tambang agar peralatan selalu terjaga kondisinya dan tidak membahayakan.
Perawatan sangat penting dilakukan secara rutin sehngga alat-alat dapat
bekerja dengan baik. Pada tiap-tiap perusahaan pertambangan selalu
menyediaan tempat untuk perawatan dan perbaikan alat-alat tambang salah
satunya adalah workshop.
40

3.8 Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 “Bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktifitas nasional.” Dan dalam keputusan Menteri Pertambanagan Nomor 555
tahun 1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Pertambangan Umum “Pada
setiap kegiatan pertambanagan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja serta
sifat atau luasnya pekerjaan, kepala pelaksanaan inspeksi tambang dapat
mewajibkan pengusaha untuk membentuk unit organisasi yang mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berada di bawah pengawasan kepala
teknik tambang (Kurniawan, 2014).”
3.8.1 Keselamatan Kerja
Menurut Suma’mur (2001:1) dalam Kurniawan (2014) Keselamatan kerja
ialah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara
melakukan pekerjaannya.
Sedangkan menurut Budiono (2003:227) dalam Kurniawan (2014),
mengatakan bahwa Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang berkaitan atau
berhubungan dengan mesin, peralatan, bahan dan proses pengolahannya, tempat
kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Jadi dalam
melaksanakan tugas-tugas dan tata cara melakukan pekerjaan sesuai dengan
aturan kerja, penggunaan alat-alat pengamanan diwajibkan pada saat bekerja.
Untuk menghindarai adanya kecelakaan, maka karyawan harus dapat menjaga
keamanan dalam bekerja dan harus menggunakan perlengkapan yang sudah
dianjurkan dari perusahaan.
3.8.2 Kesehatan Kerja
Menurut Azwar (2001:47) dalam Kurniawan (2014) Kesehatan Kerja lebih
menunjuk kepada upaya yang lebih luas di mana kesehatan kerja tidak hanya
sekedar melindungi tenaga kerja dari ancaman kecelakaan kerja saja, tetapi telah
mencangkup pemeliharaan kesehatan terhadap semua hal yang dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan tenaga kerja.
41

Menurut Mangkunegara (2011:162) dalam Kurniawan (2014) tujuan


keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu :
1. Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja,
baik secara fisik, social dan psikologis.
2. Agar setiap perlengapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,
seefektif mungkin.
3. Agar setiap hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
karyawan.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kodisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
3.8.3 Lingkungan Kerja
Menurut Mardiana (2005:152) dalam Kurniawan (2014) Bahwa Lingkungan
Kerja adalah lingkungan di mana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari.
Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para
pegawai untuk dapat bekerja optimal.
Sedangkan menurut Nitisemito (2004:86) dalam Kurniawan (2014)
Menyatakan “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para
pekerja dan mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
diembankan.” Pekerjaan akan mampu melaksanakan kegiatan dengan baik,
sehingga dicapai suatu lingkungan kerja yang sesuai.
Selain itu diperhatikan faktor-faktor bahaya di lingkungan kerja yang dapat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan produktifitas kerja yang berupa
gangguan kesehatan, penyakit, kecelakaan keracunan, serta pencemaran atau
kerusakan lingkungan yang dapat digolongkan dalam beberapa faktor antara lain
(Kurniawan, 2014) :
1. Faktor Fisik, yaitu ganggguan
fisik seperti kebisingan, getaran, suhu, atau panas terlalu tinggi atau rendah,
cahaya, radiasi.
2. Faktor Kimia, yaitu pengaruh
bahan kimia yang berupa gas, uap maupun debu
3. Faktor Ergonomi, yaitu
disebabkan sikap dan cara kerja yang tidak benar atau sesuai prosedur serta
penggunaan peralatan yang tidak tepat.
Dalam hal ini Kepala Teknik Tambang harus mengambil langkah, yaitu :
42

2.2.2.1 Mengambil langkah-langkah untuk mengurangi timbulnya debu pada


waktu melakukan pengeboran, peledakan.
2.2.2.2 Mewajibkan pekerja tambang untuk memakai alat pelindung debu yang
sesuai.
2.2.2.3 Membuat peraturan perusahaan tentang pengendalian debu pada setiap
tempat kerja.

3.9 Reklamasi
Reklamasi adalah bagian integral dari rencaana total penambangan, yang
berarti reklamasi bukan suatu langkah terpisah yang melengkapi penambangan,
tetapi suatu operasi terpadu yang dimulai dari rencana awal, dilanjutkan dengan
tahap ekstrasi sampai penggunaan lahan baru setelah pasca penambangan (Yani,
2005). Tujuan akhir dari rencana reklamasi adalah untuk meyakinkan bahwa lahan
bekas tambang dikembalikan pada penggunaan yang produktif (Kartosudjono,
1994).
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambanagan Mineral dan
Batubara mewajibkan perusahaan pertambanagan untuk melakukan reklamasi dan
kegiatan pasca tambang atas areal tambang yang diusahakannya. Pasal 100 UU
No. 4 Tahun 2009 menjelaskan bahwa untuk memberikan efek memaksa bagi para
pengusaha pertambanagan guna melakukan reklamasi, para pengusaha tersebut
diwajibkan untuk menyerahkan sejumlah uang sebagai jaminan reklamasi, yang
harus ditempatkan sebelum perusahaan melakukan kegiatan operasi produksi.
Di berlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, Pasal 22 menyatakan dalam menyelenggarakan otonomi, daerah
mempunyai kewajiban : butir (b) meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dan butir (k) melestarikan lingkungan hidup. Oleh sebab itu, maka pemerintah
daerah memiliki kekuasaan penuh untuk melakukan pengelolaan lahan pasca
penambangan (Irsan dkk, 2011).
43

Gambar 3.11 Reklamasi Tahap Final Grading dan Seeding (Hayes, 2015)

Beberapa contoh proses reklamasi dari salah satu perusahaan pertambangan


batubara di Australia (Hayes, 2015) :
Pada gambar di atas (Gambar 3.11) diambil di tahun 2004, ketika tahap
final grading dan pembibitan telah selesai pada top lift. Di sisi batu dibuat aliran
untuk mencegah erosi.

Gambar 3.12 Kenampakan Tambang Mendekati Tahun Kelima, 2009


(Hayes,2015)
44

Gambar 3.13 Daerah Tambang Kembali Menjadi Daerah Produktif, Keadaan


Alamiah Mendekati Tahun Keenam (Hayes,2015)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PT Muara Alam Sejahtera (MAS)


PT MAS merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang terbesar
di Sumatra Selatan khususnya di Kabupaten Lahat. PT MAS memulai kegiatan
eksplorasinya pada tahun 2005 berdasarkan surat Kuasa Pertambangan (KP)
eksplorasi dan kemudian melakukan proses penambangan batubara dimulai pada
tahun 2008 dengan Izin Usaha Pertambangan seluas 1745 Ha berdasarkan surat
Kuasa Pertambangan (KP) eksploitasi. Sedangkan untuk luasan daerah yang telah
di eksploitasi tersebut seluas ±300 Ha. Pelaksanaan penambangan batubara PT
MAS menggunakan jasa 4 (empat) kontraktor penambangan, yaitu PT Ulima
45

Nitra (UN), PT Prima Sarana Gemilang (PSG), PT Bina Sarana Sukses dan PT
SSI.

Pit BSS Pit PSG


Pit PSG

Pit UN

Gambar 4.1 Front Penambangan di PT MAS

PT MAS menerapkan sistem penambangan tambang terbuka (surface


mining), dengan metode strip mining. Kegiatan yang dilakukan pada setiap pit
dimulai dari land clearing, pengupasan top soil, pengupasan overburden, coal
getting, hingga stock pilling batubara. PT MAS melakukan joint survey bersama
para kontraktor untuk mengevaluasi hasil kegiatan penambangan setiap minggu.
Metode yang dilakukan oleh PT MAS adalah conventional mining, dengan
kombinasi Alat Gali Muat (Hydraulic Excavator) dan Alat Angkut (Dump Truck
dan High Dump Truck).
4.1.1 Struktur Organisasi PT Muara Alam Sejahtera
Struktur organisasi PT MAS memiliki pimpinan utama yaitu President
Director yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap perusahaan. Kemudian
dibawah President Director memiliki 3 (tiga) Director dengan sub pekerjaan
masing-masing yaitu Financial Director, Operation Director dan Mine Support
Director. Setiap Director sub pekerjaan memiliki manager yang bertugas
mengawasi setiap pekerjaan dari Dept. Head. Finance Manager di bawah
pimpinan Financial Director, Opt. Manager dan Opt. Control Manager di bawah
pimpinan Operation Director kemudian untuk Dept. MND di bawah pimpinan
Mine Support director.
46

Operation Director memiliki struktur organisasi yang lebih mendalam di


mana selain bertanggung jawab terhadap Opt. Manager dan Opt. Control
Manager, Operation Director membawahi langsung KTT Perusahaan di mana
jabatan KTT lebih tinggi dari pada manager. KTT Bertugas mengawasi aktivitas
pertambangan diperusahan. Opt Manager bertanggung jawab atas Deputy
Operational Manager yang bertugas mengawasi setiap kerja Dept Head. Dept
Head yang berada dalam pengawasan Deputy Opt. Manager di antaranya Mining
Opt. Dept. Head, Mining & engineering Dept. Head, Stockpile Dept. Head, Pant
& Maintenance Dept. Head, SHE Dept. Head, Civil & Road Maintenance Dept.
Head, Port Logistic Dept. Head dan Stockpile Sukacinta Dept Head.
4.1.2 Waktu Kerja Efektif PT Muara Alam Sejahtera
Aktivitas kerja pada PT MAS terbagi menjadi 2 (dua) yaitu owner dan
kontraktor dengan kegiatan kerja per hari terdiri dari 2 (dua) shift kerja yaitu shift
siang dan shift malam. Jam kerja owner dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul
17.00 untuk shift siang dan dilanjutkan pukul 19.00 hingga pukul 05.00 untuk
shift malam. Owner yang bekerja pada shift siang lebih fokus pada kantor dan
diwaktu tertentu melakukan pengawasan ke lapangan. Sedangkan untuk owner
yang shift malam lebih fokus dilapangan untuk melakukan pengawasan langsung
selama aktivitas pertambangan shift malam berlangsung. Di malam hari karyawan
PT MAS yang bekerja hanyalah forman, checker, operator dan pencatat
timbangan.
Sistem kerja owner pada PT MAS berlaku sesuai dengan jabatan yang
dipegang pada PT MAS. Untuk jajaran owner dari jabatan Supervisor ke bawah
yaitu 13 : 1, artinya 13 hari kerja dengan hari minggu dari 7 hari pertama kerja
setengah hari dan 1 hari libur pada minggu kedua hari ke 14. Untuk jajaran owner
jabatan dari Head Dept ke atas berlaku sistem 6 hari kerja setiap minggu tanpa ada
shift malam dan untuk jajaran owner jabatan Director berlaku 5 hari kerja setiap
minggu tanpa adanya shift malam.
Kontraktor pada PT MAS memiliki sistem kerja 13 : 1, artinya 13 hari kerja
penuh tanpa potongan hari dengan pembagian 2 shift kerja yaitu shift siang dari
pukul 07.00 hingga pukul 18.00 dan shift malam dimulai pukul 19.00 hingga
06.00 serta kemudian untuk 1 hari penuh libur. Aktivitas kerja kontraktor pada PT
47

MAS terbagi menjadi 2 yaitu aktivitas penambangan batubara dan aktivitas


pengupasan overburden. Sistem kerja antara 2 (dua) kontraktor ini memiliki
perbedaan pembagian shift kerja, di antaranya untuk coal getting dari 13 hari kerja
dibagi atas 7 hari shift siang dan 6 hari shift malam. Sedangkan untuk operator
overburden dari 13 hari kerja dibagi atas 6 hari shift siang dan 7 hari shift malam.
Dalam aktivitas penambangan jam istirahat kerja dimulai dari pukul 12.00 hingga
13.00 untuk shift siang dan dari pukul 00.00 sampe 01.00 untuk shift malam.

4.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Dalam aktivitas penambangan dan pengolahan batubara di PT MAS, hal
yang paling utama diperhatikan sebelum pelaksanaannya adalah keadaan
kesehatan dan keselamatan kerja dari pada pekerja. Maka terdapat beberapa
prosedur yang harus ditaati para pekerja sebelum memasuki daerah aktivitas
penambangan dan pengolahan batubara. Hal ini wajib dilaksanakan demi
melaksanakan aktivitas produksi yang baik dan bisa mencapai target produksi per
hari, per bulan maupun per tahun yang telah direncanakan.
Penerapan bentuk K3 yang dilakukan pada PT MAS adalah penggunaan
Alat Perlindung Diri (APD) kepada seluruh pegawai maupun para tamu
perusahaan yang melakukan aktivitas di dalam lokasi tambang maupun yang
sedang berada di dalam kantor. Alat perlindungan diri merupakan alat-alat yang
berfungsi untuk melindungi semua pegawai yang sedang bekerja suapaya
terhindar dari kecelakaan kerja.
4.2.1 Alat Perlidungan Diri (APD)
Potensi bahaya bisa terjadi di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja.
Maka wajib bagi seluruh pegawai maupun tamu perusahaan yang melakukan
aktivitas di dalam lokasi tambang menggunakan alat perlindungan diri. Alat
perlindungan diri yang digunakan antara lain :
1. Safety Helmet, digunakan untuk melindungi kepala setiap pegawai yang
berada di lokasi tambang dari benturan maupun jatuhan benda dari atas
48

Gambar 4.2 Safety Helmet MSA


2. Safety Vest, merupakan rompi yang dilengkapi dengan reflector atau
pemantul cahaya yang digunakan para pegawai ketika berada di lokasi
tambang supaya dengan mudah terlihat oleh pengemudi alat berat yang
berlalu lalang di sekitarnya. Sehingga tidak terjadi bahaya terserempet
maupun tertabrak alat berat yang sedang beroperasi.

Gambar 4.3 Safety Vest Gosave EN 471


3. Safety Shoes, merupakan sepatu yang digunakan untuk melindungi kaki
setiap pegawai dari kecelakaan fatal seperti tertimpa benda keras, benda
tajam, benda panas dan cairan kimia serta untuk mencegah terpeleset saat
berada di lokasi tambang yang licin.
49

Gambar 4.4 Safety Shoes King


4. Safety Masker, merupakan alat pelindung diri yang digunakan sebagai
penyaring udara yang dihirup saat bekerja di lokasi tambang maupun lokasi
pengolahan batubara dengan kualitas udara nya buruk.

Gambar 4.5 Safety Masker Proyek N 95


5. Mine Permit, merupakan tanda pengenal yang wajib digunakan sebelum
masuk daerah pertambangan. Supaya apabila terjadi sebuah kecelakaan
tambang maka dapat dengan mudah untuk diidentifikasi. Oleh karena itu
apabila tidak memiliki mine permit maka orang tersebut tidak diizinkan
untuk memasuki wilayah penambangan yang ada di PT MAS.
50

Gambar 4.6 Mine Permit

4.3 Aktivitas Penambangan Batubara PT Muara Alam Sejahtera


Pada daerah PT MAS metode penambangan yang digunakan yaitu open pit
mining meliputi penggalian, penggaruan, pemuatan dan pengangkutan.
Penggunaan metode ini dilakukan karena kondisi dari endapan batubara memiliki
kemiringan yang signifikan yaitu 20-400 dengan dip ke arah selatan dan strike
endapan batubara ke arah barat-timur 790 NE. Selain itu, lebar geometri lereng
yang diizinkan studi analisa geoteknik adalah, lebar 10 m, tinggi 10 m, single
slope highwall 550, single slope low wall 350, overall slope highwall 500 dan
overall slope low wall 300. Aktivitas yang dilakukan pada PT MAS terbagi atas
beberapa tahapan yaitu pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk, pengupasan
tanah penutup, pengambilan batubara, pengolahan batubara, pengangkutan
batubara ke stockpile sukacinta dan kertapati, pengolahan drainase, kolam
pengendapan lumpur, kegiatan pendukung tambang.
4.3.1 Pembersihan Lahan
Kegiatan pembersihan lahan merupakan tahap awal yang harus dilakukan
seperti pembersihan pepohonan dan semak-semak yang menutupi daerah yang
akan kita tambang dengan cara didorong dan dikumpulkan di suatu tempat
menggunakan Bulldozer dan Excavator. Tujuan dari pembersihan lahan ini untuk
mempermudah alat gali dalam melakukan penggalian lapisan tanah penutup.
51

Gambar 4.7 Pembersihan Lahan Menggunakan Dozer Komatsu D85R-SS


4.3.2 Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)
Operasi pengupasan tanah pucuk dilakukan setelah pembersihan lahan
tambang. Lahan tanah subur yang banyak mengandung bahan-bahan organik hasil
pelapukan yang menyuburkan tanah ini dilakukan dengan menggunakan
bulldozer. Lapisan top soil ini didorong dan dikumpulkan pada lokasi tertentu
dekat dengan daerah operasi Bulldozer, kemudian dimuat menggunakan
Excavator dan diangkut dengan Dump Truck ke tempat penyimpanan tanah
pucuk.
Timbunan tanah subur ini nantinya dimanfaatkan pada saat melakukan
pekerjaan reklamasi. Ketika tahap penambangan selesai, daerah tersebut siap
untuk di back filling yaitu proses dengan menutup terlebih dahulu menggunakan
tanah penutup kemudian ditutup kembali di atasnya dengan tanah pucuk (top soil)
kisaran ketebalan antara 20-30 cm.
Cara paling mudah untuk mengenali top soil adalah warnanya yang
cenderung paling gelap dibandingkan lapisan di bawahnya, terlihat lebih gembur
dan semua mikroorganisme hidup pada lapisan ini sehingga memungkinkan
terjadinya proses pelapukan daun, sisa batang dan bagian makhluk hidup lainnya.
Top soil merupakan sebuah item yang sangat penting bagi keberlangsungannya
lingkungan penambangan yang sudah akan direhabilitasi / direklamasi.
Kandungan yang terdapat di dalam top soil merupakan suatu zat yang kaya akan
humus, tempat hidupnya mikroorganisme – mikroorganisme yang dapat
menyuburkan tanah.
52

Gambar 4.8 Pengupasan Top Soil Menggunakan Volvo 480


4.3.3 Pengupasan Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan Tanah Penutup (Overburden) adalah semua lapisan tanah/batuan
yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan galian berharga
sehingga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat menggali
bahan galian berharga tersebut. Kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden)
dilakukan untuk memunculkan (expose) endapan batubara. Alat yang digunakan
pada saat pengupasan tanah penutup (overburden) di pit UN menggunakan
Excavator Komatsu PC 850 dengan kapasitas bucket 6,7 m3 kemudian langsung
dimuatkan kedalam Dump Truck Scania P380 dengan kapasitan ±60 ton/24 BCM.
Setelah selesai pemuatan, tanah penutup (overburden) dari front diangkut ke
disposal area selatan dengan jarak ±2,4 km. Kecepatan alat angkut dalam sekali
jalan ±15-20 km/jam dengan keadaan bermuatan dan apabila alat angkut dalam
keadaan kosong kecepatan sekali jalan mencapai ±20-40 km/jam Pemerataan
tanah penutup (overburden) hasil dumping akan dilakukan dengan menggunakan
alat Bulldozer.
Elevasi disposal area (tempat penimbunan) overburden di PT MAS telah
mencapai elevasi 1200. Overburden yang telah ditumpuk dan disimpan sekian
lama akan digunakan kembali sebagai salah satu item yang sangat penting pada
tahap reklamasi lahan, karena kapisan ini akan berada di bagian bawah top soil.
53

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.9 Aktivitas Pengupasan Overburden (a) Kegiatan Penggalian dan


Pemuatan Overburden (Komatsu PC 850), (b) Kegiatan
Pengangkutan Overburden (Scania DT P380), (c) Kegiatan
Dumping Overburden Pada Disposal Area (Scania DT P380)
54

4.3.4 Pengambilan Batubara (Coal Getting)


Proses kegiatan pengambilan batubara dilakukan apabila semua tanah
penutup sudah digali, supaya bisa mendapatkan kualitas batubara yang baik.
Kegiatan pengambilan batubara pada pit UN dilakukan menggunakan alat gali
muat Excavator Volvo EC 480 dengan kapasitas bucket 2,6 m3. Kemudian
batubara dimuatkan ke dalam Dump Truck Scania P310 dan diangkut dari front
penambangan menuju Run Of Mine (ROM) dengan jarak ±1,4 km. Batubara yang
di dumping pada ROM nantinya akan melalui proses crushing terlebih dahulu
sebelum dilakukan pengangkutan untuk dijual.

(a) (b)

(c)

Gambar 4.10 Aktivitas Pengupasan Batubara (a) Kegiatan Penggalian dan


Pemuatan Batubara (Volvo 480), (b) Kegiatan Pengangkutan
Batubara (DT Scania P310), (c) Kegiatan Dumping Batubara Pada
Run Of Mine (ROM) (DT Scania P310)
4.3.5 Pengolahan Batubara
Batubara yang telah selesai diambil dari front penambangan akan dilakukan
pengecilan ukuran dengan menggunakan alat Crusher sehingga didapatkan produk
yang diinginkan konsumen, yaitu 5 cm.

Primary Crushing Generator


Belt Conveyor
Operating Product
Room
55

Secondary Crushing

Gambar 4.11 Unit Crushing Plant 1 (PT MAS, 2018)


Proses pengecilan ukuran di unit Crushing Plant dilakukan menjadi 2
tahapan, yaitu primary crusher dan secondary crusher. Peremukan pertama
(primary crusher) mereduksi batubara hasil dari front penambangan. Setelah itu
dilanjutkan ke tahap peremukan kedua (secondary crusher). Alat yang digunakan
pada tahapan pertama dan kedua proses pengecilan ukuran sama, yaitu Double
Roll Crusher.
Selama proses crushing berlangsung, batubara akan terus berjalan diangkut
melalui ban berjalan (Belt Conveyor) dari setelah dimasukkan kedalam hopper
kemudian masuk kedalam Crusher hingga menjadi produk dan dibawa menuju
tempat penyimpanan batubara yang sudah dikecilkan ukurannya, yaitu ukuran
seragam maksimal 5 cm. PT MAS memiliki 3 (tiga) unit Crushing Plant (CP)
yang memiliki target produksi masing-masing di antaranya CP 1 dengan target
produksi 450 ton/jam, CP 2 dengan target produksi 165 ton/jam dan CP 3 dengan
target produksi 430 ton/jam.
4.3.6 Pengangkutan Batubara ke Stockpile Suka Cinta dan Kertapati
Batubara hasil crushing dikumpulkan pada stockpile untuk selanjutnya
dilakukan proses pengangkutan supaya bisa didistribusi dan dijual kepada
konsumen. Pemuatan batubara menggunakan alat Wheel Loader Cat 966H dengan
kapasitas bucket ±6,250 ton dan dimasukkan kedalam Dump Truck Hino 500
dengan kapasitas 27,30 ton untuk langsung diangkut ke stockpile 2 di Suka Cinta.

(a)
(b)
56

Gambar 4.12 Pengangkutan Batubara, (a) Proses Pemuatan Batubara Kedalam


Dump Truck di Stockpile (CAT WA 966H), (b) Proses
Pengangkutan Batubara dengan Menggunakan Wagon Kereta Api
di Stockpile Suka Cinta

Stockpile Suka Cinta merupakan stockpile terakhir batubara di mana di


stockpile ini batubara akan dimuat ke kereta api untuk dibawa ke Kertapati dengan
jarak sekitar ±200 km.
Rangkaian kereta api PT MAS terdiri dari 27 Wagon dan 54 Kontainer,
untuk 1 kontainer mengangkut batubara sebanyak 20 ton, sehingga dalam sekali
pengangkutan rangkaian kereta api mampu mengangkut batubara sebanyak ±1080
ton. Karena kereta api PT MAS memiliki 2 rangkain maka per hari mampu
mengangkut sebanyak ±2160 ton batubara.
4.3.7 Pengolahan Drainase
Pada proses penambangan tentu ada kondisi air masuk kedalam front
tambang baik dari air hujan, air tanah maupun air limpasan. Keadaan air tersebut
dapat mempengaruhi produktivitas dari penambangan maka dari itu perlu dikelola
dengan baik. Pengelolaan air yang masuk kedalam front penambangan PT MAS
menerapkan sistem mine dewatering yaitu air yang masuk kedalam tambang
dikumpulkan kemudian baru dipompa keluar tambang secara langsung
menggunakan pompa. Air dipompakan dari wilayah tambang ke kolam
penampungan lumpur (KPL) untuk selanjutnya dialirkan ke sungai.

Gambar 4.13 Sump UN Pada Blok Timur PT MAS


4.3.8 Kolam Pengendapan Lumpur
Air yang dialirkan dari saluran tambang tentu banyak mengandung partikel-
partikel atau lumpur yang nantinya akan mencemari apabila dialirkan secara
57

langsung ke muara sungai. PT MAS mengelola air yang terkumpul di sump pada
area penambangan dipompa dari front penambangan menuju kolam pengendapan
lumpur kemudian dialirkan ke muara sungai.

Gambar 4.14 Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) Pada Blok Timur Selatan
4.3.9 Kegiatan Pendukung Tambang (Supporting)
Aktivitas penambangan di PT MAS membutuhkan kegiatan pendukung
untuk menunjang berjalannya proses penambangan yang baik dan produktif.
Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya :

1. Penyiraman jalan
Penyiraman jalan angkut bertujuan supaya mengurangi debu yang
mengganggu proses pengangkutan dan menjaga kesehatan semua operator yang
berada dalam aktivitas penambangan. Proses penyiraman jalan tambang
menggunakan mobil Washing Truck

Gambar 4.15 Penyiraman Jalan Menggunakan Washing Truck

2. Pembuatan dan perawatan jalan


Pembuatan dan perawatan jalan angkut yang bertujuan untuk menjaga
produktivitas alat angkut pada operasi pengangkutan. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggunkan alat berat Grader, Bulldozer dan Wheel Roller.
58

(a)
(b)

Gambar 4.16 Aktivitas Perawatan Jalan Tambang (a) Perawatan Menggunakan


Grader Komatsu GD511A-1, (b) Perawatan Menggunakan
Buldozzer Komatsu D85E-SS

3. Proses penimbangan
Proses penimbangan yang dilakukan untuk mengetahui tonase batubara hasil
dari coal getting menuju tempat penumpukan di ROM dan juga penimbangan
yang dilakukan pada saat pengangkutan dari stockpile menuju stockpile 2 Suka
Cinta. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi per hari, per
bulan maupun per tahunnya secara aktual apakah bisa mencapai perkiraan target,
melebihi atau bahkan kurang dari target yang telah ditentukan. Sistem
penimbangan yang digunakan pada PT MAS menerapkan alat Jembatan Timbang.
4. Aktivitas penambangan
Aktivitas penambangan pada PT MAS juga dilakukan pada saat malam hari.
Kegiatan tersebut tidak sama halnya dengan penambangan pada siang hari. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan penerangan di lokasi penambangan maupun pada
akses jalan tambang saat pengangkutan. Penerangan yang diterapkan PT MAS
untuk menunjang aktivitas penambangan adalah dengan alat Lamp Tower yang
bisa memberikan penerangan yang jelas pada saat malam hari. Safety di malam
hari sangat harus sangat diperhatikan, di karenakan tingkat resiko kecelakaan jauh
lebih tinggi dibandingkan ketika operasi di siang hari.

4.4 Target Produksi PT Muara Alam Sejahtera (MAS)


Sebelum melakukan proses pengambilan batubara dari lokasi tambang, PT
MAS sudah memiliki target produksi yang akan dicapai per hari, per bulan
maupun per tahun. Target produksi yang direncanakan PT MAS mencangkup
produksi overburden dan produksi batubara. Total produksi yang ditargetkan PT
MAS untuk dicapai antara lain :
1. Overburden = 13,342,294.20 ton/tahun
2. Batubara = 2,232,981.54 ton/tahun
59

4.5 Alat–alat Yang Digunakan PT MAS


PT MAS memiliki target produksi batubara sebesar 2,232,981.54
Ton/Tahun. PT MAS menggunakan beberapa macam alat berat yang difungsikan
sebagai motor utama dalam gali, muat, angkut batubara, sehingga diharapkan
mampu mendapatkan hasil yang lebih maksimal. PT MAS menggunakan
beberapa alat berat yang dikeluarkan oleh CAT, Komatsu dan Volvo.
Beberapa alat berat yang digunakan oleh PT MAS, antara lain :
1. Alat Gali Muat
Alat gali muat yang digunakan di PT MAS adalah Komatsu PC 300,
Komatsu PC 850, Komatsu PC 1250 dan Volvo EC 480 . Kegunaan dari setiap
excavator yang digunakan di PT MAS, yaitu :
a. PC 300 biasa digunakan pada saat proses pemuatan batubara di stockpile
kedalam tronton hino 500.
b. Volvo EC 480 biasa digunakan untuk proses coal getting.
c. PC 1250 dan PC 850 selalu digunakan untuk proses gali muat overburden
dan terkadang beberapa kali juga digunakan untuk pengangkutan lumpur,
yang mana lumpur tersebut akan digunakan untuk menimbun aliran air
untuk perluasan lahan disposal area.

Tabel 4.1 menunjukan spesefikasi alat gali muat yang digunakan oleh PT
MAS pada proses penambangan. Pada tabel 4.1 telah dijabarkan berkenaan beban
operasi maksimum yang dapat ditahan alat, tenaga alat, kapasitas bucket, kapasitas
bahan bakar dan lain-lain. Spesifikasi alat sangat dibutuhkan dalam perhitungan
produktivitas dari alat tesebut.

Tabel 4.1 Spesifikasi Alat Gali Muat


60

Komatsu Komatsu Volvo Cat WA


Spesifikasi Item
PC 300 PC 1250 EC 480 966 H
Operating Weight
31100 108700 48300 23698
(kg)
Horse Power (HP) 306 651 348 286
Bucket Capacity (m3) 0,5 – 2,1 3,4 – 5,2 0,8 – 2,6 3,6 – 4,3
Dimension
- Overall Lenght
11140 16020 11835 8855
(mm)
- Overall Width
3190 5355 3430 2956
(mm)
- Overall Heigth
3285 6040 3635 3600
(mm)
- Length of track
4625 6425 4370 4224
(mm)
- Track shoe width
600 700 3640 1294
(mm)
- Tall swing radius
3450 4870 3800 3450
(mm)
Hydraulic System
- Max. Oil Flow
535 1588 716 305
(ltr)
- Max. Oil
- 320 - -
Preasure (ltr)
Capacity
- Fuel Tank (ltr) 605 1360 685 380
- Hydraulic Oil
270 670 525 110
Tank (ltr)
Boom (mm) 7060 9100 7060 -
Arm (mm) 3380 3400 3380 -

2. Alat Agkut
Alat angkut yang digunakan oleh PT MAS selama operasi penambangan
sampai ke pendistribusian adalah Komatsu HD 465, DT Scania P310 dan P380,
DT Hino 500 dan kereta api. Adapun kegunaan dari masing-masing alat berat
tersebut, yaitu :
a. Komatsu HD 465 digunakan untuk pengangkutan overburden, yang mana
biasanya selalu berpasangan dengan PC1250.
b. DT Scania P380 digunakan untuk pengangkutan overburden, yang mana
biasanya selalu berpasangan dengan PC850.
61

c. DT Scania P310 digunakan untuk alat pengangkutan batubara menuju


stockpile dari coal getting.
d. DT Hino 500 digunakan untuk sarana pendistribusian batubara yang siap
jual dari stockpile PT MAS menuju ke stockpile suka cinta yang kemudian
akan dimuat kedalam kereta api.
e. Kereta api, alat ini akan mengangkut batubara dari site merapi yang berada
di stockpile suka cinta menuju ke pelabuhan kertapati yang kemudian akan
didistribusikan ke China, Singapore dan lain-lain menggunakan kapal
tongkang.
Tabel 4.2 Speseifikasi Alat Angkut

Scania Scania Komatsu Hino 500


Spesifikasi Item
P310 P380 HD465-7 FM260JD
Operating Weight (kg) 28500 42800 26000
Horse Power (HP) 310 533 254,8
Hauling Capacity (m3) 20 34,2 30
Capacity Fuel Tank (ltr) 150 780 200

Data tabel di atas memberikan informasi bahwa berapa beban maksimum


alat saat beroprasi, tenaga alat, kapasitas angkut dan kapasitas bahan bakar alat. Di
mana apabila pemakaian melebihi dari angka yang terdapat pada tabel di atas
maka dapat dipastikan umur alat akan menjadi lebih pendek dan data diatas sangat
diperlukan dalam perhitungan produktivitas alat. Oleh karena itu, jumlah alat gali
muat dan angkut akan sangat mempengaruhi keberlangsungan proses
penambangan yang ada di suatu tambang.

4.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Penambangan


Faktor yang mempengaruhi saat melakukan aktivitas penambangan
dipertimbangkan guna menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu faktor
yang diperhatikan adalah faktor produktivitas alat gali muat dan angkut yang
digunakan.
4.5.1 Faktor Produktivitas Alat Gali Muat Excavator
Produktivitas alat gali muat sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek
pendukung, di antaranya yaitu :
62

1. Bucket Capacity (Ukuran Bucket)


Semakin besar kapasitas bucket dari Excavator yang digunakan maka
volume material yang terambil setiap cycle akan semakin besar.
2. Sifat Fisik Material
Sifat Fisik material yang dikerjakan, berat, volume, jenis tanah kohesif atau
kepasiran dari material, faktor besar kecilnya kembang susut tanah perlu juga
untuk diketahui untuk menghitung efisiensi penggunaan alat.
3. Swell Factor
Swell Factor adalah sifat fisik material yang akan diukur dari perubahan
volume padat saat material belum digali (Bank/BCM) menjadi volume gembur
saat material telah digali oleh Excavator (Loose/LCM). Swell factor batubara
bituminous adalah 80% (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Sweel Factor dan Density Insitu Berbagai Mineral (Partanto, 1993)

Density Insitu
Macam Material Swell Factor (%)
(lb/cu yd)
Bauksit 2700 – 4325 75
Tanah liat kering 2300 85
Tanah liat basah 2800 – 3000 80 – 82
Antrasit 2200 74
Batubara bituminous 1900 80
Bijih tembaga 3800 74
Tanah biasa kering 2800 85
Tanah biasa basah 3370 85
Tanah biasa bercampur pasir dan
3100 90
kerikil
Kerikil kering 3250 89
Kerikil basah 3600 88
Granit pecah – pecah 4500 56 – 67
Hematit pecah – pecah 6500 – 8700 45
Bijih besi pecah – pecah 3600 – 5500 45
Batukapur pecah – pecah 2500 – 4200 57 – 60
Lumpur 2160 – 2970 83
Lumpur sudah ditekan 2970 – 3510 83
Pasir kering 2200 – 3250 89
Pasir basah 3300 – 3600 88
Serpih (shale) 3000 75
Batusabak (slate) 4590 – 4860 77

4. Efisiensi Kerja
63

Di sini dipertimbangkan efisiensi kerja untuk siang atau malam akan


berbeda. Kondisi kerja pada malam hari banyak dipengaruhi oleh jarak pandang
operator, karena sinar lampu yang digunakan jaraknya sangat terbatas.
5. Cycle Time
Cycle Time pengertian dari waktu yang diperlukan untuk proses pemuatan
material ke Dump Truck. Cycle Time unit Excavator meliputi waktu :
a. Digging (Penggalian Material)
b. Swing Loaded (gerakan bucket Excavator yang bermuatan)
c. Dumping (Penumpahan material ke alat angkut)
d. Swing Empty (gerakan bucket Excavator yang kosong)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Cycle Time adalah:
1. Ukuran unit
Semakin besar unit Excavator, cycle time nya akan menjadi semakin lambat.
2. Kemudahan penggalian
Mudah atau sukarnya penggalian oleh Excavator juga tergantung material.
Misalnya material tidak keras maka cycle time akan semakin besar.
3. Posisi Dump Truck (Single Side/Double side Loading)
Apabila menggunakan Double Side Loading, maka cycle time akan semakin
cepat namun membutuhkan lebar bench dan lebar pit yang sangat lebar dan penuh
perhitungan. Namun pada blok timur pit UN menggunakan pola single side yaitu
metode truk yang memposisikan diri untuk dimuati pada satu tempat, setelah truk
pertama berangkat truk kedua memposisikan diri untuk dimuati, sedangkan truk
ketiga menunggu dan begitu seterusnya.
4. Kondisi lantai kerja
Semakin rapi kondisi lantai kerja dengan tinggi bench dan lebar jenjang
kerja yang sesuai, maka cycle time akan semakin cepat.
5. Keterampilan operator
Jika operator mampu dan berpengalaman akan diperoleh hasil yang optimal,
maka cycle time yang didapat juga akan semakin cepat
6. Bucket Fill Factor
Persentasi/porsi/perbandingan bucket Excavator yang terisi material
terhadap total kapasitas yang bisa diambil oleh bucket Excavator.
7. Kemampuan Operator
64

Faktor koreksi terhadap efisiensi produktivitas alat juga termasuk


kemampuan/skill dari Operator Jika operator mampu dan berpengalaman akan
diperoleh hasil yang optimal, semakin bagus keterampilan operator maka cycle
time yang didapat akan semakin cepat. Faktor koreksi ini digunakan untuk
mendapatkan gambaran produksi yang sebenarnya.
e.5.2 Faktor Produktivitas Alat Angkut Dump Truck
Produktivitas alat angkut sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek
pendukung, di antaranya yaitu :
1. Vessel Capacity (ukuran vessel) Dump Truck dan bucket capacity (Ukuran
bucket) alat loading
Ukuran bucket dan ukuran vessel menentukan jumlah pengisian Excavator
yang diperlukan untuk dapat mengisi sebuah Dump Truck sampai penuh. Semakin
besar bucket maka semakin sedikit jumlah pengisian yang dibutuhkan oleh
Excavator untuk dapat mengisi Dump Truck sampai penuh, begitupun sebaliknya
semakin besar vessel maka semakin banyak jumlah pengisian yang dibutuhkan
oleh Excavator untuk dapat memenuhi Dumptruck sampai penuh. Biasanya
semakin besar vessel Dump Truck maka semakin besar pulab bucket Excavator
yang digunakan. Semakin besar ukuran vessel dan bucket, maka volume material
yang terambil setiap cycle akan semakin besar.
2. Swell Factor
Swell Factor adalah sifat fisik material yang akan diukur dari perubahan volume
padat saat material belum digali (Bank/BCM) menjadi volume gembur saat
material telah digali oleh Excavator (Loose/LCM). Swell factor batubara
bituminous adalah 80% (Tabel 4.3).
3. Cycle Time
Cycle Time adalah pengertian dari waktu yang diperlukan untuk proses
pengangkutan material baik dari front Tambang menuju disposal area maupun
dari front Tambang menuju stockpile. Cycle time unit Dump Truck meliputi
waktu :
a. Loading (pemuatan material ke Dump Truck/cycle time Excavator per satu
Dump Truck)
b. Travelling loaded (hauling Dump Truck yang bermuatan)
65

c. Dumping (Penumpahan material ke disposal area atau stock ple)


d. Travelling empty (hauling Dump Truck yang kosong)
e. Spot time atau biasa disebut delay time (waktu tunggu akan loading)
Faktor-faktor yang mempengaruhi cycle time adalah:
a. Ukuran unit
Semakin besar unit Dump Truck, cycle timenya akan menjadi semakin
lambat.
b. Cycle time alat gali-muat/loading
Semakin cepat cycle time alat loading maka cycle time Dump Truck akan
lebih cepat
c. Jumlah cycle pemuatan alat loading ke Dump Truck
Ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas vessel Dump Truck dan produksi alat
loading per bucket. Semakin sedikit cyclenya Excavator maka akan semakin
cepat cycle time Dump Truck.
d. Jarak angkut
Cycle time akan menjadi semakin lama apabila jarak angkut dari front
Tambang menuju disposal area maupun stockpile semakin jauh jaraknya.
e. Kecepatan hauling Dump Truck
Semakin tinggi kecepatan alat angkut, maka cycle time akan semakin cepat.
Kecepatan ini juga harus didasarkan dengan kecepatan maksimum yang
telat ditetapkan oleh K3 agar tidak terjadi bahaya dan hal-hal yang tidak
diinginkan.
f. Kondisi area dumping dan area front loading
Semakin bagus kondisi area dumping dan area front loading, maka cycle
timenya Dump Truck akan semakin cepat.

g. Keterampilan operator
Jika operator mampu dan berpengalaman akan diperoleh hasil yang optimal,
maka cycle time yang didapat juga akan semakin cepat
4. Keadaan Medan
66

Keadaan medan yang baik akan mempengaruhi produksi kerja, sebaliknya


bila medan jelek, berdebu, berkabut dan tidak rata/datar akan mengurangi
produksi.
a. Keadaan Jalan
Keadaan jalan sangat menentukan jalannya aktivitas penambangan,
termasuk kekerasan dan kemulusan permukaan jalan. Di lapangan, permukaan
jalan tidak keras dan mulus/rata dan juga pada beberapa titik seperti tikungan
masih terdapat kondisi jalan yang belum sesuai standar, sehingga hal ini
menyebabkan terjadinya lost time pada alat angkut Dump Truck yang melintas
pada jalur tersebut. Perawatan jalan juga menjadi faktor yang penting, terutama
apabila keadaan setelah hujan. Apabila jalan tambangmenjadi licin maka aktivitas
penambangan akan dihentikan sehingga menyebabkan terjadinya lost time yang
cukup lama. Jalanan yang sempit akan mengakibatkan salat satu alat angkut harus
menunggu alat angkut lain yang ada di depannya untuk melintas terlebih dahulu,
sehingga cycle time alat angkut tersebut akan bertambah besar dan dapat melebihi
waktu standar (waktu teoritis). Secara teoritis standar jalan adalah 3,5 kali lebar
alat angkut terbesar di lapangan.
b. Kemiringan Jalan
Kemiringan jalan yang terlalu besar atau tidak sesuai dengan kemampuan
kendaraan yang melintasi jalur tersebut dapat mempengaruhi cycle time dari alat
angkut yang melewati jalur tersebut. Ada beberapa titik di mana grade jalan
belum menyesuaikan dengan kemampuan dari alat angkut yang melintasi jalur
tersebut. Misalnya pada Dump Truck Scania P310 untuk alat angkut batubara, di
mana alat angkut ini jika melewati jalur dengan grade yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan Dump Truck tersebut mati langkah sehingga akan membahayakan
pengendara maupun material yang di bawah. Kemiringan jalan standar yang
diizinkan adalah sekitar 8%-10% atau sekitar 6⁰-8.5⁰, sedangkan di lapangan
kemiringan jalan berkisar 10⁰-13⁰.
c. Kondisi cuaca
Kondisi Iklim yang berada di daerah PT Muara Alam Sejahtera sama halnya
dengan iklim yang ada di Indonesia pada umumnya yaitu berkisar antara 180 C
sampai dengan 36,50 C. Kondisi curah hujan yang tidak menentu akan
67

mengakibatkan penurunan efektifitas pada laju produksi dari setiap alat,


dikarenakan kondisi jalan yang licin. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
penurunan produktivitas pada alat.

Gambar 4.17 Grafik Curah Hujan Merapi Barat

Dari grafik di atas dapat kita lihat terjadi lonjakan yang signifikan antara
bulan januari dan bulan febuari. Pada bulan febuari curah hujan mencapi angka
350 sedangkan di bulan lainnya hanya berada di bawah angka 250. Apabila
intensitas curah hujan semakin meningkat, maka hal tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya nilai produktivitas pada alat, sehingga dapat menghabat laju
produksi untuk mencapai target produksi yang telah direncanakan.
68

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan lapangan secara langsung selama 1 hari
terhitung tanggal 16 Juni – 22 Juni 2017 dan dilanjutkan kembali pada tanggal 28
Juni – 30 Juni 2017 untuk aktivitas penambangan dan pengolahan batubara di PT
Muara Alam Sejahtera, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi
Sumatera Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. PT Muara alam Sejahtera (MAS) melakukan penambangan batubara
kualitas sub-bituminus dengan kedalaman pit yang sudah mencapai elevasi
±10 m. Sistem penambangan yang digunakan berupa tambang terbuka
(surface mining) dengan metode strip mining. Mekanisme kerja pada PT
MAS dengan pengambilan batubara pada front penambangan kemudian
dibawa ke tempat pengolahan untuk melalui proses pengecilan ukuran
(crushing) sehingga memiliki standar ukuran permintaan konsumen yaitu
maksimal 5 cm.
2. Alat yang digunakan pada PT MAS ini adalah alat gali muat berupa
Excavator Komatsu PC 300, Excavator Komatsu PC 850, Komatsu PC
1250, Volvo EC 480, Wheel Loader Komatsu WA 500, Cat 966 H dan
Komatsu WA 380. Kemudian untuk alat angkut berupa Dump Truck Scania
P310, Dump Truck Scania P380, High Dump Truck Komatsu HD 465,
Dump Truck Hino 500 dan Kereta Api Babaranjang PT MAS. Serta alat
untuk proses pengecilan ukuran batubara berupa Double Roll Crusher dan
Belt Conveyor sebagai alat pengangkutan ke stockpile nya.

5.2 Saran
Dari kesimpulan yang telah diambil selama kerja praktik ini, penulis juga
memberikan beberapa saran, antara lain:
1. Selalu meningkatkan penerapan keselamatan kerja kepada setiap orang yang
akan masuk kedalam lokasi tambang supaya dapat mengurangi resiko
kecelakan pada saat aktivitas penambangan berlangsung.
2. Pengecekan secara rutin semua alat berat yang akan beroperasi
dalamaktivitas penambangan, supaya tidak terjadi kerusakan pada saat
69

aktivita sudah berlangsung. Hal ini untuk mengurangi terbuangnya waktu


kerja yang sia-sia. Sehingga mampu mencapai target produksi yang
maksimal.
3. Dalam proses perencanaan pengelolaan drainase harus lebih dilakukan
secara terperinci lagi. Sehingga air limpasan maupun air tanah yang keluar
secara terus menerus bisa ditangani dengan baik dan proses pengambilan
batubara yang berada pada elevasi minus bisa diambil dengan baik tanpa
adanya kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Adiyatma. 2017. Kajian Teknis Crushing Plant Tambang Batugranit Dengan


Target Produksi 30.000 Ton/Bulan Pt Mandiri Karya Makmur

Akbar, Muhammad Renaldy. 2012. Analisis Pengangkutan Batubara Pada PT


Karunia Persada Kalimantan. BINUS. Jakarta Barat

Amin. 2016. Aktivitas Pnambangan Batubara Pada Blok Timur Pit Alam 1 PT
Muara Alam Sejahtera Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Provinsi
Sumatera Selatan. Laporan Kerja Praktik. Universitas Sriwijaya

Andre, Dahni, Hakim Romla Noor dan Saismana Uyu. 2016. Evaluasi Kinerja
Alat Crushing Plant dan Alat Muat dalam Rangka Peningkatan Target
Produksi Batubara pada PT Mandiri Citra Bersama.HIMASAPTA. Volume
1, No 3, 74-78

Hayes, Jason. 2015. Returning Mined Land to Productivity Through Reclamation.


Corner Stone. Volume 3 No 4, 5-9

Helmanida, Irsan, Mutiari Yunial Laily. 2011. Kebijakan Reklamasiu Pasca


Tambang Sebagai Bentuk Pengendalian Lahan Bekas Tambang Batubara
Ditinjau Dari Kewenangan Otonomi Daerah Di sumatera Selatan. UNSRI

Husanda, Oktomi. 2012. Penambangan Batubara Terbuka CV. Tahili Coal


Sawahlunto, Sumatera Barat. Proyek Akhir. Universitas Negeri Padang

Kurniawan, Arie. 2014. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) Karyawan PT Nuansacipta Coal Invesment (NCI) di Kelurahan
Batuas Kecamatan Palaran Kota Samarinda.e-journal Ilmu Pemerintahan.
Volume 2, No 4, 3130-3144

Muchjidin. 2006. pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara. ITB: Bandung

Nasrudin Dudi, Normansya dan Pulungan Linda. 2016. Optimalisasi Alat


Crushing Plant untuk Memenuhi Target Produksi Andesit di PT Ansar
Terang Crushindo, Kecamatan Pangkalan Kota Baru Kabupaten Lima
Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.Prosiding Teknik
Pertambangan.Volume 2, No 1

Rangkuti. 2015. Aktivitas Penambangan Batubara Pada PT Muara Alam


Sejahtera Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera
Selatan. Laporan Kerja Praktik. Universitas Sriwijaya

70
71

Soejadi dan Basuki. 1980. Peralatan Tamjbang. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan : Surabaya

Subowo G. 2011. Penambangan Sistem Ramah Lingkungan dan Upaya


Reklamasi Pasca Tambang Untuk Memperbaiki Kualitas Sumberdaya
Lahan dan Hayati Tanah. Jurnal Sumber Daya Lahan. Volume 5, No 2

Tekmira. 2006. Batubara Indonesia. Tim Kajian Batubara Nasional Kelompok


Kajian Mineral dan Batubara

Tenriajeng. 2003. Pemindahan Tanah Mekanis. Gunadarma : Jakarta

Waryuningsih, Yuyun. 2015. Analisi Dampak Industri Stockpile Batubara


Terhadap Lingkungan dan Tingkat Kesehatan Masyarakat Desa Pesisir
Rawaulip Kec. Pangenan Kab. Cirebon. Scientiae Educatia. Volume 5, No 4
REKAPITULASI KEADAAN CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN DI KABUPATEN LAHAT
BULAN JANUARI – JUNI 2018
No. Kecamatan Januari Februari Maret April Mei Juni
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
1 Lahat 13 267 18 582 22 274 22 474 17 336 10 224.5
2 Merapi Timur 11 80.4 14 339.4 13 174.3 11 156.6 9 180.3 9 108.8
3 Merapi Selatan 9 69 17 375 19 250 21 282 16 313 11 148
4 Merapi Barat 8 62.5 14 358 15 226 19 250.5 12 232 15 130
5 Pulau Pinang 17 893 14 650 18 321 15 469 15 341 6 214
6 Gumay Ulu 18 855 14 624 19 274 15 400 15 303 5 60
7 Pagar Gunung 24 749.5 17 540.8 20 260 21 344.8 20 437.5 16 124.5
8 Tanjung Tebat 21 547 17 571 19 190 13 293 0 0 12 109
9 Kota Agung 30 545 21 475 9 178 21 342.5 13 220.5 3 68
10 Mulak Ulu 21 523 20 381 15 235 19 384 16 405 10 119
11 Tj. Sakti Pumi 16 219 18 316.5 19 166.5 25 364.6 23 301 14 150
12 Tj. Sakti Pumu 18 440 17 351 18 249 29 423 24 415 11 167
13 Pajar Bulan 31 523 29 363 28 270 25 306 28 272 9 91
14 Jarai 29 726 19 429 13 144.5 20 212 18 313.5 12 224
15 Muara Payang 28 710 20 425 13 146.5 19 211 18 309.5 13 134
16 Gumay Talang 20 742 17 575 23 283 24 486 18 346 12 263
17 Pseksu 30 822 27 500 21 89 20 466 14 152 16 90
18 Kikim Timur 24 652.6 16 493.2 22 345.3 24 388.4 14 175.8 8 275
19 Kikim Selatan 30 778 25 654 19 80 22 156 19 96 11 66
20 Kikim Tengah 23 573 17 367 14 287 18 320 14 282 7 123
21 Kikim Barat 23 450 16 330.5 18 256 22 263 13 456 10 64
Jumlah 444 11227 387 9700.35 377 4699.1 423 6992 336 5887 220 2953
Rata - rata 21.14 534.60 19.35 485.02 18.85 234.96 21.15 349.62 16.80 294.36 10.48 140.61

Keterangan : CH : Curah Hujan dalam mm ; HH : Hari Hujan dalam hari ; - : Data Tidak Masuk ; * : Belum Ada Alat Rusak

Anda mungkin juga menyukai