Anda di halaman 1dari 133

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUTO CAD


DENGAN MODEL KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI TEKNIK KONSTRUKSI KAYU
SMK NEGERI 5 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :
RATNA NINGSIH
K 1508018

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ratna Ningsih


NIM : K1508018
Jurusan/Program Studi : JPTK/Pendidikan Teknik Bangunan

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN MEDIA


PEMBELAJARAN AUTO CAD DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TEKNIK
KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 5 SURAKARTA” ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri . selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicamtumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012


Yang membuat pernyataan

Ratna Ningsih

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUTO CAD


DENGAN MODEL KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI TEKNIK KONSTRUKSI KAYU
SMK NEGERI 5 SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :
RATNA NINGSIH
K 1508018

Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan
Pendidikan Teknik Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Ratna Ningsih. PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUTO CAD


DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS XI TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK
NEGERI 5 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret, J 2012.

Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa


di kelas XI TKK SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 pada mata
pelajaran muatan lokal program produktif yaitu Autocad dengan menerapkan
media pembelajaran autocad dengan model kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD), (2) Mengetahui efektivitas penerapan media
pembelajaran autocad dengan model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) pada mata pelajaran muatan lokal program produktif yaitu
Autocad di kelas XI TKK SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Dimulai dengan


identifikasi permasalahan yang ada dalam kelas dengan melakukan tindak pra
siklus. Tahap siklus I dimulai dengan perencanaan berupa penyusunan langkah-
langkah pembelajaran melalui penerapan media pembelajaran autocad dengan
model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi untuk tindakan pada siklus II. Subyek penelitian
adalah siswa kelas XI TKK SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Data diperoleh melalui observasi afektif dan psikomotorik siswa, wawancara, tes
kognitif siklus I serta tes kognitif siklus II. Triangulasi data digunakan untuk
menjaga validitas data, sedangkan untuk teknik analisa data digunakan teknik
analisis interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan media pembelajaran


autocad dengan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) dapat memperbaiki atau meningkatkan : (1) Hasil belajar dengan
ketuntasan belajar yang diperoleh dari nilai kompetensi siswa (prasiklus 39,13%,
siklus I 52,17% dan siklus II 78,26%); (2) Efektivitas pembelajaran dengan
adanya peningkatan dari setiap siklus baik dari ranah afektif maupun
psikomotorik. Efektivitas pembelajaran ranah afektif siswa prasiklus sebesar
47,83%, siklus I 56,52%, dan siklus II 78,26%. Efektivitas pembelajaran ranah
psikomotorik siswa prasiklus 52,17%, siklus I 65,22% dan siklus II 82,61%.

Kata kunci: media pembelajaran auto cad, kooperatif, stad, hasil belajar

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Ratna Ningsih. THE IMPLEMENTATION OF STUDY AUTO CAD


MEDIA WITH THE COOPERATIVE MODEL TYPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TO IMPROVE STUDENT’S
LEARNING RESULT SUBJECT IN CLASS XI WOOD CONSTRUCTION
ENGINEERING (TKK) OF SMK NEGERI 5 SURAKARTA. Research paper,
Surakarta : Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University,
July 2012.

The purpose of this research is (1) Find out the improvement of student’s
learning result in class XI TKK of SMK Negeri 5 Surakarta in 2011/2012
academic year, subject in productive program that is Auto Cad with
implementation media of study autocad with the cooperative model type Student
Team Achievement Division (STAD). (2) Find out the efectiveness of
implementation media of study Auto Cad with the cooperative model type Student
Team Achievement Division (STAD) subject in productive program that is
autocad in class XI TKK of SMK Negeri 5 Surakarta in 2011/2012 academic year.

This research is Classroom Action Research (CAR) which conducted in


two cycles. It begins with pre cycle to identificate existing problems in the
classroom. Cycle I step begins with arranging of learning steps through the use of
implementation media of study Auto Cad with the cooperative model type Student
Team Achievement Division (STAD), the implementation of the action,
observation, analysis and reflekasi for action on the cycle II. The research subject
is students class of XI Wood Constraction Engineering of SMK Negeri 5
Surakarta 2011/2012 academic year. The data obtained through the observation of
students' affective and psychomotor, interviews, cognitive tests of cycle I and
cognitive tests of cycle II. Triangulation of data is used to maintain the validity of
data, whereas Data analysis techniques was used the interactive analysis
techniques.

Based on the research showed that the implementation media of study Auto
Cad with the cooperative model type Student Team Achievement Division
(STAD) can improve : (1) student’s learning result with completeness of student’s
learning result derived from the value of student competence (prasiklus 39,13%,
siklus I 52,17% dan siklus II 78,26%). (2) Effectiveness of learning with an
increase of each cycle of both affective and psychomotor domains. Effectiveness
of affective learning in pre cycle is 47,83%, cycle I is 56,52% and cycle II is
78,26%. Effectiveness of psychomotor learning in pre cycle is 52,17%, cycle I is
65,22% and cycle II is 82,61%.

Keyword : media of study auto cad, co-operative, STAD, result of learning.

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTO

“Orang yang mengatakan tidak punya waktu adalah orang yang pemalas”
(Lichterberg)

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah


selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) ”
~ (QS. Al Insyiroh : 5-7) ~

Pelajarilah Ilmu, karena mempelajarinya karena Allah adalah khasyah,


Menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah Tasbih, mencarinya adalah
Jihad, Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah Shadaqah,
menyerahkan kepada ahlinya adalah Taqarrub. Ilmu adalah teman dekat dalam
kesendirian dan sahabat dalam kesunyian.
~ (Muadz bin Jabal Radhiyyallahu anhu)~

"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi


orang lain."
~(HR. Bukhari dan Muslim)~

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-MU, kupersembahkan karya ini untuk :

 “Bapak dan Ibu”


Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak
terbatas dan kasih saying tiada terbatas pula. Semuanya membuatku
bangga memiliki kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi
kasih sayangmu
 “Kakak-Kakak”
Mas Sutrisno, Mas Sucipto, Mas Sunari, Mas Slamet terimakasih atas doa,
dukungan dan bantuanyya selama ini
 “Keponakan”
Hesti, Reza, Ardi, Panji, Bian, Dimas . terima kasih atas hiburannya
 “Terimakasih buat Satria Wicaksono yang selalu ada dan sabar”
 “Tim Skripsi”
Insan, Rani, Rina, Setyo, Yusuf, terimakasih untuk selalu kompak dan
saling membantu
 “Kos Fitria”
Winda, Putri, Lina, Anggun, Esya, Nita, terima kasih karena selalu
bersedia menemani meminjam buku dan selalu menghibur.
 “PTB angkatan 2008”
 Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENERAPAN MEDIA
PEMBELAJARAN AUTO CAD DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TEKNIK
KONSTRUKSI KAYU SMK NEGERI 5 SURAKARTA”. Penelitian ini
merupakan bagian dari program penelitian Hibah Sarjana DIPA BLU Universitas
Sebelas Maret dengan tema Pengembangan Media Pembelajaran CAD sebagai
penunjang perkuliahan Pendidikan Teknik Bangunan dan Pembelajaran SMK
Jurusan Bangunan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan,
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Drs. Sutrisno, ST.,M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Dan
Kejuruan (PTK) FKIP UNS Surakarta.
3. Ida Nugroho Saputro, ST., M. Eng sebagai Ketua Program Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan PTK FKIP UNS.
4. Abdul Haris Setiawan, S.Pd.,M.Pd. sebagai koordinator Skripsi pada Program
Pendidikan Teknik Bangunan PTK FKIP UNS
5. Abdul Haris Setiawan, S.Pd.,M.Pd selaku Dosen pembimbing I dan Ida
Nugroho Saputro, ST., M. Eng, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
selesai.
commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Margono, S.Pd.,dan Sri Sayekti, S.Pd., selaku Guru mata pelajaran muatan
lokal program produktif yaitu Auto Cad SMK Negeri 5 Surakarta, yang telah
memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
7. Para siswa SMK Negeri 5 Surakarta khususnya kelas XI Teknik Konstruksi
Kayu yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian
ini.
8. Rekan–rekan PTS/B angkatan 2008, terima kasih untuk persahabatan dan
kebersamaan selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu karena
keterbatasan. Semoga Alloh SWT melimpahkan rahmah pada kita semua.
Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan dan dapat meningkatkan
kualitas pendidikan seperti yang diharapkan oleh semua pihak. Semoga Allah
Ta’ala selalu membimbing kita semua. Amin.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... . v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PNDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah............................................................................ 5
D. Rumusan Masalah............................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian............................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka........................................................................……… 9
B. Penelitian Relevan..................................................................……… 37
C. Kerangka Berpikir.............................................................................. 38
D. Hipotesis Tindakan........................................................................... 41

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 42
B. Subyek Penelitian............................................................................. 44
C. Data dan Sumber Data...................................................................... 44
D. Instrument Penelitian........................................................................ 44
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 46
F. Uji Validitas Data............................................................................. 48
G. Analisis Data.................................................................................... 49
H. Indikator Kinerja Penelitian............................................................. 50
I. Prosedur Penelitian.......................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian............................................ 59
B. Data Siswa………………………………………………………... 65
C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I……………………………….. 70
D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II…………………………….... 88
E. Pembahasan Antar Siklus………………………………………… 101
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................... 114
B. Implikasi.......................................................................................... 114
C. Saran……………………………………………………………… 115
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 116
LAMPIRAN……………………………………………………………… 119

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir ........................................................... 40
Gambar 3.1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas............................................... 43
Gambar 3.2. Skema Triangulasi Data .............................................................. 49
Gambar 3.3. Model Analisis Interaktif ............................................................ 49
Gambar 3.4. Model Kurt Lewin ....................................................................... 51
Gambar 3.5. Skema Prosedur penelitian .......................................................... 58
Gambar 4.1 Denah Lokasi SMK N 5 Surakarta............................................... 64
Gambar 4.2. Denah Ruang SMK N 5 Surakarta……………………………… 65
Gambar 4.3. Denah Ruang Kelas Lab Komputer…………………………….. 66
Gambar 4.4. Ilustrasi Mengajar Guru Pra Siklus……………………………. 67
Gambar 4.5. Diagram Prosentase Nilai Kognitif Siswa Pra Siklus ................ 69
Gambar 4.6. Denah Penempatan Kelompok Siklus I………………………. .. 73
Gambar 4.7. Ilustrasi Mengajar Guru Siklus I………………………………... 74
Gambar 4.8. Diagram Prosentase Nilai Kognitif Siswa Siklus I ..................... 77
Gambar 4.9. Diagram Prosentase Nilai Afektif Siswa Siklus I………………. 78
Gambar 4.10. Diagram Prosentase Nilai Psikomotorik Siswa Siklus I ........... 80
Gambar 4.11 Grafik Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa
Siklus I........................................................................................... 82
Gambar 4.12. Diagram Prosentase Nilai Kompetensi Siswa
Siklus I (Katuntasan kelas) .......................................................... 85
Gambar 4.13. Denah Penempatan Kelompok Siklus II ................................... 90
Gambar 4.14. Diagram Prosentase Nilai Kognitif Siswa Siklus II .................. 92
Gambar 4.15. Diagram Prosentase Nilai Afektif Siswa Siklus II .................... 94
Gambar 4.16. Diagram Prosentase Nilai Psikomotorik Siswa Siklus II .......... 95
Gambar 4.17. Grafik Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa
Siklus II ......................................................................................... 97
Gambar 4.18. Diagram Prosentase Nilai Kompetensi Siswa
Siklus II (Ketuntasan kelas) ......................................................... 99
commit to
Gambar 4.19. Grafik Capaian Ketuntasan userKognitif Siswa .....................
Nilai 102
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.20. Grafik Capaian Ketuntasan Ranah Afektif Siswa ..................... 104
Gambar 4.21. Grafik Capaian Ketuntasan Ranah Psikomotorik Siswa ........... 105
Gambar 4.22. Grafik Rekapitulasi Hasil Observasi Efektivitas
Pembelajaran Siswa....................................................................... 107
Gambar 4.23. Grafik Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan
Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 110
Gambar 4.24. Grafik Capaian Ketuntasan Nilai Kompetensi Siswa
( Ketuntasan Kelas ) ..................................................................... 112

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Skor Perkembangan Individu .......................................................... 13
Tabel 2.2. Silabus Mata Pelajaran AutoCad SMK N 5 Surakarta……………. 36
Tabel 3.1. Teknik Penilaian Observasi Ranah Afektif dan Psikomotorik ....... 46
Tabel 3.2. Indikator Kinerja Penelitian………………………………………. 50
Tabel 4.1. Struktur Kurikulum Baku…………………………………………. 63
Tabel 4.2. Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa Siklus I .............. 81
Tabel 4.3. Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa Siklus II ............. 97
Tabel 4.4. Capaian Ketuntasan Nilai Kognitif Siswa ...................................... 102
Tabel 4.5. Capaian Ketuntasan Nilai Afektif Siswa ........................................ 103
Tabel 4.6. Capaian Ketuntasan Ranah Psikomotorik Siswa ............................ 105
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa....... 107
Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan hasil belajar siswa ....... 109
Tabel 4.9. Capaian Ketuntasan Nilai Kompetensi AutoCad Siswa
Kelas X TKK SMK N 5 Surakarta ................................................... 111

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas Penelitian ........................................... 119
Lampiran 2. Daftar Kelompok Belajar ............................................................ 120
Lampiran 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru .......................................... 121
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru ........................................... 123
Lampiran 5. Deskripsi Hasil Wawancara Guru ............................................... 124
Lampiran 6. Kisi – Kisi Pedoman Wawancara Siswa...................................... 126
Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa .......................................... 127
Lampiran 8. Deskripsi Hasil Wawancara Siswa (Aldy) .................................. 129
Lampiran 9. Deskripsi Hasil Wawancara Siswa (Bayu) .................................. 130
Lampiran 10. Deskripsi Hasil Wawancara Siswa (Arsena) ............................. 131
Lampiran 11. Deskripsi Hasil Wawancara Siswa (Erika) ................................ 132
Lampiran 12. RPP Siklus I ............................................................................... 133
Lampiran 13. RPP Siklus II ............................................................................. 138
Lampiran 14. Kisi-kisi soal Tes Kognitif Pra Siklus ....................................... 143
Lampiran 15. Kisi-kisi soal Tes Kognitif Siklus I ........................................... 144
Lampiran 16. Kisi-kisi soal Tes Kognitif Siklus II .......................................... 145
Lampiran 17. Lembar Soal Pra Siklus ............................................................. 146
Lampiran 18. Lembar Jawaban Soal Pra Siklus............................................... 150
Lampiran 19. Lembar Soal Siklus I ................................................................. 151
Lampiran 20. Lembar Jawaban Soal Siswa Siklus I ........................................ 159
Lampiran 21. Lembar Soal Siklus II ................................................................ 160
Lampiran 22. Lembar Jawaban Soal Siswa Siklus II....................................... 164
Lampiran 23 Soal Diskusi Dan Hasil Siswa Tiap Kelompok .......................... 165
Lampiran 24. Kisi-kisi Lembar Observasi Penilaian Ranah Afektif ............... 166
Lampiran 25. Butir-butir Indikator Penilaian Ranah Afektif ......................... 167
Lampiran 26. Hasil Observasi Penilaian Ranah Afektif Siswa Pra Siklus ..... 173
Lampiran 27. Hasil Observasi Penilaian Ranah Afektif Siswa Siklus I ......... 175
Lampiran 28. Hasil Observasi Penilaian Ranah Afektif Siswa Siklus II ........ 177
commit toPenilaian
Lampiran 29. Kisi-Kisi Lembar Observasi user Ranah Psikomotorik .... 179
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 30. Butir-butir Indikator Penilaian Ranah Psikomotorik ................. 180


Lampiran 31. Hasil Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa
Pra Siklus .................................................................................... 184
Lampiran 32. Hasil Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa
Siklus I ........................................................................................ 186
Lampiran 33. Hasil Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa
Siklus II ....................................................................................... 188
Lampiran 34. Hasil Observasi Efektifitas Pembelajaran Siswa Pra Siklus ..... 190
Lampiran 35. Hasil Observasi Efektifitas Pembelajaran Siswa Siklus I ......... 191
Lampiran 36. Hasil Observasi Efektifitas Pembelajaran Siswa Siklus II ........ 192
Lampiran 37. Daftar Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Pra Siklus................ 193
Lampiran 38. Daftar Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I.................... 194
Lampiran 39. Daftar Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II .................. 195
Lampiran 40. Daftar Nilai Hasil Belajar Afektif Siswa Pra Siklus.................. 196
Lampiran 41. Daftar Nilai Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I...................... 197
Lampiran 42. Daftar Nilai Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II .................... 198
Lampiran 43. Daftar Hasil Observasi Peningkatan Hasil Belajar Afektif Siswa .199
Lampiran 44. Daftar Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Pra Siklus........ 200
Lampiran 45. Daftar Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I............ 201
Lampiran 46. Daftar Nilai Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus II .......... 202
Lampiran 47. Daftar Hasil Observasi Peningkatan Hasil Belajar Psikomotorik
Siswa......................................................................................... 203
Lampiran 48. Daftar Nilai Kompetensi Siswa Pra Siklus ................................ 204
Lampiran 49. Daftar Nilai Kompetensi Siswa Siklus I .................................... 205
Lampiran 50. Daftar Nilai Kompetensi Siswa Siklus II .................................. 206
Lampiran 51. Daftar Hasil Observasi Peningkatan Hasil Belajar Siswa ......... 207
Lampiran 52. Dokumentasi Kegiatan Pra Siklus ............................................. 208
Lampiran 53. Dokumentasi Kegiatan Siklus I ................................................. 209
Lampiran 54. Dokumentasi Kegiatan Siklus II ................................................ 210
Lampiran 55. Dokumentasi Wawancara Siswa dan Guru ............................... 211
commit to user

xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Masalah Pengelolaan Kelas Dan Cara Menghadapi Masalah


Pengelolaan Kelas Januari sebagaimana dinyatakan Desi Ana (20/1/2012)
Masalah yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran dapat dibagi menjadi dua,
yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas. Masalah pengajaran
terkait dengan cara guru dalam menyampaikan materi agar dapat diterima secara
maksimal oleh keseluruhan peserta didik di kelasnya. Penampilan menarik dan
cara mengajar yang interaktif dapat menumbuhkan niat dan semangat peserta didk
terhadap suatu materi yang disampaikan oleh gurunya. Seorang guru yang
mengalami masalah pengajaran akan terlihat pada hasil evaluasi siswa secara
menyeluruh. Jika sebagian besar peserta didik dalam suatu kelas mendapatkan
nilai di bawah standar, maka seorang guru harus dapat mencari tahu letak
kelemahannya dalam menyampaikan materi. Sedangkan masalah pengelolaan
kelas tekait dengan hal-hal yang menjadi kendala bagi siswa dalam kegiatan
pembelajarn
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju
keperkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian
masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property sekolah. Kegiatan
belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat
mengganggap belajar disekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah , sebab seperti dikatakan
Rober “belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses
mendapatkan pengetahuan”. (Suprijono, 2011: 3).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses
belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat
disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut
sesuai dengan perkembangan dan commit to user
tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan
bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran
yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru
juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan membuat media
pembelajaran yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia.
(Arsyad, 2007: 2)
Masalah pokok yang sering dihadapi oleh mayoritas guru dalam
pembelajaran adalah kurangnya minat dan motivasi siswa untuk belajar,hal ini
terjadi karena siswa cenderung membiasakan datang, duduk, diam dan dengar
(D4). Kondisi ini makin parah apabila guru terbiasa menjadikan siswanya sebagai
pendengar yang baik, karena pembelajarannya berpusat pada guru, bukan berpusat
pada siswa. Masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia
yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan
bangsa di berbagai bidang. Walaupun pendidikan menjadi tanggung jawab
pemerintah seperti, “Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah
sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet
terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).
Guru adalah jabatan dan pekerja profesional, indikator untuk mengukur
keprofesionalan adalah jika kelas yang diasuh menjadi “surganya siswa untuk
belajar”, atau “kehadiran seorang sebagai guru di kelas selalu dinantikan siswa”.
(Sugiyanto, 2008: 5). Sudahkah pembelajaran kita mencapai kondisi yang
demikian? Selain tugas profesional tersebut guru juga harus berperan sebagai
sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator dan
evaluator. Jika peran ini dijalankan dengan baik dan benar maka usaha
memberikan pelayanan pembelajaran yang optimal kearah pendekatan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
Insya Allah dapat dicapai. Perlu diingat bahwa kemampuan menerapkan
commit to
pendekatan PAIKEM tersebut diperlukan user pembelajaran yang inovatif.
model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selama ini proses pembelajaran di kelas XI TKK SMK Negeri 5


Surakarta yang berpusat pada guru sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa,
penyampaian materi pelajarannya cenderung masih satu arah, dimana guru yang
lebih banyak aktif memberikan informasi kepada siswa. Siswa kurang berperan
aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menemukan sendiri
melalui interaksi dengan lingkungannya. Seiring dengan perubahan kurikulum
yang ada, disekolah pada tingkat kelas XI baru saja dimulai pembelajaran pada
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad yang
tahun ajaran sebelumnya belum diajarkan secara serentak. Mata pelajaran ini
diberikan pada kelas XI TKK, TKBB, dan TGB. Maka dari itu peneliti dianjurkan
dapat memberikan dampak positif pada siswa di SMK N 5 SURAKARTA.
Melihat kondisi tersebut, maka seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan
berbagai model pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dan tercipta
kondisi belajar yang interaktif, efektif, efisien dan menyenangkan. Untuk menarik
keterlibatan siswa dalam pembelajaran, maka guru harus menggunakan
pembelajaran yang inovatif. Selain itu diperlukan adanya motivasi baik dari dalam
diri siswa maupun dari guru, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa suasana pembelajaran pada mata
pelajaran Autocad di kelas XI TKK SMK N 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012
masih bersifat konvensional, dimana guru mendominasi kegiatan belajar mengajar
sementara siswa hanya mendengarkan dan mempraktikan sesuai perintah guru.
Akibatnya siswa terasa jenuh, sehingga sebagian besar dari mereka ada yang
berbicara sendiri dengan teman, bermain permainan komputer, bahkan ada yang
mengantuk. Berdasarkan observasi awal yang disertai dengan tes kemampuan
awal untuk mata pelajaran Muatan Lokal program produktif ( Auto Cad ) kelas XI
TKK SMK N 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 diperoleh hasil bahwa siswa
yang nilainya kurang dari batas nilai minimum 75 sebanyak 43,48 %, sedangkan
siswa yang nilainya lebih dari batas nilai minimal sebanyak 56,52 %, Dari data
yang ada menunjukkan bahwa nilai Kriteria Minimum ( KKM ) untuk mata
commit
pelajaran Auto Cad pada tahun ajaran to user adalah 75.
2011/2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu upaya untuk


mengoptimalkan proses pembelajaran dalam meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa khususnya pada kelas XI TKK SMK Negeri 5 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012. Salah satu upayanya adalah dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. STAD merupakan singkatan dari Student
Teams Achievement Divisison yang merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif. Dalam STAD siswa dibagi kedalam tim belajar yang terdiri atas 4-6
orang dengan berbeda–beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang
etniknya. Tujuan dari pembagian kelompok dengan ketentuan tersebut adalah agar
dalam satu kelompok terdapat siswa yang lebih unggul sehingga apabila ada
anggota kelompok yang mengalami kesulitan siswa tersebut dapat membantu
menyelesaikannya. Dalam pembelajaran menggunakan tipe STAD, pembelajaran
diawali dengan guru menyampaikan pelajaran terlebih dahulu, lalu siswa bekerja
dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasi
pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis baik individu maupun
secara berkelompok. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa
supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai
kemampuan yang diajarkan oleh guru.
Media pembelajaran Auto Cad dengan model kooperatif tipe STAD
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa, sehingga terjadi penyusunan dan penguatan
terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu
meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa. Dari latar belakang masalah diatas
peneliti merasa tertarik dan terdorong untuk melakukan kajian melalui penelitian
dengan judul “PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUTO CAD
DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS XI TEKNIK KONSTRUKSI KAYU SMK
NEGERI 5 SURAKARTA”. Penelitian ini merupakan bagian dari program
penelitian Hibah Sarjana DIPA BLU Universitas Sebelas Maret dengan tema
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengembangan Media Pembelajaran CAD sebagai penunjang perkuliahan


Pendidikan Teknik Bangunan dan Pembelajaran SMK Jurusan Bangunan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Cara guru dalam menyampaikan materi belum dapat diterima secara
maksimal oleh keseluruhan peserta didik di kelasnya
2. Belajar dianggapnya property sekolah dimana kegiatan belajar selalu
dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah
3. Guru terbiasa menjadikan siswanya sebagai pendengar yang baik
4. Belum ditemukannya strategi pembelajaran yang efektif sehingga hasil
belajar siswa rendah
5. Pembelajaran muatan lokal program produksi Auto Cad belum komunikatif
dimana siswa hanya mendengarkan dan mempraktikan
6. Proses pembelajaran di kelas XI TKK SMK Negeri 5 Surakarta menunjukkan
interaksi pembelajaran dalam kelas relatif masih rendah dan berlangsung satu
arah.
7. Hasil belajar siswa kelas XI TKK SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012 masih perlu ditingkatkan.

C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa
hal sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 5
Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012 masih perlu ditingkatkan.
2. Alternatif metode yang dapat digunakan untuk membuat mata pelajaran
muatan lokal program produksi Auto Cad menjadi suatu pelajaran yang
menyenangkan yaitu dengan penerapan metode STAD dan media
pembelajaran Auto Cad berupa video.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari uraian pembatasan masalah di atas dapat diambil definisi


operasional tiap variabel penelitian sebagai berikut:
1. Hasil belajar yang menjadi sasaran penelitian adalah hasil belajar siswa kelas
XI Teknik Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012.
2. Metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode STAD dan media pembelajaran Auto Cad berupa video.

D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
dikemukakan di atas, penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran dengan menerapkan media pembelajaran Auto Cad
dengan model kooperatif tipe student teams achievement division (STAD)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran muatan lokal
program produktif yaitu Auto Cad di kelas XI TKK SMK Negeri 5 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012 ?
2. Bagaimanakah efektivitas penerapan media pembelajaran Auto Cad dengan
model kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran muatan lokal
program produktif Auto Cad ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam
perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di kelas XI TKK SMK Negeri 5


Surakarta tahun ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran muatan lokal program
produktif yaitu Auto Cad dengan menerapkan media pembelajaran Auto Cad
dengan model kooperatif tipe student teams achievement division (STAD).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Mengetahui efektivitas penerapan media pembelajaran Auto Cad dengan


model kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) pada mata
pelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad di kelas XI TKK
SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian
Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran, sehingga
siswa dapat membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya.
2) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam memecahan
masalah
3) Dapat mengaktifkan daya pikir siswa dengan metode dan media
pembelajaran yang tepat.
b. Bagi Guru
Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penerapan model
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai
evaluasi guru dan siswa dalam meningkatkan pencapaian hasil belajar
serta peningkatan mutu dalam proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka mengoptimalkan
potensi siswa dan kinerja guru dalam proses belajar mengajar.
d. Bagi Peneliti
1) Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti,
khususnya terkait dengan penelitian yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD yang berorientasi pada
hasil belajar siswa.
2) Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru teknik bangunan
sebelum terjun sebagai seorang guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan pembaca terhadap dunia pendidikan.


b. Sebagai masukan atau bahan pustaka bagi peneliti-peneliti lain untuk
mengadakan penelitian serupa dan relevan di masa yang akan datang.
c. Sebagai bahan pustaka mahasiswa Program Pendidikan Teknik
Sipil/Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

`BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Kajian Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
a. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah “Suatu model pembelajaran dimana


siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Slavin juga
menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa
untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau
pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar
mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga
siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling
belajar mengajar sesama mereka. (Slavin, 2005: 8-9)
Djahiri K dalam Isjoni (2010: 19) menyebutkan bahwa“ Pembelajaran
kooperatif sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut
diterapkannya pendekatan belajar siswa yang sentris, humanistik, dan demokratis
yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya”. Dengan
demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan
kehidupan siswa baik di kelas atau di sekolah. Lingkungan belajarnya juga
membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus
memberikan hidup senyatanya. Jadi, pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan
sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif, efisien, ke
arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling
membantu (sharing), sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif.
Pengertian yang dikemukakan oleh Etin Solihatin dan Raharjo dalam
arifah (2010: 21) bahwa “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

commit
mengandung pengertian sebagai suatu to user
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”.
Menurut Munawir Yusuf, Sunardi dan Mulyono Abdurrahman dalam
arifah (2010: 21) struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok agar lebih
produktif memerlukan elemen-elemen sebagai berikut :
Ada empat elemen dasar yang memungkinkan terciptanya suasana belajar
kooperatif. Keempat elemen dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1) saling ketergantungan positif
2) interaksi tatap muka
3) akuntabilitas individual
4) keterampilan menjalin hubungan interpersonal

Saling ketergantungan positif dapat dicapai melalui saling ketergantungan


tujuan, saling ketergantungan tugas, saling ketergantungan bahan atas sumber, dan
saling ketergantungan peran; sedangkan interaksi tatap muka memungkinkan
terciptanya sumber belajar yang bervariasi sehingga mengoptimalkan hasil belajar.
Akuntabilitas individual yaitu penilaian kelompok secara individual, sedangkan
keterampilan menjalin hubungan interpersonal dapat dicapai melalui sikap
tenggang rasa, bekerjasama, sopan terhadap teman, tidak mendominasi orang lain,
dan mandiri.
Menurut Mohamad Nur (2005: 1-2) pengertian model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut :
Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis
yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya
belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan
dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Dalam model
pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil dan saling membantu antara satu sama lainnya. Kelompok-
kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi,
rata-rata, dan rendah; laki-laki dan perempuan; siswa dengan latar
belakang suku berbeda yang ada di kelas; dan siswa penyandang cacat
bila ada. Kelompok beranggotakan heterogen ini tinggal bersama
selama beberapa minggu, sampai
commit to usermereka dapat belajar bekerja sama
dengan baik sebagai sebuah tim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Menurut Nurhadi (2004: 112) “pembelajaran Kooperatif adalah


pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar”. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar sengaja
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di
masyarakat. Lebih lanjut Maridi (2008: 90) melengkapi pembelajaran kooperatif
menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar
(Learning Community). Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama
siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivis yang merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi
pelajaran. Dalam hal ini, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

1) Keuntungan metode pembelajaran kooperatif

Keuntungan pembelajaran kooperatif dalam Nurhadi (2004: 116)


menyebutkan keuntungan yaitu sebagai berikut :
Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan.
Berikut beberapa keuntungannya :
a) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
e) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois
f) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga dewasa.
g) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memlihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
j) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
commit to user
dirasakan lebih baik.
k) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,


agama dan orientasi tugas.

2) Kelemahan metode pembelajaran kooperatif

Maridi (2008: 89) menyebutkan kelemahan dari metode pembelajaran


kooperatif ini, adalah:
a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk pelaksanaannya.
b) Bila terjadi persaingan yang negative maka hasilnya akan buruk.
c) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam
kelompoknya sehingga menyebabkan usaha kelompok tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
d) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
dalam belajar kelompok.

b. Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Tipe pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin, dan
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivis yang merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi
pelajaran. Dalam hal ini, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi tipe
pembelajaran yang dapat diterapkan. (Slavin, 2010: 143) mengatakan bahwa
“Variasi tipe pembelajaran yang dapat diterapkan Salah satu contohnya yaitu tipe
STAD yang merupakan tipe paling sederhana dan cocok untuk guru yang baru
pertama kali menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas”.
Slavin (2010) juga mengemukakan Pada proses pembelajaran dengan
menggunakan tipe STAD diawali dengan adanya penyajian materi dari guru
bidang studi. Penyajian materi ini ditekankan pada materi pokok yang akan
commit to user
diajarkan dengan memberikan persepsi awal yang bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

menghubungkan materi yang akan disampaikan dengan pengetahuan yang telah


dimiliki siswa dan meyampaikan indikator yang akan dicapai.
Tahap selanjutnya yakni pembentukan kelompok atau tim siswa yang
terdiri dari 4–6 anggota yang heterogen. Dalam pembagian tim harus mewakili
seluruh bagian di dalam kelas dan siswa tidak boleh memilih sendiri anggota
kelompoknya, karena mereka cenderung akan memilih siswa lain yang setara
dengan mereka. Tim tersebut juga harus terdiri dari seorang siswa berprestasi
tinggi, seorang siswa berprestasi rendah, dan dua lainnya berprestasi sedang.
Kemudian siswa bekerja dalam tim belajar mereka untuk menguasai materi
pelajaran sebelum mereka mengerjakan tugas. Dalam hal ini diperlukan adanya
kerja sama antar anggota kelompok agar setiap anggota kelompok dapat
menguasai materi yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa dikenai tes individual
mengenai materi yang telah dibahas secara sendiri–sendiri, dimana mereka tidak
diperbolehkan untuk saling bantu–membantu dalam mengerjakan tes karena untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mereka dalam menguasai
materi pelajaran. Dari hasil tes tersebut siswa akan memperoleh skor individu
ataupun kelompok. Dalam perhitungan skor perkembangan individu ini diambil
dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan oleh Robert E. Salvin
seperti terlihat dalam tabel 2.1 :

Tabel 2.1. Skor Perkembangan Individu


Skor Tes Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
10-1 poin dibawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

(Sumber. Slavin, 2008 : 159)

Untuk skor tim atau kelompok didasarkan pada skor perkembangan


masing-masing anggota dalam kelompoknya. Bagi kelompok yang memperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Pemberian penghargaan diberikan


berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik,
kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk
menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut :
1) kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai kelompok baik, 2) kelompok
dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat, 3) kelompok dengan skor rata-
rata 25 sebagai kelompok super. Dengan adanya penghargaan kelompok ini
diharapkan setiap siswa akan termotivasi dalam belajar sehingga skor yang akan
mereka sumbangkan dalam kelompok besar.
Komponen utama dalam tipe STAD menurut Robert E. Slavin (2008:
143-146) terdiri atas lima komponen antara lain:

1) Presentasi Kelas
Materi pada pembelajaran STAD pertama-tama diperkenalkan dalam
presentasi di dalam kelas. Perbedaan presentasi kelas dengan
pengajaran biasa yaitu presentasi tersebut harus benar-benar berfokus
pada unit STAD. Cara ini membuat para siswa akan menyadari bahwa
siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi
kelas, dengan demikian akan sangat membantu siswa mengerjakan
kuis-kuis dan skor kuis siswa menentukan skor tim siswa.
2) Tim
Tim terdiri 4-6 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam
hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama
dari tim ini adalah untuk memastikan semua anggota tim benar-benar
belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggota
tim untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Tim adalah fitur yang
paling penting dalam STAD. Pada tiap poin STAD, yang ditekankan
adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan
tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggota
tim.
3) Kuis
Satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar
satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu
dalam mengerjakan kuis. Tiap siswa bertanggung jawab secara
individual untuk memahami materi yang dipelajari.
4) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan
kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila siswa
bekerja lebih giat dancommit to user kinerja yang lebih baik daripada
memberikan
sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa
yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha siswa yang
terbaik. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim siswa berdasarkan
tingkat skor kuis siswa (persentase yang benar) melampui skor awal
siswa.
5) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan penghargaan yang lain apabila skor rata-rata
tim mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan
untuk menentukan 20% dari peringkat tim. Tiga macam penghargaan
diberikan pada rekognisi tim. Ketiga penghargaan tersebut didasarkan
pada rata-rata skor tim, antara lain: tim baik, tim sangat baik, dan tim
super.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa metode pembelajaran STAD
mempunyai kelebihan antara lain: a) Melatih siswa untuk
mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang
lain dan membahasnya secara bersama di dalam tim atau kelompok
belajarnya, b) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar
yang terbuka dan demokratis, c) Siswa dapat meningkatkan hasil
belajarnya dengan adanya kerja sama antar semua unsur dalam kelas.

Selain kelebihan, dalam tipe pembelajaran STAD juga mempuyai


kelemahan antara lain: a) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang
sehingga siswa yang lain menjadi pasif. b) Apabila ada anggota tim dalam
kelompok yang tidak cocok dengan anggota tim kelompoknya, maka akan
mempengaruhi kerja sama tim dalam memahami materi, c) Selama diskusi
kelompok berlangsung ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang
dibahas meluas sehinggan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penelitian Norman (2005) dapat mempercepat prestasi akademis dan
memiliki pengaruh positif terhadap faktor-faktor non-akademis, sebagai berikut :

…., the result clearly support earlier research on cooperative learning


and STAD which found that it accelerates academic achievement as
well has having positive effects on important non-academic factors
such as motivation, liking of school and working with others in
cooperative learning groups.…., hasil yang jelas mendukung penelitian
awal tentang pembelajaran kooperatif dan STAD yang menemukan
bahwa hal ini mempercepat prestasi akademis serta memiliki pengaruh
positif terhadap faktor-faktor non-akademis seperti motivasi, kesukaan
terhadap sekolah dan bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok
belajar kooperatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

2. Kajian Media Pembelajaran


a. Pengertian Media Pembelajaran

Arsyad (2007: 3) Kata media berasal dari bahasa latin medius yang
secara harfiah berarti „tengah‟,‟perantara‟ atau „pengantar‟. Selanjutnya
ditegaskan oleh Purnawati dan Eldarni (2001: 4) yaitu ; “Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Konteks pembelajaran, Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono
dan Rahardjito (2005: 6) menyatakan “Media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Sementara itu
dalam buku yang sama terdapat bahwa “Media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Apapun batasan
yang diberikan, ada persamaan-persamaan diantaranya yaitu bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi
Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk
memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk
pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani
kebutuhan belajar siswa.
Menurut Azhar Arsyad (2007: 4) “Media pembelajaran adalah sebuah
alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Media
pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses
belajar mengajar. Menurut UU RI No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20:
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Penggunaan media dalam pembelajaran memang sangat disarankan,
tetapi dalam penggunaannya tidak semua media baik. Ada hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihancommit
media,to user lain tujuan pembelajaran, sasaran
antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu, biaya, ketersediaan sarana,


konteks penggunaan, dan mutu teknis. Penggunaan media yang tepat akan sangat
menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, penggunaan
media yang tidak tepat hanya akan menghambur-hamburkan biaya dan tenaga,
terlebih bagi ketercapaian tujuan pembelajaran akan jauh dari apa yang
diharapkan. Sebagai salah satu sarana pembelajaran, perguruan tinggi harus dapat
menyediakan media yang tepat untuk menunjang aktivitas akademik dalam
belajar agar tidak jenuh dalam menerima pembelajaran di kelas.
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan penggunaan media
pembelajaran, termasuk diantaranya teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi
informasi sebagai media pembelajaran dapat melalui pemanfaatan penggunaan
video sebagai media interaktif. Diharapkan dengan pemanfaatan media ini dapat
merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian peserta didik sedemikan rupa
sehingga proses pembelajaran dapat terjadi.
b. Manfaat Media dalam Kegiatan Pembelajaran
Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran
lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas
belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan
dimana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.
Manfaat di atas akan diperoleh mengingat terdapat keunggulan dari
sebuah video pembelajaran, yaitu :
1) Dapat digunakan berkali-kali sesuai kebutuhan. 2) Dapat menyajikan
objek secara detail. 3) Tidak memerlukan ruang yang gelap. 4)Dapat
diperlambat atau dipercepat. 5) Dapat untuk belajar secara klasikal,
kelompok, individual, atau mandiri. 6) Dapat menyajikan gambar
berwarna, bersuara, bergerak atau animasi. 7) Meningkatkan daya tarik
dan perhatian siswa

Kemp dan Dayton dalam Martinis Yamin (2007: 200-203)


mengidentifikasi tidak kurang dari delapan manfaat media dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan


2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
3) Proses belajar siswa menjadi interaktif
4) Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi
5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6) Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7) Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap
proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan dan
8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang
sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan
disampaikan kepada siswa secara seragam. Media dapat membantu guru
menghidupkan suasana kelasnya dan menghindar suasana monoton dan
membosankan, sehingga proses pembelajaran mejadi lebih menarik. Dengan
media, para guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya kelas yang
didominasi guru atau guru yang aktif, tetapi siswa juga lebih banyak berperan.
Sehingga, proses belajar siswa lebih interaktif. Dengan memanfaatkan media, guru
dapat menyampaikan materi pelajaran lebih cepat sehingga tidak memerlukan
waktu yang lama untuk menjelaskan materi.
Penggunaan media tidak hanya membuat proses belajar mengajar lebih
efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi pelajaran lebih mendalam
dan utuh, sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Media
pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar
dimana saja dan kapan saja. Dengan media, proses belajar mengajar menjadi lebih
menarik, sehingga siswa merespon materi pelajaran dengan baik dengan
demikian, kualitas pembelajaran juga meningkat. Penggunaan media oleh guru
dapat mengubah peran guru, sehingga peran guru tidak lagi sekedar “pengajar”,
tetapi juga konsultan, penasihat, atau manajer pembelajaran.

c. Jenis-jenis Media Pembelajaran


Jenis dan macam media yang digunakan dalam pembelajaran sangatlah
beragam disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut
Kemp & Dayton dalam Azhar Arsyad (2007: 37) mengelompokkan media ke dalam
delapan jenis, yaitu: commit to user
1) Media cetakan, 2) media pajang, 3) overhead transparacies, 4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

rekaman audiotape, 5) seri slide dan filmstrips, 6) penyajian multi-image,


7) rekaman video dan film hidup, dan 8) komputer.

Hamdani (2011: 250-254) Ada beberapa jenis media pembelajaran yang


bisa digunakan dalam proses pengajaran.
1) Media grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana halnya media lain,
media grafis berfungsi menyalurkan pesan dari sumber ke penerima
pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indra penglihatan. Pesan
yang disampaikan dituangkan ke dalam simbol–simbol komunikasi
visual.
Simbol–simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses
penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi tersebut,
secara khusus, grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide yang ditampilkan, mengilustrasikan atau
menghiasi fakta yang mungkin akan cepat diupayakan apabila tidak
digrafiskan. Selain sederhana dan mudah, media grafis termasuk
media yang relativ murah apabila dilihat dari segi biaya. Banyak jenis
media grafis, diantarany sebagai berikut:
1) Gambar atau foto
2) Teks
3) Sketsa
4) Diagram
5) Bagan (chart)
6) Grafik (graphs)
Media ini membantu siswa untuk berfokus pada materi karena
mereka cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas yang lain
yang menunutut konsentrasi. Media teks sangat cocok digunakan
sebagai media untuk memberikan motivasi. Akan tetapi, media teks di
dalam multimedia memerlukan tempat penyimpanan yang besar di
dalam komputer, serta memerlukan software dan hardware yang
spesifik agar suara dapat disampakan melaui komputer.
2) Audio
Media audio memudahkan dalam mengindentifikasi objek–objek
mengklasifikasikan objek, mampu menunjukan hubungan spasial sari
satu objek, membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret.
3) Animasi
Media animasi mampu menunjukan suatu proses abstrak sehingga
siswa dapat melihat pengaruh perubahan suatu variabel terhadap
proses tersebut. Media animasi menyediakan suatu tiruan yang apabila
dilakukan pada peralatan yang sesungguhnya terlalu mahal atau
berbahaya.
4) Grafik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Media grafik mampu menunjukkan objek dengan ide, menjelaskan


konsep yang sulit, menjelaskan konsep yang abstrak menjadi konkret,
menunjukkan dengan jelas suatu langkah prosedural
5) Video
Video sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku
atau psikomotor. Akan tetapi, video mungkin saja kehilangan detail
dalam pemaparan materi karena siswa harus mampu mengingat detail
dari scene ke scene. Umumnya, siswa menganggap bahwa belajar
melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks sehingga
mereka kurang terdorong untuk lebih aktif didalam berinteraksi
dengan materi. Video memaparkan keadaan real dari suatu proses,
fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan.
Video Pembelajaran adalah alat media yang dapat digunakan
dalam kelas sebagai sarana penyampaian materi pendidikan melalui
presentasi visual (gambar) dan audio (suara). Video pembelajaran
mengkombinasikan kekuatan video sebagai alat pembelajaran dan
interaktivitas antara pemirsa dan isi materi. Video pembelajaran
mendorong para pemirsa untuk berinteraksi dengan isi video sampai
tingkat tertentu melalui pertanyaan, jeda untuk diskusi, integrasi
dokumen pembelajaran (seperti file-file Word), dan teknik-teknik
multimedia seperti narasi audio dan teks – dengan ini meningkatkan
potensi pembelajaran dari video.

Penelitian ini menggunakan jenis media pembelajaran yang bisa


digunakan dalam proses pengajaran yaitu berupa Video Pembelajaran dengan
Model Tutorial. Video ini dibuat oleh saudara Yusuf Kurniadi Jamil. Video
Pembelajaran dengan Model Tutorial yang dapat membantu penyampaian materi
pada mata pelajaran AutoCad dan mendukung pembelajaran yang berlangsung.

3. Kajian Keaktifan

(Oemar Hamalik, 2003: 137) mengatakan, “Pada hakekatnya keaktifan


belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang
berbeda-beda tergantung pada jenis kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan
yang hendak dicapai”.
Menurut T. Raka Joni dalam A. Tabrani Rusyan, Atang Kusnidar dan
Zaenal Arifin (1989: 130) menjelaskan bahwa hakekat Cara Belajar Siswa Aktif
“menunjuk pada keaktifan mental, meskipun untuk maksud ini dalam banyak hal

commit
dipersyaratkan keterlibatan langsung to user
dalam berbagai keaktifan fisik”. Jadi, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

dimaksud dengan keaktifan belajar bukan berarti peserta didik dapat melakukan
kegiatan yang asal saja. Kegiatan siswa diorientasikan pada pembekalan
bagaimana belajar itu sebenarnya. Bila siswa dilatih menyelesaikan masalah, maka
mereka akan mampu mengambil keputusan karena telah memiliki keterampilan di
dalam mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti
kembali hasil belajar yang diperolehnya.
Keaktifan itu ada yang dapat diamati dan ada pula yang tidak dapat
diamati secara langsung, setiap dalam proses pembelajaran melalui asimilasi, dan
akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta
pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif
dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.
Menurut DR. Nana Sudjana (1991: 61) keaktifan para siswa dalam
kegiatan belajar dapat dilihat dalam hal :
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
b. Terlibat dalam pemecahan permasalahan
c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.

Menurut T. Raka Joni dalam A.Tabrani Rusyan (1989: 131-132)


indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Adanya prakarsa peserta didik dalam kegiatan belajar, yang ditunjukkan
melalui keberanian memberikan urunan pendapat tanpa secara eksplisit
diminta, misalnya di dalam diskusi-diskusi, atau cara kerja kegiatan
belajar, dan kesediaan mencari alat dan sumber
b. Keterlibatan mental peserta didik di dalam kegiatan-kegiatan belajar
yang tengah berlangsung ditunjukkan dengan pengikatan diri pada
tugas kegiatan, baik secara intelektual maupun secara emosional, yang
dapat di amati dalam bentuk terpusatnya perhatian serta pikiran siswa
kepada tugas yang dihadapi, serta komitmen untuk menyelesaikan
tugas tersebut dengan commit
sebaik-baiknya
to user secara tuntas.
c. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

d. Peserta didik belajar dengan pengalaman langsung (experimential


learning).
e. Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar-mengajar.
f. Kualitas interaksi belajar antar peserta didik, baik intelektual maupun
emosional.

4. Kajian Proses dan Hasil Belajar


a. Belajar

Pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli sangatlah bervariasi.


Hal tersebut antara lain dikarenakan latar belakang dan sudut pandang yang
berbeda-beda dari para ahli itu sendiri.
Menurut Muhibbin Syah (2005: 92) berpendapat bahwa “Belajar adalah
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif”.
Menurut E.R. Hilgard dalam Suradji (2008: 40) berpendapat bahwa
“Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan yang mungkin membuahkan atau
menghasilkan pola merubah pola kelakuan (yang telah dimiliki sebelumnya)”.
Menurut gage & berliner dalam hamdani (2011: 21) “belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman ”.
Menurut Sudjana dalam Erma Setya Utami (2010: 8) menyatakan bahwa
“Belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif (yaitu
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi),
ranah afektif (yaitu penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi)
serta ranah psikomotorik (yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual atau ketepatan, gerakan-gerakan skill dan gerakan
ekspresif dan interpretatif)”.
b. Proses Belajar
Istilah “proses belajar” menurut W.S. Winkel (2004) dapat diartikan
secara luas dan sempit. Dalam arti luas proses belajar adalah suatu aktivitas psikis
atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

commit
menghasilkan perubahan-perubahan to pengetahun–pemahaman,
dalam user ketrampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

dan nilai-sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas. Sedangkan dalam arti
sempit “proses belajar” menunjuk pada bentuk atau jenis belajar tertentu. Setiap
bentuk atau jenis belajar memiliki ciri-cirinya sendiri, yang membedakannya yaitu
dari bentuk atau jenis belajarnya.
Menurut Muhibbin Syah (2008: 113) menyatakan bahwa “Proses belajar
adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi
dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah
yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya”.
Proses belajar berlangsung didalam pembelajaran dan sejauh itu
merupakan kejadian internal. Setiap kejadian menjadi satu fase dalam suatu
rangkaian fase-fase yang bersama–sama membentuk proses belajar mengajar yang
berlangsung di dalam pembelajaran. Di samping itu kejadian–kejadian di luar
subyek (kejadian eksternal) dapat menunjang atau menghambat proses belajar
yang berlangsung di dalam subyek itu sendiri. Di dalam belajar di sekolah, faktor
lain berperan pula, yaitu penyaluran dan pengaturan terhadap kegiatan belajar
yang berlangsung melalui instruksi, yaitu penciptaan kondisi–kondisi eksternal
yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
Guru sebagai pengelola proses belajar mengambil sejumlah tindakan
instruksional yang harus didasarkan pada pengetahuan yang mendalam mengenai
peristiwa intern dan ekstern selama seseorang belajar. Rangkaian kejadian-
kajadian intern yang berlangsung, bila seseorang belajar, dapat dilukiskan sebagai
rangkaian fase-fase dalam proses belajar mengajar yang harus dilalui oleh siswa,
sebagaimana yang berlangsung di sekolah. Beberapa rangkaian fase proses belajar
yang di kemukakan W.S. Winkel (2004: 351-352) antara lain sebagai berikut :
1) Fase motivasi
Dengan memotivasikan diri, siswa akan membuka diri dan rela
berusaha mencapai tujuan belajarnya. Siswa sadar akan tujuan yang
harus dicapai dan bersedia melibatkan diri.
2) Fase konsentrasi
Siswa memperhatikan unsur-unsur yang relevan sehingga terbentuk
pola perceptual tertentu. Melalui konsentrasi, siswa memusatkan
perhatiannya pada materi pelajaran yang sedang dihadapinya
3) Fase mengolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

Siswa menyimpan informasi dalam STM (short – term memory) dan


mengolah informasi untuk diambil maknanya (dibuat berarti).
4) Fase menyimpan
Siswa menyimpan informasi yang telah diolah dalam LTM (long–term
memory). Informasi dimasukan kedalam ingatan. Hasil belajar sudah
diperoleh, sebagian atau keseluruhan.
5) Fase menggali (1)
Siswa menggali informasi yang tersimpan dalam ingatan dan
memasukannya kembali kedalam STM (working memory). Informasi
ini dikaitkan dengan informasi baru atau dikaitkan dengan sesuatu
diluar lingkup bidang studi yang bersangkutan dan dimasukan kembali
ke dalam LTM.
Fase menggali (2)
Siswa menggali informasi yang tersimpan dalam LTM dan
mempersiapkannya sebagai masukan bagi fase prestasi yang langsung
atau melalui STM.
6) Fase prestasi
Informasi yang telah tergali digunakan untuk memberikan prestasi
yang menampakan hasil belajar. Saat prestasi itu diberikan dapat
berbeda – beda yaitu pada akhir proses belajar yang sedang
berlangsung sebagai bukti bahwa proses belajar telah mencapai
sasarannya, atau beberapa waktu kemudian dalam rangka ulangan
yang meliputi sejumlah unit materi pelajaran.
7) Fase umpan balik
Siswa mendapat informasi sejauh mana prestasinya sudah tepat, baik
melaui observasi sendiri terhadap dari efek prestasinya atau melalui
guru. Umpan balik ini bertujuan untuk membenarkan motivasi siswa
yang pada awal proses belajar telah menimbulkan minat dn usaha
untuk belajar.

c. Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar
menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa
sebagai makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pengajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

sehingga proses belajar mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai
suatu tujuan pengajaran.
Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian
hasil belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa, baik hasil
belajar/nilai, peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah
perubahan tingkah laku atau kedewasaannya.
Leo Sutrisno (2008: 25) mengemukakan ”hasil belajar merupakan
gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan
yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban
benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”.
Suyono (2009: 8) menyatakan ”hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian
hasil menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang
mengakibatnya berubahnya input secara fungsional”.
Horward Kysley dalam Sudjana (1991: 22) membagi tiga macam hasil
belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar
dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum,
sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a)
informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d)
sikap, dan (e) keterampilan motoris.

Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan


kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek
pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek, yakni penerimaan jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
commit to user
internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretative.
Di bawah ini akan dijabarkan lebih lanjut mengenai hasil belajar siswa
berdasarkan pendapat Bloom pada kawasan kognitif, afektif dan psikomotor
melalui pendapat beberapa ahli pendidikan.

1) Hasil Belajar Ranah Kognitif


Hasil belajar kognitif berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar. Bloom dkk. (W.S.Winkel, 2005: 273) membagi aspek ini menjadi 6
tahap, yaitu :
a) Pengetahuan (knowledge)
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan . Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan arsip,
serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam
ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat
( recall ) atau mengenal kembali ( recognition ).
b) Pemahaman (comprehension)
Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan; mengubah yang disajikan
dalam bentuk tertentu kebentuk yang lain, seperti rumus matematika
kedalam bentuk kata-kata; membuat perkiraan tentang kecenderungan
yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.
c) Penerapan (application)
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode
bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Adanya
kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan
yang belum dihadapi aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan
problem baru. Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang dikatakan menguasai kemampuan ini jika ia dapat memberi
contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan,
menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama.
d) Penguraian (analysis)
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-
bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat
dipahami dengan baik.commit
Menentukan
to userbagian-bagian dari suatu masalah
dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang


menyokong suatu pernyataan.
e) Memadukan (synthesis)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola
baru. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupakan ciri
kemampuan ini.
f) Penilaian (evaluation)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai
sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Mempertimbangkan,
menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk, atau
bermanfaat-tak bermanfaat berdasarkan kriteria tertentu, baik
kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran yang
digunakan, yaitu :
- Pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang dilakukan dengan
memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis
unsur-unsur yang ada di dalam objek yang diamati.
- Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal; yang dilakukan
berdasarkan kriteria-kriteria yang bersumber di luar objek yang
diamati.
Pada penelitian ini, untuk mengukur hasil belajar siswa hanya digunakan
tiga tahap pada aspek kognitif yaitu tahap pengetahuan, pemahaman, dan
penerapan. Pengukuran hasil belajar kognitif menggunakan tes tertulis pada tiap
siklus.
2) Hasil Belajar Ranah Afektif
Aspek afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sikap hati yang
menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu, apresiasi
(penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tujuan pengajaran yang
diarahkan pada kawasan afektif ini berorientasi pada faktor-faktor emosional,
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral, dan sebagainya.
Kratwohl (W.S.Winkel, 2005 : 276) membagi aspek afektif menjadi 5
tahap, yaitu:

a) Penerimaan (Receiving)
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesedian
untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau
penjelasan yang diberikan oleh guru. Kemauan menerima merupakan
keinginan untuk memerhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu,
seperti keinginan membaca buku,
commit to user mendengar musik atau bergaul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

dengan orang yang mempunyai ras berbeda. Gulo (2002 : 66) merinci
penerimaan ini dalam tiga tahap :
(1)Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu kesiapan untuk
berinteraksi dengan stimulus yang ditandai dengan kehadiran dan
usaha untuk memberi perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
(2)Kemauan untuk menerima (willingness to receives), yaitu usaha
untuk mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
(3)Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention) pada
bagian tertentu dari stimulus yang diperhatikan.
b) Partisipasi (Responding)
Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Partisipasi atau penanggapan
merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam
kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur, mentaati
peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas di
laboratorium atau menolong orang lain. Proses ini menurut Gulo
(2002: 67) terdiri dari tiga tahap, yaitu:
(1)Kesiapan menanggapi (acquiescence of responding)
(2)Kemauan menanggapi (willingness to respond) yaitu usaha untuk
melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan.
(3)Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan
keinginan mengetahui.
c) Penilaian (Valuing)
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Penilaian adalah suatu
sikap yang berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu
pada diri individu, seperti menunjukkan kepercayaan terhadap
sesuatu, kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial
(Hamzah, dkk, 2001: 9). Dalam Gulo (2002: 6), penilaian terbagi atas
empat tahap yaitu:
(1)Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha
memuaskan diri untuk menanggapi secara lebih intensif.
(2)Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value)
yang dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat
memuaskan perilaku menikmati.
(3)Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-
alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman.
d) Pengorganisasian (Organization)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Pengorganisasian
berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang
berbeda-beda berdasarkan suatu sistem nilai yang lebih tinggi, seperti
menyadari pentingnya keselarasan
commit to user antara hak dan kewajiban,
bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan, memahami dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, atau menyadari


peranan perencanaan dalam memecahkan suatu permasalahan.
Proses pengorganisasian terjadi dalam dua tahapan:
(1)Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya
orang lain, atau menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu
moral atau kebiasaan.
(2)Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai
dalam suatu sistem nilai berdasar tingkat preferensinya (Gulo,
2002: 68).
e) Pembentukan Pola Hidup (Characterization)
Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan
nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. Pembentukan pola
hidup atau karakterisasi merupakan tingkatan afeksi yang tertinggi. Pada
taraf ini, individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan
perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti
bersikap objektif terhadap segala hal.
Menurut Gulo (2002: 69), proses karakterisasi terdiri atas dua tahap,
yaitu:
(1)Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari
suatu sudut pandang tertentu.
(2)Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang
memberi corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan.
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat,
konsep diri, nilai, dan moral.
a) Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau
tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati
dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,
tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian
sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Anonim (2008: 4)
berpendapat bahwa “Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau
orang”. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau
commit to user
terhadap mata pelajaran. Perubahan sikap yang baik merupakan salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk


itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar
peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi
lebih positif.
b) Minat
Menurut Getzel (1966) dalam Anonim (2008: 4) berpendapat bahwa
“Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman,
dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian”.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583) dalam Anonim
(2008: 4), minat atau keinginan adalah “Kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu”. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat
termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Salah satu tujuan
penilaian minat adalah untuk mengetahui minat peserta didik sehingga mudah
untuk pengarahan dalam pembelajaran dan pertimbangan penjurusan serta
pelayanan individual peserta didik,
c) Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas
konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri
biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa
positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah
kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk
menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.
Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi
belajar peserta didik dengan tepat.
d) Nilai
Menurut Rokeach (1968) dalam Anonim (2008: 5) berpendapat bahwa
“Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku
commit toburuk”.
yang dianggap baik dan yang dianggap user Selanjutnya dijelaskan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik
atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung
menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah
nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan
tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7) dalam
Anonim (2008: 5), yaitu “Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang
dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan”.
Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan
ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh
karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan
menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk
memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap
masyarakat.
e) Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan
orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya
menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik
maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang,
yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan
dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Kawasan afektif yang hendak diperbaiki pada penelitian tindakan kelas ini,
mencakup tiga aspek yaitu penerimaan, partisipasi dan penilaian serta mencakup
dua karakteristik yaitu sikap dan minat, Tiap aspek akan diperinci melalui
indikator kata kerja operasionalnya masing-masing aspek pada lembar observasi
proses pembelajaran di kelas dan hasil belajar siswa.

3) Hasil Belajar Psikomotor


Kawasan ini berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan
fungsi sistem syaraf dan otot dan fungsi psikis. Oleh Simpson (W.S.Winkel,

commit
2004:278) aspek ini diklasifikasikan to user
menjadi tujuh hal, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

a) Persepsi/perception
b) Kesiapan/set
c) Gerakan Terbimbing/guided response
d) Gerakan Terbiasa/mechanical response
e) Gerakan Kompleks/complex response
f) Penyesuaian Pola Gerakan/adjustment
g) Kreatifitas/creativity.

W. Gulo (2002: 69-70), dikemukakan bahwa persepsi merupakan


taksonomi yang pada umumnya tampak pada semua kawasan, baik kognitif
maupun afektif. Taksonomi Gerakan Terbimbing/guided response dapat diartikan
pula sebagai peniruan. Pada taksonomi Gerakan Terbiasa/mechanical response
dan Gerakan Kompleks/complex response dapat digabung menjadi satu taksonomi
yaitu membiasakan atau memahirkan. Adapun taksonomi Penyesuaian Pola
Gerakan/adjustment, di dalamnya mencakup penyesuaian dengan kondisi
setempat, dengan kata lain dinamakan taksonomi adaptasi, sedangkan kreatifitas
mencakup kemampuan melahirkan atau menciptakan gerak-gerik baru sehingga
dapat disebut juga taksonomi menciptakan (organition). Dengan demikian, pada
aspek psikomotorik dapat disederhanakan menjadi lima tahap, yaitu :
a) Kesiapan/set
b) Peniruan/imitation
c) Membiasakan/habitual
d) Menyesuaikan/adaptation
e) Menciptakan/organitation
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
a) Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang
keterampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan
kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan situasi,
menjawab pertanyaan.
b) Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang
diamatinya walaupun belum mengerti makna dari keterampilan itu.
c) Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa
commit
harus melihat contoh, sekalipun to user
ia belum dapat mengubah polanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

d) Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk


disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu
dilaksanakan.
e) Menciptakan (origination) yaitu di mana seseorang sudah mampu
menciptakan sendiri suatu karya.

Penelitian ini digunakan pendapat Simpson untuk mengukur hasil belajar


peserta didik pada ranah psikomotorik, yaitu persepsi/perception, kesipan/set,
gerakan terbimbing/guided response, gerakan terbiasa/mechanical response, dan
gerakan kompleks/complex response. Tiap aspek akan dijabarkan melalui
indikator kata kerja operasionalnya masing-masing pada lembar observasi proses
pembelajaran di kelas dan hasil belajar siswa.

5. Kajian Tentang Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses


menentukan nilai atau objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu
objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria sebagai dasar untuk membandingkan
antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria atau apa harusnya.
Menurut Sudjana (1991: 3) menyebutkan bahwa “Penilaian hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil–hasil belajar yang dicapai siswa
dengan kriteria tertentu”. Sudjana juga menyebutkan bahwa “Penilaian proses
belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan siswa dan guru dalam mencapai tujuan pengajaran”.
Penilaian terhadap hasil belajar lebih ditekankan pada derajat penguasaan
tujuan pengajaran oleh para siswa. Sedangkan proses belajar–mengajar lebih
ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar–mengajar itu
sendiri, terutama efisien dan keefektifan pencapaian tujuan pengajaran,
keefektifan dan relevansi bahan pengajaran, produktivitas kegiatan belajar-
mengajar, keefektifan sumber dan sarana pengajaran, serta keefektifan penilaian
hasil dan proses belajar. Efisiensi berkenaan dengan pengorbanan yang relative
kecil untuk memperoleh hasil yang optimal.
commit Keefktifan berkenaan dengan jalan,
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

upaya, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat.
Relevansi berkenaan dengan penyesuaian antara apa yang dilaksanakan dengan
apa yang seharusnya dilaksanakan. Produktivitas berkenaan dengan pencapaian
hasil, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Penilaian proses dan hasil belajar (Sudjana, 1991:7) dapat digunakan
beberapa cara. Cara pertama yakni menggunakan sistem huruf, yakni A, B, C, D
dan G (gagal) dengan ukuran yang digunakan adalah A paling tinggi, B baik, C
sedang atau cukup dan D kurang. Cara kedua ialah dengan sistem angka yang
menggunakan beberapa standar. Dalam standar empat, angka 4 setara dengan A,
angka 3 setara dengan B, angka 2 setara dengan C, angka 1 setara dengan D.
Sistem penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan ke dalam dua
cara atau sistem, yakni penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan
patokan(PAP). Dalam penelitian ini menggunakan penilaian PAP karena lebih
mudah dalam menentukan kriteria keberhasilan siswa. Penilaian acuan patokan
(PAP) adalah penilaian yang diacukan kepada tujuan instruksional yang harus
dikuasai oleh siswa. Sistem penilaian ini mengacu kepada konsep belajar tuntas
atau masteri learning.
Perhitungan nilai dan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah:

a. Menyajikan tabel
b. Menghitung rerata
c. Menghitung nilai
d. Membuat keputusan

6. Kajian Tentang Efektivitas Pembelajaran

Menurut Hidayat (1986) dalam Ibnu Mukhlisin (2009) mengemukakan


bahwa “ Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase
target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif
yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai
kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga
bahwa efektifitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan,
dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil
yang dicapai. Jadi, efektifitas pembelajaran yang dimaksud adalah segala kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang berkaitan dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam proses pembelajaran.
Efektivitas pada penelitian ini dipandang sebagai goal attainment/ goal
optimization atau pencapaian sasaran dari upaya bersama untuk mencapai tujuan
dari proses pembelajaran yang telah ditetapkan. Derajat pencapaian sasaran
menunjukkan derajat efektivitas. Suatu program dikatakan efektif jika tujuan akhir
program tercapai. Dengan kata lain, pencapaian tujuan merupakan indikator utama
dalam menilai efektivitas. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan akhir dalam
proses pembelajaran diperlukan adanya kerja sama dan partisipasi total antara
siswa dan guru.
Kesiapan guru dalam penguasaan bidang keilmuan yang menjadi
kewenangannya, merupakan modal dasar bagi terlaksananya pembelajaran yang
efektif. Guru yang profesional dituntut untuk memiliki persiapan dan penguasaan
yang cukup memadai, baik dalam bidang keilmuan maupun dalam merancang
program pembelajaran yang disajikan. Apabila pembelajaran dirancang untuk
mencapai suatu tujuan belajar tertentu (a specific learning objective), maka
pembelajaran akan lebih berhasil atau lebih efektif dalam mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Jadi pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila dapat
memfasilitasi peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan
melalui penyajian informasi dan aktivitas yang dirancang untuk membantu
memudahkan siswa dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang
diharapkan. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran dinilai dari penilaian
hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik seperti yang dilakukan pada
penelitian joni (2011: 30) dan ervika (2011: 9).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

7. Kajian Tentang Mata pelajaran Auto Cad

Mata pelajaran Auto Cad dasar semester 4 SMK Negeri 5 Surakarta


bertujuan untuk menyiapkan siswa dapat mengenal, menguasai, dan
mengoperasikan progam autocad dengan mahir. Disamping itu siswa dituntut
dapat menggambar tehnik dengan progam Auto Cad yang sekarang ini sudah
tidak asing lagi dalam proses menggambar bangunan. Sehingga guru dituntut
mampu menyampaikan materi pelajaran dan memberikan proses belajar yang
tepat bagi siswa.
Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran tambahan yaitu muatan
lokal program produktif sehingga untuk kelancaran penggunaan progam ini ,harus
memaksimalkan daya tangkap mahasiswa terhadap materi Pelaksanaan
pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad dasar. Untuk
memperoleh hasil tersebut, maka salah satu alternatif adalah pemaksimalan media
pembelajaran menggunakan video learning dengan metode tutorial.
Dalam video pembelajaran pada pelaksanaan pembelajaran muatan lokal
program produktif yaitu Auto Cad dasar, kompetensi dasar (KD) yang akan di
tampilkan dapat dilihat dalam tabel 2.2:

Tabel 2.2 Silabus Mata Pelajaran auto cad SMK N 5 Surakarta

Kompetensi
Mata Pelajaran Indikator
Dasar
Muatan lokal program Menggambar 1. Perancangan Denah
produktif Auto Cad Bangunan 2. Menggambar denah
dasar Gedung bangunan.
Sumber : Silabus SMK Negeri 5 Surakarta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

B. Penelitian Relevan

Adapun hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah


sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan Joni Martadi, 2011, yang berjudul „’penerapan
metode student team achievement division (stad) dengan menggunakan
lks word square sebagai upaya meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran ilmu bahan bangunan di kelas x teknik
konstruksi kayu (tkk) smk negeri 2 surakarta’’
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode
Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan LKS
Word Square dapat memperbaiki atau meningkatkan : (1) Hasil belajar
dengan ketuntasan belajar yang diperoleh dari nilai kompetensi siswa
(prasiklus 17,65%, siklus I 35,29% dan siklus II 82,35%); (2) Efektivitas
pembelajaran dengan adanya peningkatan dari setiap siklus baik dari ranah
afektif maupun psikomotorik. Efektivitas pembelajaran ranah afektif siswa
prasiklus sebesar 63,81%, siklus I 70,50%, dan siklus II 81,54%. Efektivitas
pembelajaran ranah psikomotorik siswa prasiklus 60,93%, siklus I 69,12%
dan siklus II 79,50%.

2. Penelitian yang dilakukan Arifah Rahmawati, 2010, yang berjudul “metode


pembelajaran student teams-achievement divisions (stad) disertai
macromedia flash dalam upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep
biologi siswa sma negeri 3 surakarta tahun ajaran 2008/ 2009”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode
pembelajaran Student Team Achivement Divisions (STAD) disertai
macromedia flash dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
khususnya pada penguasaan konsep Biologi.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan
persentase ketercapaian setiap indikator penguasaan konsep siswa dari tes
kognitif, observasi maupuncommit
hasil toangket.
user Persentase rata-rata capaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

setiap tes kognitif pra siklus sebesar 75% dan pada siklus akhir 100%.
Persentase rata-rata capaian setiap konsep siswa untuk pra siklus sebesar
75,8% dan meningkat pada akhir siklus II menjadi sebesar 87,5%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
penguasaan konsep siswa melalui metode pembelajaran Student Teams-
Achivement Divisions (STAD) disertai macromedia flash

3. Penelitian yang dilakukan Yusuf Kurniadi Jamil,2011, yang berjudul


“Perancangan Media Pembelajaran Cad Kompetensi Dasar
Menggambar Bangunan Gedung”. Skripsi. 2012. Surakarta : Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Hasil penelitian ini menunjukkan terciptanya produk media pembelajaran
berupa Video Pembelajaran dengan Model Tutorial yang dapat membantu
penyampaian materi pada mata pelajaran Auto Cad dan mendukung
pembelajaran yang berlangsung. Video pembelajaran juga dapat menjadi
media ajar baru yang efisien, efektif dan tepat, sehingga model
pengembangan pembelajaran dengan video pembelajaran ini kedepannya
dapat direkomendasikan sebagai inovasi baru dalam pelajaran.
Penelitian ini menyarankan untuk diadakannya penelitian penerapan
media pembelajaran berupa Video Pembelajaran dengan Model Tutorial
pada model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Sehingga
penelitian ini merupakan kelanjutan yang relevan dari penelitian yang
dilakukan Yusuf Kurniadi Jamil.

C. Kerangka Berfikir

Peningkatan penguasaan materi oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa


faktor, faktor tersebut antara lain adalah input (masukan), dan faktor proses.
Apabila input bagus dan proses kurang mendukung, maka hasil akhir (output)
belum tentu maksimal, sehingga dalam hal ini proses pembelajaran menjadi hal
commit
yang sangat penting untuk menentukan to user
keberhasilan dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti pada mata pelajaran


muatan lokal program produkif yaitu Auto Cad SMK Negeri 5 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012, menunjukan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan
kurang bervariasi. Guru kurang bisa merancang pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa kurang
berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menemukan
sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan siswa. Selain itu, jumlah siswa
yang aktif dalam proses pembelajaran kurang optimal. Akibatnya interaksi guru
dan siswa hanya berlangsung satu arah, sehingga suasana pembelajaran menjadi
membosankan. Keadaan yang seperti ini akan membentuk sikap siswa yang pasif
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan potensi yang ada pada diri siswa
kurang terlihat, sehingga siswa tidak dapat mengoptimalkan kemampuannya. Hal
ini dapat mempengaruhi proses pembelajaran yang pada akhirnya akan berdampak
pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan atau belum tuntas.
Rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran muatan lokal
program produkif yaitu Auto Cad dapat disebabkan oleh rendahnya motivasi
belajar siswa yang disebabkan kurang bervariasinya metode dan media
pembelajaran yang digunakan selama ini. Metode dan media pembelajaran yang
tepat dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada
gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar.
Berkaitan dengan itu maka dalam proses belajar mengajar pada mata
pelajaran muatan lokal program produkif yaitu Autocad di SMK Negeri 5
Surakarta tahun ajaran 2011/2012 diperlukan metode dan media pembelajaran
yang sesuai, salah satunya yakni menggunakan metode Student Teams
Achievement Division (STAD) disertai media pembelajaran Auto Cad yang
diharapkan nanti dapat mendorong siswa untuk aktif dan berpikir kritis dalam
belajar, dan menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata.
Proses pembelajaran menggunakan tipe STAD disertai media
pembelajaran Auto Cad, siswa diarahkan untuk bekerjasama, saling membantu
memecahkan masalah, berdiskusi, menilai kemampuan pengetahuan sendiri dan
mengisi kekurangan anggota commit to user dalam suasana belajar yang
kelompoknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

menyenangkan selama proses pembelajaran, sehingga dapat dipastikan bahwa


setiap anggota kelompok telah menguasai materi yang diajarkan. Dengan
penerapan tipe STAD disertai media pembelajaran ini maka dapat menghasilkan
pembelajaran yang efektif dan pembelajaran yang berkualitas. Dikatakan
berkualitas karena bisa meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran muatan
lokal program produkif yaitu Auto Cad SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran
2011/2012. Sebagai target yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka disusun
skema kerangka berpikir seperti pada gambar 2.1.

Proses Pembelajaran Kurang


Berkualitas

Pemahaman Keaktifan
materi masih siswa rendah
rendah

Hasil belajar belum tuntas


Efektivitas pembelajaran belum tercapai

Penerapan metode STAD disertai


media pembelajaran Auto Cad

Hasil belajar
meningkat dan
efektivitas
pembelajaran tercapai

Proses Pembelajaran
Berkualitas

commit to user
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis


sebagai berikut :
1. Melalui penggunaan media pembelajaran AutoCad dengan model
pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKK SMK N 5 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran Aotocad

2. Dengan penggunaan media pembelajaran autocad dengan model


pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD), maka
pelaksanaan pembelajaran siswa kelas XI TKK SMK N 5 Surakarta pada
mata pelajaran Auto Cad dapat berjalan dengan efektif, sehingga efektifitas
pembelajaran dapat tercapai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Surakarta
yang beralamat di JL. LU.Adisucipto No.42 Telp. 0271-713916 Surakarta, Kode
Pos 57143. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan di
lokasi tersebut terdapat permasalahan pada proses pembelajaran mata pelajaran
Autocad. Berdasarkan observasi awal dengan tes kemampuan awal diperoleh hasil
belajar yang masih rendah, partisipasi dan interaksi siswa dengan guru masih
kurang, serta siswa cenderung lebih pasif.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan April 2012 – Mei 2012.


Adapun perinciannya sebagai berikut:

commit to user

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43
Bulan
Kegiatan penelitian J
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Ags

1. Persiapan penelitian

a. Koordinasi penelitian dengan


kepala sekolah dan guru
b. Diskusi dengan guru untuk
mengidentifikasi masalah
pembelajaran dan merancang
tindakan
c. Menyusun proposal penelitian
d. Menyiapkan perangkap
pembelajaran dan instrument
penelitian (lembar observasi)
e. Mengadakan simulasi
pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
a. Siklus I
- Perencanaan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
- Refleksi
b. Siklus II
- Perencanaan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
- Refleksi
3. Analisis data dan pelaporan
a. Analisis data
b. Menyusun laporan skripsi
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan dan pengumpulan
laporan

Gambar 3.1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKK SMK Negeri 5
Surakarta Tahun Pelajaran 2011 / 2012 yang berjumlah 23 siswa.

C. Data dan Sumber Data


1. Data Penelitian

Data dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, tes, catatan
lapangan dokumentasi dan observasi siswa yang berpedoman pada lembar
pengamatan untuk aspek afektif, psikomotorik, serta aspek kognitif yang berupa
hasil belajar siswa

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :


a. Sumber Data Primer
1) Guru mata pelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad
kelas XI Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 5 Surakarta
2) Siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 5 Surakarta Tahun
Ajaran 2011/2012
b. Data Sekunder
1) Bidang kurikulum SMK Negeri 5 Surakarta
2) Guru mata pelajaran muatan lokal program produktif yaitu autocad kelas
XI Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 5 Surakarta

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yakni


sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

1. Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)


Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) disusun dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipelajari siswa dan mengacu pada
langkah-langkah pelaksanaan metode STAD dengan menggunakan media
pembelajaran Auto Cad

2. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara yang berupa data verbal yang
dikehendaki . Dalam penelitian ini yang diwawancarai oleh peneliti adalah guru
dan siswa. Pedoman wawancara ini bisa mengenai pembelajaran yang telah
dilaksanakan, kendala-kendala yang dihadapi, kemampuan siswa, penyebab
kesulitan, dan lain sebagainya.

3. Arsip atau Dokumen


Arsip atau dokumen merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan
suatu peristiwa atau aktivitas tertentu sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber data dalam penelitian. Arsip atau dokumen yang digunakan untuk
memperoleh informasi antara lain adalah data sekolah (profil sekolah, kurikulum,
sistem pembelajaran) data siswa (nama siswa, nilai kompetensi siswa, keaktifan)
serta catatan-catatan lain, baik dari guru yang berkaitan maupun pihak sekolah,
yang mendukung dalam penelitian.

4. Lembar Observasi
Lembar Observasi digunakan untuk menilai hasil belajar efektivitas
pembelajaran siswa pada ranah afektif dan psikomotorik. Tujuan tindakan
observasi adalah untuk memperoleh data perilaku siswa sehingga didapatkan hasil
perubahan perilaku siswa dalam memperbaiki pembelajaran. Peneliti mengisi
lembar observasi tiap ranah yang telah dijabarkan dalam indikator-indikator dari
kata kerja operasional masing-masing aspek dengan cara membubuhkan skor
commit topada
sesuai dengan skala sikap yang digunakan, user butir indikator yang dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

pada aktivitas siswa berdasarkan data observasi lapangan selama pembelajaran


berlangsung.
Kisi-kisi penilaian ranah afektif dan psikomotorik mengacu pada Winkel
(2004: 282-285) yang terdiri dari penerimaan (receiving), partisipasi (responding)
dan penilaian atau penentuan sikap (valuing) untuk ranah psikomotorik serta
persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response),
gerakan yang terbiasa (mechanical response), gerakan yang kompleks (complex
response), untuk ranah psikomotorik. (lembar observasi ranah afektif, psikomotor
dan efektivitas pembelajaran lihat Lampiran 24 dan 29).
Skor penilaian lembar observasi ranah afektif dan psikomotorik
berdasarkan Sudjana (2002: 78) bisa dilihat pada tabel 3.1:

Tabel 3.1. Teknik Penilaian Observasi Ranah Afektif dan Psikomotorik


Pernyataan Baik Sekali Baik Cukup Kurang
Pernyataan positif 4 3 2 1
Pernyataan negatif 1 2 3 4
(sumber Sudjana, 2002:78)

5. Tes Hasil Belajar

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa untuk


aspek kognitif pada tahap pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Tes yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan penguasaan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran muatan lokal
program produktif yaitu Auto Cad. Tes kognitif yang dilakukan adalah tes
kemampuan awal, tes pasca siklus I, dan tes pasca siklus II. Dalam penelitian ini
menggunakan penilaianacuan patokan (PAP) karena lebih mudah dalam
menentukan kriteria keberhasilan siswa. Kisi-kisi tes kognitif mengacu pada
winkel (2010: 280) yang terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, dan
penerapan. (dapat dilihat pada Lampiran 14, 15, 16)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada kualitatif ini melalui: wawancara,
observasi, kajian arsip atau dokumen dan tes siswa.

1. Wawancara

Wawancara ini dilakukan secara tidak formal dan digunakan sebagai data
pendukung dengan menggunakan jenis wawancara terbuka. Wawancara dilakukan
oleh peneliti terhadap guru dan siswa pada pra siklus dan pasca siklus.
Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran seperti sistem kegiatan belajar
mengajar, kendala yang dihadapi dalam pembelajaran dan efektivitas penerapan
metode STAD dengan menggunakan media pembelajaran Auto Cad dalam
pembelajaran pada mata pelajaran Auto Cad.

2. Observasi

S. Arikunto (1998 : 28) dalam Sintani Fahmi (2011: 38) menjelaskan


bahwa metode observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis untuk mendapat gambaran
secara langsung kegiatan yang di lapangan. Observasi dilaksanakan untuk
mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa dan untuk
mengamati pelaksanaan serta efektivitas pembelajaran di kelas XI TKK pada mata
pelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad. Data observasi
dituangkan dalam bentuk lembar observasi tertulis yang memuat skala sikap.

3. Kajian Dokumen

Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan


dalam proses pembelajaran, antara lain: silabus pembelajaran, bahan ajar, presensi
siswa, hasil diskusi kelompok pada setiap siklus dan dokumen lain yang
mendukung penelitian. Metode dokumentasi dilaksanakan berdasar dari pendapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

S. Arikunto (2006 : 158) yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan lain sebagainya.

4. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah


dilakukan terhadap tingkat pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep pada
mata pelajaran Auto Cad. Tes dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu: tes kemampuan
awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, tes pasca siklus I untuk
mengetahui penguasaan pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program
produktif yaitu Auto Cad, dan tes pasca siklus II untuk mengetahui pencapaian
konsep materi yang belum tuntas secara keseluruhan.

F. Uji Validitas Data


Teknik pengembangan validitas data yang paling umum digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi data
digunakan untuk menjaga validitas data. Menurut H.B. Sutopo (2006: 92) pada
dasarnya teknik trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir
fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan
yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dari beberapa cara
pandang itu akan bisa dipertimbangkan fenomena yang muncul, perbedaan dan
persamaannya, mengapa terjadi demikian, serta selanjutnya bisa ditarik
kesimpulan yang lebih lengkap. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah trianggulasi data (sumber).
Teknik trianggulasi sumber menurut Patton (H.B. Sutopo, 2006: 93) juga
disebut sebagai trianggulasi data. Cara ini megarahkan peneliti untuk
mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berbeda untuk mencari informasi
yang sama. Teknik trianggulasi sumber dapat pula dilakukan dengan menggali
informasi dari sumber – sumber data yang berbeda jenisnya, misalnya dokumen,
arsip, hasil wawancara, dan hasil observasi. Untuk lebih jelasnya, proses
commit
trianggulasi data (sumber) dapat dilihat to user
pada gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

Wawancara Informan guru, siswa

Data Content Dokumen/ Data sekolah, data


Analysis Arsip siswa, catatan,dll.

Observasi Aktifitas Kegiatan di kelas

Gambar 3.2. Skema Trianggulasi Data


(Sumber: H.B Sutopo, 2006: 94)

G. Analisis Data
Penelitian tindakan kelas ini, analisis data yang dilakukan yakni secara
diskriptif kualitatif. Analisis diskriptif kualitatif dilakukan dengan analisis
interaktif, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi yang dilakukan dengan cara interaksi baik antara
komponen, dari proses pengumpulan data sebagai siklus. Proses analisis data ini
berdasarkan pendapat Miles dan Huberman dalam Sutopo (2006: 119-120) yang
mencakup tiga komponen utama, yaitu: reduksi, penyajian, dan penarikan
kesimpulan.

Pengumpulan
Data

Reduksi Sajian Data

Penarikan
Kesimpulan

commit to user
Gambar 3.3. Model Analisis Interaktif
(Sumber : H.B. Sutopo, 2006: 120)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan


penyederhanaan dari data lapangan (field note) yang berlangsung sepanjang
kegiatan pelaksanaan penelitian. Penyajian data merupakan pemaparan atas semua
data yang telah di seleksi dan di reduksi yang dirangkai secara urut dan sistematis.
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat
keteraturan, dan penggolongan data.

H. Indikator Kinerja Penelitian


Indikator keberhasilan proses dan hasil belajar, serta efektivitas
pembelajaran pada penelitian ini tercermin dengan adanya peningkatan hasil
belajar dari penerapan metode STAD dengan menggunakan media pembelajaran
Autocad dan peningkatan hasil belajar siswa setiap siklusnya berupa kenaikan
jumlah siswa yang tuntas belajar baik dari aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotoriknya. Indikator keberhasilan tersebut dilihat pada tabel 3.2 :

Tabel 3.2. Indikator kinerja penelitian


Aspek Yang Presentase Siswa
Cara Mengukur
Diukur Yang Ditargetkan
Ranah kognitif Diukur dari Ketuntasan hasil belajar
siswa mencapai rata-rata kelas 75%
75%
dihitung dari jumlah siswa yang
mendapatkan nilai ≥75
Ranah afektif Diamati dari sikap dan minat dengan
rata-rata kelas 75% dihitung dari
75%
jumlah siswa yang mendapatkan nilai
≥75
Ranah psikomotor Diamati kegiatan yang di lakukan
siswa dengan rata-rata kelas 75%
75%
dihitung dari jumlah siswa yang
commit tomendapatkan
user nilai ≥75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

Tolok ukur keberhasilan proses dan hasil belajar serta efektivitas


pembelajaran ini ditetapkan dengan skor 75 berdasarkan ketetapan sekolah untuk
tahun ajaran 2011/2012.

I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menerapkan metode penelitian tindakan kelas model Kurt
Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang
diperkenalkan pada tahun 1946, dan merupakan acuan pokok atau dasar dari
berbagai model PTK yang lain.
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
penelitian dari awal sampai akhir. Ada empat tahapan penting dalam penelitian
tindakan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat
tahap dalam penelitian adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu
putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Model kurt lewin
dapat digambarkan sebagai berikut :

2. Acting

3. Observing
1.Planing

4. Reflecting

Gambar 3.4. Model Kurt Lewin

Langkah-langkah operasional penelitian untuk tiap siklus meliputi tahap


persiapan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap refleksi dan
tahap tindak lanjut. Tahapan pelaksanaan penelitian dapat diuraikan sebagai
berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti perijinan,
observasi pra tindakan, identifikasi masalah, pembuatan dan menyiapakan
instrumen yang diperlukan, serta merencanakan langkah-langkah dan tindakan
yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Rencana tindakan yang akan dilakukan bertujuan untuk memperbaiki
praktek pembelajaran Auto Cad yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran
STAD dengan menggunakan media pembelajaran Auto Cad, adapun langkah-
langkah perencanaannya yaitu:
1) Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah dan Guru yang mengampu mata
pelajaran Autocad di SMK Negeri 5 Surakarta.
2) Observasi pra tindakan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas XI TKK.
Observasi dilakukan dengan mengikuti pembelajaran Autocad.
3) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
4) Perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar serta menentukan strategi pembelajaran yang digunakan.
5) Menyiapkan instrumen penelitiaan, antara lain menyusun Silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, lembar
kerja siswa, lembar observasi ranah afektif dan psikomotor, dan
sebagainya.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Tindakan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Tes kemampuan awal siswa yang dilakukan pada pra siklus dengan soal
pilihan ganda.
2) Koordinasi dengan guru pengampu mengenai pelaksanaan pembelajaran
metode STAD dengan menggunakan media pembelajaran Auto Cad.
3) Tahap–tahap pembelajaran pertemuan pertama
a) Pengarahan pelaksanaan pembelajaran metode STAD dengan
commit to user
menggunakan media pembelajaran autocad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

b) Pemberian materi pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan


kompetensi dasar mata pelajaran Auto Cad.
c) Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen
dengan tingkat prestasi yang berbeda–beda.
d) Guru membagikan lembar pada masing–masing kelompok.
e) Setiap kelompok diberi tugas denah rumah tipe 42 dan materi
mengenai pokok bahasan yang akan didiskusikan yaitu tentang
perencanaan gambar rumah tipe 42
f) Guru memaparkan media pembelajaran berupa video pembuatan
denah dengan Auto Cad.
g) Masing–masing anggota kelompok belajar bersama, berdiskusi untuk
menyelesaikan tugas.
h) Guru mengaktifkan diskusi tiap kelompok dan berkeliling memantau
kerja masing-masing kelompok serta membantu kelompok yang
mengalami kesulitan.
i) Beberapa kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya berupa hasil gambar sesuai jobsheet.
j) Pernyataan skor/ nilai yang diperoleh kelompok dan tiap individu
siswa.
k) Pemberian penghargaan dari guru untuk kelompok yang
menyelesaikan soal tepat waktu dan mendapatkan nilai tinggi.
l) Guru dan siswa menyimpulkan materi hasil kegiatan belajar yang
telah dilaksanakan.
4) Tahap – tahap pembelajaran pertemuan kedua
a) Guru merefleksi materi yang disampaikan pada pertemuan
sebelumnya yakni mengenai denah rumah.
b) Guru mengelompokan kembali kelompok yang sebelumnya telah
dibentuk.
c) Guru memaparkan kembali media pembelajaran berupa video
pembuatan denah dengan Auto Cad
commit
d) Guru membagikan soal dalamtobentuk
user tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

e) Guru menjelaskan cara pengerjaan.


f) Siswa bekerjasama dalam kelompoknya untuk mengerjakan tugas .
g) Masing–masing kelompok mengumpulkan hasil pengerjaannya.
h) Guru melanjutkan materi selanjutnya.
i) Pelaksanaan evaluasi pasca siklius I
c. Tahap observasi
Tahap ini pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati jalannya
proses pembelajaran dan mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru pada
saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Aktivitas siswa diamati dengan mengacu
pada lembar observasi dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa sudah sesuai dengan
indikator yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak, sehingga hasil
observasi dapat diperbaiki pada siklus berukutnya.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi, dalam tahap ini,
dikumpulkan dan dianalisis dengan model analisis interaktif. Dengan demikian,
dapat diketahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pelaksanaan
pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad melalui metode
STAD dengan menggunakan media pembelajaran Auto Cad. Berdasarkan hasil
refleksi ini, akan diketahui kelebihan dan kelemahan kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan, sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas
pada siklus selanjutnya.

2. Siklus II

Diadakannya tindakan siklus II berdasarkan pada hasil yang telah dicapai


pada siklus I. Tindakan siklus II direncanaan sebagai upaya perbaikan dari hasil
tindakan siklus I, dengan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan silabus
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad.
Perwujudan tahap pelaksanaan, observasi, serta analisis dan refleksi juga mengacu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

pada siklus sebelumnya. Adapun tahap operasional siklus II adalah sebagai


berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Hasil analisis dan refleksi pada siklus I menjadi pedoman untuk
perencanaan siklus II. Langkah awal pada tahap ini hampir sama pada tahap
perencanaan pada siklus I, yaitu menyiapkan instrumen penelitiaan, yang berbeda
adalah rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi
pembelajaran, lembar kerja siswa, dan soal tes kemampuan kognitif yang
disesuaikan dengan materi lanjutan siklus I berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam silabus.

b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Tahap – tahap pembelajaran pertemuan pertama
a) Pemberian materi pembelajaran melanjutkan materi yang diajarkan pada
siklus I
b) Proses pembelajaran masih menggunakan metode STAD dengan
menggunakan media pembelajaran Auto Cad.
c) Pembagian kelompok sama seperti pada siklus I
d) Guru membagikan lembar jobsheet pada masing – masing kelompok.
e) Guru memaparkan media pembelajaran berupa video pembuatan denah
dengan Auto Cad
f) Masing–masing anggota kelompok belajar bersama, berdiskusi untuk
menyelesaikan jobsheet yang telah diberikan.
g) Guru mengaktifkan diskusi tiap kelompok dan berkeliling memantau
kerja masing-masing kelompok serta membantu kelompok yang
mengalami kesulitan.
h) Beberapa kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan hasil kerja
commit
kelompoknya berupa hasil to sesuai
gambar user jobsheet yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

i) Pernyataan skor/ nilai yang diperoleh kelompok dan tiap individu siswa.
j) Pemberian penghargaan dari guru untuk kelompok yang menyelesaikan
soal tepat waktu dan mendapatkan nilai tinggi.
k) Guru dan siswa menyimpulkan materi hasil kegiatan belajar yang telah
dilaksanakan.
2) Tahap – tahap pembelajaran pertemuan kedua
a) Guru merefleksi materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya
yakni denah rumah.
b) Guru mengelompokan kembali kelompok yang sebelumnya telah
dibentuk.
c) Pemaparan media pembelajaran Auto Cad
1) Guru menayangkan media pembelajaran Auto Cad berupa video di
layar LCD.
2) Guru membacakan aturan yang ada pada tugas.
3) Guru membacakan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pada
hari tersebut
4) Setiap kelompok berdiskusi dan berlomba untuk menyelesaikan tugas.
5) Kelompok yang terlebih dahulu tunjuk jari berhak menjawab
pertanyaan.
6) Kelompok yang mendapat skor nilai terbanyak mendapat penghargaan
berupa hadiah.
d) Guru melanjutkan materi selanjutnya.
e) Pelaksnaan evaluasi pasca siklus II
c. Tahap Observasi
1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.
2) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah
dikembangkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

d. Tahap Analisis dan Refleksi


1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data
yang terkumpul.
2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus III jika di perlukan.
4) Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus II ini diharapkan
mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

3. Siklus III

Tindakan siklus III dilakukan jika pada siklus II, target keberhasilan
ketuntasan yang ditetapkan belum tercapai. Perwujudan siklus II didasarkan pada
hasil yang diperoleh dari siklus II. Siklus III ini dilaksanakan jika diperlukan,
maksudnya jika pada tindakan siklus II ketuntasan yang ditetapakn pada tabel
tolok ukur keberhasilan belum tercapai, maka tindakan siklus III dilaksankan.
Akan tetapi jika pada siklus II, target keberhasilan telah tercapai, maka kegiatan
penelitian dihentikan pada siklus II dan siklus III ditiadakan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

Perencanaan Tindakan
Menyusun Instrumen
Pembelajaran

Refleksi
Ulasan terhadap hasil
Hasil Belum
observasi proses pembelajaran
Terselesaikan

Observasi SIKLUS I
Pengamatan peningkatan
penguasaan siswa terhadap materi
Auto Cad Pelaksanaan Tindakan
Penerapan metode STAD dengan
menggunakan media pembelajaran
Auto Cad

Observasi Refleksi
Pengamatan peningkatan Ulasan terhadap hasil observasi
penguasaan siswa terhadap materi proses pembelajaran
Auto Cad

SIKLUS II Hasil Terselesaikan Belum


(siklus dihentikan) Terselesaikan

Pelaksanaan Tindakan Perencanaan Tindakan


Penerapan metode STAD dengan Rencana perbaikan sesuai
menggunakan media pembelajaran siklus I
autocad

Lanjut ke silkus III

Gambar 3.5.Skema Prosedur Penelitian Model Kurt Lewin


(Sumber: Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006 :74)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian


Tempat penelitian berada di kelas XI Teknik Konstruksi Kayu (TKK)
SMK Negeri 5 Surakarta. Data sekolah dan kelas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Data Sekolah

a. Nama Sekolah : SMK N 5 Surakarta


b. Nomor Statistik Sekolah : 321036101002
c. Propinsi : Jawa Tengah
d. Otonomi Daerah : Pemerintah Kota Surakarta
e. Kecamatan : Laweyan
f. Desa/Kelurahan : Kerten
g. Jalan & Nomor : L.U Adisucipto Nomor : 42
h. Kode Pos : 57143
i. Telepon : Kode Wilayah : 0271
Nomor 713916
j. Faximile : Kode Wilayah : 0271
Nomor:727068
k. Daerah : Perkotaan
l. Status Sekolah : Negeri
m. Kelompok Sekolah : Teknologi & Industri
n. Akreditas :A
Surat Keputusan BAS : No: 018/BASPROP/TU1/2006
Tgl :28-01-2006
o. Penerbit SK BAS ditandatangani oleh : Drs.Sudharto M.A
p. Tahun Berdiri : 1965
q. Tahun Perubahan : 1997
r. Kegiatan Belajar Mengajarcommit to user
: Pagi

59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

s. Bangunan Sekolah : Dinding Batu bata (Permanen)


t. Lokasi Sekolah : Dalam Kota
u. Jarak ke pusat Kecamatan : 2 Km
v. Jarak ke pusat Otoda : 8 Km
w. Terletak pada lintasan : Kabupaten/Kota
x. Perubahan Sekolah
a. STM N 2 Surakarta, tgl. 7-8-1965 No.88-65/ Dirpt/Bl
b. SMK N 5 Surakarta, tgl. 7-3-1997 No.036/ O /1997
y. Kepala Sekolah : Drs. Sudarto, M. M.
NIP. 19520607 197903 1 012
z. Email dan Website : smk5solo@yahoo.co.id dan
www.smkn5solo.net
a. Program Keahlian : 1. Teknik Sipil
2. Tekanik Elektronika Industri
3. Teknik Tenaga Listrik
4. Teknik Pemesinan
5. Teknik Otomotif
6. Teknik Rekayasa Perangkat Lunak
a. Sertifikasi ISO 9001-2008
Status : Sudah bersertifikasi
No : 01 100 065361
Tanggal : 26 Juni 2006
Lembaga yg mengeluarkan : TUV Rheinland Group

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Negeri 5 Surakarta


a. VISI SEKOLAH
1) Menciptakan teknisi tingkat menengah yang Profesional.
b. MISI SEKOLAH
1) Mendidik dan Melatih Peserta Didik yang berkarakter.
2) Mendidik dan Melatih Peserta Didik sesuai Kebutuhan Dinia Kerja.
3) Mendidik dan Melatih Peserta Didik agar memiliki karakter entrepreneur.
4) Mewujudkan Sekolah sebagai wadah pengembangan daya kreatif dan
inovatif.
5) Mewujudkan Sekolah Berstandart International.
6) Memberikan pelayanan prima pada pelanggan.

c. TUJUAN SEKOLAH
1) Menyiapkan peserta didik yang cakap, mampu memahami dan
menerapkan budi pekerti luhur.
2) Menyiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja serta
mengembangkan sikap professional.
3) Menyiapkan peserta didik mampu memilih karier, berkompetisi dan
mengembangkan sikap mandiri.
4) Menyiapkan tenaga kerja untuk mengisi kebutuhan dunia usaha/industri
dan bersikap.
5) Menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
6) Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan rekayasa teknologi.
7) Menyiapkan dan melaksanakan komponen–komponen persyaratan
sekolah berstandart internasional.
8) Merumuskan dan melaksanakan kebutuhan dan harapan pelanggan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

3. Kurikulum yang pernah diberlakukan di SMK Negeri 5 Surakarta

SMK Negeri 5 Surakarta telah memberlakukan beberapa kurikulum


selama Proses Belajar Mengajar (PBM) dari tahun berdirinya sekolah. Kurikulum
yang pernah dilakukan di MK Negeri 5 Surakarta itu antara lain :
a. Kurikulum 1964
b. Kurikulum 1976
c. Kurikulum 1984
d. Kurikulum 1994
e. Kurikulum 1999
f. Kurikulum 2004 ( hanya untuk program studi mesin )
g. Kurikulum Berbasis Kompetensi
h. KTSP
i. Kurikulum Spektrum

4. Struktur Kurikulum

Struktur Kurikulum Spektrum 2008 SMK Negeri 5 Surakarta meliputi


subtatnsi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama
empat tahun, mulai kelas X, XI dan XII.
Struktur Kurikulum yang digunakan meliputi dua unsur utama;
a. Struktur Kurikulum Baku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional sebagai acuan dasar dalam pembuatan Kurikulum Spektrum 2008
SMK Negeri 5 Surakarta;
b. Kurikulum Spektrum 2008 SMK Negeri 5 Surakarta sebagai Struktur
Kurikulum Implementatif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

Tabel 4.1. Struktur Kurikulum Baku

STRUKTUR KURIKULUM SPEKTRUM 2008 SMK NEGERI 5


SURAKARTA
BIDANG STUDI KEAHLIAN : Teknologi dan Rekayasa
PROGRAM STUDI KEAHLIAN : Teknik Sipil
KOMPETENSI KEAHLIAN : Teknik konstruksi Kayu
(sumber : SMK Negeri 5 Surakarta )

Implikasi dari struktur kurikulum di atas dijelaskan sebagai berikut:


a. Di dalam penyusunan struktur kurikulum SMK, mata pelajaran dibagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu kelompok Program Normatif, Adaptif, dan
Program Produktif. Kelompok Program Normatif adalah mata pelajaran
yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya.
Kelompok Program Adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris,
Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi,
dan Kewirausahaan.
Kelompok Program Produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang
dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
Kejuruan.
Kelompok program adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang
alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan Kompetensi Keahlian, dan
dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
b. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan
disesuaikan dengan kebutuhan Kompetensi Keahlian untuk memenuhi
standar kompetensi di Dunia Kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

c. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standar


kompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata
pelajaran.
d. Pendidikan SMK diselenggarakan dalam bentuk Pendidikan Sistem Ganda.
e. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.
f. Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di
sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri ekuivalen dengan
40 jam per minggu.
g. Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK adalah 38 minggu dalam
satu tahun pelajaran.

5. Denah Lokasi SMK Negeri 5 Surakarta

Gedung SMK Negeri 5 Surakarta terletak di Jln LU. Adi Sucipto no.42
Surakarta. Dilihat dari keberadaannya, lokasi SMK Negeri 5 Surakarta dekat
dengan Lembaga Pendidikan lainnya, sehingga dapat dikatakan terletak di
lingkungan komplek sekolah, baik negeri maupun swasta. Hal ini dapat menjadi
motivasi tersendiri bagi siswa karena letak dipinggir jalan raya, maka transportasi
mudah dijangkau, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. SMK Negeri
5 Surakarta menempati areal tanah seluas 22530 m2 yang terdiri dari gedung dan
halaman. Karena luasnya yang mencukupi maka sangat menunjang kegiatan
belajar mengajar.

LOKASI

SMK N 5 SMK N 4 SMK N 6


U Surakarta Surakarta Surakarta

Jl. Adi Sucipto


Gedung
Warastratama

= Lokasi

commit to user
Gambar 4.1 Denah Lokasi SMK Negeri 5 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

Gambar 4.2 Denah Ruang SMK Negeri 5 Surakarta

B. Data Siswa
1. Data Siswa Kelas Yang Diteliti

Kelas yang digunakan sebagai subyek dalam penelitian adalah kelas XI


Teknik Konstruksi Kayu (TKK) SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012
dengan jumlah siswa seanyak 23 siswa dengan perincian 22 siswa laki-laki dan 1
siswa perempuan. Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif
yaitu Auto Cad pada jam pertama dan kedua dengan alokasi waktu 2 kali 45 menit
dimulai pukul 07.00-08.30 WIB. Pembelajaran di siklus I dan II diruang
Lab.komputer dilantai dua tepatnya berada disebelah selatan ruang Wakil Kepala
Sekolah ( WKS 1 ) bidang kurikulum dengan ruang kelas berukuran 9x9 m, lantai
keramik putih serta dinding bercat krem dan menghadap kearah utara. Diruang
kelas ini terdapat satu white board, Lcd, almari dan dua meja guru dibagian
depan. Kelas ini memiliki 34 kursi,36 meja dan seperangkat komputer. Denah bisa
dilihat pada gambar 4.3 dibawa inicommit
: to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

LCD
A
L
MG MG M

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Gambar 4.3. Denah Ruang Kelas Lab Komputer

Keterangan gambar :
MG : Meja Guru
ALM : Almari
B1, B2, B3, B4, B5, B6 : Baris Meja
: Papan Tulis
Adapun wali kelas XI TKK adalah Ibu Wiwik triwiyati, S.Pd Untuk
Struktur Kepengurusan Kelas XI Teknik Konstruksi Kayu (TKK) SMK Negeri 5
Surakarta adalah sebagai berikut :
1. Wali Kelas : Wiwik triwiyati, S.Pd.
2. Ketua Kelas : Bayu Riskhyi Prakoso
3. Wakil ketua : Danang Cahyono
4. Sekretaris I : Erika Marita Ramdani
5. Sekretaris II : Arsena Rivai Dwi Saputra
6. Bendahara I : Aldy Indra Pratama

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

2. Identifikasi Masalah
a. Kondisi Awal Pembelajaran Sebelum Tindakan Kelas

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti mengadakan observasi awal


terhadap pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto
Cad. Observasi awal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang
biasa disampaikan oleh guru selama ini dan mengidentifikasikan permasalahan
yang ada dalam pembelajaran tersebut. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar
siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu 2011/2012 SMK Negeri 5 Surakarta pada
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad,
peneliti memberikan pre-nilai yang juga dilaksanakan sebelum penelitian. Untuk
mengetahui Gambaran ilustrasi hasil observasi ditunjukkan pada gambar 4.4.

GURU SISWA
Media(BSE) Pesan

Metode

Gambar 4.4. Ilustrasi mengajar guru pra siklus

Dari observasi awal tersebut, diperoleh data bahwa guru menggunakan


media pembelajaran yaitu BSE (Buku Sekolah Elektronik) untuk menyampaikan
pesan pembelajaran pada siswa namun masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad antara lain adalah
belum dipakainya metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan, guru masih
bersifat konvensional yang jarang melibatkan interaksi siswa, belum adanya
modul untuk Auto Cad. Metode mengajar guru menggunakan metode ceramah
dan demonstasi namun untuk commit
metode todemonstrasi
user masih belum maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

Penempatan tempat duduk pun sesuai kehendak siswa masing-masing, jadi belum
pernah ada perubahan dalam penempatan kelas yang diatur sesuai keinginan guru.
Guru belum tahu apakah penempatan duduk masing-masing siswa sudah sesuai
dan apakah dapat mempengaruhi perilaku peningkatan hasil belajar masing-
masing siswa.
Cara mengajar terlalu cepat mengakibatkan banyak siswa yang
ketinggalan padahal siswa kelas XII Teknik Konstruksi Kayu Tahun Ajaran
2011/2012 baru diberlakukan pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program
produktif yaitu Auto Cad yang seharusnya akan didapat pada kelas XII, jadi
belum ditemukannya metode yang tepat dan akhirnya banyak dijumpai keaktifan
siswa menurun seperti siswa bermain permainan komputer, bercanda dengan
teman sebelah, berbisik-bisik dengan teman sebelah dan mengantuk. Dari
wawancara dengan bapak Margono, S.Pd bahwa ‘’Belum adanya modul pada
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad dan
hanya mengandalkan BSE (Buku Sekolah Elektronik) yang berdampak siswa
tidak bisa belajar dirumah kalau tidak ada yang mengajari, metode yang saya
pakai cuma memberi lembar kerja kemudian saya tayangkan kemudian siswa
mengerjakannnya dan selama ini saya belum pernah menggunakan video
pembelajaran untuk saya manfaatkan sebagai media yang dipakai untuk mengajar,
saya tidak pernah memberi tugas rumah karena kebanyakan dari siswa tidak
memiliki perangkat komputer’’. Waktu pembelajaran banyak yang tertunda
dikarenakan kegiatan kelas XII menjelang UAN sehingga siswa mudah sekali
lupa karena pembelajaran yang berjeda. Siswa baru saja libur dan baru pulang dari
study tour. Hal ini semua menyebabkan munculnya kejenuhan belajar siswa,
keaktifan siswa rendah dan hasil belajar yang kurang memuaskan.
b. Kondisi awal Hasil Belajar Auto Cad Sebelum Tindakan Kelas
Kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa dilakukan dengan tes
kemampuan awal sebelum penerapan strategi pembelajaran kooperatif dengan tipe
student teams achievement division ( STAD ). Tes ini dilakukan pada 2 April
2011. Tes kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
commit
kemampuan awal yang dimiliki siwa to user Konstruksi Kayu SMK Negeri 5
XI Teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 pada pelaksanaan pembelajaran muatan lokal


program produktif yaitu Auto Cad dengan pokok bahasan menggambar denah
rumah sederhana tipe 42.
Adapun hasil pre-nilai pada pelaksanaan pembelajaran muatan lokal
program produktif yaitu Auto Cad kelas XI Teknik Konstruksi Kayu tahun ajaran
2011/2012 sebelum tindakan terhadap 23 siswa diperoleh data sebagai berikut
dan dapat dilihat pada gambar 4.5 :
1. Siswa yang tuntas belajar dengan nilai ≥ 75 sebanyak 43,48 % (10 siswa).
2. Siswa yang belum tuntas belajar dengan nilai < 75 sebanyak 56,52 % (13
siswa).

Diagram Prosentase Nilai Siswa Pra Siklus

Tuntas
Tidak Tuntas 43%
57% Tuntas
Tidak Tuntas

Gambar 4.5. Diagram Prosentase Nilai Kognitif Siswa Pra Siklus

Nilai diatas adalah nilai kompetensi siswa yang diperoleh dari


pengolahan nilai kognitif. Kurikulum Spektrum 2008 SMK Negeri 5 Surakarta
menentukan Ketuntasan belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran muatan
lokal program produktif yaitu Auto Cad adalah apabila siswa mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal yaitu 75. (Hasil belajar kognitif pra siklus dapat dilihat pada
lampiran 37). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

Hasil dari observasi kognitif, afektif dan psikomotorik terlihat bahwa


siswa masih banyak yang belum mendapat nilai diatas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Dari observasi awal Faktor yang mempengaruhi nilai belum
mencapai target adalah masih ada siswa yang tidak membawa alat tulis karena
lama tidak masuk kelas yang mengakibatkan waktu mundur dari jadwal
dikarenakan siswa baru saja libur UAN kelas XII dan baru pulang dari study tour.
siswa masih malas masuk ke kelas karena banyaknya libur yang disebabkan
kegiatan kelas XII, siswa masih bergantung dengan teman yang dianggap pintar
dalam pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad
serta faktor-faktor yang telah disebutkan pada Kondisi Awal Pembelajaran
Sebelum Tindakan Kelas.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan 2 siklus, dengan menggunakan Model Kurt


Lewin masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan
(planning), tindakan (acting), observasi (observing), refleksi (reflecting)

1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Hasil pengamatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelum


tindakan digunakan peneliti sebagai pedoman untuk merencanakan prosedur
tindakan kelas siklus I, dengan materi Denah rumah sederhana. Untuk pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari senin 19 April 2012 dengan alokasi waktu 2 x 45
menit pada jam ke 1–2. Kemudian pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin
23 April 2012 pada jam ke 1–2 dengan alokasi waktu 2 kali 45 menit.
Pelaksanaan penelitian siklus I ini mengacu pada prosedur penelitian yang
meliputi : (1) Tahap perencanaan tindakan, (2) Tahap pelaksanaan tindakan (3)
Tahap observasi, dan (4) Tahap refleksi.
Secara rinci hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

a. Tahap Perencanaan Tindakan


Sebelum dilakukan tindakan siklus I peneliti bersama guru pada
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad kelas
XI Teknik Konstruksi Kayu SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam peneliti ini.
Penelitian mengungkapkan permasalahan siswa dalam membangun keaktifan
belajar dan memahami pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif
yaitu Auto Cad.
Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut :
1) Peneliti melaksanakan observasi pra tindakan terhadap pelaksanaan
pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad di kelas XI
Teknik Konstruksi Kayu. Observasi dilakukan dengan mengikuti pelaksanaan
pembelajaran selama satu kali pertemuan.
2) Peneliti mendokumentasikan kondisi siswa antara lain meliputi jumlah siswa
dalam kelas, kegiatan dan proses pembelajaran yang selama ini berlangsung,
dan berbagai data lainnya yang mendukung kelengkapan penelitian dan
identifikasi masalah.
3) Observer mengidentifikasi masalah yang timbul pada siswa dan guru,
kenyataan yang ada setelah melakukan indentifikasi bahwa siswa kelas XI
Teknik Konstruksi Kayu SMK N 5 Surakarta tergolong pasif dalam
mengikuti pembelajaran, sedangkan cara mengajar guru masih bersifat
konvensional sehingga siswa jenuh atau bosan dan keaktifan siswa rendah.
4) Peneliti mengajukan perijinan kepada Kepala Sekolah dan Guru yang
mengampu pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu
Auto Cad SMK Negeri 5 Surakarta.
5) Peneliti berkoordinasi dan berkolaborasi (bekerja sama) dengan guru
menetapkan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan merencanakan
tindakan kelas siklus I berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan
diterapkan, yaitu metode STAD dengan menggunakan media pembelajaran
berupa video .
commit
6) Peneliti membuat jadwal kegiatan to user dengan bantuan guru.
penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

7) Peneliti menyiapkan instrumen penelitiaan, antara lain menyusun Silabus,


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, lembar kerja
siswa, lembar observasi ranah afektif dan psikomotorik, dan mengevaluasi
akhir siklus I.
8) Peneliti membagi perencanaan kelompok siswa untuk pelaksanaan kelompok
belajar atau diskusi dibagi secara heterogen berdasar data nilai saat observasi
pra tindakan (pra siklus). Pembagian kelompok siswa dapat dilihat pada
lampiran 2.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan sesuai dengan tahap perencanaan siklus I. Pertemuan ke-1
dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 April 2012 jam pelajaran ke 1 – 2 pukul
08.00 – 09.30 setelah dilaksanakanya upacara bendera dan bertempat diruang
lab.komputer SMK Negeri 5 Surakarta.
1) Pertemuan Pertama
Melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan beserta
instrumennya. Pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP dengan alokasi waktu 2x45
menit. Materi pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah menggambar denah
rumah sederhana tipe 42. Setelah bel bunyi pertanda jam pelajaran dimulai Guru
menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Ketua kelas
memimpin berdoa, Guru mengabsen, menyampaikan kompetensi dasar
memberikan motivasi berupa pengarahan budi pekerti, tingkah laku, sopan santun
dan cara berpakaian yang rapih serta mengulas materi sebelumnya dan dikaitkan
dengan materi yang akan disampaikan. Guru menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan, bahwa akan diadakan kegiatan diskusi kelompok. Kegiatan kelompok
tetap menuntut masing-masing siswa mebuat gambar yang ditugaskan sesuai
tugas masing-masing kelompok.
Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen
dengan tingkat prestasi yang berbeda–beda yang telah direncanakan sebelumnya.
Siwa menempatkan diri pada masing-masing tempat dan kelompok. Walaupun
commit
masih ada yang ingin berpasangan to user
atau ikut kelompok yang dikehendaki namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

akhirnya siswa menurut setelah diberi pengertian tetapi masih ada siswa yang
protes ingin pindah kelompok. Penempatan tiap-tiap kelompok ditunjukkan pada
gambar 4.6, untuk Ilustrasi mengajar guru siklus I ditunjukkan pada gambar 4.7.

LCD

A
L
MG MG M

K1 K2 K3 K4 K5 K5
K1 K2 K3 K4 K5 K5
K1 K2 K3 K4 K5
K1 K2 K3 K4
K2 K3 K4

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Gambar 4.6. Denah Penempatan Kelompok Siklus I

Keterangan gambar :
MG : Meja Guru
ALM : Almari
K1,,K2, K3, K4, K5, K6 : Kelompok Diskusi
B1, B2, B3, B4, B5, B6 : Baris Meja
: Papan Tulis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

GURU SISWA
Media(Video) Pesan

Metode

Gambar 4.7. Ilustrasi mengajar guru siklus I.

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media


berupa video pembelajaran Auto Cad untuk menyampaikan pesan yang akan
diajarkan dengan menggunakan metode STAD. Guru mulai menjelaskan gambar
denah yang ada pada video pembelajaran, serta menunjukkan videonya. Siswa
pada mulanya memperhatikan karena dianggap menarik yang memang
sebelumnya belum pernah ditayangkan oleh guru. Ditambah dengan adanya musik
yang membangkitkan semangat siswa semakin tertarik. Guru menayangkan video
pembelajaran serta mendemostrasikannya. Namun ada kelemahan sedikit, ternyata
video tidak tampak jelas, kemudian guru mengatur tampilan gambar. Kelaspun
mulai berisik karena siswa banyak yang mengeluh dan berkomentar kalau
gambarnya tidak tampak jelas.
Guru membagikan lembar tugas pada masing–masing kelompok. Tiap
tugas masing-masing kelompok berbeda. Sehingga masing-masing kelompok
fokus terhadap tugas kelompok masing-masing walaupun cara mengerjakan sama
namun penempatanya berbeda-beda dan ukuran ruangannya berbeda.
Setiap kelompok diberi fotocopy tugas mengenai pokok bahasan yang
akan didiskusikan yaitu denah rumah sederhana. Perwakilan masing-masing
kelompok untuk maju mengambil tugas. Masing–masing anggota kelompok
bekerja bersama saling membantu, berdiskusi untuk menyelesaikan tugas.
Walaupun masih ada beberapa commit to user
siswa yang mengandalkan temannya. Namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

berhubung guru menyampaikan bahwa hasil akan dipresentasikan dan siswa yang
maju diambil secara acak, siswa yang hanya mengandalkan temannya mulai
belajar bertanya dan mengerjakan sama-sama.
Guru mengaktifkan kerja kelompok, setelah menanyangkan video
pembelajaran dan berkeliling memantau kerja masing-masing kelompok serta
membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Setiap anggota kelompok wajib
membuat gambar yang ditugaskan. Ada salah satu siswa yang meminta
mengulang lagi pemutaran video pembuatan denahnya, gurupun memutar kembali
sambil menyerukan kalau langkahnya susah diingat dicatat saja. Sebagian
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya berupa konsep–konsep
gambar yang telah dikerjakan. Diawali maju secara acak dan kesempatan pertama
didapat oleh kelompok 3. Dibawakan oleh bayu riskhyi prakoso dan teman-teman
secara bergantian. Banyak siswa yang menanyakan cara menggambarnya
bagaimana, dimulai dari apa, bisa cara cepatnya apa tidak dan lain sebagainya.
Ada yang bertanya memang siswa yang bertanya belum tau caranya dan ada siswa
yang bertanya hanya untuk sekedar mengetes kelompok yang maju. Dan ada pula
siswa yang hanya diam memperhatikan saja, Dari sini mulai Nampak keantusiasan
siswa . Guru member penghargaan pada kelompok yang menyelesaikan dengan
tepat dan benar. Guru menyampaikan kegiatan minggu depan bahwa akan
dilanjutkan kegiatan yang sama.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin 23 April 2012 pada jam
ke 1–2 dengan alokasi waktu 2x45 menit. Pada pertemuan kedua upacara bendera
tidak dilaksanakan karena upacara bendera dilaksanakan dua minggu sekali. Guru
merefleksi materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya yakni mengenai
denah rumah sederhana yang belum terselesaikan. Sebelum bel berbunyi guru
sudah mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan. Barulah siswa
masuk dan ada satu siswa yang terlambat. Guru mengelompokan kembali
kelompok yang sebelumnya telah dibentuk. Siswa menempatkan diri pada
kelompok masing-masing. Guru membagikan tugas yang sama seperti
sebelumnya. Siswa diminta agarcommit to user
menyelesaikannya sambil memutar kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

video pembelajaran sebagai pemandu menyelesaikan tugas. Terkadang musik


yang ada di video pembelajaran adalah pemicu keributan siswa dan pemicu
semangat siswa yang mulai tidak fokus.
Siswa bekerjasama dalam kelompoknya untuk mengerjakan tugas dan
masih dalam pantauan guru, Namun ada salah satu siswa yang kemarin tidak hadir
yang ketinggalan meminta guru mengajari dari awal. Gurupun mengulang video
dari awal agar siswa yang tertinggal bisa mengikuti dan mencatat langkah yang
tertinggal. Situasi ini menimbulkan sedikit keributan khusus untuk kelompok yang
sudah selesai mengerjakan. Keterbatasan guru memantau semua siswa juga
menjadi kendala, jadi diperlukannya guru pendamping untuk membimbing siswa
agar pembelajaran optimal. Masing–masing kelompok mengumpulkan hasil
pengerjaannya dan kegiatan diakhiri dengan adanya tes individu diakhir siklus
untuk mengetahui keberhasilan metode yang diterapkan. Pernyataan skor/ nilai
yang diperoleh kelompok dan tiap individu siswa. Pemberian penghargaan dari
guru untuk kelompok yang menyelesaikan soal tepat waktu dan mendapatkan nilai
tinggi. Guru dan siswa menyimpulkan materi hasil kegiatan belajar yang telah
dilaksanakan. Siklus satu berakhir pada pertemuan kedua tanggal 23 April 2012,
pada siklus I pertemuan kedua setiap kelompok siswa dituntut menyelesaikan
pekerjaan mereka.
c. Tahap Observasi
(1) Hasil Observasi Tes Kognitif Siswa
Tes kognitif diujikan kepada siswa untuk mengetahui seberapa jauh
penerimaan siswa terhadap materi pelaksanaan pembelajaran muatan lokal
program produktif yaitu Auto Cad. Adapun skor target keberhasilan untuk aspek
kognitif adalah 75.
Hasil tes kognitif pada siklus I terhadap 23 siswa diperoleh sebagai
berikut :
(a) Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 15 siswa.
(b) Siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 8 siswa.
(data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 38 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

Diagram Prosentase Nilai Kognitif


Siswa Siklus I

Tidak Tuntas
35%
Tuntas Tuntas
65%
Tidak Tuntas

Gambar 4.8. Diagram Prosentase Nilai Kognitif Siswa Siklus I

Hasil belajar yang diperoleh dari tes ini hanya mencakup tiga tahap pada
aspek kognitif yaitu tahap pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Tes kognitif
diberikan dalam bentuk berupa soal pilihan ganda. (Soal tes kognitif atau evaluasi
siklus I dapat dilihat pada Lampiran 19)
Dari hasil observasi tersebut kemudian dianalisis oleh peneliti bahwa
hasil tes kognitif pada siklus I ini sudah menunjukkan peningkatan dari sebelum
diadakannya tindakan. Ketuntasan belajar pada tes kognitif mencapai 65 %,
adapun ketidaktuntasan belajar sebesar 35 %. Ini berarti terdapat 15 siswa dari 23
siswa yang tuntas mencapai skor batas minimal yang telah ditetapkan untuk
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad adalah
75. Sedangkan rerata nilai kognitif pelaksanaan pembelajaran muatan lokal
program produktif yaitu Auto Cad pada siklus I ini mengalami peningkatan dari
68.26 % pada kondisi awal sebelum tindakan menjadi 71.74 %,.
Faktor yang mempengaruhi nilai belum mencapai target adalah masih
ada siswa yang tidak membawa alat tulis yang mengakibatkan waktu terulur,
adanya siswa yang masih mencontek dan bergantung pada teman, siwa lebih
tertarik diberi tes secara langsung menggunakan komputer dibanding dengan
lembar soal seperti wawancara yang dilakukan peneliti dengan andrian, saeful dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

safit. Guru pengampu juga menyatakan hal yang serupa bahwa “siswa lebih sering
saya nilai dari ketrampilan saat menggambar menggunakan komputer’’.
Target ketuntasan kelas yang direncanakan peneliti untuk ranah kognitif
ini sebesar 75 % dari jumlah siswa, maksudnya jumlah siswa yang memperoleh
skor 75 untuk tes kognitif sebesar 75 % atau sebanyak 18 siswa. Sehingga untuk
siklus I ini belum mencapai target keberhasilan ketuntasan kelas tersebut.
(2) Hasil Observasi Afektif Siswa
Hasil observasi afektif siswa pada siklus I dengan skor target
keberhasilan ranah afektif 75 adalah sebagai berikut :
(a) Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 13 siswa.
(b) Siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 10 siswa.
(data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 41 )

Diagram Prosentase Nilai Afektif Siswa


Siklus I

Tidak Tuntas
43% Tuntas
Tuntas
57% Tidak Tuntas

Gambar 4.9. Diagram Prosentase Nilai Afektif Siswa Siklus I

Hasil penilaian pada ranah afektif melalui lembar observasi ranah afektif
mencakup tiga aspek yaitu penerimaan, partisipasi dan penilaian/penentuan sikap.
(Tiap aspek diperinci melalui indikator kata kerja operasionalnya masing-
masingbisa dilihat pada Lampiran 25).
Untuk ranah afektif kategori prilaku perhatian mengikuti pelajaran,
keaktifan mendiskusikan materi, kehadiran dikelas, tanggung jawab, berinteraksi
commit to user
dengan guru, mengerjakan tugas dari guru masih belum mencapai target karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

Susana diskusi ini dinilai baru, jadi siswa pada awalnya belum terbiasa dan seperti
yang dituturkan oleh guru pengampu bahwa beliau belum pernah mengadakan
diskusi saat pelajaran. Siswa masih belum optimal karena masih bingung dan
masih ada sebagian yang mengandalkan teman untuk mengerjakan.
Dari hasil observasi yang dapat dilihat pada gambar 4.9, kemudian
dianalisis oleh peneliti bahwa hasil penilaian ranah afektif pada siklus I terdapat
13 siswa atau sebesar 57 % yang mencapai target keberhasilan untuk ranah afektif
yaitu skor 75, sedangkan sebanyak 10 siswa atau sebesar 43 % belum mencapai
skor 75. Rerata nilai afektif pada siklus I ini mengalami peningkatan dari 68,90
pada kondisi awal sebelum tindakan menjadi 74,46. Untuk ranah afektif ini,
direncanakan oleh peneliti bahwa target ketuntasan kelas sebesar 75 % dari
jumlah siswa. Sehingga untuk siklus I ini belum mencapai target keberhasilan
untuk ranah afektif.

(3) Hasil Observasi Psikomotorik Siswa


Hasil observasi psikomotorik siswa pada siklus I dengan skor target
keberhasilan ranah psikomotorik 75 adalah sebagai berikut :
(a) Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 15 siswa.
(b) Siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 8 siswa.
(data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 45)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

Diagram Prosentase Nilai Psikomotorik


Siswa Siklus I

Tidak Tuntas
35%
Tuntas Tuntas
65%
Tidak Tuntas

Gambar 4.10. Diagram Prosentase Nilai Psikomotorik Siswa Siklus I

Hasil penilaian pada ranah psikomotorik melalui lembar observasi ranah


psikomotorik yang mencakup aspek persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan terbiasa dan gerakan kompleks. (Tiap aspek diperinci melalui indikator
kata kerja operasionalnya masing-masing bisa di lihat Lampiran 30).
Indikator yang diteliti adalah melakukan kerjasama dengan kelompok,
kemampuan memberikan tanggapan saat berdiskusi, melakukan komunikasi
mengenai hasil diskusi, dan kemampuan mempresentasikan hasil diskusi. Semua
indikator masing-masing kelompok dan individu sudah diteliti namun masih
banyak siswa yang kurang berperan dalam kelompok, masih ada yang suka
berbicara dengan teman dekat dan masih ada yang menyelingi dengan permainan
walaupun siswa saat didekati langsung berpura-pura mengerjakan. Komunikasi
sesama kelompok masih kurang, dan saat mempresentasikan masih banyak siswa
yang tarik ulur mengajukan temannya yang mempresentasikan.
Dari hasil observasi yang dapat dilihat pada gambar 4.10, kemudian
dianalisis bahwa hasil penilaian ranah psikomotorik pada siklus I terdapat 15
siswa yang mencapai target keberhasilan untuk ranah psikomotorik yaitu skor 75,
sedangkan sebanyak 8 siswa belum mencapai skor 75. Rerata nilai psikomotorik
pada siklus I ini mengalami peningkatan dari 68,21 pada kondisi awal sebelum
commit to user
tindakan menjadi 72,49. Target keberhasilan kelas yang direncanakan untuk ranah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

psikomotorik ini sebesar 75%, maksudnya jumlah siswa yang memperoleh skor
75 untuk ranah psikomotorik sebesar 75 % atau sebanyak 18 siswa. Sehingga
untuk siklus I ini belum mencapai target keberhasilan untuk ranah psikomotorik.

(4) Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa dari Ranah Afektif dan
Psikomotorik
Pengamatan efektivitas pembelajaran siswa diambilkan dari prosentase
ranah afektif atau sikap dan psikomotorik atau keterampilan pada lembar
observasi. Adapun hasil observasi untuk efektivitas pembelajaran siswa pada
silkus I dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa Siklus I


NO Indikator Efektivitas Capaian (%)
1 Perhatian mengikuti pelajaran (A1) 67,39 %
2 Keaktifan mendiskusikan materi (A2) 70,29 %
3 Kehadiran di kelas(A3) 92,03 %
4 Bertanggung jawab (A4) 72,46 %
5 Berinteraksi dengan guru (A5) 75,72 %
6 Mengerjakan tugas dari guru (A6) 68,84 %
7 Melakukukan kerjasama dalam kelompok (P1) 69,84 %
8 Kemampuan memberikan tanggapan saat berdiskusi (P2) 73,10 %
9 Melakukan komunikasi mengenai hasil diskusi (P3) 70,11 %
10 Kemampuan mempresentasikan hasil diskusi (P4) 76,90 %
JUMLAH 736,68%
RERATA 73,67 %

Dari data tabel 4.2 dapat divisualisasikan menjadi grafik dalam gambar 4.11 dan
di deskripsikan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

Grafik Efektivitas Pembelajaran Siswa Siklus I

100 92.03%
90 75.72%
69.84%73.1% 76.9%
80 70.65% 72.46%
67.39% 68.84% 70.11%
70
Prosentase ( % )

60
50 Grafik Efektivitas
40 Pembelajaran
30 Siswa Siklus I
20
10
0
A1 A2 A3 A4 A5 A6 P1 P2 P3 P4

Gambar 4.11. Grafik Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa Siklus I

Hasil observasi efektivitas pembelajaran siklus I adalah :


a) Perhatian mengikuti pelajaran (A1)
Siswa sebagian banyak ada yang perhatian mengikuti pelaksanaan
pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad terbukti pada hasil
observasi sebesar 67.39 % siswa yang perhatian mengikuti pelajaran. Siwa
banyak menanyakan hal yang belum jelas saat penyampaian materi, siswa
menyumbangkan ide saat diskusi berlangsung dan siswa menunjukkan sifat positif
selama mengikuti pelajaran dengan tidak berbuat gaduh walaupun masih ada
sebagian yang kurang berperan aktif.
b) Keaktifan mendiskusikan materi (A2)
Sebagian besar siswa berperan aktif dalam mendiskusikan materi, semua
ini bisa dilihat dari prosentase yang diperoleh dari hasil observasi sebesar 70.29%.
Ini bertanda baik bahwa siswa memberi tanggapan saat diskusi, siswa membantu
teman sekelompok yang kesulitan saat berdiskusi, dan siswa menyatakan
pendapat ketika diskusi berlangsung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

c) Kehadiran di kelas(A3)
Hampir seluruh siswa hadir dalam kegiatan belajar mengajar, walaupun
masih ada yang belum bisa hadir karena ada yang mengikuti kegiatan sekolah.
Namun prosentase kehadiran mencapai 92.03 %, prosentase tertinggi Efektivitas
Pembelajaran Siswa Siklus I. Dimana siswa menempatkan diri di dalam ruangan
kelas maksimal 10 menit sebelum guru masuk kelas, siswa mengikuti pelajaran
sampai jam pelajaran selesai dan siswa menunjukkan kehadiran dikelas dengan
mengikuti pelajaran
d) Bertanggung jawab (A4)
Prosentase tanggung jawab siswa mencapai 72.46 % ini berarti siwa
sebagian besar mampu menjawab pertanyaan yang diutarakan guru,
menyelesaikan diskusi sesuai waktu yang telah ditentukan dan mengikuti
peraturan diskusi yang diberikan oleh guru.
e) Berinteraksi dengan guru (A5)
Prosentase tanggung jawab siswa mencapai 75.72 % ini berarti sebagian
besar siswa mengikuti saran yang diberikan oleh guru dalam memahami materi,
menawarkan diri untuk menjawab pertanyaan guru dan menunjukkan sikap tidak
berbicara sendiri saat guru menyampaikan materi.
f) Mengerjakan tugas dari guru (A6)
Prosentase tanggung jawab siswa mencapai 68.84 % ini berarti cukup
baik. Banyak siswa yang mengerjakan tugas dengan menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru, siswa membatu teman yang kesulitan dalam mengerjakan
tugas dan siswa menunjukan ketenangan saat mengerjakan tugas.
g) Melakukukan kerjasama dalam kelompok (P1)
Kerjasama mempersiapkan diskusi kelompok, kerjasama mengerjakan
tugas kelompok, membangun kerjasama tim dalam mengerjakan tugas kelompok,
kerjasama menangani masalah kelompok pada hasil ini lumayan baik dengan
prosentase 69.84 %.
h) Kemampuan memberikan tanggapan saat berdiskusi (P2)
Kemampuan memberikan tanggapan saat berdiskusi mencapai prosentase
commit to usulan
73.10 %. Ini berarti siswa menunjukkan user pribadi saat diskusi, bereaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

memberikan tanggapan ketika diminta memberikan usulan saat diskusi,


memperlihatkan antusias menanggapi usulan teman kelompok, dan melaksanakan
usulan dari teman kelompok.
i) Melakukan komunikasi mengenai hasil diskusi (P3)
Siswa melakukan komunikasi mengenai hasil diskusi berupa mampu
menghubungkan hasil diskusi dengan materi, menanggapi hasil diskusi kelompok
lain, mengadaptasi hasil diskusi dengan pendapat pribadi, dan mengkombinasikan
hasil diskusi dengan saran yang diberi guru dengan prosentase ketercapaian
70.11%.
j) Kemampuan mempresentasikan hasil diskusi (P4)
Kemampuan mempresentasikan hasil diskusi meliputi siswa
mempersiapkan hasil diskusi untuk dipresentasikan, memperlihatkan kecakapan
berbicara saat presentasi, melaksanakan presentasi dengan menarik, dan mampu
menyusun hasil presentasi dengan baik.
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.11 hasil observasi ranah afektif (A1-
A6) dan psikomotorik (P1-P4) siswa pada siklus I, rentangan nilai prosentase
untuk tiap indikator berkisar antara 67.39 % - 92.03 %, dengan nilai rata-rata
sebesar 73,67 %. Indikator terendah sebesar 67.39 % terdapat pada aspek
Perhatian mengikuti pelajaran (A1) yang diperinci menjadi tiga butir indikator
yaitu : (1) Siswa menanyakan hal yang belum jelas saat penyampaian materi, (2)
Siswa menyumbangkan ide saat diskusi berlangsung, dan (3) Siswa menunjukkan
sikap positif selama mengikuti pelajaran dengan tidak berbuat gaduh. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa masih belum aktif dalam kegiatan belajar yang
diselenggarakan, sehingga efektivitas pembelajaran belum tercapai. Untuk itu
perlu adanya motivasi, bimbingan dan arahan dari guru yang berkesinambungan.
Target keberhasilan untuk efektivitas siswa yang ditetapkam peneliti adalah
sebesar 75% rata–rata kelas, sehingga efektivitas pembelajaran untuk siklus I yang
masih mencapai 73,67 % belum sesuai target keberhasilan yang ditetapkan
peneliti.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

(5) Hasil Observasi Penilaian Kompetensi Siswa


Nilai kompetensi siswa diperoleh dari pengolahan nilai kognitif dengan
bobot nilai 50%, nilai afektif dengan bobot nilai 10% dan nilai psikomotor dengan
bobot nilai 40%. Ketutasan belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran muatan
lokal program produktif yaitu Auto Cad adalah apabila siswa mencapai nilai
KKM yaitu 75.
Hasil nilai kompetensi siswa pada siklus I adalah sebagai berikut :
1. Siswa yang tuntas belajar dengan nilai ≥ 75 sebanyak 12 siswa.
2. Siswa yang belum tuntas belajar dengan nilai < 75 sebanyak 11 siswa.
(data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 47 )

Diagram Prosentase Nilai Kompetensi


Siswa Siklus I

48% 52%
Tuntas
Tidak Tuntas

Gambar 4.12. Diagram Prosentase Nilai Kompetensi Siswa Siklus I


(Katuntasan kelas)

Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran


produktif Auto Cad adalah 75. Nilai tersebut merupakan pengolahan dari nilai
afektif, psikomotor dan kognitif siswa. Setelah diadakannya tindakan kelas di
siklus I, nilai kompetensi siswa mengalami peningkatan yanng cukup baik. Dari
gambar 4.12 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 12 siswa tuntas belajar pada
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad dengan
commit to user
prosentase 48%, sedangkan sebesar 52% atau sejumlah 11 siswa masih belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

86

tuntas karena nilai yang diperoleh belum mencapai nilai KKM yaitu 75. Adapun
rata-rata nilai kompetensi kelas mengalami peningkatan dari sebelum tindakan
sebesar 68.30 menjadi 72,30 setelah siklus I. Faktor yang mempengaruhi nilai
belum mencapai target adalah dari penggabungan dari masalah yang dijumpai dari
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pada siklus I ini, hasil ketuntasan kelas atau target keberhasilan yang
direncanakan sebesar 75% belum tercapai, sebab siswa yang tuntas belajarnya
masih sebesar 52% dari jumlah siswa yang ada.

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap hasil pelaksanaan tindakan siklus I di kelas.


Dari kegiatan pembelajaran tersebut, diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat
sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu :
1) Masih terdapat sebagian siswa yang bermain permainan komputer dan
berbicara dengan teman lain disaat guru mengajar menyampaikan materi
dan saat kegiatan belajar berlangsung. Tindakan refleksi yang dilakukan
adalah mendekati siswa dan menegurnya serta memberi pengertian akan
tanggung jawab tugas kelompok, mengajak peneliti berkolaborasi
memantau kegiatan anak dan membantu jika anak didik mendapati
kesulitan dan peneliti membantu guru untuk memantau karena jika hanya
guru saja jangkauan memantau siswa kurang optimal.
2) Kerjasama siswa masih perlu ditingkatkan dalam berinteraksi di dalam
masing-masing kelompok baik dalam berdiskusi maupun mengerjakan
tugas, Tindakan refleksi yang dilakukan adalah memaksimalkan kerja
sama siswa, siswa dan guru membantu siswa yang kesulitan atau
tertinggal, menegurnya jika tidak mau bekerja sama atau degan cara
memberitahu bahwa nilai akan di kurangi jika kerja tim tidak maksimal.
Menurut wawancara pada siswa yang bernama arsena yang sering
mengabaikan kerjasama kelompok, ditanyakan kenapa tidak mengikuti
kerja kelompok ? lalu menjawab bahwa ‘’biar teman yang pintar aja yang
commit to user
mengerjakan nanti saya mengcopy saja’’.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

87

3) Guru masih bingung karena bru pertama kali menggunakan model


kooperatif tipe STAD. Tindakan refleksi yang dilakukan adalah bersama-
sama mendalami model kooperatif tipe STAD dengan saling bertukar
pikiran dan berdiskusi .
4) Berdasarkan penilaian hasil belajar afektif siklus I sudah cukup baik
dibandingkan sebelum diadakan tindakan, yaitu ada 13 siswa (56,52 % )
tidak tuntas. Sedangkan sesudah diadakannya tindakan ada 15 siswa
(65%). yang tuntas. Hal ini berarti hasil belajar siswa kelas XI TKK
2011/2012 SMK Negeri 5 Surakarta mengalami peningkatan, namun
belum memenuhi target keberhasilan kelas yaitu sebesar 75%. Guru Belum
pernah mengadakan diskusi saat pelajaran, sehingga siswa masih belum
optimal karena masih bingung dan masih ada sebagian yang
mengandalkan teman untuk mengerjakan ini adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi tindakan refleksinya adalah mengoptimalkan kerja
kelompok dan sering memantau kinerja siswa.
5) Berdasarkan penilaian hasil belajar psikomotorik siklus I sudah cukup baik
terutama pada indikator melakukan kerjasama dalam kelompok dan
melakukan komunikasi mengenai hasil diskusi. Sedangkan pada indikator
kemampuan memberikan usulan/tanggapan saat berdiskusi, dan
kemampuan mempresentasikan hasil karya masih rendah. Dalam Hasil
belajar psikomotorik siklus I ada 15 siswa ( 65 % ) yang tidak tuntas dan
sebanyak 8 siswa ( 35 % ) yang tuntas. Hal ini berarti hasil belajar siswa
kelas XI TKK 2011/2012 SMK Negeri 5 Surakarta belum memenuhi
target keberhasilan kelas yaitu sebesar 75%. Tindakan Refleksi yang dapat
dilakukan adalah memberi motivasi agar siswa berani memberikan usulan
atau kemampuan mempresentasikan, agar tidak malu atau ada rasa
canggung lagi.
6) Hasil belajar kognitif siswa berkenaan dengan hasil belajar yang
ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah menempuh tes pada
siklus I sebanyak 65%. Hal ini belum memenuhi tolok ukur keberhasilan
commit
yang ditetapakan yaitu 75%. to user Refleksi yang dapat dilakukan
Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

88

adalah setiap pembelajaran jika guru sedang mendemonstrasikan siswa


diperintahkan untuk mencatat langkah-langkah yang di demonstrasikan
oleh guru dan jika ada di berikannya buku teori atau modul agar siswa bisa
belajar dirumah walau tidak ada perangkat lunak.

7) Berdasarkan hasil penilaian kompetensi siswa menunjukkan bahwa siswa


yang tuntas belajar mengalami peningkatan dibanding sebelum
diadakannya tindakan, yaitu ada 9 siswa yang tuntas belajar (39%),
sedangkan sesudah diadakannya tindakan ada 12 siswa (52 %) yang tuntas
belajar. Hal ini berarti hasil belajar siswa kelas XI TKK 2011/2012 SMK
Negeri 5 Surakarta mengalami peningkatan, namun belum memenuhi
target keberhasilan kelas yaitu sebesar 75%. Tindakan refleksi yang dapat
dilakukan adalah meningkatkan lagi peran guru didalam kelas ataupun luar
kelas.
8) Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa penggunaan media
pembelajaran pada pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program
produktif yaitu Auto Cad dalam proses belajar mengajar dapat menarik
perhatian siswa, sehingga dapat lebih mengaktifkan siswa untuk bisa
memahami materi terbukti dengan meningkatnya nilai kompetensi siswa
dari sebelum adanya tindakan .
9) Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I sudah berjalan baik dan
lancar, namun secara keseluruhan terlihat masih belum mencapai target
keberhasilan yang direncanakan, sehingga perlu diadakannya perbaikan
pada tindakan siklus II agar dapat mencapai ketuntasan yang optimal.

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Tindakan siklus II dilakukann sebagai upaya perbaikan dari hasil


tindakan siklus I. Perencanaaan tindakan siklus II didasarkan pada hasil yang telah
dicapai pada siklus I. Materi pembelajaran yang disampaikan mengulang materi
commitsederhana
pada siklus I, yaitu denah rumah to user tipe 42. Perwujudan tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

89

pelaksanaan, observasi, serta analisis dan refleksi juga mengacu pada siklus I,
namun terdapat sedikit perubahan dan perbaikan.

Secara rinci hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi, analisis, dan refleksi pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I, maka perencanaan tindakan siklus II perlu diadakan
sedikit perubahan dan perbaikan yang akan digunakan sebagai acuan
pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas siklus II.
1) Peneliti mengidentifikasi permasalahahan yang masih ada pada kegiatan
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad
di siklus I. Kesimpulan yang diperoleh ialah bahwa setelah
dilaksanakannya tindakan kelas siklus I, keaktifan siswa kelas XI TKK
SMK N 5 Surakarta dalam proses belajar mulai tampak terlihat. Dapat di
lihat dari minat dan sikap siswa terhadap proses belajar yang mengalami
peningkatan, namun belum begitu signifikan. Selain itu hasil belajar siswa
juga mengalami peningkatan, tapi ketuntasan belum mencapai target.
2) Peneliti tidak perlu lagi membagi kelompok, karena pembagian kelompok
pada siklus I, dinilai sudah cukup efektif yaitu siswa dibagi secara
heterogen baik pada kemampuan belajar siswa, keaktifan dan hasil belajar
yang diperoleh saat diadakannya tes pada sebelum tindakan. Namun
peneliti mengubah tempat duduk antara kelompok satu dengan yang lain.
3) Peneliti berkoordinasi dan berkolaborasi (bekerja sama) dengan guru
bahwa guru perlu memberikan pendekatan dan mengarahkan perhatian ke
semua kelompok, terutama pada kelompok yang mengalami kesulitan
belajar.
4) Peneliti menyiapkan instrumen penelitiaan, antara lain menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, lembar kerja
siswa, lembar observasi ranah afektif dan psikomotorik, dan sebagainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

90

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 30
April 2012 jam pelajaran ke 1–2 pukul 08.00–09.30 setelah dlaksanakannya
upacara bendera. Kegiatan penelitian pada siklus II diawali dengan membuat
rencana tindakan yang disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. setiap
pertemuan adalah 2x45 menit.
1) Pertemuan Pertama
Pemberian materi pembelajaran melanjutkan materi yang diajarkan pada
siklus I yaitu berupa denah rumah sederhana tipe 42 yang kali ini membuat kusen
pintu dan jendela. Proses pembelajaran masih menggunakan metode STAD
dengan menggunakan media pembelajaran Auto Cad yang berupa video.
Guru datang lebiah awal menyiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Ketua kelas memimpin berdoa, Guru mengabsen, menyampaikan
kompetensi dasar memberikan motivasi berupa pengarahan budi pekerti, tingkah
laku, sopan santun dan cara berpakaian yang rapih serta mengulas materi
sebelumnya dan dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan. Pembagian
kelompok sama seperti pada siklus I dan tidak ada lagi siswa yang ingin pindah
kelompok namun penempatan tiap kelompok diubah agar terlihat jelas pengaruh
perbedaannya dengan penempatan pada tiap kelompok siklus I. Denah
penempatan tiap kelompok siklus II dapat dilihat pada gambar 4.13.

LCD

A
L
M M M
G G
K1 K1 K3 K3 K4 K4
K1 K1 K3 K3 K4 K4
K3 K4
K2 K5
K2 K2 K5 K5
K2 K2 K5 K5

B1 B2 B3 B4 B5 B6
Gambar 4.13. Denahcommit to userKelompok Siklus II.
Penempatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

91

Guru membagikan lembar tugas pada masing–masing kelompok.


Masing-masing kelompok maju untuk mengambil lembar tugas yang diberikan
guru. Guru memaparkan media pembelajaran berupa video pembuatan denah
dengan Auto Cad dari awal serta mendemonstrasikan secara pelan-pelan untuk
memandu siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Guru bersifat terbuka dengan
memotivasi siwa, mendorong terjadinya interaksi antar siswa maupun antar
kelompok dan antar guru dengan siswa. Masing–masing anggota kelompok
belajar bersama, berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
Karena diakhir pembelajaran akan adanya penghargaan antar kelompok jadi siswa
berdiskusi secara aktif.
Guru dan peneliti berkolaborasi mengaktifkan diskusi tiap kelompok dan
berkeliling memantau kerja masing-masing kelompok serta membantu kelompok
yang mengalami kesulitan. Beberapa kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya berupa hasil gambar sesuai tugas yang diberikan. Untuk
kali ini kelompok 5 yang mempresentasikan hasil dari kerja kelompoknya.
Pernyataan skor atau nilai yang diperoleh kelompok dan tiap individu
siswa. Disini kelompok yang mendapatkan nilai adalah kelompok 1,3,5 dan 6
karena mereka aktif dalam berdiskusi. Pemberian penghargaan dari guru untuk
kelompok yang menyelesaikan soal tepat waktu dan mendapatkan nilai tinggi.
Guru dan siswa menyimpulkan materi hasil kegiatan belajar yang telah
dilaksanakan.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan ke dua siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 7 Mei
2012 jam pelajaran ke 1–2 pukul 07.30– 09.00 dengan mengadakan tes evaluasi
siklus II selama 40 menit. Pemberian materi pembelajaran melanjutkan materi
yang diajarkan pada siklus I yaitu berupa denah rumah sederhana tipe 42 yang kali
ini melengkapi kekurangan pertemuan sebelumnya. Proses pembelajaran masih
menggunakan metode STAD dengan menggunakan media pembelajaran Auto
Cad yang berupa video. Waktu yang diberikan hanya 20 menit untuk melengkapi
dan menyelesaikan tugas yang nantinya dilanjutkan dengan evaluasi individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

92

Guru membagikan lembar soal tes evaluasi, masing-masing siswa


menempatkan diri dengan rapih. Evaluasi individu siklus II dilaksanakan dengan
waktu 40 menit. Guru berkeliling memantau siswa mengerjakan soal agar tidak
ada kecurangan. Guru menegur jika ada siswa yang rebut dan mengganggu teman.
Soal evaluasi bisa dilihat pada lampiran 21.

c. Tahap Observasi
1) Hasil Observasi Tes Kognitif Siswa
Tes kognitif atau evaluasi diujikan kepada siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program
produktif yaitu Auto Cad adalah pokok bahasan Denah rumah sederhana tipe 42.
Tes diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 15 butir dan soal esay 1
butir. Setiap pertanyaan disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari. Adapun
skor target keberhasilan untuk ranah kognitif adalah 75.
Hasil tes kognitif pada siklus II terhadap 23 siswa diperoleh sebagai
berikut :
a) Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 18 siswa.
b) Siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 5 siswa.
(data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 39 )

Diagram Prosentase Nilai Kognitif


Siswa Siklus II

22%

Tuntas
78% Tidak Tuntas

commit to Nilai
Gambar 4.14. Diagram Prosentase user Kognitif Siswa Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

93

Penilaian ranah kognitif pada siklus II ini dilakukan dengan


menggunakan tes kognitif yang berupa soal pilihan ganda sebanyak 15 butir dan
soal esay 1 butir (soal dapat dilihat pada Lampiran 21). Adapun hasil belajar yang
diperoleh dari tes ini hanya mencakup tiga tahap pada aspek kognitif yaitu tahap
pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
Dari hasil observasi yang dapat dilihat pada gambar 4.14, diketahui
bahwa hasil tes kognitif pada siklus II ini sudah baik dan menunjukkan
peningkatan dari tes kognitif pada siklus I. Hasil tes kognitif siswa dapat
dijelaskan sebagai berikut : Ketuntasan belajar di kelas pada tes kognitif adalah
78%. Ini berarti terdapat 18 siswa dari 23 siswa yang telah mencapai batas
minimal yang telah ditetapkan yaitu skor 75. Sedangkan rerata kognitif mata
pelajaran muatan lokal program produktif Auto Cad mengalami peningkatan dari
siklus I yaitu dari 71,74 menjadi 79,13. Faktor yang menghambat sudah berkurang
dari apa yang dipaparkan di analisis siklus I.
Target ketuntasan kelas yang direncanakan peneliti untuk ranah kognitif
ini sebesar 75 % dari jumlah siswa atau sebanyak 18 siswa. Sehingga untuk siklus
II ini telah mencapai target keberhasilan ketuntasan kelas tersebut.

2) Hasil Observasi Afektif Siswa


Hasil observasi afektif siswa pada siklus II dengan skor target
keberhasilan ranah afektif 75 adalah sebagai berikut :
a) Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 18 siswa.
b) Siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 5 siswa.
(data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 42 )

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

94

Diagram Prosentase Nilai Afektif Siswa


Siklus II

Tidak Tuntas
22%

Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
78%

Gambar 4.15. Diagram Prosentase Nilai Afektif Siswa Siklus II

Lembar observasi ranah afektif yang digunakan pada siklus II ini sama
dengan yang digunakan pada siklus I, yaitu mencakup tiga aspek (penerimaan,
partisipasi dan penilaian) yang diperinci melalui indikator kata kerja operasional
masing-masing (lihat Lampiran 25).
Dari hasil observasi yang dapat dilihat pada gambar 4.15, deketahui
bahwa terdapat 18 siswa atau sebesar 78 % yang mencapai target keberhasilan
untuk ranah afektif yaitu skor 75, sedangkan sebanyak 5 siswa atau sebesar 22 %
belum mencapai skor 75. Hasil ini menunjukkan peningkatan ketuntasan kelas
yang baik daripada siklus I, yang hanya sebanyak 13 siswa atau 56 % yang
mencapai skor 75. Rerata nilai afektif pada siklus II ini mengalami peningkatan
dari 74,46 menjadi 77,42. Siswa sudah tidak merasa bingung lagi untuk kegiatan
berdiskusi. Perhatian siswa mengikuti pelajaran, keaktifan berdiskusi, kehadiran
dikelas, berinteraksi dengan guru, mengerjakan tugasdan segala kegiatan dalam
individu terlihat jelas perbedaannya dari sebelum diadakan tindakaan dan sesudah
tindakan perlakuan.
Untuk ranah afektif ini, direncanakan oleh peneliti bahwa target
ketuntasan kelas sebesar 75 % dari jumlah siswa atau sebanyak 18 siswa, sehingga

commit
pada siklus II ini telah mencapai target to user
keberhasilan ranah afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

95

3) Hasil Observasi dan Analisis Psikomotorik Siswa


Hasil observasi psikomotorik siswa pada siklus II dengan skor target
keberhasilan ranah psikomotorik 75 adalah sebagai berikut :
a) Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 19 siswa.
b) Siswa yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 4 siswa
(data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 45 )

Diagram Prosentase Nilai


Psikomotorik Siswa Siklus II

Tidak Tuntas
17%

Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
83%

Gambar 4.16. Diagram Prosentase Nilai Psikomotorik Siswa Siklus II

Lembar observasi ranah psikomotorik yang digunakan pada siklus II ini


sama dengan yang digunakan pada siklus I, yaitu mencakup aspek persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa dan gerakan kompleks. Tiap aspek
diperinci melalui indikator kata kerja operasionalnya masing-masing (lihat
Lampiran 30).
Indikator yang diteliti adalah melakukan kerjasama dengan kelompok,
kemampuan memberikan tanggapan saat berdiskusi, melakukan komunikasi
mengenai hasil diskusi, dan kemampuan mempresentasikan hasil diskusi. Semua
indikator masing-masing kelompok dan individu sudah diteliti perkembangan
sangat terlihat dari pra siklus, siklus
commitI, to
siswa
user yang berperan dalam kelompok,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

96

berkurangnya siswa yang suka mengobrol dan bermain permainan. Komunikasi


sesama kelompok baik, dan saat mempresentasikan kelompok saling melengkapi
kekurangan masing-masing.
Dari hasil observasi yang dapat dilihat pada gambar 4.15, menghasilkan
penilaian ranah psikomotorik pada siklus II terdapat 19 siswa atau 83 % yang
mencapai target keberhasilan untuk ranah psikomotorik yaitu skor 75, sedangkan
sebanyak 4 siswa atau 17 % belum mencapai skor 75. Rerata nilai psikomotorik
pada siklus II ini mengalami peningkatan dari 72,49 menjadi 76,77.
Target keberhasilan kelas yang direncanakan untuk ranah psikomotorik
ini sebesar 75 % dari jumlah siswa, maksudnya jumlah siswa yang memperoleh
skor 75 untuk ranah psikomotorik sebesar 75 % atau sebanyak 18 siswa. Sehingga
pada siklus II ini telah mencapai target keberhasilan untuk ranah psikomotorik.

4) Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa dari Ranah Afektif


dan Psikomotorik
Pengamatan efektivitas pembelajaran siswa diambilakan dari prosentase
ranah afektif atau sikap dan psikomotorik atau keterampilan pada lembar
observasi. Adapun hasil observasi untuk efektivitas pembelajaran siswa pada
silkus II dapat dilihat pada tabel 4.3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

97

Tabel 4.3. Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa Siklus II


Capaian
NO Indikator Efektivitas
(%)
1 Perhatian mengikuti pelajaran (A1) 69,20%
2 Keaktifan mendiskusikan materi (A2) 76,09%
3 Kehadiran di kelas(A3) 98,55%
4 Bertanggung jawab (A4) 72,46%
5 Berinteraksi dengan guru (A5) 78,99%
6 Mengerjakan tugas dari guru (A6) 69,20%
7 Melakukukan kerjasama dalam kelompok (P1) 76,09%
8 Kemampuan memberikan tanggapan saat berdiskusi (P2) 76,90%
9 Melakukan komunikasi mengenai hasil diskusi (P3) 76,36%
10 Kemampuan mempresentasikan hasil diskusi (P4) 77,72%
JUMLAH 771,56%
RERATA 77.16%

Data tabel 4.3 dapat divisualisasikan menjadi gambar 4.17 di bawah ini
dan untuk keterangan penjelasan tabel gambar ada dibawah gambar grafik
efektifitas pembelajaran siswa siklus II.

Grafik Efektivitas Pembelajaran Siswa Siklus II


98.55%
100
78.99% 76.9% 77.72%
76.095 76.09% 76.36%
80 69.2% 72.46% 69.2%
prosentase ( % 0

60
Grafik
40 Efektivitas
Pembelajaran
20 Siswa Siklus II

0
A1 A2 A3 A4 A5 A6 P1 P2 P3 P4

commit
Gambar 4.17. Grafik Hasil Observasi to user Pembelajaran Siswa Siklus II.
Efektivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

98

Berdasarkan pada tebel 4.3 dan gambar 4.17 diketahui peningkatan hasil
ranah afektif ( A1-A6) dan psikomotorik ( P1-P4) siswa pada siklus II, rentangan
nilai prosentase untuk tiap indikator berkisar antara 69,20% - 98,55%, dengan
nilai rata-rata sebesar 77,16%. Indikator tertinggi pada ranah afektif sebesar
98,55% terdapat pada aspek kehadiran siswa (A3) dan pada ranah psikomotorik
sebesar 77,72% terdapat pada Kemampuan mempresentasikan hasil diskusi (P4)
dimana kelompok yang mendapatkan nilai adalah kelompok 1,3,5 dan 6 karena
mereka aktif dalam berdiskusi. Hal ini menunjukkan bahwa minat dan sikap siswa
dalam mengikuti pembelajaran cukup tinggi. Selain itu siswa juga mampu
bekerjasama dengan baik ketika melakukan diskusi kelompok, sehingga
efektivitas pembelajaran dapat tercapai. Target keberhasilan untuk efektivitas
siswa yang ditetapkam peneliti adalah sebesar 75% rata–rata kelas, sehingga
efektivitas pembelajaran untuk siklus II yang mencapai 77,16 % telah sesuai
target keberhasilan yang ditetapkan peneliti.

5) Hasil Observasi Penilaian Kompetensi Siswa


Nilai kompetensi siswa diperoleh dari pengolahan nilai kognitif dengan
bobot nilai 50%, nilai afektif dengan bobot nilai 10% dan nilai psikomotor dengan
bobot nilai 40%. Ketutasan belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran muatan
lokal program produktif yaitu Auto Cad adalah apabila siswa mencapai nilai
KKM yaitu 75.
Hasil nilai kompetensi siswa pada siklus II adalah sebagai berikut :
1. Siswa yang tuntas belajar dengan nilai ≥ 75 sebanyak 18 siswa.
2. Siswa yang belum tuntas belajar dengan nilai < 75 sebanyak 5 siswa.
(data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 48)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

99

Diagram Prosentase Nilai Kompetensi


Siswa Siklus II

Tidak Tuntas
22%

Tuntas
Tuntas Tidak Tuntas
78%

Gambar 4.18. Diagram Prosentase Nilai Kompetensi Siswa Siklus II


(Katuntasan kelas)

Dari gambar 4.18 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 18 siswa tuntas


belajar pada pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu
Auto Cad dengan prosentase 78 %, sedangkan sebesar 22 % atau sejumlah 5 siswa
masih belum tuntas belajar karena nilai yang diperoleh belum mencapai nilai
KKM yaitu 75. Adapun rata-rata nilai kompetensi kelas mengalami peningkatan
dari siklus I sebesar 72,31 menjadi 78,01 setelah siklus II. Setelah diadakannya
tindakan kelas di siklus II, nilai kompetensi siswa mengalami peningkatan dari
siklus I. Penyempurnaa dari kekurangan yang ada di siklus I nampak jelas
perubahan dari hasil yang diperoleh.
Pada siklus II ini, hasil ketuntasan kelas atau target keberhasilan yang
ditetapkan sebesar 75% telah tercapai, sebab siswa yang tuntas belajarnya telah
mencapai sebesar 78 % dari jumlah siswa yang ada.

d. Tahap Refleksi
1) Pengelolaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad
di siklus II, pada umumnya semakin baik bila dibandingkan dengan siklus
I. Hal ini dikarenakan gurucommit to user
berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

100

yang terjadi pada siklus I. Tindakan yang dilakukan telah berjalan dengan
baik sesuai dengan perencanaan.
2) Refleksi dilakukan terhadap hasil pelaksanaan tindakan siklus II di kelas.
Dari kegiatan pembelajaran tersebut, diperoleh beberapa hal yang dapat
dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu
:
(a) Proses pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif
yaitu Auto Cad dengan menerapkan metode STAD dengan
menggunakan media pembelajaran, telah berjalan sesuai prosedur yang
direncanakan.
(b) Suasana kelas cukup terkendali selama proses diskusi, menyampaikan
hasil kerja kelompok, serta mencapai hasil yang cukup optimal.
(c) Kerjasama antarsiswa dalam kelompok serta sportifitas dalam
melaksanakan permainan dan kompetisi dinilai berjalan baik dan
cukup terkendali.
(d) Jumlah siswa yang mangantuk, malas-malasan dan ramai dalam kelas
mulai berkurang.
(e) Ketuntasan hasil belajar siswa ranah kognitif pada siklus I yaitu
sebesar 65% atau sebanyak 15 orang, sedangkan pada siklus II adalah
78% atau sebanyak 18 siswa. Ini berarti hasil belajar siswa kelas XI
TKK tahun ajaran 2011/2012 SMK N 5 Surakarta sudah memenuhi
target keberhasilan yaitu 75 % dengan pencapaian skor 75 (nilai
KKM).
(f) Berdasarkan hasil penilaian kompetensi siswa menunjukkan bahwa
siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan dibanding pada
siklus I, yaitu ada 12 siswa yang tuntas belajar (52%), sedangkan
sesudah diadakannya tindakan pada siklus II ada 18 siswa ( 78% )
yang tuntas belajar. Hal ini berarti hasil belajar siswa kelas XI TKK
2011/2012 SMK Negeri 5 Surakarta mengalami peningkatan, dan
sudah memenuhi target keberhasilan kelas yaitu sebesar 75% dari
commit
jumlah siswa dalam satu kelas.to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

101

(g) Efektifitas pembelajaran secara klasikal yang diamati melalui ranah


afektif dan psikomotorik, meningkat di siklus II ini menjadi 77,16%
dari 73,67% di siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar tersebut
membuktikan bahwa efektivitas pembelajaran dapat tercapai karena
telah memenuhi target keberhasilan yang sudah ditetapkan yakni
sebesar 75% dari rerata kelas.
3) Tindak lanjut berupa peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dapat
dilakukan lagi oleh guru pelaksana pembelajaran muatan lokal program
produktif yaitu Auto Cad, sehingga dapat memberikan hasil yang semakin
baik, dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa,
baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. Pembahasan Antar Siklus

Pembahasan antar siklus ini meliputi efektivitas pembelajaran dan hasil


belajar siswa pada pra siklus (kondisi awal sebelum tindakan), siklus I dan siklus
II yang diambil dari hasil observasi ranah afektif, kognitif dan psikomotorik
secara klasikal. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran dengan
menggunakan metode STAD yang divariasikan dengan media pembelajaran pada
siklus II, menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada sikus I. Hasil belajar pada
siklus terakhir (siklus II) menunjukkan peningkatan hasil yang optimal dan
mencapai target keberhasilan yang ditetapkan. Dapat dinyatakan bahwa metode
STAD yang divariasikan dengan media pembelajaran pada mata pelajaran Auto
Cad dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKK SMK N 5 Surakarta,
sehingga efektivitas pembelajaran dapat tercapai.

Perbadingan hasil pelaksanaan tindakan pada pra siklus (sebelum


tindakan), siklus I dan siklus II disajikan dalam data berikut ini :
a. Hasil Tes Kognitif
Pemahaman siswa terhadapa materi Denah rumah sederhana telah
dipelajarai pada tiap siklus dapat diketahui dari hasil tes kognitif, sebagaimana
tersaji pada tabel 4.4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

102

Tabel 4.4. Capaian Ketuntasan Nilai Kognitif Siswa


Jumlah/
Jumlah/Nilai Jumlah/Nilai Nilai
No Uraian Pencapaian Hasil
Pra Siklus Siklus I Siklus
II
1 Siswa mendapat nilai ≥ 75 10 15 18
2 Siswa mendapat nilai < 75 13 8 5
3 Rerata nilai kognitif 68,26 71,74 79,13
4 Ketuntasan Klasikal 43% 65% 78%
5 Ketidaktuntasan 57% 35% 22%

Berikut ini adalah visualisasi data hasil tes kognitif untuk capaian
ketuntasan klasikal tiap siklus dapat divisualisasikan pada gambar 4.19.

Grafik Capaian Ketuntasan Nilai Kognitif Siswa


100
Prosentase Ketercapaian (%)

90 79.13
80 71.74 78 %
68.26
70
65 %
60
57 % Rerata Nilai
50
43 % Ketuntasan Klasikal
40
35 % Ketidak Tuntasan
30
20 22 %
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.19. Grafik Capaian Ketuntasan Nilai Kognitif Siswa

Berdasarkan pada tabel 4.4 dan gambar 4.19, terlihat capaian ketuntasan
belajar siswa pada ranah kognitif semakin meningkat. Pada pra siklus, capaian
commit to user
ketuntasan hanya mencapai kurang dari setengah jumlah siswa yang ada (43%),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

103

selanjutnya dengan memberikan tindakan terhadap siswa dengan menerapkan


metode STAD dengan menggunakan media pembelajaran menunjukkan
peningkatan pada siklus I sebesar 22 % yaitu menjadi 65 %. Hal ini berarti proses
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari semakin membaik. Begitu pula
pada siklus II, terjadi kenaikan prosentase ketuntasan dari siklus I yaitu menjadi
78 %. Rerata nilai kelas juga menunjukkan peningkatan dari pra siklus 68,26
meningkat menjadi 71,74% pada siklus I dan naik menjadi 79,13 di siklus II.

b. Hasil Observasi Afektif Siswa


Observasi secara khusus pada setiap siswa dilakukan terhadap aspek
afektif atau sikap siswa, yang hasilnya dicantumkan pada lembar observasi ranah
afektif. Adapun data capaian ketuntasan nilai hasil observasi afektif ditunjukkan
pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Capaian Ketuntasan Nilai Afektif Siswa

Jumlah/Nilai Jumlah/Nilai
No Uraian Pencapaian Hasil
Siklus I Siklus II

1 Siswa mendapat nilai ≥ 75 13 18


2 Siswa mendapat nilai < 75 10 5
3 Rerata nilai afektif 74,46 77,42
4 Ketuntasan Klasikal 57% 78%
5 Ketidaktuntasan 43% 22%

Data hasil obsevasi ranah afektif tiap siswa untuk capaian ketuntasan
klasikal tiap siklus dapat divisualisasikan pada gambar 4.20.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

104

Grafik Capaian Ketuntasan Ranah Afektif


Siswa
100
Prosentase Ketercapaiaan(%)

80 77.42 78 %
74.46
60 57 % Rerata Nilai
40 Ketuntasan Klasikal
43 %
Ketidak Tuntasan
20
22 %
0
Siklus I Siklus II

Gambar 4.20. Grafik Capaian Ketuntasan Ranah Afektif Siswa

Berdasarkan pada tabel 4.5 dan gambar 4.20, menunjukkan kenaikan


hasil belajar ranah afektif pada siklus I dan siklus II. Setelah diterapkannya
metode STAD dengan menggunakan media pembelajaran, capaian ketuntasan
klasikal efektivitas pembelajaran menunjukkan peningkatan pada siklus I menjadi
sebesar 57 % dengan rerata nilai kelas 74,46. Hal ini berarti minat dan sikap
siswa yang terbentuk selama kegiatan belajar berlangsung semakin membaik.
Minat dan sikap siswa dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui
aktifitas yang dilakukan yaitu : penerimaan siswa terhadap pelajaran, partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran dan penentuan sikap atau penilaian dari siswa.
Peningkatan capaian ketuntasan klasikal ranah afektif juga terjadi pada siklus II
dari siklus I yaitu menjadi 78% dengan pencapaian rerata nilai kelas 77,42. Dari
diagram diatas disimpulkan bahwa penerapan metode STAD dengan
menggunakan media pembelajaran terbukti efektif dengan adanya peningkatan
ranah afektif di setiap siklus.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

105

c. Hasil Observasi Psikomotorik Siswa

Observasi secara khusus pada setiap siswa dilakukan terhadap ranah


psikomotorik, yang hasilnya dicantumkan pada lembar observasi ranah
psikomotorik. Data hasil observasi untuk hasil belajar ranah psikomotorik siswa
pra siklus, siklus I, dan siklus II, disajikan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Capaian Ketuntasan Ranah Psikomotorik Siswa


Jumlah/Nilai Jumlah/Nilai
No Uraian Pencapaian Hasil
Siklus I Siklus II
1 Siswa mendapat nilai ≥ 75 15 19
2 Siswa mendapat nilai < 75 8 4
3 Rerata nilai psikomotorik 72,49 76,77
4 Ketuntasan Klasikal 65% 83%
5 Ketidaktuntasan 35% 17%

Data hasil obsevasi ranah psikomotorik tiap siswa untuk capaian


ketuntasan klasikal tiap siklus dapat divisualisasikan pada gambar 4.21.

Grafik Capaian Ketuntasan Ranah


Psikomotorik Siswa
100
90
Prosentase Ketercapaian(%)

80 77.42 35%
74.46
70
60
65% Rerata Nilai
50
Ketuntasan Klasikal
40
35% Ketidak Tuntasan
30
20
17%
10
0
Siklus I Siklus II
commit to user
Gambar 4.21. Grafik Capaian Ketuntasan Ranah Psikomotorik Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

106

Dari gambar 4.21 dapat diketahui bahwa prosentase ranah psikomotorik


siswa mengalami kenaikan seiring dengan tindakan yang diberikan tiap siklus.
Capaian ketuntasan pada pra siklus, menunjukkan hanya terjadi pada 12 siswa
yang tuntas dengan rerata nilai kelas hanya sebesar 68,21. Hal ini berarti kurang
dari setengah jumlah siswa (52%) yang mendapat nilai lebih dari atau sama
dengan skor 75. Setelah diterapkannya metode STAD dengan menggunakan
media pembelajaran capaian ketuntasan klasikal menunjukkan peningkatan
menjadi sebesar 65% pada siklus I dengan rerata nilai kelas 72,49. Peningkatan
capaian ketuntasan klasikal juga terjadi hingga mencapai terget keberhasilan yaitu
menjadi 83% pada siklus II dengan rerata nilai kelas 76,77. Hal ini berarti
efektivitas pembelajaran ranah psikomotorik siswa dalam kelompok maupun
individu mengalami perbaikan.

d. Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa

Observasi terhadap efektivitas pembelajaran siswa selama proses


pembelajaran berlangsung diambilkan dari pengamatan afektif dan psikomotorik
siswa secara klasikal. Tiap aspek (afektif dan psikomotorik) diuraikan menjadi
indikator-indikator yang telah dijabarkan menjadi kata kerja operasional masing-
masing aspek. Berikut ini disajikan rekapitulasi hasil observasi efektivitas
pembelajaran siswa kelas XI TKK SMK N 5 Surakarta selama kegiatan
pembelajaran Auto Cad berlangsung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

107

Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran Siswa


NO Indikator Efektivitas Siklus 1 Siklus 2
1 Perhatian mengikuti pelajaran (A1) 67,39 69,20
2 Keaktifan mendiskusikan materi (A2) 70,29 76,09
3 Kehadiran di kelas(A3) 92,03 98,55
4 Bertanggung jawab (A4) 72,46 72,46
5 Berinteraksi dengan guru (A5) 75,72 78,99
6 Mengerjakan tugas dari guru (A6) 68,84 69,20
7 Melakukukan kerjasama dalam kelompok (P1) 69,84 76,09
8 Kemampuan memberikan tanggapan saat
73,10 76,90
berdiskusi (P2)
9 Melakukan komunikasi mengenai hasil diskusi
70,11 76,36
(P3)
10 Kemampuan mempresentasikan hasil diskusi (P4) 76,90 77,72
JUMLAH 736,68 771,56
RERATA 73,67 77,16
Data hasil observasi efektivitas pembelajaran siswa pada siklus I, dan
siklus II dapat divisualisasikan pada gambar 4.22.

Grafik Rekapitulasi Hasil Observasi


Efektivitas Pembelajaran Siswa
100
Prosentase Ketercapaian(%)

80 73.67%
68.62%
60

40 Tuntas

20

0
Siklus 1 Siklus 2

Gambar 4.22. Grafik Rekapitulasi Hasil Observasi Efektivitas Pembelajaran


commit to user
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

108

Pada tabel 4.8 dan gambar 4.22 dapat dilihat bahwa prosentase rata-rata
tiap indikator efektivitas pembelajaran siswa pada tiap siklus semua mengalami
kenaikan. Aktifitas siswa seperti perhatian mengikuti pelajaran, berinteraksi
dengan guru, dan mengerjakan tugas meningkat. Melakukan kerjasama dalam
kelompok, kemampuan memberikan tanggapan saat berdiskusi menunjukkan
kemajuan yang baik. Dengan bimbingan dari guru, siswa mampu mengatur waktu
belajar dengan baik. Berikut di bawah ini merupakan deskripsi hasil pengamatan
efektivitas pembelajaran tersebut antara lain :
1) Siswa menunjukkan perhatian dan mengikuti pelajaran dengan sungguh-
sungguh serta konsentrasi.
2) Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran baik secara kelompok
maupun individu meningkat, siswa juga bersedia mematuhi peraturan
dalam kegiatan-kegiatan belajar yang berlangsung.
3) Siswa mau mendengarkan siswa lain yang menyampaikan pendapat atau
jawaban atas pertanyaan guru dan menghargainya serta tidak segan
menyampaikan pertanyaan, ide atau pendapat yang sekiranya berbeda di
dalam kelompok, di depan kelas atau kepada guru.
4) Siswa lebih bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya. Selain itu,
kesediaan memperbaiki hasil pekerjaannya jika terdapat kekurangan lebih
meningkat sehingga tidak perlu diperintah oleh guru berkali-kali.
5) Kepercayan diri dan sikap disiplin siswa lebih terbentuk dalam proses
belajar.
6) Kemampuan dan kreativitas siswa dalam mengaitkan pelajaran dengan
kehidupan nyata semakin terbentuk dengan baik. Kemauan dan perhatian
untuk belajar juga semakin meningkat.
7) Sebagian besar siswa telah dapat mengerjakan tugas-tugas atau latihan
dalam kegiatan belajar melalui bimbingan guru dengan tertib dan teratur.
8) Kebiasaan baik siswa mulai terasah, antara lain mulai mengatur waktu
belajar dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan baik,
melaksanakan ujian atau ulangan dengan tertib dan teratur serta percaya
diri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

109

9) Siswa mulai mampu beradaptasi dengan siswa lain dalam kelompok yang
memiliki karakteristik berbeda-beda, membangun kerja sama dan
memecahkan masalah bersama tanpa muncul keributan yang berarti.
Berdasarkan deskripsi hasil pengamatan efektivitas pembelajaran dari
data-data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II di atas, maka dapat dinyatakan
bahwa penerapan metode STAD dengan menggunakan media pembelajaran
tergolong efektif, sehingga efektivitas pembelajaran dapat tercapai dan proses
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad
berlangsung efektif.

e. Hasil Observasi Peningkatan Hasil Belajar siswa


Hasil Observasi peningkatan hasil belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung diperoleh dari penilaian baik dari ranah kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Berikut ini disajikan rekapitulasi Hasil Observasi
peningkatan hasil belajar siswa kelas XI TKK SMK N 5 Surakarta selama
pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad
berlangsung.

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Hasil Belajar siswa


Jumlah/Nilai Jumlah/Nilai Jumlah/Nilai
No Uraian Pencapaian Hasil
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Siswa Tuntas 9 12 18
2 Siswa Tidak Tuntas 14 11 5
3 Rerata nilai 68,26 71,74 79,13
4 Ketuntasan Klasikal 57% 65% 78%
5 Ketidaktuntasan 43% 35% 22%

Data tabel 4.9 dapat dilihat dalam gambar grafik 4.22 di bawah ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

110

Grafik Rekapitulasi Hasil Observasi


Peningkatan Hasil Belajar Siswa
100
90
80 79.13
70 71.74
Prosentase (%)

68.26 78
65
60 57 Rerata
50
40 43 Ketuntasan Klasikal
35
30 Ketidaktuntasan
20 22
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.23. Grafik Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Hasil Belajar


Siswa

Berdasrkan tabel 4.9 dan gambar 4.23 dapat diketahui bahwa prosentase
ketuntasan hasil belajar yang dilihat dari tiga aspek (ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik) mengalami peningkatan baik dari pra siklus, siklus I dan siklus II.
Capaian ketuntasan pada pra siklus, menunjukkan hanya terjadi pada 11 siswa
yang tuntas dengan rerata nilai kelas hanya sebesar 68,26 (lihat lampiran 37) . Hal
ini berarti kurang dari setengah jumlah siswa (57 %) yang mendapat nilai lebih
dari atau sama dengan skor 75. Setelah diterapkannya metode STAD dengan
menggunakan media pembelajaran, capaian ketuntasan klasikal menunjukkan
peningkatan menjadi sebesar 65% pada siklus I dengan rerata nilai kelas 71,74.
(lihat Lampiran 38). Peningkatan capaian ketuntasan klasikal juga terjadi hingga
mencapai terget keberhasilan yaitu menjadi 78% pada siklus II dengan rerata nilai
kelas 79,13 (lihat Lampiran 39). Dari gambar 4.23 disimpulkan bahwa penerapan
metode STAD dengan menggunakan media pembelajaran terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa baik dari ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

111

f. Hasil Penilaian Kompetensi Siswa


Hasil penilaian kompetensi siswa dalam pembelajaran didapat setelah
melakukan pengolahan nilai kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh
siswa. Adapun bobot untuk tiap nilai pada tiap aspek yaitu : 10% nilai afektif,
40% nilai psikomotor, dan 50% nilai kognitif. Nilai KKM yang telah ditetapkan
dari pihak sekolah adalah 75. Jadi siswa dapat dinyatakan tuntas belajarnya jika
mendapat nilai kompetensi dari pengolahan nilai kognitif, afektif, dan psikomotor
sebesar 75 (lihat Lampiran 43, 44, 45). Hasil penilaian pada pra siklus, siklus I,
dan siklus II terhadap 23 siswa kelas XI TKK SMK N 5 Surakarta pada mata
pelajaran muatan lokal program produksi Auto Cad adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10. Capaian Ketuntasan Nilai Kompetensi Auto Cad Siswa Kelas XI TKK
SMK N 5 Surakarta
Jumlah/
Jumlah/Nilai Jumlah/Nilai
No Uraian Pencapaian Hasil Nilai
Pra Siklus Siklus I
Siklus II
1 Siswa mendapat nilai ≥ 75 9 12 18
2 Siswa mendapat nilai < 75 14 11 5
3 Rerata nilai kompetensi 68,30 72,31 78,01
4 Ketuntasan Klasikal 39 % 52 % 78 %
5 Ketidaktuntasan 61 % 48 % 22 %

Data hasil peningkatan nilai kompetensi belajar siswa mata pelajaran


muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad pada sebelum tindakan, siklus I,
dan siklus II dapat divisualisasikan pada gambar 4.24.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

112

Grafik Capaian Ketuntasan Nilai Kompetensi


Siswa
100
90
78%
Prosentase Ketercapaian(%)

80 78.01
70 72.31
68.3
60 61% 52%
Rerata Nilai
50 48%
Ketuntasan Klasikal
40 39%
30 Ketidak Tuntasan

20 22%
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.24. Grafik Capaian Ketuntasan Nilai Kompetensi Siswa


( Ketuntasan Kelas )

Berdasarkan data pada tabel 4.10 dan gambar 4.24 dapat dilihat bahwa
sebelum tindakan dilakukan, nilai kompetensi siswa yang tuntas belajar hanya
sebanyak 9 siswa (39 %) dengan rerata nilai kelas hanya sebesar 68,3. Keadaan
hasil belajar yang seperti ini, maka perlu dilakukan tindakan nyata sebagai upaya
perbaikan pembelajaran yaitu dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas
melalui penerapan metode STAD menggunakan media pembelajaran dengan
pencapaian target keberhasilan kasikal sebesar 75 % dihitung dari jumlah siswa
yang mendapatkan nilai ≥75.
Pada siklus I setelah dilaksanakannya tindakan sesuai prosedur
perencanaan, perolehan nilai hasil belajar siswa yang tuntas belajar dalam
kompetensi untuk mata pelajaran Auto Cad mengalami perbaikan menjadi
sebanyak 12 siswa (52%), rerata nilai kelas juga mengalami kenaikan menjadi
72,31. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase siswa yang belum tuntas belajar
masih sebanyak 11 siswa (48%). Dari data tersebut disimpulkan bahwa
commit
pencapaian untuk peningkatan hasil to user
belajar belum mencapai prosentase 75 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

113

sesuai target keberhasilan. Dari tindakan yang telah dilakukan pada siklus I ini,
dilakukan analisis dan refleksi terhadap kekurangan-kekurangan pelaksanaan
tindakan yang telah terlaksana, sehingga dapat digunakan sebagi perencanaan dan
perbaikan pada tindakan siklus II yang akan dilaksanakan agar tercapai target
keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75 % dari jumlah siswa yang ada atau
sejumlah 18 siswa.
Pada tindakan yang telah dilaksanakan di siklus II, menunjukkan
prosentase keberhasilan nilai hasil belajar siswa yang tuntas belajar dalam
kompetensi untuk pelaksanaan pembelajaran muatan lokal program produktif
yaitu Auto Cad menjadi sebanyak 18 siswa (78%), sedangkan yang belum
mencapai ketuntasan hanya sebanyak 5 siswa (22%). Ini berarti hasil belajar siswa
kelas XI TKK 2011/2012 SMK N 5 Surakarta telah memenuhi target keberhasilan
yang direncanakan yaitu berhasil melampaui target 75 %.
Dari data-data hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat
bahwa proses pembelajaran secara keseluruhan telah mencapai target minimal
yang ditentukan, sehingga pelaksanaan tindakan kelas dapat dihentikan siklus II.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode STAD dengan
menggunakan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
XI TKK SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 pada pelaksanaan
pembelajaran muatan lokal program produktif yaitu Auto Cad.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dengan penggunaan media pembelajaran Auto Cad dengan model kooperatif tipe
student teams achievement division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar
siswa di SMK Negeri 5 surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 dengan kompetensi
menggambar denah rumah sederhana menunjukkan bahwa :
1. Penggunaan media pembelajaran Auto Cad dengan model kooperatif tipe
student teams achievement division (STAD) dapat meningkatan hasil belajar
siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Efektivitas pembelajaran mengalami peningkatan atau perbaikan yaitu
dengan adanya peningkatan dari setiap siklus baik dari ranah afektif maupun
psikomotorik, sehingga penggunaan media pembelajaran terbukti efektif.

B. Implikasi
Implikasi atau dampak dari dilaksanakan penelitian ini antara lain yaitu :
1. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Teknik Konstruksi Kayu
SMK Negeri 5 Surakarta pada mata pelajaran muatan lokal program produktif
yaitu Auto Cad.
2. Meningkatkan peran aktif siswa selama proses pembelajaran dan kemampuan
siswa dalam merekonstruksi pengetahuannya, sehingga efektivitas
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
3. Kemampuan guru dalam mengelola kelas dapat semakin ditingkatkan, yaitu
membagi waktu dengan baik antara penyampaian materi secara serius dengan
kegiatan permainan atau diskusi yang dilaksanakan, sehingga semua kegiatan
dapat berjalan dengan lancar, efektif dan terkontrol.
4. Hasil penelitian dapat memperluas pengetahuan bagi pembaca tentang
pentingnya penggunaan media pembelajaran Auto Cad dengan model
commit to user
114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

115

kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) dalam


meningkatkan kualitas pembelajaran.

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka beberapa saran yang peneliti
kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru yang belum menerapkan metode pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) dan media pembelajaran Auto Cad, dapat
menerapkan metode dan media pembelajaran tersebut dengan berbagai
komponennya dalam pembelajaran agar pemahaman siswa menjadi lebih
meningkat, namun dalam penerapannya harus diikuti penyesuaian dengan
konteks kelas maupun sekolah masing-masing, karena tiap–tiap sekolah
memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan sekolah lain. Maka
dengan adanya penyesuaian tersebut diharapkan dapat menciptakan pola
pengajaran yang lebih baik.
2. Penelitian ini hendaknya dilanjutkan dengan meneliti model pembelajaran
lain yang lebih cocok untuk digabungkan dengan penerapan media
pembelajaran video.
3. Disarankan hendaknya dilanjutkan dengan penelitian survey perbandingan
untuk mengetahui apakah hasil penerapan model pembelajaran yang berbeda
dengan media Video dapat menunjang pembelajaran di SMK.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai