Anda di halaman 1dari 10

HANDOUT

KIMIA

HUKUM DASAR KIMIA


Untuk SMA/MA Kelas X Semester 2

Indikator Pencapaian:
3.10.1 Menjelaskan satuan massa atom
3.10.2 Menjelaskan konsep massa atom
relatif (Ar) dan massa molekul
relatif (Mr)
3.10.3 Menghitung besarnya massa
atom relatif dan massa molekul
relatif (Mr) senyawa

Rini Sulistyowati, S.Pd

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 11


Hukum kimia adalah suatu keteraturan dalam ilmu kimia yang berlaku secara umum.
Hukum dasar kimia yang akan dibahas yaitu, Hukum Kekekalan Massa, Hukum
Perbandingan tetap, Hukum Kelipatan Perbandingan, Hukum Perbandingan Volum, dan
Hipotesis Avogadro.

1. HUKUM KEKEKALAN MASSA


Antoine Laurent Lavoisier pada tahun 1743 – 1794 melalukan pengamatan kuantitatif
mengenai keterlibatan gas pada reaksi kimia. Antoine melakukan eksperimen dengan
memanaskan merkuri sebanyak 530 gram dalam wadah tertutup yang terhubung dengan
udara dalam silinder ukur. Di akhir eksperimen, ternyata volume udara dalam silinder telah
berkurang sebanyak 1/5 bagian. Sedangkan merkuri berubah menjadi calx merkuri (berwarna
merah) dengan massa sebesar 572,4 gram; atau terjadi pertambah massa sebanyak 42,4 gram.
Besarnya pertambahan ini ternyata sama dengan massa 1/5 bagian udara yang berkurang
dalam silinder.

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 12


Eksperimen Lavoisier
Logam Merkuri + 1/5 bagian udara → calx
530 gram 42,4 gram 572,4 gram

Dari reaksi tersebut, Lavoisier mengamati total massa zat – zat sebelum reaksi sama
dengan massa total sesudah reaksi. Kemudian Lavoisier memanaskan kembali calx merkuri
yang dihasilkan dengan panas yang lebih besar. Pada akhir reaksi Lavoisier memperoleh
kembali logam merkuri dan 1/5 bagian udara yang hilang tadi, dengan total massa sama
dengan calx merkuri. Ternyata, diketahui bahwa massa udara yang dibutuhan pada proses
pemanasan logam merkuri sama dengan massa udara yang dihasilkan dari pemanasan calx
merkuri.

2HgO(s)  Hg(l) + O2(g)


Merkuri oksida Raksa Oksigen
Dari eksperimen tersebut, Lavoisier mengemukakan hukum kekekalan massa atau
dikenal sebagai Hukum Lavoisier yang menyatakan bahwa “Dalam suatu reaski kimia
massa total zat – zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat – zat hasil
reaksi”.

2. HUKUM PERBANDINGAN TETAP


Pada tahun 1799, Joseph Louis Proust menemukan sifat penting dari suatu senyawa.
Senyawa yang sama, meskipun berasal dari sumber yang berbeda atau dibuat dengan cara
yang berbeda, ternyata mempunyai komposisi yang sama. Salah satu eksperimen yang
dilakukannya adalah mereaksikan unsur hidrogen dan unsur oksigen selalu bereaksi
membentuk senyawa air dengan perbandingan massa yang tetap, yaitu 1 : 8.

Massa hidrogen : Massa oksigen = 1 : 8

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 13


Massa unsur H Massa unsur O Massa senyawa air Sisa unsur H atau O
yang direaksikan yang direaksikan yang terbentuk (gram)
(gram) (gram) (gram)
1 8 9 0
2 8 9 1 gram H
1 9 9 1 gram O
2 16 18 0
Proust menemukan bahwa senyawa selalu mengandung unsur – unsur dengan
perbandingan tetap dan tertentu. Proust mengemukakan hukum perbandingan tetap yang
dikenal sebagai Hukum Proust, yang berbunyi “Perbandingan massa unsur – unsur dalam
suatu senyawa adalah tetap”. Dalam menggunakan Hukum Proust, dapat dihitung dengan
cermat jumlah gram suatu unsur yang diperlukan untuk membuat suatu senyawa dengan
massa tertentu, sesuai yang diingkan. Sebaliknya, berapa gram massa suatu unsur yang
terdapat dalam suatu senyawa tertentu juga dapat dihitung. Senyawa adalah zat yang
terbentuk oleh dua atau lebih unsur yang berbeda jenis di mana perbandingan massa unsur –
unsur penyusunnya adalah tetap.

3. HUKUM KELIPATAN PERBANDINGAN


John Dalton menggunakan teori yang kita kenal sebagai teori atom Dalton. Postulat
dasar dari teori tersebut antara lain:

1. Materi tersusun dari partikel yang tidak bisa dibagi lagi, yaitu atom.
2. Atom-atom suatu unsur tertentu adalah sama, sedangkan unsur yang berbeda memiliki
jenis atom yang berbeda.
3. Reaksi kimia adalah penggabungan, pemisahan, atau penataan ulang dari atom-atom,
tetapi atom-atom itu sendiri tidak berubah.
4. Kombinasi unsur-unsur dalam pembentukan senyawa yang berbeda terjadi ketika atom-
atom dari unsur-unsur yang tidak sama bergabung dalam perbandingan bilangan bulat
dan sederhana.

John Dalton pada tahun 1766 – 1844 mengamati adanya keteraturan terkait dengan
perbandingan unsur dalam senyawa – senyawa. Dari dua unsur dapat dibentuk beberapa
senyawa dengan perbandingan massa yang berbeda – beda, misalnya reaksi antara unsur
nitrogen dan unsur oksigen yang menghasilkan dua jenis senyawa. Dua senyawa yang
dihasilkan adalah senyawa oksida nitrogen I dan senyawa oksida nitrogen II.

Jenis Senyawa Massa nitrogen Massa oksigen yang Massa senyawa


yang direaksikan direaksikan yang terbentuk
Nitrogen oksida I 0,875 gram 1,00 gram 1,875 gram
Nitrogen oksida II 1,75 gram 1,00 gram 2,75 gram

Dengan massa oksigen yang sama, ternyata perbandingan massa nitrogen dalam kedua
senyawa merupakan bilangan bulat yang sederhana.

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 14


Massa nitrogen dalam senyawa nitrogen oksida I
 0,875 gram :1,75 gram
Massa nitrogen dalam senyawa nitrogen oksida II

=1:2

Berdasarkan data hasil pengamatan, John Dalton merumuskan hukum kelipatan


berganda yang kemudian dikenal dengan Hukum Dalton yang berbunyi bahwa “Jika dua
jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu senyawa, dan jika massa – massa salah
satu unsur dalam senyawa – senyawa tersebut sama, sedangkan massa – massa unsur
lainnya berbeda, maka perbandingan massa unsur lainnya dalam senyawa – senyawa
tersebut merupakan bilangan bulat sederhana”.

4. HUKUM PERBANDINGAN VOLUM


Joseph Louis Gay-Lussac pada tahun 1778 – 1850 adalah seorang ilmuwan Perancis yang
melakukan studi tentang gas dengan pengukuran kuantitatif secara akurat. Gay-Lussac
melakukan percobaan tentang volume gas yang terlibat pada berbagai reaksi, di mana setiap
satu satuan volume gas hidrogen bereaksi dengan satu satuan volume gas klorin
menghasilkan dua satuan volume gas hidrogen klorida. Setiap dua satuan volume gas
hidrogen bereaksi dengan satu satuan volume gas oksigen menghasilkan dua satuan volume
uap1air.
satuan volume 1 satuan volume 2 satuan volume gas
gas hidrogen gas klorin hidrogen klorida
+

2 satuan volume 1 satuan volume 2 satuan volume uap


gas hidrogen + gas oksigen air

Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa :

Volume gas hidrogen : klorin : hidrogen klorida = 1 : 1 : 2

Volume gas hidrogen : oksigen : uap air = 2 : 1 : 2

a. Pada reaksi antara gas hidrogen dengan gas oksigen membentuk uap air pada suhu
(T) dan tekanan (P) tetap, perbandingan volum gas hidrogen : volum gas oksigen
: volum uap air sama dengan 2 : 1 : 2.
b. Pada reaksi antara gas hidrogen dengan gas klor membentuk uap hidrogen klorida
pada suhu (T) dan tekanan (P) tetap, perbandingan volum gas hidrogen: volum uap
hidrogen klorida sama dengan 1 : 1 : 2.
c. Pada reaksi antara gas nitrogen dengan gas hidrogen membentuk gas amonia pada
suhu (T) dan tekanan (P) tetap, perbandingan volume gas nitrogen : volum gas
hidrogen : volum gas amonia sama dengan 1 : 3 : 2.
2 volum hidrogen + 1 volum oksigen = 2 volum air

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 15


Semua koefisiennya sebanding dengan volume pereaksi dan produk gas. Volume gas
pereaksi dan produk dapat dituliskan dalam liter atau satuan volume lainnya. Ternyata
perbandingan volume gas dalam suatu reaksi sesuai dengan koefisien reaksi gas-gas tersebut.
Hal ini berarti bahwa, jika volume salah satu gas diketahui, maka volume gas yang lain dapat
ditentukan dengan cara membandingkan koefisien reaksinya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukannya, Gay-Lussac berkesimpulan bahwa
“Volume gas – gas yang bereaksi dan volume gas – gas hasil reaksi bila diukur pada suhu
dan tekanan yang sama, berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”. Selanjutnya,
kesimpulan ini disebut sebagai hukum perbandingan volum atau dikenal sebagai Hukum
Gay-Lussac.

5. HIPOTESIS AVOGADRO
Amedeo Avogadro pada tahun 1776 – 1857 menjelaskan kembali percobaan Gay-
Lussac. Menurut Avogadro, partikel unsur tidak harus selalu berupa atom tunggal
(monoatomik), tetapi dapat berupa 2 atom (diatomik) atau lebih (poliatomik). Avogadro
menyebut partikel tersebut sebagai molekul. Sehingga, bila bagian terkecil dari gas hidrogen
dan oksigen adalah molekul yang merupakan gabungan dari dua atom, maka didapatkan :

1
1 molekul hidrogen + molekul oksigen → 1 molekul air
2

(2 atom hidrogen) + (1 atom oksigen) → (2 atom hidrogen + 1 atom oksigen)

Berdasarkan konsep tersebut, maka sampai sekarang gas – gas (kecuali gas mulia)
dianggap sebagai molekul diatomik (gabungan dari dua atom) sehingga penulisan rumus
kimia gas hidrogen adalah H2 ; oksigen O2 ; nitrogen N2 ; dan seterusnya.

Ia mengajukan hipotesisnya yang berbunyi “ Pada suhu dan tekanan yang sama, semua
gas dengan volum yang sama akan mengandung jumlah molekul yang sama pula”, yang
dikenal sebagai Hipotesis Avogadro.

Hipotesis Avogadro masih belum diterima saat itu. Hal ini dikarenakn para ahli
termasuk Dalton masih beranggapan bahwa atom – atom hanya dapat bergabung melalui
ikatan elektrostatis. Menurut mereka, 2 atom sejenis akan saling tolak – menolak, sedangkan
2 atom berlainan jenis akan saling tarik – menarik. Jadi, mereka tidak memahami bagaimana
2 atom sejenis seperti atom H dapat berikatan membentuk molekul H2. Jika memang terjadi
tarik – menarik, mengapa tidak terbentuk H3 atau H4? Meski demikian, pada saat itu dari
hukum Gay-Lussac dan Hipotesis Avogadro dapat dikatakan bahwa perbandingan volum zat

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 16


– zat berwujud gas dalam reaksi kimia juga merupakan perbandingan jumlah molekulnya.
Hal ini memungkinkan penulisan rumus kimia zat – zat seperti hidrogen (H2), oksigen (O2),
klorin (Cl2), dan air (H2O).

Soal Latihan
1. Sebanyak 254 gram tembaga dan 128 gram belerang (sulfur) bereaksi habis membentuk
senyawa tembaga sulfida. Menurut Hukum Kekekalan Massa, berapa banyak tembaga
sulfida yang akan diperoleh dari reaksi tersebut?
A. 382 gram
B. 380 gram
C. 370 gram
D. 360 gram
E. 350 gram
2. Logam Magnesium bermassa 4 gram dibakar dengan oksigen menghasilkan magnesium
oksida. Jika massa oksigen yang digunakan 6 gram, berapa gram massa magnesium
oksida yang dihasilkan?
A. 15 gram
B. 13 gram
C. 10 gram
D. 8 gram
E. 5 gram
3. Pada reaksi antara logam magnesium sebanyak 10 gram dengan 6 gram oksigen sesuai
persamaan reaksi:
2Mg (s) + O2 (g) → 2MgO (s)
Ternyata dari percobaan dihasilkan 15 gram magnesium oksida dan sisa logam
magnesium sebanyak 1 gram. Kenyataan ini sesuai hukum …. (Ar Mg = 24, O = 16)
A. Dalton
B. Lavoisier
C. Boyle
D. Proust
E. Gay Lussac
4. Tahap awal pembuatan asam sitrat dalam industri melibatkan reaksi oksidasi amonia
yang menghasilkan nitrogen monoksida dan uap air menurut reaksi berikut ini:
4NH3 (g) + 5O2 (g) → 4NO (g) + 6H2O (g)
Volume nitrogen monoksida yang dihasilkan pada reaksi 6 liter gas amonia (P.T)
adalah ….
A. 4 liter
B. 6 liter
C. 10 liter
D. 12 liter
E. 14 liter
5. Pada reaksi antara logam magnesium sebanyak 10 gram dengan 6 gram oksigen sesuai
persamaan reaksi :
2 Mg (s) + O2 (g) ——– > 2 MgO (s)

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 17


Ternyata dari percobaan dihasilkan 15 gram magnesium oksida dan sisa logam
magnesium sebanyak 1 gram, berapakah massa oksigen dan massa Magnesium pada
magnesium oksida ? ( Ar Mg = 24, Ar O = 16)
A. 14 gram
B. 12 gram
C. 10 gram
D. 8 gram
E. 6 gram

Uraian
1. 8 gram tembaga dapat bereaksi dengan 4 gram belerang membentuk tembaga sulfida.
jika direaksikan 20 gram tembaga dengan 20 gram belerang, hitunglah:
a. tembaga sulfida yang terbentuk
b. massa pereaksi yang tersisa
2. Sejumlah logam besi dipijarkan dengan 3,2 gram belerang menghasilkan 8,8 gram
senyawa besi (II) sulfida. Berapa gram logam besi yang telah bereaksi?
3. Berapa volume gas belerang trioksida (SO3) yang terbentuk bila 2 L gas belerang
dioksida (SO2) bereaksi sempurna dengan gas oksigen? Diketahui perbandingan
volume gas yang bereaksi: 2:1:2
4. Tiga liter gas metana (CH4) dibakar sempurna menghasilkan gas CO2 dan H2 O. Jika
pengukuran dilakukan pada suhu dan tekanan yang sama, maka tentukan:
a. persamaan reaksinya;
b. volume gas oksigen yang diperlukan;
c. volume gas CO2 yang dihasilkan;
d. volume uap air yang dihasilkan!
5. Jika 50 mL gas CxHy dibakar dengan 250 mL oksigen, dihasilkan 150 mL karbon
dioksida dan sejumlah uap air. Semua gas diukur pada suhu dan tekanan yang sama.
Tentukan rumus CxHy.

Kunci Jawaban Soal Latihan dan Skor

No Kunci Jawaban Skor


1. A 1
2. C 1
3. D 1
4. B 1
5. E 1
Uraian
1. Perbandingan massa tembaga dan belerang dalam tembaga sulfida = 8 : 4
4. Agar semua 20 gram belerang habis bereaksi maka massa tembaga
yang dibutuhkan adalah:
8 g Cu
=  20 g S  40 gram Cu
4gS
Hal ini tidak mungkin terjadi karena tembaga yang tersedia hanya 20 g.
Agar semua tembaga habis bereaksi maka belerang yang bereaksi
adalah:
4 g Cu
=  20 g Cu  10 gram S
8gS

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 18


a. massa tembaga sulfida yang terbentuk = massa tembaga yang
bereaksi + massa belerang yang bereaksi = ( 20 + 10 ) gram = 50
gram
b. dari uraian di atas dapat diketahui bahwa yang tersisaa adalah
belerang sebanyak = ( 20 – 10 ) gram = 10 gram

2. Reaksinya : 2
Fe(s) + S(s) → FeS(s)
xg 3,2 g 8,8 g
Menurut hukum kekekalan massa:
Massa sebelum bereaksi = massa sesudah reaksi
(x + 3,2 g) = 8,8
x = 5,6 gram

3. 2SO2 + O2 –> 2SO3 2


2 volum : 1 volum : 2 volum
2 L :1L:2L
Jadi volum belerang trioksida sebanyak 2 Liter.

4. a. persamaan reaksi = CH4 (g) + 2 O2 (g) → 2 H2 O(g) + CO2(g) 4


Koefisien O 2
=  Volume Metana
Koefisien CH 4
b. volume gas oksigen
2
= 3
1
= 6 Liter
c. volume gas CO2
Koefisien CO 2
=  Volume Metana
Koefisien CH 4
1
= 3
1
= 3 Liter
d. volume uap air
Koefisien H 2 O
=  Volume Metana
Koefisien CH 4
2
= 3
1
= 6 Liter

5. Perbandingan volume gas sesuai dengan perbandingan 3


koefisiennya.Perbandingan volume yang ada disederhanakan,
kemudian dijadikan sebagai koefisien. Perhatikan reaksi berikut ini.
CxHy + O2 ———– > CO2 + H2O
50 mL 250 mL 150 mL
1 2 3
Karena koefisien H2O belum diketahui , dimisalkan koefisien H2O
adalah z maka didapatkan persamaan reaksi

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 19


CxHy + 5 O2 ———- > 3 CO2 + z H2O
∑ atom ruas kiri = ∑ atom ruas kanan
Berdasarakan jumlah atom O, 10 = 6 + z
z = 10 – 6 = 4
Sehingga persamaan reaksinya menjadi :
CxHy + 5 O2 ———- > 3 CO2 + 4 H2O
Untuk menentukan x dan y dilakukan penyetaraan jumlah atom C dan
H
∑ atom ruas kiri = ∑ atom ruas kanan
Jumlah atom C = x =3
Jumlah atom H = y = 8
Jadi didapati rumus CxHy adalah C3H8
Jumlah Skor 20

Skor yang diperoleh


Skor Akhir =  100
Skor Maksimal

Hukum Dasar Ilmu Kimia Hal 20

Anda mungkin juga menyukai