Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. M anajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses pengololaan tindakan penanganan kasus yang meliputi
assesment, perencanaan, pelaksanaan pelayanan, pemantauan/monitoring, dan evaluasi
untuk menangani masalah secara sistematis dengan berkoordinasi dan melibatkan
sumber-sumber yang di butuhkan.
Menurut Rothman manajemen kasus merupakan suatu penghubung antara klien
dengan jasa pelayanan yang menyediakan kebutuhan klien untuk pelayanan yang
berkelanjutan. Manajemen kasus adalah suatu pelayanan bagi klien yang dalam kondisi
sangat lain dalam sistem penyelenggaran pelayanan.
Sedangkan definisi lain menyebutkan bahwa manajemen kasus adalah suatu layanan
yang mengaitkan serta mengkoordinasikan bantuan dari institusi dan lembaga yang
memberikan dukungan medis, psikososial dan praktis bagi individu yang membutuhkan.
Moxley menjelaskan manajemen kasus sebagai:
“Suatu sistem pelayanan yang mengkoordinasikan dan melanjutkan suatu jaringan
dukungan-dukungan formal dan informal serta aktifitas-aktifitas yang di rencanakan
untuk mengoptimalkan fungsi dan kesejahteraan orang dengan kebutuhan-kebutuhan
yang beraneka ragam.
2. Model-Model Manajemen
Salomon mendefinisikan empat model yang sering di pakai pada manajemen kasu s .
Adapun adapun empat model tersebut yaitu :
1. Expanded Broker Model
Model ini tradisional manajemen kasus tradisional dan merupakan model umum di
mana petugas yang bekerja pada model ini bertindak sebagai broker yaiu yang
menghubungkan klien dengan agensi atau pelayanan lain manajemen kasus yang
terliha dalam model ini berntindak sebagai agen dibandingkan sebagai penyedia
pelayanan. Staf atau petugas manajemen kasus ini menggunakan elemen tugasny a
terutama untuk penilain perencanaan , pelaksanaan dan pendampinggi.
2. Rehabilition model
Model ini lebih banyak membantu klien untuk mencapai sukses pada lingkungan
yang di pilih nya di bandingkan memperlihattkan program komprehensif untuk
perbaikan di mana pada klien di lakukan penilaian fungsionL sebagai dasar dalam
melakukan perencanaan rehabilitas.
3. Personal strengiths Model
Model ini mempunyai dua dasar yaitu pertama untuk menjadi orang sukses maka
harus bisa menggunakan, mengembangkan dan menjalankan pontensi dan
mempunyai sumber unutk menjalankan. Kedua yaitu perilaku individu tergantung
sumber untuk menjalankannya.
4. Full Suport mempunyai fungsi tambahan yaitu unutk menyediakan secara langsung
sebagian atau seluruh jasa pelayanan yang dibutuhkan oleh klien. Petugas
manajemen kasus sangat sedikit peranananya sebagai penhubung antara klien dengan
jasa pelayanan yang ada di komunitas. Model ini sangat khas dimana tergantung tim
multidisplin yang terdiri dari spesialis sebagai jasa pelayanan yang
berbeda,misalnya bagian perumahan perawatan dan rehabilitas bertugas
memberikan emua kebutuhan sehingga merekah dapat menyusaikan fungsi
pelayanan manajemen kasus dasar di tambah dengan berbagai rehabilitas dan
pelayanan pengobatan .
3. Dasar-Dasar pelayan Manajemen
Ada empat pelayanan yang harus dipenuhi untuk kebersihan suatau manajemen kasus
yaitu :
a. Komunitass klien mendapatkan pelayanan yang komprehensif dalam periode waktu
yang di terapkan.
b. Aksebilitas klien dapat menggunkan pelayanan kapan saja di butuhkan
c. Akuntabilitas sistem bertanggung jawab terhadap pelayan yang di berikan kepada
klien.
d. Efisiensi sitem secara tepat dan ekonomis
4. Tahap –Tahap Manajemen
Adapaun tahap-tahap dalam manjemen kasus yaitu
1. Penilaian (asesment)
Sebelum melakukan tahap penilaian ini tim manajemen kasus mengadahkan
prescrening terhadap klien , unutk menentukan klien mana yang dapat ikut dalam
program manajemen kasus yang akan dilakukan .
a. Keadaan medis psikiatri klien dalam hal ini klien yang masih dalam kondisi akut
tidak diikutsertakan dalam program ini.
b. Ada tidaknya dukungan keluarga terhadap program ini dapat berpengaruh pada
keikutsertakan klien. Keluarga yang tidak mendukung akan dapat mengurangi
kesempatan klien untuk dapat mengikut program manjemen kasus.
Assesment yang bersifat komprehensif menjadi sangat penting dalam manajemen
kasus , yaitu assesment diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi.
2. Perencanaan (plaining)
Perencanaan yaitu tahap unutk menyusun dan mengembangkan layanan yang
menyeluruh untuk klien sesuai dengan haisl assesment . hasil-hasil identifikasi
masalah Yng didapatkan Dari tahap assesment (sesuai keinginan klien, masalah
kebutuhan nya serta sumber daya yang tersedia), kemudian di susun menjadi suatu
formulasi masalah, menyusun perencanaan .
Penetapan tujuan harus individual dan harus realitas berdasarkan hasil yang di
dapat dari assesmen, serta tujuan yang tercapai. Contoh klien yang memilikih
masalah disabilitas psikososial atau sulit berkomunikasi dengan orang disekitarnya
atau tidak ada ketrampilan untuk melakukan pekerjaan .
Dalam upaya penetapan tujuan tentunya harus berkonsultasi terlebih dahuluh
dengan tim multidisiplin berkaitan dengan penyusunan,yaitu seperti jenis pelayanan
yang mudah didapat klien dan penentuan anggota staf tim bertanggung jawab
terhadap pelayanan yang diberikan. Perencanaan intervensi mencakup perencanaan
penanganan dalam arti pemberian konseling langsung dan terapi serta perencanaan
pelayanan yang mencakup upaya mengkaitkan klien dengan dukungan eksternal
formal dan informal dalam peberian bantuan. Perencanaan pelayanan intervensi
biasanya melibatkan metode-metode pencapian tujuan jangka pendek dan panjang .
Perenccanaan berkaitan erat dengan identifikasi sumber daya dan hubungan-
hubungan yang saling terkait. Dalam menyusun rencana banyak manejer kasus
mempertimbangkan hambata-hambatan yang mungkin bisa trjadi bagi klien dan
tingkat sistem dan mulai mempertimbangkan langkah-langkah lain untuk menangani
hal tersebut. Klien harus terlihat semaksimal mungkin dalam perencanaan intervensi
mengingat mereka biasanya lebih mampu mengidentifikasi kebutuhan dan karena itu
mendukung hasil pelayanan yang lebih efektif.
3. Pelaksanaan (implementasi )
Manjamin terpenuhi kebutuhan klien sesuai perencaan yang telah dibuat mulai
dari perencanaan hingga melakukan pelayanan kepada klien untuk memenuhi
kebutuhannya. Contoh konseling, bimbingan mental dan ketrampilan dan sebgainya.
lainnya. Bilah terjadi keadaan krisis yang tidak terduga, maka harus di jamin
tersedianya jasa pelayanan yang sesuai untuk mangatasi .
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu yang paling krusial (penting)karena
sesuatu yang direncanakan dengan baik akan tidak sesuia dalam pelaksanaan di
lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas, pertentangan antar kelompok juga
dapat menghambat pelaksanaan suatu program atau kegiatan .
4. Pengawsan
Mengavaluasi dan memantau jasa pelayan yang telah di berikan kepada klien
faktor –faktor yang di evaluasi meliputi kuantitas dan kualitas pelayanan, termasuk
efektivitas penggunaan biaya dan kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan tujuan
yang di terapkan. Selain itu harus diketahui pelayanan dengan tujuan yang di
tetetapkan. Selain itu harus diketahui ada tidaknya kebutuhan –kebutuhan yang
belum terpenuhi atau adanya kesenganjaan antar sumber daya dan pelayanan.
5. Pendampingi
Mendampingi dan memberikan bimbingan lanjutan kepada klien. Tahap
pendampingan terhadap klien berlangsung terus-menerus selama program
manajemen kasus, bertujuan agar dapat di rencanakan sebelumnya. Contoh: klien
yang telah direncanakan mendapat pelayanan day care ternyata tidak dilakukan oleh
agen pelayanan, sehinngga manajer kasus dapat mempertanyakan hal tersebut atas
nama klien. Tahap pendampingan terhadap klien berlangsung terus-menerus saat
melakukan manajemen kasus karena bertujuan agar dapat diketahui apakah pelayanan
yang diberikan seusai dengan yang direncanakan sebelumnya.
6. Pangakhiran (termination)
Mengabil tindakan untuk menyelesaikan atau meneruskan suatu program
manjemen kasus pada seorang klien, di mana klien dipersiapkan untuk mengakhiri
program disiapkan melalui masa transisi dan kemudian dilepaskan untuk mengikuti
program tanpa pendamping,setelah itu baru klien benar-benar dapat keluar dari
program pada masa transisi manajer kasus mangjak klien untuk berperan aktif
merencanakan kegiatan dan pemenuhan secara mandiri. Akan tetapi selain proses
yang di akhiri atas dasar kesepakatan bersama karena sudah tercapainya suatu
kemampuan tertentu dari klien, terminasi juga dapat terjadi secara sepihak , misalnya
saja karena tidak terbentuknya relasi yang baik antara manajer kasus dengan klien
nya maka dalam dalam hal ini terminasi yang terjadi adalah terminasi tanpa
tercapainya bentuk perilakuhnya di harapkan akan dapat membantu klien untuk
mengatasinya permasalahan yang ada. Dalam kasus ini biasanya mekanisme untk
yang muncul pada diri klien terbentuk dengan baik.
5. Tugas Manajer Kasus
Dalam manjemen kasus pekerja pondok lansia Tulus Kasi berperan sebagai
manajer kasus. Adapun tugas manajer kasus yaitu:
a. Memahami kebtuhan klien kapasitas jaringan kerja lembaga pelayanan dan
kemampuan-kemampuan pelayanan pondok lansia Tulus Kasi yang tersedia dari
anekah pihak.
b. Mengembangkan perencanaan pelayanan yang komprehensif multidisiplin.
c. Melakukan intervensi langsung untuk memperkuat ketrampilan dan kapasitas klien
untuk membelah dirinya sendiri.
d. Memeonitor implementasi rencana pelayanan.
e. Mengavaluasi efektifan dari pelayanan atas keberfungsian klien.
6. Prinsip Pekerja pondok lansia Tulus Kasi
Prinsip teori Midgley dan Mass untuk kesemua praktek pekerjaan pondok lansia
Tulus Kasi tersusun dalam suatu prinsip-prinsip general yang mengembangkan keyakinan
filsafat dari profesi dan menjadi sebuah pedoman pekerja sosial unutk bekerja dengan
klien merekah .prinsip-prinsip tersebut sebagaia berikut:
1. Penerimaan
Prinsip ini mendasar melihat bahwa pekerja untuk merimah klien (pihak yang
lain membutuhkan bantuan ) nya dengan sewajahnya akan dapat membantu relasi
antara merekah.
2. Komunikasi
Prinsip komunikasi itu berkaitan dengan erat kemampuan perkerja pondok lansia
Tulus Kasi untuk menangkap informasi ataupun pesan yang dinkemukakan oleh
klien. Pesan yang di sampiakan klien dapat berbentuk verbal yang di ungkapkan klien
melalui ucapannya atau pesan tersebut dapat pula berbentuk non-verbal misalnya
dari cara duduk klien, cara mengerakan tanggan nya , cara meletakan tangannya dan
sebagianya. Dari pesan non-verbal tersebut kita bisa menangkap klien sedang merasa
gelisah, seperti takut,cemas,gembira,gelisah dan berbagai persaan lainnya.
Bila suatu ketika klien tidak dapat mengungkapkan perasaan apa yang di rasakan.
Dengan berkembangnya komunikasi antara pekerja pondok lansia Tulus Kasi dan
klien nya maka pekerja pondok lansia Tulus Kasi dapat menelaah permasalahan yang
di hadapi klien secara lebih jelas sehingga praktisi tidak menganalisi berdasarkan
praduga tetapi berdasarkan data yang di terimah dari pesan verbal dan pesan non
verbal yang di sampaikan oleh klien.
3. Individualisme
Prinsip individualisme pada intinya mengangangap setiap individual berbeda
antara satu dengan yang lainnya, sehingga seorang pekerja pondok lansia Tulus Kasi
haruslah berusaha memahami keunikan dari setiap klien karena itu dalam proses
berusaha mengembangakan intervensi yang sesuai dengan kondisi kliennya agar
medapatkan hasil optimal.
4. Partisipasi
Pada prinsip ini pekerja pondok lasia tulus kasih didorong untuk menjalankan
perannya sebagai fsillitator, dari peran ini pekerja pondok lansia Tulus Kasi
diharapkan akan mangajak kliennya unutk ikut serta berperan aktif dalam
menghadapi permasalahan yang dihadapinya.
5. Kerahasiaan
Dalam prinsip ini pekerja pondok lansia Tulus Kasi Harus menjaga kerahasiaan
dari kasus yang sedang ditannnganinya sehingga kasus ini tidak dibicarakan dengan
sembarang orang tidak terkait dengan penanganan kasus tersebut.
6. Kesadaran Dari Petugas
Prinsip kesadaran petugas dari ini menuntut pekerja pondok lasia Tulus Kasi unutk
bersikap profesional dalam menjalin relasi dengan kliennya. Dalam hal ini pekerja
sosial harus mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak terhanyut oleh peresaan
ataupun permasalahan yang di hadapinya oleh kliennya. Pekrja pondok Tulus Kasi
disini haruslah tetap rasional tetapi mampu untk menyalami perasaan kliennya
secara objektif dengan kata lain pekerja sosial haruslah menerapkan sikap empati
dalam menjalin relasinya dengan kien.
B. Lanjud Usia(Lansia)
1. Pengertian Lanjut Usia
Setiap rentan kehidupan memiliki tugas-tugas perkembangan fokus minat, hambatan
dan perubhan yang berbedada dari setiap tahapannya. Masa tua di tandai oleh adanya
perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan
fisik, sering pulah dikikuti oleh daya ingat, pemyusaian diri terpusat disekitar pekerjaan
dan keluarga pun menjadi lebih lanjud dari pada penyesuaian pribadi. Usia tua adalah
periode penutup dalam rentan hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang
telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan tau beranjak dari
waktu yang penuh dengan mamfaat. Usia 60-an biasanya di pandang sebagia garis
pemisah antara usia mudanya dengan usia lanjud.
Menurut undang-undang No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat(2) tentang lanjud usia (lansia)
adalah seorang yang mencapai usia 60(enam puluh) tahu keatas. Lansia pada dasarnya di
kelompokan menjadi dua,yaitu:
1. Kelompok lansia yang potensial ( pasal 1 ayat 3) yaitu lanjud usia yang mampu
melakukan pejerjaan dan kegiatan sosial tampah bantuan orang atau pihak lain.
2. Kelompok lansia yang tidak potensial(pasal 1 ayat 4) yaitu lanjud usia yang tidak
berdaya mancrai nafkah sehingga hidup bergantung pada bantuan orang lain atau
lansia yang sudah tidak bisa melakukan kegiatan apapun.
Menjadi tua ( lanjud usia) merupakan suatu proses alami dalam rentan kehidupan
manusia. Karakteristik lansia diindikasikan sebagai sebagai seoran, baik pria maupun
wanita tyang telah berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki pengalaman hidup.
Ketrampilan kealihan dan kearifan,sedangkan kemmapuan fisik, emosional, kesehtan,
mobilitas, penghasilan dan terbtas interaksi sosial telah mengalami penurunan.
Peningkatan populasi lansia di satu sisi memang menjadi aset bangsa, karena
pengetahuan dan pengalaman dan pengalaman mereka sangat berharga yang dapat di
salurkan kepada generasi untuk pembangunan bangsa indonesia. Selain itu sebagian
lansia masi mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang dan jasa. Kelompk lansia seperti ini kemudian di sebut sebagai lanjud usia
potensial. Di sisi lain peningkatan penduduk lansia berdampak pada peningkatan
permasalahan lansia dan masyarakat, yakni resiko ketergantungan penduduk lansia
dan penduduk usia produktif, karena bagaiamana kondisi fisik mental dan sosial akan
mengalami penuruan. Kemudian lansia akan diiringi ketidakmampuan , bahkan
kehilangan daya tahan tubuh sosia, ekonomi dan pemiliharaan kesehatan serta
kemungkinan menjadi korban tindak kekerasan sehinga cenderung akan mengalami
ketergantungan dan keterlantaran lansia seperti ini di sebut langsia tidak potensial
(UU No.13tahun 1998, tentang kesejahtraan lanjud usia)
Usai tua adalah periode penutupan rentang hidup seseorang, yaitu periode di
mana beranjak jahu dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak
dari waktu yang penuh dengan mamfaat. Bilah seseorang yang sudah beranjak jahu
dari periode hidupnya yang terdahulu,ia sering melihat masa lainnya, biasanya
dengan penuh penyesalan dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang, mencoba
mangabaikan masa depan sedapat mungkin.
2. Karekteristik Usia Lanjud
Adapun karaktristik usia lanjud yaitu:
1. Merupakan Periode Penurunan di sebbakan oleh sebagian faktor fisik , seperti
perubahan –perubhan sel tubuh ketuaan dan sebagian- sebgaian lagi oleh faktor
psikososial, seperti sikap orang lain dan terhadap kerja.
Merkah yang setelah pensiun tidak mempunyai minat apa-apa mudah menjadi depresi
dan berantakan. Akhirnya kondisi fisk dan mental menjadi cepat menurun dan
akhirnya meninggal. Motivasi kayaknya memegan peran yang sangat penting , yang
kurang bermotivasi untuk mempelajari hal-hal baru atau mengalami kemunduran
yang lebih cepat.
2. Ada perbedaan individual dalam efek ketuaan
Reaksi orang terhadap masa tua berbeda –beda ada yang menganggap pensiun
merupakan masa yang yang menyenagkan karena sekarang yang bersangkutan dapat
hidup lebi santai, namun ada pulah yang menganggap pensiun sebagia hukuman.
3. Banyak teerdapat sterotip usia seperti misalnya adanya humor –humor dalam
majalah – majlah mengenai usia lanjud yang mengambarkan masa tua tidak
menyenangkan.
4. Sikap sosial terhadap usia lanjud
Umumnya terdapat sikap terhadap orang-orang usia lanjud yang kurang posiitif.
Merekah bukan di hormati dan di hargai karena pengalaman nya, melainkan sikap
merekah membuat para orang tua usia lanjut ini meresa tidak di butuhkan oleh
kelompok sosial, lebih di angap sebagai suatu yang menganggu, namun ada
perbedaan sikap antara budaya yang berbeda-beda pulah.
5. Usia lanjut mempunyai status kelopok minoritas
Sebgaia akibat dari sikap sosial yang negatif terhadap usialanjur mereka perlu di
batasi dalam interaksi sosiala dan hanya mempunyai kekuatan atau kekuasaan yang
terbatas.
6. Usia lanjut diikuti engan pereubahan-perubahan peran
Berhubungan dengan kelompok usia lanjud dapat lagi dengan kelompok yang lebih
muda, merakah lalu kurang mempunyai peran yang aktif dalam kegiatan-kegiatan
sosial dan masyarakat maupun dalam bisni.
7. Penyesuaian diri yang tidak baik
Sikap soaial yang negatif dan kurang pemberian penghargaan (reword) terhadap
jasa-jasa orang lanjud usia di mana lalu, yang tercermin dari kelompok sosial.
3. Tugas Perkembangan Usia Lanjut
Sebgaian besar tugas perkembangan usia lanjud lebih banyak berkaitan dengan
pribadi seseorang dari pada kehidupan orang lain. Hal ini sering di artikan sebagai
perbaikan dan perubahan peran .
Sebgaimana halnya tugas perkembangan yang ada dan harus dijalani oleh periode-
periode sebelumnya individu-indivudu yang berada pada periode lanjut usia juga
memiliki tugas perkembangan yang harus di lalu dengan sebaik-baiknya. Diantara tugas
perkembangan yan harus di lalui lansia adalah:
1. Menyesuaikan diri dengan menurunya kekuatan fisik dan berkurangnya kesehatan
2. Menyesuiakan diri dengan masa pensiun yang berkurang income (penghasila)
keluarga
3. Mennyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4. Menjalin hubungan dengan orang-orang seusianya
5. Membentuk pangaturan kehiduan fisik yang memuaskan
6. Menyesuiakan diri dengan peran secara sosial luwes dan harmonis
C. Permasalahan UsiaLlanjud
Sebagai makhluk hidup daam melalui fase-fase tentu tidak akan terlepas dari masalah –
masalah bagaimana proses interaksi individu tersebut dengan orang lain.
Fase lanjut usia seringkali di katakan sebagai fase yang paling sulit dalam siklus
kehidupan hal ini dikarenakan adanya penolakan-penolakan putaran waktu untuk memasuki
fase ini sehingga manggakibatkan para lanjut usia mengalami banyak permasalahan.
1. Masalah yang sering bersifat fisiologis
Masa lanjut usia memiliki ciri terjadinya penurunan fungsi-fungsi secara struktural
(anatomi) maupun fungsional(fisiologi).penurunan ini bukan di sebabkan oleh penyakit
saja namun perubahan pola sel tubuh menuju penuaan. Perubahan-perubahan dalam
proses menua ini terjadi pada seluruh bagian tubuh.
2. Masalah yang bersiafat psikososial
Permaslahan yang muncul pada masa ini lebih cenderung terlihat pada para lanjud usia
yang masa mudanhnya. Bekerja secara rutin pada suatu institusi/lembaga, namun tidak
menutup kemungkinan merekahyang tidak bkerja secara rutin untuk para lanjud usia yang
berkerja permasalahan psikososial yang muncul adalah sekitar bagaimana menghadapi
perpisahan dengan lingkungan keluarga/anak yang selam ini selalu bersama dan setelah
menikah atau bekerja berpisah tempat tinggal.
Gangguan-gangguan ini lazim dialami oleh lansia yang tidak mempunyai
kemampuan menyesuaikan diri yang baik terhadap fase perkembangan dirinya. Hal ini
sesuai dengan yang dinyatakan oleh hurlock bahwa mereka yang masi senang bekerja tapi
di paksa keluar pada usia lanjud wajib pensiun seringkalih menyatahkan sikap benci dan
akibatnya motivasi mereka melakukan penyesuaian diri yang baik pada masa pensiun.
Dampaknya yaitu akan berpengaruh pada pelaksanaan tugas-tugas kehidupan
selanjudnya. Seperti yang di kutip oleh hurlock dari black dalam karyanya The Ambiquity
of Retiremen di katakan bahwa apabilah pensiun diangap sebagai perubahan kepala
status.
3. Masalah yang bsersifat sosio-ekonomi
Permasalahan-permaslahan yang di hadapi pada masa lanjut usai ini secara sosio-
ekonomi diantaranya:
a. Kehilangan peranan sosialnya sebagai kepalah keluarga dirumah. Hal ini di sebabkan
orang tersebut sudah memasuki masa pensiun dan terjadi pengurangan pendapat.
Pengaruh yang sangat terasa adalah pada pasangan hidup, sehingga pada masa ini
sering timbul nya hubungan yang kurang harmonis.
b. Perilaku yang suka mengkritik terhadap situasi di rumah. Hal ini disebabkan selama
ini waktunya banyak dihabiskan dirumah (sudah tidak bekerja lagi), sehinga hal –hal
yang kurang berkenan atau tidak sesuai.
c. Hubungan dengan anak atau cucu berubah. Hal ini disebabkan oleh jarak tinggal
antara anak atau cucu dan orang tua/kakek nenek yang berjauhan akibat adanya
tuntutan pekerjaan.
d. Kehilangan perananan dalam lingkungan sosial. Meskipun ada di antara merekah
yang memperoleh peranan baru sebagai toko masyarakat. Tetapi ada saatnya mereka
merasa kehilangan peranannya dan terisolasi dari lingkungan nya. Bila situasi ini
dibiarkan maka ara lansia akan manarik diri.
e. Berkurangnya peluang untuk mencari pekerjaan. Hal ini di sebabkan adanya
penurunan fungsi fisiologi dan psikososial serta tuntutan unutk memberikan
kesempatan kepada generasi mudah
f. Penurunan /kehilangan pendapat atau penghasilan. Pada kenyataan masa mulai untuk
usia ini banyak sekali biaya-biaya yang harus di keluarkan mulai untuk berobat dan
kesehatan ,untuk kebutuhan sekolah anak-anak pada tingkat pendidikan tinggi.
4. Masalah Spiritual Lansia
Perubahan-perubahan fisiologi, psikologi dan sosial turut memberi pengurus pada
perubahan dimensi religius. Lansia yang dapat menerima hakekat peranan mereka
mengganggap hari tua merupakan peluang untuk pengisian dengan kehidupan beragama.
Namun tidak sedikit pulah di antara lansia tersebut terutama perubahan
fisiologi,psikologi, dan sosial yang dratis menyebabkan mereka kehilangan keyakinan
akan penciptanya (Allah SWT).
2. Masalah Interaksi Sosial Pada Lansia
Ada beberapa masalah interaksi sosial pada lanjud usia, antara lain :
a. Masalah yang di timbulkan oleh pasangan hidup
Adakalanya pasangan hidup batu himpitan bagi lansia didalam menjalankan sisa
hidupnya. Masalah itu berupa ketidak cocokan diantara masing-masing pihak .
Tetapi di sisi lain juga pasangan suami istry lansia begitu di tinggal mati oleh pasangan
akan ketidakseimbangan mental maupun fisik sehingga kurang bergairah dalam menjalani
hidupnya.
Bilah hal ini terjadi, keluarga harus dapat maminimalisir dengan mangalihan
ketidakseimbangan itu malalui kegiatan-kegiatan yang bermamfaat, sehingga langsia
dapat melupakan masalah –masalah yang di hadapinya.
b. Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan keluarga
Bisa juga masalah interaksi sosial lansia di timbulkan oleh lingkungan keluarga.
Masalah ini bisa diakibatkan karena ketidakcocokan dengan sebagian angota keluarga
atau seluruh anggota keluarga atau seluruh anggota keluarga.sering juga masalah itu
hanya sepele karena adanya perbedaan konsepsi antara lansia maupun keluarganya.
Dalam kasu ini seperti keluarga harus pham dan memperlakukan lansia secara wajar
sesuai dengan kondisi fisik maupun psikologisnya. Kalau lansi ini ikut dalam kegiatan
penyuluhan kelompok. Bina keluarga harus mendukung lansia tersebut unutuk aktif dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Masalah yang di timbulkan oleh lingkungan masayarakat
Lingkungan masyarakat yang baik kondusif bagi lansia akan menimbulkan masalah
tersendiri bagi meraka. Hal ini terjadi karena faktor kehidupan masa lalunya. Selain itu
juga di pengaruhi oleh kondisi fisik dan psikososial lansia yang sudah berubah. Kondisi
lingkungan masyarakat.
3. Kerawanan pribadi dan sosial lansia
Ada beberapa bukti bahwa orang –orang yang di persiapkan terhadap perubahan- perubahan
pribadi terhadap kehidupan masa tua. Karena penurunan kondisi fisik orang lanjut usia lebih
potensial terhadap kerawanan-kerawanan di bandingkan waktu mudahnya.sayang
masyarakat Sering tidak meliaht potensi tersebut, sehingga kurang ada usaha di lingkungan
masyarakat untuk mempersiapkan orang-orang lanjut usia ini terhadap kerwanan-kerawanan
tersebut kelak. Misalnya saja mereka atau luangnya sesuai dengan kesehatan yang sudah
menurun.
Kerawanan-kerawan sosial maupun pribadi. Adapun kerawanan pribadi dan sosial lanjut usia
diantaranya:
1. Kerawanan pribadi (personal hasards)
Orang lanjud usia umumnya mengalami gangguan pada metabolisme peredaran darah,
rematik, hipertensi, gangguan mental, gangguan penglihatan, pendengran dan lain-lain. Di
samping gangguan atau kerawanan yang nyata tersebut sering pulah timbul penyakit yang
tidak nyata (hanya dalam bayangan) banyak keluhan-keluhan fisik dan membicarakan
keluhan-keluhan pada docter (ganti-ganti docter)yang pada dasarnya mendapatkan
perhatian.
2. Ada beberapa kerawanan yang khas pada langsia lanjut yaitu:
a. Menerima adanya angapan tentang usai lanjud yang di berikan oleh masyarakat. Hal
ini membuat para orang usia lanjut ini merasa inferior.
b. Peresaan tidak berdaya dan inferior yang sering di sebabkan oleh perubahan fisik dan
penurunan daya tarik maupun karena perasaan di tolak oleh masyarakat. Mungkin
karena pendengaran dan penglihatan yang kurang membuat merekah sulit
mengaadahkan komunikasi.
c. Tidak mau melepaskan atau menganti gaya hidup yang lama, menganti rumahnya
dengan yang lebih kecil dan praktis.
d. Menyadari bahwa mereka mulai pelupa, sulit mempelajari hal-hal baru, lalu menrik
diri dari aktivitas-aktivitas yang bersifat kompetitif lebih-lebih dengan kaum muda.
e. Perasaan bersalah karena tidak menyumbangkan tenaga lagi-lagi masyarakat,
mungkin mereka ingin berbuat sesuatu tetapi marasa malu dan takut dianggap seolah-
olah pekerjaan yang ada itu dibuat oleh masyarakat khusus untuk mereka.
f. Pendapat yang berkurang, mengurangi kesempatan untuk kegiatan-kegiatan di waktu
senggang atau luang.
g. Kurangnya kontak sosial karena kesehatan yang tidak memungkinkan atau keadaan
finansial yang kurang atau terbatas merupakan kerawanan psikologi, karena mereka
marasa terisolir. Hal ini mempengaruhi maupun sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai