TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
yang menandakan iskemia miokard akut, terdiri dari infark miokard akut
(Jantunghipertensi.com)
(Harun, 2007)
terdiri dari beberapa penyakit koroner yaitu, angina tak stabil (unstable
ST, maupun angina pektoris pasca infark atau pasca tindakan intervensi
koroner perkutan.
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1
Anatomi Jantung
(Sumber R. Putz Dan R. Pabst, SOBOTA, 2012)
Gambar 2.2
Anatomi Jantung
(Sumber)
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang
kiri stermum. Jantung terdapat didalam sebuah kantong berisi cairan yang
disebut perikardium. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan
kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan
saling berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan satu dari yang lain
oleh katup satu arah. Sisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh sebuah
dinding jaringan yang disebut septum. Dalam keadaan normal tidak terjadi
percampuran darah antara kedua ventrikel pada jantung yang sehat. Semua
a. Sistem kardiovaskuler
berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100 kali per
seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri dari arteri,
arteriol dan kapiler dan kembali ke jantung melalui venula dan vena.
zat-zat gizi yang diserap dari usus untuk disaluran ke semua sel tubuh
sisa metabolik yang dihasilkan oleh setiap sel untuk dibuang melalui
1) Perikardium
2) Myocordium
seperti dipumpa.
3) Endocardium
c. Ruang-ruang Jantung
(bilik).
1) Atrium kanan
jantung sendiri)
2) Ventrikel Kanan
terdiri dari tiga daun katup. Basis setiap daun katup melekat pada
tepi lubang. Tepi batas setiap daun katup melekat pada chordae
tendineae (tali jaringan ikat tipis) pada penonjolan kecil pada ujung
3) Atrium kiri
bagian belakang jantung. Dua vena pulmonalis atrium kiri pada tiap
adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada sisi kiri
pangkal aorta.
4) Ventrikel kiri
kiri dan belakang jantung. Dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal
ventrikel ; katup ini memiliki dua daun katup (mendapat nama yang
dalam aorta dan dikelilingi oleh ketiga katup aorta sama dengan
katup pulmonalis.
d. Katup Jantung
1) Katup semilunar
tetapi aorta lebih tebal. Kedua katup ini terletak pada alur keluar dan
2) Katup atrio-ventrikuler
komisura pastero-medial.
4) Korda tandineae
oleh korda tendineae, yaitu jaringan otot kuat berbentuk tali pengikat
posterior.
e. Persarafan Jantung
sebutan Left Main (LM), keluar dari sinus aorta kiri; kemudian
aorta. Cabang sinus node pada 60% kasus keluar sebagai cabang
septum.
g. Vena Koroner
atrium kanan.
2) Sinus Koronarius
h. Siklus Jantung
yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastol, kontraksi dari
ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap pengendorannya selama 0,5 detik.
ventrikuler.
i. Sirkulasi darah
jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini
aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat
lebih besar yang disebut vulva yang kemudian juga bersatu menjadi
bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena
cava interior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak
bawah, dan vena cava superior yang mengumpulkan darah dari kepala
dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya
dalam aorta.
melalui aorta .
j. Curah jantung
ventrikel selama satu waktu . Curah jantung pada orang dewasa sekitar
istirahat pada orang dewasa rata-rata 60-80 x/mt dan rata-rata volume
3. Etiologi
a. Faktor resiko :
riwayat, keluarga.
berkurang .
b. Kelas II: Sub-akut, yakni sakit dada antara 48 jam sampai dengan 1
Secara Klinis:
5. Patofisiologi
oksigen dan natrion berlanjut. Kerja serupa dari pemompaan darah harus
cepat bergerak keluar dari sel miocard selama iskemia. Asidosis selular
aktivitas terganggu .
1) EKG : biasanya normal bila pasien istirahat datar atau depresi pada
c) Gelombang Q tampak
a) Gelombang Q patologis
arteri koroner.
6) Nuclear magnetic resonanco (NMR) : memungkinkan visualisasi
infarte.
8. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan:
a. Oksigenasi
Langkah ini segera dilakukan karena dapat membatasi
kekurangan oksigen pada miokard yang mengalami cedera serta
menurunkan beratnya ST-elevasi. Ini dilakukan sampai dengan
pasien stabil dengan level oksigen 2– 3 liter/ menit secara kanul
hidung.
b. Nitrogliserin (NTG)
Digunakan pada pasien yang tidak hipotensi. Mula-mula
secara sublingual (SL) (0,3 – 0,6 mg ), atau aerosol spray. Jika sakit
dada tetap ada setelah 3x NTG setiap 5 menit dilanjutkan dengan
drip intravena – 10 ug/menit (jangan lebih 200 ug/menit ) dan
tekanan darah sistolik jangan kurang dari 100 mmHg. Manfaatnya
ialah memperbaiki pengiriman oksigen ke miokard; menurunkan
kebutuhan oksigen di miokard; menurunkan beban awal (preload)
sehingga mengubah tegangan dinding ventrikel; dilatasi arteri
coroner besar dan memperbaiki aliran kolateral; serta menghambat
agregasi platelet (masih menjadi pertanyaan).
c. Morphine
Obat ini bermanfaat untuk mengurangi kecemasan dan
kegelisahan; mengurangi rasa sakit akibat iskemia; meningkatkan
venous capacitance; menurunkan tahanan pembuluh sistemik; serta
nadi menurun dan tekanan darah juga menurun, sehingga preload
dan after load menurun, beban miokard berkurang, pasien tenang
tidak kesakitan. Dosis 2 – 4 mg intravena sambil memperhatikan
efek samping mual, bradikardi, dan depresi pernapasan
d. Aspirin
Harus diberikan kepada semua pasien Sindrom Koroner Akut
jika tidak ada kontraindikasi (ulkus gaster, asma bronkial). Efeknya
ialah menghambat siklooksigenase – 1 dalam platelet dan mencegah
pembentukan tromboksan-A2. Kedua hal tersebut menyebabkan
agregasi platelet dan konstriksi arterial. Penelitian ISIS-2
(International Study of Infarct Survival) menyatakan bahwa Aspirin
menurunkan mortalitas sebanyak 19%, sedangkan "The Antiplatelet
Trialists Colaboration" melaporkan adanya penurunan kejadian
vaskular IMA risiko tinggi dari 14% menjadi 10% dan nonfatal IMA
sebesar 30%. Dosis yang dianjurkan ialah 160 – 325 mg perhari, dan
absorpsinya lebih baik "chewable" dari pada tablet, terutama pada
stadium awal 3,4. Aspirin suppositoria (325 mg) dapat diberikan
pada pasien yang mual atau muntah 4. Aspirin boleh diberikan
bersama atau setelah pemberian GPIIb/IIIa-I atau UFH (unfractioned
heparin). Ternyata efektif dalam menurunkan kematian, infark
miokard, dan berulangnya angina pectoris.
9. Komplikasi
a. Syok kardiogenik
dan ginjal ).
b. Disritmia/aritmia
atau superventrikel ).
c. Miocard infark
adanya penghentian aliran darah dan oksigen pada otot jantung yang
d. Insufisiensi koroner
e. Decompensatio kordis
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Penanggung jawab
c. Diagnosa Medis
d. Pengkajian Fokus
1.) Demografi
2.) Riwayat Kesehatan
3.) Data Fokus Terkait Perubahan Pola Fungsi dan Pemeriksaan
Fisik
4.) Pemeriksaan Penunjang
a) EKG : biasanya normal bila pasien istirahat datar atau
atau hiperkalemia.
arterosklerosis.
Perkusi :
Suara perkusi:
Auskultasi
Suara nafas
Suara ucapan
Suara tambahan
Bunyi jantung 1, 2, 3 dan 4
Bising jantung
Frekuensi nadi
Tegangan nadi
Irama nadi
Macam denyut nadi
Isi nadi
Bandingkan nadi a. radialis ka & ki
Keadaan dinding arteri
d) System Persyarafan
Kesadaran klien biasanya composmentis. Sering ditemukan
sianosis perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan
berat. Pengkajian objektif klien meliputi wajah meringis,
menangis, merintihm meregang dan menggeliat.
e) Sistem perkemihan
Pengukuran volume output urine selalu dihubungkan
dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya
oliguruia karena merupakan tanda awal dari syok
kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menunjukkan
adanya retensi cairan yang parah. Penurunan berkemih,
urine berwarna gelap, berkemih malam hari (nokturia).
f) System perncernaan
Biasa pada pasien terjadi anoreksia dan penurunan bising
usus karena ransangan dari saraf simpatis
g) Sistem muskoloskeletal
Ektremitas
Pada ujung jari terjadi kebiruan dan pucat. Warna kulit
pucat dan sianosis.
Edema
Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung
yang dapat dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan
bila gagal ventrikel kanan telah terjadi. Ini sedikitnya
merupakan tanda yang dapat dipercaya bahwa telah terjadi
disfungsi ventrikel.
Mudah lelah
Klien dengan masalah koroner akan cepat merasa lelah, hal
ini terjadi akibat curah jantung yang berkurang yang dapat
menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke
jaringan dan menghambat pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energy yang
digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat
distress pernapasan dan batuk.
Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan
kelemahan dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat dipicu
oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia.
h) System integumen
Pada pasien biasanya ditemukan keringat dingin dikarena
kan produksi keringat yang berlebih.
2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung,
peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi
sekuncup
b. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung,
hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau
emboli
c. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
d. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi
cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan
hipertensi pulmonal
e. Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan
memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang
menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk
selama sakit
f. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang
permanen.
g. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya,
tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi
yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup.
3. Rencana Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah merujuk kepada suatu
kegiatan yang dimaksudkan untuk mengambil keputusan dalam rangka
memberi nilai terhadap suatu (orang, benda, fakta). Dalam konteks
keperawatan evaluasi adalah penilaian fase proses keperawatan,
mempertimbangkan efektifitas tindakan keperawatan dan menunjukan
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta :
Percetakan Mediaction
IAI. 2013. Iso Indonesia. Jakarta. PT. ISFI