Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme bakteri, virus atau mikroorganisme lain. (Sudoyo Aru,dkk
2010).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan bertumbuh dan
berkembangbiaknya kuman di dalam saluran kemih dengan jumlah yang
bermakna.(Arif Mansjoer, dkk 2011).
Infeksi saluran perkemihan adalah infeksi yang umum terjadi pada anak
yang ditandai dengan adanya respon peradangan dan bakteri dalam urine.
Infeksi tersebut terdapat dalam saluran perkemihan, tapi umumnya infeksi
saluran perkemihan lebih merujuk pada infeksi kandung kemih atau cystitis.
Infeksi pada uretra disebut urethritis, pyelonephritis pada ginjal dan pelvis
renal, dan uretritis pada ureter. (Suriadi, 2011).
Infeksi tractus urinarius adalah merupakan suatu keadaan dimana
adanya suatu proses peradangan yang akut ataupun kronis dari ginjal ataupun
saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, jaringan interstisial dan tubulus
ginjal (pielonefritis), atau kandung kemih (Cystitis), dan urethra (uretritis).
Infeksi pada saluran kemih ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Infeksi saluran kemih bagian atas : Pyelonefritis


2. Infeksi saluran kemih bagian bawah : Cystitis, Uretritis.

1
2. Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter,
vesika urinaria (kandung kemih), dan uretra.

Gambar 2.1
Anatomi saluran kemih

a. Ginjal
Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior
abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12
sampai vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak
lebih rendah dari ginjal kiri karena hubungannya dengan hati. (Watson,
2002,hlm.384).Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6
cm dan beratnya antara 120-150 gram.
Fungsi vital ginjal :
1) Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.
2) Sebagai homeostasis.
3) Pengeluaran zat-zat toksin/racun
4) Memperlakukan suasana keseimbangan air,
5) Mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh
6) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh.

2
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan
bagian internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal
tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai
unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah
tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus
tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel
berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi
lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi
menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal.
Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini
berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke
dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun
dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan
mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan
berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati
glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air
dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-
molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring
lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus.
Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang
mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat
serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air,
elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini
secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya
disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di
sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus

3
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal.
Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup
transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi
secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan
diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat,
kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut
nefron. Urine yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam
duktus pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk
membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter. Ureter
merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas
otot polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih
dan berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin.
b. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik


tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria).

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus


psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada

4
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan
pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

c. Kandung kemih (vesika urinaria)


Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak di
sebelah anterior tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai
wadah sementara untuk menampung urine. Sebagian besar dinding
kandung kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan muskulus
detrusor.Kontraksi otot ini terutama berfungsi mengososngkan kandung
kemih pada saat buang air kecil (urinari). Uretra muncul dari kandung
kemih; pada laki-laki, uretra berjalan lewat penis dan pada wanita
bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar prostate
yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di
sebelah posterior dan leteral. Sfingter urinalisis eksterna merupakan otot
volunteer yang bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan
bagian internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal
tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai
unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah
tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus
tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel
berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi
lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi
menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal.
Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini
berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke
dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun
dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan
mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah menentukan

5
berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati
glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air
dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-
molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring
lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus.
Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang
mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat
serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air,
elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini
secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi lainnya
disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di
sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal.
Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup
transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi
secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan
diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat,
kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemiih keluar.
Pada laki-laki terdiri dari :
1) Uretra prostaria
2) Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.

6
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki
berfungsi sebagai saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).

Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan


miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada
wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.

3. Etiologi
Organisme penyebab infeksi tractus urinarius yang paling sering
ditemukan adalah Eschericia Coli, (80% kasus). E. Colli merupakan penghuni
normal dari kolon. Organisme-organisme lain yang juga dapat menyebabkan
infeksi saluran perkemihan adalah : Golongan Proteus, Klebsiela,
Pseudomonas, enterokokus dan staphylokokus.

4. Patofisilogi
Pada individu normal, laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme non-pathogenic fastidious gram-positive
dan gram negatif 2. Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme
asending dari uretra ke dalam saluran kemih yang lebih distal, misalnya
kandung kemih28. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat
mencapai ginjal. Proses ini dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi
mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin
akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai
akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat S. aureus2.
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak

7
langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur
utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1. masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. System imunnitas yng menurun
e. Adanya hambatan pada saluran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut
mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri,
keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan
residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara
hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal
yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih
proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis

8
ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate
yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-
lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

5. Klasifikasi
Menurut letaknya:
1. ISK bawah
-perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna).
-Sindrom uretra akut (SUA): Presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (streil), sering dinamakan sititis bakterialis.
-Laki-laki sistitis, prostatitis, epidimitis, dan uretritis).
2. ISK atas
-Pielonefritis akut (PNA): proses infeksi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
-Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

9
6. Manifestasi Klinis
Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara umum sering meliputi:

1. Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih


2. Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
3. Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
4. Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
5. Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari
urin
6. Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
7. Rasa sakit pada daerah di atas pubis
8. Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
9. Demam
10. Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu
kelelahan, hilangnya kekuatan, demam
11. Sering berkemih pada malam hari

Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga
ginjal. Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan
gejala pada cystitis, yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung,
mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk dalam infeksi saluran
kemih. Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda
– tanda dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:

1) Desakan yang kuat untuk berkemih


2) Rasa terbakar pada saat berkemih
3) Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit
(oliguria)
4) Adanya darah pada urin (hematuria)

10
a. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1) Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat
menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam
tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2) Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan
rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah,
rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3) Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat
urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :
a. Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:

1) Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,


khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan
sakit, misalnya: letih dan lesu.
2) Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak
dapat mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan
mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis
diperlukan).
3) Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan
penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi
tersebut bebas dari Infeksi saluran kemih).
4) rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5) muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6) jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi,
khususnya bayi yang berusia setelah delapan hari.

11
b. Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:
1) Diarrhea
2) Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha
tertentu (misalnya: pemberian makan, dan menggendong)
3) Kehilangan nafsu makan
4) Demam
5) Mual dan muntah
6) Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi
saluran kemih.
7) Lemah
8) Adanya rasa sakit pada saat berkemih.

b. Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:

1) rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi
pada ginjal)
2) seringnya berkemih
3) ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal,
dengan kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)
4) tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5) rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7) urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
c. Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan (misalnya:
cystitis, uretritis) meliputi :
a) rasa sakit pada punggung
b) adanya darah pada urin (hematuria)
c) adanya protein pada urin (proteinuria)
d) urin yang keruh

12
e) ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang
keluar
f) demam
g) dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
h) tidak nafsu makan
i) lemah dan lesu (malaise)
j) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
k) rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
l) rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
2) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat
(misalnya: pyelonephritis) meliputi:

a) Kedinginan
b) demam tinggi dan gemetar
c) mual
d) muntah (emesis)
e) rasa sakit di bawah rusuk
f) rasa sakit pada daerah sekitar abdomen

7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis
baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri

13
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin
dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter
dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal
atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau
evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

8. Komplikasi
1. Gangguan pada ginjal
Saat seseorang terkena infeksi pada kandung kemih, bakteri dapat naik
dan masuk ke ginjal. Jika terjadi, maka orang tersebut beresiko terkena
infeksi ginjal dengan gejala berupa nyeri punggung, mual, demam,
hingga menggigil. Infeksi ginjal yang segera tidak ditangani dapat
mengarah ke gagal ginjal atau kerusakan permanen organ tersebut.
2. Infeksi darah
Komplikasi ini terjadi ketika bakteri yang terdapat dalam sistem saluran
kemih memasuki aliran darah dan pada akhirnya ikut menyerang orang-

14
orang tubuh lainnya. Infeksi darah merupakan kondisi yang tergolong
mematikan.
3. Prostatitis
Komplikasi yanghanya dialami oleh pria ini terjadi ketika kelenjar prostat
mengalami peradangan. Gejala yang muncul bisa berupa rasa nyeri di
daerah selangkang saat buang air kecil atau saat ejakulasi.

9. Penatalaksanaan Medik
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan
atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di
awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus
segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis
rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.

15
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien: Nama klien, usia, jenis kelamin
Keluhan utama: Nyeri
b. Riwayat kesehatan:
1) Riwayat penyakit sekarang: nyeri dibagian perut bagian bawah, nyeri
saat berkemih, sulit untuk berkemih.
2) Riwayat penyakit dahulu: Kaji adanya penyakit seperti infeksi saluran
kemih sebelumnya, adanya batu ginjal.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem hematologi: untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
leukosit
2) Sistem perkemihan: ada tidaknya ketegangan dan keluhan sakit
pinggang, frekuensi berkemih, obstruksi saluran kemih, warna urine.
3) Sistem muskuloskletal: untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakan
4) Sistem immune: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran tiroid dan
pembesarann kelenjar betah bening.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi urethra, kandung kemih
b. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih,
urgency, dan hisestensi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
d. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

16
3. Intervensi (Perencanaan)
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi urethra, kandung kemih
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri
hilang .
2) Kriteria Hasil :
a) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan pada saat berkemih
b) Kandung kemih tidak tegang
c) Passien tampak tenang
d) Ekspresi wajah tenang
3) Intervensi :
a) Kaji inensitas, lokasi dan faktor yang memberatkan atau
meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
b) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang
dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan
otot-otot.
c) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jikatidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih.
d) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri.
b. Gangguan eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi dan atau nokturia
) yang berhubungan dengan ISK.
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien
dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.

17
2) Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c) Klien dapat BAK dan berkemih
3) Intervensi :
a) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk
mengetahui input / output
b) Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam kandung
kemih.
c) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional :
Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d) Bantu klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional :
Untuk memudahkan klien untuk berkemih.
e) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman.
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
c. Hipertermi berhubungana dengan reaksi inflamasi
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu
pasien normal.
2) Kriteria hasil:
a) Suhu tubuh dalam batas norma.
b) Ttv dalam batas normal

18
3) Intervensi:
a) Monitor Ttv (terutama suhu tubuh)
Rasional:
Melihat apakah terjadi peningkatan atau penurunan suhu.
b) Monitor intake out put
Rasional:
Untuk melihat apakah pasien kekurangan cairan apa tidak
c) Ajarkan keluarga untuk kompres hangat
Rasional:
Untuk memperbesar pori pori sehingga hawa panas keluar
d) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
Rasional:
Guna menurukan suhu tubuh.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola tidur klien baik.
2) Kriteria Hasil :
a) Kualitas tidur cukup
b) Klien tenang
3) Intervensi :
a) Bantu klien mencari posisi tidur
Rasional :
Untuk memberikan kenyamanan saat tidur
b) Ciptakan lingkungan yang nyaman.
Rasional :
Agar klien dapat tenang dan dapat beristirahat.
c) Jelaskan pentingnya tidur secara adekuat
Rasional :
Agar klien dapat mengetahui pentingnya tidur.

19
d) Kolaborasi dalam pemberian obat tidur jika perlu
Rasional :
Agar klien klien dapat tidur dan kualitas tidur terpenuhi.

4. Implementasi / Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi /
pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan ( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi
yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
(Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
5. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah,
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a. Nyeri yang menetap atau bertambah
b. Perubahan warna urine
c. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan
ingin kencing menetes setelah berkemih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Nurarif, Amin dan Herdi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Percetakan
Mediaction Publishing
Suriadi & Rita Yuliani. 2011. Asuhan Keperawatan medical bedah. Jakarta: CV.
Sagung Seto.

Donna L, dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai