BAB 28
EFFECTIVE MANAGEMENT CONTROL SYSTEM
PENDAHULUAN
Dua fungsi pokok manajemen adalah perencanaan dan pengendalian. Setelah
fungsi perencanaan manajemen dilakukan, keberhasilan perwujudan rencana
sangat ditentukan oleh pengendalian yang didesain dan diimplementasikan oleh
manajemen. Kemampuan manajemen dalam mendesain berbagai tipe
pengendalian yang cocok dengan situasi yang dihadapi, akan menjadi penentu
keberhasilan organisasi dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam
proses perencanaan.
Mulai Bab 20 sampai dengan Bab 24 telah dibahas empat tahap proses
SPPM: sistem perumusan strategi, sistem perencanaan strategik, sistem
penyusunan program, dan sistem penyusunan anggaran. Keempat tahap proses
SPPM tersebut seringkali disebut dengan total business planning. Untuk
mewujudkan rencana yang telah disusun sebagai hasil dari empat tahap proses
tersebut diperlukan sistem pengimplementasian. Sistem pengimplementasian
rencana telah dibahas dalam Bab 27 Activity-Based Management. Untuk
menjamin efektivitas pelaksanaan rencana diperlukan sistem pemantauan atas
pelaksanaan rencana (control).
Ada dua sistem yang didesain untuk mewujudkan sistem pemantauan dalam
proses SPPM ini: effective management control system (Bab 28) dan activity-
based cost system (Bab 29). Dalam Bab 28 ini diuraikan secara komprehensif
berbagai tipe pengendalian yang secara efektif dapat diterapkan dalam situasi
tertentu—pengendalian terhadap personel, pengendalian terhadap keluaran,
pengendalian terhadap tindakan tertentu, dan penghindaran organisasi dari
masalah pengendalian. Dalam Bab 29 dibahas activity-based cost system, suatu
tipe pengendalian tambahan yang terutama untuk pengendalian terhadap tindakan
tertentu.
Bab 28 ini menguraikan pentingnya fungsi pengendalian dan
memperkenalkan rerangka desain pengendalian yang cocok dengan situasi tertentu
yang dihadapi oleh manajemen. Pada akhir tulisan ini, dibahas trend pengendalian
untuk menghadapi lingkungan bisnis global.
Tujuan penulisan bab ini adalah untuk membekali keterampilan manajemen
dalam mendesain dan mengimplementasikan fungsi pengendalian.
KONSEP PENGENDALIAN
Pengendalian adalah usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui perilaku yang
diharapkan. Dalam definisi pengendalian ini terdapat dua hal penting: tujuan
tertentu yang akan diwujudkan dan perilaku tertentu yang diharapkan.
Pengendalian selalu berorientasi ke masa depan, karena baik tujuan yang akan
diwujudkan maupun perilaku yang diharapkan merupakan objek yang berdimensi
masa depan. Oleh karena itu, apa yang terjadi di masa lalu tidak relevan dengan
pengendalian, kecuali jika apa yang terjadi di masa lalu dapat diprojeksikan ke
masa depan.
Dalam pelaksanaan fungsi perencanaan, manajemen menetapkan tujuan yang
akan dicapai di masa depan dengan serangkaian perilaku tertentu. Oleh karena
dalam pencapaian tujuan organisasi, manajemen melibatkan pengarahan aktivitas
orang-orang lain, fungsi pengendalian manajemen mencakup usaha untuk
751
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 752
752
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 753
PENYEBAB TIPE PENGENDALIAN YANG
DIPERLUKANNYA EFEKTIF
PENGENDALIAN
Ketidaksesuaian antara Tujuan Pengendalian Utama:
Individu dengan Tujuan Pengendalian terhadap personel
Organisasi
Pengendalian Tambahan:
Pengendalian terhadap keluaran
Pengendalian terhadap tindakan tertentu
Keterbatasan Individu:
Kurangnya atau ketiadaan Pengendalian terhadap personel
kompetensi personel
753
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 754
754
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 755
755
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 756
756
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 757
DIFFERENT TYPE OF CONTROL FOR DIFFERENT
SITUATION
Pengaruh produksi massa mewarnai desain sistem pengendalian di masa lalu.
Kecenderungan manajemen merancang sistem pengendalian yang cocok untuk
segala situasi terjadi di masa lalu. Dalam perusahaan-perusahaan keluarga,
manajemen puncak memiliki kecenderungan untuk memilih anggota keluarganya
dalam menduduki posisi-posisi tertentu dalam organisasinya, karena manajemen
tersebut salah mengira bahwa semua masalah dapat diselesaikan melalui
pengendalian personel. Di masa lalu, sistem akuntansi pertanggungjawaban
dirancang untuk melaksanakan fungsi pengendalian manajemen melalui umpan
balik tentang tindakan tertentu dan/atau keluaran (pengendalian terhadap tindakan
tertentu dan/atau pengendalian terhadap keluaran).
Dalam era informasi sekarang ini, tipe pengendalian harus diimplementasikan
dengan mempertimbangkan dengan baik kondisi objek yang akan dikendalikan.
Tidak ada tipe pengendalian yang secara efektif dapat diterapkan pada segala
macam situasi. Oleh karena itu, pada bagian ini akan diuraikan karakteristik
kondisi yang dapat diterapi masing-masing tipe pengendalian dan prosedur
pengambilan keputusan dalam memilih tipe pengendalian yang cocok dengan
kondisi objek yang dikendalikan.
Pada Situasi Macam Apa Suatu Tipe Pengendalian Cocok?
Setiap tipe pengendalian tidak dapat diterapkan dalam semua situasi. Masing-
masing tipe pengendalian hanya cocok untuk situasi tertentu. Oleh karena itu,
dalam mendesain suatu tipe pengendalian dalam suatu organisasi, perlu dikenali
karakteristik situasi yang cocok dengan tipe pengendalian tertentu. Gambar 28.2
melukiskan berbagai pertimbangan dalam memilih tipe pengendalian yang cocok
dengan situasi yang dihadapi oleh perusahaan.iii
Tidak
Apakah orang Di luar
lain terlibat? lingkup topik
bab ini
Ya
Tidak
Dapatkah kita Ya
mempercayai
orang yang
terlibat?
Apakah kita
Tidak memiliki
pengetahuan
Tidak tentang hasil yang
diharapkan?
Ya Pengendalian
Tidak Dapatkah kita terhadap
mengukur hasil adalah
hasil? layak
Tidak Apakah kita memiliki
pengetahuan tentang
tindakan spesifik
yang diharapkan?
Tidak
Ya
Harus
Apakah kita dapat Pengendalian meletakkan
Ya kepercayaan
menentukan tindakan
apakah tindakan tertentu kita kepada
tertentu telah adalah layak nasib baik
dilakukan?
Tidak
Gambar 28.2 Pertimbangan untuk Menentukan Kelayakan Suatu Tipe
Pengendalian
Kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan sangat ditentukan
keberdayaan karyawan untuk berubah, dan kemampuan karyawan untuk berubah
ditentukan oleh tingkat pendidikan dan pelatihan karyawan. Oleh karena itu,
fungsi pengendalian manajemen dalam perusahaan-perusahaan yang menghadapi
lingkungan bisnis yang turbulen dilaksanakan secara efektif melalui pengendalian
terhadap personel berikut ini: (1) peningkatan kompetensi—seleksi personel,
758
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 759
759
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 760
Kebutuhan Pengendalian
Kebutuhan pengendalian atas perilaku atau operasi dalam organisasi secara
sederhana tergantung pada dampak bidang yang dikendalikan tersebut terhadap
kinerja organisasi secara keseluruhan. Semakin strategik perilaku atau operasi
tertentu dalam organisasi, semakin besar kebutuhan untuk mengendalikan perilaku
atau operasi tersebut. Semakin besar kebutuhan pengendalian, semakin besar
biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem pengendalian yang didesain.
Sebagai contoh, pengendalian terhadap aktivitas pengembangan produk baru
dalam perusahaan pada umumnya adalah jauh lebih penting dibandingkan dengan
pengendalian terhadap efisiensi produksi produk yang telah ada. Oleh karena itu,
sumber daya yang diperlukan untuk pengendalian pengembangan produk baru
jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber daya yang diperlukan untuk
pengendalian produksi produk yang telah ada, meskipun pengendalian terhadap
pengembangan produk baru jauh lebih sulit dibandingkan dengan pengendalian
terhadap produksi produk yang telah ada.
Tingkat Pengendalian yang Dapat Disediakan oleh Tipe
Pengendalian
Tingkat pengendalian yang dapat disediakan oleh setiap tipe pengendalian
ditentukan oleh desain dan kesesuaian desain tersebut dengan situasi yang diterapi
tipe pengendalian tersebut. Pengendalian personel biasanya menyediakan tingkat
pengendalian tertentu, namun, meskipun tipe pengendalian tersebut cocok untuk
situasi tertentu (seperti cocok untuk organisasi yang menghadapi lingkungan
bisnis yang turbulen atau perusahaan kecil), tipe pengendalian ini sedikit atau
sama sekali tidak memberikan peringatan atas terjadinya kegagalan dalam
pengendalian.
Pengendalian tindakan tertentu dan pengendalian terhadap keluaran dapat
menyediakan tingkat pengendalian yang berbeda-beda untuk berbagai situasi.
Secara umum, pengendalian tingkat tertentu (atau pengendalian ketat)
mensyaratkan: (1) spesifikasi rinci tentang apa yang diharapkan dari setiap
individu; (2) pencegahan tindakan yang tidak diinginkan; dan (3) administrasi
penghargaan dan hukuman yang signifikan bagi individu yang terlibat.
Sebagai contoh, dalam mengendalikan kegiatan pembelian, manajemen dapat
menentukan spesifikasi rinci tentang apa yang diharapkan dari setiap individu
yang terlibat dalam kegiatan pembelian. Semakin rinci perilaku yang diharapkan
dari individu, semakin besar pengendalian yang dihasilkan dari tipe pengendalian,
dan oleh karena itu semakin ketat tipe pengendalian tersebut. Tingkat
pengendalian tergantung pada: (1) values yang dijunjung tinggi dalam pembelian,
(2) kebijakan pembelian, (3) peraturan pembelian. Jika manajemen lebih banyak
menekankan pada values, semakin longgar pengendalian yang dihasilkan, dan
semakin rinci kebijakan dan peraturan yang didesain, semakin ketat pengendalian
yang dihasilkan.
Pengendalian terhadap kegiatan dapat dilonggarkan atau diperketat melalui
sistem pemantauan tindakan. Semakin dini sistem pemantauan tindakan
memberikan umpan balik tentang tindakan yang dilakukan, semakin ketat
pengendalian yang dihasilkan. Semakin lama sistem pemantauan tindakan
memberikan umpan balik, personel yang dipantau tindakannya merasa semakin
longgar pengendalian yang dilakukan terhadapnya.
Pengendalian terhadap kegiatan dapat pula dilonggarkan atau diperketat
dengan membuat signifikan penghargaan dan hukuman. Semakin signifikan
760
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 761
761
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 762
PROSES DESAIN SISTEM PENGENDALIAN
Sebagaimana telah disebutkan di muka, pengendalian manajemen merupakan
masalah perilaku manusia. Tantangan yang dihadapi dalam mengatur perilaku
manusia adalah bagaimana menjadikan orang berperilaku sebagaimana yang
diharapkan sesering mungkin. Oleh karena itu, langkah terbaik dalam mendesain
sistem pengendalian adalah dimulai dari pengendalian terhadap manusia. Dalam
situasi tertentu, personel yang terlatih dengan baik, yang memiliki motivasi tinggi
karena berbagi misi, visi, core beliefs, dan core values organisasi, dapat
diharapkan, dengan tingkat kepastian yang tinggi, untuk melaksanakan tugasnya
secara memuaskan tanpa langkah pengendalian tambahan. Peletakan kepercayaan
pada pengendalian personel merupakan situasi yang sangat diharapkan, karena
dua alasan: (1) pemicu pengendalian diletakkan dalam diri masing-masing
personel, dan (2) setiap tambahan pengendalian akan memerlukan biaya dan
kemungkinan akan menyebabkan dampak sampingan yang tidak diinginkan.
Namun, jika manajemen menentukan bahwa pengendalian personel perlu
diberi tambahan, langkah pertama adalah dengan memeriksa kelayakan berbagai
sistem pengendalian alternatif. Untuk ini, manajemen harus memperkirakan dua
faktor: seberapa pengetahuan yang dimiliki oleh manajemen tentang tindakan
tertentu diperlukan, dan bagaimana pengukuran dapat dilakukan dengan baik
terhadap bidang kinerja. Pertimbangan kelayakan ini kemungkinan akan segera
menghasilkan pilihan apakah pengendalian dapat difokuskan ke tindakan tertentu
atau terhadap keluaran. Pengendalian dapat dibuat lebih ketat dengan menguatkan
pengendalian yang telah ada, sebagaimana telah dibahas sebelum ini, atau dengan
mengimplementasikan pengendalian yang overlapping, seperti pengendalian
terhadap keluaran dan sekaligus terhadap tindakan tertentu.
PERGESERAN KONSEP PENGENDALIAN
Lingkungan bisnis telah mengalami perubahan pesat yang memaksa banyak
perusahaan untuk meninjau kembali kesesuaian organisasi dan konsep manajemen
yang digunakan untuk menjalankan organisasi tersebut. Fungsi pengendalian
manajemen, yang di masa lalu hanya dilaksanakan melalui feedback control, perlu
didefinisikan kembali agar cocok dengan lingkungan bisnis baru. Dalam bagian
ini diuraikan pergeseran konsep feedback control dan trend pengendalian di masa
depan.
Feedback Control
Feedback control adalah pengendalian melalui umpan balik informasi tentang
pelaksanaan tindakan dan/atau keluaran sesungguhnya, untuk memungkinkan
personel atau atasannya menilai kesesuaian perilaku sesungguhnya personel
dengan perilaku yang diharapkan daripadanya. Berikut ini diuraikan situasi yang
memerlukan feedback control dan pergeseran konsep feedback control.
Dalam Situasi Apa Feedback Control Cocok?
Dalam uraian tentang tipe pengendalian di muka tidak secara eksplisit dijelaskan
mengenai feedback control untuk memungkinkan pemantauan perilaku personel
melalui tindakan dan/atau keluaran yang dicapai. Gambar 28.3 melukiskan
feedback control yang sederhana. Telah disebutkan dalam definisi tentang
pengendalian, bahwa orientasi pengendalian adalah ke perilaku personel di masa
depan, sedangkan feedback control berorientasi ke informasi tentang perilaku
762
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 763
personel di masa yang telah lalu. Timbul pertanyaan: “Di manakah feedback
berperan di dalam sistem pengendalian?”
Karena kinerja yang telah lalu tidak dapat diubah lagi, maka pengendalian
terhadap perilaku personel ditujukan ke perilaku di masa depan. Analisis terhadap
keluaran yang dikomunikasikan melalui feedback menyediakan tambahan
signifikan terhadap sistem pengendalian melalui pengaruh tidak langsung terhadap
perilaku personel di masa depan. Ada tiga alasan mengapa umpan balik tentang
keluaran yang dicapai oleh personel di masa lalu merupakan bagian penting dalam
sistem pengendalian:iv
1. Umpan balik adalah penting dalam sistem pertanggungjawaban keluaran
(result-accountability system). Meskipun umpan balik tidak digunakan untuk
meng-adjust masukan ke dalam sistem, umpan balik memberikan tanda
bahwa keluaran sedang dipantau. Pengetahuan personel tentang pemantauan
terhadap keluaran tindakannya ini akan menimbulkan kesadaran tentang apa
yang diharapkan dari tindakan personel yang bersangkutan, sehingga hal ini
diharapkan merangsang personel untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.
2. Dalam situasi yang berulang-ulang, pengukuran terhadap keluaran dapat
menyediakan petunjuk kegagalan tepat pada waktunya untuk memungkinkan
personel melakukan intervensi yang bermanfaat untuk mengatasi kegagalan
tersebut. Bila keluaran sesungguhnya menyimpang dari keluaran yang
diharapkan, sistem pengendalian memberikan tanda tentang penyimpangan
yang terjadi, dan melalui analisis terhadap penyimpangan ini, personel dapat
melakukan adjustment terhadap masukan atau proses, untuk mendapatkan
keluaran yang berbeda di masa depan. Tentu saja, adjustment terhadap
masukan hanya dapat berhasil untuk mengubah keluaran jika personel
memahami bagaimana hubungan antara masukan dengan keluaran. Jika tidak
ada pemahaman tentang hubungan tersebut, apa yang dilakukan oleh personel
tidak lebih dari sekadar eksperimen.
3. Analisis tentang bagaimana keluaran bervariasi dengan berbagai kombinasi
masukan mungkin dapat meningkatkan pemahaman tentang bagaimana
masukan berkaitan dengan keluaran. Masukan berkaitan dengan keluaran
melalui proses—yang merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
personel. Oleh karena itu, semakin tinggi pemahaman personel terhadap
hubungan masukan dengan keluaran, sistem pengendalian akan bergeser dari
sistem pengendalian yang berorientasi pada keluaran ke sistem pengendalian
yang berorientasi ke tindakan tertentu. Melalui pedoman prosedur, personel
diharapkan melaksanakan tindakan tertentu untuk menghasilkan keluaran
yang diharapkan, manakala informasi umpan balik menunjukkan
penyimpangan keluaran sesungguhnya dari keluaran yang diharapkan
Feedback control tidak cocok dalam situasi yang kejadiannya hanya terjadi
sekali, bukan berulang-ulang. Dalam pengambilan keputusan investasi atau
penghentian kegiatan suatu bagian perusahaan misalnya, feedback control tidak
bermanfaat bagi manajemen, karena pada saat keluaran dapat diperoleh, terlalu
terlambat bagi manajemen untuk melakukan intervensi terhadap masukan, dan
pengetahuan manajemen tentang hubungan antara masukan dan keluaran tidak
segera dapat dimanfaatkan. Biaya untuk mendesain, mengimplementasikan, dan
memelihara sistem pelacakan informasi keluaran seringkali sangat mahal,
sehingga feedback control tidak layak untuk dipakai. Oleh karena itu, feedback
control tidak selalu cocok dengan semua situasi, dan kalau cocok pun, tidak selalu
feedback control layak ditinjau dari segi biaya penyelenggaraannya.
763
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 764
Pengukuran
Pembandingan,
analisis, umpan
Intervensi balik
(jika diperlukan)
Gambar 28.3 Feedback Control Sederhana
764
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 765
Kelemahan traditional feedback control. Dalam pendekatan modern terhadap
pengendalian kinerja, manajer harus bertanggung jawab terhadap sistem dan harus
memahami bagaimana mengatasi penyebab terjadinya penyimpangan kinerja.
Dibandingkan dengan pendekatan modern dalam pengendalian tersebut,
traditional feedback control memiliki kelemahan berikut ini:vi
1. Manajer berkecenderungan untuk mengembangkan standar tanpa
mempertimbangkan apa yang harus dilakukan untuk memungkinkan personel
untuk mencapai standar. Pengendalian tradisional tidak mengakui tanggung
jawab manajer untuk memastikan bahwa personel memiliki ekuipmen, bahan
baku dengan kualitas tinggi, pelatihan memadai di tempat kerja, metode, dan
kerja sama dengan anggota tim yang secara bersama-sama menuju standar
yang telah ditetapkan. Di samping itu, traditional feedback control memiliki
kelemahan dengan digunakannya aturan management by exception—yang
berarti manajer hanya memusatkan perhatian terhadap kinerja yang
menyimpang dari standar, sehingga kurang memperhatikan kinerja yang
memenuhi standar. Berdasarkan management by exception, manajer
melakukan suatu tindakan hanya jika standar tidak tercapai, sehingga
menyebabkan dua kelemahan traditional feedback control berikut ini:
Tidak
Ya
Keputusan Tetap
untuk melaksanakan
mengambil kegiatan
tindakan koreksi semula
Gambar 28.4 Traditional Feedback Control
2. Gagal dalam mengembangkan pengetahuan. Kunci suatu pengendalian adalah
bahwa manajer harus memiliki pengetahuan mengenai penyebab terjadinya
penyimpangan kinerja dari standarnya, untuk memungkinkan manajer
melakukan tindakan koreksi. Pendekatan tradisional tidak memberikan
informasi bagi manajer mengenai penyebab terjadinya penyimpangan.
Pendekatan tradisional hanya mendorong manajer untuk menganggap bahwa
penyimpangan merupakan kejadian yang tidak berhubungan dengan
penyimpangan yang lain, yang terpisah oleh waktu.
3. Gagal untuk melakukan improvement secara berkelanjutan. Traditional
feedback control menggunakan dasar pikiran “jika tidak rusak, jangan
dibetulkan.” Oleh karena itu, pendekatan tradisional ini membentuk mental
765
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 766
766
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 767
Pengkomunikasian standar
Customer value
Masukan Transformasi Keluaran
stakeholder
(dan
lain)
Pengendalian Pengendalian
pengerjaan kembali Pengendalian
Pengendalian awal bersamaan
kerusakan
Tindakan Pengukuran
Studi
Gambar 28.5 Modern Feedback Control
Studi. Pada tahap studi, manajer menganalisis data dengan menggunakan metode
statistik dan metode lain untuk memahami penyebab terjadinya penyimpangan.
Pada tahap ini manajer juga dituntut untuk mempelajari hubungan antarukuran
untuk memahami dampak tindakannya terhadap kinerja di seluruh organisasi. Hal
ini sangat membedakan aktivitas pengendalian dalam pendekatan modern dengan
aktivitas pengendalian dalam pendekatan tradisional yang “membandingkan
kinerja dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.” Pendekatan modern
dalam pengendalian menekankan pada pengembangan pengetahuan, bukan pada
penilaian dan pembebanan kesalahan akibat penyimpangan. Di samping itu,
pendekatan modern tidak menganggap bahwa manajer mengetahui penyebab
penyimpangan, sebagaimana anggapan dalam pendekatan tradisional.
767
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 768
Tindakan. Pada tahap tindakan, manajer melakukan tindakan koreksi atas dasar
pengetahuan yang diperoleh pada tahap studi terhadap umpan balik. Tergantung
pada situasi yang dihadapi, tindakan koreksi dapat berupa manajemen krisis,
pemecahan masalah, atau improvement terhadap sistem untuk mengatasi akar
penyebab penyimpangan.
Trend Pengendalian Manajemen
Untuk mengetahui trend perkembangan fungsi pengendalian manajemen, perlu
diamati perubahan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan. Berdasarkan
karakteristik lingkungan bisnis di masa yang datang ini, dapat diperkirakan bentuk
organisasi yang cocok untuk menghadapi lingkungan bisnis tersebut. Berdasarkan
trend perubahan organisasi dapat ditentukan tipe pengendalian manajemen yang
cocok untuk organisasi tersebut. Berikut ini diuraikan perubahan lingkungan
bisnis, organisasi yang cocok dengan lingkungan bisnis tersebut, serta tipe
pengendalian yang cocok untuk menjalankan organisasi semacam itu.
Perubahan Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis telah mengalami perubahan pesat dalam dua puluh tahun
terakhir ini. Sebagaimana yang telah digambarkan secara rinci dalam Bab 1
Karakteristik Lingkungan Bisnis Global, lingkungan bisnis diwarnai dengan
customer memegang kendali bisnis, persaingan tajam, dan perubahan telah
berubah menjadi pesat, radikal, serentak, dan pervasif.
Organisasi Masa Depan
Transformasi organisasi di negara-negara maju telah terjadi sejak akhir tahun
1970-an, sesuai dengan perubahan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh setiap
perusahaan di sana. Organisasi yang semula berbentuk piramid, telah mulai
mengalami perubahan menuju ke bentuk molekul sebagaimana dilukiskan dalam
Gambar 28.6.
Dalam tahun 1970-an, hampir semua struktur organisasi perusahaan
berbentuk piramid yang memiliki beberapa lapis vertikal (lihat bagian kiri Gambar
28.6). Struktur ini digunakan untuk mengirim informasi dari lapis bawah ke lapis
atas organisasi. Karyawan mengumpulkan informasi, supervisor menganalisis,
manajer di atasnya memberikan rekomendasi, dan akhirnya manajer puncak
mengambil keputusan. Semakin banyak karyawan yang dipekerjakan untuk
melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan, semakin tinggi piramid organisasi, dan
semakin lambat serta semakin terdistorsi komunikasi yang terjadi dari lapis bawah
ke lapis atas.
Perubahan signifikan terjadi mulai tahun 1980-an. Dengan mulai
diperkenalkannya teknologi informasi (personal computer, mesin facsimile, dan
local area network) memungkinkan komunikasi langsung antara karyawan dengan
manajemen puncak. Perkembangan teknologi ini berdampak signifikan terhadap
kebutuhan manajer menengah. Perusahaan-perusahaan kemudian mulai mengubah
struktur organisasinya dengan mengurangi jumlah manajer menengah, sehingga
bentuk organisasi menjadi jam Mesir kuno (lihat bagian tengah Gambar 28.6).viii
Perubahan ini terus berlangsung dalam tahun 1990-an. Diperkirakan bentuk
organisasi di masa depan akan seperti molekul, berbentuk jaringan datar,
sebagaimana terlihat pada bagian kanan Gambar 28.6). Bentuk organisasi berupa
jaringan datar tersebut seringkali disebut “Hi-Flex” organization— highly flexible
organization.
768
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 769
Dalam dua dekade sebagaimana yang dilukiskan dalam Gambar 28.6 tersebut,
perusahaan-perusahaan telah dan sedang melakukan transformasi dengan
menempuh berbagai cara berikut ini:
1. Mengurangi lapisan manajemen, sehingga lapisan manajer menengah
berkurang secara signifikan, yang menjadikan organisasi perusahaan semakin
mendatar (flat organization).
2. Memindahkan banyak fungsi kantor pusat ke luar dan ditempatkan ke dalam
fungsi garis, untuk menjadikan organisasi fleksibel dalam menghadapi
perubahan lingkungan bisnis yang semakin pesat dan radikal.
3. Menggunakan hubungan just-in-time dengan para pemasok, sehingga bisnis
dengan pemasok dibangun sebagai suatu jaringan yang kuat.
4. Memperkenalkan pemberdayaan karyawan dan program pembangunan tim.
5. Menerapkan flexible automation, baik di bidang produksi maupun di kantor.
6. Memadukan CAD/CAM (computer-assisted design/computer assisted
manufacturing).
7. Membangun hubungan kemitraan dengan para pemasok, termasuk pelibatan
dini dalam desain dan produksi.
8. Melakukan perubahan dari pemrosesan secara terpusat ke pemrosesan
terdistribusi.
Gambar 28.6 Evolusi Organisasi dalam Dua Dekade 1970 - 1990-an
9. Memusatkan pada core competency, sehingga bagian dari usaha yang bukan
merupakan core competency diserahkan kepada perusahaan lain melalui
strategic outsourcing. Pemusatan pada core competency menjadikan
organisasi perusahaan semakin berdaya untuk menghadapi perubahan
lingkungan bisnis. Dengan strategic outsourcing, manajemen perusahaan
berkewajiban untuk membangun quality relationship dengan para
pemasoknya, untuk mendapatkan bahan baku, suku cadang, dan bahan lain
pada harga yang lebih murah, dengan kualitas yang dapat diandalkan, serta
penyerahan tepat waktu. Dengan meningkatnya outsourcing, trend organisasi
perusahaan menuju ke virtual organization—suatu organisasi yang berupa
jaringan antarperusahaan, yang di dalamnya manajemen tidak dapat
melakukan pengendalian langsung terhadap keseluruhan proses value chain
dalam memuasi kebutuhan customers.
Transformasi sebagaimana dicantumkan daftar tersebut di atas, berdampak
secara mendasar terhadap sistem pengendalian yang dipilih oleh manajemen.
769
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 770
Pengendalian Berbasis Aturan dan Hirarkhi Menjadi Tidak
Efektif
Di masa lalu, manajemen mendesain organisasi dengan pandangan bahwa
lingkungan bisnis yang dihadapi adalah stabil, tidak banyak terjadi perubahan.
Oleh karena itu, organisasi yang dibuat berbentuk piramid, dengan beberapa lapis
manajemen. Semakin besar aktivitas yang dijalankan oleh organisasi, semakin
tinggi piramid yang disusun, sehingga semakin banyak lapisan manajemen. Dalam
organisasi yang semakin banyak lapisan manajemennya, pengendalian semakin
ketat, karena untuk memutuskan sesuatu dibutuhkan persetujuan dari semakin
banyak manajer dari berbagai jenjang organisasi.
Karena anggapan bahwa lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan
adalah stabil, maka setiap manajer yang menduduki jenjang tertentu dalam
organisasi dibuatkan deskripsi jabatan. Berdasarkan deskripsi jabatan ini, manajer
berperilaku dalam mencapai tujuan perusahaan. Dengan demikian, pengendalian
dilakukan melalui pemantauan terhadap perilaku manajer sesungguhnya dengan
perilaku yang diharapkan sebagaimana yang tercantum dalam deskripsi jabatan.
Di samping itu, karena anggapan lingkungan bisnis yang stabil tersebut,
manajemen menyusun aturan (rules) untuk mengendalikan perilaku manajer dan
karyawan. Berdasarkan aturan tersebut, manajer dan karyawan menyesuaikan
perilaku individu dalam mencapai tujuan organisasi.
Pengendalian Berbasis Misi, Visi, Keyakinan Dasar, dan Nilai
Dasar
Berdasarkan gambaran lingkungan bisnis global yang semakin turbulen, banyak
organisasi perusahaan yang melakukan transformasi sebagaimana dilukiskan
dalam “organisasi masa depan” pada Gambar 28.6 di atas. Dalam organisasi
semacam itu, fungsi perencanaan dan pengendalian manajemen perlu
didefinisikan kembali.
Fungsi perencanaan tidak lagi sekadar menjawab pertanyaan “kemana
perusahaan akan menuju dalam tahun anggaran yang datang?”, namun lebih
diarahkan kepada pertanyaan “untuk memenuhi kebutuhan customer apa kegiatan
perusahaan diarahkan dan improvement terhadap proses apa yang akan dilakukan
dalam tahun anggaran masa depan?” Definisi fungsi perencanaan manajemen
terakhir ini lebih terfokus kepada usaha untuk menghasilkan customer value
(sebagai akibat dari kondisi customer take charge di dalam pasar) dan
improvement secara berkelanjutan terhadap proses (sebagai akibat dari kondisi
yang di dalamnya kompetisi semakin tajam dan perubahan menjadi konstan).
Fungsi pengendalian juga perlu didefinisikan kembali agar sesuai dengan
lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan. Jika di masa lalu, pengendalian
berarti usaha untuk menjadikan perilaku sesungguhnya tidak menyimpang dari
perilaku standar yang telah ditetapkan, pengendalian di masa sekarang lebih
diarahkan kepada pembandingan perilaku sesungguhnya dengan perilaku standar
dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk mencari penyebab
penyimpangan yang terjadi. Dalam definisi pengendalian lama, standar perilaku
diharapkan berlaku selama tahun anggaran, sehingga tidak ada terbuka
kesempatan bagi personel untuk melakukan improvement yang diperlukan selama
tahun anggaran. Dalam konsep pengendalian yang telah didefinisikan kembali,
pembandingan antara perilaku standar dengan perilaku sesungguhnya masih
membuka kesempatan bagi personel untuk melakukan improvement terhadap
770
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 771
771
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 772
tertentu dan tipe pengendalian terhadap keluaran. Oleh karena itu, konsep
pemberdayaan karyawan melalui pendidikan, pelatihan, penyediaan teknologi
memadai, dan dukungan (support) manajemen merupakan wujud fokus
pengendalian terhadap personel yang banyak dimanfaatkan dalam perusahaan
yang memasuki lingkungan bisnis global. Di samping itu, usaha untuk
membangun mission-focused, vision-directed, philosophy-driven, and value-based
organization merupakan suatu upaya efektif untuk menjadikan misi, visi,
keyakinan dasar, dan nilai dasar sebagai alat pengendalian manajemen yang
efektif.
RANGKUMAN
Fungsi pengendalian manajemen merupakan penentu keberhasilan perusahaan
dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam proses perencanaan.
Fungsi pengendalian ditujukan kepada personel, untuk mengatur perilaku mereka
di dalam mencapai tujuan.
Di dalam manajemen tradisional, fokus pengendalian lebih diarahkan ke
pengendalian terhadap tindakan tertentu dan pengendalian terhadap keluaran. Tipe
pengendalian terhadap tindakan tertentu menuntut penentuan tindakan yang
diharapkan untuk mencapai tujuan. Deskripsi pekerjaan merupakan panduan bagi
personel untuk menyesuaikan perilaku individunya dengan perilaku yang
diharapkan oleh organisasi. Pengendalian terhadap keluaran juga menuntut
manajemen merinci dimensi keluaran yang dipakai sebagai ukuran kinerja. Baik
tipe pengendalian terhadap tindakan tertentu maupun tipe pengendalian terhadap
keluaran, keduanya meletakkan pengendalian di luar diri individu yang
dikendalikan perilakunya. Kedua tipe pengendalian tersebut hanya cocok dalam
lingkungan bisnis yang stabil. Di dalam manajemen tradisional, pengendalian
manajemen dilakukan dengan menggunakan aturan dan hirarkhi.
Di dalam manajemen kontemporer, fokus pengendalian lebih diarahkan ke
pengendalian terhadap personel. Kondisi lingkungan bisnis yang ditandai dengan
customer take charge, competition intensifies, change become constant, dan
communication memaksa manajemen untuk senantiasa melakukan perubahan
terhadap keluaran untuk dapat memenuhi kebutuhan customer yang senantiasa
berubah. Jika keluaran selalu harus menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan
customer, begitu pula manajemen dipaksa untuk melakukan improvement secara
berkelanjutan terhadap proses untuk menghasilkan keluaran. Dengan demikian
deskripsi pekerjaan dan dimensi keluaran akan selalu mengalami perubahan,
untuk menyesuaikan perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis yang
dilayani. Pengendalian yang mengandalkan pada tindakan tertentu dan keluaran
serta yang meletakkan pengendalian di luar diri personel, menjadi tidak efektif di
dalam menghadapi lingkungan bisnis yang turbulen. Pengendalian dalam
manajemen kontemporer dilakukan dengan menanamkan pengendalian ke dalam
diri personel. Manajemen puncak berkewajiban untuk merumuskan misi, visi,
core beliefs, dan core values organisasi serta mengkomunikasikannya kepada
seluruh anggota organisasi melalui personal maupun operational behavior,
sehingga misi, visi, core beliefs, dan core values tersebut menjadi shared-mission,
shared vision, shared beliefs, dan shared values di dalam organisasi.
Dalam Bab 26 ini telah diuraikan secara komprehensif berbagai tipe
pengendalian yang secara efektif dapat diterapkan dalam situasi tertentu: (1)
pengendalian terhadap personel, (2) pengendalian terhadap keluaran, (3)
pengendalian terhadap tindakan tertentu, dan (4) penghindaran organisasi dari
masalah pengendalian. Dalam Bab 27 akan dibahas activity-based cost system,
suatu tipe pengendalian tambahan yang terutama untuk pengendalian terhadap
tindakan tertentu.
772
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 773
PERTANYAAN
1. Jelaskan konsep pengendalian.
2. Jelaskan mengapa pengendalian diperlukan dalam organisasi.
3. Pengendalian yang efektif adalah pengendalian yang ditujukan ke penyebab
diperlukannya pengendalian. Setujukah Saudara dengan pernyataan ini?
Jelaskan jawaban Saudara.
4. Sebutkan penyebab diperlukannya pengendalian dan tipe pengendalian yang
efektif untuk mengatasi penyebab tersebut.
5. Jelaskan mengapa individu dalam organisasi tidak mau dan/atau tidak mampu
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan dengan perilaku yang
diharapkan? Jelaskan bagaimana mengatasi masalah ini?
6. Jelaskan konsep pengendalian tambahan.
7. Pengendalian terhadap keluaran merupakan salah satu tipe pengendalian
tambahan.
a. Apa yang dituju dengan tipe pengendalian ini?
b. Syarat apa yang harus dipenuhi dalam penerapan tipe pengendalian ini.
c. Dalam kondisi apa tipe pengendalian ini cocok digunakan?
8. Pengendalian terhadap tindakan tertentu merupakan salah satu tipe
pengendalian tambahan.
a. Apa yang dituju dengan tipe pengendalian ini?
b. Syarat apa yang harus dipenuhi dalam penerapan tipe pengendalian ini.
c. Dalam kondisi apa tipe pengendalian ini cocok digunakan?
9. Hambatan terhadap perilaku merupakan salah satu tipe pengendalian terhadap
tindakan tertentu.
a. Apa yang dituju dengan tipe pengendalian ini?
b. Sebutkan jenis hambatan yang dipakai dalam tipe pengendalian ini.
10. Pertanggungjawaban tindakan merupakan salah satu tipe pengendalian
terhadap tindakan tertentu.
a. Apa yang dituju dengan tipe pengendalian ini?
b. Syarat apa yang harus dipenuhi dalam penerapan tipe pengendalian ini.
c. Dalam kondisi apa tipe pengendalian ini cocok digunakan?
11. Review sebelum tindakan dilaksanakan merupakan salah satu tipe
pengendalian terhadap tindakan tertentu.
a. Apa yang dilakukan oleh manajemen dalam tipe pengendalian ini?
b. Jelaskan bagaimana tipe pengendalian ini dapat menghasilkan perilaku
karyawan sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi.
12. Sebut dan jelaskan cara-cara yang ditempuh manajemen untuk
menghindarkan organisasi dari perilaku anggotanya yang tidak sebagaimana
diharapkan.
13. Jelaskan dalam situasi tipe pengendalian berikut ini cocok digunakan:
a. Pengendalian terhadap personel.
b. Pengendalian terhadap tindakan tertentu.
c. Pengendalian terhadap keluaran.
14. Secara umum, pemilihan tipe pengendalian yang akan diterapkan pada situasi
tertentu perlu mempertimbangkan dua faktor. Sebut dan jelaskan dua faktor
tersebut.
15. Fungsi pengendalian manajemen, yang di masa lalu hanya dilaksanakan
melalui feedback control, perlu didefinisikan kembali agar cocok dengan
lingkungan bisnis baru.
a. Perubahan lingkungan apa yang menyebabkan feedback control perlu
didefinisikan kembali?
773
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 774
END NOTES
i
Kenneth A. Merchant, The Control Function of Management, Dalam S. Mark Young, Readings in
Management Accounting (Englewood Cliffs: Prentice Hall, 1995), p. 262.
ii
Merchant, p. 262.
iii
Merchant, p. 269.
iv
Merchant, p. 266.
v
Greg Bounds, et.al., Beyond Total Quality Management: Toward The Emerging Paradigm (New York:
McGraw-Hill, Inc., 1994), p. 105.
vi
Bounds, et.al. pp. 105-106.
vii
Bounds, et.al. p. 107.
viii
Gerald H.B. Ross, Revolution in Management Control: The JIT World Can’t Be Run by Layers of
Supervision and Control Dalam S. Mark Young, Readings in Management Accounting (Englewood Cliffs:
Prentice Hall, 1995), p. 271.
774