Anda di halaman 1dari 10

alam menyediakan kurikulum yang luas dan luar biasa.

Untuk pembentukan intelektual, kepedulian, dan


rekonstruksi kebenaran hati nurani, semua tersedia. Para pendidik bisa lebih jeli dan inovatif
memfasilitasi peserta didik. Diagram pendidikan yang mengagungkan kesuksesan adalah kekayaan
finansial yang harus diubah menjadi kesuksesan sebagai kemampuan menghargai lingkungan Dengan
menghargai lingkungan, seorang pribadi bisa menghargai semua makhluk.

HOTS akan memampukan siswa dalam mengonstruksi argumen yang tepat dan efektif untuk membuat
keputusan atau solusi yang rasional. Mengajarkan siswa HOTS merupakan suatu kewajiban guru di
zarman ini. Kemampuan berpikir tingkat tinggi diperlukan siswa untuk mengerjakan model penilaian di
abad 21, komunikasi dan

teknologi yang makin terbuka, modern dan mengglobal, masuk dan berdinamika dalam keseharian suatu
perusahaan atau lembaga, dan tentunya menghadapi situasi kompleks dalam hidup sehari-hari. Menurut
Leighton, HOTS terdiri dari berbagai kemampuan yang lengkap, yaitu dari proses deklaratif, konseptual,
prosedural, sampai level metakognlsi ilmu pengatahuan (Schraw & Robinson, 2011). Dengan HOTS siswa
akan dekat dengan konteks dunia nyata yang kelak akan mereka hadapi. Secara lebih lanjut The
Partnership for 21st Century Skill (2011) merumuskan konten isi akademik berupa 3Rs (Reading, Writing
Aritmethic) dan 4Cs(berpikir kritis dan pemecahan masalah, kolaborasi komunikasi, dan kreativitas-
inovasi) yang mendasari kemampuan berpikir tingkat.

BAB 2

Dalam kerangka kerja pembelajaran abad 21 tampak bahwa kurikulum menjadi salah satu fundamen
penting dan menentukan. Bicara tentang kurikulum, paling tidak ada empat hal yang patut didiskusikan,
Keernpat hal tersebut adalah capaian kompetensi siswa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan
penilaian atau asesmen.

Pencapaian kompetensi siswa atau lulusan dalam kurikulum diarahkan pada keterampilan yang
dibutuhkarı di masa depan. Kurikulum harus mampu menerawang kebutuhan-kebutuhan hidup 20 30
tahun mendatang. Siswa yang saat ini belajar, sudah dikenalkan dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut
melalui berbagai variasi keterampilan yang dikuasai.IImu pengetahuan yang diberikan kepada para siswa
tidak bisa berdiri sendiri dan saling lepas. Ilmu pengetahuan merupakan sebuah keterkaitan alami. Tidak
ada suatu fenomena yang terjadi secara tunggal. Pasti ada sebah dan akibat serta berbagai hal yang
menyertainya. Sebagai contoh, kajian tentang manusia harus bisa diberikan secara komprehensif,
Manusia bisa dikaji dari sisi biologis, psikis, khemis, matematis, religius, sosial, estetis, maupun kajan
pengetahuan lainnya. Hal ini penting diajarkan karena siswa harus memiliki berbagai alternatif cara
pandang Berbagai permasalahan bukanlah masalah yang berdiri sendiri.

Dalam desain kurikulum terdapat tahapan evaluasi. Penilaian (asesmen) merupakan bagian dari evaluasi
pencapaian siswa dan guru dalam mengajar. Salah satu bentuk instrumen dalam penilaian kognitif yang
telah dikenal adalah tes. Tes didesain untuk mengukur keterampilan yang dibutuhkan siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, jika tes yang dibuat akan berkarakter HOT (Higher
Ordering Test), maka item tes harus memiliki karakter yang melibatkan tingkat berpikir tinggi,
permasalahan kompleks, dan melibatkan berbagai tingkatan kognitif. Struktur suatu item tes dengan
karakteristik HOT terdiri atas sajian kasus, pertanyaan pilihan, dan permintaan alasan pemilihan
(Bambang Subali & Pujiati Suyata, 2012). Asesmen akan lebih baik jika diliengkapi dengan portofolio
sehingga penilaian akan lebih utuh Berdasarkan evaluasi menyeluruh terhacdap kurikulum, alih-alih yang
terjadi dari procuk kurikulum kita,

secara umum pendídlkan modern sekarang ini telah mengalami reduksii naiar menjadi "rasionally
without reason" di mana proses dan lulusan lembaga pendidikan cenderug menjadi "cheerful robots';
memilki rasio tanpa akal budi sehingga kehilangan daya kreatif mengalami keterasingan diri dari realitas
diri dan realitas masyarakat. Pendidikan, dengan demikian, kehilangan elan vitalnya sebagai institusi yang
melahirkan manusia beradab;penuh pengharçaan dan penghormatan pada sesama manusia,
sebagaimana ia menghargai dan menghormati dirinya sendir. Oleh sebab itu, perubahan- perubahan
dalam sistem pendidikan (proses belajar mengaja) di sekolah seyogianya tidak terbatas pada mekanisme
atau prosedur yang bersifat teknis administratif belaka, melainkan secara simultan pendidikan dapat
secara optimal melahirkan manusia-manusia yang berada dalam keseimbangan rasio dan akal budi.
Dengan hadirnya keseimbangan rasio dan akal budi maka siswa akan terbuka terhadap berbagai
keterampilan untuk hidup di masa depan.

BAB 3

B. DEFINISI Mendidik siswa dengan HOTS berarti menjadikan mereka mampu berpikir. Siswa dikatakan
mampu berplkir jika dapar mengaplikasikan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan yang
dimiliki dalam konteks situasi yang baru. Ada banyak definisi tentang HOTS. Menurut Thomas & Thorne
(2009), HOTS merupakan cara berpikir yang lebih tinggi daripada menghafalkan fakta, mengemukakan
fakta, atau rnenerapkan peraturan, rumus;dan prosedur. HOTS mengharuskan kita imelakukan sesuatu
berdasarkan fakta. Membuat keterkaitan antarfakta, mengategorikannya, memanioulasinya,
menempatkannya pada konteks atau cara yang baru, dan mampu menerapkannya untuk mencari solusi
baru terhadap sebuah permasalahan. Hal ini senada dengan pendapat Onosko & Newrnan (1994), HOTS
berarti 'non- algoritmik" dan didefnisikan sebagai potensi penggunaan pikiran untuk menghadapi
tantangan baru."Baru berarti aplikasi yang belum pernah dipikirkan siswa sebelumnya. Belurn tentu
sesuatu yang universal bersifat baru. HOTS dipahami sebagai kemampuan siswa untuk dapat
menghubungkan pembelajaran dengan elemen lain di luar yang guru ajarkan untuk diasosiasikan
dengannya (Brookhart. 2010). N.S. Rajendran (2001, dalam Kamarudin, et.al, 2016) menuliskan hwa
HOTS juga meminta siswa untuk secara kritis mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan, dan
membuat generalisasi. Para siswa juga akan menghasilkan bentuk komunikasi orisinil; membuat prediksi,
menyarankan solusi, menciptakan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengán kehidupan sehari-
hari, mengevalua!i gägasan, mengungkapkan pendapat, dan membuat pilihan serta keputusarn. Tidak
berbeda jauh dari deinisi sebelumnya, HOTS sesua dengan Standar Internasional, yaitu Organisasi untuk
Kerja Sama dan Pembangunan Ekonorni (OECD), TIMMS dan PISA, didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan
dan nilai (values) dalam membuat penalaran dan refleksi dalam memecahkan suatu masalah, mengambil
keputusan, dan mampu menciptakan sesuatu yang bersifat inovatif. Sedangkan menurut Teaching
Knowledge Test Combridge English The University of Cambridge (2015), HOTS merupzkan keterampilan
kognitif seperti analisis dan evaluasi yang bisa diajarkan oleh guru kepada siswanya. Keterampilan
tersebut termasuk memikirkan sesuatu dan membuat keputusan tentang suatu hal, menyelesaikan
masalah, berpikir kreatif, dan berpikir tentang keuntungan (hal positif) dan kerugian (hal negatif)
carisesuatu. Misalnya, di kelas seorang guru meminta siswa untuk berdiskusi memikirkan "Bagaimana
kita bisa mengubah desain bangunan agar lebih hemat energi?"Kemampuan berpikir tingkat tinggi
seperti ini melibatkan diskusi (kolaborasi) dan pembuatan keputusan secara tepat. Proses ini berbeda
dengan kategori LOTS (Lower Order Thinking Skils), LOTS merupakan keterampilan seperti mengingat
informasi dan memahami informasi Level inl sering digunakan di kelas untuk mengecek, memahami, dan
mengkajil ulang penbelajaran yang blasanya melibatkan pertányaain tertutup Lebih lanjut, Brookhart
(2010) memaparkan jenis HOTS dicasarkan pada tujuan pembelajaran ci kelas, yaitu terdiri dari tiga
kategori, yaitu HOTS sebagai transfer (HOTS as ransfer), HOTS sebagai berpikir kritis (HOTS as critical
thinking). dan HOTS sebagai pemecahan masalah (HOTSas problem solving). HOTS sebagai transfer
didefnisikan sebagai keterampilan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang sudah
djkembangkan dalam dembelajaran pacla konteks yang baru. HOTS sebagai transfer mencakup
keterampilan ngevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). HOTS sebagai berpikir kritis didefinisikan
sebagai memberikan penilaian yang bijak dan mengkritis sesuatu menggunakan alasan logis dan ilmiah.
Tujuan pembelajaran salah satunya adalah menjadikan siswa mampu mengungkapkan argumentasi,
melakukan refleks. dan membuat keputusan yang tepat. Berpikir tingkat tinggi berarti siswa dapat
melakukan hal hal tersebut. Salah satu karakteristik orang "terdidik adalah bahwa

mereka mampu mengungkapkan argumentasi, melakukan refleksi, dan membuat keputusan yang baik
tanpa dorongan dari guru dan orang lain atau hanya gara-gara menjalankan tugas.HOTS sebagai
pemecahan masalah didefinisikan sebagai keterampilan mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan
masalah menggunakan strategi yang nonautomatic.Dengan kemampuan ini, siswa akan mampu
menyelesaikan permasalahan mereka sendiri dan bekerja dengan lebih efektif.

C. LEVEL KOGNISI Kita tentu mengetahui Taksonomi Bloom ketika akan mengkaji ranah kognisi siswa.
Benjamin Samuel Bloom bersama M.D. Engelhart, EJ. Frust, W.H. Hill, dan D.R. Kratwohl menyusun
kerangka kategorisasi tujuan pendidikan pada tahun 1956. Kerangka tersebut diberi judul The Taxonomy
of Educational Objectives, The Classification ofEducational Goal Handbook l:Cognitive Domain. Kata
"taksonomi yang dimaksud adalah sistem klasifikasi tujuan perididikan. Handbook luar biasa yang
mampu mengubah wajah pendidikan tersebut membagi dalam dua kategori, yaitu kategori pengetahuan
dan kategori proses kognitif (Gambar 5), Kategori pengetahuan terdiri dari pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuarn prosedural, dan pengetahuan, metakognitif. Kategorl proses
kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis; sintesis, dan evaluasl. Kategori tersebut
dimulai dari paling rendah (Cl:C: Cognitivel sampal tertinggi (C6). Lorin W. Anderson dan David R.
Krathwohl dalarn bukunya A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's
Taxonomy of Educational Objective (2001) menyempurnakan isi dilakukan untuk mengarahkån kembali
fokus para pendidik sehingga handbook bukan lagi sekadar dokumen yang
disimpan rapi tapi nenjadi sarana mengembaikan khitah seora ng guru sesuai dengan konteks
zamannya.Selain itu, revisi dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang memadukan berbagai
hal baru dalam tujuan pendidikan saat ini.Beberapa hal praktis dalam domain kognitif telah
disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl Gambar 4).HOTS memiliki ciri yang khas.Level kemampuan
ini mencakup kemampuan atau keterampilan siswa dalam menganalisis (analyze) mengevaluasi
(evglucte),dan mencipta (create).Indikatorketerampilan menganalis, mengevaluasi dan mencipta
didasarkan pada teori yang dipaparkan dalam revisi Taksonomi Bloom.

1. Level Analisis

Memecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungannya, baik antarbagian
maupun secara keseluruhan.Level analisis terdiri dari kemampuan atau keterampilan membedakan,
mengorganisasi, dan menghubungkan.

2. Level Evaluasi

Pada prinsipnya, level evaluasi merupakan kemampuan dalam mengambil keputusan berdasarkan
kriteria-kriteria. Level int terdiri dari keterampilah mengecek dan mengkritisi.

3. Level Mencipta

Pada level tertinggi ini, siswa mengorganisasi berbagai informasi menggunakan cara atau
strategřbaruatau berbeda dari biasanya Siswa dilatih memadukan bagian-bagian untuk membentuk
sesuatu yang baru, kohe:en, dan orisinal. Kemampuan berpikir kreatif atau inovatif semakin diuji dalam
level mencipta. Menurut Anderson & Krathwohl (2011, daiam Stobaugh, 2013) ditegaskan bahwa
kreativitas tidak hanya menunjukkan desain produk yang unik, tetapi juga mengqmbinasikan berbagai
sumber informasi untuk menghasilkan produk, perspektif, strategi, arti, maupun pemahaman
baru."Baru"berarti belum ada sebelumnya.

D. MISKONSEPSI Ada banyak pandangan tentang HOTS, terlebih kaitannya dengan taksonomi kognitif
yang diajukan oleh Bloom. Sebagai contoh adalah banyaknya kata kerja bantu yang dirumuskan oleh para
pakar pendidikan. Berbagai kata kerja bantu tersebut kadang disalahfungsikan. Kita harus hati-hati dalam
memahami taksonomi Bloom sehingga tidak terjadi miskonsepsi (Stobaugh, 2013). Ada beberapa
miskonsepsi tentang taksonomi Bloom pada tataran HOTS di antaranya, yaitu:

Jenis soal HOTS akan tetap menjadi soal HOTS meskipun dlujikan pada waktu yàng berbeda .

Jika soal telah dibuat menggunakan kata kerja bantu taksonomi Bloom, maka sudah dapat mengukur
level kognisi yang dinginkan

Pertanyaan atau soal yang sulit selalu menunjukkan level HOTS

Penggunaan teknologi modern dalam pembelajaran pasti menunjukkan level HOTS

Jenis soal pilihan ganda (multiple choice tidak dapat digunakan untuk menilai HOTS secara valid
Sebuah fenomena, kasus atau kejadian hanya bisa digunakan untuk mengukur level kognisi

Pada kelas yang sama, siswa akan memiliki level kognitif yang sama

Fenomena, kejadian atau kasus yang disajikan dalam jenis soal harus berupa cerita panjang, terkenal dan
besar atau bombaatis sehingga lebih mudah dipahami siswa

Semua materi harus bisa diarahkan ke level HOTS paling tinggi yaitu mencipta

Siswa tingkat Sekolah Dasar belum mampu menguasai HOTS

Soal HOTS harus dirumuskan dalam kalimat ilmiah dan butuh kemampuan yang sangat baik untuk
mencerna kalimat tersebut

Kemampuan berpikir tingkat tinggi hanya bisa memberikan di sekolah oleh akademisi

MANFAAT

Conklin (2012) menegaskan bahwa pembelajaran HOTS yang dilakukan secara tepat akan membuat siswa
antusias, memiliki mctivasi, tidak mudah menyerah, dan merasa membutuhkan pembelajaran. Akhirnya
siswa akan mampu menjadi pembelajar yäng aktif. Pembelajaran aktif memang sebuah kerja keras, tapi
juga harus menyenangkan. Ada banyak pendapat dan penelitian yang membuktikan bahwa
pembelajaron dan penilaian HOTS memberikan manfaat baik bagi siswa. Paling tidlak ada tiga hal yang
bisa dirasakan manfaatnya, yaitu meningkathya prestasi, motivasl, dan atau sikap positif siswa. Berikut ini
beberapa pendapat atau penelitian yang mernbuktikan hal-hal tersebut. 1. Meningkatkan prestasi Dalam
dunia pendidikan, prestasi atau hasil belajar siswa menjadi salah satu tolok ukur utama. HOTS akan
dapat dikatakan sebagai pilar pedagogi pendidikan jika mampu meningkatkan prestasi siswa dalam
belajar.

2. Meningkatkan motivasi Menurut Brookhar: (2010). HOTS juga mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa. HOTS mampu meningkatkan rasa siswa dalam mengontrol ide-ide mereka. Motivasi memang
abstrak Tetapi melalui HOTS akan membangkitkan rasa senang daripada sekadar proses mengingat.

3. Meningkatkan sikap positif (afektif) Saat ini membangun habitus bersikap positif atau yang biasa
dikenal dalarn ranah afektif baru gencar diinternalisasikan permerintah dalam dunia
pendidikan.Pendidikan akan dinyatakan tidak berhasil jika karakter positif siswa tidak terbentuk.Hasil
penelitian Hugerat & Kortam (2014)

PEMBELAJARAN

salah satu strategi mendesain pembelajaran untuk membiasakan HOTS adalah pembelajaran inkuiri.
Secara harfiah, inkuiri berarti pernyataan atau penyelidikan untuk menemukan sendiri

jawaban suatu masalah.Martin, et al.(2005) menyatakan bahwa inquiry is more than hands-
on.Pembelajaran inkuiri lebih dari sekedar kegiatan yang dilakukan tangan.Inkuiri merupakan kegiatan
berpikir Inkuiri menampakkan proses hubungan timbal balik antara suatu objek dengan siswa.Proses
yang dilakukan dalam inkuiri digunakan untuk mengeksplorasi pertanyaaan, ide, dan fenomena.

1. 5W+1H Model 5W+1H sudah jamak dilakukan dalam proses pembe lajaran di berbagai belahan
dunia.Tidak hanya pembelajaran analisis ekonomi,jurnalistik, dan berbagai bidang lainnya banyak
menggunakan model tersebut.Konsep 5W adalah mengajukan pertanyaan terhadap suatu masalah
dengan kata tanya What (apa), Why (mengapa), When (kapan), Where (di rnana), Who (siapa), dan How
ibagaimana)

2. Model Wallas Model ini biasa digunakan untuk membiasakan siswa berpikir kreatif.Model
penggabungan psikologi dan level berpikir mencipta ini dinisiasi oleh Graham Wallas.Model ini
menegaskan bahwa berpikir kreatif, merupakan proses yang tidak dapat diarahkan tapi bisa dikondisikan
Ada empat tahap model Wallas, yaitu a.Preparasi Pada tahap ini, siswa menyiapkan fokus pikiran dan
mengeksplorasi berbagai dimensi peimasalahan.Tahap persiapan bukan tahap pasif, tapi sebaliknya
merupakan tahap aktif.Siswa aktif belajar berpikir rasional, belajar menganalisis, mengumpuikan
referensi dan informasi lainnya.b.Inkubasi Masalah dinternalisasi sedalam-dalamnya ke dalam pikirarn
bawah sadar siswa.Caranya adalah dengan mengambil jeda waktu untuk tidak mengumpulkan dan
mencari informasi lagi.Dalam mikrobiologi, inkubasi adalah proses pemeraman mikroba selama
beberapa waktu.Dalam ritual

keagamaan tertentu, inkubasi merupakan ritual tidur ci tempat suci agar mendapat mimpi dan
keajaiban. Tahap ini siswa seolah-olah melepaskan diri sementara waktu dari masalah tersebut. la tidak
rnemikirkan masalahnya secara sadar, tetapi 'mengeramnya dalam alam pra atau bawah sadar. Tahap ini
dilakukan untuk membangun proses munculnya inspirasi sebagai titik awal dari penemuan atau kreasi
baru yang berasal dari daerah bawah sadar atau ketidaksadaran penułh c. lluminasi Tahap iluminasi
merupakan tahap timbulnya inspirasi (insight) beserta proses psikologis yang mengikuti munculnya
inspirasi tersebut. Tahapan ini juga disebut Aha-erlebnis'" (pengalaman Aha Hal ini mengacu pada
munculnya ide secara tiba-tiba setelah beberapa waktu dikungkung oleh pemeraman dan problem
pemikiran yang mendalam. Situasi ini mirip dengan kata 'Eureko" yang konon menurut cerita diucapkan
secara spontan oleh ilmuwan Archiredes ketika berendam di bak mandi dan menyadari suatu konsep
bahwa permukaan air yang meningkat sama dengan volume tubuhnya d. Verifikasi Tahap ini merupakan
proses mengevaluasi dan menguji ide, kreasi, atau solusi baru terhadap teaitas. Modal utama
memverifikasi adalah berpikir konvergen (kritis) seb&gai kelanjutan berpikir divergen (kreatif) yang telah
mampu menciptakan hal baru.

3. Scamper metode ini cukup unik untuk memahami suatu permasalahan Kata-kata kunci yang
digunakan berfungsi sebagai pemicu ide-ide baru.

4. Servant Leadership Learning (SLL) Saya pernah menggunakan pembelajaran pemecahan masalah yang
saya modifikasi dari model pembelajaran project based leurning (PJBL) yang berbentuk pembelajaran
melayani (service learning) serta konsep kepemimpinan melayani (servcnt leadhership) dari RobertK
Greenleaf (2002).Model pembelajaran ini disebut Servont Leadership Learning (SLL).Pada prinsipnya, SLL
digunakan untuk mengonstruks cara berpikir siswa melalui kegiztan pelayanan di
masyarakat.Harapannya, level kognisi tertinggi akan terbe ntuk dan sikap kepemimpinan yang melayani
(afeksi) juga akan terinternalisasikan

dalam diri para siswa.Hasil penggunaan model SLL tern sangat signifikan dalam menaikkan salah satu
bentuk HOTS, yaitu kemampuan berpikir kritis.Dari 232 siswa kelas X SMA, kelas dengan pembelajaran
menggunakan SLL mengalami kenaikan niai rata- rata kemampuan berpikir kritis sebesar 41,27
poin.Sedangkan kelas dengan model pembelajaran konvensional (ceramah) hanya mengalarmi kenalkan
nilai rata-rata kemampuan berplkir kritis sebesar 9,01 poin (Nugroha, 2016).Model pembelajaran SLL
yang saya lakukan memiliki berapa langkah yang dikembangkan, yaitu: a.Identifikasi Siswa secara
berkelompok mengidentifikasi permasalahan lingkungan, sosial, maupun permasalahan lain yang ada di
masycrakat.Siswa turun largsung ke tengah masyarakat dan melihat langsung permasalahan yang akan
dikaji.Permasalahan yang akan dikaji harus merupakan permasalahan yang paling berpengaruh pada
masyarakat dan segera menemukan solusinya.b.Analisis Siswa menganalisis berbagai data dan informasi
yang ditemukan.Selanjuznya, mereka menganalisis data atau informasi mana yang paling valid untuk
menemukan akar masalahnya.c.Konfirmasi 1 Siswa menemui dan mewawancarai para ahli yang
kompeten di bidang permasalahan yang dikaji Sebuan permasalahan harus bisa didekati dengan
berbagai sudut pandang yang berarti melibatkan berbagai ahli dengan bidang kerja berbeda-
beda.Misalnya, kasus pencemaran lingkungan.bisa dikaji dari sisi kesehatan, ekologi, hukum, sosial,
agama, antropologi, dan lain-lain.Tujuan mencar informasi dari para ahli adalah untuk mengonfrmasi

permasalahan yang dikaji dan menemukan arah pemecahan masalahnya.d.Desain Siswa mendesain
rencana untuk membuat tahapan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.Data dari hasil observasi
dan informasi ahli bisa ditambah dengan informasi dari referensi buku maupun laman daring.Akhirnya,
siswa merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan yang dikaji.Solusi tersebut harus mampu
memberdayakan (empowering) masyarakat e.Konfirmasi 2 Siswa mendatangi tokoh masyarakat untuk
menjelaskar solust yang ditawarkan.Pada tahapan ini siswa akan membangun komunikasi dan
mengungkapkarn argumentasi penanganan masalah yang telah dirumuskan kepada tokoh masyarakat
setempat.Dari proses konfirmasi ini, akhirnya diperoleh so'usi menang-menang (bukan menang-kalah)
f.Evaluasi Setelah sekitar satu bulan, siswa mengecek situasi dan kondisi masyarakat.Siswa menganalisis
apakah solusi yang ditawarkan diterima oleh masyarakat dan memiliki daya ubah atau tidak.Jika solusi
tidak dijalankan atau tidak berhasil, sjswa mengevaluasi apa penyebabnya.Jika berhasil, maka diukur
tingkat keberhasilannya menggunakan indikator yang telah dibuat.9. Presentasi Siswa mempresentasikan
proses yang telah dilakukan kepada teman satu kelas.Pemaparan menggunakan ftware presentasi
(power point, prezi, dan sejenisnya) dengan menyajikan foto-foto lokasi serta video kegiatan.Dalam
materi presentasi, siswa menjelaskan

G. ASESMEN Mungkin sudah menjadi keblasaan kita sejak kecil selalu diblasakan menghafal tanpa
mengetahui maknanya.Akibatnya, kita terbentuk menjadi pribadi yang rnahir dalam hafalan, tapi lemah
dalam penalaran.Memang tidak salah jika kita canggih dalam rmenghafal., Namun akan lebih baik lagi
jika kita juga cakap dalam menalar, Kemampuan menalar tentu lebih banyak dibutuhkan dalarm
menyelesaikan permasalahan kompleks di kehidupan sehari-hari daripada menghafal.Kita selalu diajari
dan hafal di luar kepala bahwa 3+ 7 10;karena kita selalu diajari dengan pertanyaan, berapakah hasil dari
3 + 7?Mengapa kita tidak sedikit mengubahnya dengan pertanyaan: 3+7-12 adalah pernyatäan yang
salah;mengapa salah?Dengan cara ini kita akan lebih biasa menalar dengan mengonstruksi berbagai
fakta, informasi, danargumen.Inilah salah satu dasar berpikir dari asesmen HOTS Setiap tahapan
pembelajaran tentu diakhiri dengan tahap evaluasi.Di lembaga peńdidikan, evaluasi merupakan 'variabel
penting untuk memberikan umpan balik (feedback) pembelajaran.Umpan balik ini diperlukan untuk
menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya secara berkesinambungan.Menurut Arikunto (2015),
evaluasi dalam dunia pendidikan meliputi dua langkah, yaitu mengukur (measurernent) dan menilai
(assessment) Mengukur merupakan kegiatan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dan bersifat
kuantitatif.Sedangkan rnenilai atau asesmen adalah menganbil keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran balk buruk dan bersifat kualitatif, Dengan kata lain, asesmen merupakan proses menilai atau
judgement terhadap hasil pengukuran

Proses menilai tidak terjadi secara tiba-tiba.Proses menilai didesain seoelum pembelajaran
dilakukan.Pada saat embuat rencana pembelajaran, seorang guru yang profesional harus mengetahui
apa yang akan ditagjikan kepada siswa setelaH pembelajaran berjangsung.Oleh karena itu, ada beberapa
prinsip dasar dalam menilai, antara lain: 1) Sahih, yaitu data menunjukkan kemampuan yang akan
diukur.Penyusun perangkat penilaian harus tahu level berpikir yang akan diukur, konten apa saja yang
akan digunakan untuk mengukur, dan bukti seperti apa yang ingin diperoleh dari siswa dalam proses
tersebut 2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas sehingga sesuai
dengan tujuan,bersifat adil, dan tidak subjektif Penilai biasanya akan menggunakar rubrik penilaian
untuk memudahkan penentuan kriteria penilaian dalam rangka objektivitas.

BAB 4

A. BAHASA 1. "Aku berjalan gontai dari tanah lapang yang sebenarnya tidak lapang karena berupa dasar
sungai kering akibat kemarau panjang, setelah kalah telak 6-0 dari musuh bebuyutan kami. Irama
jantungku pun makin berdetak keras manakala menyusuri gang-gang sempit di antara gedung tinggi
menjulang Aku bersiap-siap menerima cambukan ayah karena koran tak habis terjual dan justru
terlambat pulang Kutipan tersebut menggambarkan tokoh ayah dan latar tempat kisah A. pemaaf,
perkotaan B. pemarah, pedesaan C. bijaksana, pesisir pantai D. pemarah, perkotaan.

Bukan Susi Pudjiastuti namanya jika tak membuat banyak orang berdecak kagum dengan kelugasaninya.
Tak cuma di Tanah Air, kali ini Menteri Kelautan dan Perikanan itu menunjukkan kebolehannya di'pentas
dunia: Menteri Susi yang kebetulan sedang berada di Roma, Italia, didaulat maju ke atas panggung oleh
warga Indonesia yang tinggal di Milan, Betty Bariati. Betty mengundang Susi untuk rnenyanyikan lagu
Jawa, "Suwe Ora Jamu Pertunjukar 4. spontan ini pun disambut meriah.
(htp:/linternasional.kcmpas.com/read/2017/09/28/15320101) Ide pokokyang ingin disampaikan dalam
paragraf tersebut A Susi Pudjiastuti acalah Menteri Kelautan dan Perikanan Menteri Susi sedang
mengadakan lawatan negara di adalah indonesia B. Roma, Italia C Betty Bariati adalah warga Indonesia
yang tinggal di Milan D. Menteri Susi menyanyikan lagu Jawa "Suwe Ora Jamu" di Roma 5. Aku ingin
mencintaimu dergan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat vang tak sempat disampaikan awan kepada
hujan yang menjadikannya tiada" Oleh: Sopardi Djoko Damono Kata atau kalimat yang bisa mewakili
makna dari puisi tersebut adalah .. A. tulus B terlarang C. bertepuk sebelah tangan D. bahagia

17. Thefollowing passage uses waht type offigurative languege? It's Spring it's Spring And the garden is
changing its clothes Putting away Its dark winter suits Its dull scarves And drab brown overcoosts nd
Now, it wrops itself in green shoots Slips on blouses Sleeved with pink and white blossom, Pulls on skrits
of daffodil ond primrose Snowdrop socks and purple crocus shoes Then donces in the sunlight By John
Foster A simile B. metaphor C. allusigon D. personification "With such o large morket. Iom certain that
more investments will low into the outomotive sector of tndonesio, as we have o large market, opd
greater the investments, more employment opportunities will be available" (Jokowi, 2017; www.
antaranews.com) 18. Based on this speech, which vocabulary term would best describe? A. optimistic B.
scare C. inconsistent D. conservative

Ilmu sosial

13. Maluku, pada masa Kasultanan Ternate dan lidor merupakan daeran penghasil rempah-rempah,
seperti pala dan cengkeh. Hal tersebut sangat menarik banyak pihak Bermula dari Ternate yang kaya
akan rempah-rempah telah memicu munculnya dua persekutuan, Uli Lima yang dipimpin oleh Ternate
dan Uli Siwa oleh Tidore. sampai pada kedatangan Portugal dan Spanyol yang terlibat dalam adu
kekuatan. Situasi tersebut mengakibatkan Maluku lemah sehingga bebasnya Maluku cari pengaruh
kekuasaan bangsa asing tidak dapat bertahan lama. Hal tersebut terjadi karena A. Portugal bekerja sama
dengan Ternate B. Spanyol bekerja sama dengan Tidore C. persaingan antarkasultanan di Maluku D.
kedatangan VOC Belanda 14. "Hal-hal yang mengenai penindahan kekuasaan dan lain- lain
diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkct-singkatnya. Kutipan teks tersebut
dibacakan oleh tokoh bangsa A. Panglima Besar Jenderal Sudirman B. Sayuti Melik C. Ir. Soekarno D.
Moh. Hatta

Matematika

Perhatikan gambar pembuatan segitiga-segitiga kecil dari suatu bujur sangkar berikut ini!6. Jika Anda
membuat 'Gambar 8 maka jumlah segitiga yang dihasilkan sebanyak.. A. 72 buah B. 98 buah C. 128 buah
D. 162 buah Ekstrakurikuler robotik diikuti oleh 40 murid .Sebanyak 60 % anggota ekskul robotik tersebut
adalah laki-laki.Selama tiga hari yang lalu, ada 10 murid perempuan yang bergabung dalam kelompok
tersebut.Berapa persen jumlah anggota murid laki-laki sekarang?A. 36% B. 42 % C. 48 % D. 52 %

Sains

Mario meletakkan jarum secara mendatar pada permukaan air di dalam gelas.Ajaib!Jarum jahit yang
terbuat dari logam tersebut tidak tenggelam tapi justru mengapung.Mario mengambil sabun dan
melarutkannya dalam sedikit air.la meneteskan air sabun ke sekitar jarum.Beberapa saat kemudian,
jarum tenggelam ke dasar air.Fenomena tersebur disebabkan karena 16. A. jarum memiliki rongga, sabun
memiliki gaya tekan B. air memiliki tegangan permukaan, sabun menurunkan tegangan permukaan C.
jarum memiliki bidang gesek lebih panjang (diletakkan horizontal), sabun melapisi bidang gesek jarum D.
air memiliki gayatekan ke atas, sabun memiliki gaya tekan ke bawah

18. Peristiwa di bawah ini yang tidak berhubungan dengan pembiasar cahaya adalah A. pensil tarr pak
patah ketíka dimasukkan ke dalam air B. jari telunjuk tampak membesar saat dimasukkan ke dalam air C.
dasar kolarn renang terlihat dangkal dari permukaan D. ikan tampak mengeluarkan gelembungsaat
berenang

Anda mungkin juga menyukai