Skripsi Terapi Okupasii
Skripsi Terapi Okupasii
Disusun Oleh :
RIZAL FATHURAHMAN
(A01401958)
ABSTRAK
PENERAPAN TERAPI OKUPASI PADA KLIEN SKIZOFRENIA
vi
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhamadiyah Gombong
KTI, 8 Agustus 2017
Rizal Fathurahman, Pembimbing : Tri Sumarsih, MNS
ABSTRACT
APPLICATION OF THERAPY OF ANTIBIZATION ON SKIZOFRENIA CLIENTS
vii
DAFTAR ISI
viii
B. Saran .................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................32
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan
perubahan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku (Kaplan &
Saddock, 2007). Gejala negatif dari skizofrenia meliputi sulit memulai
pembicaraan, afek tumpul atau datar, berkurangnya motifasi, berkurangnya
atensi, pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa tidak nyaman
(Viedebek, 2008).
Prevalensi gangguan jiwa didunia pada tahun 2014 di perkirakan
mencapai 516 jiwa juta jiwa (WHO 2015). Prefalensi gangguan jiwa di
indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)tahun 2013
sebesar 1,7 per mil. Kasus gangguan jiwa dapat berupa depresi gangguan
afektiuf bipola, dimensia cacat intelektual, gangguan perkembangan
temasuk autis dan skizofrenia (WHO 2015).
Menurut data Kementrian Kesehatan tahun 2013, jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia saat ini, mencapai lebih dari 28 juta orang,
dengan kategori gangguan jiwa ringan 14,3 % dan 17% atau 1000 orang
menderita gangguan jiwa berat, harga diri rendah merupakan gejala
gangguan jiwa yang prevalensinya sebesar 12%. Masyarakat di Indonesia
yang telah mengalami gangguan jiwa ringan sampai berat telah mencapai
18,5%, di banding ratio dunia yang hanya satu permil (Depkes RI,2009).
Menurut data di profinsi Jawa Tengah gangguan jiwa mengalami
peningkatan sejak taun 2007 dengan prevalensi 0.49% meningkat secara
signifikan menjadi 17.18% pada tahun 2009.
Menurut data data dinas kesehatan di Privinsi Jawa tengah sekitar
1.091 menghalami gangguan jiwa dan sebagian dari mereka hidup dalam
pasungan. Angka tersebut diperoleh dari hasil pendataan sejak januari
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemandirian pada pasien harga diri rendah kronik
dengan terapi okupasi.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui kemampuan positif yang dimiliki.
b. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan positif tersebut
agar meningkatkan rasa kepercayaan dirinya.
C. Manfaat
1. Perawat
Perawat diharapkan dapat memberikan asuhan dengan memberikan
penerapan inovasi kepada Klien Skizofrenia Dengan Harga Diri
Rendah Kronik untuk meningkatkan konsep dirinya.
2. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat dalam peningkatan kemandirian
pasien gangguan jiwa dengan harga diri rendah kronik.
3. Bagi Pengembangan Ilmu Dan Teknologi
Menambah ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
meningkatkan kemandirian pasien gangguan jiwa harga diri rendah
kronik.
4. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam menerapkan terapi kerja terhadap
kegiatan positif yang dapat di lakukan pada pasien gangguan jiwa
kronik harga diri rendah.
32
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Jawa Tengah. (2009). Profil Kesehatan Jawa Tengah. Jawa Tengah:Dinkes
Jawa Tengah.
Kaplan, H.I., Saddock, B.J., & Grebb, J.A. (2010). Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. (7th ed.). Jakarta : Bina
Rupa Aksara. Jakarta
Keliat, B.A. & Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mamnu’ah. (2014). Terapi Okupasi Terhadap Harga Diri Klien Gangguan Jiwa,
Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 : 193-196
Riyadi & Purwanto. (2009). Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu
33
Suerni dkk. (2013). Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada
Klien Harga Diri Rendah. Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 1 No. 2.
Wakhid dkk. (2013). Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien
Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah, Jurnal Keperawatan Jiwa.
Volume 1, No; 34-48
WHO. (2015). Improving health systems and services for mental health (Mental
health policy and service guidance package). Geneva 27, Switzerland:
WHO Press.
ABSTRAK
ABSTRACT
Sosial isolation is a state of change experienced by patients. An aloof from one’s experience and
feelings of shame toward others as something negative. This study aims to determine the effect
of occupational therapy on a patient’s ability to interact in sosial isolation in RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang. The study design one group pretest-posttest design sampel 37 people
with purposive sampling technique, results obtained p : 0,00. Research results prove the
existence of the effect of occupational therapy on the patient’s ability to interact in sosial
isolation. Occupational therapy is recommended as a nursing therapy in treating patient’s with
sosial isolation with a decrease in the ability of sosial isolation.
tiap variabel dari hasil penelitian.Pada signed rang test adalah untuk menguji
kurang dari 50 responden (Dahlan, value < 0,05 maka hasil hitungan
analisis data akan dilakukan uji value > 0,05 berarti hasilnya tidak
Semarang kategori sangat buruk sebanyak Dalami, et al., (2009). Asuhan keperawatan
klien dengan gangguan jiwa.
2,7%, buruk sebanyak 24,3% dan baik
Jakarta : CV.Trans Info media
sebanyak 73,0%.
Dahlan, M. S. (2011). Statistik untuk
4. Kemampuan berinteraksi pada pasien kedokteran dan kesehatan.
¹Departemen Keperawatan Jiwa, Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang, 50191.
E-mail: titiksuerni@yahoo.com
ABSTRAK
Klien dengan harga diri rendah kronis di Ruang Yudistira Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
sebanyak 58,33% dari 60 klien yang dirawat. Tujuan Karya Ilmiah Akhir ini untuk menggambarkan
penerapan terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga pada klien harga diri rendah. Metode yang dipakai
adalah studi kasus. Pada 15 klien diberikan tindakan keperawatan generalis dan terapi kognitif serta pada
20 klien diberikan tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga. Hasil
penerapan pada kelompok klien dengan tindakan keperawatan generalis dan terapi kognitif menunjukkan
penurunan tanda dan gejala rata-rata 54,94%; peningkatan kemampuan rata-rata 89,57%; lama rawat rata-
rata 37 hari. Hasil penerapan pada kelompok klien dengan tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif
dan psikoedukasi keluarga menunjukkan penurunan tanda dan gejala rata-rata 71,2%; peningkatan
kemampuan klien rata-rata 100%; peningkatan kemampuan keluarga rata-rata 98%; lama rawat rata-rata
26 hari. Berdasarkan penurunan tanda dan gejala, peningkatan kemampuan klien dan keluarga serta lama
hari rawat maka terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan pada klien dengan harga diri
rendah.
ABSTRACT
There are 58.33% from 60 clients with low self esteem cronic that treatment in Yudistira ward Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor Hospital. The goal of this study is to describe the implementation of cognitive
therapy and family psychoeducation with low self esteem. The method that used is case study. The
nursing generalize and cognitive therapy is given to 15 clients. And cognitive therapy, nursing generalize
and family psychoeducation to 20 clients. The result to group of clients that received nursing generalize ,
cognitive therapy show decreased of symptoms average 54.94% and increased of abilities everage
89.57% ; average of time of treatment is 37 days. The result to group of clients with nursing generalize,
cognitive therapy and family psychoeducation show decreased of symptoms average 71.2% and increased
of abalities everage 100%, with family abilities average 98% , average of time of treatment is 26 days.
By virtue of decreased of symptoms and increased of abilities clients and families, cognitive therapy and
psychoeducation to recommended to clients with low self esteem.
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada Klien Harga Diri Rendah Di Ruang Yudistira 161
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Keluarga MahdiHarga
Pada Klien Bogor Diri
Tahun 2013 Di
Rendah 161
Ruang Yudistira Rumah TitikSakit
Suerni,
Dr.Budi Anna Keliat,
H. Marzoeki dan Novy
Mahdi BogorHelena C.D2013
Tahun
Titik Suerni, Budi Anna Keliat dan Novy Helena C.D
PENDAHULUAN memberikan tindakan keperawatan
generalis yang dilakukan oleh perawat pada
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi semua jenjang pendidikan (Keliat &
sejahtera ketika seseorang mampu Akemat, 2010). Namun untuk
merealisasikan potensi yang dimiliki, mengoptimalkan tindakan keperawatan
memiliki koping yang baik terhadap stresor, dilakukan tindakan keperawatan spesialis
produktif dan mampu memberikan jiwa yang diberikan oleh perawat spesialis
kontribusi terhadap masyarakat (WHO, keperawatan jiwa (Stuart, 2009). Tindakan
2007 dalam Varcarolis & Halter, 2010). keperawatan spesialis yang dibutuhkan
Apabila seseorang dapat berespon positif pada klien dengan harga diri rendah adalah
terhadap suatu stresor maka akan tercapai terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi
sehat jiwa yang ditandai dengan kondisi tingkah laku, dan terapi keluarga (Kaplan &
sejahtera baik secara emosional, psikologis, Saddock, 2010). Tindakan keperawatan
maupun perilaku sosial, mampu menyadari pada klien harga diri rendah bisa secara
tentang diri dan apabila berespon negatif individu, terapi keluarga dan penanganan di
maka akan terjadi kondisi gangguan jiwa. komunitas baik generalis ataupun spesialis.
Gangguan jiwa berat yang sering ditemui di Terapi kognitif yaitu psikoterapi individu
masyarakat adalah skizofrenia (Ibrahim, yang pelaksanaannya dengan melatih klien
2011). Skizofrenia adalah sekumpulan untuk mengubah cara klien menafsirkan
sindroma klinik yang ditandai dengan dan memandang segala sesuatu pada saat
perubahan kognitif, emosi, persepsi dan klien mengalami kekecewaan, sehingga
aspek lain dari perilaku (Kaplan & klien merasa lebih baik dan dapat bertindak
Saddock, 2007). Gejala negatif dari lebih produktif (Townsend, 2005). Melalui
skizofrenia meliputi sulit memulai terapi kognitif individu diajarkan/ dilatih
pembicaraan, afek tumpul atau datar, untuk mengontrol distorsi
berkurangnya motivasi, berkurangnya pikiran/gagasan/ide dengan benar-benar
atensi, pasif, apatis dan penarikan diri mempertimbangkan faktor dalam
secara sosial dan rasa tidak nyaman berkembangnya dan menetapnya
(Videbeck, 2008). Berdasarkan gejala gangguan mood. Penelitian tentang terapi
negatif pada klien skizofrenia maka perawat kognitif sudah dilakukan oleh
menegakkan diagnosis keperawatan harga Rahayuningsih, Hamid, Mulyono (2007);
diri rendah. Kristyaningsih, Keliat dan Helena (2009)
serta penerapan terapi kognitif sudah
Harga diri rendah juga adalah perasaan dilakukan oleh Jumaini, Hamid dan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri Wardani (2011); Syarniah, Hamid dan
yang berkepanjangan akibat evaluasi Susanti (2011); Sartika, Hamid dan
negatif terhadap diri sendiri dan Wardani (2011), dengan menunjukkan hasil
kemampuan diri, dan sering disertai dengan bahwa terapi kognitif berpengaruh terhadap
kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak perubahan harga diri dan kemandirian
rapi, selera makan menurun, tidak berani kognitif.
menatap lawan bicara lebih banyak
menunduk, berbicara lambat dan nada suara Tindakan keperawatan spesialis untuk
lemah (Keliat, 2010). Data klien di RS Dr. keluarga dengan klien yang mengalami
H. Marzoeki Mahdi Bogor menunjukkan harga diri rendah adalah dengan melakukan
bahwa dari 60 klien skizofrenia mengalami psikoedukasi keluarga. Penelitian yang
masalah harga diri rendah, halusinasi dan terkait dengan psikoedukasi keluarga
perilaku kekerasan (Lelono, Keliat, Besral, dilakukan oleh Wardhaningsih, Keliat dan
2011). Helena (2007); Sari, Keliat, Helena, Susanti
(2009); Nurbani, Keliat, Yusron, Susanti
Upaya yang dilakukan untuk menangani (2009); Wiyati, Hamid, Gayatri (2009)
klien harga diri rendah adalah dengan dengan hasil bahwa adanya pengaruh
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada Klien Harga Diri Rendah Di Ruang Yudistira 163
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Keluarga MahdiHarga
Pada Klien Bogor Diri
Tahun 2013 Di
Rendah 163
Ruang Yudistira Rumah TitikSakit
Suerni,
Dr.Budi Anna Keliat,
H. Marzoeki dan Novy
Mahdi BogorHelena C.D2013
Tahun
Titik Suerni, Budi Anna Keliat dan Novy Helena C.D
tidak memiliki pekerjaan yaitu (62,86%). aspek psikologis yaitu secara keseluruhan
Pekerjaan merupakan sumber stres pada diri mempunyai riwayat kegagalan/kehilangan
seseorang yang bila tidak dapat diatasi yang dan mempunyai kepribadian introvert.
bersangkutan dapat jatuh sakit (Hawari, Kegagalan dalam melaksanakan tugas
2001). Kondisi tidak memiliki pekerjaan perkembangan dapat mengakibatkan
pada kasus kelolaan ini semakin membuat individu tidak percaya diri, tidak percaya
klien mengkritik diri, merasa tidak berguna pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis,
atau tidak berharga. tidak mampu merumuskan dan
mengungkapkan keinginan dan merasa
Status klien sebanyak 18 orang belum tertekan.
menikah (51,43%). Status perkawinan klien
harga diri rendah yang dirawat sebagian Faktor presipitasi dapat bersifat biologis,
besar belum menikah yaitu sebanyak 18 psikologis maupun sosial kultural yang
klien (51,43%) dan dengan status duda 7 menyebabkan klien dirawat. Pada faktor
klien (20%). Sebagian besar klien presipitasi biologis yang terbanyak adalah
skizofrenia secara subyektif menyatakan putus obat sebanyak 30 klien (85,7%). Pada
bahwa merasa kehilangan harapan, faktor psikologis bahwa sebagian besar
kesepian dan mempunyai hubungan sosial klien memiliki keinginan yang tidak
yang tidak menyenangkan (Cohen, dkk, terpenuhi sebanyak 25 orang (71,4%) yaitu
1990 dalam Fortinash & Worret, 2004). keinginan untuk menikah, keinginan
Rasa kesepian dan hidup dalam kesendirian memiliki pekerjaan dan penghasilan yang
merupakan stresor tersendiri bagi seseorang layak, serta keinginan untuk mendapatkan
yang tidak menikah. perhatian dari orang lain. Pada faktor
presipitasi terbanyak adalah pada aspek
Lama sakit klien mayoritas kurang dari 10 biologis yaitu putus obat. Perilaku tidak
tahun yaitu 27 klien (77,14%), lama rawat patuh dalam minum obat dikarenakan klien
yang sekarang terbanyak 1 bulan yaitu 16 dan keluarga tidak merasakan manfaat
klien (45,7%), frekuensi masuk rumah minum obat dan merasa tidak nyaman
sakit terbanyak selama 3 kali yaitu khususnya secara fisik dengan
sebanyak 13 klien (37,14%), dan status mengkonsumsi obat-obat antipsikotik
rawat klien sebanyak 27 klien dengan status (Wardani, Hamid, Wiarsih, 2009).
pulang (77,14%), Kurangnya informasi kepada klien dan
Status Ekonomi klien harga diri rendah keluarga yang adekuat dari fasilitas
yang di rawat di Ruang Yudistira sebanyak pelayanan kesehatan tentang manfaat dan
85,7% dengan latar belakang status efek obat berdampak pada kekambuhan
ekonomi rendah. Perawatan gangguan jiwa sehingga memperburuk kondisi klien.
memerlukan biaya yang mahal karena
bersifat jangka panjang (Videbeck, 2008). Tanda dan gejala klien harga diri rendah
Penghasilan yang rendah akan sangat setelah diberikan tindakan keperawatan
berdampak kepada pemberian perawatan generalis dan terapi kognitif, pada respon
pada klien gangguan jiwa. kognitif dari 100% klien yang berfikir tidak
berguna turun menjadi 20%, pada respon
Faktor predisposisi adalah faktor resiko afektif dari 100% klien yang merasa sedih
terjadinya stres yaitu meliputi faktor dan malu turun menjadi 20%, pada respon
biologis, psikologis, dan sosial budaya. perilaku dari 100% klien yang mengkritik
Pada faktor predisposisi yang terbanyak diri turun menjadi 20%.
pada faktor psikologis yaitu introvert dan
riwayat kegagalan sebanyak 35 klien Tanda dan gejala klien harga diri rendah
(100%) serta faktor sosial ekonomi rendah setelah diberikan tindakan keperawatan
sebanyak 30 klien (85,7%) dan masalah generalis, terapi kognitif dan terapi
pekerjaan 22 klien (62,9%). Faktor psikoedukasi keluarga pada respon kognitif
predisposisi yang terbanyak adalah dari dari 100% klien yang berfikir tidak berguna
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada Klien Harga Diri Rendah Di Ruang Yudistira 165
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Keluarga MahdiHarga
Pada Klien Bogor Diri
Tahun 2013 Di
Rendah 165
Ruang Yudistira Rumah TitikSakit
Suerni,
Dr.Budi Anna Keliat,
H. Marzoeki dan Novy
Mahdi BogorHelena C.D2013
Tahun
Titik Suerni, Budi Anna Keliat dan Novy Helena C.D
Penurunan tanda dan gejala serta keluarga turut merasakan pengaruh dari
peningkatan kemampuan klien dan keluarga keadaan tersebut. terhadap klien harga diri
pada kelompok yang mendapat kombinasi rendah, sehingga klien bisa kembali
tindakan keperawatan generalis, terapi produktif.
kognitif dan terapi psikoedukasi keluarga
lebih efektif untuk klien harga diri rendah. KESIMPULAN
Ini menunjukkan bahwa terapi psikoedukasi
keluarga perlu dilakukan secara bersamaan Kemampuan klien setelah diberikan
dengan terapi individu karena menunjukkan tindakan keperawatan generalis dan terapi
hasil yang lebih optimal. kognitif 80% klien mampu
mengidentifikasi pikiran otomatis negatif,
Kemampuan keluarga setelah diberikan 80% mampu menggunakan tanggapan
tindakan keperawatan generalis dan rasional terhadap pikiran otomatis negatif,
psikoedukasi keluarga menunjukkan 86,67% klien mampu mengidentifikasi
peningkatan yaitu sebanyak 100% keluarga manfaat penggunaan tanggapan rasional
mampu mengenal masalah, mampu dan 80% klien mampu menggunakan
memutuskan, mampu merawat klien, support sistem. Kemampuan klien setelah
mampu memanfaatkan pelayanan diberikan tindakan keperawatan generalis,
kesehatan, mampu manajemen stres, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga
mampu manajemen beban, dan sebanyak 100% klien mampu mengidentifikasi
90% keluarga mampu modifikasi suasana pikiran otomatis negatif, 100% mampu
lingkungan yang positif. Psikoedukasi menggunakan tanggapan rasional terhadap
keluarga sangat diperlukan dalam pikiran otomatis negatif, 100% klien
perawatan klien gangguan jiwa karena mampu mengidentifikasi manfaat
dapat mengurangi kekambuhan klien penggunaan tanggapan rasional dan 90%
gangguan jiwa, meningkatkan fungsi klien klien mampu menggunakan support sistem.
dan keluarga sehingga mempermudah klien Hasil pelaksanaan tindakan keperawatan
kembali ke lingkungan keluarga dan memberikan dampak terhadap pelayanan
masyarakat dengan memberikan keperawatan, sehingga penulis
penghargaan terhadap fungsi sosial dan menyarankan untuk perawat memberikan
okupasi klien gangguan jiwa (Levine, 2002 terapi kognitif secara individu karena
dalam Stuart, 2009). masing-masing klien mempunyai
kemampuan yang berbeda; melibatkan
Psikoedukasi keluarga digunakan untuk keluarga dalam setiap tindakan
memberikan informasi terhadap keluarga keperawatan untuk mengoptimalkan
yang mengalami distress, memberikan penurunan tanda dan gejala serta
pendidikan kepada mereka untuk peningkatan kemampuan klien serta
meningkatkan keterampilan agar dapat kemampuan keluarga.
memahami dan mempunyai koping akibat Bagi kepala bidang keperawatan
gangguan jiwa yang mengakibatkan memfasilitasi untuk meningkatkan kualitas
masalah pada hubungan keluarganya pelayanan keperawatan dengan
(Goldenberg & Goldenberg, 2004). menyediakan fasilitas ruangan konsultasi
Pemberdayaan komunitas melalui kader untuk menjaga privasi klien dan keluarga
kesehatan jiwa merupakan sumber daya pada saat diberikan tindakan keperawatan
masyarakat yang potensial dan diharapkan dan merencanakan program pengembangan
mampu berpartisipasi dalam perawatan tenaga perawat spesialis jiwa dan membuat
klien gangguan jiwa di masyarakat (Keliat, usulan penetapan standar asuhan
2010). Psikoedukasi keluarga merupakan keperawatan penerapan terapi kognitif dan
wujud perawatan yang komprehensif dan psikoedukasi keluarga pada klien harga diri
dilakukan supaya keluarga tetap bisa rendah.
menjalankan fungsinya dengan baik karena Bagi direktur Rumah Sakit untuk
secara tidak langsung semua anggota menetapkan kebijakan agar setiap klien
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada Klien Harga Diri Rendah Di Ruang Yudistira 167
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Keluarga MahdiHarga
Pada Klien Bogor Diri
Tahun 2013 Di
Rendah 167
Ruang Yudistira Rumah TitikSakit
Suerni,
Dr.Budi Anna Keliat,
H. Marzoeki dan Novy
Mahdi BogorHelena C.D2013
Tahun
Titik Suerni, Budi Anna Keliat dan Novy Helena C.D
Mangunkusumo Jakarta. Tesis FIK UI. Pendekatan Teori King Di RS. Dr. H.
Tidak dipublikasikan Marzoeki Mahdi Bogor. KIA FIK UI.
Tidak dipublikasikan
Rahayuningsih, A., Hamid, A.Y., Mulyono,
S. (2007). Pengaruh Terapi Kognitif Tomey, M.A. (2001). Nursing Theories and
terhadap tingkat harga diri dan Their Work. The C.V. Mosby
kemandirian pasien dengan Kanker Company St.Louis : Mosby Years
Payudaradi RS Kanker Dharmais Book Inc.
Jakarta. Tidak dipublikasikan
Tomey, A.M & Alligood, M.R. (2006).
Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2007). Buku Nursing Theories and Their Work. (6th
Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta. ed). St. Louis : Mosby Years Book Inc.
EGC
Townsend, C.M. (2005). Essentials of
Sari, H., Keliat, B.A., Helena, N.C.D., Psychiatric Mental Health Nursing.
Susanti, H. (2007), Pengaruh Family (3th Ed.). Philadelphia: F.A. Davis
Psychoeducation Therapy terhadap Company
Beban dan Kemampuan Keluarga
dalam Merawat Klien Pasung di Townsend, M.C. (2009). Psychiatric
Kabupaten Bireuen Nanggroe Aceh Mental Health Nursing Concepts of
Darussalam, Tesis. Jakarta. FIK UI. Care in Evidence-Based Practice. 6th
Tidak dipublikasikan ed. Philadelphia: F.A. Davis Company
Sartika, D., Hamid, A.Y., Wardani, I.Y. Varcarolis, E.M. (2003), Psychiatric
(2011). Penerapan Terapi Kognitif Nursing Clinical Guide; Assesment
Pada Klien Harga Diri Rendah Kronis Tools and Diagnosis . Philadelphia:
Menggunakan Pendekatan Teori W.B Saunders Co
Jhonson Di Ruang Antareja RS. Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor. KIA FIK UI. Varcarolis, E.M, Carson, V.B, Shoemaker,
Tidak dipublikasikan N.C. (2006). Foundations of
Psychiatric Mental Health Nursing: a
Stuart, G.W & Sundeen. (1995). Principles Clinical Approach. (5th ed). St. Louis:
and Practice of Psychiatric Nursing. Saunders Elseviers.
(5th edition). St. Louis : Mosby
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar
Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2005). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. (7th edition). St Louis : Wardani, I.Y., Hamid, A.Y., Wiarsih, W.
Mosby (2010). Manajemen kasus spesialis
kperawatan jiwa pada pasien dengan
Stuart, G.W. (2009). Principles and diagnosa keperawatan risiko perilaku
Practice of Psychiatric Nursing. (9th kekerasan di ruang Dewi Amba dan
edition). St Louis : Mosby Antareja RSMM Bogor. KTI. Jakarta.
FIK UI. Tidak dipublikasikan
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar
keperawatan Kesehatan Jiwa. Cetakan Wardhaningsih, S., Keliat, B.A., Helena,
I. EGC. Jakarta. N.C.D. (2007). Pengaruh Family
Psychoeducation terhadap Beban dan
Syarniah, Hamid, A.Y., Susanti, H. (2011). Kemampuan Keluarga dalam Merawat
Penerapan Terapi Kognitif dan Klien dengan Halusinasi di Kabupaten
Logoterapi Pada Klien Harga Diri Bantul Yogyakarta. Tesis FIK-UI.
Rendah Kronis Menggunakan Tidak dipublikasikan.
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada Klien Harga Diri Rendah Di Ruang Yudistira 169
Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Keluarga MahdiHarga
Pada Klien Bogor Diri
Tahun 2013 Di
Rendah 169
Ruang Yudistira Rumah TitikSakit
Suerni,
Dr.Budi Anna Keliat,
H. Marzoeki dan Novy
Mahdi BogorHelena C.D2013
Tahun
Titik Suerni, Budi Anna Keliat dan Novy Helena C.D
PENERAPAN TERAPI LATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL PADA
KLIEN ISOLASI SOSIAL DAN HARGA DIRI RENDAH DENGAN
PENDEKATAN MODEL HUBUNGAN INTERPERSONAL PEPLAU
DI RS DR MARZOEKI MAHDI BOGOR
Email: abdul.wakhid2010@gmail.com
Abstract
Application of social skills training therapy to client with social isolation and low self esteem disturbance
with Interpersonal relationship Peplau Model Approach in RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor. Social skills
training was designed to improve communication and social skills for someone was experienced difficulties in
their interaction skills include giving reinforcement, complain because they do not agree, reject the request of
other, exchange experience, demanding personal rights, give advice to others, problem solving and working with
people, sharing experience, ask for privacy (Michelson, 1985). Objective this final assignment was to found
describing result of Application of social skills training therapy management on Social isolation and low self
esteem client with interpersonal relationship Peplau Model approach in RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor.
Application of social skills therapy was done to 18 clients since 10 September-9 November 2012. Finding was
revealed social skills training exactly effective may used for client with social isolation and low self esteem,
where all of clients who have done social skills therapy. Base on this finding, recommended social skills training
become to specialist standard therapy in psychiatric nursing and may used for social isolation and low self
esteem clients.
Key word : social skills training, social isolation, low self esteem, Peplau interpersonal model
Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan 35
Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor
Abdul Wakhid, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena CD
Tindakan keperawatan yang dapat untuk membantu menyelesaikan
dilakukan kepada klien isolasi sosial dan perasalahan yang dihadapi oleh klien dan
harga diri rendah adalah terapi generalis diakhiri dengan tahap resolusi dimana
dan terapi spesialis (terapi klien diupayakan untuk tidak tergantung
psikososial/psikoterapi) yang ditujukan kepada perawat karena telah dilakukan
kepada klien sebagai individu, kelompok latihan mengatasi masalah oleh perawat.
klien, dan keluarga klien, serta komunitas
disekitar klien (Carson, 2000; Chen, et, al., Metode
2006; Eiken, 2012). Tindakan keperawatan
spesialis diberikan kepada pasien yang Karya ilmiah akhir ini merupakan analisis
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan terhadap penerapan manajemen terapi
bersosialisasi adalah latihan ketrampilan latihan ketrampilan sosial pada klien
sosial (Cacioppo, et, al, 2002). Terapi ini isolasi sosial dan harga diri rendah dengan
merupakan metode yang didasarkan pendekatan model teori hubungan
prinsip-prinsip sosial dan menggunakan interpersonal Peplau yang dilaksanakan
teknik perilaku bermain peran, praktek dan terhadap klien yang mengalami isolasi
umpan balik guna meningkatkan sosial dan harga diri rendah di Ruang
kemampuan seseorang dalam Antareja Rumah Sakit dr Marzoeki Mahdi
menyelesaikan masalah (Kneisl, 2004 & Bogor sejak tanggal 10 September hingga
Varcarolis, 2006). 9 November 2012 dengan jumlah klien
yang mengalami isolasi sosial sebanyak 18
Karya tulis ilmiah ini menggabungkan klien.
tindakan keperawatan dengan salah satu
teori model keperawatan yang sesuai
dengan kondisi klien isolasi sosial yaitu
teori keperawatan Hildegard Peplau’s.
Teori Peplau sangat tepat diaplikasikan
pada klien yang mengalami isolasi sosial
dan harga diri rendah karena menjelaskan
proses hubungan antara perawat dan klien
dimulai dari tahap orientasi dimana
perawat merupakan orang asing yang baru
dikenal oleh klien, selanjutnya masuk
kedalam tahap identifikasi dan eksploitasi
dimana terjadi proses hubungan terapeutik
Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan 37
Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor
Abdul Wakhid, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena CD
Tabel 3
Distribusi Faktor Presipitasi Pada Klien dengan
masalah Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah di
Ruang Antareja Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
Bogor 2012 (n=18)
Tabel 4
Distribusi Penilaian Stresor terhadap masalah
Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah di Ruang
Faktor Presipitasi Jumlah %
Antareja Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor
Biologis
2012 (n=18)
Putus obat 6 33,3
Psikologis
Isolasi Sosial Harga diri rendah
1. Keinginan tidak terpenuhi 14 77,8
Penilaian Min Min-
2. Gagal membina hubungan 9 50,0 Terhadap - maks
dengan lawan jenis n Mean SD Mean SD
Stresor mak
3. Gagal bekerja 12 66,7 s
4. Merasa tak berguna 12 66,7 Respon 18 27,50 7,548 16- 16,06 4,7 7-23
Sosial Kultural Kognitif 39 9
1. Ekonomi 11 61,1 Respon Afektif 18 15,89 5,368 8-27 13,61 3,5 8-23
2. Masalah pekerjaan 12 66,7 6
3. Konflik keluarga 11 61,1 Respon 18 14,94 2,711 9-19 17,61 5,2 10-27
Asal stresor Perilaku 4
Respon Sosial 18 19,61 3,109 13- 13,44 4,1 8-20
1. Internal 18 100,0
24 6
2. Eksternal 14 77,8 Respon 18 15,17 3,536 9-21 7,94 1,3 6-10
Waktu stresor Fisiologis 0
1. < 6 bulan 6 33,3 Jumlah 18 93,11 16,97 69- 60,92 15,57 46-99
2. > 6 bulan 12 66,7 130
Jumlah stresor
1. >1 stresor 18 100,0 Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan
bahwa rata-rata penilaian terhadap stressor
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan
pada 18 klien isolasi sosial pada respon
bahwa pada faktor presipitasi aspek
kognitif 27,50, respon afektif sebesar
biologis yaitu putus obat sebanyak 6 klien
15,89, respon perilaku sebesar 14,94,
(33,3%), dan secara psikologis 77,8% klien
respon sosial sebesar 19,61, respon
memiliki keinginan yang tidak terpenuhi,
fisiologis sebesar 15,17 dan secara
pada faktor sosial budaya didapatkan
keseluruhan respon klien harga diri rendah
masalah pekerjaan sebanyak 66,7%, asal
sebesar 93,11. Sedangkan penilaian stresor
stresor seluruhnya berasal dari internal
pada masalah harga diri rendah didapatkan
tetapi ada juga stresor ekstrenal yang
gambaran rata-rata respon kognitif klien
menyertainya yang didapatkan pada 14
sebelum diberikan terapi latihan
klien (77,8%). Waktu stresor paling
ketrampilan sosial sebesar 16,06, respon
banyak pada waktu >6 bulan sebanyak 12
afektif sebesar 13,61, respon perilaku
klien (66,7%) dan jumlah stresor
sebesar 17,61, respon sosial sebesar 13,44,
seluruhnya lebih dari 1 stresor.
respon fisik sebesar 7,94 dan secara
komposit didapatkan respon klien harga
diri rendah sebesar 60,92.
Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan 39
Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor
Abdul Wakhid, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena CD
ini individu mulai mempertahankan dibandingkan wanita dan wanita
hubungan saling ketergantungan, tampaknya memiliki fungsi sosial
memilih pekerjaan, memilih karir, yang lebih baik daripada laki-laki.
melangsungkan perkawinan. Didukung pula oleh pendapat
Sinaga (2007), yang menyatakan
Individu dalam kehidupannya prevalensi Skizofrenia berdasarkan
memiliki tugas-tugas jenis kelamin, ras dan budaya
perkembangan sesuai tingkat adalah sama. Dimana wanita
usianya. Tugas perkembangan yang cenderung mengalami gejala yang
tidak dapat diselesaikan dengan lebih ringan, lebih sedikit rawat
baik dapat menjadi stresor untuk inap dan fungsi sosial yang lebih
perkembangan berikutnya dan jika baik di komunitas dibandingkan
stresor tersebut menumpuk sangat dengan laki-laki. Laki-laki lebih
berisiko mengalami gangguan jiwa. banyak mengalami harga diri
Kondisi tersebut akan rendah dan isolasi sosial karena
menyebabkan individu merasa disebabkan tuntutan terhadap
rendah diri dan apabila berlangsung tanggung jawab atau peran yang
lama akan menjadi harga diri harus dipenuhi seorang laki-laki
rendah kronis. didalam keluarga lebih tinggi
dibanding perempuan, sehingga
b. Jenis Kelamin stresor yang dialami juga lebih
Jenis kelamin merupakan bagian banyak.
dari aspek sosial budaya faktor
predisposisi dan presipitasi c. Pendidikan
terjadinya gangguan jiwa. Seluruh Klien yang dirawat dengan masalah
klien adalah laki-laki karena di isolasi sosial dan harga diri rendah
ruangan Antareja merupakan ruang sebagian besar memiliki latar
perawatan klien laki-laki. Terlepat belakang pendidikan sekolah
dari kondisi tersebut, Kaplan, menengah (SMP-SMA), yaitu 11
Sadock, dan Grebb (1999); klien (61,1%). Hal ini
Davison dan Neale (2001), dalam menunjukkan bahwa klien
Fausiah dan Widury, (2005) dalam mempunyai latar belakang
penelitiannya yang menunjukkan pendidikan yang cukup memenuhi
bahwa laki-laki lebih mungkin syarat dalam menerima informasi
memunculkan gejala negatif baru. Klien sebagian besar mampu
Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan 41
Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor
Abdul Wakhid, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena CD
terjadinya gangguan jiwa. Faktor sudah menikah yaitu sebanyak 12
status sosioekonomi yang rendah klien (66,7%). Hal ini didukung
lebih banyak mengalami gangguan dengan pendapat Hawari (2001)
jiwa dibanding pada tingkat dan Kintono (2010) yang
sosioekonomi tinggi. Pendapat menyatakan bahwa berbagai
tersebut juga didukung oleh masalah perkawinan dapat menjadi
Townsend (2009) yang menyatakan sumber stress bagi seseorang dan
bahwa salah satu faktor sosial yang merupakan salah satu penyebab
menyebabkan tingginya angka umum gangguan jiwa. Masalah
gangguan jiwa termasuk umum yang sering terjadi selama
skizofrenia adalah tingkat sosial menjalani perkawinan adalah
ekonomi rendah. pertengkaran, ketidaksetiaan,
kematian salah satu pasangan, dan
Penjelasan tersebut menjelaskan perceraian yang jika tidak dapat
bahwa seseorang yang berada diatasi dapat menjadi sumber stres
dalam sosial ekonomi rendah dan yang menyebabkan masalah
tidak memiliki pekerjaan lebih kejiwaan. Cara seseorang
berisiko untuk mengalami berbagai mengatasi permasalah yang muncul
masalah terutama kurangnya rasa merupakan mekanisme koping
percaya diri dalam menjalankan dalam menjalankan 5 (lima) fungsi
aktivitas hidup sehari-hari. Terapi dalam sebuah keluarga, yaitu
latihan ketrampilan sosial sangat fungsi afektif, fungsi sosialisasi dan
tepat dilakukan terhadap individu penempatan sosial, fungsi
yang mengalami masalah kurang reproduksi, fungsi ekonomi, serta
percaya diri sehingga klien memberikan pelayanan kesehatan
memiliki pengetahuan bagaimana bagi seluruh anggota keluarga
cara membina hubungan dengan (Friedman, 1998). Beberapa fungsi
orang lain, cara melakukan kerja keluarga tersebut merupakan
sama dengan orang lain yang dapat stresor bagi setiap orang yang
dijadikan sebagai mekanisme sudah melangsungkan pernikahan
koping konstruktif. sehingga apabila salah satu atau
beberapa fungsi tersebut tidak
e. Status Perkawinan terpenuhi dapat menyebabkan
Klien isolasi sosial dan harga diri terjadinya harga diri rendah. Harga
rendah yang dirawat sebagian besar diri rendah yang dialami seseorang
Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan 43
Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor
Abdul Wakhid, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena CD
Pemberian terapi latihan Klien dengan gangguan jiwa berat
ketrampilan sosial dapat membantu yang memiliki status ekonomi
klien mengembangkan mekanisme rendah sering mendapatkan stigma
koping dalam memecahkan dari lingkungan sosialnya sehingga
masalah terkait masa lalu yang akan membuat mereka lebih
tidak menyenangkan. Klien dilatih memilih tidak terlibat dalam
untuk mengidentifikasi kemampuan kegiatan sosial sehingga terkesan
yang masih dapat digunakan yang menutup diri.
dapat meningkatkan harga dirinya
sehingga tidak akan mengalami Terapi latihan ketrampilan sosial
hambatan dalam berhubungan akan melatih klien dalam
sosial. meningkatkan hubungan dengan
orang lain dengan cara memberikan
c. Aspek Sosial Budaya pengetahuan serta kemampuan
Faktor predisposisi selanjutnya bagaimaa menjalani hubungan
adalah aspek sosial budaya, dimana dengan orang lain yang akan
pada klien kelolaan didapatkan meningkatkan kemampuan untuk
aspek sosial budaya sebagian besar mencapai harga diri yang positif.
adalah pendidikan menengah dan
sosial ekonomi rendah masing- 3. Faktor Presipitasi
masing sebanyak 11 klien (61,1%). Hasil pengkajian terhadap 18 klien
Menurut Townsend (2009) status yang mengalami isolasi sosial dan
sosioekonomi yang rendah lebih harga diri rendah kronis diperoleh
rentan mengalami gangguan jiwa bahwa 6 klien (33,3%) mengalami
dibanding pada tingkat putus obat. Rata-rata klien
sosioekonomi tinggi. Kemiskinan menyampaikan bahwa mereka merasa
yang dialami oleh seseorang bosan dan merasa sudah sembuh
menjadikan terjadinya keterbatasan sehingga tidak perlu lagi minum obat,
dalam pemenuhan kebutuhan disamping itu klien juga
pokok seperti nutrisi, pemenuhan menyampaikan bahwa jika minum obat
kesehatan, kurangnya perhatian terus menerus menjadikan klien tidak
terhadap pemecahan masalah yang bisa bekerja seperti biasa karena mudah
dapat menimbulkan munculnya ngantuk dan lemas.
stres.
Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan 45
Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor
Abdul Wakhid, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena CD
dengan menggunakan teknik perilaku hubungan sosial. Adanya latihan
bermain peran, praktik dan umpan ketrampilan sosial terbukti dapat
balik untuk meningkatkan kemampuan membantu meningkatkan kemampuan
menyelesaikan masalah (Kneisl, 2004). sosial klien yang dapat dilihat pada
Proses pembelajaran sosial mengacu respon kognitif, sektif, psikomotor,
kepada kekuatan berpikir tentang sosial dan fisik. Pada klien harga diri
bagaimana belajar memberikan pujian rendah juga didapatkan penurunan
dan hukuman, termasuk beberapa respon kognitif, afektif, perilaku, sosial
pujian dan model yang akan diberikan. dan fisik. Hal ini diakibatkan karena
Pembelajaran sosial meliputi motivasi, sebelum diberikan terapi, klien merasa
emosi, pikiran, penguatan sosial, malu, minder dan tidak percaya diri
penguatan diri. Penguatan sosial bisa untuk membina hubungan sosial
berbentuk perhatian, rekomendasi, dengan lingkunganya. Setelah
perhatian dan lainnya yang dapat diberikan terapi, didapatkan pengaruh
membuat individu terus berperilaku ke yang signifikan terhadap kemampuan
arah yang lebih baik. sosial klien.
Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan 47
Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Dr Marzoeki Mahdi Bogor
Abdul Wakhid, Achir Yani S. Hamid, Novy Helena CD
dan melakukan latihan berbicara untuk
Chen, K, & walk. (2006). Social Skills Training
menghadapi situasi yang sulit. Intervension for Student with
Emotional/Behavioral Disorder: A Literature
3. Latihan ketrampilan sosial dapat Review from American Perspective.
www.ccbd.net/dokuments/bb/BB.15(3)%socia
menurunkan tanda dan gejala pada l % 20 skills pdf. Desember 12, 2012.
klien yang mengalami isolasi sosial dan
Kneisl, C.R., Wilson, S.K., and Trigoboff, E.
harga diri rendah. Rata-rata respon (2004). Psychiatric mental health nursing.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
secara keseluruhan pada masalah
Kopelowitz, dkk (2002), Psycosocial treatment for
isolasi sosial sebelum diberikan terapi schizofrenia, NewYork, Oxford University
latihan ketrampilan sosial sebesar Michelson, L., Sugai, P.D & Wood, R.P.(1985).
93,11 dan sesudah diberikan terapi Social skills assesment, New York: Plenum
press.
latihan ketrampilan sosial sebesar
Riskesdas, (2007), Riset Kesehatan Dasar, Badan
60,56. Dan rata-rata respon secara Penelitian Kesehatan Nasional, Jakarta.
keseluruhan pada masalah harga diri Sadock, B.J., & Sadock, V.A. (2007). Kaplan and
Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral
rendah sebelum diberikan latihan Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed.
ketrampilan sosial sebesar 60,92 dan Lippincott Williams & Wilkins
sesudah diberikan terapi latihan Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and
Practice of Psychiatric Nursing, 8th ed.
ketrampilan sosial sebesar 40,17. Missouri: Mosby, Inc.
4. Pendekatan model hubungan Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health
Nursing Concepts of Care in Evidence-Based
interpersonal Peplau dirasakan tepat Practice. 6th ed. Philadelphia: F.A. Davis
diterapkan pada klien dengan masalah Company
isolasi sosial dan harga diri rendah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
karena tahapan-tahapan pemberian
Varcarolis, E.M.,. (2010). Foundations of
asuhan keperawatan dalam model Psychiatric Mental Health Nursing a Clinical
Approach. Missouri: Saunders Elsevier
hubungan interpersonal Peplau yang
terdiri dari tahap orientasi, identifikasi, Videbeck, S.L. (2008). Psychiatric-Mental Health
Nursing. 4th ed. Philadelphia: Lippincott
eksploitasi dan resolusi dapat Williams & Wilkins
diterapkan sesuai dengan karakteristik WHO. (2006). The world health report: 2006:
mental health: new Understanding, new hope.
klien. www.who.int/whr/2001/en/ diperoleh tanggal
20 Februari 2011.
Daftar pustaka WHO. (2009). Improving health systems and
services for mental health (Mental health
Cacioppo, J. T., Hawkley, L. C., Crawford, L. E., policy and service guidance package). Geneva
Ernst, J. M., Burleson, M. H., Kowalewski, R. 27, Switzerland: WHO Press.
B., . . . Berntson, G. G. (2002). Loneliness and
Health: Potential Mechanisms. Psychosomatic
Medicine, 64, 407–417.