1 Dipakai Diktat-Pengolahan-Sinyal - Uts PDF
1 Dipakai Diktat-Pengolahan-Sinyal - Uts PDF
1. Defenisi sinyal
2. Klasifikasi Sinyal
3. Konsep Frekuensi Sinyal Analog dan Sinyal Diskrit
4. ADC
- Sampling
- Aliasing
- Quantiasasi
5. Sistem Diskrit
- Sinyal dasar system diskrit
- format sinyal diskrit
- Operasi Matematik sinyal diskrit
- konvolusi
Sinyal adalah besaran yang berubah dalam waktu dan atau dalam ruang, dan
membawa suatu informasi. Berbagai contoh sinyal dalam kehidupan sehari-hari : arus atau
tegangan dalam rangkaian elektrik, suara, suhu. Representasi sinyal berdasarkan dimensinya
dibagi menjadi Dimensi-1 (contoh : sinyal audio), Dimensi-2 (contoh : citra), Dimensi-3
(contoh : video).
Suatu sinyal mempunyai beberapa informasi yang dapat diamati, misalnya amplitudo,
frekuensi, perbedaan fase, dan gangguan akbiat noise, untuk dapat mengamati informasi
tersebut, dapat digunakan secara langsung peralatan ukur elektronik seperti osciloskop,
spektrum analyser.
Pengolahan sinyal adalah suatu operasi matematik yang dilakukan terhadap suatu
sinyal sehingga diperoleh informasi yang berguna. Dalam hal ini terjadi suatu transformasi.
Pengolahan sinyal analog memamfaatkan komponen-komponen analog, misalnya dioda,
transistor, op-amp dan lainnya. Pengolahan sinyal secara digital menggunakan komponen-
komponen digital, register, counter, dekoder, summuninh, mikrokontroler, dan lainya.
Gambar 1.2 Pemrosesan sinyal digital dapat dilakukan terhadap sinyal Analog
maupun Sinyal Digital. Blok ADC mengubah sinyal analog menjadi digital
sedangkan blok DAC mengubah sinyal digital menjadi sinyal Analog.
Untuk menyimpan hasil pengolahan, sinyal digital lebih mudah dibandingkan sinyal
analog. Untuk media penyimpan digital dapat digunakan elemen memori: flash
memory, CD/DVD, hard disk. Untuk menyimpan sinyal analog dapat digunakan pita
tape magnetik.
Sinyal digital kebal terhadap noise, karena bekerja pada level tegangan logika “1”
dan “0”
Lebih kebal terhadap perubahan temperatur
Lebih muda memprosesnya, secara teori tidak ada batasannya, tergantung dari
kreativitas dan inovasi perancang.
Klasifikasi Sinyal
Sinyal x(t) atau sinyal x(n) dikatakan sebagai sinyal ganjil jika :
Sinyal Periodik
Sinyal Non-Periodik
Ω
atau
2
,
Ω
/
⁄
5
4
5
22
Dari sinyal diatas dapat diperoleh:
2
Ω 2. 4 /$
% & 5
1 1
' & 0.5
2
sin-
atau
sin2
,
-
/%
/%
.
/
0 1
&
0
&
.
%
%
%⁄
1
2 3 % & %
4 %
.
5 sin0.2
2
5 sin 52
6
20
Sehingga diperoleh
- 0.2 /%
7
0.1 /%
10 4 %
/
78
Contoh Soal :
Suatu sinyal sinusoidal dengan frekuensi 2 KHz disampling setiap Ts = 0.1 ms. Tentukan frekuensi
digitalnya !
9
2: 210;
2 0.1 110<=
1
9
. 10=
2
2000 2 2000 1
- 2 2 /%
/%
. 10000 5 . 10000 5
Jawab
Dari gambar disamping dapat dilihat
5 Ts terdapat 5 Ts untuk satu siklus
gelombang penuh. Sehingga dapat
diperoleh frekuensi digital :
?
/%
@
1
. 5
1500
1
. . 1500
5
300
Teorema Sampling
Kebanyakan sinyal di alam ini dalam bentuk analog. Untuk memperoleh sinyal diskrit dari
sinyal analog harus dilakukan suatu proses yang disebut sampling. Secara matematik, proses
sampling dapat dinyatakan oleh persamaan berikut :
A
2 |CDE. ,
F ∞ H
H ∞
Dimana:
0
&
0 4
A
2
0
& 0
%
% % & 2
1 %
2 I /%
, , %
2
Secara umum
K
J K.
J
L
&
1
& ,
/%
agar tidak terjadi aliasing besarnya frekuensi sampling minimal 2 kali frekuensi informasi.
Hal ini disebut dengan teorema Nyquist
subplot(2,2,1);
plot(t,xt,'LineWidth',2);
axis([0 4*(1/f) -A A])
xlabel('t(detik)');
ylabel('x(t)');
box('off');
grid('on');
n = [0:100];
fs = 20;
Ts = 1/fs;
nTs = n*Ts;
xn = A*sin(2*pi*f*nTs);
subplot(2,2,2);
h3 = stem(n,xn,'.r','LineWidth',2);
axis([0 4*fs/f -A A])
xlabel('n(sample ke n), Ts=1/20
detik');
ylabel('x(n)');
box('off');
grid('on');
Seperti yang telah disampaikan pada teori sampling, bahwa agar tidak terjadi aliasing maka
Frekuensi Sampling > 2 x Frekuensi Informasi. Bagaimana terjadinya Aliasing tersebut dapat
dilihat pada contoh berikut ini:
N
0 ? sin20
7 sin100
O
0 P %
%
0
. 40
?
7
!
Jawab:
1 1
. 40
2.
. 40
1
?
sin20
2. sin 520
6 sin 0.5
40
1
7
sin100
2. sin 5100
6 sin2.5
40
7
sin2
0.5
sin2
cos0.5
cos2
sin0.5
7
cos2
sin0.5
sin0.5
,
O
?
7
O
?
sama (alias) dari 7
O
Terjadi aliasing antara F1= 10Hz dan F2=50Hz untuk frekuensi sampling (Fs=40Hz)
Agar tidak terjadi sampling, maka diperlukan frekuensi sampling > 2 x Frekuensi Maksimal
dari sinyal-sinyal tersebut. Dari dua sinyal diatas kita ketahui bahwa FMaks sebesar 50 Hz.
Proses kuantisasi mengubah sinyal continuous valued x(n) menjadi sinyal discrete valued xq
(n), yang digunakan untuk merepresentasikan x(n). Salah satu proses kuantisasi yang sering
digunakan berbentuk xq (n) = Q[x(n)].
Kuantisasi ini menghasilkan kesalahan (error) kuantisasi sebesar eq (n) = xq (n)− x(n).
Besar kesalahan ini diilustrasikan pada Gambar berikut. Misalnya sinyal analog xa (t)
ternyata memiliki nilai antara 0.1≤ xa (t) ≤ 0.4 . Sinyal ini disampling pada sebuah
frekuensi sampling tertentu menghasilkan x(n). Pada titik-titik sampling, nilai x(n) persis
sama dengan xa (t). Namun ketika dikuantisasi, maka hasilnya xq (n) memiliki
perbedaan dengan x(n) (dan xa (t) pada titik sampling) sebesar eq (n). Hal ini
disebabkan oleh adanya pembatasan nilai yang bisa dimiliki oleh xq (n). Dalam contoh
ini, xq (n) hanya diberi kesempatan untuk mempunyai satu dari L buah nilai dari daftar
yang terbatas {0.0, 0.1, 0.2, dst}.
Step kuantisasi (∆) adalah selisih antara satu level dengan level terdekat
berikutnya, yang dalam contoh ini sebesar 0.1.
∆ %
&
T O9 U
2
T 1,
% &
0
2.
∆
P
P P%. P % %
%
N
%& 9
0
N
%& 9
0
Suatu sinyal diskrit dinyatakan dengan notasi x[n] , dimana n adalah suatu bilangan integer
(bulat), dimana n merepresentasikan suatu sampel (sampling). Untuk x[0], nilai o dalam
kurung siku menyatakan sample ke-0, x[1] nilai 1 dalam kurung siku menyatakan sample ke
1.
x[n-1] menyatakan sinyal sampel ke n digeser ke kanan sejauh 1 sampel, dan x[n-2]
menyatakan sinyal sampel ke n digeser ke kanan sejauh 2 sampel.
x[n+1] menyatakan sinyal diskrit digeser ke kiri sejauh 1, x[n+2] menyatakan sinyal
diskrit digeser ke kiri sejauh 2 sample.
0
δ (n)
1
^ 0[
\
0
H0
u (n)
.
x(n)
2,
0
_1,
1,2, 3[
0,
0
3. Bentuk deret
`… 0, 2, 1, 1, 1, 0, 0 … b
dDe
c Y
F
dD<e
8 Y
? Y
F 1 7 Y
F 2 ; Y
F 3
2Y
1Y
F 1 1Y
F 2 1Y
F 3
2Y
Y
F 1 Y
F 2 Y
F 3
Contoh soal:
Tentukan :
a. &
0 P
b. &
0 P
% %&
c. P
0
d.
F 1
e.
1
Penyelesaian :
a. Bentuk fungsi
1, 0 ^
f 5[
Z
0,
0
8 Y
? Y
F 1 7 Y
F 2 ; Y
F 3 = Y
F 4
Y
2Y
F 1 3Y
F 2 4Y
F 3 5Y
F 4
d.
F 1
n … -1 0 1 2 3 4 5 …
x(n) 0 0 1 2 3 4 5 0 0
x(n-1) 0 0 0 1 2 3 4 5 0
`. .0, 0, 1, 2, 3, 4, 5,0. . b
cc
e.
1
n … -1 0 1 2 3 4 5 …
x(n) 0 0 1 2 3 4 5 0 0
x(n+1) 0 1 2 3 4 5 0 0 0
`. .0, 1, 2, 3, 4, 5, 0, . . b
1. Operasi penjumlahan
?
`. .0, 2, 1, 2, 3, 4 ,0. . b
7
`. .0, 1, F3, 1, F3, F2, F3, 0. . b
-3 -2 -1 0 1 2 3 4
?
0 0 2 1 2 3 4 0
7
0 1 -3 1 -3 -2 -3 0
?
7
0 1 -2 2 -1 1 1 0
x1 (n)
x2 ( n )
x1 (n) + x2 ( n)
0
2
-3 -2 -1 0 1 2 3 4
0 0 2 1 2 3 1.5 0
2
0 0 4 2 4 6 3 0
2
1.5
1
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 n
x(n)
2 x( n)
3. Operasi Pergeseran
`. .0, 2, 1, 2, 3, 1.5 ,0. . b
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6
0 2 1 2 3 1.5 0 0 0
F 2 0 0 0 2 1 2 3 1.5 0
x(n)
x(n − 2)
4. Operasi Pencerminan
`. .0, 2.5, 1, 2, 3, 1.5 ,0. . b
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
0 0 0 2.5 1 2 3 1.5 0
F
0 1.5 3 2 1 2.5 0 0 0
x ( − n)
?
`. .0, 2, 1, 2, 1, 1.5 ,0. . b
7
`. .0, 1, 2, 0, 1, 2 ,1,0. . b
0
?
. 7
-3 -2 -1 0 1 2 3 4
?
0 0 2 1 2 1 1.5 0
7
0 1 2 0 1 2 0 0
?
. 7
0 0 4 0 2 2 0 0
x1 (n)
x2 ( n )
dDje
0g
h g
h i 9g
h c gh. 9g
F h
dD<e
Contoh soal:
g
h `2, 1, 2, 1, 1, 0b
9g
h `1, 0, 1, 2, 2, 1b
Panjang konvolusi P = M + L – 1= 6 + 6 – 1 = 11
Dimana M = ukuran sinyal x
L = ukuran sinyal h
langkah-langkah konvolusi :
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9gFh 1 2 2 1 0 1 0 0 0 0 0 x
0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 = 2
+
0g0h 2
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g1 F h 0 1 2 2 1 0 1 0 0 0 0 x
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 = 1
+
0g1h 1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g2 F h 0 0 1 2 2 1 0 1 0 0 0 x
0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 = 4
+
0g2h 4
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g3 F h 0 0 0 1 2 2 1 0 1 0 0 x
0 0 0 0 0 4 1 0 1 0 0 = 6
+
0g3h 4
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g4 F h 0 0 0 0 1 2 2 1 0 1 0 x
0 0 0 0 0 4 2 2 0 1 0 = 9
+
0g4h 9
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g5 F h 0 0 0 0 0 1 2 2 1 0 1 x
0 0 0 0 0 2 2 4 1 0 0 = 9
+
0g5h 9
Untuk n = 6, 9gFh digeser sejauh 6
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g6 F h 0 0 0 0 0 0 1 2 2 1 0 x
0 0 0 0 0 0 1 4 2 1 0 = 8
+
0g6h 8
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g7 F h 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 1 x
0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 = 6
+
0g7h 6
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g8 F h 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 x
0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 = 3
+
0g8h 3
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g9 F h 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 x
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 = 1
+
0g9h 1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
gh 0 0 0 0 0 2 1 2 1 1 0
9g10 F h 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 x
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 = 0
+
0g10h 1
Sehingga diperoleh
0g
h `2, 1, 4, 6 , 9, 9, 8 , 3 , 1, 0b
9g0h 9g0h. g0h 9g0h. g1h 9g0h. g2h 9g0h. g3h 9g0h. g4h
9g1h 9g1h. g0h 9g1h. g1h 9g1h. g2h 9g1h. g3h 9g1h. g4h
9g2h 9g2h. g0h 9g2h. g1h 9g2h. g2h 9g2h. g3h 9g2h. g4h
9g3h 9g3h. g0h 9g3h. g1h 9g3h. g2h 9g3h. g3h 9g3h. g4h
9g4h 9g4h. g0h 9g4h. g1h 9g4h. g2h 9g4h. g3h 9g4h. g4h
Pembacaan nilai 0g
h dari table diatas dilakukan secara silang.
g
h `2, 1, 2, 1, 1, 0b
9g
h `1, 0, 1, 2, 2, 1b
gh
9gh 2 1 2 1 1 0
1 2 1 2 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0
1 2 1 2 1 1 0
2 4 2 4 2 2 0
2 4 2 4 2 2 0
1 2 1 2 1 1 0
0g0h 2
0g1h 0 1
0g2h 2 0 2
0g3h 4 1 0 1
0g4h 4 2 2 0 1
0g5h 2 2 4 1 0 0
0g6h 1 4 2 1 0
0g7h 2 2 2 0
0g8h 1 2 0
0g9h 1 0
0g10h 0
0g
h `2, 1, 4, 6, 9, 9, 8, 6, 3, 1, 0b
xn=[2 1 2 1 1 0];
hn=[1 0 1 2 2 1];
yn=conv(x,h);
BATAS UTS