oleh
Chunaeni Latief
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era teknologi komunikasi, informasi dan pesatnya perkembangan elektronika digital,
pembahasan sinyal mengalami lompatan yang sangat jauh. Demikian juga pemakaian keseharian
menunjukkan kemajuan pesat baik penyampaian informasi secara individu maupun kelompok yang
sudah bersifat mendunia dan menyebar secara terbuka, khususnya adanya media internet maupun
mobile phone yang memanfaatkan jaringan satelit dengan jaringan dibawahnya (kabel, nirkabel, fiber).
Sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai sinyal dan sistem untuk kemajuan
penerapan konsep sinyal dan sistem, namun cukup mudah dimengerti.
Dari ungkapan di atas, maka perlu digagas pembahasan yang mencakup: Pendahuluan, . Sinyal
Kontinyu, Diskontinyu dan Diskrit, Klasifikasi Sinyal, Daya Sinyal waktu Kontinyu, Operasi Dasar
Sinyal Waktu Kontinyu, Sinyal Periodik Waktu Kontinyu, Sinyal Sinusoidal, Sinyal Waktu Diskrit,
Bentuk Sinyal Waktu Diskrit, Daya Sinyal Waktu Diskrit, Sinyal Periodik, Sinyal Kompleks, Sinyal
Impuls Operasi Sinyal Waktu Diskrit, Pembangkitan Sinyal, Transformasi Fourier dan Penggunaannya
dalam Analisis Sinyal dan Sistem.
1.1.
Konsep Sinyal
Tatkala makhluk hidup atau manusia dilahirkan di dunia, semua makhluk hidup/manusia
sudah diberi modal sinyal oleh Allah SWT yaitu menangis atau kode kepada induknya atau orang
tuanya, yang menandakan bayi memberikan informasi kepada orang tua ada komunikasi dengan
sinyal tangisan agar orang tua mengerti, bahwa bayi memerlukan menetek, atau kedinginan atau
terlalu terang, panas dan sebagainya. Jadi awal sekali kita sudah mengenal sinyal dan isyarat,
muncul pertanyaan apa sinyal.
Konsep sinyal dan sistem dikembangkan sangat luas diberbagai bidang antara lain:
komunikasi, penerbangan, desain rangkaian elektronik, seismologi, biomedical, pembangkitan dan
distribusi energi, kendali proses kimia, pengolahan suara dan berbagai penerapan lainnya.
Bentuk Sinyal
Apa sebetulnya sinyal, sinyal adalah fenomena atau informasi yang berasal dari alam raya
ini dari benda hidup ataupun benda mati atau dari Sang Pencipta alam dalam bentuk apa saja yang
dapat memberikan pengertian bagi yang menerima atau memerlukan atau pengguna (user) dengan
variable bebas.
Sinyal dapat berbentuk isyarat, benda, kode, tulisan suara, lambang, gambar, kode cahaya,
kode bendera, mimpi maupun firman Allah (wahyu) dalam bentuk kontak ke batin Para Utusannya,
dsb. Sinyal ini dapat berubah-ubah tergantung variabel apa yang melatar belakanginya. Misal waktu,
frekuensi, jarak, kecepatan, bentuk dan lainnya.
Secara matematis, sinyal dijelaskan sebagai suatu fungsi dari satu atau lebih variabel bebas.
Contoh: x(t) = at, s(tg, /) = tg (tangan tegak, hati hati), / (berjalan), s(x,y,z,t) = ax + 3by + 10 dz +
15 t, Firman Allah (fungsi keadaan dan waktu)= ayat ayat al-Quran.
Contoh sinyal:
Pengertian variable bebas; adalah penentu karakter sinyal yang merupakan penentu atau ciri
yang dapat berubah-ubah. Contoh: Sinyal (suhu atmosfer) berubah terhadap waktu dan tempat, serta
ketinggian. Kesehatan manusia tergantung pola makan dan olah raga serta hidup bersih. Perokok
tergantung pada variable: punya uang, teman yang punya rokok (dikasih atau minta), waktu
merokok, tempat merokok. Dalam kasus pembahasan sinyal ini ditinjau dari keberadaannya adalah:
Sinyal waktu Kontinyu dan diskontinyu
Lintasan pesawat luar angkasa, terus menerus tak pernah berhenti, suhu atmosfer.
Tegangan/voltase listrik, arus listrik.
Diskrit
DNA
Piksel pada citra digital
Dapat berupa 1-D, 2-D, . . . N-D disebut Sinyal Multikanal dan Sinyal Multidimensi
1.2.
Sinyal Waktu Kontinyu, Diskontinyu dan Diskrit
A. Sinyal Waktu Kontinyu atau CV (Continous Variable Time) adalah: sinyal yang mempunyai
nilai tak terputus dalam kawasan waktu. x(t), maupun kawasan variable lainnya x(f), disebut sinyal
kontinyu jika mempunyai nilai tak terrputus.
x(t)
I(f)
x(t)
t
sistemI(f)
y(t)
h(f)
f
argument real dari fungsi real x(t) dimana t dapat bernilai real sembarang. x(t) mungkin bernilai 0
untuk range nilai t tertentu yang diberikan. Sinyal waktu kontinyu, dapat berbentuk x(t), t, kontinyu,
I(f), f frekuensi kontiyu.
Sinyal dalam satu dimensi dalam bentuk variable tunggal, yaitu sinyal dalam satu gerak
ordinat dalam hal ini peubah bebasnya disebut waktu dilambangkan dengan t, sehingga amplitude
sinyal ditulis sebagai x(t), y(t), h(f). dalam fungsi frekuensi I(f) misal radiasi tergantug frekuensi.
Kebanyakan sinyal satu dimensi dalam dunia nyata adalah fungsi dari waktu berubah,
seperti: tegangan, arus listrik, suhu, kecepatan, tekanan, radiasi matahari dll
Bentuk sinyal dalam dua dimensi kontinyu, adalah sinyal yang mempunyai bentuk dua
ordinat misal bidang dan waktu: pergerakan awan, sinyal dalam koordinat x dan y yang terjadi
sepanjang masa. Dari klasiikasi di atas, maka sinyal waktu kontinyu dapat dijelaskan sebagai
beriku:
Sinyal bernilai kontinyu: jika seluruh harga yang mungkin pada range yang finite
(terbatas) maupun infinite (tidak terbatas) dalam variable apa saja. Fokus pada 1-D, variabel
waktu, variable frekuensi, fariabel fasa dsb. Contoh: tegangan dan arus, tekanan, suhu,
kecepatan, dll.
B. Sinyal Diskontinyu adalah: sinyal yang relative terputus baik dalam variable waktu maupun dalam
variable lainnya. Misal; hujan, sinar matahari yang sampai ke bumi terhalang awan, memancing
memperoleh ikan, bercakap cakap baik dalam kondisi bebas ataupun dalam ponsel. Jadi sinyal
tersebut dapat kontinyu hanya sebagian waktu saja, namun terputus putu (lihat Gambar 1.3).
terputus
Gambar 1.3. Sinyal diskontinyu
Contoh : X(t) = A sin t
untuk 0< t < 5/2, 20 < t < 50
C. Sinyal Diskrit, yaitu: sinyal yang mempunyai nilai dari satuan waktu diskret n yang merupakan
hasil sampling ataupun keluaran sistem yang berbentuk sampling dengan bilangan bulat, x(n) = A ,
untuk - < n < .
x(n)
y(n)
x(n)
n
sistem
y(n)
Sinyal waktu diskrit: merupakan fungsi dari argument yang hanya bernilai pada bagian
diskrit (hasil sampling dengan variable bebas) dari waktu n, x[n] dimana n bilangan bulat (integer) =
{...-3,-2,-1,0,1,2,3, 4, 5,.12,. 23...}, n tidak didefinisikan untuk pecahan. Contoh sinyal hasil
sampling fungsi waktu tersebut setiap satu menit sekali, disebut diskrit (lihat Gambar 1.5)
Gambar 1.6. Pengiriman sinyal kontinyu dari sumber dalam bentuk analog (atas),
Sinyal diskrit kontinyu yang dikirim pada komunikasi digital (bawah).
Gambar 1.4. diatas menunjukan sistem diskrit dengan masukan x(n) setelah melalui proses
dalam sistem maka keluaran sistem adalah y(n). Seperti halnya pada karakteristik keluaran sistem
kontinyu maka keluaran sistem diskrit y(n) dalam penerapannya adalah sesuai dengan karakteristik
keluaran yang diinginkan perancang sistem dan proses yang dilaluinya. Gambar 1.6 menunjukkan
pemacar AM dalam kontinyu waktu, sedang pemancar FM merupakan modulasi digital yang
digagas dari bentuk diskrit yang dikonversi ke digital.
1. 3. Sinyal Multikanal dan Sinyal multidimensi
Sinyal Multikanal
Sk(t) dimana k=1,2,3, merupakan sinyal dari sensor/sumber yang banyak sampai ke-k
yang merupakan fungsi waktu, maka:merupakan vektor multikanal dari setiap sensor.
Contoh: siyal yang menampilkan masing-masing konsentari CO2, SO2, CO, O3 dsb,
Kanal dalam TV, maupun satelit, ataupun komunikasi.
Sinyal Multidimensi
Sinyal tergantung lebih dari 1 variabel bebas, maka sinyal tsb disebut dengan sinyal
multidimensi. Contoh sinyal dalam domain waktu, domain ruang f (x,y,z),
Contoh: hasil pemetaan 3 dimensi
Sinyal x(t) periodik dengan perioda t (t > 0) jika dan hanya jika x(t+T) = x(t) untuk setiap t.
Jika tidak ada nilai T yang memenuhi persamaan tersebut, sinyal dikatakan tidak periodik.
Contoh: x(n) = Asin 2fn
dimana f = k/N ..
(1.1)
Sinyal di atas akan periodic apabila f bernilai rasional, ini berarti: dimana k dan N adalah
integer. Contoh sinyal periodic sinussoida
(1.2)
Gambar 1.8. Sinyal periodik sinus dalam bentuk sinus dan uraian sinus bentuk kotak dari
deret Fourier.
Gelombang kotak mempunyai bentuk fungsional (yaitu deret Fourier) sebagai berikut.
(1.3).
.. (1.4)
sedangkan suatu sinyal disebut tidak simetris (ganjil) apabila (lihat gambar 1.8b.), nilai genap di
balik, contoh sinyal sinus :
x(-t) = - x(t)
(1.5)
Jika x(t) adalah ganjil, maka x(0) = 0, dan nilai di bawah ini memenuhi peresamaan tersebut:
(1.6)
(a)
(b)
Gambar 1.9. Kiri (a) sinyal deterministik diskrit, kanan (b) sinyal non deterministik acak
.
Sinyal Acak Non deterministic adalah sinyal yang tidak dapat dimodelkan secara matematis
dan nilainya tidak dapat diprediksi (acak) Gambar 1.9 (b).
1.6.
berbentuk daya kontinyu atau energi yang dipancarkan. Contoh i(t) arus listrik maupun tegangan
listrik v(t) yang dilalukan ke tahanan atau kapasitor dan lilitan merupakan daya yang disalurkan ke
impedansi tersebut dengan daya:
P (t) = v(t) i(t) = (1/R) v2(t) .. (1.7)
ta
W(t) = (1/R) v2(t) dt (1.8)
to
Energi sinyal periodik x(n) dalam satu perioda, 0 < n < T-1, adalah finite apabila x(n)
bernilai finite dalam perioda tersebut. Daya rata-rata dari sinyal periodik adalah finite dan nilainya
sama dengan daya rata-rata pada satu perioda. Jadi power dari sinyal periodik dengan perioda T dan
mempunyai nilai finite adalah merupakan sinyal dengan energi E yang didefinisikan:
Nnnnnnnnnmmmnd N
E=
x | (n) |
n= -
(1.9a)
n=-N
(1.9b)
BAB II
BENTUK BENTUK SINYAL YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES
DALAM DOMAIN WAKTU
Ada beberapa sinyal dalam sistem dituliskan dalam variabel watu, frekuensi atau sudut
ataupun lainnya. Berikut dijelaskan beberapa sinyal dalam domain waktu yang sering digunakan
dalam analisis sinyal dan sistem. Sinyal dalam domain waktu dapat dituliskan dalam bentuk grafik
(Gambar 2.1), fungsional , tabuler, dan deret.
Bentuk Grafik
x(t) = 1,
t>0
= 0,
t<0
-3
12
-2
2
-1
5
0
7
Bentuk deret
1
8
2
-5
3
-10
x(n) = { 0, 1, 3, }
4
-2
5
1
untuk n=0
2.1.
Bentuk Fungsional Sinyal Dasar Analog dan Bentuk Grafik
a. Sinyal undak satuan u(t) (step function)
Suatu sinyal x(t) didefinisikan sebagai u(t) jika
x(t)
1
x(t) = 1, t > 0
= 0, t < 0
x(t)
1
-0,5<t<0,5
t
lainnya
-0,5 Gambar
0,5 2.3. Sinyal
t
x(t)
= 1- ltl
-1<t<1
= 0,
x(t)
t lainnya
-1
t
Gambar 2.4.
x(n)
n=0
n
lainnya
Gambar
Sinyal (n) biasa digunakan untuk mencari tanggapan cuplik satuan suatu sistem diskrit.
Sinyal ini juga dipergunakan untuk menyatakan suatu fungsi lain:
(2.1)
F (n) = (n)f(k-n)
1
= 1,
n>0
= 0,
lainnya
x(n)
Gambar
2.6. Sinyal x(n) = u(n)
persamaan sinyal :
1
1
2
x(t) =
x(t) = 0,5 t
x(t) = 1
x3(t),t lainnya
x(t) = 0
Dari grafik x(t) dapat dilihat bahwa kondisi selain 0<t<2 dan 2<t<3 tidak ada sinyal x(t)
atau dapat dituliskan x3(t) = 0. Sedangkan pada saat 2<t<3 terlihat bahwa sinyal x(t) bernilai 1
sehingga dapat dituliskan x2(t) = 1.
Untuk mencari nilai x1(t) dipergunakan persamaan garis antara dua titik. Isyarat x 1(t)
melalu titik (0,0) yang selanjutnya disebut titik 1 dan titik (2,1) yang selanjutnya disebut titik 2.
Dengan dasar tersebut maka isyarat x1(t) dapat dicari sebagai berikut:
x1 (t ) - x1
t - t1
=
x2 - x1
t2 - t1
(2.2)
x1 (t ) =
maka:
t
2
(2.4)
1,
2<t<3
0,
t lainnya
Untuk menuliskan persamaan x(t) dalam satu persamaan dapat digunakan u(t-a) dan u(-b)
sebagai awal dan akhir dari sinyal tersebut. Hal tersebut dapat dipahami dengan ilustrasi sebagai
berikut:
y1(t)
y(t)
y2(t)
1
a
1
a
t
(b)
(a)
(c)
Gambar 2.8. (a) Sinyal y(t) = u(t), (b) sinyal y1= u(t-a), (c) sinyal y2=u(t-b)
Pada Gambar 2.8. (a) adalah suatu sinyal yang bernilai 1 yang dimulai pada t = a dan
diakhiri pada t = b. Sinyal tersebut dari Gambar 2.8, dapat dilihat merupakan hasil pengurangan
sinyal y1(t) = u(t-a) (sinyal undak satuan yang tergeser ke kanan sejauh a) dengan sinyal y 2(t) = u(tb) (sinyal undak satuan yang tergeser ke kanan sejauh a).
y(t) = y1(t) y2(t)
jadi
Untuk menyatakan suatu sinyal x(t) = e-t yang hanya mempunyai nilai pada saat t=1 sampai t = 5
dapat dinyatakan sebagai berikut:
x(t) = e-t{u(t-1) u(t-5)}
1,
2<t<3
0,
t lainnya
Penyelesaian : Sinyal tersebut terdiri dari dua isyarat yaitu isyarat bernilai 0,5t yang dimula
dari t=0 sampai t=2 dan isyarat yang bernilai 1 yang mulai saat t=2 dan berakhir pada t=3, maka
dapat dinyatakan sebagai berikut:
x(t) = 0,5t{u(t-0)-u(t-2)} + {u(t-2)-u(t-3)}
= 0,5t {u(t)-u(t-2)} + u(t)-u(t-3)
2.3.Sinyal Sinusoida Waktu Kontinyu dan Kompleks
xa (t) =
A cos(t +),
=
-<t<
(2.6)
A cos (2f t + )
dimana: A= Amplituda, frekuensi (rad/s), phasa (rad), = 2f, f = frekuensi (cycles/s) atau
Hertz. Persamaan (2.6) merupakan sinyal dasar periodiksinusoidal.
Sinyal kompleks dalam fungsi amplituda:
x(n) = A(n) = rn ,
..
(2.7)
Fungsi fasa:
< x(n) =(n) =
(n) .
(2.8)
Dalam fungsi kompleks, besarnya fungsi sudut adalah arc tg besarnya vector impedansi khayal
dibagi vector impedansi riel atau arc tg jZ/Re Z.
Sifat-sifat sinyal sinusoida analog:
1. Untuk setiap nilai frekuensi tertentu f, xa (t) periodik. Dapat dilihat dari: xa (t-Tp) = xa (t)
dimana Tp =1/f adalah perioda sinyal sinus.
. (2.10)
Salah satu sifat penting dari sinyal eksponensial kompleks adalah bahwa sinyal ini periodik.
Sebuah sinyal dikatakan periodik jika terdapat nilai periode fundamental (T) yang memenuhi
untuk semua nilai t.
A exp(jt) = A exp(j(t + T))
(2.11)
(2.12)
Artinya, agar sifat periodik terpenuhi maka nilai exp(jT) = 1. Nilai T yang memenuhi kondisi ini
adalah T = 2/
j( t+ )
xa (t) = Ae
(2.13)
= cos j sin
. (2.14)
Frekuensi, f - adalah kuantitas secara fisik bernilai positif, berharga negatif hanya untuk
penyelesaian matematis atau jumlah cycle per unit waktu pada sinyal periodic.Substitusikan
persamaan 2.13 dan 2.14 ke persamaan . 2.9, diperoleh:
(j t +)
xa ( t) = A cos( t + ) = A/2 e
j ( t+)
+ A/2 e
(2.15)
Dapat dilihat dari persamaan 2.8 bahwa sinyal sinus atau cosinus dapat diperoleh dengan cara
menjumlahkan dua buah sinyal eksponensial complex-conjugate dengan amplitudo yang sama
(diagram Phasor). Artinya, agar sifat periodik terpenuhi maka nilai exp(jT) = 1. Nilai T yang
memenuhi kondisi ini adalah T = 2/
x(t) = A eat
(2.16)
Dimana A dan a umumnya komplek, seperti pada persamaan (2.6). namun, jika A dan a riil, maka
merupakan sinyal eksponensial riel. Jika a positif maka akan menghasilkan fungsi eksponensia naik
dan jika a negatif akan menghasilkan fungsi eksponensial turun (lihat Gambar 2.10), gambar
tersebut dapat dilihat sebagai bentuk respons sinyal dari rangkaian RC.
Gambar 2.10. Sinyal eksponensial riel dengan A dan a riel disini a =1, dan a = -1
Jika sinyal eksponensial riel tersebut dikalikan dengan eksponensial kompleks, maka akan diperoleh
bentuk persamaan teredam dan tidak teredam (lihat Gambar 2.11).
Contoh:
, -<t<
(2.18)
, -<t<
(2.19)
Sifat-sifat:
1. Sinyal Sinusoida waktu diskrit hanya periodik pada frekuensi f bernilai rasional.
Perioda N (N > 0), x(n+N) = x(n) untuk setiap n
(2.20).
Nilai terkecil dari N disebut dengan perioda dasar. Untuk sinusoid dengan frekuensi fo akan
periodik apabila nilai N integer.
2. Deret unit sample dinotasikan sebagai (t)/(n) dan didefinisikan
sebagai:
= 1
n =
= 0
..
( 2.21. )
n 0
Dengan kata lain bahwa deret unit sample adalah sinyal dimana bernilai
0 untuk setiap n selain n=0 dimana nilainya adalah 1. Sinyal ini kadang disebut
dengan sinyal impulse yang ada pada waktu kontinyu.
3. Sinyal Diskrit Unit Step dinotasikan sebagai u(t) atau u(n) dan didefinisikan
sebagai:
U(n)
untuk
n 0
untuk
n< 0
. (2.22)
n<0
n0
. (2.23.).
5. Sinyal Exponential
x(n) = an n untuk setiap n
12
Apabila a bernilai kompleks maka, dimana r dan adalah parameter, selanjutnya x(n) menjadi:
re jn
x(n) = re jn = rn (cos n + j sin n)
a. Bentuk Barisan
x(n) = {, 2, 3, 1.5, 0, -4, }
y(n) = {0, 1, 2, 4, 8, }
b. Bentuk Tabel
(2.24)
N
X(n)
2.4.
-2
-1
Kausalitas
Suatu sistem dikatakan sebagai kausal atau non-anticipatory jika untuk suatu nilai t1, respon output
pada waktu t1 yaitu y(t1) yang dihasilkan dari input x(t) tidak tergantung pada nilai input x(t)
untuk t > t1.
Contoh:
Bagaimana dengan sebuah sistem waktu kontinyu yang memiliki hubungan input/output sebagai
berikut:
y(t) = x(t+1).
*)
(a)
(b)
Gambarn 2.16. (a). Sinyal output muncul sebelum sinyal input (non kausal)
2.16. (b) Sinyal output ideal time delay
Satu sistem yang memiliki hubungan input dan output delay seperti di bawah ini :
y(t) = x(t-1)
Apakah sistem ini merupakan sistem kausal?
Dapat dilihat bahwa: sistem ini dapat dikatagorikan sistem kausal jika outputnya pada waktu t
hanya tergantung pada nilai input saat waktu (t-1). Pada Gambar 2.16 b diberikan pulsa persegi ke
sistem ini, pulsa output akan dapat dihasilkan seperti pada Gambar 2.16b, mengalami delay dengan
berbeda. Kenyataannya bahwa delay sistem sebesar 1 detik untuk seluruh input merupakan delay
yang ideal (ideal time delay) untuk analisa sistem.
2.5.
Operasi-operasi Elementer
Penggambaran sinyal:
Gambar di atas kiri dan tengah diperlihatkan dua sinyal kontinyu x(t) dan h(t). Perhatikan bahwa
sinyal x(t) mempunyai garis miring yang berawal dari koordinat (0,2) dan berakhir di koordinat
(b,-1) dengan b adalah digit terakhir NIM saudara. Gambarlah dengan baik sinyal-sinyal berikut ini:
a. x(-t)
b. x(t+2)
c. x(2t)
d. -2x(t)
e. x(3t-3)
f. x(-2t-2)
g. x(t)h(t)
h. x(t-1)h(2t/3)
Gambar di atas kanan menampilkan sinyal h[n]. Sinyal h[n] mengandung impuls di n=1 dengan
nilai sebesar b yaitu digit terakhir NIM saudara. Gambarkan sinyal-sinyal di bawah ini:
a. h[3n/2+2]
b. h[-n-1]/2
2.6.
maupun keluaran dari sistem sensor, atau sistem yang lain dan software. Dengan hardware tentunya
dibuat dengan rangkaian elektronik seperti oscillator, mikrokontroler, rangkaian digital
yang
direkayasa sehingga diperoleh bentuk yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan software
dengan program komputer seperti dapat dilihat di bawah ini.
1.
Di sini akan dicoba membangkitkan sinyal sinusoida untuk itu dicoba membuat program
seperti berikut:
%------------------------------------------------% Nama File : Pembangkik_Sinyal_Sinus.m
% Oleh
: Charles
%------------------------------------------------Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=sin(2*pi*t*5);
plot(t,s1,r, 'linewidth',2)
% Tekan Enter
Gambar 2.16.
Sinyal yang
terbangkitkan
adalah
sebuah
sinus dengan
dipahami tiga parameter dasar pada sinyal sinus ini. Untuk lebih memahami coba lanjutkan dengan
langkah berikut.
1. Buat sebuah file baru dan beri nama coba_kotak.m kemudian buat program seperti berikut
ini.
%------------------------------------------------% Nama File : Pembangki_Sinyal_Persegi.m
% Oleh
: Charles
%------------------------------------------------Fs=100;
t=(1:100)/Fs;
s1=SQUARE(2*pi*5*t);
plot(t,s1,'linewidth',2)
axis([0 1 -1.2 1.2])
maka hasilnya adalah sebagai berikut:
2. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 30, 40, 50, 60, 70, dan 80. Catat apa yang
terjadi ?
3. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 18, 15, 12, 10, dan 8. Catat apa yang terjadi?
6. Pembangkitan Sirine
Di sini akan kita bangkitkan sebuah sinyal yang dapat memberikan keluaran berupa suara
sirine. Karena keluarannya berupa suara maka selayaknya perlu dipasang speaker aktif yang
kompatibel dengan komputer anda. Ikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut dan jalankan!. Apa yang diperoleh.
%--------------------------------------------------% Nama File : Sinyal_Sirine.m
%Oleh
: Charles
%--------------------------------------------------Fs=8000;
dt=1/Fs;
dur=2.8;
t=0:dt:dur;
psi=2*pi*(100 + 200*t + 500*t.*t);
xx= 7.7*sin(psi);
sound(xx,fs);
psi=sirine;
save sirine;
2. Tulis sirine pada command window MATLAB. Apa yang terjadi?
3. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 4000. Catat apa yang terjadi ?
4. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 16000. Catat apa yang terjadi?
7. Pembangkitan Nada DTMF
Di sini akan dibangkitkan sebuah sinyal yang dapat memberikan keluaran berupa nada
DTMF. Ikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut dan jalankan!. Apa yang diperoleh.
wav
menggnakan
program
yang
lain.
Lalu
buat
file
dengan
nama:
2.7.
Untuk melakukan berbagai langkah percobaan pembangkitan sinyal baik diskrit mapun
kontinyu, juga sudah dipelajari bagaimana membaca audio file .wav. dan mengaktifkan speaker
melalui perintah dalam MATLAB. Yang harus dilakukan adalah: mengujicoba setiap program di
atas, memodifikasi sebagian untuk mempengaruhi pengaruhnya, mencatat dan menjawab setiap
pertanyaan yang ada pada setiap langkah percobaan diatas. Kalau dapat mempunyai ide untuk
melakukan berbagai variasi data sehingga diketahui mana yang tepat dalam pemakaian di lapangan
sebagai sumber sinyal secara software.
2.8.
hardware. Diantaranya: sensor foto diode akan mengeluarkan arus DC sesuai dengan masukan
cahaya setiap saat, dengan variable intensitas cahaya pada panjang gelombang tertentu terhadap
waktu. Mikrofon mengeluarkan arus seperti variasi gelombang suara, sensor gas mngeluarkan data
gas yang didetiksi merupakan sumber informasi kuantitas dalam bentuk tegangan atau arus dsb.
Dapat juga hardware menggunakan rangkaian osilator maupun sinyal generator standar
maupun modifikasinya, baik secara analog maupun digital. Gambar di bawah menunjukkan contoh
rangkaian elektronik pembangkit sinyal.
1. Rangkaian setengah gelombang penuh.
yang dikemas dalam IC (Integrated Circuit). Beberapa contoh osilator dari berbagai komponen
dan sistem.
pada R1 = 0 sehingga VA = VC. Pada saat VA melampaui ambang logika-1 maka VB akan turun ke
logika-0 sehingga VB = 0 dan VO naik ke logika-1 sehingga VO = VDD. Akibatnya kapasitor akan
mengalami proses pengosongan melalui RX. Tegangan jepit kapasitor dipantau oleh N1 melalui
R1. Pada saat tegangan ini turun melampaui ambang logika-0 maka keluaran N1 akan beralih ke
logika-1 sehingga VB = VDD dan kapasitor akan mengalami proses pengisian kembali. Hal ini akan
terus berulang sehingga VO akan merupakan tegangan persegi dengan frekuensi : f = (RX.CX) / 2,2
Hubungan antara tegangan kapasitor dengan tegangan keluaran adalah seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 2.23.
Gerbang-gerbang logika, LM555 dapat dioperasikan juga sebagai osilator. Pada
penggunaannya sebagai osilator IC ini dirangkai sedemikian rupa agar mampu untuk men-trigger
dirinya sendiri. Contoh rangkaiannya adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.24.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.24. Osilator NAND, osilator kristal gerbang CMOS Dan osc.LM555
Pada rangkaian (a) ini, osilator akan bekerja jika masukan kontrol berlogika-0. Jika kontrol
berlogika-1 maka keluaran N1 akan selalu rendah sehingga osilator tidak bekerja.
Pada ketiga rangkaian di atas osilator ini, R1 berfungsi agar gelombang tegangan keluaran memiliki
duty cycle = 50%. Yang dimaksud dengan duty cycle adalah perbandingan antara lamanya keluaran
berlogika-1 dengan lama satu siklus lengkap. Sebagai contoh, sauatu gelombang tegangan dikatakan
memiliki duty cycle jika dalam satu siklus selama 1 detik, gelombang tersebut berlogika-1 hanya
selama 0,5 detik. Apabila duty cycle sebesar 50% tidak diperlukan maka tahanan R1 dapat
ditiadakan.
Selain gerbang-gerbang logika, Gambar 2.24 (b) dan LM 355 juga dapat dioperasikan sebagai
osilator. Pada penggunaannya sebagai osilator IC ini dirangkai sedemikian rupa agar mampu untuk
men-trigger dirinya sendiri. Contoh rangkaiannya adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar
2.24.
Pada osilator ini perioda pengisian kapasitor adalah :
T1 = 0,693 x R2 x C
2.9.
dibangkitkan oleh suatu komponen, manakala akan diumpankan atau dimasukkan ke sistem lain,
perlu ditinjau masalah penyatuan atau interface. Tentunya sistem yang akan menerima sinyal dalam
bentuk tegangan atau arus harus tidak membebani sistem yang akan menerima, lazimnya dilihat
impedansi antara instrument interfacing sehingga optimal sinyal dapat diterima dengan baik.
Agar tidak membebani instrument penerima, maka pentransfer sinyal harus mempunyai
impedansi output yang tinggi, sehingga arus yang diberikan kecil dan penerima mempunyai
impedansi input rendah sehingga arus dapat diterima besar. Pengaturan ini biasaya ditambahkan
potensiometer yang mengatur impedansi ataupun tegangan (lihat Gambar 2.26). Misal sinyal dari
sensor masuk ke ADC dalam mikrokontroler PIC 16F877A, dipasang .potensiometers variable dan
tahanan tetap sebagai pengatur tegangan seperti dalam sistem analog. Tegangan tergantung dari
ratio tahanan ke dua resistor tersebut.
Gambar 2. 26. Penambahan impedasi peubah tegangan agar interfase dari sensor ke ADC tepat
Sebagai contoh jika tahanan sama, maka tegangan output akan setengan dari input tegangan.
Jika tahanan variable potensiometer sangat rendah sekali, maka tegangan output akan medekati
tegangan input. Sebaliknya jika tahanan potensiometer terlalu besar, maka tegangan output
mendekati nol mendekati groud. Dengan demikian sinyal dari sensor diperlukan interface yang tepat
agar dapat diterima ADC dari mikrokontroler.
Bagaimana komunikasi data atau sinyal selanjutnya dari mikrokontroler ke pemroses
selanjutnya (computer), maka diperlukan komunikasi mengguakan RS-232, atau Pic Basic Pro
(PBP) 323 komputer mempunyai ketepatan sinkronisasi dengan I/O pin serial. Lihat Gambar 2.27
sebagai interkoneksi atau interfase sinyal yang akan dimasukkan ke 232 komputer atau
menggunakan chip MAX 232.
Bbbb
Gambar 2.27. interface ke computer untuk menyalurkan sinyal dari mikro
Apabila pengiraman sinyal jaraknya jauh (lebih 15 m) maka interfasing yang paling tepat dalam
menggunakan data yaitu dengan memasang RS 485, sehingga data yang dikirim dari mikrokontroler
yang sudah diolah awal dapat diolah ke komputer atau pusat pengolahan data.
2.10.
Tugas
BAB III
SISTEM
Banyak dijumpai pada kegiatan sehari-hari baik itu diperkatoran maupun istrumen atau industry,
dihadapkan pada satu kesatuan kerja yang tidak bias dipisahka, karena adanya saling
ketergantungan, sehingga dikatakan merupakan satu sistem kerja.
3.1.
Konsep Sistem
komponen yang terkait satu dengan yang lain (berinteraksi) yang bekerja dalam ruang dan waktu
(Geoffrey Gordon,1989, Gene Bellinger, 2004), yang disertai adanya hubungan input dan output.
Contoh sistem:Sistem kerja komputer, sistem HP, sistem tata surya, sistem amplifier dsb. Atau
sistem adalah suatu alat atau algoritma yang beroperasi pada pada sinyal
waktu kontinyu/diskrit (input), menurut beberapa aturan sehingga satu dengan
yang lain saling berhubungan yang dibuat, untuk menghasilkan sinyal waktu
kontinyu/diskrit dengan bentuk lain (output atau respons) sistem tersebut.
Dalam tubuh manusia (Sistem Peredaran Darah)
Sistem terdiri dari hati, vena dan arteri, darah dan sejumlah elemen pendukung lainnya.
Seluruh komponen berinteraksi untuk membawa tujuannya dalam sistem yang sangat besar.
Sedangkan yang bukan sistem adalah banyak komponen yang terpisah masing-masing, tidak
berhubungan dan tidak membentuk satu kesatuan.
Orang-orang di pasar bukanlah sistem, tetapi pasar adalah sistem, arisan adalah sistem
Komponen elektronika yang ada di lab bukanlah sistem, tetapi Laboratorium adalah sistem.
Komputer adalah sistem
Penjulan elektroik di pasar, bukan sistem, tetapi pengelolaan toko-toko elektronik adalah
sistem
Sebuah rangkaian listrik dengan input yang sebanding dengan tegangan dan/atau arus dan
memiliki output yang sebanding dengan tegangan atau arus yang mengalir
pada beberapa titik.
Sebuah sistem komunikasi dengan input sebanding dengan sinyal yang ditransmisi dan
dengan output sebanding dengan sinyal yang diterimanya.
Sistem biologi seperti alat pendengaran manusia (telinga) dengan input sebanding dengan
sinyal suara yang masuk ke gendang telinga dan output sebanding dengan rangsangan syaraf
yang selanjutnya diolah di otak untuk pengambilan keputusan informasi apa yang masuk.
Sebuah manipulator robot dengan input sebanding dengan torsi yang diaplikasikan ke robot
dan output sebanding dengan posisi akhir salah satu lengannya.
Atribut merupakan suatu sifat dari suatu entitas. Contoh, pengecekan neraca rekening
customer.
Aktivitas merepresentasikan suatu periode waktu dangan lama tertentu (specified length).
Periode waktu sangat penting karena biasanya simulasi menyertakan besaran waktu. Contoh
deposito uang ke rekening pada waktu dan tanggal tertentu.
Status adalah kumpulan variable yang digunakan untuk mengamati sistem (laju kendaraan
yang melintas, jumlah kendaraan, waktu melintas)
Dari karakteristik tersebut di atas dapat dijelaskan: bagaimana sistem yang berproses, misal
OPAM, jika mempunyai penguatan 10 kali pada catu tegangan 12 VDC. Jika diberi tegangan
input 10 mV akan menghasilkan tegangan 100 mV. Apakah output akan demikian terus jika
tegangan input dibesarkan ouput akan menjadi 10 kali lipat?. Tidak, karena ada batas yaitu catu
tegangan, tatkala tegangan output melebihi 12 VDC, maka keluaran akan dipotong. Dengan
demikian sistem ini disebut input output mapping system. Demikian juga terjadi pada rangkaian
listrik lainnya, dimana antara input dan out tidak selalu memberikan sesuai dengan logika input
output normal, karena adanya losses atau disipasi daya/panas.
Dengan demikian klafisikasi Sistem waktu ada dua:
Sistem Waktu Kontinyu
3.2.
input-output dan kondisi awal sistem. Persamaan semacam ini disebut persamaan beda (difference
equation), dimana masukannya merupakan fungsi waktu, keluarannya merupakan fungsi diskret
atau digital atau dalam bentuk transformasi misal fungsi frekuensi.
Untuk menjelaskan sistem input output, salah satunya menggunakan ekspresi matematis
yang menjelaskan hubungan antara sinyal input dan output ( input-output relationship).
Detail struktur di dalam sistem diabaikan.
Sistem Waktu Kontinyu
Penggambaran sistem waktu kontinyu selalu berkaitan dengan bentuk representasi
matematik yang mengambarkan sistem tersebut dalam keseluruhan waktu dan berkaitan dengan
penggunaan notasi f(t). Cara untuk mengetahui sistem itu hanya dengan memberikan input dan
melihat outputnya (lihat Gambar 3.1) dan persamaan 3.1a dan 3.1.b.
PROSES
Transformasi
Input
x(t)
y(n) = T{x(t)}
Gambar 3.1. Sistem pemroses masukan fungsi waktu keluaran dalam bentuk diskrit
Untuk kemudahan, hubungan input-ouput sering diubah menjadi bentuk lain dengan suatu
transformasi, misalnya dengan Transformasi Z, Transformasi Fourier dsb. Sistem secara umum
dapat dinyatakan bahwa transformasi suatu masukan (input) x(t) dari suatu sistem (T) akan
menghasilkan keluaran output
kontinyu waktu
y(t) T [x(t)]
y(n) T [x(n)]
.. (3.1a)
(3.1b)
, untuk -3 n3
, lainnya
a) y(n) = x(n) (sistem identitas) yaitu sederet angka diskrit yang mempunyai nilai berpatokan dari 0
maka
y(n) = {, 0, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 0, .}
b) y(n) = x(n1)
maka y(n) = {, 0, -3, -2, - 1, 0, 1, 2, 3, 0, .}
c) y(n) = x(n+1)
maka y(n) = {, 0, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 0, .}
d) y(n) = 1/3(x(n+1) + x(n) + x(n1))
maka y(n) = {, 0, 1, 5/3, 2, 1, 2/3, 1, 2, 5/3, 1, 0,}
e) y(n) = max { x(n+1), x(n), x(n1)}
maka y(n) = {, 0, 3, 3, 2, 1, 2, 3, 3, 0,}
Contoh sistem Rangkaian waktu kontinyu RC, jika diketahui tegangan (t) = V
(t) = x(t)
3.3.
Sistem waktu diskrit adalah sistem yang memproses sampling pada waktu-waktu tertuntu yang
digambarkan dalam bentuk fungsi diskrit x(n), dimana n adalah waktu sampling merupakan
bilangan integer dan menghasilkan fungsi waktu diskrit juga misal y(n). Ada beberapa sistem diskrit
1. Sistem Diskrit Statik dengan Sistem Diskrit Dinamik
Suatu sistem waktu diskrit dikatakan statik (memoryless) jika output pada tiap n hanya
tergantung pada sample input pada waktu yang sama. Suatu sistem waktu diskrit dikatakan
dinamik (mempunyai memory) apabila output sistem waktu n ditentukan oleh sample input pada
interval dari n-N sampai dengan N atau dapat menyimpan informasi besarnya masukan yang bukan
harga masukan saat itu..
Contoh: Sistem Statik
y(n) = ax(n)
y(n) = nx(n) + bx3(n)
Sistem Dinamik
17
n
y( n) = x(n-k)
k=0
..
(3.2a)
Dari persamaan 3.2a, dapat dilihat waktu inputnya (n-k) tidak sama dengan waktu output (n)
Lazimnya fungsi di atas dapat dituliskan dalam bentuk
y(n) = T [x(n), k] ..
(3.2b)
(3.3a)
(3.3b)
Untuk setiap sinyal input x(n)/x(t) dan setiap pergeseran waktu atau k.
T{x(n k )} = y(n k )
(3.4).
Untuk menentukan apakah suatu sistem time invariant diperlukan suatu test:
1. Beri masukan x(t)/x(n) tertentu ke sistem yang akan diuji sehingga menghasilkan output y(t)/y(n).
2. Selanjutnya beri masukan x(t)/x(n) tersebut tetapi dengan delay k, dan hitung kembali outputnya.
3. Apabila y(n,k) = y(n-k) untuk seluruh harga k yang mungkin sama dengan masukan atau tidak
mengalami perubahan waktu, maka sistem tersebut adalah time invariant. Namun, jika output ,
walaupun untuk satu nilai k, terjadi perubahan maka sistem tersebut adalah time variant.
Sebuah sistem diketahui
. o)
.
Contoh aplikasi; Sebuah sistem pembangkit sinyal sinus menghasilkan sebuah sinyal yang
memiliki hubungan input/output sebagai berikut:
y(t) = sin (2ft/T + /2 rad)
*)
Sinyal y(t) dilakukan penundaan sinyal selama setengah periode (T). Coba amati apakah sistem
ini time invariant?
Penyelesaian: Dari persamaan dasar sebuah sinyal sinus di atas o) untuk
x(t) = x(t- t1)
dimana t1 = T. Dalam implementasinya pada persamaan *) diatas didapatkan bentuk sebagai
berikut:
y(t-t1) = sin (2ft/T + /2 rad t1)
= sin (2ft/T + /2 rad rad)
= sin (2ft/T - /2 rad)
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dilihat pada Gambar 3.9 penundaan sinyal sinus sebesar
/2 rad.
Gambar 3.9. Penundaan sistem yang menghasilkan sinyal sinus dengan /2 rad
19
3. Sistem Diskrit Linier dan Nonlinier
Sistem linier yaitu sistem yang secara umum memenuhi prinsip superposisi. Teorema: Suatu
sistem dikatakan linier jika dan hanya jika berlaku setiap transformasi dari penjumlahan subsistem,
maka akan menghasilkan transformasi masing-masing subsistem:
T [a1x1 (n) + a2 x2 (n)] = a1T[x1 (n)] + a2T[x2 (n)]
..
(3.5)
untuk setiap nilai x1(n) dan x2(n) sembarang dengan a1 dan a2 sembarang, maka akan menghasilkan
Transformasi fungsi masing-masing.
Buktikan bahwa sistem yang dinyatakan dengan:
y(n) = 2x(n) adalah linier
Jawab:
T[a1x1(n) + a2x2(n)]
= 2[a1x1(n) + a2x2(n)]
= 2a1x1(n) + 2a2x2(n)
a1T[x1(n)] + a2T[x2(n)] = a1(2x1(n))+ a2(2x2(n))
= 2a1x1(n) + 2a2x2(n) j
Jadi linier sesuai dengan teorema di atas. Representasi grafis prinsip Superposisi. T linier jika dan
hanya jika y(n) = y(n), lihat Gambar 3.4
20
21
Gam
..
= [a1x1(n) + a2x2(n)]2
= a12x12(n) + 2a1x1(n) a2x(n)+ a22x22(n)
a1T[x1(n)] + a2T[x2(n)]
= a1(x12(n)) + a2(x22(n))
= a1x12(n) + a2x22(n)
Jadi
a12x12(n) + 2a1x1(n) a2x(n)+ a22x22(n) tidak sama dengan a1x12(n) + a2x22(n), maka sistem
non linier.
Diskusikan sebuah rangkaian dengan diode ideal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5
Dalam hal ini outup y(t) adalah tegangan yang terdapat pada resistor dengan resistansi R2. Diode
ideal merupakan suatu rangkaian hubung singkat ketika tegangan x(t) adalah bernilai positif, dan
merupakan rangkaian terbuka jika tegangan x(t) bernilai negatif. Apakah rangkaian ini merupakan
sistem linier?
untuk x(t) 0
untuk x(t) 0
Diberikan input fungsi step dengan u(t), respons yang dihasilkan adalah:
y(t) = R2/(R1+R2) * u(t)
Dengan input unit-step dikalikan dengan bilangan skalar 1, maka inputnya adalah u(t),
dengan persamaan soal di atas, respon yang dihasilkan adalah nol untuk semua t 0.
Tetapi ini tidak sebanding dengan 1 kali respon u(t) yang diberikan dengan persamaan di atas
Kondisi ini bukan bersifat homogen, dan tidak linier.Sehingga kita dapat pula menyatakan kalau
sistem ini tidak additive.
4. Sistem Stabil dan tidak Stabil dan Probilistik
Sistem stabil BIBO (Bounded Input Bounded Output) adalah: output sistem yang terbatas
untuk input terbatas, stabil jika dan hanya jika setiap input yang terbatas menghasilkan output yang
terbatas pula.
x(n) M x <
3.6)
berlaku utuk seluruh n. Contoh sistem stabil yang dinyatakan dengan
y(n) = 0,1 * y(n1) + x(n) dan
y(-1) = 0
dan
y(-1) = 0
+ 2 y(t) = x(t)
. (3.7)
x(t) masukan sistem dan y(t) keluaran sistem. Untuk memecahkan persamaan (3.7) maka dapat
dimisalkan jawaban dalam bentuk eksponensial. Misal:
x(t) = K e3t u(t)
untuk t >0, jawaban tersebut dapat diuraikan terdiri dari jumlah pemecahan khusus y p(t) dan
pemecahan homogen yaitu yh(t). Dengan demikian persamaan (3.7) dapat dipecahkan sebagai
persamaan homogeny yaitu:
y(t) = yp(t) + yh(t).
dy(t)
dt
y(t) = Y e3t , sehingga persamaan (3.7) dapat ditulis dari jawaban adalah:
maka
dtk
X(t)
T1
T3
T2
T4
Y(t
)
T3
X(t
)
T1
T2
T4
Y(t
)
Gambar 3.5. Sistem kaskade seri dan parallel dan parallel seri dan seri parallel
x(n)
x(n) s(n)
x(n-1)s(n-1)
D
(delay)
s(n)
x(n)
x(n) s(n)
x(n-1)s(n-1)dn
s(n)
D
(delay)
Gambar 3.7. Sistem operasi pengalian, penjumlahan, integrasi dan sistem delay
Gambarkan diagram blok dari persamaan di bawah ini
Gambar 3.8. Operasi sistem dengan penguatan dan operasi pembalikan (transformasi Z)
Dalam sistem interkoneksi sistem dapatlinier kalau memenuhi persyaratan linier yang
dijelaskan di atas. Contoh: Sebuah sistem yang memiliki hubungan input/output sebagai berikut:
y(t) = x2(t). Sistem ini dapat direalisasikan sebagai sebuah pengali sinyal seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.9. Apakah sistem ini linear?
Gambar 3.9. Sistem dengan pengalian dan umpan depan dari x(t)
Penyelesaian: Sistem yang didefinisikan dengan soal di atas disebut sebagai square-law device
(pada foto detector, sistem ini tidak memiliki memori). Jika sebuah skalar s
diberikan ke sistem, dengan persamaan square low device diperoleh respon untuk sx(t) adalah
s2x2(t). Tetapi s dikalikan dengan respon x(t) tidak sebanding dengan sx2(t), yang secara umum tidak
sama dengan s2x2(t). Dengan demikian sistem ini tidak homogen, dan bukan merupakan sistem
linear.
3.5. Sistem Tertutup dan Terbuka, Abstrak dan Fisik, Alamiah, Buatan
Sistem tertutup adalah: sistem mandiri, sistem yg tidak bertukar materi atau kemasukan unsur
informasi lain, atau energi dengan lingkungan (tidak dipengaruhi oleh lingkungan), contoh : reaksi
kimia dlm sebuah tabung tertutup
Sistem Terbuka adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh
lingkungan, contoh :sistem open source.
Sistem Abstrak sistem yg berisi gagasan atau konsep saja yang belum dilaksanakan atau
direalisasikan, .contoh : sistem teologi
Sistem Fisik sistem yg secara fisik dapat dilihat contoh : sistem komputer, sistem transportasi
Sistem alamiah sistem yang terjadi karena alam (tidak dibuat oleh manusia), contoh : sistem tata
surya
Sistem buatan manusia adalah sistem yg dibuat oleh manusia, contoh : sistem komputer, sistem
mobil
3.7.
Pembentukan Sistem
Karena sistem terdiri berbagai subsistem yang saling terkait, maka sistem dapat terdiri dari berbagai
unsure pembentuk (lihat Gambar 3.6)
Pengunsuran (Factoring)
Perancangan sistem menuntut keseluruhan sistem.Tetapi hal ini terlalu besar untuk dianalisa secara
rinci, maka paling mudah diuraikan/dibagi atas subsistem. sistem hasil proses pengunsuran akan
membentuk struktur baru dari hasil pengelompokan. Contoh:
Sistem Pengolahan Informasi
Penjualan
(Marketing)
Subsistem
Persediaan barang
(logistic)
Subsistem
Personalia
(Administration)
Subsistem
Penyiapan
Data
Subsistem
Produksi
(production)
Subsistem
Penggajian
Masukan
Gambar 3.10 sistem dengan proses pengunsuran
3.8.
ke ADC (analog to digital converter) untuk diubah ke digit biner. Terminologi bit merupakan
singkatan untuk binary digit dengan dengan dua kode angka (0 dan 1) atau on off. Sehingga, suatu
sistem digital hanya akan memiliki dua level 1 bit pada monopolar 5 volt dan 0 pada level 0 volt..
Secara umum, logarithma berbasis 2 digunakan mengkonversi angka pada level kuantisasi yang
untuk nilai-nilai bit tersebut. Sebuah piranti degan dua posisi stabil seperti sebuah relay atau flipflop, dapat digunakan untuk menyimpan 1 bit informasi. N piranti dapat digunakan untuk
menyimpan N bit informasi, karena total angka yang mungkin untuk menyatakan keadaan informasi
adalah 2N dan sebanding dengan log 2(2N) = N bits ( Shannon, 1949/1975). Sehingga untuk 4
levels dinyatakan sebagai 2 bit, 8 adalah 3 bit, 16 adalah 4 bit, dst. Untuk suatu N-bit ADC atau
DAC converter untuk mengembalikan ke fungsi analog semula.
Jumlah levels (bit atau digit)
= 2N
N = 8 No. of levels
= 256
N = 12 No. of levels
= 4.096
N = 16 No. of levels
= 65.536
N = 20 No. of levels
= 1,048,576
Dalam studi kasus Sistem pencacahan digital (digital adalah untuk merepresentasikan
sebuah nilai numerik dari sebuah referensi atau hasil sampling analog suatu besaran fisik tertentu).
Digitasi punya arti sebagai langkah untuk mengkonversi suatu besaran analog menjadi sebuah nilai
numerik. Sebagai contoh, jika kita merepresentasikan sebuah intensitas suara dengan angka-angka
yang proporsional dengan intensitas, maka nilai analog dari intensitas itu telah ditampilan secara
digital (angka-angka). Akurasi konversinya tergantung pada jumlah nilai diskrit yang telah ditandai
dan laju pengambilan sampel hasil pengukuran yang telah dibuat. Sebagai contoh, 4 tingkatan nilai
numerik yang akan digunakan untuk merepresntasikan perubahan 4 amplitudo suara kurang akurat
dibandingkan menggunakan 256 tingkatan nilai numerik. Dan laju pengambilan sampel pengukuran
dengan 8 konversi/dt kurang akurat dibanding jika kita menggunakan 8000 konversi/dt.
Pada saat melakukan pencuplikan secara digital pada sinyal analog signal, konversi analog
ke digital (ADC) akan mengambil sampel dari continuous time-amplitude menjadi discrete timeamplitude seperti yang diberikan pada Gambar 13. ADC akan mengkonversikan suatu nilai dari
sinyal continuous (time-amplitude) menjadi sinyal discrete (discrete time - discrete amplitude).
(a)
(b)
Gambar 3.11, (a) Pengambilan cuplik dari time invariant ke digital menggunakan ADC
(b). Instrumen pengambilan sampling dan pemrosesan ke digital
1. Dengan mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Nakajima (1983), Mieszkowski (1989) dan
Wannamaker, Lipshitz dan Vanderkooy (1989), analog dither harus ditambahkan ke sinyal input
untuk tujuan:
a) Linearisasi konversi ADC
b) Memungkinkan mengimprofisasi nilai SNR dengan melakukan proses perataan sesuai dengan
formula: (SNR) setelah perataan = (SNR) sebelum perataan n1/2 dimana: n = Jumlah pada sinyal
yang dirata-rata
c) Eliminasi distorsi harmonik (timbul ketika digital noise ND(t) koheren dengan sinyal V(t)).
d) Eliminasi distorsi intermodulasi (timbul ketika digital noise ND(t) koheren dengan signal V(t) ).
e) Eliminasi "digital deafness" (ketika sinyal V(t) rendah, dimana step size dalam konversi tidak
akan direcord semua, atau mungkin malah noise N1(t) yang akan direcord sebagai noise).
f) Eliminate noise modulation
2. Input LPF (antialiasing filter) harus dieliminasi untuk komponen frekuensi > fs/2, dengan fs =
frekuensi sampling
3 .ADC converter mengkonversi sinyal analog menjadi suatu bilangan digital (sebagai contoh:
10110110 merepresentasikan suatu binary coded 8-bit amplitude). Sampling speeds range dari 2
kHz sampai 10 GHz dan resolusi rentang amplitude dari 4 bits sampai 20 bits.
4. Jka DSP diberikan pada suatu sinyal, kita harus tambahkan digital dither N2(t) (kotak- 5) untuk
menghindari digital distortions dan coherent noise ND (t) pada output DAC converter.
5. Prioritas untuk DAC conversion, digital dither harus ditambahkan kenilai-nilai yang
merepresentasikan amplitudo pada sinyal jika kita gunakan DSP.
6. DAC converter mengkonversi bilangan digital menjadi sinyal analog. Kemampuan kecepatan
konversi dari 2 kHz sampai 200 MHz dan kemampuan amplitude resolution adalah 4 bit sampai
20 bits.
7. Output LPF harus mengeliminasi semua frekuensi diatas fs /2 yang akan terjadi sepanjang proses
konversi DAC.
3.9. Operasi matematis terhadap sistem sinyal
Dalam analisis sistem linier, masukan dan keluaran adalah merupakan sinyal yang dapat
dinyatakan dalam bentuk tabel, fungsi matematis ataupun gambar grafis. Sistem bagaimana
mengolah sinyal masukan dan mengeluarkan sinyal keluaran. Akibat pengolahan sistem, fungsi
matematis sinyal berubah. Sebagai contoh sebuah sinyal sinus x(t) = sin t jika dimasukkan ke
rangkaian kapasitor paralel akan berubah menjadi sinyal keluaran y(t) = Ax(t+) = Asin(t+ )
yang secara fisis berarti bahwa amplitudo dan fase sinyal berubah. Bab ini berbicara tentang apa
saja pengaruh operasi matematis terhadap bentuk sinyal dan bagaimana bentuk-bentuk sinyal dasar.
1. Operasi Sinyal Dalam Sistem
Pembalikan (Negasi).
Pembalikan (Negasi).
Soal-soal:
1.Untuk masalah berikut ini buatlah program dalam Matlab atau Bahasa C.
Persamaan diferensial berikut ini harus diselsesaika dengan cara rekursi untuk mendapatkan nilai
y[n] pada 0 < n < 10.
a. y[n] = 2y[n-1]; y[-1] = 1
b. y[n] = 0.5y[n-1] + y[n-2]; y[-2] = 1, y[-1]= 0
c. y[n] = 0.1y[n-1] + 0.5y[n-2] + (0.5)n ; y[-1]= y[-2]= 0
2. Sebuah sistem penyimmpanan uang di bank memiliki model matematik seperti berikut:
y[n+1] (1+I/4)y[n]=x{n+1]
Dimana:
y[n] adalah jumlah yang ada setelah penghitungan pada quarter ke-n, x[n] adalah jumlah yang
didepositkan dalam quarter ke-n, I adalah interest rate tahunan dalam bentuk desimal. Untuk I =
10%, hitung y[n] untuk n = 1,2,3, ketika y[0] =1000 dan x[n] =1000 untuk n >1.
BAB IV
PEMROSESAN SISTEM DAN SINYAL
Dari pembahasan bab III, bahwa input-output mapping system, menggambarkan adanya
noise (derau) yang menyebabkan terjadi perubahan output, sehingga seakan-akan tidak
berhubungan antara input dan output, atau adanya penyimpangan proses. Padahal yang demikian
adalah gangguan dan akan menghasilkan pemrosesan yang tidak sempurna.
4.1.Pembentukan Subsistem
A. Penyederhanaan (Simplikasi)
Setiap sistem atau subsistem memiliki masukan, keluaran, dan interface dengan subsistemsubsistem lainnya, sehingga akan menyebabkan banyak interface yg harus didefinisikan. Oleh
karena itu diperlukan suatu penyederhanaan pada penggambaran interface
Contoh :
4 subsistem berinteraksi akan memiliki 6 interface, 20 subsistem akan memiliki 190 interface.
Rumusnya : n (n-1) n= banyaknya subsistem
Pembentukan Subsistem
Ssetiap jalinan adalah inteface yg berpotensi untuk komunikasi antar subsistem dan mengandung
jalur informasi. Proses penyederhanaan dapat dilakukan dengan :
Gugus (cluster) subsistem ditentukan mana yg berinteraksi dg lainya kemudian dibuat sebuah
jalur interface dari gugus menuju subsistem lainnya.
Metode untuk sistem pemisahan (decoupling) diadakan agar tidak memerlukan analisis
interaksi yg tepat.dua subsistem yg berhubungan sangat erat membutuhkan suatu
koordinasi & penjadwalan waktu yg ketat
Contoh: seandainya bahan baku langsung diproduksi pada saat ia tiba dipabrik, maka dikatakan
sistem bahan baku digandeng erat dg sistem produksi. Pengaturan waktunya harus tepat
untuk menghindari penundaan dalam produksi atau terlalu cepat kedatangan sehingga
tidak ada tempat untuk penyimpanan. Proses produksi dapat mengalami penundaan tak
terduga atau tak terencana.
pemecahannya adalah dengan memisahkan atau mengendorkan hubungan tersebut sehingga
Input
Proses dan
Av. Unit
output
feedback
Gambar 4.1. Proses dalam rangka salah menghilangkan derau
dan agar stabil.
Sistem yang baik untuk memproses sinyal adalah diwujudkan dengan menggunakan umpan balik
(feedback) dengan tujuan untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan
dilakukan dengan membandingkan keluaran sistem yang diinginkan.
Umpan balik negatif (negatif feedback)
Menyesuaikan penyimpangan terhadap standar Contoh : penerapan thermostat pada sistem
pendingin (AC)
Umpan balik positif (positive feedback)
Untuk menambah kekuatan atau mendorong proses supaya memberikan hasil yang baik, tanpa
harus menunggu terjadinya penyimpangan, Contoh : peramalan arus saldo kas di masa yang
akan datang dengan membuat sistem anggaran kas pada sistem perencanaan kas. Jadi prosesnya
belum berjalan perencanaan telah ditetapkan, agar program atau proses dalam sistem sesuai
dengan perencanaan (tidak menyimpang dari yang telah digariskan) sehingga sebagai sistem
diberikan umpan depan (positive feedback atau feedforward).
4.2.
Analisis Sistem
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menganalisa respons suatu sistem linear pada suatu
masukan yang diberikan. Cara pertama menggunakan solusi langsung:
Bentuk umum solusi langsung:
y(n) = F[y(n-1), y(n-2), y(n-N), x(n), x(n-1), x(n-M)]
N
y(n)
=-
bkx ( nk )
ky(n-k) =
k=1
k=0
(3.8)
Cara kedua memecah input dalam elemen-elemen dengan mengcek satu per satu bagian bagian,
contoh:
n
x(n) =
ck xk (n)
k=0
y(n)= T [
k=0
Contoh diketahui
x (n) = e
k
jkn
, k = 0, 1, N-1 ,
k=0
k =0
contoh diskri
xk(n) =d(n-k)
x(n) d(n-k) = x(k)d(n-k)
x(n) = x(k)d(n-k)
k= -
x(n) = {2, 4, 0, 3}
BAB V
INTERAKSI SINYAL
x(t) = A cos ot
x(t) = A ejot
dengan k =0,1, 2, 3, 4, ..
dengan demikian kombinasi linier dari eksponensial komplek yang dihubungkan secara harmonis
dari bentuk:
x(t) = A cos k ot + j A sin k ot
Konvolusi dikenal juga dengan cross corelation adalah operasi antar dua fungsi sehingga
menghasilkan fungsi ketiga yang merupakan modifikasi/penyelesaian matematis dari kedua fungsi
aslinya. Secara matematis, konvolusi adalah integral yang mencerminkan jumlah cakupan atau
proses serial untuk satu sinyal dari respons impuls.
A. Konvolusi Diskrit
Sebuah sinyal yang disampeling atau dicuplik, dari sebuah fungsi x(n) yang digeser atas
fungsi h(n) sehingga menghasilkan fungsi y(n).
sampelnya h(n). Unit sampel h(n) memberikan seluruh informasi yang diperlukan untuk
menentukan respons bagi setiap inputnya x(n). Konvolusi dilambangkan dengan asterisk ( *).
Konvolusi dievaluasi pada setiap pergeseran n dengan perkalian x[k] dan h[n-k] untuk semua nilai
n, yang berjalan dari minus tak berhingga (-) sampai plus tak berhingga (+).
Proses konvolusi sangat berguna untuk menggambarkan beberapa efek yang terjadi secara
luas dalam pengukuran, seperti pengaruh dari low-pass filter pada sinyal listrik atau pengaruh
spektral bandpass pada spektrometer dalam bentuk spektrum, pengolahan citra untuk memperhalus
(smoothing) menajamkan (crispening) mendeteksi tepi (edge detection) dan efek lainnya. Karena
masing-masing sepektral akan dikalikan dengan fungsi pemrosesya.
Konsep menghitung output dari impuls input
x(n) = d (n - k)
Misal
Jika
y(n) = h(n,k)
Sistem
Linier
x(n) = x(k)d(n-k),
k=0
y(n) = T [x(n)]
d(n-k), sehingga
diperoleh:
y(n)= T [ x (k)d(n-k),]
k= -
= x(k)T[d(n-k),] = x(k)h(n,k)7
k= -
k=-
Untuk sistem LTI (Linear Time Invariant), output y(n) dicari dengan menggunakan Jumlah
Konvolusi (Convolution Sum), Konvolusi dari dua buah sinyal waktu diskrit, x[n] dan h[n] secara
matematis dinyatakan:
h(n) = t(d(n))
h(n,k) = t(d(n-k)
n
y(n) =
x(k)h(n,k) = n v(k)
k= -
k=-
(hasil konvolusi)
n
7
Hasil konvolusi
Sifat-sifat Konvolusi adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Komutatif
x(n) * y(n) = y(n) * x(n)
Asosiatif
x(n) * y(n) * z(n) = x(n) * z(n) * y(n)
Identitas
x(n) * d(n) = d(n) * x(n) = x(n), karena d(n) unit sampel pulsa = 1
Konvolusi delay unit sampel x(n) * d(n-k) = x(n-k)
Distributif
x(n) * {y(n) + z(n)} = x(n) * y(n) + x(n) * z(n)
Ada beberapa cara menyelesaikan konvolusi dengan cara matrik dan grafis. Yang mudah membuat konvolusi
adalah dengan cara grafis.
Operasi Konvolusi
1. Folding h(k) menjadi h(-k)
2. Shifting h(-k) menjadi h(no-k)
3. Multiplication x(k) mejadi h(no-k)
4. Summation v
Menghitung Konvolusi secara Grafis
Banyak cara untuk menyelesaikan konvolusi sinyal diskrit, salah satu diantaranya adalah
secara grafis. Cara ini yang paling mudah difahami secara visual, serta perhitungannya tidak
membutuhkan matematik tingkat tinggi.
Jika dua buah sinyal diskrit x[n] dan h[n] mempunyai representasi sebagai berikut:
dan
Tahapan penyelesaian konvolusi secara grafis sebagai berikut :
1. Gambarkan dahulu bentuk sinyal x[n] dengan batasan di atas dan demikian juga h[n] di sisi lain
2. Cerminkan/putar sinyal h[k], sehingga menjadi h[n-k], lihat dimulai dari n = - 4 sampai n =0
3. Susun sinyal x[x] dan h[n-k], lalu lakukan perkalian x[x] dan h[n-k] pada setiap pergeseran n.
Hitung untuk n=0 dalah y[0] = 1*1 =1. Gambarkan y[0]=1
2. Geser h[n-k] ke kanan 1 step, lalu hitung untuk n=1 dalah y[1]=1*1+1*2=3. Selanjutnya
gambarkan y[1]=3.
5. Geser h[n-k] ke kanan 1 step, lalu hitung untuk n = 2 y[1] = 1*1+1*2 + 1*3 = 6. Selanjutnya
gambarkan y[2] = 6.
6. Geser h[n-k] ke kanan 1 step, lalu hitung untuk n=3 y[1]=1*1+1*2+1*3+1*2=8. Selanjutnya
gambarkan y[3] = 8.
7. Geser h[n-k] ke kanan 1 step, lalu hitung untuk n=4 y[1]=1*1+1*2+1*3+1*2+1*1=9.
Selanjutnya gambarkan y[4] = 9.
8. Geser h[n-k] ke kanan 1 step, lalu hitung untuk n=5 y[5]=1*2+1*3+1*2+1*1=8. Selanjutnya
gambarkan y[5] = 8.
9. Geser h[n-k] ke kanan 1 step, lalu hitung untuk n=6 y[6]=1*3+1*2+1*1=6. Selanjutnya
gambarkan y[6] = 6.
10.Geser h[n-k] ke kanan 1 step, lalu hitung untuk n=7 y[7]=1*2+1*1=3. Selanjutnya
gambarkan y[7] = 3.
11.Geser h[n-k] ke kanan 1 step, hitung untuk n=8 y[8]=1*1=1. Selanjutnya gambarkan y[8] = 1
Sehingga diperoleh dari posisi akhir sinyal adalah seperti berikut :
Cara Matrik
Cara lain menentukan keluaran sebuah sistem diskrit dengan konvolusi dilakukan dengan membuka
sigma () dan mengoperasikan perkalian antara x(k) dengan h(n-k) atau sebaliknya h(k) dengan
x(n-k) pada batas batas yang ditentukan:
-
Metode komutatif
0
1
2
3
k=-
n-1
Bentuk Matrik
x
x0
x1
x2
x3
x4
h
h0
h0x0
h0x1
h0x2
h0x3
h0x4
h1
h1x0
h1x1
h1x2
h1x3
h1x4
h2
h2x0
h2x1
h2x2
h2x3
h2x4
h3
h3x0
h3x1
h3x2
h3x3
h3 x4
Gambar
Pendekatan sinyal kontinyu yang didekomposisi dengan unit pulsa (kotak segiempat yang
mendekati 0) diperoleh:
x(t)
x (kD)d(t-kD) D
k=-
= lim
k=
x (kD)d(t-kD) D = x (t)d(t-t)dt
-0 k = -
output proses
y(t)
Contoh> Sinyal kontonyu dalam bentuk ramp (segitiga) untuk 0< t <1 dan H(t) =1 untuk 0<t<2.
Konvolusikan x(t) dan h(t) (lihat gambar di bawah:
x(t)
111
1
t
konvolusi dengan
h(t)
2
5.2.3. Implementasi
Proses konvolusi sangat berguna untuk menggambarkan beberapa efek yang terjadi secara
luas dalam pengukuran, seperti pengaruh dari low-pass filter pada sinyal listrik atau pengaruh
spektral bandpass pada spektrometer dalam bentuk spektrum, pengolahan citra untuk memperhalus
(smoothing) menajamkan (crispening) mendeteksi tepi (edge detection) dan efek lainnya. Pada
aplikasi engineering dan matematik, salah satu diantaranya yaitu pada teknik listrik. Dalam suatu
sistem Linier Time Invariant (LTI), konvolusi dari satu sinyal input dengan impulse menghasilkan
output (respon) . Pada saat tertentu, output tersebut adalah efek akumulasi dari semua nilai-nilai
sebelumnya dari fungsi input. Dengan menghitung konvolusi sebuah sinyal dapat ditentukan cara
kerja transformasi wavelet kontinyu (TWK) pada sebuah jendela modulasi setiap waktu dari setiap
skala yang diinginkan. Proses ini umumnya digunakan di dalam penelitian ilmiah seperti respon
transient, respon impulse, analisis nilai jenuh, dan pengenalan suara dlsb.
Referensi
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/konvolusi-convolution.html,
http://en.wikipedia.org/wiki/Convolution,
http://www.sfu.ca/~truax/conv.html,
BAB VI
DERET DAN TRANSFORMASI FOURIER
Suatu sinyal periodik dalam fungsi waktu dapat dinyatakan dalam suatu deret berosilasi yang
disebut deret Fourier (Jean Baptiste Joseph Fourier, 1822, Theorie analytique de la chaleur) yang
menyatakan bahwa setiap fungsi baik diskrit maupun kontinyu dapat dinyatakan dengan jumlah
atau deret fungsi trigonometri sinyal periodik sinusoid atau cosines.
Semakin banyak suku dalam deret Fourier, maka semakin bagus deret tersebut mendekati fungsi
yang diuraikan. Fungsi dengan periode tak terhingga atau tidak periodik dapat juga diuraikan
dengan deret Fourier, tetapi penjumlahan pada deret digantikan dengan integral. Metode ini
dinamakan Transformasi Fourier. Manfaat dari deret Fourier adalah seperti dalam analisis
gelombang bunyi, vibrasi, optik, pengolahan citra seperti dalam pencitraan medis.
6.1. Fungsi Periodik
Banyak permasalahan dalam matematika, fisika, dan rekayasa (teknik) melibatkan fungsi periodik,
seperti kelistrikan, bunyi, getaran, dan hantaran panas. Fungsi periodik adalah fungsi yang berulang
dengan pola sama. Dalam bahasa matematis, suatu fungsi dikatakan periodik jika fungsi tersebut
memenuhi hubungan
, dengan L adalah periode fungsi. Salah satu contoh fungsi
periodik yang paling mudah adalah fungsi trigonometri seperti fungsi sinus. Fungsi trigonometri
memiliki periode sebesar
, sehingga
. Oleh karena itu, dalam analisis
fungsi periodik kita hanya perlu menganalisis fungsi dalam satu periode saja.
(c)
Gambar 6.1. (a) dan (b) Fungsi periodic sinusoid dan cosines, dan (c) fungsi gergaji
6.2. Deret Fourier
Suatu fungsi periodik dapat dinyatakan sebagai deret tak hingga dari fungsi trigonometri sinus
dengan amplitudo dan fase yang berbeda-beda. Suatu fungsi periodik
Karena
,
kita bisa mengekspresikan fungsi periodik sebagai penjumlahan dari fungsi sinus dan cosinus,
Deret tersebut disebut deret Fourier. Tiap suku dalam deret Fourier memiliki periode
Sebagai contoh, mari kita ambil suatu fungsi gergaji
Definisi
di sini adalah:
Gambar 6.2 Fungsi gergaji dari Gambar 6.1 (c) dan representasinya dalam deret Fourier.
Semakin besar nilai deret yang kita masukkan ke dalam rumus di atas, bentuk fungsi
makin menyerupai
pada
. Namun, fungsi
tidak sanggup mengikuti bentuk
yang diskontinu
dan
. Keterbatasan ini disebut sebagai fenomena Gibbs.
dengan
akan
(bilangan asli).
dengan deret
dan
dapat
Pertama, koefisien Fourier ditentukan. Fungsi gergaji merupakan fungsi ganjil karena
. Koefisien fungsi genap
bernilai nol karena integral fungsi ganjil dalam
satu periode adalah nol. Dengan demikian, hanya saja yang dibutuhkan.
Fungsi gergaji tersebut kemudian dapat dinyatakan dalam deret Fourier sebagai:
Bentuk fungsi
Bila fungsi periodik memiliki periode selain , semisal , fungsi tersebut tetap dapat dinyatakan
dalam deret Fourier dengan koefisien Fourier sebagai berikut:
Hitung:
X(f) = x(t) e jt
dt
x(t)
X(f) e jt df
Dibawah ini contoh dari transformasi fourier,dari domain waktu ke domain frekuensi.
Pada gambar di atas,di bagian kiri merupakan sinyal asli dari domain waktu.dan Sisi sebelah kanan
merupakan hasil transformasi fourier .
Kelebihan Transformasi fourier
Definisi transformasi fourier sebagai tool/alat untuk mengubah suatu sinyal dari kawasan waktu ke
kawasan frekuensi,menjelaskan kepada kita bahwa transformasi ini memiliki kelebihan:
1. Mampu menunjukkan kandungan frekuensi yang terkandung di dalam sinyal.
2. Mampu menunjukan beberapa banyak komponen frekuensi yang ada di dalam sinyal.
Kekurangan Transformasi Fourier
Dibalik kelebihan yang ada,ternyata transformasi ini memiliki keterbatasan.keterbatasan ini menjadi
kekurangan yang cukup fatal untuk transformasi fourier.
Kekuranganya adalah:
Transformasi Fourier hanya dapat menangkap informasi apakah suatu sinyal memiliki
frekuensi tertentu atau tidak, tapi tidak dapat menangkap dimana frekuensi itu terjadi.
Jika ada suatu fungsi
Dengan
Matlab
Untuk menggunakan fourier transform dengan Mat Lab, membutuhkan Symbolic Math Toolbox
dan dapat memanfaatkan fungsi fourier untuk mengeksekusi fourier transform.
Sebagai contoh fungsi yang ada yaitu
hasilnya menjadi
Melakukan hal tersebut dengan menggunakan Matlab? Berikut ini kode program nya
syms t v w x;
f = exp(-x^2);
fw=fourier(f)
Disini kode program diatas disimpan dengan nama file ff2.m dan selanjutnya dieksekusi melalui
Matlab command. Hasilnya seperti dibawah ini
Dicoba tambahkan dengan fungsi pretty(fw) dan hasilnya menjadi seperti dibawah ini.
Kalau dipanggil fungsi pretty(fw) maka akan menghasilkan simbolik matematika yang bagus
sebagai berikut
Kalau dilakukan perhitungan transformasi fourier akan menghasilkan fungsi sebagai berikut
RUJUKAN
1. Benoit Boulet, 2006, Fundamental of Signals and Systems, Charles River
Media.