Makalah KDM 2 Mobilisasi
Makalah KDM 2 Mobilisasi
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metoda studi
kepustakaan.
BAB I Pendahuluan berisikan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup penulisan,
metoda penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Kepustakaan berisikan tentang
BAB III Pembahsan berisikan tentang
BAB IV Penutup berisikan tentang
BAB II
Tinjauan Kepustakaan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem skeletal,
otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dengan
mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapat dianggap sebagai satu unit fungsional.
2
2.1.1 Sistem Skeletal
Skelet adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang :
panjang, pendek, pipih dan ireguler (tidak beraturan). Tulang panjang membentuk
tinggi tibuh (mis. Femur, fibula, dan tibia pada kaki) dan panjang (mis.falang pada jari
tangan dan kaki). Tulang pendek ada dalam bentuk berkelompok, dan ketika
dikombinasikan dengan ligamen dankartilago, akan menghasilkan gerakan pada
ekstremitas. Dua contoh tulang pendek adalah tulang karpal kaki dan tulang patela di
lutut. Tulang pipih mendukung struktur bentuk, seperti tulang di tengkorak dan tulang
rusuk di thoraks. Tulang ireguler membentuk kolumna vertebrae dan beberapa tulang
tengkorak, seperti mandibula.
Skelet tempat melekatnya otot dan ligamen. Ikatan ini menyebabkan gerakan
dari bagian skelet, seperti membuka dan menutup mulut atau meluruskan lengan atau
kaki. Skelet juga melindungi organ vital. Misalnya, tengkorak melindungi otak dan
rusuk melindungi jantung dan paru. Tulang membantu keseimbangan kalsium. Tulang
dapat menyimpan kalsium dan menyebarkannya ke aliran darah jika dibutuhkan.
Klien yang mengalami gangguan pengaturan dan metebolisme kalsium beresiko
mengalami osteoporosis dan fraktur patologis (fraktur yang disebabkan kelemahan
jaringan tulang), yang dapat terjadi di semua tulang, tetapi paling sering di tulang
rusuk dan tulang penyangga.
2.1.1.1 Sendi
3
Sendi adalah hubungan diantara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan sesuai
dengan struktur dan tingkat mobilisasinya. Ada empat klasifikasi sendi yaitu sendi
sinostotik, kartilagonus, fibrosa, dan sinovial.
Sendi Sinovial atau sendi sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan
secara bebas karena permukaan tulang yang dilapisi oleh kartilago artikular dan
dihubungkan oleh ligamen sejajar dengan membran sinovial.Kumerus, radius dan
ulna dihubungkan oleh kartilago dan ligamen membentuk sendi putar. Tipe lain sendi
sinovial adalah sendi hinge seperti sendi interfalang pada jari.
2.1.1.2 Ligamen
2.1.1.3 Tendon
4
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang.Tendon bersifat kuat, fleksibel, dan tidak elastic,
serta mempunyai panjangdan ketebalan bervariasi.Tendon Achilles (tendon
kalkaneus) adalah tendon yang paling besar dan paling kuat dalam tubuh.Permulaan
tendon ini berada di pertengahan posterior kaki dan mengikat otot gastroknemius dan
soleus di tulang kalkaneus pada kaki bagian belakang.
2.1.1.4 Kartilago
Pergerakan dan postur tubuh diatur oleh sistem saraf. Area motorik volunter
utama, berada di korteks serebral,yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
Umumnya serabut motorik turun dari jalur motorik dan bersilangan pada tingkat
medula. Sehingga serabut motorik dari jalur motorik kanan mengawali gerakan
volunter untuk tubuh bagian kiri, dan serabut motorik dari jalur motorik kiri
mengawali gerakan volunter untuk tubuh bagian kanan.
Selama gerakan volunter, impuls turun dari jalur motorik ke medula spinalis.
Impuls keluar dari mdula spinalismelalui saraf otot eferen dan berjalan melalui saraf
ke otot sehingga terjadi gerakan. Impuls ini diatur oleh sinaps, yang menjaga impuls
berjalan satu arah.
7
mempertahankan postur tubuh tetap tegak melawan gravitasi (duduk atau berdiri)
untuk mengatur seluruh ketrampilan aktivitas motorik (Glick, 1992).
1. Status kesehatan
2. Nutrisi
3. Emosi
5. Gaya hidup
6. Pengetahuan
8
2.3 Mekanik Tubuh
1. Gerakan(ambulating)
2. Menarik(pulling)
3. Mengangkat(lifting)
4. Memutar(pivoting)
9
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergcrak secara penuh
dan bebas sehingga dapat mcaakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran schari-hari. Mobilitas pc:nuh ini merupakan
fungsi saraf motorik volunter dan scnsorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2.4.1.2 Mobilitassebagian
Merupakan kemampuan sescorang untuk bergerak dengan
batasan yang jclas, dan tidak mampu bergerak secara bebas
karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik
pada area tubuhnya.Hal ini dapat dijumpai pada kasus cfedera
atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplcgi
dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah
karena kehilangan kontrol motorik dan scnsorik. Mobilitas
sebagian ini dibagi mcnjadi dua jenis, yaitu:
1. Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah
adanya dislokasi sendi dan tulang.
2. Mobilitas sebagain permanen merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menctap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang revc;rsibel. Contohnya terjadinya hemiplegia
karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, dan
untuk kasus poliomielitis terjadi karena terganggunya
sistem saraf motorik dan sensorik.
10
latihan rentang gerak pasif.Mobilisasi sendi juga ditingkatkan
dengan berjalan. Kadang-kadang klien membutuhkan alat bantu
seperti kruk untuk membantu berjalan.
11
Siku.Fungsi normal siku berada di sudut 90 ̊ .Siku yang
tetap pada posisi ekstensi penuh memuat ketidakmampuan dan
membatasi kemadirian klien.
12
kekuatan yang adekuat untuk mempertahankan lutut ekstensi
penuh.Jika lutut tetap ekstensi penuh maka orang harus duduk
dengan tungkai lurus kedepan. Ketika lutut fleksi maka orang
itu akan pincang jika berjalan. Semakin besar fleksinya, maka
semakin besar kepincangan.Kontraktur fleksi penuh mencegah
seseorang berjalan tanpa walker atau kruk.
13
meja tempat tidur, kursi roda disingkirkan dari jalan sehingga klien
memiliki ruangan yang luas untuk berjalan.Sebelum memulai,
menentukan tempat beristirahat pada kasus dengan perkiraan kurang
toleransi aktivitas atau klien menjadi pusing.Misalnya, jika diperlukan
kursi dapat ditempatkan diruangan yang digunakan klien beristirahat.
14
Tongkat adalah yang ringan, mudah dipegang, setinggi
pinggang, terbuat dari kayu atau logam.Dua tipe tongkat umum adalah
tongkat berkaki panjang lurus (single straight-legged) dan tongkat
berkaki empat (quad cane). Tongkat berkaki lurus lebih umum dan
digunakan untuk sokongan dn keseimbangan klien yang kekuatan
kakinya menurun. Tongkat ini harus dipakai disisi tubuh yang terkuat.
Gaya berjalan tiga titik klien menopang berat badan pada satu
kaki yang tidak sakit dan kedua kruk.Kaki yang sakit tidak menyentuh
tanah selama tahap awal berjalan tiga titik.Secara bertahap klien mulai
menyentuh tanah dan menopang berat secara penuh pada kaki yang
sakit.
Pengaruh Fisiologis
Bila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi
gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan
kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang dialami.
Misalnya, perkembangan pengaruh imobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat
dibandingkan klien yang lebih muda (Perry dan Potter, 1994). Imobilisasi juga
mengganggufungsi metabolik normal, antara lain laju metabolik; metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan. Keberadaan proses infeksius
pada klien imobilisasi mengalami peningkatan BMR (Basal Metabolisme Rate)
diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka. Demam dan penyembuhan luka
meningkatkan kebutuhan oksigen selular (McCance dan Huether, 1994).
17
Gangguan fungsi gastrointestinal bervariasi dan mngakibatkan penurunan
motilitas saluran gastrointestinal. Konstipasi merupakan gejala umum. Diare sering
terjadi akibat impaksi fekal(feses cair berjalan melalui area yang terjepit). Jika
dibiarkan tidak ditangani, impaksi fekal dapat mengakibatkan obstruksi usus mekanik
sebagian maupun keseluruhan yang menyumbat lumen usus, menutup dorongan
normal dar cairan dan udara. Akibatnya, usus dapat mengalami distensi dan
peningkatan tekanan intraluminal. Selanjutnya, fungsi usus menjadi tertekan, terjadi
dehidrasi, terjadinya absorbsi, dan gangguan cairan dan elektrolit semakin meburuk.
19
Pengaruh psikososial . Imobilisasi menyebabkan respons emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan status emosional biasanya terjadi
brtahap. Lansia lebih rentan terhadap perubahan ini, shingga perawat harus
mengobservasi lebih dini. Perubahan emosional paling tinggi adalah depresi,
perubahan perilaku, perubahan siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.
20
kerja.Embolus adalah thrombus yang terlepas, berjalan mengikuti sistem
sirkulasi ke paru – paru atau otak dan mengganggu sirkulasi.
21
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajajran tubuh pada
klien yang berdiri sesuai hal – hal berikut:
Hal penting mengkaji kesejajaran adalm posisi duduk yaitu pada klien yang
mempunyai kelemahan otot paralisis otot, atau kerusakan saraf.
22
dengan matras yang adekuat. Kondisi yang menimbulkan risiko krusakan
pada sistem musculoskeletal ketika berbaring termaksut pada klien yang
mengalami traksi atau arthritis: penurunan sensasi, seperti klien yang
hemiparese akibat stroke, dll.
23
BAB III
Kasus
Beberapa minggu yang lalu, Kevin Andrews 17 tahun, pesenam SMA. Jatuh dari
paralel bar, dan patah paha kiri, Kevin bedrest sejak kecelakaan tersebut. Dia cukup depresi
dan bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada ototnya, dia sering
menolak bergerak sendiri. Dia tampak lemah dan sering menolak makanan Rumah Sakit. Dia
butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk, dengan tinggi tubuh 175 cm,
berat badan 70 kg, suhu 37, nadi 80/ menit, perafasan 16/ menit, dan tekanan darah
114/70. Diagnostic data: urine normal, dan hemoglobin 12,2.
Pengkajian
Data Subjektif
- Pasien mengeluh bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada
ototnya
- Pasien mengeluh sering menolak bergerak sendiri
- Pasien mengatakan butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk,
Data Objektif
- Pasien terlihat cukup depresi dan bosan ketika perawat sedang memberi perawatan
- Pasien terlihat butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk
- patah paha kiri
- pasien bedrest sejak kecelakaan tersebut
- Tinggi tubuh 175 cm,
- Berat badan 70 kg,
- Suhu 37,
- Nadi 80/ menit,
- Perafasan 16/ menit,
- Tekanan darah 114/70.
- Urine normal
- Hemoglobin 12,2.
24
Analisa Data
Data Objektif
25
Data Subjektif Ketidak efektifan Berhubungan
pola nafas dengan Penurunan
- Pasien mengatakan
pengembangan paru
butuh bantuan dari
perawat untuk nafas dan penumpukan
dalam dan batuk, secret paru.
Data Objektif
Diagnose Keperawatan
1. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan tirah baring dan penurunan rentang
gerak yang ditandai dengan :
Data Subjektif
- Pasien mengeluh bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada
ototnya
- Pasien mengeluh sering menolak bergerak sendiri
Data Objektif
- Pasien terlihat cukup depresi dan bosan ketika perawat sedang memberi perawatan
- Patah pada paha kiri
26
- Pasien bedrest sejak kecelakaan tersebut
- Tinggi tubuh 175 cm,
- Berat badan 70 kg,
- Suhu 37,
- Nadi 80/ menit,
- Perafasan 16/ menit,
- Tekanan darah 114/70.
- Urine normal
- Hemoglobin 12,2.
Data Subjektif
- Pasien mengatakan butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk,
Data Objektif
- Pasien terlihat butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk
- Tinggi tubuh 175 cm,
- Berat badan 70 kg,
- Suhu 37,
- Nadi 80/ menit,
- Perafasan 16/ menit,
- Tekanan darah 114/70.
- Urine normal
- Hemoglobin 12,2.
Rencana Keperawatan
27
analgesic 30 menit pada saat klien memulai latihan
sebelum latihan rentang
gerak
Implementasi
Evaluasi
28
No. Catatan Perkembangan Paraf
Dx
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Fisiologi Pergerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem skeletal,
otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dengan
mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapat dianggap sebagai satu unit fungsional.
29
Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk mc;lakukan latihan jalan
atau berpindah tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk mc;menuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
Teknik Mobilisasi
Mobilisasi Sendi
Teknik Ambulasi
Gangguan Imobilisasi
30
31