Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Polimer merupakan makro molekul besar yang dibangun oleh pengulangan
kesatuan kimia yang kecil ( monomernya ) yang berakibat umumnya molekul
polimer memiliki massa molekul yang relative besar. Akhir-akhir ini
perkembangan industri tentang pemanfaatan teknologi polimer sangat pesat sekali.
Polimer memiliki banyak kegunaan dan manfaat yang luar biasa dalam kehidupan.
Polimer dikelompokkan menjadi dua yaitu, polimer alam dan polimer
sintetis. Polimer alam atau dikenal dengan biopolimer dihasilkan dari diturunkan
dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dapat diuraikan dan tidak
menghasilkan racun, sedangkan polimer sintetis lebih biasa dikenal sebagai
plastik, seperti polietilena dan nilon. Polimer alam dan polimer sintetis didapatkan
dengan cara pembentukan dari monomer-monomer yang bersangkutan melalui
reaksi polimerisasi.
Ilmu tentang polimer sangat luas dan tidak dapat dibatasi pengembangan
nya, tetapi ilmu dasar polimer harus diketahui terlebih dahulu agar lebih mudah
dalam mengembangkan ilmu-ilmu polimer. Polimer adalah salah satu cabang ilmu
yang dipelajari dalam kimia organik baik terlibat dalam reaksi pembentukan dan
pemberian tata nama.
Saat ini, polimer sangat diproduksi secara besar-besaran sehingga era
kehidupan manusia saat ini merupakan era polimer. Polimer alam yang dahulu
banyak digunakan sekarang beralih kepada polimer sintetis. Pengembangan ilmu
polimer didasarkan pada sifat-sifat dari polimer tersebut. Sehingga saat ini, jenis
polimer yang sedang dikembangkan adalah polimer yang memiliki sifat
bidegradable. Dengan mempelajari lebih dalam lagi mengenai polimer maka kita
dapat menggunakan ilmu polimer untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam makalah ini akan memaparkan gambaran secara umum tentang

1
polimer yaitu mengenai sifat polimer, tata cara penamaan polimer, struktur
polimer, reaksi pembentukan polimer, serta kegunaan dari polimer tersebut.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui tata cara penamaan dalam polimer
2. Dapat mengetahui sifat-sifat polimer
3. Dapat mengetahui klasifikasi polimer
4. Dapat mengetahui reaksi-reaksi pembentukan polimer
5. Dapat mengetahui kegunaan dan dampak dari polimer
6. Dapat mengetahui informasi terkini tentang polimer

1.3. Batasan Masalah


1. Bagaimanakah struktur dan klasifikasi dari polimer?
2. Bagaimanakah reaksi-reaksi pembentukan polimer?
3. Apa saja kegunaan dari polimer?

BAB II
ISI

2.1. Definisi dan Klasifikasi Polimer

2.1.1. Definisi Polimer

Polimer merupakan makromolekul besar atau makromolekul yang


tersusun oleh unit-unit molekul sederhana yang tersusun secara berulang-ulang.
Molekul sederhana penyusun polimer dinamakan monomer. Monomer merupakan
sebarang zat yang dapat dikonversi menjadi suatu polimer. Sebagai contoh, etilen
adalah monomer yang dapat dipolimerisasi menjadi polietilen. Jika hanya ada

2
beberapa unit monomer (3 hingga 9 monomer) yang tergabung bersama, maka
polimer dengan berat molekul kecil yang terbentuk, polimer hasil penyusunan
beberapa monomer ini disebut oligopolimer.

2.1.2. Definisi Monomer


Monomer adalah sebarang zat yang dapat dikonversi menjadi satu polimer.
Sebagai contoh adalah etilena yang dapat mengalami reaksi polimerisasi menjadi
polimer polietena atau poli etilena. Selain itu adalah asam amino yang dapat
mengalami reaksi polimerisasi menjadi polipeptida dengan pelepasan air.
Reaksinya adalah sebagai berikut :

Polimerisasi
Monomer Polimer

Gambar 2.1. Reaksi Polimerisasi Etilena

R O H R O
- H2O
n H2N C C OH N C C

H H n

asam amino polipeptida

Gambar 2.2. Reaksi Polimerisasi Asam Amino

Unit ulangan dapat memiliki struktur linear atau bercabang. Unit ulangan
bercabang dapat membentuk polimer jaringan tiga dimensi. Tabel berikut adalah
beberapa contoh polimer, monomer, dan unit pengulangannya.

3
Tabel 2.1. Contoh Polimer, Monomer, dan Unit Pengulangannya

Polimer Monomer Unit Pengulangan

Polietilena CH2 = CH2 -CH2 = CH2-

Poli(vinil klorida) CH2 = CHCl - CH2CHCl –

Poliisobutilena
CH
CH 3 3

CH2
CH CC
2

CH3
CH 3

Polistirena CH2 CH CH2 CH

Polikaprolaktam H - N(CH2)5C - OH - N(CH2)5C -


(nylon-6)
H O H O

2.1.3. Klasifikasi Polimer

Polimer dapat diklasifikasikan beberapa bagian. Berikut ini adalah


beberapa klasifikasi polimer berdasarkan sumbernya, kegunaannya, sifat
termalnya, dan strukturnya.

a. Klasifikasi Polimer Berdasarkan Sumbernya


Polimer dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu berdasarkan asalnya atau
sumbernya.
1. Polimer Alam
Polimer alam adalah polimer yang terjadi secara alami. Contoh :
Karet alam, karbohidrat, protein, selulosa, dan wol.
2. Polimer Semi Sintetik
Polimer semi sintetik adalah polimer yang diperoleh dari hasil
modifikasi polimer alam dan bahan kimia. Contoh : selulosa nitrat
(yang dikenal lewat misnomer nitroselulosa) yang dipasarkan dibawah
nama - nama “Celluloid” dan“guncotton”.

4
3. Polimer Sintetis
Polimer sintetis adalah polimer yang dibuat melalui polimerisasi
dari monomer - monomer polimer. Polimer sintesis sesungguhnya
yang pertama kali digunakan dalam skala komersial adalah dammar
Fenol formaldehida. Dikembangkan pada permulaan tahun 1900-an
oleh kimiawan kelahiran Belgia Leo Baekeland (yang telah
memperoleh banyak sukses dengan penemuanya mengenai kertas foto
sensitif cahaya), dan dikenal secara komersial sebagai bakelit. Sampai
dekade 1920-an bakelitmerupakan salah satu jenis dari produk -
produk konsumsi yang dipakai luas, dan penemuannya meraih
visibilitas yang paling mewah, yakni dimunculkan di kulit muka
majalah Time.

b. Klasifikasi Polimer Berdasarkan Kegunaannya


1. Polimer Komersial
Polimer komersial adalah polimer yang disintesis dengan biaya
murah dan diproduksi secara besar-besaran. Polimer ini dihasilkan di
negara berkembang, harganya murah dan banyak dipakai dalam
kehidupan sehari hari. Polimer komersial pada prinsipnya terdiri dari 4
jenis polimer utama yaitu: Polietilena, Polipropilena, Poli(vinil
klorida), dan Polisterena. Kegunaan sehari-hari dari polimer ini
ditunjukkan pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 2.2. Contoh dan kegunaan polimer komersial


Polimer komersial Kegunaan atau manfaat
Polietilena massa jenis Lapisan pengemas, isolasi kawat, dan kabel,
rendah(LDPE) barang mainan, botol yang lentur, bahan
pelapis
Polietilena massa jenis Botol, drum, pipa, saluran, lembaran, film,
rendah(HDPE) isolasi kawat dan kabel
Polipropilena (PP) Tali, anyaman, karpet, film
Poli(vinil klorida) Bahan bangunan, pipa tegar, bahan untuk
(PVC) lantaui, isolasi kawat dan kabel
Polistirena (PS) Bahan pengemas (busa), perabotan rumah,

5
barang mainan

2. Polimer Teknik

Polimer ini sebagian dihasilkan di negara berkembang dan


sebagian lagi di negara maju. Polimer ini cukup mahal dan canggih
dengan sifat mekanik yang unggul dan daya tahan yang lebih baik.
Polimer ini banyak dipakai dalam bidang transportasi (mobil, truk,
kapal udara), bahan bangunan (pipa ledeng), barang-barang listrik dan
elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin-mesin industri dan barang-
barang konsumsi.
Contoh : Nylon, polikarbonat, polisulfon, poliester.

3. Polimer Fungsional
Polimer ini dihasilkan dan dikembangkan di negara maju dan
dibuat untuk tujuan khusus dengan produksinya dalam skala kecil.
Contoh : kevlar, nomex, textura, polimer penghantar arus dan foton,
polimer peka cahaya, membran, biopolimer.

c. Klasifikasi Polimer Berdasarkan Sifat Termalnya.

1. Termoplastik

Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak


tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan
menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat
terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai
bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk polimer
yang baru.
Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer
plastik. Jenis plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai
polimernya, melainkan dengan struktur molekul linear atau bercabang.
Bentuk struktur termoplastik sebagai berikut :

6
Gambar 2.3 Bentuk Struktur Termoplastik

Bentuk struktur bercabang termoplastik dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 2.4. Bentuk Struktur Bercabang Termoplastik


Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut :

- Berat molekul kecil

- Tidak tahan terhadap panas.

- Jika dipanaskan akan melunak.

- Jika didinginkan akan mengeras.

- Mudah untuk diregangkan.

- Fleksibel.

- Titik leleh rendah.

- Dapat dibentuk ulang (daur ulang).

- Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.

- Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

Contoh plastik termoplastik yaitu sebagai berikut :

 Polietilena (PE)

7
Contohnya : Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum, pipa
saluran isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
 Polivinilklorida (PVC)
Contohnya : Pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin
plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu, sarung tangan dan
botol detergen.
 Polipropena (PP)
Contohnya : Karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi
plastic, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus tekstil,
dan permadani.
 Polistirena
Contohnya : Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.

2. Termosetting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh.
Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat
permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila
polimer ini rusak atau pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki
lagi.
Polimer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah
dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku
dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka semakin
kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya,
maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai
polimer. Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut :

8
Gambar 2.5. Bentuk Struktur Ikatan Silang Polimer Termosetting

d. Klasifikasi Polimer Berdasarkan Strukturnya


Berdasarkan strukturnya polimer dibedakan atas :
1. Polimer Linear
Polimer linear terdiri dari rantai panjang atom-atom skeletal yang
dapat mengikat gugus substituen. Polimer ini biasanya dapat larut dalam
beberapa pelarut, dan dalam keadaan padat pada temperatur normal.
Polimer ini terdapat sebagai elastomer, bahan yang fleksibel (lentur) atau
termoplastik seperti gelas). Contoh dari rantai utama polimer linear ini
adalah :

Gambar 2.6. Struktur Polimer Linear

2. Polimer Bercabang

Polimer bercabang yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit


ulang membentuk cabang pada rantai utama. Polimer bercabang dapat
divisualisasi sebagai polimer linear dengan percabangan pada struktur
dasar yang sama sebagai rantai utama. Struktur polimer bercabang
diilustrasikan sebagai berikut.

Gambar 2.7. Struktur Polimer Bercabang

9
3. Polimer Berikatan Silang (Cross-Linking)
Polimer berikatan silang adalah polimer yang terbentuk karena
beberapa rantai polimer yang saling berikatan satu sama lain pada rantai
utamanya. Makin besar persen sambung-silang (cross-links) maka makin
kecil jumlah penggembungannya (swelling). Jika derajat sambung-silang
cukup tinggi, polimer dapat menjadi kaku, titik leleh tinggi, padat yang tak
dapat digembungkan, misalnya intan (diamond). Berikut adalah contoh
struktur dari struktur polimer berikatan silang.

Gambar 2.8. Struktur Polimer Berikatan Silang


Jika sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka akan
terbentuk sambung silang tiga dimensi yang disebut polimer jaringan. Ada
kalanya pembentukan sambungan silang dilakukan dengan sengaja
melaluli proses industri untuk mengubah sifat polimer, sebagaimana
terjadi pada proses vulkanisasi karet. Banyak sistem polimer sifatnya
sangat ditentukan oleh pembentukan jaringan tiga dimensi, seperti
misalnya bakelit yang merupakan damar mengeras – bahang fenol –
metanal.

e. Berdasarkan Jenis Monomer


Berdasarkan jenis monomernya, polimer dibedakan atas homopolimer dan
kopolimer. Homopolimer terbentuk dari sejenis monomer, sedangkan kopolimer
terbentuk lebih dari sejenis monomer. Uraian berikut menjelaskan perbedaan dua
golongan polimer tersebut.
a. Homopolimer
Homopolimer merupakan polimer yang terdiri dari satu macam monomer,
dengan struktur polimer . – A – A – A – A – A – A –.

10
Salah satu contoh pembentukan homopolimer dari polivinil klorida adalah
sebagai berikut.

b. Kopolimer
Kopolimer adalah polimer yang tersusun dari dua macam atau lebih
monomer. Contoh: polimer SBS (polimer stirena-butadiena-stirena).

Gambar 2.9. Polimer SBS

Jenis-jenis kopolimer :
 Kopolimer acak
Kopolimer acak yaitu kopolimer yang mempunyai sejumlah satuan
berulang yang berbeda tersusun secara acak dalam rantai polimer.
Strukturnya: . . . – A – B – A – A – B – B – A – A –. . . .
 Kopolimer bergatian

11
Kopolimer bergantian yaitu kopolimer yang mempunyai beberapa
kesatuan ulang yang berbeda berselang-seling adanya dalam rantai polimer.
Strukturnya:. . . – A – B – A – B – A – B – A – B – . . .
 Kopolimer balok (blok)
Kopolimer blok yaitu kopolimer yang mempunyai suatu kesatuan
berulang berselang-seling dengan kesatuan berulang lainnya dalam rantai
polimer. Strukturnya: . . . – A – A – A – A – B – B – B – B – A – A – A – A
–. . .
 Kopolimer tempel/grafit
Kopolimer tempel yaitu kopolimer yang mempunyai satu macam
kesatuan berulang menempel pada polimer tulang punggung lurus yang
mengandung hanya satu macam kesatuan berulang dari satu jenis monomer.
Struktur dari kopolimer tempel adalah :

2.2. Tata Nama Polimer

a. Tata Nama Nomenklatur

Jumlah yang sangat besar dari struktur polimer menuntut adanya sistem
tata nama yang masuk akal. Berikut ini adalah aturan pemberian nama polimer
vinil yang didasarkan atas nama monomer (nama sumber atau umum), taktisitas
dan isomer :
Nama monomer satu kata :
Ditandai dengan melekatkan awalan poli pada nama monomer
Contoh :
Polistirena CH2 CH

12
polietilena CH2CH2

Politetrafluoroetilena
CF2CF2
(teflon, merk dari du Pont)
Nama monomer lebih dari satu kata atau didahului sebuah huruf atau angka
Nama monomer diletakkan dalam kurung diawali poli
Contoh :
Poli(asam akrilat) CH2CH

CO2H

Poli(-metil stirena)
CH3

CH2C

CH2CH
Poli(1-pentena)
CH2CH2CH3

Untuk taktisitas polimer


- diawali huruf i untuk isotaktik atau s (sindiotaktik) sebelum poli
Contoh : i-polistirena (polimer polistirena dengan taktisitas isotaktik)

Untuk isomer struktural dan geometrik


- Ditunjukkan dengan menggunakan awalan cis atau trans dan 1,2- atau
1,4- sebelum poli
Contoh : trans-1,4-poli(1,3-butadiena)

13
b. Tata Nama IUPAC
IUPAC merekomendasikan nama polimer diturunkan dari struktur unit
dasar, atau unit ulang konstitusi (CRU singkatan dari constitutional repeating unit)
melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pengidentifikasian unit struktural terkecil (CRU)
2. Sub unit CRU ditetapkan prioritasnya berdasarkan titik pengikatan dan
ditulis prioritasnya menurun dari kiri ke kanan (lihat penulisan nama
polistirena)

CH CH2

3. Substituen-substituen diberi nomor dari kiri ke kanan


4. Nama CRU diletakkan dalam kurung biasa (atau kurung siku dan
kurung biasa kalau perlu), dan diawali dengan poli

Tabel 2.3. Contoh pemberian beberapa nama polimer menurut sumber


monomernya dan IUPAC
Nama Sumber Nama IUPAC
Polietilena Poli(metilena)
Politetrafluoroetilena Poli(difluorometilena)
Polistirena Poli(1-feniletilena)
Poli(asam akrilat) Poli(1-karboksilatoetilena)
Poli(-metilstirena) Poli(1-metil-1-feniletilena)
Poli(1-pentena) Poli[1-(1-propil)etilena]

Untuk tata nama polimer non vinil seperti polimer kondensasi umumnya
lebih rumit dari pada polimer vinil. Polimer polimer ini biasanya dinamai sesuai
dengan monomer mula-mula atau gugus fungsional dari unit ulangan.

14
Contoh : nylon, umumnya disebut nylon-6,6 (66 atau 6/6), lebih deskriptif
disebut poli (heksametilen adipamida) yang menunjukkan poliamidasi
heksametilendiamin (disebut juga 1,6-heksan diamin) dengan asam adipat. Lihat
reaksi berikut.
n HO - C - (CH2)4 - C - OH + n H2N - (CH2)6 - NH2
asam adipat heksametilediamin

O O

C - (CH2)4 - C - NH - (CH2)6 - NH
n
nylon-6,6

Mengikuti rekomendasi IUPAC, kopolimer (polimer yang diturunkan dari


lebih satu jenis monomer) dinamai dengan cara menggabungkan istilah konektif
yang ditulis miring antara nama nama monomer yang dimasukkan dalam kurung
atau antara dua atau lebih nama polimer. Istilah konektif menandai jenis
kopolimer sebagaimana enam kelas kopolimer yang ditunjukkan dalam tabel 1.4
berikut
Tabel 2.4. Berbagai jenis kopolimer
Jenis kopolimer Konektif Contoh
Tak dikhususkan -co- Poli[stirena-co-(metil metakrilat)]
Statistik -stat- Poli(stirena-stat-butadiena)
Random/acak -ran- Poli[etilen-ran-(vinil asetat)]
Alternating (bergantian) -alt- Poli(stirena-alt-(maleat
anhidrida)]
Blok -blok- Polistirena-blok-polibutadiena
Graft (cangkok/tempel) -graft- Polibutadiena-graft-polistirena

2.3. Sifat-Sifat Polimer


Secara umum sifat-sifat dari bahan polimer adalah :
1. Pencetakan yang mudah. Pada temperature relative rendah, bahan
dapat dicetak dengan penyuntikan, penekanan, ekstrusi, dan seterusnya
yang menyebabkan ongkos pembuatan lebih rendah daripada untuk
logam dan keramik.

15
2. Sifat produk yang ringan dan kuat. Berat jenis polimer rendah
dibandingkan dengan logam dan keramik, yaitu berkisar 1,0 – 1,7 ;
yang memungkinkan membuat produk yang ringan dan kuat.
3. Kurang tahan terhadap panas. Hal ini sangat berbeda dengan logam
dan keramik, karena ketahanan panas bahan polimer tidak sekuat
logam dan keramik pada penggunaannya harus cukup diperhatikan.
4. Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat tergantung pada
cara pembuatannya. Dengan mencampur zat pemplatis, pengisi, dan
sebagainya. Sifat – sifat dapat berubah dalam daerah yang luas.
Misalnya plastic diperkuat serat gelas (FRP = Fiberglass Reinforced
Plastics)
5. Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan zat kimia. Pemilihan
bahan yang baik akan menghasilkan produk yang mempunyai sifat-
sifat baik sekali.
6. Banyak diantara polimer isolasi listrik yang baik. Polimer mungkin
juga dibuat konduktor dengan cara mencampurnya dengan serbuk
logam, butiran karbon dan lainnya.
7. Umumnya bahan polimer lebih murah.
8. Kekerasan permukaan yang sangat kurang. Bahan polimer yang keras
ada, tetapi masih jauh dibawah kekerasan logam dan keramik.
9. Kurang tahan terhadap pelarut. Umumnya larut dalam zat pelarut
tertentu kecuali beberapa bahan khusus. Jika tidak dapat larut, mudah
retak karena kontak yang terus menerus dengan pelarut dan disertai
adanya tegangan.
10. Mudah termuati listrik secara elektrostatik, kecuali bahan yang khusus
dibuat agar menjadi hantaran listrik.
11. Beberapa bahan tahan terhadap abrasi, atau mempunyai koefisien
gesek kecil.

Berdasarkan sifat-sifat dari bahan polimer diatas, maka sifat dari polimer
tersebut adalah :

16
1. Termoplas
Termoplas bersifat lunak jika dipanaskan dan dapat dicetak
kembali menjadi bentuk lain. Hal ini dikarenakan termoplas memiliki
banyak rantai panjang yang terikat oleh gaya antar molekul yang lemah.
Contoh polimer yang memiliki sifat termoplas adalah PVC, polietena,
nilon 6,6 dan polistirena.

2. Termoset
Termoset mempunyai bentuk permanen dan tidak menjadi lunak
jika dipanaskan. Penyebabnya adalah thermoset memiliki banyak ikatan
kovalen yang sangat kuat diantara rantai-rantainya. Ikatan kovalen akan
terputus serta terbakar jika dilakukan pemanasan yang tinggi. Polimer
yang mempunyai sifat thermoset adalah bakelit.
3. Elastomer
Elastomer merupakan polimer yang elastic atau dapat mulur jika
ditarik, tetapi kembali ke awal jika gaya tarik ditiadakan. Penyebanya
adalah tumpang tindih antara polimer yang memungkinkan rantai-rantai
ditarik dan ikatan silang yang akan menarik kembali rantai-rantai tersebut
ke susunan tumpang tindihnya. Contoh elastomer adalah karet sintetis
SBR.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sifat-sifat polimer tersebut,
yaitu:
1. Panjang rantai / jumlah monomer
Kekuatan polimer akan bertambah dengan semakin panjangnya
rantai/jumlah monomer karena terdapat semakin banyak gaya antar molekul
antara rantai-rantai penyusunnya.
2. Susunan rantai satu dengan lainnya
Susunan rantai satu terhadap lainnya dapat bersifat teratur membentuk
daerah kristalin dan acak membentuk daerah amorf. Polimer yang membentuk
daerah kristalin akan lebih kuat karena rantai-rantainya tersusun rapat, meski

17
kurang fleksibel. Sedangkan polimer yang membentuk daerah amorf akan bersifat
lemah dan lunak.
3. Tingkat percabangan pada rantai
Ketidakteraturan rantai-rantai polimer disebabkan oleh banyak cabang
sehingga akan mengurangi kerapatan dan kekerasan polimer itu sendiri, namun
akan menaikkan fleksibilitasnya. Terdapat dua contoh polimer yang dibedakan
berdasarkan fleksibilitasnya yaitu LDPE (low density polyethene) dan HDPE
(high density polyethene). Sesuai dengan namanya LDPE lebih fleksibel tapi
kurang tahan panas dengan titik didih 105oC, sendangkan HDPE lebih kaku, tetapi
kuat dan tahan panas pada kisaran suhu 135oC.
4. Gugus fungsi pada monomer
Adanya gugus fungsi polar seperti hidroksida – OH dan amina – NH 2 pada
monomer dalam polimer akan mengakibatkan terbentuknya ikatan hydrogen.
Akibatnya, kekuatan gaya antar molekul polimer meningkat dan akan menaikkan
kekerasan polimer.
5. Ikatan silang (cross linking) antar rantai polimer
Termoplas tidak memiliki cross linking, hanya gaya antar molekul yang
lemah sehingga bersifat lunak. Sebaliknya termoset memiliki cross linking yang
kuat berupa ikatan kovalen sehingga bersifat keras dan sulit meleleh. Sementara
itu sifat elestomer dipengaruhi selain oleh tumpang tindih rantai, juga cross
linking yang lebih sedikit disbanding termoset.
6. Penambahan zat aditif
Sangat sedikit polimer yang digunakan dalam bentuk murninya,
kebanyakan ditambah zat aditif untuk memperbaiki atau memperoleh sifat yang
diinginkan. Zat plastis (plasticizer) yang digunakan untuk melunakkan polimer
pada jenis polimer termoset; zat pengisi/penguat untuk menaikkan kekuatan
polimer; stabilitator untuk menaikkan ketahanan terhadap dekomposisi oleh
panas, sinar UV, dan oksidator; pigmen untuk pewarnaan; dan penghambat nyala
api yang digunakan untuk mengurangi sifat mudah terbakar dan materi.

2.3.1. Sifat-sifat Mekanik Polimer

18
a. Kekuatan ( Strength)
Kekuatan merupakan salah satu sifat mekanik dari polimer. Ada beberapa
macam kekuatan dalam polimer, diantaranya yaitu sebagai berikut:
 Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkan suatu
sampel. Kekuatan tarik penting untuk polymer yang akan ditarik, contohnya fiber,
harus mempunyai kekuatan tarik yang baik.
 Compressive strength
Compressive strength adalah ketahanan terhadap tekanan. Beton
merupakan contoh material yang memiliki kekuatan tekan yang bagus. Segala
sesuatu yang harus menahan berat dari bawah harus mempunyai kekuatan tekan
yang bagus.
 Flexural strength
Flexural adalah ketahanan pada bending (flexing). Polimer mempunyai
flexural strength jika dia kuat saat dibengkokkan.
 Impact strength
Impact strength adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara tiba-
tiba. Polimer mempunyai kekuatan impak jika dia kuat saat dipukul dengan keras
secara tiba-tiba seperti dengan palu.

b. Elongation
Semua jenis kekuatan memberitahu kita berapa tegangan yang dibutuhkan
untuk mematahkan sesuatu, tetapi tidak memberitahu kita tentang apa yang terjadi
pada sampel kita saat kita mencoba untuk mematahkannya, itulah kenapa kita
mempelajari elongation dari polimer. Elongasi merupakan salah satu jenis
deformasi. Deformasi merupakan perubahan ukuran yang terjadi saat material di
beri gaya. % Elongasi adalah panjang polimer setelah di beri gaya (L) dibagi
dengan panjang sampel sebelum diberi gaya (Lo) kemudian dikalikan 100.
Elongation-to-break (ultimate elongation) adalah regangan pada sampel pada saat
sampel patah.

19
c. Modulus
Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan elongasi.
Satuan modulus sama dengan satuan kekuatan (N/cm2).

d. Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang dapat diserap
oleh suatu material sebelum material tersebut patah.
e. Stabilitas Panas
Stabilitas panas merupakan fungsi dari energi ikatan. Ketika suhu naik ke
titik di mana energi getaran menimbulkan putusnya ikatan, polimer tersebut akan
terurai. Dalam kasus unit-unit ulang siklik putusnya satu ikatan dalam suatu cincin
tidak menghasilkan penurunan berat molekul. Dengan demikian, polimer-polimer
tangga atau semitangga diharapkan memiliki stabilitas panas yang lebih tinggi
dari pada polimer-polimer dengan rantai terbuka.
Berbagai jenis polimer-polimer aromatik dan organometalik yang stabil
panas telah dikembangkan. Karena struktur rangkanya yang kaku, polimer-
polimer aromatik secara karakteristik memperlihatkan suhu-suhu transisi gelas
yang sangat tinggi, viskositas leburan yang sangat tinggi, dan kelarutan rendah.
Sehingga lebih menyulitkan dari pada sebagian besar jenis polimer lainnya.
Adapun pendekatan-pendekatan yang dikembangkan untuk berbagai jenis polimer
memiliki stabil panas yang tinggi antara lain :

1. Untuk mengintrodus variasi-variasi struktur yang memungkinkan lebih


baiknya kemampuan proses Inkorporasi gugus-gugus “fleksibilatir” seperti
eter atau sulfon ke dalam rangka polimer. Meskipun aksi-aksi ini sering
menghasilkan lebih besarnya kelarutan dan lebih rendahnya viskositas,
stabilitas panas biasanya akan berkurang.
2. Untuk mengintrodusir gugus-gugus aromatik siklik yang terletak tegak
lururs terhadap rangka aromatik datar, sebagaimana dalam
polibenzimidazola. Struktur-struktur demikian yang dinyatakan sebagai

20
polimer cardo, yaitu memperlihatkan kelarutan yang lebih baik tanpa
mengorbankan sifat-sifat termalnya.

3. Pendekatan ketiga yaitu paling produktif adalah sintesis oligomer dan


prapolimer aromatic yang ditutupi dengan gugus –gugus ujung reaktif.
Oligomer-oligomer yang tertutup gugus ujung tersebut melebur pada suhu
yang relative rendah dan dapat larut dalam berbagai polimer.

f. Daya Nyala dan Ketahanan Nyala


Polimer-polimer sintetik makin dipakai dalam transportasi dan konstruksi,
banyak usaha telah ddilakukan untuk mengembangkan polimer-polimer tak dapat
nyala. Usaha-usaha ini bertujuan untuk pengurangan gas-gas berasap dan beracun
yang terbentuk selama pembakaran dan pengembangan serat-serat yang tidak
dapat nyala.
Beberapa polimer pada dasarnya tidak dapat nyala, misalnya poli(vonil
klorida) dan polimer-polimer yang memiliki kandungan halogen tinggi. Namun,
leinnya seperti polikarbonat dan poliuretana, akan terbakar sepanjang sumber
nyala tettap hidup, tetapi pembakaran terhenti ketika sumber nyala dimatikan.
Polimer-polimer ini disebut pemadam sendiri.
Pembakaran terjadi dalam serangkaian tahap-tahap, yaitu “Sumber panas
luar menaikkan suhu polimer tersebut ke suatu suhu dimana polimer itu mulai
terurai dan melepaskan gas-gas yang mudah terbakar. Gas-gas yang mudah
terbakar tersebut berupa monomer yang terjadinya disebabkan depolimerisasi
rantai polimer yang diinduksi panas”
Dalam memperbaiki ketahanan nyala bahan polimer terdapat 3 strategi,
yaitu:
1. Menahan proses pembakaran dalam fase uap.
2. Menimbulkan pembentukan ‘arang’ dalam daerah pirolisis.

3. Menambah bahan-bahan yang terurai baik untuik memberikan gas-gas tak


dapat nyala atau secara endotermik untuk mendinginkan zona pirolisis.

21
2.3.2. Sifat Termal Polimer
Sifat khas bahan polimer sangat berubah oleh perubahan temperatur. Hal
ini disebabkan apabila temperatur berubah, pergerakan molekul karena termal
akan mengubah struktur (terutama struktur yang berdimensi besar). Selanjutnya,
karena panas, oksigen dan air bersama-sama memancing reaksi kimia pada
molekul, terjadilah depolimerisasi, oksidasi, hidrolisa dan seterusnya, yang lebih
hebat terjadi pada temperatur tinggi. Keadaan tersebut jelas akan mempengaruhi
sifat-sifat mekanik, listrik, dan kimia. Pada bagian ini, dalam daerah terbatas dari
sifat-sifat termalnya akan dibahas mengenai hantaran termal, kapasitas termal dan
panas jenis, koefisien pemuaian sebagai akibat dari pergerakan molekul oleh
panas dan temperatur transisi gelas (Tg) yang berupa indeks penting bahan, titik
cair lunak (Tm) dan ketahanan panas.
1. Koefisien Pemuaian Termal
Koefisien pemuaian panjang karena panas sederhana apabila bahan
bersifat isotropi, tapi apabila struktur bahan berbeda di setiap arah maka
diperlukan suatu pertimbangan khusus. Jadi pada setiap pembahasan koefisien
panjang perlu diingat bahwa film dan serat sering terjadi penyusutan karena
panas, karena apabila temperatur naik, cara pengumpulan molekul berubah oleh
pergerakan termal dan molekul.
Tabel berikut menunjukkan koefisien pemuaian panjang bahan polimer
yang berubah karena keadaan. Polietilen bercabang dengan kristalitas rendah
mempunyai koefisien lebih besar. Pada kopolimer, harga tersebut berubah
tergantung pada perbandingan kopolimerisasi dan banyaknya zat pemlastis yang
dibutuhkan. Pada nilon berkristal, jika kristalnya besar, harga koefisien muainya

kira-kira 6 x 10 1-5
/oC, jika kristalnya kecil menjadi kira-kira 10 x 10 / C yang
1-5 o

lebih besar dari pada koefisien muai untuk logam dan keramik.
Tabel 2.5. Koefisien Pemuaian Panjang Polimer
Polimer Koefisien pemuaian panjang/oC
x 10 1-5
Polietilen (masa jenis rendah) 16-18

22
Polietilen (masa jenis medium) 14-16
Polietilen (masa jenis tinggi) 11-13
Polipropilen 6-10
Polistirene 6-8
ABS (tahan impak) 9-10
ABS (tahan panas) 6-8
Polivinil Klorida 5-18
Polivinil Klorid (dengan pemlatis) 7-25
2. Panas Jenis
Panas Jenis bahan polimer kira-kira 0,25-0,55 cal/g/oC yang lebih besar
dibandingkan dengan bahan logam, juga lebih besar dibandingkan dengan
keramik. Hal ini disebabkan karena panas jenis adalah panas yang diperlukan
untuk pergerakan termal dari molekul-molekul dalam strukturnya, sedangkan
energi kinetik termal molekul lebih besar dari energi relaksasinya kisi kristal.
Tabel berikut menunjukkan panas jenis beberapa bahan polimer. Perbedaan pada
harga panas jenis tergantung pada perbedaan komposisi.
Tabel 2.6. Panas Jenis Bahan Polimer
Polimer Panas Jenis (cal/oC)
Polietilen 0.55
Polipropilen 0.46
Polistiren 0.32
ABS 0.3-0.4
Polivinil Klorida 0.2-0.3
Polikarbonat 0.3
Poliamid 0.4
Polimetil Metalkrilat 0.35
Politetrafluoroetilen 0.25
Poliasetal 0.35

3. Koefisien Hantaran Termal


Koefisien hantaran termal adalah harga yang terpenting bagi bahan
polimer sehubungan dengan panas pencetakan dan penggunaan produknya.
Mekanisme penghantar panas pada bahan polimer juga merupakan akibat
propagasi panas dari pergerakan molekul. Koefisien hantaran termal berubah
karena gelembung-gelembung di dalam busa berhubungan atau bebas satu sama
lain, macam gas dalam gelembung, ukuran gelembung, fraksi volume, dan
seterusnya.

23
4. Titik Tahan Panas
Jika temperatur bahan polimer naik, pergerakan molekul menjadi aktif ke
titik transisi yang menyebabkan modulus elastik dan kekerasannya rendah,
sedangkan tegangan patahnya lebih kecil dan perpanjangannya lebih besar.
Bersamaan dengan itu, sifat listrik, ketahanan volume dan tegangan putus
dielektrik menjadi lebih kecil dan pada umumnya konstanta dielektrik menjadi
besar. Berikut ini adalah tabel ketahanan panas polimer.
Tabel 2.7. Ketahanan Panas Polimer
Polimer Ketahanan panas (oC)
Polietilen (masa jenis rendah) 80-100
Polietilen (masa jenis medium) 105-120
Polistiren 66-75
Polivinil klorida 66-75
Resin fenol 150
Resin melamin 160
Resin urea 90
Polietilen (masa jenis tinggi) 120
Polipropilen 120
Polikarbonat 120
Poliamid 80
Polisulfan 100

2.3.3. Konsep Strain dan Stress


Sifat mekanik polimer ditandai dengan menggunakan parameter yang
sama dengan logam, yaitu modulus elastisitas yield dan tensile strength.
Kebanyakan material polimer diuji dengan tes sederhana untuk mengetahui
karakteristik stress-strain untuk beberapa parameter yang sama. Sifat mekanik
polimer sebagian besar memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap deformasi (laju
strain), suhu, dan sifat alami lingkungan (kesediaan unsur air oksigen dan pelarut
organik). Beberapa modifikasi untuk pengujian dan spesimen yang biasa
digunakan untuk logam juga digunakan untuk polimer khususnya untuk material
yang memiliki elastisitas tinggi seperti karet.
Ada tiga jenis stress–strain yang biasa ditemukan pada polimer, seperti

24
ditampilkan pada gambar di atas. Kurva A mengilustrasikan karakteristik stress-
strain untuk polimer rapuh. Kurva B mengilustrasikan karakteristik stress–strain
untuk plastik. Kurva C mengilustrasikan karakteristik stress-strain untuk material
karet. Modulus elastisitas (tensile modulus) dan persen elongasi ditentukan oleh
kesamaan sifat antara polimer dan logam.
Untuk polimer plastik, titik yield diambil dari nilai maksimal kurva yang
terjadi diluar wilayah linear elastis. Stress pada nilai maksimal ini disebut dengan
yield strength (σy). Selain itu tensile strain (TS) menerangkan tegangan yang
terjadi di fraktura. Tensile stress nilainya mungkin lebih besar atau lebih kecil
dari σy. Strength untuk polimer plastik biasanya diambil dari nilai tensile stress.

Gambar 2.10. Kurva sistematik stress–strain untuk polimer plastik

Sifat mesin polimer secara umum lebih sensitif terhadap perubahan suhu.
Penambahan suhu mengakibatkan penurunan elastisitas, pengurangan tegangan
tensile stress dan peningkatan ductility pada 4oC, material sangat rapuh ketika
memperhatikan defomasi plastik pada suhu 50-60oC. Pengaruh deformasi pada
sifat mekanik sangat penting. Umumnya, pengurangan deformasi memiliki
pengaruh yang sama dengan sifat stress–strain seiring penambahan suhu dimana
material akan menjadi lebih lunak dan dapat dibentuk.

2.4. Reaksi Pembentukan Polimer

25
Polimerisasi merupakan suatu jenis reaksi kimia dimana monomer-
monomer bereaksi untuk membentuk rantai yang besar. Dua jenis utama dari
reaksi polimerisasi adalah polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Jenis
reaksi yang monomernya mengalami perubahan reaksi tergantung pada
strukturnya. Suatu polimer adisi memiliki atom yang sama seperti monomer
dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi mengandung atom-atom
yang lebih sedikit karena terbentuknya produk sampingan selama berlangsungnya
proses polimerisasi.
a) Polimerisasi Adisi
Polimerisasi adisi adalah polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi
disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari monomer
monomernya yang membentuk ikatan tunggal.

Gambar 2.11. Reaksi Adisi Polimer Polietilen


Monomer etilena mengalami reaksi adisi membentuk polietilena yang
digunakan sebagai tas plastik, pembungkus makanan, dan botol. Pasangan
elektron ekstra dari ikatan rangkap dua pada tiap monomer etilena digunakan
untuk membentuk suatu ikatan baru menjadi monomer yang lain. Dalam reaksi
polimerisasi adisi, umumnya melibatkan reaksi rantai. Mekanisme polimerisasi
adisi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

Sebagai contoh mekanisme polimerisasi adisi dari pembentukan polietilena

26
a) Inisiasi, untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan
adisi molekul monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila
kita nyatakan radikal bebas yang terbentuk dari inisiator sebagai R’, dan
molekul monomer dinyatakan dengan CH2 = CH2, maka tahap inisiasi
dapat digambarkan sebagai berikut:

b) Propagasi, dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada
radikal monomer yang terbentuk dalam tahap inisiasi.

Bila proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang


besar, dimana ikatan rangkap C= C dalam monomer etilena akan berubah
menjadi ikatan tunggal C – C pada polimer polietilena.

c) Terminasi, dapat terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang


sedang tumbuh dengan radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator
(R’) CH2 – CH2 + R CH2 – CH2 – R atau antara radikal
polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer lainnya, sehingga
akan membentuk polimer dengan berat molekul tinggi
R–(CH2)n–CH2° + °CH2–(CH2)n–R’ R–(CH2)n–CH2CH2
(CH2)n–R’.
Beberapa contoh polimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi dan
reaksinya antara lain.
a. Polivinil klorida

27
n CH2 = CHCl [ - CH2 – CHCl – CH2 – CHCl – ]n
Vinil klorida polivinil klorida
b. Poliakrilonitril
n CH2 = CHCN [ - CH2 – CHCN – ]
c. Polistirena

d. Teflon

b) Polimer Kondensasi
Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer
yang sama atau monomer yang berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-
kadang disertai dengan terbentuknya molekul kecil seperti H 2O, NH3, atau HCl.
Di dalam jenis reaksi polimerisasi yang kedua ini, monomer monomer bereaksi
secara adisi untuk membentuk rantai.
Namun demikian, setiap ikatan baru yang dibentuk akan bersamaan
dengan dihasilkannya suatu molekul kecil – biasanya air – dari atom-atom
monomer. Pada reaksi semacam ini, tiap monomer harus mempunyai dua gugus
fungsional sehingga dapat menambahkan pada tiap ujung ke unit lainnya dari
rantai tersebut. Jenis reaksi polimerisasi ini disebut reaksi kondensasi.
Dalam polimerisasi kondensasi, suatu atom hidrogen dari satu ujung
monomer bergabung dengan gugus–OH dari ujung monomer yang lainnya untuk
membentuk air. Salah satu contoh reaksi kondensasi adalah dalam pembuatan
nilon 6,6, yaitu sebagai berikut.

28
Kondensasi terhadap dua monomer yang berbeda yaitu 1,6 –
diaminoheksana dan asam adipat yang umum digunakan untuk membuat jenis
nylon. Nylon diberi nama menurut jumlah atom karbon pada setiap unit monomer.
Dalam gambar ini, ada enam atom karbon di setiap monomer, maka jenis nylon
ini disebut nylon 66.
Contoh lain dari reaksi polimerisasi kondensasi adalah bakelit yang
bersifat keras, dan dracon, yang digunakan sebagai serat pakaian dan karpet,
pendukung pada tape – audio dan tape – video, dan kantong plastik. Monomer
yang dapat mengalami reaksi polimerisasi secara kondensasi adalah monomer-
monomer yang mempunyai gugus fungsi, seperti gugus –OH; -COOH; dan NH3.
Contoh reaksi polimerisasi kondensasi :
1. Reaksi pembentukan urea formaldehid

2. Reaksi pembentukan dakron

29
2.5. Aplikasi Polimer
Polimer dibagi menjadi dua yaitu polimer alam dan polimer sintetis.
Berikut ini akan dijelaskan aplikasi dari kedua jenis polimer tersebut beserta
reaksinya.
Polimer Alam
Polimer alam adalah polimer yang terdapat di alam dan berasal dari
makhluk hidup. Beberapa polimer yang termasuk kedalam polimer alam adalah :
Tabel 2.8. Polimer Alam dan Sumbernya
Polimer Monomer Sumber
Amilum Glukosa Beras, gandum
Selulosa Glukosa Kayu
Glikogen Glukosa Jaringan otot dan
Protein Asam amino hati
Asam Nukleotida Wol, enzim
nukleat Isoprena DNA dan RNA
Karet alam Getah karet

1. Pati
Pati merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari monosakarida yang
berikatan melalui ikatan oksigen. Monomer dari pati adalah glukosa yang
berikatan dengan ikatan (1,4)-glikosidik, yaitu ikatan kimia yang
menggabungkan 2 molekul monosakarida yang berikatan kovalen terhadap
sesamanya.
Pati merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan suatu polimer senyawa
glukosa yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin.
Polimer linier dari D-glukosa membentuk amilosa dengan ikatan ()-1,4-
glukosa. Sedangkan polimer amilopektin adalah terbentuk dari ikatan ()-1,4-
glukosida dan membentuk cabang pada ikatan ()-1,6-glukosida.

Gambar 2. 12. Struktur Amilosa

30
Gambar 2.13. Struktur Amilopektin

Adapun di dalam industri pangan, pati dapat digunakan sebagai bahan


makanan dan flavor baik pati konvensional maupun termodifikasi. Khusus untuk
industri makanan, pati sangat penting untuk pembuatan makanan bayi, kue,
pudding, bahan pengental susu, permen jelly, dan pembuatan dekstrin. Pati
merupakan polimer glukosa, dimana glukosa merupakan substrat utama pada
proses fermentasi. Di dalam fermentasi pati akan dihasilkan berbagai macam
produk turunan, seperti asam-asam organik (asam sitrat dan asam laktat), asam
amino, antibiotik, alkohol dan enzim.
2. Karet Alam
Karet alam (polyisoprene) termasuk ke dalam elastomer yaitu bahan yang
dapat direnggangkan dan dapat kembali seperti bentuk semula. Selain karet alam,
terdapat beberapa bahan yang juga termasuk elastomer yaitu polybutadiene,
polyisobutylene dan polyurethanes, yang ketiganya merupakan polimer sintetis.
Elastomer memiliki potensi yang besar dalam dunia industri karena memiliki sifat
keliatan dan kelekatan yang tinggi, elatisitas tinggi, daya tarik yang kuat, daya
lengket yang baik dan daya pegas yang tinggi. Karena sifat-sifat tersebut
polyisoprene banyak dimanfaatkan untuk membuat sepatu boot tahan air, bola dan
peluru karet.
Molekul karet alam terbentuk melalui reaksi adisi monomer-monomer
isoprene secara teratur yang terikat secara “kepala ke ekor”, memiliki susunan

31
geometri 98% cis-1,4 dan 2% trans-1,4 dengan berat molekul berkisar antara 1-2
juta dan mengandung sekitar 15.000-20.000 ikatan tidak jenuh.

Gambar 2.14. Molekul Karet Alam Polisopropena


Karet alam dihasilkan dari tanaman karet Hevea brasiliensis. Tanaman
termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh
baik di dataran rendah hingga menengah (0-400 dpl) dengan curah hujan 1500-
2500 mm/tahun dan mampu hidup di lahan dengan keasaman tinggi (pH 4.0-4.5),
pada tanah bersolum dalam dan miskin hara. Untuk mendapatkan karet alam,
dilakukan penyadapan terhadap batang pohon tanaman karet hingga dihasilkan
getah kekuning-kuningan yang disebut dengan lateks.
Karet alam tersusun dari monomer-monomer isopropena atau 2 metil 1,3
butadiena. Berikut ini adalah reaksi polimerisasi dari monomer karet alam.

Karet alam bersifat lunak, lekat, dan mudah dioksidasi. Agar menjadilebih
keras dan stabil dilakukan vulkanisasi, yaitu karet alam dipanaskanpada suhu
150°C, dengan sejumlahkecil belerang. Dengan cara ini ikat-an rangkap pada karet
terbuka kemudian terjadi ikatan jembatan belerang di antara rantai molekul-nya.
Karet diekstraksi dari lateks (getah pohon karet), hasil vulkanisirnya digunakan
untuk ban kendaraan.

32
Ada beberapa jenis karet alam yang banyak digunakan, yaitu :
a. Bahan Olah Karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun
yang diperoleh dari pohon karet. Yang termasuk bahan olah karet adalah
lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar yang dibagi
berdasarkan pengolahannya.
b. Karet Konvensional
Jenis-jenis karet alam olahan yang tergolong karet konvensional
adalah Ribbed Smoked Sheet, White and Pale Crepe, Estate Brown Crepe,
Compo Crepe, Thin Brown Crepe Remills, Thick Blanket Crepes Ambers,
Flat Bark Crepe, Pure Smoked Blanket Crepe dan Off Crepe. Jenis karet
konvensional yang banyak diproduksi adalah Ribbed Smoked Sheet atau
disingkat RSS. Karet ini berupa lembaran sheet yang mendapatkan proses
pengasapan dengan baik. RSS ini memiliki beberapa macam antara lain
XRSS, RSS 1 hingga RSS 5.
c. Lateks Pekat
Lateks pekat berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau
padatan lainnya. Lateks pekat yang ada di pasaran dibuat dengan
pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses sentrifugasi. Lateks
pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis
dan bermutu tinggi.
d. Karet Bongkah (Block Rubber)

Karet bongkah merupakan karet remah yang telah dikeringkan dan


dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran tertentu. Karet bongkah
ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna
tersendiri. Masing masing negara memiliki standar mutu karet bongkah.

e. Karet Spesifikasi Teknis (Crumb Rubber)

Crumb rubber merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga


terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu berdasarkan pada sifat-sifat
teknis dimana warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan

33
golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak
berlaku. Crumb Rubber dibuat agar dapat bersaing dengan karet sintetis
yang biasanya menyertakan sifat teknis serta keistimewaan untuk jaminan
mutu tiap bandelanya. Crumb Rubber dipak dalam bongkah-bongkah
kecil, berat dan ukuran seragam, ada sertifikast uji laboratorium, dan
ditutup dengan lembaran plastik polythene.

f. Tyre Rubber
Tyre rubber merupakan barang setengah jadi dari karet alam
sehingga dapat langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan
ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre
rubber memiliki beberapa kelebihan dibandingkan karet konvensional.
Ban atau produk produk karet lain jika menggunakan tyre rubber
sebagai bahan bakunya memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan jika
menggunakan bahan baku karet konvensional. Selain itu jenis karet ini
memiliki daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan karet
sintetis.
g. Karet Reklim (Reclimed Rubber)
Karet reklim merupakan karet yang diolah kembali dari barang-
barang karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas. Karet reklim biasanya
digunakan sebagai bahan campuran, karena mudah mengambil bentuk
dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Pemakaian karet
reklim memungkinkan pengunyahan (mastication) dan pencampuran yang
lebih cepat.
Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan lebih tahan lama
dipakai. Kelemahan dari karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang
tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet daur ulang. Oleh
karena itu kerat reklim kurang baik digunakan untuk membuat ban.

3. Khitin dan Khitosan

34
a. Khitin
Khitin termasuk golongan polisakarida yang mempunyai berat molekul
tinggi dan merupakan melekul polimer berantai lurus dengan nama lain β-(1-4)-2-
asetamida-2-dioksi-D-glukosa (N-asetil-D-Glukosamin). Khitin memiliki struktur
yang hampir sama dengan selulosa dimana ikatan yang terjadi antara monomernya
terangkai dengan ikatan glikosida pada posisi β- (1-4).
Perbedaan khitin dengan selulosa adalah gugus hidroksil yang terikat pada
atom karbon yang kedua pada khitin diganti oleh gugus asetamida (NHCOCH 2)
sehingga khitin menjadi sebuah polimer berunit N-asetilglukosamin.
Khitin mempunyai rumus molekul C18H26N2O10. Khitin berbentuk kristal
putih, bersifat larut dalam asam-asam mineral seperti asam sulfat, asam nitrit,
asam fosfat, dan asam formiat anhidrida yang pekat, dan bersifat tidak larut dalam
air, asam organik encer, alkali encer dan pekat, alkohol dan pelarut organic
lainnya.

Gambar 2.15. Struktur Khitin


Aplikasi khitin :
 Khitin banyak digunakan sebagai bioaktivitas atau surfaktan.
 Dapat memacu pertumbuhan bakteri penghasil laktase yang biasa hidup di
dalam organ pencernaan bayi
 Sebagai sumber zat makanan khitin dapat menurunkan kadar kolesterol
 Dapat dimanfaatkan untuk menangani cemaran logam beracun dan zat
pewarna tekstil yang terakumulasi dalam perairan.
 Berpotensi sebagai bahan antibiotika dan benang operasi yang aman
 Dapat menyerap bahan berprotein yang terdapat dalam air limbah industry
pengolahan pangan

35
b. Khitosan
Khitosan merupakan produk terdeasetilasi dari kitin yang merupakan
biopolimer alami kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitosan merupakan
senyawa tidak larut dalam air, larutan basa kuat, sedikit larut dalam HCl clan
HNO3, 0,5% H3PO4 sedangkan dalam H2SO4 tidak larut. Kitosan juga tidak
larut dalam beberapa pelarut organik seperti alkohol, aseton, dometil formamida
dan dimetilsulfoksida tetapi kitosan larut baik dalam asam format berkosentrasi
(0,2 -100)% dalam air. Kitosan tidak beracun dan mudah terbiodegradasi. Berat
molekul kitosan adalah sekitar 1,2 X 10 , bergantung pada degradasi yang terjadi
5

selama proses destilasi.


Khitosan pada umumnya berbentuk serat dan merupakan kopolimer
berbentuk lembaran tipis, berwarna putih atau kuning dan tidak berbau. Ciri-ciri
khitosan bergantung pada sumber (asal) bahan baku, derajat deasetilasi (DD),
distribusi gugus asetil, gugus amino, panjang rantai dan distribusi bobot molekul.
Sifat-sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus-gugus amino dan hidroksil
yang terikat. Adanya gugus tersebut menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas
kimia yang tinggi dan penyumbang sifat polielektrolit kation, sehingga dapat
berperan sebagai amino pengganti (amino exchanger).
Aplikasi Khitosan
Khitosan memiliki sifat-sifat tertentu yang menguntungkan sehingga
banyak diaplikasikan di berbagai industri maupun bidang kesehatan Khitosan
memiliki kemampuan mengikat logam yang baik (lebih efektif dibandingkan
selulosa). Pada industri, khitosan dimanfaatkan sebagai perekat pada berbagai
produk seperti alat-alat gelas, plastik, karet dan selulosa sehingga sering disebut
Speciality Adhesif Formulations. Selain itu khitosan dapat meningkatkan kekuatan
mekanik pada kertas, memperbaiki ikatan antara warna dengan makanan,
menghilangkan kelebihan penggunaan perekat dan dapat mencegah kelarutan
hasil dari kertas, pulp dan tektil.
Pada bidang biokimia, kitosan digunakan sebagai zat mempercepat dalam
penyembuhan luka. Sifat lainnya adalah dapat berfungsi sebagai zat koagulan
sehingga banyak dimanfaatkan untuk recovery senyawa-senyawa organik.

36
4. Selulosa
Selulosa mendominasi karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
hampir mencapai 50% karena selulosa merupakan bagian yang terpenting dari
dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulose ditemukan dalam tanaman yang dikenal
sebagai microfibril dengan diameter 2-20 nm dam panjang 100-40000 nm).
Selulosa adalah unsur struktural dan komponen utama dinding sel dari
pohon dan tanaman tinggi lainnya. Senyawa ini juga dijumpai dalam tumbuhan
rendah seperti paku, lumut, ganggang, dan jamur. Serat alami yang paling murni
ialah serat kapas, yang terdiri dari sekitar 98% selulosa. Struktur dari selulosa
digambarkan seperti berikut.

Gambar 2.16. Struktur Selulosa


Selulosa merupakan β-1,4 poli glukosa, dengan berat molekul sangat
besar. Unit ulangan dari polimer selulosa terikat melalui ikatan glikosida yang
mengakibatkan struktur selulosa linier. Keteraturan struktur tersebut juga
menimbulkan ikatan hidrogen secara intra dan intermolekul.
Beberapa molekul selulosa akan membentuk mikrofibril yang sebagian
berupa daerah teratur (kristalin) dan diselingi daerah amorf yang kurang teratur.
Beberapa mikrofibril membentuk fibril yang akhirnya menjadi serat selulosa.
Selulosa memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan
pelarut. Hal ini berkaitan dengan struktur serat dan kuatnya ikatan hidrogen.
Selulosa merupakan pembentuk struktur dinding sel tumbuhan. Selulosa
bersifat tidak dapat dicerna oleh manusia sehingga berfungsi sebagai sumber serat
yang membantu memperlancar defakasi. Bagi manusia, fungsi selulosa sebagai
serat banyak sekali keuntungannya, antara lain memperlancar buang air besar, dan
dapat menghindarkan dari berbagai penyakit seperti haemorrhoid (ambeyen),
divertikulosis, kanker pada usus besar, appendicitis, diabetes, penyakit jantung

37
koroner dan obesitas.
Penggunaan terbesar selulosa di dalam industri adalah berupa serat kayu
dalam industri kertas dan produk kertas dan karton. Pengunaan lainnya adalah
sebagai serat tekstil yang bersaing dengan serat sintetis. Untuk aplikasi lebih luas,
selulosa dapat diturunkan menjadi beberapa produk, antara lain Microcrystalline
Cellulose, Carboxymethyl cellulose, Methyl cellulose dan hydroxypropyl methyl
cellulose. Produk-produk tersebut dimanfaatkan antara lain sebagai bahan
antigumpal, emulsifier, stabilizer, dispersing agent, pengental, dan sebagai gelling
agent.
5. Protein
Protein merupakan senyawa organik komplek berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikataan
peptida. Protein ini merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh, karena
selain sebagai sumber energi, protein berfungsi juga sebagai zat pembangun tubuh
dan zat pengatur. Sebagai zat pembangun fungsi utama protein adalah membentuk
jaringan baru disamping memelihara jaringan yang telah ada.
Protein merupakan polimer asam amino. Asam amino merupakan senyawa
organik yang mengandung gugus amino (NH2) dan gugus karboksil (COOH).
Struktur dari protein dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.17. Struktur Protein


Struktur Protein
Struktur protein terdiri dari empat macam, yang ditentukan berdasarkan
konfigurasi asam aminonya. Gabungan dua buah asam amino dinamakan
dipeptida, tiga buah asam amino tripeptida sedangkan polipeptida merupakan
gabungan beberapa asam amino. Pada umumnya protein mengandung 100 asam

38
amino.
Struktur pertama protein adalah struktur primer yang terdiri dari asam
asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan
peptida. Struktur yang kedua adalah struktur sekunder. Pada struktur sekunder,
protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai samping asam
amino. Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi oleh ikatan hidrogen antar
rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan
hidrogennya. Struktur ketiga dinamakan struktur tersier. Struktur tersier
merupakan pengembangan struktur sekunder yang membentuk struktur tiga
dimensi, yaitu terjadi lipatan dan gulungan polipeptida. Struktur tersier protein ini
disebabkan oleh adanya interaksi rantai sisinya dan adanya ikatan sulfida. Adapun
struktur keempat (struktur kwaterner) merupakan interaksi intermolekul antar sub
unit protein.
6. Lignin
Lignin adalah suatu polimer yang komplek dengan bobot molekul tingi
yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Lignin termasuk ke dalam kelompok
bahan yang polimerisasinya merupakan polimerisasi cara ekor
(endwisepolymerization), yaitu pertumbuhan polimer terjadi karena satu monomer
bergabung dengan polimer yang sedang tumbuh. Polimer lignin merupakan
polimer bercabang dan membentuk struktur tiga dimensi.

39
Gambar 2.18. Struktur Lignin
Di alam keberadaan lignin pada kayu berkisar antara 25-30%, tergantung
pada jenis kayu atau faktor lain yang mempengaruhi perkembangan kayu. Pada
kayu, lignin umumnya terdapat di daerah lamela tengah dan berfungsi pengikat
antar sel serta menguatkan dinding sel kayu. Kulit kayu, biji, bagian serabut kasar,
batang dan daun mengandung lignin yang berupa substansi kompleks oleh adanya
lignin dan polisakarida yang lain.
Kadar lignin akan bertambah dengan bertambahnya umur tanaman. Lignin
bersifat tidak larut dalam kebanyakan pelarut organik. Lignin yang melindungi
selulosa bersifat tahan terhadap hidrolisa yang disebabkan oleh adanya ikatan alkil
dan ikatan eter. Pada suhu tinggi, lignin dapat mengalami perubahan struktur
dengan membentuk asam format, metanol, asam asetat, aseton, vanilin dan lain-
lain. Sedangkan bagian lainnya mengalami kondensasi.

Polimer Buatan
Polimer buatan atau polimer sintetis adalah polimer hasil sintesis senyawa-
senyawa organik dimana molekul-molekulnya berupa monomer-monomer, yang
bergabung membentuk rantai panjang melalui ikatan kovalen. Reaksi
pembentukan polimer ini disebut reaksi polimerisasi. Reaksi polimerisasi
merupakan reaksi berantai dari monomer-monomer di mana monomernya paling
sedikit harus mempunyai sebuah ikatan rangkap dua. Berikut adalah beberapa

40
polimer buatan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari beserta
reaksi pembentukannya.
1. Karet Sintetis
Karet sintetis atau SBR ( Styrena Butadiena Rubber) tersusun dari
monomer stirena dan butadiene. SBR adalah karet sintetis yang banyak
diproduksi untuk ban kendaraan bermotor. Berikut adalah reaksi
pembuatan SBR.

Polimer butadiena-stirena disebut juga dengan Buna atau nama


dagangnya SBR (Styrena-butadiena rubber). Ada dua jenis buna, yaitu
Buna-N dan Buna-S. Tidak seperti polimer lain yang monomernya 1:1,
pada Buna-N perbandingan antara 1,3 Butadiena dan Strirena adalah 3:1,
sedangkan Buna-S perbandingan antara 1,3 butadiena dan stirena adalah
7:3. Polimer tersebut merupakan karet sintetis yang kuat dan hampir
menyamai karet alam karena resisten oksidasi dan abrasi dibandingkan
karet alam, SBR mengandung ikatan rangkap dan dapat di cross-linkedkan
dengan sulfur dengan proses vulkanisasi. Buna banyak digunakan sebagai
ban mobil.
SBR dapat dilakukan proses vulkanisasi, sehingga jika karet
sintetis divulkanisasi ini diregangkan, maka ada jembatan belerang
menahan rantai-rantai polimer sehingga tidak mudah putus. Karet sintetis
tersebut kan kembali pada bentuk semula setelah meregang. Contoh karet
sintetis lain adalah neopropene dan karet nitril
Neopropena tersusun dari monomer monomer 2 kloro,1,3
butadiena.

41
Sifat dan kegunaan neopropena adalah tahan terhadap bensin, minyak
tanah, dan lemak. Sehingga digunakan untuk membuat selang karet,
sarung tangan, tapak sepatu, dan sebagainya.
Karet nitril tersusun dari monomer butadiena dan akrilonitril.

Karet nitril mempunyai sifat tahan terhadap bensin, minyak tanah, dan
bensin, sehingga digunakan untuk membuat selang karet.
2. Serat Sintetis
a. Nilon 66
Nilon 66 merupakan kopolimer dari heksa metilen diamina
dengan asam adipat melalui proses polimerisasi kondensasi. Disebut
nilon 66 karena masing-masing monomernya mengandung 6 atom
karbon. Nilon 66 bersifat kuat, ringan, dan dapat ditarik tanpa retak
sehingga digunakan untuk membuat tali, jala, parasut, dan tenda. Reaksi
yang terjadi pada pembuatan nilon 66 adalah gugus karboksilat (-
COOH) bereaksi dengan gugus amino (-NH2) melalui ikatan peptide
(HNCO) dan menghasilkan nylon serta molekul air. Contoh :

42
Gambar 2.19. Reaksi Pembuatan Nilon 66

b. Dacron
Dacron atau polietilen tereftalat merupakan kopolimer dari
glikol dengan asam tereftalat melalui proses kondensasi.

Dakron atau tetoron adalah poliester. Polimer ini sangat kuat,


sangat lentur, dan transparan. Dakron juga digunakan untuk membuat
sintetis dan membuat lembaran film tipis yang dalam perdagangan
disebut mylar. Mylar banyak digunakan untuk pita rekam magnetic
dan untuk membuat gelembung balon yang dimanfaatkan dalam
penelitian cuaca di atmosfer.

c. Orlon
Orlon atau poliakrilonitril tersusun dari molekul akrilonitril.

43
Sifat dan kegunaan orlon adalah memiliki sifat yang kuat
digunakan untuk karpet dan pakaian (kaos kaki, baju wol).

3. Plastik
Plastik merupakan polimer sintetis yang paling populer karena banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan jenis monomernya,
ada beberapa jenis plastik yaitu sebagai berikut :
a. Polietena (Polietilena)
Polietena merupakan polimer plastik yang sifatnya ulet (liat),
massa jenis rendah, lentur, sukar rusak apabila lama dalam keadaan
terbuka diudara maupun apabila terkena tanah lumpur, tapi tidak tahan
panas. Polietilena merupakan polimer yang terbentuk dari hasil
polimerisasi adisi etena.

Polietilena adalah plastik yang banyak diproduksi, dicetak


lembaran untuk kantong plastik, pembungkus halaman, ember, dan
sebagainya. Polietilena mempunyai titik leleh 110oC.
b. Polipropena (Polipropilena)
Polipropilena merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk
kedalam polimer termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi.
Polipropilene berasal dari monomer propilena (propena) yang diperoleh
dari pemurnian minyak bumi. Secara industri, polimerisasi propilena
dilakukan dengan menggunakan katalis koordinasi. Proses polimerisasi ini
akan menghasilkan suatu rantai linear yang berbentuk –A-A-A-A-A-,
dengan A adalah propilena. Reaksi polimerisasi dari propilena secara
umum adalah sebagai berikut.

44
Polipropena mempunyai sifat yang sama dengan polietena, hanya
saja polipropena lebih kuat daripada polietena.Polipropena lebih tahan
panas dari pada polietena dan lebih tahan terhadap reaksi asam basa.
Plastik ini juga digunakan untuk membuat botol plastik, karung, bak air,
tali, dan kanel listrik (insulator).
c. PVC (Polivinil Clorida)
PVC (polivinilklorida) merupakan polimer jenis termoplastik yang
tersusun dari vinil klorida melalui reaksi polimerisasi adisi. Polimer
polivinil klorida (PVC) juga dikenal dengan resin vinil, didapatkan dari
polimerisasi senyawa vinil klorida pada suatu reaksi polimerisasi adisi
radikal bebas. Monomer vinil klorida didapatkan dari mereaksikan gas
etylene dengan klorin untuk membentuk 1,2 dichloroethane. Kemudian 1,2
dichloroethane dipecah untuk menghasilkan senyawa vinil klorida. Berikut
adalah reaksi polimerisasi dari vinil klorida secara umum.

PVC mempunyai sifat keras dan kaku sehingga banyak


dimanfaatkan sifatnya untuk membuat pipa plastik, pipa paralon, pipa
kabel listrik, kulit sintetis, dan ubin plastik. PVC bersifat inert terhadap
bahan kimia dan diproduksi dalam dua jenis yaitu rigid dan fleksible.
Kebanyakan dari PVC akan membentuk polimer yang bersifat
kaku (rigid),tetapi ada PVC yang bersifat plastis dimana secara umum
keduanya memiliki sifat struktur yang sama hanya saja perbedaanya
adalah pada PVC yang plastis, plasticizer masuk pada fasaamorphous PVC
yang menjadikan molekul elastomer berbentuk seperti dasi.

Sifat-sifat dari kedua jenis PVC tersebut adalah

45
d. Teflon (Tetrafluoroetena)
Teflon adalah nama dagang, nama ilmiahnya adalah
politetrafluoroetena yang disingkat dengan PTFE. Polimer ini
dihasilkan dari proses polimerisasi adisi senyawa turunan etilen yaitu
tetrafluoroetilena ( CF2=CF2).

Teflon sangat tahan terhadap bahan kimia, panas, dan sangat


licin. Teflon bersifat sangat ulet, kenyal, tidak mudah terbakar, isolator
listrik yang baik, dan mampu melumasi diri serta tidak menempel.
Penggunaan teflon sebagai pelapis barang yang tahan panas seperti
tangki pada pabrik kimia, pelapis panci, dan kuali anti lengket di dapur
serta pelapis dasar setrika.Titik leleh dari teflon cukup tinggi yaitu
327oC.
e. Bakelit ( Fenol Formaldehida )
Bakelit merupakan polimer termoseting yang tersusun dari
fenol dan formaldehid.

46
Polimer ini sangat keras dan mempunyai titik lebur yang
sangat tinggi serta tahan terhadap api.
f. Flexiglass ( Polimetil Metakrilat )
Polimetil Metakrilat disingkat PMMA mempunyai nama
dagang flexiglass. Polimetil metaklirat tersusun atas ester metil
metaklirat dengan proses polimerisasi adisi. Secara umum reaksi
polimerisasi adisi dari monomer metil metaklirat sebagai berikut.

PMMA merupakan plastik yang kuat dan transparan.


Pemanfaatannya sebagai bahan pencampur gelas dan pencampur
logam dan yang paling mudah kita amati adalah digunakan untuk
lampu belakang mobil ataupun kaca jendela pesawat terbang.

Dalam perkembangan teknologi polimer, material polimer telah diproduksi


dan dimanfaatkan dalam berbagai bidang aplikasi, antara lain :
1. Bidang kedokteran : termometer, botol, selang infus, jantung buatan dan
alat transfusi darah.
2. Bidang teknik : peralatan pesawat terbang, elektronika.
3. Bidang otomotif : alat-alat perlengkapan mobil, ban.
4. Bidang pertanian : alat-alat pertanian.
5. Peralatan rumah tangga : pengemas makanan, plastik, disket, CD dan lain-
lain .
Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka aplikasi dari polimer dapat
dikelompokkan dalam kehidupan sehari-hari, kedokteran, dan industri.

2.5.1. Penggunaan Polimer Dalam Kehidupan Sehari-hari


Penggunaan polimer dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi bagian
hidup kita dan jarang kita perhatikan. Beberapa polimer tersebut adalah :

47
1. Polietilena
Polietilena lebih sering disebut dengan plastik. Polimer ini dibentuk dari
reaksi adisi monomer-monomer etilena. Ada dua macam polietilena, yaitu yang
memiliki densitas (kerapatan) rendah dan polietilena yang memiliki densitas
tinggi. Perbedaan dari kedua polimer ini adalah cara pembuatannya dan agak
berbeda sifat fisikanya. Secara umum sifat polietilena adalah sebagai zat yang
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak beracun. Untuk polietilen dengan densitas
rendah biasanya dipergunakan untuk lembaran tipis pembungkus makanan,
kantung-kantung plastik, jas hujan. Sedangkan untuk polietilen yang memiliki
densitas tinggi, polimernya lebih keras, namun masih mudah untuk dibentuk
sehingga banyak dipakai sebagai alat dapur misal ember, panci, juga untuk pelapis
kawat dan kabel.

2. Polipropilen
Polipropilena merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk ke dalam
polimer termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi. Polimer ini mirip
dengan polietilen, Monomer pembentuknya adalah propilena (CH3-CH = CH2),
berbeda dalam jumlah atom C dengan etilen. Polipropilena lebih kuat dan lebih
tahan dari polietilena, sehingga banyak dipakai untuk membuat karung, tali dan
sebagainya. Karena lebih kuat, botol-botol dari polipropilena dapat dibuat lebih
tipis dari pada polietilena. Botol minuman adalah salah satu contoh polimer
propilena yang banyak dipergunakan.
3. Teflon
Teflon adalah bahan sintetik yang sangat kuat, umumnya berwama putih.
Teflon tahan terhadap panas sampai kira-kira 250°C.Di atas 250°C teflon mulai
melunak, di dalam api akan meleleh dan sulit menjadi arang. Berat jenisnya kira-
kira 2,2 g/cmI. Teflon tidak tahan terhadap larutan alkali hidroksida. Juga kurang
tahan terhadap hidrokarbon yang mengandung khlor. Teflon digunakan sebagai
bahan penyekat, misalnya untuk kotak penyekat (stuffing box), cincin geser (sifat
geseran dapat diperbaiki dengan Bagian-Bagian alat dari teflon menambahkan
graft ke dalamnya). Digunakan juga untuk cincin 0 atau 0-ring, untuk gasket

48
konsentrik dengan diberi bahan lunak (sebab teflon tidak begitu elastis), alat-alat
yang kecil, pipa, slang selubung pipa. Teflon dapat dipintal menjadi benang dan
kemudian ditempat. Temman dari teflon merupakan bahan untuk filter yang
sangat kuat.
Nama Teflon merupakan nama dagang, nama ilmiahnya adalah
politetrafluoroetilena dan disingkat dengan PTFE. Polimer dihasilkan dari proses
polimerisasi adisi senyawa turunan etilen yaitu tetrafluoroetilena (CF2 = CF2).
Teflon sangat tahan terhadap bahan kimia, panas dan sangat licin. Penggunaan
teflon sebagai pelapis barang yang tahan panas seperti tangki di pabrik kimia,
pelapis panci dan kuali anti lengket di dapur serta pelapis dasar seterika.
4. Polivinil Klorida (PVC)
Polimer ini merupakan polimer yang dibentuk oleh monomer kloro etilen
(CH2=CHCl). Polimer ini memiliki sifat yang lebih kuat dibandingkan dengan
etilen, tahan panas atau tidak mudah terbakar. Berdasarkan sifat inilah maka,
polivinil klorida banyak dipergunakan untuk untuk membuat pipa, selang keras,
lapisan lantai, piringan hitam, dan lain-lain.
5. Bakelit
Polimer bakelit merupakan plastik termoseting, polimer ini dihasilkan dari
suatu kopolimer kondensasi antara metanal dan fenol. Bakelit sudah banyak
dibahas pada plastik termoseting. Polimer ini banyak digunakan untuk peralatan
listrik, sebagai kotak isolator, dan dudukan lampu.
6. Polimer Akrilat
Ada dua jenis polimer Akrilat yang banyak dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu polimetil metakrilat dan serat akrilat atau orlon.
Polmetilmetakrilat (PMMA) merupakan senyawa homopolimer yang dibentuk
dari reaksi polimerisasi adisi senyawa metil metakrilat. Senyawa ini juga dikenal
dengan nama dagang flexiglass (gelas yang fleksibel). PMMA berupa plastik
bening, keras dan kuat, namun ringan dan fleksibel. Pemanfaatannya sebagai
bahan pencampur gelas dan pencampur logam, dan yang paling mudah kita amati
adalah digunakan untuk lampu belakang mobil ataupun kaca jendela pesawat
terbang.

49
Polimerisasi dari asam akrilat (asam 2-propenoat) atau turunannya
menghasilkan serat akrilat seperti orlon, serat ini menyrupai wol, sehingga
dipergunakan untuk jamper, kaos kaki, karpet dan lain-lain. Serat sutra didapat
dari ulat sutra sebagai bahan yang mengkilat dan halus serta lembut. Polimer
sintetik dari sutra adalah serat sintetik nylon 66 dan nylon 6, walapun hasilnya
tidak sebaik sutra namun sudah mendekati. Polimer ini merupakan poliimida,
cocok untuk tekstil halus , misalnya untuk pakaian dan pakaian dalam.
7. Poliester
Poliester merupakan polimer yang disusun oleh monomer ester. Penggunaan
dari polimer ini adalah pengganti bahan pakaian yang berasal dari kapas. Produk yang
dikenal adalah Dacron dan tetoron nama dagang sebagai serat tekstil. Polimer ini juga
dapat dikembangkan lagi dan dipergunakan sebagai pita perekam magnetic dengan
nama dagang mylar.
8. Karet Sintetik
Keterbatasan sumber daya karet dan sifatnya yang perlu ditingkatkan maka
diteliti dan didapatkan karet sintetik. Karet sintetik merupakan kopolimer yang
terbentuk dari dua monomer yaitu stirena dan 1,3 butadiena disingkat dengan SBR.
Rantai polimer senyawa ini dapat berikatan membentuk ikatan silang dengan atom
belerang (sulfide) melalui proses vulkanisasi, sehingga karet sintetik memiliki sifat
keras dan kuat. Cocok untuk ban mobil.

2.5.2. Penggunaan Polimer Dalam Bidang Kedokteran

Polimer terbagi kepada dua jenis yaitu polimer yang alami dan polimer
sintetik. Contoh polimer alami adalah agar, selulosa, DNA, protein, kolagen dan
sutera. Polimer sintetik, juga dikenal sebagai plastik. Polimer dalam kedokteran gigi
lebih banyak digunakan di bidang restoratif dan prostodonti. Bahan cetak yang sering
digunakan dalam kedokteran gigi adalah jenis polimer elastomerik seperti alginate,
polysulfida dan silikon.
Polimer sintetik terbagi kepada tiga jenis yaitu elastomer, polimer komposit
dan akrilik. Elastomer adalah sejenis polimer yang mempunyai ciri-ciri elastisitas.
Istilah elastomer ini diperoleh dari polimer elastik. Elastomer juga dikenal sebagai
synthetic rubber yang bersifat lembut dan menyerupai karet. Menurut ADA

50
Spec.No.19, elastomer adalah non-aqueous elastomeric dental impression material.
Contoh kegunaannya adalah seperti bahan cetak pada pasien edentulus untuk gigi
tiruan penuh dan pasien dentulus untuk gigi tiruan sebagian lepasan.

2.5.3. Penggunaan Polimer Dalam Industri


Polimer memiliki banyak manfaat dan sangat banyak diaplikasikan baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. Salah satunya yaitu polimer dari
stirena.
Stirena secara luas digunakan untuk polimerisasi menghasilkan beragam
polimer antara lain polistirena yang dikenal juga dengan nama Expanded Polystyrene
Foam (EPS), Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), resin Styrene – Acrylonitrile
(SAN), lateks Styrene – Butadiene, Styrene – Butadiene Rubber (SBR), SIS (Styrene
– Isoprene – Stirena), S–EB–S (Styrene – Ethylene / Butylene – Styrene), S–DVB
(Styrene – Divinylbenzene) dan resin poliester tidak jenuh. Polimer dari bahan stirena
bahan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan karet, plastik, insulasi, fibreglass,
pipa, peralatan kapal dan otomotif, tempat / wadah makanan, pelapis kertas, matras
busa, dan lain – lain.
Adapun beberapa kegunaan stirena dalam industri adalah sebagai berikut.
Tabel 2.9. Kegunaan polimer stirena dalam berbagai industri
Polimer Kegunaan
Polystirena  Bahan pembuatan foam
 Bahan packaging pada industri
makanan
 Bahan pengerat pada kertas
 Bahan pembuatan piringan CD

Acrylonitrile Butadiene Stirena  Bahan pembuatan pipa


(ABS)
 Bahan pembuatan komponen
elektronik
 Bahan pembuatan komponen
otomotif
Stirena – Acrylonitrile (SAN)  Bahan pembuatan keperluan rumah
tangga

51
 Bahan packaging kosmetik
 Bahan pembuatan komponen
otomotif
Lateks Stirena – Butadiene  Bahan pembuatan carpet backing
 Bahan pembuatan paper coating
 Bahan pembuatan foam matress
 Bahan adhesif (pengerat)
Stirena – Butadiene Rubber  Bahan pembuatan ban
(SBR)
 Bahan pembuatan selang
 Bahan pembuatan sepatu
 Bahan adhesif (pengerat)
Resin poliester tidak jenuh  Bahan pembuatan plastik fibreglass
 Bahan pembuatan alat – alat
perkapalan
 Bahan pembuatan alat – alat
konstruksi
 Bahan pembuatan komponen
otomotif

Polimer sintetis adalah polimer yang memiliki banyak kegunaan dalam


kehidupan. Disamping itu, polimer ini memiliki banyak kerugian yaitu bahaya yang
ditimbulkannya sangat banyak.
Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh
ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini
kebanyakannya terdiri atas kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa
contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate
(DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan
dan pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(-2ethylhexyl)
phthalate (DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film. Namun,
penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang
pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker pada
manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang

52
dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa pigmentasi pada
kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas.
Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta
bayi lahir cacat.
Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.
Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan
pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan
pelembut ini ke dalam makanan. Data di AS pada tahun 1998 menunjukkan bahwa
DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas maksimal DEHA
yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS) terdapat pada keju
yang dibungkus dengan plastik PVC.
DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon
kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat
merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain
mengakibatkan kanker hati. Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui
secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat
kita berhati-hati. Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan, Badan
Pengawas Obat dan Makanan Eropa telah membatasi ambang batas DEHA yang
masih aman bila terkonsumsi, yaitu 18 bpj (bagian per sejuta).
Lebih dari itu dianggap berbahaya untuk dikonsumsi. Untuk menghindari
bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi oleh DEHA, maka
sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung
bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun
pisang misalnya). Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah jika kita
membakar bahan yang terbuat dari plastik. Seperti kita ketahui, plastik memiliki
tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh
karena itu seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran terhadap
tanah dan air di lingkungan kita (Plastik dari sektor pertanian saja, di dunia setiap
tahun mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik ini dibentangkan, maka dapat
membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun pembakaran plastik ini justru
dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi kita. Plastik yang dibakar akan
mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi

53
tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan.
Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu
keseimbangan hormon estrogen manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan
kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat. Pekerja-
pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil seringkali mengalami kejadian
bayi mati dalam kandungan dan ukuran bayi yang kecil. Kajian terhadap 2,096 orang
ibu dan 3,170 orang bapak di Malaysia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 80%
wanita menghadapi bahaya kematian anak dalam kandungan jika bekerja di industri
getah dan plastik dan 90% wanita yang suaminya bekerja di industri pewarna tekstil,
plastik dan formaldehida.
Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri
makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh
adalah penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan
seperti gorengan dan lain-lain. Zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya
berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi bentuk radikal. Bentuk
radikal ini karena memiliki satu elektron tak berpasangan menjadi sangat reaktif dan
tidak stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel
tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit kanker.
Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau
untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Menurut Prof Dr Hj Aisjah
Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA-IPB, hasil survei di AS pada
tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung
styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan
kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala
gangguan saraf. Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pada penelitian di New Jersey
ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu
menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama
juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-
ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka panjang, tentu akan
menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf,
seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.
Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu.

54
Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau
menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene juga bisa
kehilangan kreativitas dan pasif. Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi
zat tambahan ftalat agar mainan menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah.
Hasil penelitian ilmiah yang dilakukan para pakar kesehatan di Uni Eropa
menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal.
Oleh karena itu Komisi Eropa melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan
mainan anak.
Ancaman kesehatan yang terakhir (sebenarnya masih cukup banyak contoh
lainnya) datang dari kegiatan yang sering tidak sadar kita lakukan (atau mungkin
karena ketidaktahuan kita). Seperti yang lazim kita lakukan apabila kita hendak
memakan suatu makanan yang panas (misalnya gorengan) atau mencegah tangan
terkotori oleh minyak dari gorengan tersebut, maka kita melapisi makanan tersebut
dengan kertas tisu. Padahal hal tersebut sebenarnya dapat mengancam kesehatan kita.
Ternyata, zat kimia yang terkandung dalam kertas tisu yang kita gunakan dapat
bermigrasi ke makanan yang kita lapisi. Zat ini biasanya sering disebut pemutih klor
yang memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tisu agar terlihat lebih putih
bersih. Zat ini bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Oleh karena itu
jangan menggunakan bahan ini untuk melapisi makanan yang panas atau berlemak.

2.6. Informasi Terkini Polimer

Seiring dengan perkembangan bahan polimer, para ilmuwan telah melakukan


banyak usaha untuk memperbaiki sifat bahan ini agar lebih stabil, lebih kuat secara
mekanik dan kimia serta tahan lama. Saat ini bahan polimer (plastik) digunakan
diberbagai hal, diantaranya sebagai pembungkus makanan, alas makan dan minum,
untuk keperluan sekolah, kantor, automotif, dan berbagai sector lainnya. Hal ini
dikarenakan plastic memiliki sifat unggul seperti ringan tetapi kuat, transparan, tahan
air serta harganya relative murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.

Pemakaian polimer yang terus meningkat menciptakan masalah yang serius


terhadap lingkungan berkenaan dengan penanganan limbah plastik tersebut terutama
yang berasal dari plastik pengemas.

55
Salah satu alternatif yang mungkin untuk strategi penanganan limbah plastik
adalah proses daur ulang. Usaha ini belum cukup optimal dan masih menyisakan
banyak kontoversi dan diskusi antara para ilmuwan dan public pemakaiannya
berkenaan tingkat keamanan pemakaian polimer hasil daur ulang. Berdasarkan hal
tersebut, sejak awal tahun 1990an para ilmuwan telah berusaha mengembangkan
bahan plastik tertentu yang kinerjanya sebanding dengan bahan polimer konvensional
tetapi bias didegradasi oleh mikroba. Bahan polimer ini biasa disebut polimer
biodegradable atau polimer yang ramah lingkungan.

Polimer Biodegradabel
Polimer biodegradabel merupakan bahan yang dapat didegradasi oleh
mikroorganisme dan enzim. Penggunaan beberapa polimer memberikan suatu
pendekatan untuk menyelesaikan masalah sampah plastik. Polimer biodegradabel
dapat juga digunakan untuk aplikasi medis seperti implantasi jaringan dan sebagai
penyalur obat dan juga untuk aplikasi dalam pertanian seperti jerami dan
agrokimia. Polimer yang secara bioligis terdegradasi mengandung gugus fungsi
yang peka terhadap hidrolisis enzimatik dan oksidasi, di antaranya gugus hidroksil
(-OH), gugus ester (–COO-) dan gugus karbonil (C=O). Poliester, seperti
polikaprolakton, poliasamglikolat, dan poliasamlaktat merupakan contoh polimer
ini. Kebutuhan akan polimer biodegradabel diciptakan untuk memperoleh waktu
hidup tertentu dan kemampuan terdegradasi, sebagai contoh, polimer peka
terhadap radiasi sinar ultraviolet
Polikaprolakton (PCL)
Pada tahun 1973 ditemukan suatu semikristalin polyester alifatik, yaitu
polikaprolakton (Gambar 1). Poliester ini ternyata tahan terhadap air dan mudah
dibentuk menjadi lembaran, botol, dan perlengkapan plastik lainnya.
Polikaprolakton adalah plastik biodegradabel yang bersifat termoplastik yang
disintesis dari turunan minyak mentah dan diikuti oleh proses polimerisasi
pembukaan cincin. PCL memiliki sifat tahan terhadap air, minyak, dan pelarut
klorin, mempunyai kekentalan rendah, mudah diproses secara termal, serta
mempunyai titik leleh yang rendah, dan memiliki sifat mekanik yang cukup baik.

56
Untuk memperoleh hasil mekanik yang bagus PCL biasanya dicampur (blending)
atau dikopolimerisasi dengan polimer lain.
Poliasamglikolat (PGA)
Polimer ini bersifat termoplastik dengan kristalinitas yang tinggi sekitar
46-50%. Transisi kaca dan titik leleh PGA adalah 35-55°C dan 225-230°C.
Tingginya kristalinitas menyebabkan PGA tidak larut dalam pelarut organik
kecuali pada pelarut organik dengan flourinasi tinggi seperti heksafluoro
isopropanol.

BAB III

57
PERTANYAAN

1. Mengapa polimer sintetis lebih banyak digunakan dibanding dengan


polimer alam?

Jawab :

Polimer alam adalah polimer yang berasal dari makhluk hidup


sedangkan polimer sintetis adalah polimer hasil sintesis senyawa-senyawa
organik. Sumber dari polimer alam tidak dapat diperbaharui karena
kapasitasnya yang tidak mencukupi sedangkan polimer sintetis bahan atau
sumbernya dapat diperbaharui karena sifatnya yang dapat direkayasa.

2. Reaksi apa yang terjadi dalam pembuatan polimer?

Jawab :
Reaksi pembentukan polimer disebut juga dengan reaksi
polimerisasi. Reaksi polimerisasi dibagi menjadi dua yaitu polimerisasi
adisi dan polimerisasi kondensasi. Polimerisasi adisi adalah polimer yang
terbentuk dari reaksi polimerisasi disertai dengan pemutusan ikatan
rangkap diikuti oleh adisi dari monomer monomernya yang membentuk
ikatan tunggal. Sedangkan polimerisasi kondensasi adalah polimer yang
terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau
monomer yang berbeda.

3. Bagaimana perbedaan polimer termoplastik dan termoseting dan berikan


masing-masing contohnya?
Jawab :
Polimer termoplastik adalah polimer yang tidak tahan terhadap
suhu yang tinggi. Jika diberi suhu yang tinggi polimer ini akan meleleh.
Contohnya adalah polietilen dan polipropilene. Sedangkan polimer

58
termoseting adalah polimer yang tahan terhadap suhu yang tinggi.
Contohnya adalah bakelit.

4. Bagaimana reaksi pembentukan karet alam?


Jawab :
Karet alam tersusun dari monomer-monomer isopropena atau 2
metil 1,3 butadiena. Berikut ini adalah reaksi polimerisasi dari monomer
karet alam.

5. Mengapa disebut nilon 6,6 ?


Jawab : Disebut nilon 66 karena masing-masing monomernya
mengandung 6 atom karbon. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar
berikut.

6. Apa yang membedakan dari polimer polietilen dan polipropilen,


sedangkan dalam pengaplikasian kedua polimer ini hampir sama?
Jawab :
Polipropena mempunyai sifat yang sama dengan polietena, hanya
saja polipropena lebih kuat daripada polietena.Polipropena lebih tahan
panas dari pada polietena dan lebih tahan terhadap reaksi asam basa. Oleh
karena itu, aplikasi dari polimer ini hampir sama seperti botol plastik.

59
7. Apakah serat termasuk kedalam polimer?
Jawab :
Serat termasuk kedalam polimer. Serat adalah polimer yang
perbandingan panjang terhadap diameter molekulnya kira-kira 100:1.

8. Apakah SBR termasuk kedalam jenis polimer karet alam dan bagaimana
reaksi pembentukan SBR?
Jawab :
SBR tidak termasuk kedalam polimer karet alam. SBR adalah salah
satu jenis dari karet sintetis. Reaksi pembentukan SBR adalah

9. Apakah Teflon termasuk kedalam polimer jenis plastik? Bagaimana reaksi


pembentukannya?
Jawab :
Iya, Teflon merupakan polimer jenis plastik. Dalam
penggunaannya teflon digunakan sebagai pelapis barang yang tahan panas
seperti tangki pada pabrik kimia, pelapis panci, dan kuali anti lengket di
dapur serta pelapis dasar setrika.

10. Dalam menanggulangi banyaknya limbah plastik, maka muncul istilah


polimer biodegradable, apa yang dimaksud dengan polimer
biodegradable?
Jawab :
Polimer biodegradable adalah bahan yang dapat didegradasi oleh
mikroorganisme dan enzim. Polimer biodegradabel dapat juga digunakan

60
untuk aplikasi medis seperti implantasi jaringan dan sebagai penyalur obat
dan juga untuk aplikasi dalam pertanian seperti jerami dan agrokimia.

61
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
1. Polimer merupakan makromolekul besar atau makromolekul yang
tersusun oleh unit-unit molekul sederhana yang tersusun secara berulang
ulang.
2. Polimer dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu berdasarkan
sumber atau asalnya, berdasarkan strukturnya, sifat termalnya, dan
kegunaannya.
3. Polimer berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi polimer alam, polimer
semi sintetik, dan polimer sintetik. Dalam aplikasinya, polimer sintetik
sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Polimer-polimer yang terbentuk didapatkan dari hasil polimerisasi, yaitu
suatu jenis reaksi kimia dimana monomer-monomer bereaksi untuk
membentuk rantai yang besar. Polimerisasi dapat dibedakan menjadi
polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi. Polimerisasi adisi adalah
polimer yang terbentuk dari reaksi polimerisasi disertai dengan pemutusan
ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari monomer monomernya yang
membentuk ikatan tunggal. Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara
gugus fungsi pada monomer yang sama atau monomer yang berbeda.
5. Polimer berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi polimer termoseting dan
polimer termoplastik. Polimer termoseting adalah polimer yang tahan
terhadap suhu tinggi sedangkan polimer termoplastik adalah polimer yang
tidak tahan terhadap suhu yang tinggi.
6. Contoh dari polimer alam adalah protein, karet alam, selulosa, khitin dan
khitosan, lignin, dan pati. Sedangkan contoh dari polimer sintetis adalah
serat sintetis, nilon, orlon, dakron, dan plastic.
7. Polimer dalam bidang kedokteran berperan dalam pembuatan termometer,
botol, selang infus, jantung buatan dan alat transfusi darah. Dalam bidang
teknik, aplikasi polimer adalah sebagai peralatan pesawat terbang,

62
elektronika. Sedangkan dalam peralatan rumah tanggga, aplikasi polimer
adalah pengemas makanan, plastik, disket, CD dan lain-lain .
8. Polimer biodegradble adalah bahan yang dapat didegradasi oleh
mikroorganisme dan enzim. Polimer biodegradabel dapat juga digunakan
untuk aplikasi medis seperti implantasi jaringan dan sebagai penyalur obat
dan juga untuk aplikasi dalam pertanian seperti jerami dan agrokimia.

4.2. Saran
1. Tata nama dan struktur berbagai macam polimer dapat dipelajari lagi
karena dapat membantu dalam memahami tentang polimer.
2. Teknologi polimer dapat dikembangkan lebih dalam lagi karena polimer
sangat banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

63
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. 2001. Studies on Starch Structure and the Differential Properties of


Starch Branching Enzymes, Uppsala.

Anton J. Hartomo. 1992. Memahami Polimer Perekat. Andi Off set, Yogyakarta.
Anton J. Hartomo. 1993. Penuntun Analisis Polimer Aktual. Andi Offset
Yogyakarta.
Benda, D. et al. 2001. Oxygen Inhibition and the Influence of pH on the Inverse
Emulsion Polymerization of Acrylic Monomer, European Polymer
Journal.37.1247 – 1253

Billmeyer,F.W.Jr. 1984. Text Book of Polymer Science. Third Edition, A Wiley


Inter Science Publication.

Cowd, M.A. and Stark, J.G. 1991.Kimia Polimer . Penerbit ITB : Bandung.

Dorel fieldman dan Anton J Hartono. 1995. Bahan Polimer Konstruksi Bangunan.
PT. Gramedia : Jakarta.
Fares, M. et al. 2003. Graft Copolymerization onto Starch and Optimization of
Starch Grafted with N-tert-Butylacrylamide Copolymer and Its
Hydrogels, Journal of Polymer Research.10, 119-125

Haridjono Djojodiharjo. 1985. Termodinamika Teknik dan Aplikasi


Termodinamika Statistik. PT. Gramedia, Jakarta.
Hartomo A. J,. 1993. Dasar-Dasar Profesi Politeknik Pemrosesan Polimer
Praktis. Andi Offset: Yogyakarta.
Henze, Herremoes, Jansen la Cour, and Arvin. 1996. Wastewater Treatment.
Second edition. Springer.

Hernandez,J.,et.al. 1997. Inverse-Emulsion Copolymerization of Acrylamide and


Quarternary Ammonium Cationic Monomer with Block
Copolymeric Surfactants: Copolymer Composition Control Using
Batch and Semi-batch Techniques, Polymer.38, 449-458

64
Ira poenya. 2010. Perkembangan Polimer Dalam kehidupan. http//:Perkembangan
Polimer dalam Kehidupan ira poenya.htm. diaksese tanggal 24 Mei
2012

Kaur I, Singh B, & Upasana. 2003. Phase-Transfer-Agent-Aided Polymerization


And graft Copolymerization of Acrylamide. Journal of Applied
Polymer Science. 91, 2364-2375
Pradnya Paramitha danTano Eddy. 1997. Pedoman Membuat Perekat Sintetis.
Rineka Cipta: Jakarta.
Ratna dkk. 2010. Polimer. http//:Polimer _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia
Indonesia _.htm. diakses tanggal 24 Mei 2012

Wirjosentono, B. 1994. Kinetika dan Mekanisme Polimerisasi.USU – Press :


Medan.
Yuswinanto. 2012. Aplikasi Biosida Pada Polimer (Plastik dan Rubber).
Bandung.

65

Anda mungkin juga menyukai