Kontrak Dalam Bisnis
Kontrak Dalam Bisnis
1. Unsur Esensiali
Unsur esensiali merupakan unsur yang harus ada dalam suatu kontrak karena tanpa adanya
kesepakatan tentang unsur esensiali ini maka tidak ada kontrak. Sebagai contoh, dalam kontrak
jual beli harus ada kesepakatan mengenai barang dan harga dalam kontrak jual beli, kontrak
tersebut batal demi hukum karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjikan.
2. Unsur Naturalia
Unsur Naturalia merupakan unsur yang telah diatur dalam undang-undang sehingga apabila
tidak diatur oleh para pihak dalam kontrak, undang-undang yang mengaturnya. Dengan
demikian, unsur naturalia ini merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam kontrak.
Sebagai contoh, jika dalam kontrak tidak diperjanjikan tentang cacat tersembunyi, secara
otomatis berlaku ketentuan dalam BW bahwa penjual yang harus menanggung cacat
tersembunyi.
3. Unsur Aksidentalia
Unsur aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada satu mengikat para pihak jika para pihak
memperjanjikannya. Sebagai contoh, dalam kontrak jual beli dengan angsuran diperjanjikan
bahwa apabila pihak debitur lalai membayar selama tiga bulan berturut-turut, barang yang
sudah dibeli dapat ditarik kembali oleh kreditor tanpa melalui pengadilan. Demikian pula oleh
klausul-klausul lainnya yang sering ditentukan dalam suatu kontrak, yang bukan merupakan
unsure esensial dalam kontrak tersebut.
3.Adanya Obyek.
Sesuatu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal atau barang yang cukup
jelas.
4.Adanya kausa yang halal.
Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang halal, atau
dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan hukum.
F. Syarat batal perjanjian dalam bisnis
Di dalam KUHPerdata mengatur juga tentang berakhirnya suatu perikatan. Cara berakhirnya
perikatan ini diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdata yang meliputi:
1. pembayaran;
2. novasi (pembaruan utang);
3. kompensasi;
4. konfusio (percampuran utang);
5. pembebasan utang;
6. kebatalan atau pembatalan, dan
7. berlakunya syarat batal.
Disamping ketujuh cara tersebut, dalam praktik dikenal pula cara berakhirnya
perjanjian (kontrak), yaitu:
Sedangkan hubungan dengan mitra bisnis, perusahaan mempunyai kepentingan yang sama
dalam suatu proyek atau obyek kerjasama bisnis tertentu. Dalam hal suatu proyek, maka kedua
belah pihak melakukan: (i) suatu kerjasama operasi (joint operation; seperti: Joint Operation
Agreement atau Production Sharing Agreement), atau (ii) penyertaan modal saham (joint
venture) dengan mendirikan suatu perusahaan usaha patungan (joint venture company), yang
perjanjiannya disebut Joint Venture Agreement.
Sedangkan dalam obyek kerjasama bisnis tertentu dapat mencakup hal-hal yang sangat luas
dan beragam. Pada umumnya: (i) ada struktur transaksi pembiayaan proyek (seperti: Build
Operate & Transfer Agreement atau disingkat BOT Agreement, atau Build Operate & Own
Agreement atau disingkat BOO Agreement); (ii) proses alih teknologi atau pengetahuan
tertentu (seperti: Technical Assistance Agreement); (iii) kepentingan pengembangan/jaringan
bisnis (seperti: Collaboration Agreement); dan (iv) kepentingan penelitian dan pengembangan
serta rekayasa mengenai obyek tertentu; mungkin tidak ada pendapatan yang diperoleh tetapi
tujuan dari hasil kegiatan tersebut yang diutamakan (seperti: Research, Development &
Engineering Agreement); serta (v) kepentingan hak milik intelektual (seperti: Licence
Agreement).
Sederhananya, perjanjian dengan para pemasok barang atau jasa bagi kepentingan produksi
atau operasi bisnis sehari-hari. Biasanya disebut Supply Agreement.
Singkatnya, dalam hal perusahaan tidak melakukan penjualan langsung melalui divisi
pemasaran dan penjualannya, maka ia akan menunjuk pihak lain yaitu distributor atau retailer
atau agen penjualan. Biasanya disebut Distribution Agreement dan Sales Representative
Agreement.
Pada umumnya, dalam hal kondisi diluar dari penyertaan modal yang sudah diatur dalam
anggaran dasar, yaitu seperti Perjanjian Hutang Subordinasi atau bila ada kesepakatan antara
pemegang saham lama dengan yang baru, yaitu Shareholder Agreement.
f. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kreditur yang memberikan fasilitas kredit atau
pinjaman
Pada umumnya dikenal dengan dengan Facility Agreement atau Credit Agreement. Namun
dari segi sifat hutang dan struktur transaksi dapat merupakan macam ragam hubungan atau
transaksi pinjaman, misalnya, Syndicated Facility Agreement, Convertible Bond Agreement,
Put Option Agreement, Middle Term Note Agreement.
PASAL I
MASA BERLAKU PERJANJIAN
Kedua belah pihak telah sepakat bahwa masa perjanjian ini berlaku sejak ditandatangani
sampai dengan kedua belah pihak menyelesaikan kewajiban masing-masing.
PASAL II
JENIS PEKERJAAN
Dalam hal ini Pihak Pertama menunjuk Pihak Kedua untukmerancang / mengerjakan desain
interior rumah yang meliputi pekerjaan yang mana tahap pengerjaan tersebut berupa gambar
3D rendering, layout,potongan,revisi sebanyak tiga kali, dan gambar teknik untuk pembuatan
furniture dan fixture custom.
PASAL III
BIAYA DESAIN DAN TAHAP PEMBAYARAN
Total biaya pengerjaan yang harus dibayarkan tunai/transfer oleh Pihak pertama kepada Pihak
kedua adalah sejumlah Rp 3.162.500,00 (terbilang : Tiga Juta Seratus Enam Puluh Dua Ribu
Lima Ratus Rupiah), dengan perincian sebagai berikut:
I. Perancangan Kamar Tidur Anak 1
3 Furniture Custom (Meja TV, Meja Rias dan Lemari)
Rp 550.000,00
II. Perancangan Kamar Tidur Anak 2
5 Furniture Custom (3 Meja Rias, Lemari dan Meja Console)
Rp 600.000,00
III. Perancangan Dapur
Rp 750.000,00
IV. Perancangan Kabinet TV & Ruang Tamu
Rp 250.000,00
V. Perancangan Shoes Rack
Rp 200.000,00
Dengan Tambahan sebesar 15 % untuk proses dealing dan pemilihan warna material
TOTAL Rp 2.350.000,00 + 15 %
= 2.350.000,00 + 352.500,00
=Rp 2.752.500,00
Pihak Pertama memberi imbalan kepada Pihak Kedua atas pekerjaan sebagaimana yang
tercantum pada PASAL II sejumlah Rp 3.162.500,00 (terbilang : Dua Juta Tujuh Ratus Lima
Puluh Dua Ribu Lima Ratus Rupiah)
Surat Perjanjian ini dinyatakan batal apabila Pihak Pertama tidak dapat melakukan pembayaran
kepadaPihak Kedua sesuai dengan waktu dan jumlah sebagaimana yang tercantum pada
PASAL III butir 2, 3, dan 4. Pihak Pertama menyatakan setuju atas ketentuan ini.
Apabila setelah Surat Perjanjian Kerjasama ini ditandatangani terjadi pembatalan oleh Pihak
Pertama, maka seluruh pembayaran yang telah diterima olehPihak Kedua tidak dapat
dikembalikan dan seluruh hasil desain adalah menjadi milik Pihak Kedua kecuali sketsa desain.