Anda di halaman 1dari 9

Kontrak dalam Bisnis

A. Pengertian Kontrak Bisnis


Kontrak (perjanjian) adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis. Para
pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan berkewajiban untuk menaati dan
melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut
perikatan (verbintenis). Dengan demikian kontrak dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi
para pembuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang mereka buat adalah sumber hukum
formal, asas kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.
B. Unsur-Unsur Kontrak

1. Unsur Esensiali
Unsur esensiali merupakan unsur yang harus ada dalam suatu kontrak karena tanpa adanya
kesepakatan tentang unsur esensiali ini maka tidak ada kontrak. Sebagai contoh, dalam kontrak
jual beli harus ada kesepakatan mengenai barang dan harga dalam kontrak jual beli, kontrak
tersebut batal demi hukum karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjikan.

2. Unsur Naturalia
Unsur Naturalia merupakan unsur yang telah diatur dalam undang-undang sehingga apabila
tidak diatur oleh para pihak dalam kontrak, undang-undang yang mengaturnya. Dengan
demikian, unsur naturalia ini merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam kontrak.
Sebagai contoh, jika dalam kontrak tidak diperjanjikan tentang cacat tersembunyi, secara
otomatis berlaku ketentuan dalam BW bahwa penjual yang harus menanggung cacat
tersembunyi.

3. Unsur Aksidentalia
Unsur aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada satu mengikat para pihak jika para pihak
memperjanjikannya. Sebagai contoh, dalam kontrak jual beli dengan angsuran diperjanjikan
bahwa apabila pihak debitur lalai membayar selama tiga bulan berturut-turut, barang yang
sudah dibeli dapat ditarik kembali oleh kreditor tanpa melalui pengadilan. Demikian pula oleh
klausul-klausul lainnya yang sering ditentukan dalam suatu kontrak, yang bukan merupakan
unsure esensial dalam kontrak tersebut.

C. Asas-Asas Hukum Kontrak


1. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme sering diartikan bahwa dibutuhkan kesepakatan untuk lahirnya
kesepakatan. Pengertian ini tidak tepat karena maksud asas konsensualisme ini adalah bahwa
lahirnya kontrak ialah pada saat terjadinya kesepakatan. Dengan demikian, apabila tercapai
kesepakatan antara para pihak, lahirlah kontrak, walaupun kontrak itu belum dilaksanakan pada
saat itu. Hal ini berarti bahwa dengan tercapainya kesepakatan oleh para pihak melahirkan hak
dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa kontrak tersebut sudah bersifat
obligator, yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi kontrak tersebut.
Asas konsensualisme terdapat terdapat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Hukum perjanjian
yang diatur dalam KUH Perdata bersifat dan berasas konsensualisme, kecuali ada beberapa
perjanjian merupakan pengecualian dari asas tersebut, misalnya seperti perjanjian perdamaian,
perjanjian perburuhan, dan perjanjian penghibahan. Kesemua perjanjian yang merupakan
pengecualian tersebut, belum bersifat mengikat apabila tidak dilakukan secara tertulis.

2. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)


Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting dalam hokum
kontrak. Didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) BW bahwa semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Demikian pula ada yang
mendasarkan pada pasal 1320 BW bahwa semua perjanjian yang menerangkan tentang syarat
sahnya perjanjian.
Maksud dari asas kebebasan berkontrak artinya para pihak bebas membuat kontrak dan
mengatur sendiri isi kontrak tersebut, sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Memenuhi syarat sebagai suatu kontrak
2. Tidak dilarang oleh undang-undang
3. Sepanjang kontrak tersebut dilaksanakan dengan itikad baik
3. Asas Mengikatnya Kontrak ( Pacta Sunt Servanda )
Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak tersebut karena
kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji tersebut mengikat para
pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1338 ayat (1)
yang menentukan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.
4. Asas Itikad Baik (Goede Trouw)
Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, suatu kontrak haruslah dilaksanakan dengan itikad
baik ( goeder trouw, bona fide ). Rumusan dari Pasal 1338 ayat (3) tersebut mengindikasikan
bahwa sebenarnya itikad baik bukan merupakan syarat sahnya suatu kontrak sebagaimana
syarat yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata. Itikad baik disyaratkan dalam hal
“pelaksanaan” dari suatu kontrak, bukan pada “pembuatan suatu kontrak. Sebab, unsur “itikad
baik” dalam hal pembuatan suatu kontrak sudah dapat dicakup oleh unsure “kausa yang legal”
dari Pasal 1320 tersebut.

D. Sumber-Sumber Hukum Kontrak Bisnis selain KUHPerdata

1. Peraturan perundangan lainnya khusus mengatur perjanjian kontrak.


2. Yurisprudensi.
3. Perjanjian internasional.
4. Kebiasaan bisnis dalam praktek sehari-hari.
5. Doktrin/pendapat ahli yang dianut secara meluas.
6. Hukum adat di daerah tertentu menyangkut kontrak-kontrak tradisional.

E. Syarat Sah Pasal 1320 KUHPerdata


1 Adanya kesepakatan kedua belah pihak.
Maksud dari kata sepakat adalah, kedua belah pihak yang membuat perjanjian setuju mengenai
hal-hal yang pokok dalam kontrak.
2.Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.
Asas cakap melakukan perbuatan hukum, adalah setiap orang yang sudah dewasa dan sehat
pikirannya. Ketentuan sudah dewasa, ada beberapa pendapat, menurut KUHPerdata, dewasa
adalah 21 tahun bagi laki-laki,dan 19 th bagi wanita.
Menurut UU no 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dewasa adalah 19 th bahi laki-laki, 16 th
bagi wanita.
Acuan hukum yang kita pakai adalah KUHPerdata karena berlaku secara umum.

3.Adanya Obyek.
Sesuatu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal atau barang yang cukup
jelas.
4.Adanya kausa yang halal.
Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang halal, atau
dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan hukum.
F. Syarat batal perjanjian dalam bisnis

Di dalam KUHPerdata mengatur juga tentang berakhirnya suatu perikatan. Cara berakhirnya
perikatan ini diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdata yang meliputi:

a. berakhirnya perikatan karena undang–undang :


1. konsignasi;
2. musnahnya barang terutang;
3. kadaluarsa.

b. berakhirnya perikatan karena perjanjian dibagi menjadi tujuh yaitu:

1. pembayaran;
2. novasi (pembaruan utang);
3. kompensasi;
4. konfusio (percampuran utang);
5. pembebasan utang;
6. kebatalan atau pembatalan, dan
7. berlakunya syarat batal.
Disamping ketujuh cara tersebut, dalam praktik dikenal pula cara berakhirnya
perjanjian (kontrak), yaitu:

1. jangka waktu berakhir;


2. dilaksanakan obyek perjanjian;
3. kesepakatan kedua belah pihak;
4. pemutusan kontrak secara sepihak oleh salah satu pihak, dan
5. adanya putusan pengadilan

G. Jenis- jenis kontrak dalam bisnis


a. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kontraktor dan mitra bisnis
Hubungan dengan kontraktor merupakan hubungan pemborongan suatu proyek, bisa dalam
rangka mengadakan suatu bangunan pabrik dan atau kantor, dimana perusahaan menjadi
pemilik (yang memberikan order kerja) dan kontraktor menjadi pemborong (yang menerima
order kerja). Skala dan kompleksitas proyek dapat sangat beragam. Dari yang proyek kecil
hingga yang proyek besar; dari yang sederhana hingga yang canggih. Konsep perikatan
(perjanjian)-nya pun beragam mengikuti hal-hal tersebut. Dari sekedar Perjanjian
Pemborongan hingga Engineering Procurement Construction Contract atau EPC Contract.

Sedangkan hubungan dengan mitra bisnis, perusahaan mempunyai kepentingan yang sama
dalam suatu proyek atau obyek kerjasama bisnis tertentu. Dalam hal suatu proyek, maka kedua
belah pihak melakukan: (i) suatu kerjasama operasi (joint operation; seperti: Joint Operation
Agreement atau Production Sharing Agreement), atau (ii) penyertaan modal saham (joint
venture) dengan mendirikan suatu perusahaan usaha patungan (joint venture company), yang
perjanjiannya disebut Joint Venture Agreement.

Sedangkan dalam obyek kerjasama bisnis tertentu dapat mencakup hal-hal yang sangat luas
dan beragam. Pada umumnya: (i) ada struktur transaksi pembiayaan proyek (seperti: Build
Operate & Transfer Agreement atau disingkat BOT Agreement, atau Build Operate & Own
Agreement atau disingkat BOO Agreement); (ii) proses alih teknologi atau pengetahuan
tertentu (seperti: Technical Assistance Agreement); (iii) kepentingan pengembangan/jaringan
bisnis (seperti: Collaboration Agreement); dan (iv) kepentingan penelitian dan pengembangan
serta rekayasa mengenai obyek tertentu; mungkin tidak ada pendapatan yang diperoleh tetapi
tujuan dari hasil kegiatan tersebut yang diutamakan (seperti: Research, Development &
Engineering Agreement); serta (v) kepentingan hak milik intelektual (seperti: Licence
Agreement).

b. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan pemasok

Sederhananya, perjanjian dengan para pemasok barang atau jasa bagi kepentingan produksi
atau operasi bisnis sehari-hari. Biasanya disebut Supply Agreement.

c. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan distributor, retailer/agen penjualan

Singkatnya, dalam hal perusahaan tidak melakukan penjualan langsung melalui divisi
pemasaran dan penjualannya, maka ia akan menunjuk pihak lain yaitu distributor atau retailer
atau agen penjualan. Biasanya disebut Distribution Agreement dan Sales Representative
Agreement.

d. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan konsumen atau debitur


Singkatnya, dalam hal konsumen tidak mampu membayar tunai, maka perusahaan dapat
melakukan pembiayaan sendiri terhadap konsumen yang bersangkutan dengan melakukan
perjanjian jual beli dengan cicilan (Purchase With Installment) atau sewa beli (Hire Purchase
Agreement).

e. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan para pemegang saham

Pada umumnya, dalam hal kondisi diluar dari penyertaan modal yang sudah diatur dalam
anggaran dasar, yaitu seperti Perjanjian Hutang Subordinasi atau bila ada kesepakatan antara
pemegang saham lama dengan yang baru, yaitu Shareholder Agreement.

f. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kreditur yang memberikan fasilitas kredit atau
pinjaman

Pada umumnya dikenal dengan dengan Facility Agreement atau Credit Agreement. Namun
dari segi sifat hutang dan struktur transaksi dapat merupakan macam ragam hubungan atau
transaksi pinjaman, misalnya, Syndicated Facility Agreement, Convertible Bond Agreement,
Put Option Agreement, Middle Term Note Agreement.

H. Contoh Surat Perjanjian Proyek Desain Interior


SURAT PERJANJIAN
Pada hari ini,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini,
1. Nama : Hadi Iswanto
KTP No. : 3671132805660004
Alamat : Taman Cipulir A3 No. 11
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, yang selanjutnya disebut Pihak
Pertama
2. Nama : Maria Florencia
KTP No. : 3671015210940003
Jabatan : Designer Interior
Alamat : Cluster Perancis FB 2/7 , Modernland , Tangerang 15117
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Spark Lite Interior, yang selanjutnya disebut
sebagai Pihak Kedua.
Kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan ikatan perjanjian kerja yang diatur dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

PASAL I
MASA BERLAKU PERJANJIAN
Kedua belah pihak telah sepakat bahwa masa perjanjian ini berlaku sejak ditandatangani
sampai dengan kedua belah pihak menyelesaikan kewajiban masing-masing.
PASAL II
JENIS PEKERJAAN
Dalam hal ini Pihak Pertama menunjuk Pihak Kedua untukmerancang / mengerjakan desain
interior rumah yang meliputi pekerjaan yang mana tahap pengerjaan tersebut berupa gambar
3D rendering, layout,potongan,revisi sebanyak tiga kali, dan gambar teknik untuk pembuatan
furniture dan fixture custom.
PASAL III
BIAYA DESAIN DAN TAHAP PEMBAYARAN
Total biaya pengerjaan yang harus dibayarkan tunai/transfer oleh Pihak pertama kepada Pihak
kedua adalah sejumlah Rp 3.162.500,00 (terbilang : Tiga Juta Seratus Enam Puluh Dua Ribu
Lima Ratus Rupiah), dengan perincian sebagai berikut:
I. Perancangan Kamar Tidur Anak 1
3 Furniture Custom (Meja TV, Meja Rias dan Lemari)
Rp 550.000,00
II. Perancangan Kamar Tidur Anak 2
5 Furniture Custom (3 Meja Rias, Lemari dan Meja Console)
Rp 600.000,00
III. Perancangan Dapur
Rp 750.000,00
IV. Perancangan Kabinet TV & Ruang Tamu
Rp 250.000,00
V. Perancangan Shoes Rack
Rp 200.000,00
Dengan Tambahan sebesar 15 % untuk proses dealing dan pemilihan warna material
TOTAL Rp 2.350.000,00 + 15 %
= 2.350.000,00 + 352.500,00
=Rp 2.752.500,00
Pihak Pertama memberi imbalan kepada Pihak Kedua atas pekerjaan sebagaimana yang
tercantum pada PASAL II sejumlah Rp 3.162.500,00 (terbilang : Dua Juta Tujuh Ratus Lima
Puluh Dua Ribu Lima Ratus Rupiah)
Surat Perjanjian ini dinyatakan batal apabila Pihak Pertama tidak dapat melakukan pembayaran
kepadaPihak Kedua sesuai dengan waktu dan jumlah sebagaimana yang tercantum pada
PASAL III butir 2, 3, dan 4. Pihak Pertama menyatakan setuju atas ketentuan ini.
Apabila setelah Surat Perjanjian Kerjasama ini ditandatangani terjadi pembatalan oleh Pihak
Pertama, maka seluruh pembayaran yang telah diterima olehPihak Kedua tidak dapat
dikembalikan dan seluruh hasil desain adalah menjadi milik Pihak Kedua kecuali sketsa desain.

Transfer pembayaran dapat melalui rekening atas:


Nama : Maria Florencia
Bank : BCA
Rekening : 6580493163
PASAL IV
KETENTUAN
1. Gambar-gambar yang telah dikerjakan menjadi milik kedua belah pihak setelah dilakukan
pelunasan pembayaran.
Pihak Pertama tidak diperkenankan menggunakan desain yang telah diberikan oleh Pihak
Kedua sebelum melakukan pelunasan biaya.
Pihak Pertama tidak diperkenankan menggunakan ulang desain atau menggandakan desain
yang dibuat oleh Pihak Kedua lebih dari 1 kali tanpa adanya persetujuan dari Pihak Kedua.
PASAL V
SANKSI
1. Jika Pihak Kedua tidak dapat menyelesaikan pekerjaan karena sesuatu hal dari Pihak
Kedua, uang muka dikembalikan sebesar 50% dari yang telah diterima oleh Pihak Kedua.
2. Jika terjadi pembatalan perjanjian oleh Pihak Pertama, uang muka yang telah dibayarkan
kepada Pihak Kedua tidak dapat dikembalikan.
3. Apabila terjadi ketidak sesuaian dengan persetujuan yang telah dibuat maka pihak yang
merugikan akan dikenakan sanksi.
PASAL VI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Jika terjadi perselisihan atas penafsiran dan atau pelaksanaan atas PERJANJIAN
KERJASAMA akan diselesaikan oleh para pihak secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Namun apabila cara musyawarah tersebut tidak mencapai mufakat, maka penyelesaian akan
dilakukan melalui peraturan dan perundangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
PASAL VII
PEMBUBUHAN MATERAI
Surat Perjanjian Kerja ini dibuat rangkap 2 (dua) yang masing-masing dibubuhi dengan materai
yang cukup, sehingga mempunyai kekuatan hukum yang sama dan ditandatangani oleh kedua
belah pihak dalam keadaan sehat jasmani dan rohani tanpa adanya unsur paksaan dari pihak
manapun.
PASAL VIII
LAIN LAIN
PERJANJIAN KERJASAMA ini dibuat dan ditandatangani oleh Pihak Pertama dan Pihak
Kedua pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut pada bagian awal perjanjian kerjasama ini
dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing sama bunyinya, bermaterai cukup dan memiliki
kekuatan hukum yang sama untuk kepentingan masing-masing pihak.

PIHAK PERTAMA, PIHAK


KEDUA,

Anda mungkin juga menyukai