Industrial Pedesaan
Industrial Pedesaan
LATAR BELAKANG
Lahan pertanian bagi petani merupakan asset produktif yang sangat berharga.
Dengan luas lahan yang ada, jumlah produksi pertanian sangat tergantung pada kesuburan
lahan. Menurunnya kesuburan lahan karena lahan pertanian mengalami degradasi yang
akan menyebabkan penghasilan petani berkurang dan secara relatif menjadi lebih miskin.
Peran lahan kering mendukung ketahanan pangan semakin meningkat, sejalan makin
berkurangnya lahan pertanian produktif dan produksi padi khususnya di lahan sawah
irigasi yang cenderung mengalami pelandaian . Lahan kering dicirikan dengan lahan yang
memiliki tingkat kesuburan dan produktivitas relativ rendah, peka terhadap bahaya erosi
dan degradasi lahan terutama didaerah dataran tinggi . Seiring dengan itu pada umumnya
petani didaerah lahan kering memiliki kondisi social ekonomi yang sedikit tertinggal
dibanding daerah irigasi, yang salah satunya dicirikan dengan rendahnya daya beli
saprodi. Hal ini berakibat produktifitas usahatani dan pendapatan petani lahan kering
rendah.
Secara konseptual pengembangan ekonomi masyarakat dapat ditempuh melalui
pengembangan sumber – sumber pengembangan ekonomi yang telah berjalan dan
penciptaan sumber – sumber pertumbuhan ekonomi baru. Program pemerintah dalam
upaya peningkatan pendapatan petani dan pelestarian lingkungan mendukung pertanian
berkelanjutan dapat dilakukan melalui Industrialisasi Pedesaan dengan Pengembangan
Agribisnis di Pedesaan. Sejalan dengan program peningkatan pendapatan melalui inovasi
(P 4 MI) Badan Litbang Pertanian Industrialisasi Pedesaan bertujuan untuk mendapatkan
rintisan model Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan meningkatkan pendapatan petani
dengan menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Wilayah kabupaten Temanggung merupakan daerah yang didominansi dengan
pegunungan yang berada di lereng gunung Sindoro bagian timur dengan ketinggian ±
3.151 m dpl dan bagian barat lereng gunung Sumbing ketinggian ± 3.260 m dpl.
*) Makalah disampaikan pada Workshop ” Pengembangan Agribisnis Pedesaan P4MI
2008”, di Hotel Ria Diani, Cibogo- Bogor, Tgl 29 – 31 Januari 2008.
1
Wilayah ini mempunyai topografi yang bergelombang dan berbukit sehingga banyak
dijumpai sungai-sungai kecil. Oleh karena itu pembuatan dam di sungai-sungai kecil
bagian hulu tampaknya tepat. Air yang tertampung dalam dam dimanfaatkan untuk
kepentingan usaha pertanian (tanaman, ikan dan ternak). Maksud lain dari pengelolaan air
di daerah perbukitan adalah, (1) merembeskan air ke dalam tanah melalui perkolasi, (2)
meningkatkan kelembaban tanah dan (3) memberikan pasokan air ke tanaman sesuai
kebutuhan setiap phase..
Luas lahan di Kabupaten Blora kurang lebih 1820,59 km2 (1.820,59 ha) yang 49%
merupakan lahan hutan. Sebagian besar di Kabupaten Blora merupakan lahan kering
sehingga air merupakan masalah yang harus menjadi perhatian serius. Ketersediaan air
relatif berfariasi menurut ruang dan waktu, sedang kebutuhan air terus meningkat
mengikuti jumlah penduduk. Salah satu tindakan untuk mengatasi masalah air di lahan
kering adalah menyimpan air di musim hujan dan dimanfaatkan di musim kemarau
dengan pendekatan pengelolaan air (Irianto dan Karama, 1996). Pada daerah yang
mempunyai curah hujan sedang seperti di Kabupaten Blora tindakan pengelolaan air perlu
mendapatkan prioritas. Krisis air di daerah ini sangat terasa terutama musim kemarau
yang ditandai sejumlah sungai mengering(Suprapto dkk, 2006).
Tanaman pangan merupakan tanaman utama yang di usahakan di Kabupaten Blora
da Temanggung dalam mencukupi kebutuhan pangan sehari – hari petani. Selain itu usaha
pemeliharaan ternak baik sapi maupun kambing/domba merupakan usaha pokok
disamping usaha pertanian pangan, namun dalam pengusahaannya masih belum intensif.
Hampir setiap keluarga disini memelihara ternak baik untuk tabungan petani. Tujuan
utama usaha tani ternak adalah untuk menambah pendapatan serta pemanfaatan
kotorannya untuk pupuk. Dalam berusaha tani di lahan kering biasanya petani masih
melakukan secara individu belum berkelompok. Kelompok tani sebagai organisasi tempat
berkumpulnya petani kurang berjalan sebagaimana mestinya, selain itu dalam
berkelompok petani lebih banyak bersifat social. Kartasasmita (1996) menyarankan
dalam implementasinya konsep pemberdayaan petani menggunakan kelompok dan lebih
lanjut disarankan kelembagaan kelompok mengarah pada profit, bukan administrasi atau
social.
Di Jawa Tengah sampai saat ini dan mendatang, sektor pertanian masih memiliki
peranan penting dan strategis dalam kaitannya dengan penyediaan bahan pangan
(ketahanan pangan) dan upaya peningkatan pendapatan masyarakat petani. Untuk
meningkatkan produktivitas hasil-hasil pertanian guna mencukupi kebutuhan pangan
regional maupun memasok kebutuhan nasional, peran teknologi hasil penelitian dan
pengkajian, sebagaimana telah dibuktikan pada era pencapaian swasembada beras, masih
2
sangat diperlukan. Karena itu peran inovasi teknologi pertanian dimasa kini dan
mendatang masih terus diperlukan guna membantu mengatasi permasalahan dan
tantangan yang semakin komplek.
Pembangunan pertanian masa kini dan masa mendatang akan dihadapkan pada
berbagai permasalahan yang semakin kompleks. Isu ketahanan pangan, proses produksi
yang efisien dalam rangka menghadapi pasar global, peningkatan kesejahteraan petani,
penyediaan lapangan kerja, kemerosotan kualitas sumberdaya lahan, produk pertanian
yang ramah lingkungan (organic farming), perlu dipertimbangkan dalam membangun
pertanian kedepan. Untuk itu penelitian dan pengkajian teknologi pertanian harus
diarahkan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut
Dewasa ini telah banyak inovasi pertanian hasil penelitian dan pengkajian Badan
Litbang Pertanian yang dapat dikembangkan guna mendukung pengambangan agribisnis.
Ciri teknologi yang berorientasi agribisnis adalah mampu: (1) meningkatkan efisiensi dan
cost effectiveness produksi melalui teknologi inovatif, (2) menekan biaya produksi dan
meningkatkan kualitas produk, (3) menghasilkan produk primer berkualitas tinggi dengan
standar harga pasar yang baik, (4) mengurangi kehilangan hasil pada saat pra panen dan
pasca panen, (5) mengolah by-product menjadi produk bernilai tambah, (6)
mempertahankan produktivitas dan kualitas produksi, serta suplai produk ke pasar secara
3
berkesinambungan, dan (7) mampu memperbaiki kualitas kemasan untuk transportasi
(Budianto, 2002).
Disatu sisi Isu adanya kesenjangan hasil penelitian dengan hasil petani dalam
penerapan teknologi hingga saat ini masih sering terdengar. Penyebabnya antara lain
adalah petani umumnya belum menerapkan teknologi hasil penelitian. Hal itu sebagai
akibat dari penggunaan teknologi tidak sesuai kebutuhan, teknologi terlalu sukar
diterapkan, tidak menghasilkan nilai tambah yang ekonomis yang nyata serta
keterbatasan petani dalam mendapatkan hasil penelitian dan atau hasil penelitian tidak
sampai kepada petani . Masalah ini menjadi tantangan kita bersama, khususnya bagi Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah yang mempunyai tugas
melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
Sebab jika benar bahwa senjang hasil penelitian dengan hasil petani tersebut adalah akibat
tidak sampainya teknologi kepada petani, maka salah satu penyebabnya adalah lemahnya
aspek diseminasi atau penyampaian teknologi hasil penelitian dan pengkajian kepada
petani. Hal itu dapat dipahami karena adanya beberapa kenyataan yaitu antara lain (a)
lemahnya akses petani kepada lembaga penelitian (sumber teknologi), (b) beragamnya
kondisi agroekologi wilayah Jawa Tengah, (c) berubahnya system penyuluhan pertanian
sebagai konsekuensi penerapan Otonomi daerah.
Berawal dari masalah itu, penyelenggaraan diseminasi inovasi pertanian perlu terus
dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat pertanian pada era Otonomi Daerah.
Peluang tersebut terbuka dengan diluncurkan Program Pengembangan Desa Model
Agribisnis dalam rangka untuk mengatasi masalah keterlambatan penggunaan teknologi
dalam menumbuhkan sitim usaha pertanian yang berwawasan usaha ( agribisnis) agar
dapat memberikan kesejahteraan kepada petani. Di samping itu pengolahan hasil
pertanian belum dilakukan dengan baik sehingga produk yang dihasilkan di jual apa
adanya (bahan mentah) sehingga belum memberikan nilai tambah pada petani. Oleh
sebab itu pengolahan hasil pertanian perlu dikembangkan untuk memberikan nilai tambah
terhadap petani.
4
difusi dan replikasi model percontohan teknologi melalui expose dan demontrasi lapang,
diseminasi informasi,advokasi dan fasilitasi. (4) basis pengembangan dilaksanakan
berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.
a. Melakukan studi karakterisasi dengan metode PRA dan survei pendasaran (baseline
survey) pada lokasi kegiatan untuk menyusun rancang bangun model pengembangan
Laboratorium Agribisnis
b. Membuat unit percontohan usaha agribisnis terpadu sesuai rancang bangun (unit
percontohan agribisnis berbasis kambing/sapi dan tanaman pangan/sayuran)
c. Melakukan diversifikasi usaha komoditas penunjang pada Laboratorium Agribisnis
d. Revitalisasi kelembagaan kelompok tani dan pembinaan/pelatihan petani sebagai
pelaku agribisnis
e. Inisiasi pembentukan klinik agribisnis
DASAR PERTIMBANGAN
Petani miskin di pedesaan mempunyai strategi yang berbeda – beda untuk
meningkatkan pendapatannya, tergantung dari keadaan sistim pertanian yang berkembang
di wilayahnya (Ashley and Camey 1999) untuk itu menurut Berdeque dan Escobar (2002)
program yang disusun untuk mengurangi kemiskinan di pedesaan harus didasarkan
potensi sumber daya di masing – masing lokasi dan dilihat hubungan langsung ataupun
tidak langsung yang mempengaruhi produktifitas pertanian.
Sasaran akhir dari program utama pembangunan pertanian adalah meningkatkan
kesejahteraan petsani dengan tetap mempertimbangkan ekosistem, sehingga tercapai
suatu system usaha tani produktif yang berkelanjutan. Sistim usaha tani yang
berkelanjutan merupakan salah satu model pendekatan pembangunan pertanian dengan
menggunakan input luar yang rendah. Sejalan dengan konsep diversifikasi horizontal
dalam upaya peningkatan pendapatan rumah tangga tani, yaitu mengembangkan
komoditas unggulan sebagai “core of business” serta mengembangkan usaha tani
komoditas lainnya sebagai penyangga untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
alam, modal, dan tenaga kerja keluarga serta memperkecil terjadinya resiko kegagalan
usaha (Sarjana dkk, 2001). Diversifikasi usaha tersebut sebaiknya memperhatikan
lingkungan sehingga tidak terjadi degradasi lahan (Orgendo, 1998).
5
Industrialisasi Pedesaan dilaksanakan dengan strategi antara lain menerapkan
tehnologi inovatif tepat guna melalui penelitian dan pengembangan parstisipatif.
Membangun model percontohan system dan usaha Agribisnis progresif berbasis tehnologi
inovatif dengan mengintegrasikan sistim inovasi dan sistim Agribisnis. Mendorong proses
divusi dan replikasi model percontohan tehnologi inovatif melalui ekspose, demonstrasi
lapang, desiminasi informasi, advokasi serta fasilitasi. Basis pengembangan dilaksanakan
berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi social ekonomi setempat (Badan Litbang
Pertanian, (2004)
6
Beberapa potensi dan permasalahan yang dihadapi di Desa –desa yang
mendapatkan Propgram P4MI antara lain (1) Sumberdaya pertanian belum dapat
dimanfaatakn secara optimal (2) Usahatani tanaman semusim seperti (a). Usahatani
tanaman pangan padi dan jagung , dalam usaha tani padi masih menggunakan varietas
IR 64 dan Ciherang , jagung potensi dan masalah yang ada antara lain varietas yang
ditanam merupakan varietas lokal dan ditanam turun temurun , pemupukan belum
berimbang ,tanaman rebah karena angin kencang, serangan hama lalat bibit belum diatasi,
pada MH mudah terserang penyakit busuk tongkol dan hawar daun , pengeringan hasil
panen pada musim hujan sulit dilakukan . pemipilan masih tradisional (manual) sehingga
membutuhkan waktu lama dan pengolahan hasil baru diolah untuk konsumsi keluarga (b)
Usahatani tanaman hortikultura seperti cabai , tomat dan bawang merah , potensi dan
masalah antara lain (1).Varietas ditanam masih varietas lokal, kualitas benih rendah
(tidak diseleksi) dan ditanam turun temurun (2) Serangan hama/penyakit keriting dan layu
(dominan), penyakit potensial ’bulai/kuning’ (3). Harga tidak stabil (fluktuasi harga
tinggi).
Sedangkan untuk Pemanfaatan pekarangan dan pengembangan sumber
pendapatan tambahan di Desa , petani melihat adanya potensi pekarangan yang belum
dimanfaatkan secara optimal melalui usaha tanaman hias ataupun tanaman buah-buahan.
Beberapa masalah yang dihadapai pada usaha off farm ( pengolahan) yaitu, (a)
kualitas produk masih kurang baik, (c) pengolahan kurang efisien, dan (d) pasar dikuasai
pengepul. Upaya diversifikasi produk dan usaha pertanian baik secara vertikal dan
horisontal perlu dilakukan guna mengurangi resiko kegagalan usahatani yang dihadapi
petani. Beberapa produk pertanian antara jagung, pisang dan singkong serta yang lain-
7
lain memerlukan penanganan pasca panen untuk meningkatkan nilai jual dan nilai
tambah. Teknologi pasca panen termasuk processing (pengolahan hasil) memiliki
peranan penting dalam penanganan hasil produksi pertanian. Kegiatan pasca panen
menjadi perlu terlebih jika melihat sifat dari sebagian besar produk pertanian yang mudah
rusak (perishable) dan bersifat musiman (seasonal) dan volumeneous.
KELUARAN
a. Data dan informasi tentang : potensi (wilayah dan sumberdaya manusia), masalah dan
peluang pengembangan agribisnis, sosial ekonomi dan kelembagaan pedesaan sebagai
bahan penyusunan rancang bangun
b. Rancang bangun laboratorium agribisnis, jenis-jenis inovasi yang akan dikembangkan
dan pembuatan jadwal kegiatan inovasi selama 3 tahun ke depan.
c. Unit percontohan usaha agribisnis berbasis inovasi teknologi :
(1).Usaha tani kambing (perbibitan/penggemukan dan pengelolaan limbah kambing)
(2) Usahatani berbasis tanaman pangan
d. Terbentuknya diversifikasi usaha komoditas penunjang pada Laboratorium
Agribisnis
e. Terbentuknya inisiasi kerjasama kelembagaan agribisnis
f. Kelembagaan dan pembinaan petani sebagai pelaku agribisnis :
(1) Peningkatan kinerja kelembagaan kelompok tani
(2) Klinik agribisnis
(3) Petani (pelaku agribisnis) meningkat pengetahuan dan ketrampilannya
8
MANFAAT DAN PERKIRAAN DAMPAK
Manfaat dan perkiraan dampak yang akan ditimbulkan dari implementasi inovasi
yang akan dikembangkan antara lain:
a. Percepatan penyebaran dan adopsi inovasi teknologi dan kelembagaan usaha kambing
dan tanaman pangan
b. Peningkatan kinerja (tingkat produktivitas) usahatani kambing dan usahatani berbasis
tanaman pangan
c. Peningkatan pendapatan petani
METODOLOGI
A. Pendekatan
Kegiatan dilakukan melalui beberapa pendekatan secara terpadu, yaitu: (1)
agribisnis, (2) Agro-ekosistem, (3) wilayah, (4) kelembagaan, dan (5) pemberdayaan
masyarakat. Pengembangan Agribisnis mencakup, berbasis agroekosistem tertentu,
melalui pemanfaatan secara optimal sumberdaya pertanian suatu wilayah, kelembagaan
pertanian dan pemberdayaan masyarakat petani (comminity development), sehingga
inovasi yang diperkenalkanm mampu meningkatkan partisipasi dan memberikan nilai
tambah bagi petani, pelaku agribisnis.
B. Lokasi Kegiatan
Untuk merancang suatu model inovasi usaha agribisnis disuatu wilayah, perlu
mempertimbangkan berbagai aspek pendukung. Untuk itu sebelum membuat rancangan
model perlu dilakukan beberapa tahapan kegiatan, yang antara lain adalah : (1)
Pengorganisasian, untuk memberikan gambaran yang jelas tentang tugas dan kewenangan
9
masing-masing institusi; (2) Perencanaan yang dimulai dengan Study pemahaman desa
secara partisipatif (PRA) yang meliputi identifikasi kondisi agroekosistem, sosial budaya,
identifikasi sistem usaha agribisnis, identifikasi potensi dan peluang pengembangan
komoditas unggulan potensial, identifikasi usahatani, usaha agribisnis dan teknologi
existing, identifikasi kelembagaan agribisnis existing, identifikasi bentuk-bentuk unit
usaha on farm, off farm dan non farm yang ada serta identifikasi bentuk hubungan antar
lembaga dan unit usaha. (3) Perancangan Model, yang meliputi, rancangan Laboratorium
Agribisnis dan rancangan pembiayaan; (4) Implementasi model, meliputi introduksi
model, pemantapan model dan transfer model, dan (5) Monitoring dan Evaluasi.
Secara umum, pada tahun 2008 kgiatan yang akan dilaksanakan, merupakan
Pembentukan Desa Model Agribisnis yang diharapkan dapat menjadi contoh desa yang
menerapkan suatu usaha agribisnis dengan memanfaatkan potensi sumberdaya di
wilayahnya sebagai kesatuan yang utuh. Kegiatan tersebut meliputi :
10
Kelompok tani merupakan lembaga tingkat desa yang berhubungan secara langsung
dengan pembangunan pertanian. Kelompok - kelompok tani tersebut direncanakan
menjadi pelaksana dalam mengembangkan Laboratorium Agribisnis. Sebagai kelas
belajar, kelompok tani sudah mulai berfungsi walaupun belum optimal. Namun sebagai
unit produksi dan unit kerjasama dalam usahatani, fungsi tersebut belum berjalan.
Guna memfungsikan kelompok tani sebagai unit kerjasama dan produksi dalam
usahatani, maka pada tahun 2008 ini akan dilakukan penyempurnaan suatu model
kelembagaan agribisnis. Kelembagaan agribisnis yang akan dibangun merupakan suatu
model kelembagaan inovasi dalam program Desa Model Agribisnis yang meliputi
kelembagaan modal, penyedia sarana produksi, lembaga penyuluhan (Klinik Agribisnis),
serta lembaga pengolahan dan pemasaran hasil.
3. Antara kelompok satu dengan lainnya mempunyai hubungan dan kerjasama yang erat,
yang digambarkan dalam bagan kelembagaan Laboratorium Agribisnis Disamping
kelembagaan yang pelaku utamanya adalah kelompok tani, pada tahun 2008 juga
dilakuka penyempurnaa Klinik Agribisnis yang berfungsi sebagai lembaga yang
memberikan advokasi terhadap kegiatan agribisnis, menyediakan informasi inovasi,
menyediakan tempat percontohan, dan sebagai tempat konsultasi agribisnis.
Introduksi model usaha ternak sapi potong terpadu. Kegiatan ini meliputi perbaikan
manajemen produksi (introduksi bibit unggul, perkandangan komunal, manajemen
pemberian pakan) , menuju sistem produksi yang efisien (Pendekatan Zero Waste)
untuk komoditas utama yaitu ternak sapi potong. Termasuk penanganan limbah ternak
untuk pupuk organik bermutu dan kedepan untuk Bio Gas. Teknologi yang digunakan
terutama bersumber dari Puslitbangnak/Balitnak Penerapan biogas : Prinsip
pembuatan biogas adalah menampung limbah organic kotoran ternak, kemudian
11
diproses dan diambil gasnya untuk dimanfaatkan sebagai suber energi. Dalam proses
ini dibutuhkan 3 tabung yaitu tabung penampung bahan baku , tabung pemroses dan
tabung penampung sisa hasil pemrosesan. Bahan pembuat tabung dapat bersal dari
bata merah , plastik atau drum bekas baik dari seng atau dari plastik ( Muryanto dkk,
2006 ).
12
Sumber informasi berasal dari BPTP, Balai Nasional lingkup Badan Litbang Pertanian
dan Dinas Lingkup Pertanian kabupaten dan swasta.
9. Metode Analisis
Kegiatan Prima tani merupakan suatu inovasi teknologi baik berupa introduksi
teknologi maupun rekayasa model, metode analisis yang digunakan tergantung pada jenis
kegiatan, dan lebih dititik beratkan pada aspek ekonomi dan sosial :
a) Survey Pendasaran akan mengikuti petunjuk teknis pelaksanaan survey yang
disusun tim Prima Tani Pusat
b) Aspek Ekonomi
13
Data dan informasi yang dihimpun meliputi hal-hal yang berkaitan dengan biaya
usahatani, produksi, penerimaan. Analisis yang didunakan analisis finansial
parsial dan titik impas (Kadariah,1998) atau Marginal Benefit Cost Ratio
(MBCR) (Palaniappan, 1985)
c) Aspek Sosial
Data dan informasi yang dihimpun untuk mengetahui persepsi dan respon petani
dan instsnti terksit terhasdsp model inovasi yang diintroduksikan, termasuk
permasalahan-permasalahan yang terjadi selama kegiatan berjalan. Metode
Analisis yang digunakan secara diskriptif, dengan menggunakan konsep ukuran
untuk menjelaskan fenonema yang diamati yaitu presentase dan distribusi
frekuensi.
14
JADUAL KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persiapan dan
perbaikan proposal
Pertemuan/koordinasi
Koodinasi Tk.
Propinsi
Koordinasi Tk. Kab.
Pengemb. Kelemba-
gaan Lab. Agribisnis
Pengemb. Kelemba-
gaan usaha ternak
Pengemb. Kelemba-
gaan usaha tanaman
15
Pembinaan kelompok
tani
Pengembangan
kapasitas
sumber daya
( pelatihan,
magang dll )
Perbaikan
manajemen
usaha
reproduksi
ternak
kambing
terintegrasi
dengan
tanaman
pangan
Perbaikan
manajemen
usaha
penggemukan
ternak sapi
terintegrasi
dengan
tanaman
pangan
Implementasi Inovasi
Agribisnis
Penyempurnaan
klinik
agribisnis
Analisa data dan
pelaporan
Distribusi Laporan
DAFTAR PUSTAKA.
16
Garang Untuk Mengendalikan Banjir Dan Menekan resiko Kekeringan. Makalah
disampaikan pada Paparan Banjir Dan Kekeringan DAS Garang , Semarang,.
Puslittanak Bogor.
Kartasasmita, G. 1996. Power dan Empowerment : Sebuah Telaah Mengenai Konsep
Pemberdayaan Masyarakat . Makalah Disampaikan Pada Peringatan Hari Jadi
Pusat Kesenian Jakarta Ke 28. Jakarta.
Orgendo, O. 1998. Tenure Regine and Land Use System In Africa, The Challengers At
Sustainability. Departemen Of Law. University Of Nairabi Kenya.
Suprapto, Prasetyo,T. dan Setyani, C. 2006. Embung Sebagai Alternatif Mencukupi
Kebutuhan Air Untuk Usahatani di Kabupaten Blora. Badan Litbang Pertanian.
Sarjana, Joko P., E. Iriani, M.Norma, A. Sutanto. 2001. Laporan Kegiatan Pengkajian
KSP Rawa Pening, BPTP Jawa Tengah.
Badan Bimbingan Massal Ketahanan pangan. 2006. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan. Badan Bimbingan Massal Ketahanan pangan Provinsi Jawa Tengah
Badan Litbang Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Participatory Rural Appraisal (PRA)
Prima Tani Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
BPS, 2004. Jawa Tengah Dalam Angka 2004. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa
Tengah, Semarang.
Badan Litbang Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Participatory Rural Appraisal (PRA)
Prima Tani Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Budiyanto,J.2002. Tantangan dan Peluang penelitian dan Pengembangan padi dalam
Perspektif Agribisnis dalam Suprihatno,(Eds). Kebijakan Perberasan Dan Inovasi
Teknologi Padi. Buku I. Pusat Penelitian Dan pengembangan Tanaman Pangan.
Bogor
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Prima Tani (Program Rintisan dan
Akselerasi Pemasyarakatan inovasi Teklnologi Pertanian). Departemen Pertanian.
Jakarta.
Scot,J.C. 1994 . Moral Ekonomi Petani; Pergolakan Dan Subsistenti di Asia Tenggara.
LP3ES. Jakarta
Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan
Usaha Agribisnis Industrial. Bahan Rapat Lingkup Badan Litbang Pertanian.
Slamet Santoso. 2005 Karya Ilmiah Pratek Akhir . Pengembangan Agribisnis Tomat
(Lycopersicum esculentum Miil) Melalui Penggunaan pupuk Berimbang Di
Kecamatan Bojong kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah.Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Bogor
Wiriatmadja , S. 1978. Pokok – Pokok penyuluhan Pertanian. CV Yasaguna.
17