Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fadal

Nim : 201610070311038
Kelas : Biologi V-a

MEKANISME PERBAIKAN DNA

Sel prokariotik maupun eukariotik memiliki sejumlah system perbaikan yang


berhubungan dengan kerusukan DNA. Beberapa system memperbaiki kerusakan DNA akibat
mutasi secara langsung dan sebagian lainnya memotong bagian yang rusak.

1. Perbaikan Kerusakan DNA Akibat Mutasi Secara Langsung (Perbaikan oleh


Aktivitas Enzim Polimerase DNA)
Enzim polymerase DNA pada bakteri juga memiliki aktivitas eksonukleoase. Aktivitas
eksonukleoase inilah yang antara lain memperbaiki kerusakan DNA akibat mutasi pada bakteri.
Bukti tentang peran penting aktivitas eksonukleoase dan enzim polymerase DNA yang
menekan laju mutasi pada bakteri terjadi pada mutasi gen mutator pada E. coli, jika gen mutator
strain E. coli mengalami mutasi, maka frekuensi mutasi (seluruh gen) pada strain-starin itu
menjadi tinggi. Enzim polimerase DNA pada bakteri memiliki aktivitas eksonuklease pada
arah 3’  5’.

 Fotoreaktivasi dimer pirimidin yang di induksi oleh UV


Proses ini membutuhkan bantuan cahaya yang kelihatan dalam rentang panjang 320 –
370 nm (cahaya biru) , dimer timin langsung berbalik pulih menjadi semula. Fotoreaktivasi ini
dikatalis oleh enzim fotoliase (photoliase) yang aka menyingkirkan dimer jika diaktivasi oleh
suatu foton.

 Perbaikan kerusakan akibat alkilasi


Kerusakan DNA akibat alkilasi dapat dipulihkan oleh enzim (metilatranfase).enzim
tersebut dikode oleh gen yang disebut ada. Enzim itu akan menemukan O6-metilguanin pada
molekul DNA dan selanjutnya menyingkirkan gugus metil tersebut sehingga molekul DNA itu
kembali pulih seperti semula.

2. Perbaikan Kerusakan DNA dengan Cara Membuang Pasangan Basa


 Perbaikan Melalui Pemotongan
Proses ini memperbaiki dimer primidin yang terbentuk akibat induksi cahaya UV.
Contohnya pada isolasi E. coli yang sensitif terhadap sinar UV. Sistem perbaikannya tidak
hanya memperbaiki dimer primidin, tetapi juga berbagai distorsi lain dari helix DNA yang
melibatkan katalis dari enzim endonuklease uvr ABC.

 Perbaikan Dengan Bantuan Glikosilase


Enzim glikosilase mendeteksi basa yang tak lazi dan selanjutnya mengkatalisasi
penyingkirannyadari gula deoksiribosa. Basa yang rusak (cacat) dapat juga disingkirkan dari
molekul DNA dengan bantuan enzim glikosilase. Enzim tersebut mendeteksi basa yang tak
lazim dan selanjutnya mengkatalisasi penyingkirannya (pemutusannya) dari gula deoksiribosa
(russel, 1992). Aktivitas katalitik enzim tersebut menimbulkan suatu "lubang" pada DNA
(russel, 1992). Posisi itu disebut sebagai tapak AP dan AP site. Tapak AP merupakan tapak
apurinik ( tidak ada purin berupa guanin dan adenin) atau tapak . "Lubang" itu kemudian
ditemukan oleh suatu enzim khusus yang disebut endonuklease AP (AP endonuklease). Enzim
tersebut memotong ikatan fosfodiester di samping basa yang lepas. Pemotongan tersebut
memungkinkan bekerjanya enzim polimerase I DNA (pada E. Coli). Selanjutnya enzim
polimerase I DNA menyingkirkan beberapa nukleotida di depan basa yang lepas itu dengan
menggunakan aktivitas eksonukleasenya dalam arah 5'  3' dan sebaliknya melakukan
polimerisasi mengisi untuk celah yang termasuk dengan menggunakan aktivitas
polimerisasinya.

 Perbaikan Melalui Koreksi Pasangan Basa Yang Salah


System perbaikan dikode oleh tiga gen yaitu mut H, mut L, mut S. Enzim tersebut
mencari pasangan basa yang salah kemudian setelah ditemukan dikatalis penyingkiran segmen
DNA yang mengandung pasangan basa yang salah.

PERTANYAAN
1. Bagaimana cara mengetahui terjadinya mutasi akibat penyakit genetic yang disebabkan
oleh kesalahan replikasi DNA ataupun kesalahan perbaikan DNA?
Jawab:
Penyakit genetic yang disebabkan oleh kesalahan replikasi DNA dan kesalahan
perbaikan DNA ada yang menunjukkan ciri yang dapat diamati secara
morfologi namun adapula yang harus melalui uji laboratorium. Deteksi dini
dapat dilakukan dengan memantau perkembangan serta sejarah dari keluarga
apakah mengidap penyakit genetic tersebut atau tidak.

2. Bagaimana fenomena pseudodominansi yang diakibatkan oleh delesi dapat terjadi?


Jawab:
Pseudodominansi dapat terjadi karena gen-gen mutan resersif terekspresi
sendiri, lokus-lokus pasangan (yang wild-type) pada kromosom homolognya
tidak ada lagi akibat telah mengalami delesi. Dalam hubungan inilah
pseudodominansi merupakan satu tanda adanya delesi (Ayala, dkk., 1984).

Daftar Pustaka
Snustad, D.P. & Simmons, M.J. 2012. Principle of Genetics sixth edition.
John Wiley&Sons, Inc

Anda mungkin juga menyukai