Variasi genetik atau variasipada genotip manusia terjadi karena pada saat individu baru terbentuk dengan sel telur yang telah dibuahi (zigot), puluhan ribu gen dari pihak sel telur dan puluhan gen dari pihak spermatozoa bergabung dalam suatu kombinasi atau susunann pasangan gen yang untuk setiap individu unik atau khusus. Kemungkinan kombinasi gen yang berbeda adalah 4n. Bila jumlah gen yang berbeda hanya 100 dari puluhan ribu gen yang berlainan, maka kemungkinan kombinasi (4100) mencapai jumlah yang sulit dibayangkan besarnya. Kemungkinan kombinasi yang identik praktis tidak pernah terjadi pada keturunan sebuah pasangan orang tua tertentu, dan pada keturunan orang tua yang lain. Setiap individu memiliki suatu susunan gen yang spesifik untuk dirinya. Perkecualian ada, yakni ada reproduksi aseksual, yang terjadi pada anak kembar dari satu sel telur. Sampai pada taraf sel telur yang telah dibuahi prosesnya merupakan reproduksi seksual, tetapi bila kemudian zigot itu membelah diri menjadi dua atau lebih individu, maka reproduksi hasil pembelahan zigot adalah suatu proses reproduksi aseksual. Hal ini karena masing-masing produk pembelahan zigot (yakni masing-masing anak kembar yang tumbuh dari pembelahan itu) mengandung susunan atau kombinasi gen yang identik. Variasi genetik tidak saja terbatas pada sebab susunan atau kombinasi gen orang tua yang heterozigotik (mengandung pasangan gen yang terdiri dari gen yang tidak sama), tetapi juga mungkin terjadi akibat perubahann pada gen itu sendiri, suatu genjal yang dinamakan mutasi. Semua dasar variasi genetik terjadi pada tingkatan gen, tetapi ada pula sejumlah variasi yang terjadi pada tingkatan kromosom. Baik pada pembentukan sel kelamin, maupun pada pembuahan yang merupakan penggabungan kromosom dari masing-masing sel kelamin, dapat terjadi sejumlah “salah jalan”. Dapat terjadi bahwa bagian dari salah satu kromosom yang terlepas dan menggabungkan diri dengan bagian kromosom yang lai, dan sebagainya; bahkan ada kemungkinan jumlah kromosom 46 kromosom pada manusia bertambah atau berkurang. Misalnya, pada individu yang kromosom seksnya bukan XX (wanita) atau XY (pria) tetapi berupa XXX, XXXX, XO, XYY, dan seterusnya. Dalam bentuk ciri-ciri yang tampak, variasi genetik dibagi dalam variasi yang disebabkan oleh gen tunggal dan variasi yang disebabkan oleh sekumpulan gen. Ciri golongan darah seperti golongan darah A, B, AB atau O merupakan variasi berdasarkan gen tunggal, sedangkan warna kulit atau tinggi badan disebabkan oleh sekumpulan gen. Sifat-sifat golongan pertama tidak berubah sepanjang hidup, tetapi sifat-sifat golongan kedua terpengaruh keadaan lingkungan. Mungkin lebih tepat penjelasan untuk golongan kedua dirumuskan sebagai berikut : yang terpengaruh keadaan lingkungan adalah wujud, tetapi yang tetap adalah kemampuan menunjukkan sifat-sifat lahiriah. Misalnya dalam hal warna kulit, benar bahwa warna kulit berubah menjadi hitam atau langsung menjadi merah (seperti banyak orang Eropa) selalu demikian atau tetap. Sifat-sifat atau variasi genetik tertentu berbeda wujudnya pada pria dan wanita. Misalnya pada pola pertumbuhan genetik lebih mudah ditentukan pada wanita daripada kaum laki-laki, sebab gangguan malnutrisi membawa dampak yang lebih besar pada laki-laki, sebab gangguan malnutrisi juga lebih cepat memulihkan diri kembali bila keadaan membaik. Ciri-ciri seperti tinggi badan dan panjang tungkai, pada wanita lebih konstan atara keturunan, sedangkan pada kaum pria paling konstan adalah ukuran lebar dada.
B. Variasi Fenotip pada Manusia
Fenotip adalah wujud fisik yang tampak dalam arti bisa dilihat, diukur, dihitung, dan diuraikan. Fenotip adalah hasil interaksi anatara lingkungan dengan genotip sejak saat pembuahan sel telur. Pengaruh pertama yang datang dari lingkungan sekitar zigot, yaitu lingkungan kandungan. Setelah lahir, lingkungan ekstern mengambil peranan utma. Ciri genotipe tertentu seperti golongan darah tidak terpengaruh lingkungan sepanjang hidup, tetapi banyak ciri yang lain berubah terus, sekalipun terbatas dalam ruang lingkup kemampuan tertentu yang tidak berubah. Kesulitan terbesar terletak pada penentuan seberapa jauh sesuatu ciri terpengaruh lingkungan. Batas-batas suatu kemampuan genetik memang tidak mudah ditentukan. Misalnya, penambahan tinggi badan pada orang di Indonesia, di Jepang, dan sebagainya bukan suatu gejalah perubahan kemampuan genetik, tetapi penambahan tersebut masih dalam batas kempuan pertumbuhan genetik, hanya di masa yang lampau keadaan lingkungan hidup (antara lain yang berkaitan dengan nutrisi dan kesehatan) tidak memungkinkan pertumbuhan kebatas maksimal genetika. Gejalah semacam itu telah pula dikenal pada masyarakat Amerika Serikat. 1. Fenotip Berdasarkan Seks Samapai kurang lebih minggu ke 7 di dalma kandungan, ketika ukuran embrio manusia 14 mm, tidak tampak perbedaan kelamin antara embrio laki-laki dan wanita, baik dari wujud luar, maupun dari alat kelamin embrional, sekalipun embrio tersebut sudah bergenotipe XX atau XY (atau lain seperti: XXX, XXXX, XO, XYY, dan sebagainya). Mulai pada minggu ke 7 di dalam kandungan dan seterusnya kelenjar kelamin embrional yang disebut gonad, mulai berubah jadi testis bila embrio itu berpola XY dan tidak ada gangguan lingkungan. Perubahan gonad menjadi ovarium bila pola genetik embrio wanita dan tidak ada gangguan lingkuan tertentu, terjadi sekitar minggu ke 10 di dalam kandungan. Perkembangan wujud kelamin bagian luar sebagai wujud kelamin laki-laki atau wanita terjadi pada stadium yang lebih lanjut. Oleh karena asal pertumbuhan dan perkembangan fenotipe wanita dan pria dari suatu wujud yang “netral”, maka tidak sulit untuk melihat bahwa fenotipe seks, antara optimal wanita dan optimal laki-laki, merupakan suatu deretan fenotipe yang kontinu.