Anda di halaman 1dari 5

Adakah kombinasi tanah arang sekam, batu kapur dan pupuk kompos sebagai media tanam

manakah koposisi yang paling optimal untuk pertumbuhan tanaman Tunjuk langit
(Helminthostachys zeylanica)?

Komposisi media taman manakah yang paling optimal dari kombinasi tanah arang sekam,
batu kapur dan pupuk kompos terhadap pertumbuhan tanaman Tunjuk langit
(Helminthostachys zeylanica)?

Anonim. (2010). Sarang Semut-Keajaiban Herbal Asli Indonesia. http://sarangsemut.net/.


Diakses tanggal 27 Januari 2010
PENGARUH KOMBINASI MEDIA TANAM DAN PEMUPUKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN BIJI TUMBUHAN SARANG SEMUT (Myrmecodia tuberosa Jack.

Bahan – bahan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga perlu dipahami agar
media tanam tersebut sesuai dengan jenis tanaman. Untuk mengatasi kelemahan tanah sebagai
media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan pasir dan pupuk kandang atau pasir dan sekam padi
dengan perbandingan 1:1 (Nurhalisyah, 2007).Selanjutnya Supriyanto dkk (2006), mengemukakan
media tanam yang baik harus mempunyai sifat fisik yang baik,lembab, berpori, draenase baik.

Arang sekam
Dari beberapa penelitian diketahui juga bahwa kemampuan arang sekam sebagai absorban yang bisa
menekan jumlah mikroba patogen dan logam berbahaya dalam pembuatan kompos. Sehingga
kompos yang dihasilkan bebas dari penyakit dan zat kimia berbahaya. Di dalam tanah, arang sekam
bekerja dengan cara memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah. Arang sekam dapat
meningkatkan porositas tanah sehingga tanah menjadi gembur sekaligus juga meningkatkan
kemampuan tanah menyerap air.
Batu Kapur
Salah satu upaya untuk menaikkan pH tanah, menurunkan kandungan atau kejenuhan Al,
meningkatkan kandungan Ca dan/atau Ca dan Mg, serta perbaikan ketersediaan P lahan
kering masam adalah pemberian kapur kalsit atau dolomit. Di samping pemupukan (N, P, K),
pengapuran merupakan upaya penting bagi pengembangan tumbuhan pada lahan kering
masam. Khusus untuk pengapuran lahan, penelitian yang telah dilakukan di Indonesia masih
terfokus pada tanah lapisan atas (top soil), sekitar 15-20 cm teratas, padahal jelajah akar
tumbuhan dapat mencapai kedalaman lebih dari 25 cm (Caires et al. 2008, Calonego and
Rosolem 2010, Gao et al. 2010). Masalah kesuburan tanah yang terkait dengan pH tanah,
kandungan Al, Ca, Mg, dan P pada profil yang makin dalam semakin berat (Sudarman 1987,
Caires et al. 2006, Caires et al. 2008). Di samping itu, pengaruh pemberian kapur pada tanah
yang semula bereaksi masam (belum diberi kapur) terhadap peningkatan pH dan penurunan
kandungan Al-dd massa tanah di bawahnya berjalan lambat (Conyers et al.2003, Caires et al.
2006, Caires et al. 2008).

Sucipto, dkk, 2007, Hubungan Partikel Debu pada Pengolahan Batu Kapur terhadap
Penurunan Kapasitas Fungsi Paru, UNDIP, Semarang.
Taufiq, A., H. Kuntyastuti, Sudaryono, A.G. Manshuri, Suryantini, Triwardani, dan C.
Prahoro. 2003. Perbaikan dan peningkatan efisiensi produksi kedelai di lahan kering masam.
Laporan Teknis. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.
(tidak dipublikasi).

Kompos
Media tanam K2,K3, K4 menjadi media remah lembab sehingga perakaran sawi tumbuh memanjang
dan jumlah akar primer nya menjadi lebih maksimal. Terbukti komposisi media K4 yaitu Tanah :
Kompos: Kertas (2:1:1) meningkatkan panjang akar 26.63% dan jumlah akar 17.32% dibandingkan
dengan menggunakan media tanam tanah (K0).

Novita dkk (2015), menyatakan bahwa media tanam berfungsi sebagai tempat melekatnya akar, juga
sebagai penyedia hara bagi tanaman. Campuran beberapa bahan untuk media tanam harus
menghasilkan struktur yang sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda
bagi tanaman. Sejalan dengan pendapat Agustien (2009) bahwa media tanam dapat diperbaiki
dengan pemberian bahan organik seperti kompos, pupuk kandang atau bahan organik lain. Semakin
beragam campuran bahan organik pada media tumbuh, maka sumbangan unsur hara pada tanaman
mampu memasok unsur hara untuk membentuk jumlah daun. Komposisi media tumbuh Tanah,
Kompos dan Jerami 2 : 1 : 1 Komposisi tanah, kompos dan jerami yang telah tercampur merata
memberikan kemudahan perakaran tanaman tumbuh dan berkembang.

Augustien 2009. Hidayat ,R. dan Mindari W. 2009. Penambahan Thitonia sp pada Kompos Sampah
Pasar Sayur Terhadap Peningkatan Unsur K+ dan BO . Prosiding Research Month UPN “Veteran”
Jatim. 2009.
Novita Sari S, Nini Rahmawati, Lollie Agustina P.Putri, 2015Respons Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kedelai Varietas Detam 1 terhadap Pemberian Vermikompos dan Pupuk P. Jurnal
Agroekoteknologi. Vol.3. No.4, September 2015. Halaman 1597. E-ISSN No. 2337- 6597.

5 Penyusunan Sumber Belajar Modul


2.5.1 Definisi Modul
Menurut Izzati (2015), modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas
secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang
terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar dan evaluasi. Modul
berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar
secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing. Purwanto et al (2007), memberikan
pengertian modul merupakan bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan
kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan terkecil dan dipelajari secara mandiri
dalam satuan waktu tertentu. Menurut Agustina, (2021). modul adalah buku yang ditulis
dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan
guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang
telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan
mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik
yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan cepat menyelesaikan satu atau lebih 9
kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian modul harus
menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
Berdasarkan beberapa uraian pengertian modul menurut para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa modul adalah suatu bahan ajar yang teruarai secara lengkap dan berdiri
sendiri yang didalamnya memuat tujuan, pokok-pokok materi, sumber belajar, lembar kerja
dan program evaluasi yang dikemas secara utuh, sistematis, terperinci dan dibuat untuk dapat
dipelajari secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pengajar dalam rangka membantu
peserta didik menguasai tujuan topik pembelajaran.
2.5.2 Aspek-aspek Pembuatan modul Pembelajaran
1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun
pengajar/instruktur.
3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan
gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan pelajar untuk belajar
mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
4. Memungkinkan pelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
2.5.3 Pengembangan Bahan Ajar Modul
Pengembangan bahan ajar modul didalamnya memuat strategi pembelajaran serta media
yang digunakan. Silabus digunakan untuk mengacu desain dalam penyusunan modul.
Namun jika belum terdapat silabus, dapat dilakukan juga langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Tetapakan kerangka bahan yang akan disusun.
2. Tetapkan tujuan akhir (performance objective) yaitu kemampuan yang harus dicapai dan
dikuasai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari modul.
3. Tetapkan tujuan antara (enable objective) yaitu kemampuan spesifik yang menunjang
tujuan akhir.
4. Tentukan sistem evaluasi.
5. Bila ada silabus maka dapat mengacu untuk menetapkan garis besar materi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Materi yang dikandung dalam modul adalah materi dan prinsip yang mendukung untuk
pencapaian kompetensi dan harus dikuasai peserta didik.
7. Tugas, soal, atau latihan yang harus dikerjakan sampai selesai oleh peserta didik.
8. Evaluasi untuk mengukur seberapa besar kemampuan peserta didik dalam menguasai
materi modul.
9. Kunci jawaban soal.
Modul juga perlu diteliti atau diuji coba terlebih dahulu. Jika modul dinyatakan valid
berarti modul tersebut siap digunakan. Langkah ini dapat membantu meningkatkan penyiapan
modul sebelum diperbanyak untuk dipelajari peserta didik.
2.5.4 Komponen Modul
Menurut Zonita (2013) komponen-komponen modul meliputi :
1. Pedoman pengajar/instruktur, berisi petunjuk-petunjuk agar pengajar menjelaskan
tentang jenis-jenis kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik, waktu untuk
menyelesaikan modul, 20 alat-alat pelajaran yang harus dipergunakan, dan petunjuk
evaluasinya.
2. Lembaran kegiatan, memuat pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Susunan
materi sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, disusun langkah demi
langkah sehingga mempermudah pelajar untuk belajar. Dalam lembaran kegiatan
tercantum kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh pelajar misalnya melakukan
percobaan, membaca kamus.
2 Lembaran kerja, menyertai lembaran kegiatan yang dipakai untuk menjawab atau
mengerjakan soal-soal tugas atau masalah-masalah yang harus dipecahkan.
3 Kunci lembaran kerja, berfungsi untuk mengevaluasi atau mengoreksi sendiri hasil
pekerjaan pelajar. Bila terdapat kekeliruan dalam pekerjaannya, pelajar meninjau kembali
pekerjaannya.
4 Lembaran tes, merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan tujuan yang telah
dirumuskan dalam modul. Lembaran tes berisi soal-soal guna menilai keberhasilan
pelajar dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul.
5 Kunci lembaran tes, merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang dilaksanakan oleh
para pelajar sendiri. Sesuai dengan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
isi/komponen-komponen modul berupa pedoman pengajar/instruktur, lembar kegiatan,
lembar kerja, kunci jawaban, lembar tes, serta kunci jawaban lembar tes.

Anda mungkin juga menyukai