PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
Fadal
201610070311038
2019
DAFTAR ISI
i
2.6.1 Sumber Belajar.............................................................................................................. 20
2.6.2 Manfaat dan Keuntungan Sumber Belajar ................................................................ 20
2.6.3 Macam-macam Sumber Belajar .................................................................................. 21
2.6.4 Syarat Sebuah Penelitian sebagai Sumber Belajar .................................................... 22
BAB III ............................................................................................................................................ 23
METODE PENELITIAN .............................................................................................................. 23
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................................................ 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................................. 23
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................................... 23
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................................................... 24
3.3 Populasi, Sampel, Sampel Size dan Teknik Sampling ...................................................... 24
3.3.1 Populasi .......................................................................................................................... 24
3.3.2 Sampel ............................................................................................................................ 24
3.3.3 Sampel Size .................................................................................................................... 24
3.3.4 Teknik Sampling ........................................................................................................... 25
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................................................... 25
3.4.1 Jenis Variabel Penelitian .............................................................................................. 25
3.4.1.1 Variabel Bebas ............................................................................................................ 25
3.4.1.2 Variabel Terikat ......................................................................................................... 25
3.4.1.3 Variabel Kontrol ........................................................................................................ 25
3.4.2 Definisi Operasional Variabel ...................................................................................... 25
3.5.1 Persiapan Penelitian.......................................................................................................... 26
3.5.2 Pelaksanaan dan Alur Penelitian ..................................................................................... 27
3.6 Metode Pengumpulan Data ................................................................................................. 30
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data........................................................................................... 30
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................................................ 31
3.7.1 Analisis Data Kadar Air dan Kadar Gula Reduksi ................................................... 31
3.7.2 Uji Anava Satu Jalur .................................................................................................... 33
3.7.3 Uji Kruskal Wallis H .................................................................................................... 33
3.7.4 Uji Duncan ..................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengkudu merupakan tanaman yang tumbuh secara liar di hutan-hutan, tegalan, pinggir
sungai, dan di pekarangan. Pertumbuhan tanaman mengkudu sangat cepat dan berbuah sangat lebat
tanpa mengenal musim (Puspayanti et al., 2014). Tanaman ini merupakan bahan baku yang
melimpah, karena bisa menghasilkan buah yang tidak membutuhkan waktu yang lama (Indriyani &
Wulandari, 2016). Menurut Badan Pusat Statistika Jawa Timur (2018) produktivitas tanaman
Mengkudu di Jawa Timur pada tahun 2016 adalah 11. 32 kg/m2 dengan luas lahan yaitu 137. 200
m2.
Tanaman mengkudu selama ini kurang diminati oleh kalangan masyarakat. Karena tanaman
ini menghasilkan buah yang memiliki aroma khas dan rasanya hambar sehingga banyak orang yang
tidak menyukainya dan tidak mau mengkonsumsinya (Puspayanti et al., 2014). Sehingga
membiarkannya jatuh membusuk tanpa memanfaatkannya (Fauziah, et al., 2014). Bahkan Sari
(2015) mengatakan bahwa aroma buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) seperti keju busuk. Hal ini
disebabkan karena adanya kandungan sejumlah asam seperti asam kaprilat, asam kaproat dan asam
kaprat yang merupakan golongan asam lemak. Asam kaprat dan asam kaproat inilah yang
menyebabkan bau busuk dan tajam menyengat, terutama pada buah mengkudu yang telah matang
(Winarti, 2005).
Kapubaten Garut adalah salah satu daerah penghasil dodol yang terkenal di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut (2013) jumlah unit usaha dodol di Kabupaten Garut
pada tahun 2012 sebanyak 137 dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.756 orang dan
penyerapan investasi sebanyak Rp. 1.849.600 dengan nilai produksi sebanyak Rp. 178.921.930.
Pada tahun 2014 jumlah unit usaha dodol di Kabupaten Garut mengalami peningkatan yakni
sebanyak 142 dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.913 orang dan penyerapan investasi
1
Pengembangan dodol mengkudu dapat membantu mengantisipasi permintaan masyarakat
yang semakin meningkat terhadap produk dodol. Penggunaan mengkudu untuk produk dodol dapat
memberikan nilai tambah tersendiri pada makanan tersebut. Salah satu keunggulan yang dapat
diperoleh dari dodol mengkudu adalah adanya kandungan gizi lengkap seperti air 89,10%, protein
sebesar 2,90%, lemak sebesar 0,60%, karbohidrat sebesar 2,20%, serat sebesar 3%, abu sebesar
1,20% dan lain-lain sebesar 1% (Winarti, 2005) serta mengandung senyawa metabolit sekunder yang
bermanfaat bagi kesehatan dan dijadikan sebagai bahan pengobatan herbal seperti mengobati
penyakit artritis, diabetes, hipertensi, sakit kepala, masalah pembuluh darah, ulkus lambung,
Pengolahan buah mengkudu menjadi dodol merupakan salah satu upaya untuk
memperpanjang daya simpan buah dan menekan kehilangan pasca panen pada buah-buahan (Miku,
2013). Dodol merupakan makanan tradisional atau makanan semi basah yang terbuat dari bahan
dasar tepung ketan, gula merah dan santan yang di masak sampai kental (Lopulalan, 2016). Selain
dibuat dodol, mengkudu juga bisa dibuat permen herbal (Indriyani & Wulandari, 2016), sari buah
(Pohan & Antara, 2001), selai (Widayanti, 2004) dan minuman fungsional seperti jus, serbuk instan,
Pengolahan dodol dikenal masyarakat karena cara pembuatannya sederhana, murah dan
banyak menyerap tenaga kerja (Ilma, 2012). Pembuatan dodol tidak memerlukan pengetahuan
khusus sehingga dapat dibuat sebagai produk rumah tangga. Selain itu, bahan dasar pembuatan dodol
mudah didapat dan menggunakan alat pengolahan yang sederhana. Dodol dikenal disegala usia dan
tingkat sosial masyarakat (Puspayanti et al., 2014). Mulai dari anak–anak, remaja hingga orang
dewasa semua menyukai dodol sebagai oleh-oleh untuk camilan (Utami, 2015). Dodol memiliki
beberapa keunggulan diantaranya, kemasannya cukup praktis disimpan, bersifat tahan lama dan
Bahan utama dalam pembuatan dodol adalah tepung ketan (Breemer et al., 2010).
Menurut Kelmaskosu et al (2015) tepung ketan merupakan bahan pokok yang digunakan
sebagai pengikat dalam pembuatan kue-kue di Indonesia. Tepung ketan adalah tepung yang
2
terbuat dari beras ketan varietas padi (Oryza sativa) famili graminae dan termasuk dalam biji-
bijian (cereals) dibuat dengan cara ditumbuk atau digiling dengan mesin penggiling (Parayana
et al., 2015). Tepung ketan memiliki amilopektin yang lebih besar dibandingkan dengan
tepung-tepung lainnya. Amilopektin inilah yang menyebabkan tepung ketan lebih pulen
dibandingkan dengan tepung lainnya. Makin tinggi kandungan amilopektin pada pati maka
mengalami gelatinasi apabila ditambah dengan air dan diberi perlakuan pemanasan, hal ini
terjadi karena tingginya kadar amilopektin yang tinggi pada pati. Tepung ketan merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat organoleptik (rasa, warna, tekstur, aroma) dan sifat kimia
dodol. Pada proses pengolahan daging buah menjadi dodol, faktor penambahan tepung ketan sangat
mempengaruhi sifat fisik dodol. Sifat fisik yang diharapkan adalah tekstur dodol yang kenyal
(Breemer et al., 2010). Menurut Parayana et al. (2015) tepung ketan dapat memberikan sifat kental
Hasil penelitian Fauziah et al., (2014) menunjukkan bahwa buah mengkudu berpengaruh
terhadap peningkatan kadar serat pada dodol. Pada perlakuan dodol dengan penambahan mengkudu
200 gr memiliki jumlah total kadar serat tertinggi yaitu 9,37% dengan rata-rata 3,12%, pada dodol
mengkudu 150 gr memiliki jumlah total kadar serat sebesar 6,09% dengan rata-rata 2,03% dan pada
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar SMK/MAK kelas XI semester I
pada komptensi inti 4 yaitu mengolah, menalar, dan menyaji dalam raah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Serta
Sumber belajar yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah LKS. Menurut Tarmizi
et al. (2017) LKS adalah alat pokok yang terdiri dari langkah dan proses yang dibutuhkan oleh
3
ilmu pengetahuan dan berpartisipasi penuh pada seluruh kegiatan kelas dalam waktu yang
sama. Lembar Kegiatan Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan
Berdasarkan latar belakang diatas, perlu kiranya dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Komposisi
Sari Buah Mengkudu dengan Tepung Ketan Putih terhadap Kadar Air, Kadar Gula Reduksi dan Sifat
berikut:
1. Adakah pengaruh perbedaan komposisi sari buah mengkudu dengan tepung ketan putih terhadap
2. Adakah pengaruh perbedaan komposisi sari buah mengkudu dengan tepung ketan putih terhadap
3. Adakah pengaruh perbedaan komposisi sari buah mengkudu dengan tepung ketan putih terhadap
4. Bagaimanakah analisis teori hasil penelitian pengaruh komposisi sari buah mengkudu dengan
tepung ketan putih terhadap kualitas dodol yang dihasilkan sebagai sumber belajar?
1. Untuk menganalisis adanya pengaruh komposisi sari buah mengkudu dengan tepung ketan putih
2. Untuk menganalisis adanya pengaruh komposisi sari buah mengkudu dengan tepung ketan putih
3. Untuk menganalisis adanya pengaruh komposisi sari buah mengkudu dengan tepung ketan putih
4
4. Untuk mengetahui analisis teori hasil penelitian pengaruh komposisi sari buah mengkudu dengan
tepung ketan putih terhadap kadar gula reduksi dan sifat organoleptik dodol yang dihasilkan sebagai
sumber belajar.
sari buah mengkudu dan tepung ketan putih terhadap mutu dodol yang dihasilkan.
b. Memperkaya informasi mata pelajaran Produksi Makanan dan Minuman Herbal SMK/MAK
Kelas XI Semester 1 dengan bidang keahlian “Agribisnis dan Agroteknologi”, program keahlian
“Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian” Paket keahlian “Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian”
Dapat menjadi pedoman bagi peneliti selanjutnya terkait dengan pemanfaatan buah mengkudu
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pedoman dalam meningkatkan kesadaran terhadap
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dasar tentang tata cara pengolahan dan pemanfaatan
buah mengkudu menjadi berbagai bentuk olahan makanan yang berkualitas dan memiliki daya saing
di pasaran.
1. Objek penelitian yang digunakan adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang sudah matang
(berwarna putih transparan dan lunak) yang diambil di Desa Mulyoagung Dau Malang.
5
2. Tepung ketan putih yang digunakan diambil dari tepung yang dijual di pasaran.
3. Parameter penelitian ini kadar air, kadar gula reduksi dan sifat organoleptik (rasa, aroma, warna
dan tekstur).
1. Sari buah mengkudu merupakan hasil pengepresan atau hasil ekstraksi buah mengkudu yang
2. Tepung ketan adalah tepung yang terbuat dari beras ketan varietas dari padi (Oryza sativa) famili
graminae dan termasuk dalam biji-bijian (cereals) yang dibuat dengan cara ditumbuk atau digiling
3. Kadar air adalah air yang terkandung dalam 100 gram bahan, baik keadaan basah maupun kering
yang dinyatakan dalam gram air tiap 100 gram bahan (Sudarmadji, 1997).
4. Kadar gula reduksi adalah presantase kandungan gula reduksi di dalam suatu bahan (Nurhasanah,
2011).
5. Organoleptik adalah penilaian yang menggunakan organ indra manusia (Putri, 2009). Pada
penelitian ini yang diamati adalah warna, rasa, aroma, dan tekstur.
6. Dodol merupakan produk makanan yang terbuat dari campuran santan kelapa, tepung ketan dan
gula pasir yang dimasak hingga mendidih sampai kental, berminyak dan tidak lengket (Kelmaskosu
et al., 2015).
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Mengkudu merupakan salah satu tanaman tropis yang dapat digunakan sebagai bahan
makanan dan obat herbal. Tanaman ini mulai dikenal sejak 2000 tahun yang lalu saat bangsa
Polynesia berimigrasi ke Asia Tenggara (Sari, 2015). Awalnya, mengkudu berasal dari wilayah
daratan Asia Tenggara dan menyebar sampai ke Cina, India, Filipina, Hawai, Tahiti, Afrika,
Mengkudu merupakan tanaman yang termasuk dalam famili kopi-kopian (Rubiaceae) dan
mempunyai banyak spesies. Beberapa spesies mengkudu yang ada di Indonesia adalah M. citrifolia,
M. eliptica, M. bracteata, M. Speciosa, M. linctoria dan M. oleifera. Dari beberapa spesies tersebut,
yang sudah dimanfaatkan di Indonesia adalah Morinda citrifolia dan Morinda bracteata (Puspayanti
et al., 2014).
Morinda citrifolia dikenal sebagai buah mengkudu yang kaya akan berbagai ramuan
pengobatan sehingga dikenal sebagai “ratu tumbuhan” (Sulistiowati, 2010). Menurut Joshi et al.
(2012) tanaman yang memiliki khasiat obat adalah Morinda citrifolia L yang digunakan selama
lebih dari 2000 tahun mulai dari akar, batang, kulit kayu, daun, bunga dan buah.
Filum : Angiospermae
Divisi : Lignosae
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
7
Species : Morinda citrifolia L. (Djauhariya, 2003)
Menurut Sari (2015) tanaman mengkudu memiliki ciri umum yaitu pohon dengan
1. Akar
2. Batang
Mengkkudu memiliki batang yang berkelok-kelok, dahan kaku, kulit berwarna coklat
3. Daun
Memiliki daun tebal berwarna hijau, tunggal, berbentuk jorong lanset dengan ukuran 15-50
x 5-17 cm, tepi daun rata dan ujungnya lancip pendek, serat daun menyirip dan tidak berbulu.
4. Bunga
Bunga yang masih kuncup berwarna hijau, saat mengembang akan berubah menjadi warna
5. Buah
Buah mengkudu berbentuk bulat lonjong dengan diameter mencapai 7,5-10 cm, permukaan
buah terbagi dalam sel-sel polygonal (bersegi banyak) berbitik-bintik dan berkutil. Buah mengkudu
yang masih muda biasanya berwarna hijau dan saat tua akan berubah warna menjadi kekuningan.
Buah yang matang akan berwarna putih transparan dan lunak. Menurut Puspayanti et al., (2014)
daging buah mengkudu tersusun dari buah-buah batu berbentuk pyramid, berwarna coklat merah.
8
6. Biji
Biji mengkudu berwarna hitam, memiliki albumen yang keras, dan ruang udara yang tampak
jelas. Memiliki daya tumbuh yang tinggi. Perkecambahannya terjadi 3-9 minggu kemudian setelah
biji disemaikan dan dalam waktu 6 bulan tinggi tanaman mencapai 1,2-1,5 meter (Februnyca, 2006).
pinggiran sungai, dan pekarangan. Tanaman ini mudah tumbuh pada berbagai tipe lahan dan iklim
pada ketinggian tempat dataran rendah sampai 1.500 m diatas permukaan laut dengan curah hujan
1.500-3.500 mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-30˚C dan kelembaban 50-70% (Aryadi, 2014). Pada
umumnya tanaman ini banyak ditemukan di daerah tropis, termasuk kepulauan pasifik, Asia
Tenggara, India dan Philipina (Sudjaswadi & Sitanggung, 2006). Pengembangan tanaman
mengkudu tidak memerlukan biaya yang besar, hanya memerlukan banyak air, tempat yang lembab
3%/100 g buah yang dapat dimakan, mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yang
bermanfaat bagi kesehatan (Winarti, 2005). Menurut Ali et al. (2016) buah mengkudu mengandung
senyawa hidrofilik seperti karbohidrat, protein, mineral, vitamin dan sejumlah kecil lemak.
Buah mengkudu dapat digunakan sebagai makanan dan pengobatan herbal (Bussman et al.,
2013) diantaranya mengobati penyakit artritis, diabetes, hipertensi, sakit kepala, masalah pembuluh
darah, ulkus lambung, penyakit jantung dan arteriosklerosis (Sari, 2015). Acupin, lasperuloside dan
alizarin terbukti mempunyai aktivitas antibakteri (Winarti, 2005). Zat anti bakteri yang terkandung
dalam buah mengkudu dapat digunakan untuk pengobatan infeksi kulit, pilek, demam, dan masalah
kesehatan lainnya yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Aryadi, 2014). Kandungan nutrisi buah
9
No. Komponen Kadar
1 Air 89,10%
2 Protein 2,90%
3 Lemak 0,60%
4 Karbohidrat 2,20%
5 Serat 3%
6 Abu 1.20%
8 Vitamin A 395,83 IU
9 Niasin 175 mg
10 Tiamin 2,50 mg
11 Riboflavin 0,33 mg
12 Besi 9,17 mg
13 Kalsium 325 mg
Makanan ini memiliki rasa manis dan gurih, berwarna coklat, teksturnya lunak sehingga dapat
digolongkan sebagai makanan semi basah (Vindayanti, 2012). Sedangkan menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) nomor 01-2986-1192, dodol adalah sejenis makanan yang dibuat dari tepung beras
ketan, santan kelapa, dan gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lainnya yang
diizinkan.
Menurut Haryadi (2006) jenis dodol sangat beragam tergantung keragaman campuran
tambahan dan juga cara pembuatannya. Miku (2013) mengatakan bahwa dodol dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dodol yang diolah dari buah-buahan dan dodol yang diolah dari
tepung-tepungan, antara lain tepung beras dan tepung ketan. Dodol yang diolah dari buah-buahan
10
dapat dicampur dengan gula atau diberi tambahan bahan lain seperti tepung beras, tepung ketan,
tepung tapioka dan bahan berwarna. Pembuatan dodol buah juga biasanya menggunakan beras ketan
dan santan (Kharairani dan Dalapati, 2007), dengan mengandalkan pengadukan yang kontinyu untuk
mendapatkan gelatinasi yang baik dari tepung yang menjadi bahan utamanya (Kusumawati &
Basmal, 2015). Cara pembuatan dodol cukup mudah dan peralatan yang digunakan juga cukup
sederhana sehingga dapat diterapkan dalam industri berskala rumah tangga (Ningsih, 2010).
Makanan ini dapat dibungkus dengan daun jagung, kertas minyak, daun pisang kering, dan plastik
Dodol memiliki kandungan kalori yang lebih rendah dibandingkan kue. Kandungan kalori
dodol seberat 22 gram sebesar 71 kalori, sedangkan kue dengan berat yang sama memiliki
kandungan kalori mencapai 1000 kalor dan kandungan lemaknya sebesar empat kali kandungan
dodol (Omega, 2011). Kadar air yang dimiliki dodol sekitar 10-40 % sehingga tidak efektif untuk
partumbuhan bakteri dan khamir pathogen, tidak mudah rusak, serta tahan terhadap penyimpanan
Dodol yang berkualitas baik adalah tekstur tidak terlalu lembek, bagian luar mengkilap akibat
adanya pelapisan gula atau glazing, rasa yang khas dan jika mengandung minyak tidak terasa
tengik. Beberapa dodol yang mengandung lemak akan menjadi tengik karena adanya enzim
lipase yang tahan terhadap panas (Miku, 2013). Syarat mutu dodol yang dikeluarkan oleh
11
Gula dihitung sebagai Min. 40 %
sukrosa
Protein Min. 3 %
Lemak Min. 7 %
Serat kasar Maks. 1,0 %
Pemanis buatan Tidak boleh ada
Logam-logam berbahaya Tidak ternyata
(Pb, Cu, Hg)
Arsen Tidak ternyata
Kapang Tidak boleh ada
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan dodol yaitu bahan-bahan dicampur
bersama dalam wajan yang besar dan dimasak dengan api sedang. Dodol yang dimasak tidak boleh
dibiarkan tanpa pengawasan, karena jika dibiarkan, maka dodol tersebut akan hangus pada bagian
bawahnya dan akan membentuk kerak. Dalam proses pembuatan dodol adonan harus diaduk terus
menerus untuk mendapatkan hasil yang baik. Waktu pemasakan dodol kurang lebih membutuhkan
waktu 2-3 jam pada suhu 80-90˚C dan jika kurang dari itu, dodol yang dimasak akan kurang enak
untuk dimakan. Setelah 2 jam, pada umumnya campuran dodol tersebut akan berubah warnanya
Menurut Miku (2013) kriteria dodol yang baik berdasarkan pengamatan adalah sebagai berikut:
2. Rasa : rasa pada umumnya manis, gurih dan khas bahan yang digunakan.
3. Warna : warna pada umumnya berwarna cokelat yang merupakan warna khas dodol
penerimaan konsumen, kesegaran dan daya tahan suatu bahan. Selain itu, air juga berfungsi sebagai
pembawa zat-zat makanan dan sisa metabolisme, media reaksi, pencuci bahan pangan serta alat
untuk pengolahan (Lopulalan, 2016). Menurut Buckle et al. (1987) air untuk pengolahan pangan
12
Kadar air adalah air yang terkandung dalam 100 gram bahan, baik keadaan basah maupun
kering yang dinyatakan dalam gram air tiap 100 gram bahan (Sudarmadji, 1997). Penentuan kadar
air pada produk pangan perlu dilakukan karena erat hubungannya dengan stabilitas dan kualitas
produk. Kadar air sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat produk, perubahan kimia, dan kerusakan
oleh mikroba karena air dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya
(Sukandar et al., 2014). Winarno (2002) mengatakan bahwa kadar air sangat berpengaruh terhadap
mutu bahan pangan, pengurangan air bertujuan untuk mengawetkan, mengurangi besar dan berat
bahan suatu pangan sehingga akan memudahkan dan menghemat proses pengepakan. Kadar Air
yang tinggi akan mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk tumbuh dan
Sedangkan makin rendah kandungan air dalam suatu bahan pangan maka pertumbuhan
mikroorganisme akan semakin lambat sehingga proses pembusukan akan semakin lambat.
penetapan gula reduksi (Antono et al.,1989). Kadar gula reduksi adalah presantase kandungan gula
reduksi di dalam suatu bahan. Gula merupakan salah satu karbohidrat sederhana dan merupakan
oligosakarida yang terdiri atas pilmer 2-10 dan sifatnya larut dalam air yang terdiri dari glukosa dan
fruktosa. Gula akan memberikan flavor dan reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai
2.3.3 Organoleptik
Penilaian yang menggunakan organ indra manusia disebut organoleptik atau indrawi (Putri,
2009). Uji mutu sensori (organoleptik) dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan dan
penerimaan panelis. Uji ini dilakukan melalui uji hedonik (tingkat kesukaan) yang mengindikasikan
pilihan kesukaan atau penerimaan suatu produk (Sukandar et al., 2014). Parameter uji yang
13
a) Warna
Warna mempengaruhi penerimaan suatu bahan pangan, karena umumnya penerimaan bahan
yang pertama kali dilihat adalah warna. Warna yang menarik akan meningkatkan penerimaan
produk. Pada saat pemasakan warna bahan atau produk pangan dapat berubah (Putri, 2009). Hal ini
disebabkan oleh beberapa sumber diantaranya adalah pigmen, pengaruh panas pada gula (caramel),
adanya reaksi antara gula dan asam amino (reaksi Maillard) dan adanya pencampuran bahan lain
(Ilma, 2012).
b) Aroma
Aroma berperan sangat penting dalam makanan, karena dapat menentukan daya terima
konsumen terhadap makanan. Aroma tidak hanya ditentukan oleh satu komponen tapi beberapa
komponen tertentu yang menimbulkan bau yang khas. Bau makanan banyak menentukan kelezatan
suatu makanan. Bau dapat dikenali oleh hidung dan otak apabila berbentuk uap (Rudianto et al.,
2015).
c) Rasa
Rasa merupakan faktor penting dalam menentukan penerimaan atau penolakan bahan
pangan oleh panelis (Julfan et al., 2016). Cita rasa dari bahan pangan terdiri dari tiga komponen
yaitu bau, rasaa, dan rangsangan mulut (Ilma, 2012). Rasa merupakan faktor penentu daya terima
konsumen terhadap produk pangan (Rudianto et al., 2015). Faktor yang mempengaruhi rasa yaitu
senyawa kimia, suhu, konsistensi dan interaksi pangan dengan komponen rasa yang lain serta jenis
d) Tekstur
Menurut Tjahjadi & Marta (2011) tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati
degan mulut atau perabaan dengan jari dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus. Tekstur
14
2.4 Bahan Baku Pembuatan Dodol
2.4.1 Tepung Ketan
Beras ketan (Oryza Sativa Glutinous) mengandung karbohidrat yang cukup tinggi yaitu
sekitar 80%. Selain karbohidrat, kandungan dalam beras ketan adalah lemak sekitar 4%, protein
6%, dan air 10%. Terdapat dua senyawa karbohidrat dalam tepung beras ketan yaitu amilosa dan
amilopektin dengan kadar masing-masing sebesar 1% dan 99% (Ilma, 2012). Tepung ketan
memiliki amilopektin yang lebih besar dibandingkan dengan tepung-tepung lainnya. Amilopektin
inilah yang menyebabkan tepung ketan (beras ketan) lebih pulen dibandingkan dengan tepung
lainnya. Makin tinggi kandungan amilopektin pada pati maka makin pulen pati tersebut
(Lopulalan, 2016).
Tepung ketan berfungsi memperbaiki tekstur agar dodol tidak terlalu liat. Selain itu, tepung
ketan juga mempengaruhi rasa, warna, tekstur dan sifat kimia dodol. Pada pemakaian tepung ketan,
semakin halus tepung ketan yang digunakan akan semakin baik karena akan mempercepat proses
pengentalan. Tepung ketan yang digunakan harus baru, berwarna putih, bersih tidak bau apek, serta
bebas dari kotoran, jamur, dan serangga (Satuhu & Sunarmani, 2004). Tepung beras ketan memberi
sifat kental sehingga membentuk tekstur dodol menjadi elastis (Parayana et al., 2015). Kadar
amilopektin yang tinggi menyebabkan sangat mudah terjadi gelatinisasi bila ditambah dengan air
dan memperoleh perlakuan pemanasan. Hal ini terjadi karena adanya pengikatan hidrogen dan
molekul-molekul tepung beras ketan (gel) yang bersifat kental (Ilma, 2012). Komposisi kimia beras
ketan tiap 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 2.3.
15
2.4.2 Gula
Gula dalam pembuatan dodol selain berfungsi sebagai pemanis, sebagai penambah aroma dan
pengawet (Utami, 2015). Selain itu, gula juga berpengaruh pada kekentalan gel, karena gula akan
mengikat air, sehingga menyebabkan pengembangan pati menjadi lambat (Ilma, 2012). Gula juga
dapat berfungsi sebagai humektan dalam pembuatan dodol, membantu pembentukan tekstur,
memberi flavor melalui reaksi pencoklatan dan memberikan rasa manis (Omega, 2011). Herliza et
al. (2014) penambahan gula dalam pembuatan dodol memiliki fungsi yang tidak terbatas tidak
hanya sebagai pembentukan cita rasa manis, tetapi juga pada kekentalan produk dodol. Gula juga
berfungsi dalam pengawetan dodol, karena gula memiliki kelarutan yang tinggi, kemampuan
mengurangi kelembaban relatif dan daya ikat air. Daya larut yang tinggi pada gula dan kemampuan
mengikat air merupakan sifat-sifat yang menyebabkan gula dapat digunakan dalam pengawetan
makanan (Buckle et al., 1987). Komposisi kimia dan nilai gizi gula per 100 gram bahan dapat
Komposisi Jumlah
Kimia
Protein (g) -
Lemak (g) -
Karbohidrat (g) 94
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 1
Besi (mg) 0,1
Vitamin A (SI) -
Vitamin B-1 (mg) -
Vitamin C -
Air (g) 5,4
BDD (%) 100
penting dalam pembuatan dodol karena banyak mengandung lemak sehingga dihasilkan dodol yang
mempunyai cita rasa yang lezat dan membentuk tekstur kalis. Santan encer berfungsi untuk
16
mencairkan tepung, sehingga terbentuk adonan dan untuk melarutkan gula (Satuhu & Sunarmani,
2004). Nilai gizi santan kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut:
Ph 65
2.4.4 Garam
Garam berfungsi menambah cita rasa dodol sehingga terasa gurih (Satuhu dan Sunarmani,
2004). Garam yang digunakan dalam pembuatan dodol adalah jenis garam dapur (NaCl). Garam
ini berfungsi untuk memantapkan rasa manis pada dodol, memberikan rasa gurih, menimbulkan
rasa lezat dan membantu menghindari pertumbuhan bakteri sehingga memperpanjang daya
2.4.5 Air
Air yang digunakan dalam pembuatan dodol adalah air yang memenuhi persyaratan sebagai air
minum, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa (Vindayanti, 2012). Air (H2O)
merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi kenampakan,
tekstur, tingkat kerenyahan produk akhir serta cita rasa makanan. Air yang digunakan harus
memenuhi syarat yaitu tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai rasa. Air merupakan
komponen penting dalam pembuatan makanan. Hal ini dikarenakan air dapat mempengaruhi
penampakan dan tekstur produk akhir serta cita rasa makanan tersebut (Hasanah, 2017).
2.4.6 Vanili
Penambahan vanili berfungsi untuk memperbaiki aroma terutama dodol buah yang terbuat dari
tepung. Jumlah yang ditambahkan kurang lebih setengah sendok teh untuk setiap kilogram bahan
(vanili dalam bentuk bubuk) atau satu sendok makan untuk vanili yang berbentuk cair (Satuhu dan
Sunarmani, 2004).
17
2.5 Pembuatan Dodol secara Umum
Menurut Omega (2011) pembuatan dodol dilakukan dengan mendidihkan santan, tepung
ketan dan gula kelapa hingga kental dan kalis, kemudian didinginkan hingga menjadi makanan semi
padat. Proses utama dalam pembuatan dodol adalah pendidihan yang memerlukan waktu yang lama
Proses pembuatan dodol secara umum menurut Omega (2011) sebagai berikut:
a. Pembuatan santan
Pada proses pembuatan santan, dipilih kelapa yang cukup tua, kelapa diparut kemudian
ditambahkan air dan diperas untuk menghasilkan santan. Santan dibagi menjadi 2 yaitu untuk
b. Pelarutan gula
Tepung ketan yang akan digunakan dicampur dengan santan hingga menjadi adonan seperti
bubur.
Proses pemasakan dilakukan hingga memperoleh adonan yang pekat, tidak lengket dan
kalis. Pada proses pemasakan dilakukan pengadukan secara terus menerus untuk mencegah kerak
e. Pendinginan
Proses pendinginan ditempatkan pada loyang-loyang agar dodol dapat dingin, setelah
Pada proses pengolahan dodol dapat menghasilkan warna coklat. Dihasilkannya warna
coklat pada proses pembuatan dodol disebabkan adanya proses pencoklatan nonenzimatis. Semua
bahan makanan “intermediate moisture foods” termasuk pada dodol juga mengalami proses
pencoklatan nonenzimatis. Reaksi ini sangat dipengaruhi oleh kadar air dalam bahan. Pengaruh ini
18
sebagai akibat air berfungsi sebagai pelarut dan sebagai produk hasil reaksi, karena itu air juga
berfungsi sebagai penghambat reaksi. Selain itu, adanya warna coklat disebabkan oleh reaksi
karamelisasi dan maillard (Omega, 2011). Reaksi maillard merupakan reaksi antara karbohidrat
khususnya gula reduksi dengan gugus amina primer dan menghasilkan warna coklat (Winarno,
2004).
1. Suhu Pemanasan
Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu dodol selama pemasakan adalah pengaturan
suhu dan waktu pencampuran tepung serta pengadukan. Pengaturan suhu harus diperhatikan
bertujuan untuk mencegah dodol tidak gosong. Jika dodol sudah terlihat masak maka pemanasan
harus dihentikan dan dodol segera dituang kedalam loyang pencetak (Suprapti, 2005).
2. Lama Pemanasan
Lama pemanasan adalah banyaknya waktu yang diperlukan dalam pengolahan dan
pembuatan dodol mengkudu (60˚C). Tepung dicampurkan saat santan kental dipanaskan hingga
mencapai kondisi hampir menjadi minyak yang bertujuan untuk mempersingkat proses pemasakan
dan memberikan tekstur dan cita rasa dodol yang baik. Pencampuran dilakukan sebelum proses
pemasakan agar dihasilkan tingkat kematangan tepung yang optimal (Suprapti, 2005).
3. Suhu Penyimpanan
Suhu penyimpanan adalah suhu yang diperlukan untuk penyimpanan adonan dodol
mengkudu. Pendinginan dilakukan untuk menurunkan suhu dodol pada suhu kamar. Berakhirnya
masa pendinginan setelah bagian luar dodol sedikit mengeras (Satuhu & Sunarmani, 2004). Menurut
Miku (2013) penyimpanan dodol dapat disimpan pada lemari yang tidak mengalami kontak langsung
dengan sinar matahari dan disimpan pada suhu yang sejuk. Hal ini bertujuan untuk mencegah
19
4. Lama Penyimpanan
Dodol tidak dapat dipotong-potong dalam keadaan masih panas (lembek). Maka supaya bisa
dipotong-potong dodol harus didiamkan selama 1-2 hari atau sampai cukup keras dan kaku (Satuhu
5. Tahap Finishing
Tahap finishing hanya terdiri dari satu jenis kegiatan, yaitu pengemasan. Kemasan pada
produk dodol terdiri atas kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer berupa kertas roti
atau plastik yang digunakan untuk membungkus masing-masing potongan dodol. kemasan sekunder
terdiri atas kantong plastik, kemasan karton (dos), kotak mika atau kotak anyaman bambu (Suprapti,
2005).
untuk keperluan belajar (Maryati & Susilo, 2014). Sumber belajar meliputi apa saja dan siapa saja
yang memungkinkan peserta didik dapat belajar. Setiap sumber belajar harus memuat pesan
pembelajaran dan ada interaksi timbal balik antara peserta didik dengan sumber belajar tersebut.
Sumber belajar dapat berupa satu set bahan atau situasi yang sengaja diciptakan untuk menunjang
peserta didik belajar (Kurniawati, 2016). Fungsi Sumber belajar adalah untuk memotivasi siswa,
terutama untuk siswa yang rendah tingkatannya, hal ini dimaksudkan untuk memotivasi mereka
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung
3. Dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya buku-buku bacaan, ensiklopedia
dan majalah.
20
4. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara
tepat.
5. Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut, misal buku teks, buku
bacaan, film dan lain-lain yang mengandung daya penalaran sehingga dapat merangsang peserta
6. Dapat membantu dalam memecahkan masalah pendidikan baik dalam lingkup mikro dan makro.
melalui modul, secara mikro pengaturan ruang (lingkungan), simulasi, penggunaan film dan OHP
(Any, 2011).
1. Memungkinkan untuk menemukan bakat yang terpendam pada diri seseorang yang selama ini
tidak tampak.
2. Memungkinkan pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar menjadi mudah diserap dan
1. Sumber belajar tercetak meliputi: buku, majalah, brosur, kamus, koran, ensiklopedi.
2. Sumber belajar non cetak meliputi: film, video, model, tranfaran, obyek, dan lain-lain.
3. Sumber belajar yang berbentuk fasilitas meliputi: perpustakaan, ruang belajar, studio, lapangan
4. Sumber belajar berupa kegiatan meliputi: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, dan
lain-lain.
21
5. Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat meliputi: taman, terminal, pasar, toko, museum,
Pemanfaatan objek atau kejadian secara efektif sebagai sumber belajar harus memperhatikan syarat-
syarat sebagai berikut: (1) kejelasan potensinya, (2) kejelasan sasarannya, (3) kesesuaian dengan
tujuan belajar, (4) kejelasan informasi yang dapat diungkap, (4) kejelasan pedoman eksplorasi, dan
Kejelasan potensi dapat ditunjukkan dari hasil penelitian, kejelasan sasaran dalam penelitian
ini yaitu sasaran subjek untuk siswa SMK/MAK kelas XI semester I, sedangkan sasaran objek atau
sasaran pengamatan adalah untuk mengetahui cara pembuatan produk makanan dari tanaman herbal.
Kesesuaian dengan tujuan belajar yaitu penelitian ini sesuai dengan KD 4.1 “Membuat produk
makanan herbal”. Kejelasan informasi dari penelitian ini yaitu proses pembuatan dodol dari sari buah
mengkudu dan tepung ketan putih terhadap kualitas dodol. Kejelasan eksplorasi dari penelitian ini
yaitu terdapat prosedur kerja, alat dan bahan, pengolahan data dan kesimpulan. Kejelasan perolehan
dari penelitian ini sebagai sumber belajar adalah tata cara pengolahan mengkudu menjadi dodol dan
Menurut Abdullah (2012) pedoman pemilihan sumber belajar adalah dengan menganalisis
beberapa pertanyaan berikut: (1) bahwa sumber belajar yangdipilih sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (2) sumber belajar apa yang tersedia secara fisik bagi peserta didik, (3)sumber belajar
yang paling aman digunakan oleh peserta didik, (4) sumber belajar yang dipilih dapat meningkatkan
motivasi belajar, (5) penggunaan sumber belajaar tertentu karena mendapat tekanan atau paksaan
dari pihak lain, (6) sumber belajar apa yang paling nyaman bagi peserta didik, (7) peserta didik
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang cara menggunakan sumber
belajar tersebut, dan (8) pendidik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yakni deskriptif dan kuantitatif. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian praeksperimen (pre experimental
design).
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest
design. Rancangan penelitian ini menggunakan 3 perlakuan yaitu komposisi sari buah mengkudu
dengan tepung ketan putih yang terdiri dari 3 kategori yaitu (75% : 25%), (50% : 50%), (25% : 75%)
dan masing-masing diulang 9 kali ulangan. Skema rancangan penelitian ini disajikan pada Gambar
O1 P1 O2
P2 O4
P1 O6
3
Observasi
perlakuan awal
postest
Malang. Uji kadar air dilakukan di Laboratorium Nutrisi Universitas Muhammadiyah Malang. Uji
kadar gula reduksi dilakukan di Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Universitas
Brawijaya Malang.
23
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2018 sampai dengan 27 Agustus 2018.
3.3.2 Sampel
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dodol buah mengkudu yang
terbuat dari komposisi sari buah mengkudu dan tepung ketan putih.
(t-1) (r-1) ≥ 15
(3-1) (r-1)c 15
2 (r-1) ≥ 15
2r-2 ≥ 15
r ≥ 15+22
n = t.r
= 3.9
= 27
Dimana :
24
3.3.4 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
tepung ketan putih yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu 75% : 25%, 50% : 50%, dan 25% : 75%.
pemasakan.
1. Komposisi adalah susunan bahan makanan yang ada pada adonan dodol. Komposisi dalam
penelitian ini adalah sari buah mengkudu dan tepung ketan putih (75% : 25%), (50% : 50%), dan
(25% : 75%)
2. Kualitas dodol adalah baik buruknya dodol mengkudu yang dilihat dari kadar air, kadar gula
3. Lama pemasakan adalah banyaknya waktu yang diperlukan dalam pengolahan dan pembuatan
4. Suhu pemasakan adalah suhu yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dodol bertujuan untuk
25
3.5.1 Persiapan Penelitian
a. Alat-alat untuk pembuatan dodol buah mengkudu adalah:
26
3.5.2 Pelaksanaan dan Alur Penelitian
1. Skema Pembuatan dodol sari buah mengkudu dipaparkan pada Gambar 3.2 berikut:
Gambar skema
Mengkudu (morinda citrifolia)
Penyortiran
Pencucian
Pengupasan
Pencampuran
Dodol mengkudu
27
2. Pembuatan dodol mengkudu (Morinda citrifolia)
e. Menyaring mengkudu yang sudah dihaluskan, hal ini dilakukan untuk mendapatkan daging
f. Menyiapkan santan kelapa (200 ml) + garam (10 g) + vanili (1 g) + gula pasir (40% setiap
perlakuan), gula merah (50 g), kemudian dimasak sampai keluar minyak di dalam wajan.
g. Memasukkan mengkudu yang sudah dihaluskan ke dalam wajan (75%, 50%, dan 25%),
menambahkan berbagai konsentrasi tepung ketan putih (25%, 50% dan 75%) diaduk secara
perlahan-lahan sampai adonan matang, kental dan khalis, kemudian didinginkan dan ratkan di dalam
wadah.
Tahap pengumpulan data dilakukan dengan mencatat hasil analisis kadar kadar air, kadar
gula reduksi dan organoleptik, kemudian data tersebuat dimasukkan dalam tabel berikut ini:
Analisa kadar air dianalisa menggunakan metode gravimetri (SNI 01-2891-1992). Adapun
1. Mengeringkan cawan alumunium dengan oven pada suhu 130 ˚C selama 15 menit, kemudian
28
2. Menimbang sampel 1-2 gram ke dalam sebuah cawan alumunium yang sudah diketahui bobotnya
(cawan harus dikeringkan terlebih dahulu dalam oven sebelum digunakan untuk penimbangan),
kemudian keringkan dengan oven pada suhu 105 ˚C selama 3 jam dan didinginkan dalam desikator,
dimana:
Analisa kadar gula reduksi di analisa secara spektrofotometri, metode Nelson Somogyi (Tim
Laboratorium Kimia UMM, 2009). Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Jika sampel berwujud padat, menghaluskan bahan dengan penumbuk porselen, kemudian
menimbang bahan sebanyak 1-2 gram. Lalu melarutkan dalam gelas kimia hingga homogen,
kemudian memasukkan filtrat ke dalam labu takar 25 ml.
2. Mengambil 1 ml larutan filtrat, memasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan 1
ml reagen Nelson somogyi dan memanaskan ke dalam waterbath hingga mendidih selama 20 menit.
3. Mengambil semua tabung dan didinginkan bersama-sama dalam gelas piala yang berisi air dingin
sehingga suhu gelas piala menjadi 25˚C.
4. Setelah dingin menambahkan 1 ml reagen arsenomolybdat, gojok sampai semua endapan Cu2O
larut dengan sempurna.
5. Setelah semua endapan Cu2O larut dengan sempurna, tambahkan 7 ml air suling, gojok sampai
homogen.
6. Mengabsorbansi masing-masing larutan tersebut pada panjang gelombang 540 nm.
7. Perhitungan kadar gula reduksi: Gula reduksi (%) = Absorbansi sampel x Konsentrasi standart x
100%Absorbansi standart x gram bahan x 1000
9. Data yang diperoleh ditabulasikan menggunakan tabel pengamatan
29
c. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan setelah menentukan panelis yang representatif, yaitu yang sudah
mengenal dan pernah mengkonsumsi produk dodol. Jumlah panelis yang digunakan adalah 20 orang
yang mempunyai kepekaan (sensivitas) yang normal dalam arti organ-organ pembauan dan perasaan
bekerja normal (contoh tidak sakit gigi dan tidak sariawan). Kategori panelis yang digunakan adalah
panelis tidak terlatih yang dipiih berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan
pendidikan.
Panel tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sedrhana,
seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan data uji pembedaan. Untuk itu, panel tidak
terlatih hanya terdiri dariorang dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita
(Arbi, 2009). Untuk mendapatkan kesukaan dari masing-masing perlakuan, dilakukan pengujian
kesukaan atau uji organoleptik yang meliputi warna, rasa, aroma dan tekstur). Adapun langkah-
1. Memberi penjelasan kepada penelis tentang hal yang akan diuji, cara pengujian dan tujuan
pengujian.
2. Mempersilahkan panelis untuk melihat warnanya, mencicipi rasa, mencium aromanya dan tekstur
pada tiap perlakuan ulangan 1, setelah selesai ulangan 1 dilanjutkan untuk ulangan 2 dan 3.
3. Setelah selesai mencicipi setiap ulangan pada tiap perlakuan, panelis dipersilahkan berkumur
dengan aqua untuk menghilangkan atau menetralisir rasa sebelumnya.
4. Panelis dipersilahkan untuk mengisi angket yang telah disediakan.
5. Uji organoleptik menggunakan pilihan nilai dalam bentuk skala 5 dengan menguji warna, rasa,
aroma dan tekstur.
Keterangan :
3 = netral 4 = suka
5 = sangat suka
pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan tidak langsung karena menggunakan data uji
30
laboratorium dan data uji organoleptik. Data yang diuji adalah kadar air dan kadar gula reduksi.
Analisa organoleptik menggunakan penilaian sensori dengan cara pengisian tabel penilaian sensori
data tingkat penilaian kualitas dodol berupa uji anava satu jalur. Sebelum melakukan uji anava dua
jalur, maka data perlu diuji asumsi terlebih dahulu yang meliputi uji normalitas (Kolmogorov
smirnov) untuk mengetahui penyebaran data berdistribusi normal atau tidak. Setelah itu dilanjutkan
dengan uji homogenitas (Levene Test) untuk mengetahui varian datanya homogen. Adapun
a. Uji Normalitas
Uji ini merupakan asumsi dasar pertama yang harus dipenuhi. Dimana uji ini untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji
1. Hipotesis
H0 : Kadar air dan kadar gula reduksi berdistribusi normal
Ha : Kadar air dan kadar gula reduksi berdistribusi tidak normal
2. Kritersia pengujian
3. Mengurutkan data hasil pengamatan dari nilai yang terendah sampai nilai yang terbesar.
4. Menyusun distribusi kumulatif relatif data hasil pengamatan dan diberi simbol Fa (X).
5. Menghitung nilai Z dengan rumus: Z = X− μδ Dimana μ adalah nilai rata-rata, sedangkan δ adalah
nilai standar deviasi.
6. Menghitung distribusi kumulatif teoretis (berdasarkan area kurva normal) dan notasikan dengan
Fe (X).
7. Menghitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X).
8. Mengambil selisih mutlak maksimum antara Fa (X) dengan (X) dan notasikan dengan D.
D = Max I Fa (X) – Fe (X) |
31
9. Membandingkan nilai D yang diperoleh dengan nilai Dα dari tabel nilai D untuk uji
Kolmogorov Smirnov sampel tunggal.
Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah:
a. H0 tidak dapat ditolak, jika D < Dα
b. H0 ditolak, jika D > Dα. Tabel uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Fe(X)
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varian merupakan asumsi penting di dalam perhitungan analisis varian. Uji ini
dilakukan untuk memastikan apakah asumsi masing-masing data sudah terpenuhi atau belum. Uji
1. Menentukan hipotesis
H0 : Apabila nilai levene statistik < F tabel maka data dinyatakan homogen
Ha : Apabila nilai levene statistik > F tabel maka data dinyatakan tidak homogen
Dimana :
Ulangan A1 A2 A3
Rata-Rata Keseluruhan
32
3.7.2 Uji Anava Satu Jalur
Jika data memenuhi asumsi kenormalan dan varian datanya homogen, maka pengujian dapat
1. Menentukan Hi
Hi : Ada pengaruh penambahan komposisi sari buah mengkudu dengan tepung ketan putih terhadap
kadar air, kadar gula reduksi dan sifat organoleptik dodol.
2. Menghitung Faktor Korelasi (FK)
FK = (ΣXt) 2/n
3. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT) JKT = ΣX 2 – FK
4. Menghitung Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) (ΣXp) 2/n - FK
5. Menghitung Jumlah Kuadrat Galat (JKG) JKG = JKT-JKP
6. Menghitung db Perlakuan (dbp) = k-1
7. Menghitung db Total (dbt) = n-1
8. Menghitung dbGalat (dbg) = n-k
9. Menghitung Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) KTP = JKP/dbp
10. Menghitung Kuadrat Tengah Galat (KTG) KTG = JKG/dbg
11. Mencari F hitung F hitung = KTP/KTG
12. Mencari F table F tabel = Fα (dbp,dbg). Tabulasi anava 1 jalur dapat dilihat pada Tabel 3.3
berikut:
Variansi Kuadrat
Keputusan:
digunakan berskala ordinal. Jika data yang diperoleh berskala interval atau rasio, tetapi ukuran
sampel kecil atau tidak berdistribusi normal, maka data harus ditransformasikan terlebih dahulu
33
menjadi skala ordinal dengan me-ranking. Adapun langkah-langkah uji kruskal wallis H adalah
sebagai berikut:
1. Membuat tabulasi K sampel bebas, dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:.
Peringkat Data
Ulangan A1 A2 A3
2. Jika data dalam baris bukan data ordinal maka harus membuat ranking dari keseluruhan
pengamatan (n).
3. Hitunglah jumlah ranking pada setiap K sampel (R).
4. Kuadratkan jumlah ranking pada setiap K sampel (R2).
5. Hitung nilai Kruskal Wallis H hitung Bandingkan nilai Kruskal Wallis H hitung dengan Chi-
Square tabel df = (α, K-1)
7. Pengambilan keputusan dengan kriteria:
a. H0 tidak dapat ditolak, jika H hitung < Chi-Square tabel.
b. H0 ditolak, jika H hitung > Chi-Square tabel
𝑘𝑡𝑔
MDRS (5 %) = rp (p. dpG) x √ −
𝑟𝑔
Keterangan:
34
r = Banyaknya ulangan setiap perlakuan dengan syarat bahwa banyaknya ulangan tiap perlakuan
sama Membuat tabel ringkasan uji duncan. Ringkasan uji duncan (5%) dapat dilihat pada Tabel
3.5 berikut:
Apabila selisih perlakuan lebih besar dari MDRS 5% berarti antar perlakuan terdapat beda
nyata dan apabila selisih tengah perlakuan lebih kecil dari MDRS 5%, berarti perlakuan tidak
terdapat beda nyata. Perbedaan perlakuan yang diikuti notasi huruf sama, menunjukkan tidak beda
nyata., sedangkan perlakuan yang diikuti notasi dengan huruf yang tidak sama menunjukkan
berbeda nyata.
Jika data penyebaranya tidak normal maka dilakukan transformasi log (Y+1) sehingga
1. Memeriksa apakah data tidak memenuhi asumsi plot sekali lagi nilai tengah perlakuan dalam
diagram tebar JK simpangan baku meningkat secara proporsional dengan nilai tengah maka, ini
2. Memeriksa apakah ada data yang bernilai kurang dari 10% untuk menentukan transformasi log
(Y+1), jika ada yang bernilai kurang dari 10 maka digunakan log (Y+1).
3. Memeriksa sekali lagi melalui diagram tebar apakah data transformasi telah memperlihatkan
kehomogenan. Jika terdapat lagi kehomogenan antara nilai tengah perlakuan dan simpangan
bakunya pada data transformasi, maka nilai menunjukkan bahwa transformasi telah dilakukan
dengan sukses.
35
DAFTAR PUSTAKA
Alyanti, Patang & Nurmila. (2017). Analisis pembuatan dodol berbahan baku tepung
melinjo dan tepung beras ketan. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 3, 540-
541.
Antono, A., Ferdiyaz, D., Puspitasari, N.L., Sedarnawati., Budiyanto, S. (1989). Analisis
Aryadi, I.G.A.P. (2014). Pengaruh ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap
Denpasar, Denpasar.
Bangun, N.H.P. (2009). Pengaruh konsentrasi gula dan campuran sari buah (markisa,
wortel dan jeruk) terhadap mutu serbuk minuman penyegar. (Skripsi). Fakultas
Bussman, R.W., Hennig, L., Glannis, A., Ortwein, J., Kutchan, T.M., & feng Xi. (2013).
Medicine.USA.
Februnyca, L. (2006). Daya anti bakterial perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
36
Haryadi. (2006). Teknologi pengolahan beras. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Herliza & Ninsix, R. (2014). Pengaruh presentase gula kelapa dan perbandingan tepung
ketan dengan pisang muli terhadap mutu dodol yang dihasilkan. Jurnal
Indriyani, T. & Wulandari, Y. (2016). IBM pengolahan buah mengkudu. Prosiding Seminar
Nasional Ekonomi dan Bisnis & Call For Paper FEB UMSIDA, 624-638.
Joshi, A.A., Chilkawar, P.M., & Jadhav B.A. (2012). Studies on physico-chemical properties
37