Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fadal

NIM : 201610070311038
Kelas : Biologi V A

Hukum Mendel I dan II


Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan pada
pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam
dua sel anak. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan
satu sifat beda).
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
a. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnyaR).
b. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di
bawahini).
c. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu
terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya
Hukum Mendel II
Hukum Mendel 2 dikenal juga sebagai Hukum Asortasi atau Hukum
Berpasangan Secara Bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan
secara bebas dengan gen/sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak
berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk alelnya.
Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda. Maksudnya
adalah pada persilangan ini kita hanya memperhatikan satu sifat saja, seperti warna
bunga (merah, putih, dsb) atau bentuk buah (bulat, lonjong, dsb). Pada persilangan
monohibrid berlaku Hukum Mendel I karena pada saat pembentukan gamet kedua
(G2), gen di dalam alel yang sebelumnya berpasangan akan mengalami pemisahan
secara bebas dalam dua sel anak (gamet). Secara bebas di sini maksudnya adalah
pemisahan kedua gen tersebut tidak dipengaruhi atau mempengaruhi pasangan gen
yang lainnya. Mendel melakukan persilangan monohibrid dengan satu sifat beda
yang menunjukkan sifat dominansi yang muncul secara penuh dan sifat dominansi
yang tidak muncul secara penuh (intermediet).
 Kasus dominansi penuh
Persilangan pada kasus dominansi
penuh akan terjadi apabila sifat gen yang
satu lebih kuat dibandingkan dengan sifat
gen yang lainnya. Akibatnya, sifat gen yang
lebih kuat itu dapat menutupi sifat gen yang
lemah. Dalam hal ini, gen yang memiliki
sifat yang kuat disebut gen dominan dan
gen yang memiliki sifat yang lemah disebut
gen resesif. Persilangan antara bunga
mawar merah (MM) dengan bunga mawar
putih (mm) dengan gen M bersifat dominan
penuh terhadap m. hukum mendel dan
persilangan Berdasarkan persilangan perbandingan fenotipnya adalah 3 : 1
(3 sifat merah : 1 sifat putih). Sedangkan, untuk perbandingan genotipnya
diperoleh MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1.
Kasus dominansi tidak penuh
(Intermediet) Persilangan pada kasus intermediet
terjadi apabila sifat dari kedua gen sama-sama
kuat. Jadi, tidak ada gen yang bersifat dominan
ataupun resesif. Persilangan antara bunga mawar
merah (MM) dengan bunga mawar putih (mm)
dengan M dan m sama-sama merupakan gen
dominan. hukum mendel dan persilangan
 Persilangan dihibrid
Persilangan antara biji bulat kuning
(BBKK) dengan biji kisut hijau (bbkk). Biji bulat (B) dominan terhadap biji
kisut (b) dan warna kuning (K) dominan terhadap warna hijau (k). hukum
mendel dan persilangan Sehingga, akan diperoleh F2 = bulat kuning
(B_K_), bulat hijau (B_kk), kisut kuning (bbK_), kisut hijau (bbkk).

Pertanyaan :
1. Bagaimana proses persilangan jika salah satu gen terdapat kecacatan /
kelainan ?
2. Pernikahan antara perempuan dan laki-laki yang keduanya normal
menghasilkan seorang anak laki-laki yang albino, mengapa hal tersebut
terjadi?

Anda mungkin juga menyukai