Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa memiliki penanan penting dalam kehidupan, karena selain
digunakan sebagai alat komunikasi secara lansung, bahasa juga dapat digunakan
sebagai alat komunikasi tulis. Dizaman era globalisasi ini, masyarakat dituntut
secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek
kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan
tersebut, bahasa berfungsi sebagai mediapenyampaian informasi secara baik dan
tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharap masyarakat
dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Sebagaimana harapan
kita dalam memaknai bahasa yang terus mengalami perubahan tentunya kita
dituntut untuk mengetahui setiap perkembangan ejaan bahasa itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Sebagai rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya, yaitu:
a. Bagamana pengertian Ejaan?
b. Bagaimana sejarah perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia?
c. Apa Tujuan Ejaan?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk memahami pengertian ejaan
b. Untuk sejarak perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
c. Untuk mengetahui tujuan ejaan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan


Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan
pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa. Pengertian
senada dengan KBBI (2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca
dalam tataran wacana. Berdasarkan konsepsi ejaan tersebut, cakupan bahasan
ejaan membicarakan:

1. Pemakian huruf vocal dan konsonan


2. Penggunaan Huruf Kapital dan Kursif (miring)
3. penulisan kosakata dan betukan kata,
4. penulisan unsure serapan
5. penempatan dan pemakaian tanda baca.
Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalam kaidah ejaan yang disebut Ejaan yang
Disempurnakan sejak 1972.

2.2. Macam Ejaan


1. Ejaan Van Ophuijsen

Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah
digunakan untuk bahasa Indonesia.

Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model


yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi
yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:

a. huruf 'j' untuk menuliskan bunyi 'y', seperti pada kata jang, pajah, sajang,
lajar, sajap, ajo, jakin.
b. huruf 'oe' untuk menuliskan bunyi 'u', seperti pada kata-
kata goeroe, itoe, oemoer, oeroesan, oempan, oesaha (kecuali diftong 'au'
tetap ditulis 'au').

2
c. tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
bunyi hamzah, seperti pada kata-kata ma'moer, ‘akal, ta’, pa’, ra’yat
dinamaï.

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai
bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti
ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.

Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf
Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

Sejarah Ejaan Van Ophuijsen. pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan
bahasa Indonesia yang pertama kali oleh Prof. Charles van Ophuijsen dibantu oleh
Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil
pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam
sebuah buku. Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan Latin untuk bahasa
Melayu di Indonesia.

Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia


pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat,
kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda.
Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian
menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan
oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi
pemakai bahasa Melayu di Indonesia. Ejaan ini akhirnya digantikan oleh Ejaan
Republik pada 17 Maret 1947.

2. Ejaan Republik (ejaan Republik atau edjaan Soewandi)

Ejaan Republik adalah ketentuan ejaan dalam bahasa Indonesia yang


berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini disebut juga dengan edjaan Soewandi,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.

Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang
mulai berlaku sejak tahun 1901.

Perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen:

3
a. Huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada :
Goeroe → guru.
Oempan → umpan.
Oesaha → usaha.
Itoe → itu.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (')
ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata :
Ta’ → Tak
Pa’ → Pak
Ma’lum → Maklum
Ra’jat → Rakyat
Rusa’ → Rusak

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti:


Ubur-ubur → ubur2,
Bermain-main → ber-main2,
lompat-lompat → lompat2
Jalan-jalan → jalan2
Lari-lari → lari2

d. Awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak
dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.

Ejaan ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang
Disempurnakan pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang
menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian
ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor
departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.

4
3. Ejaan Perubahan

Ejaan Pembaharuan adalah sistem ejaan bahasa Indonesia yang dirancang


oleh sebuah panitia yang diketuai oleh Prijono dan E. Katoppo pada tahun 1957
sebagai hasil keputusan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, namun sistem
ejaan ini tidak pernah dilaksanakan.[1]. Ejaan sebelum ini adalah Ejaan
Repoeblik (Ejaan Suwandi), dan ejaan setelah ini adalah Ejaan Melindo (1959,
batal diresmikan), Ejaan Baru atau Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan, sekarang Pusat Bahasa, 1967), dan Ejaan yang
Disempurnakan sejak 1972.

Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk


memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia
Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah
berhasil disusun itu dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang
pernah mengetuai panitian ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo. Pada
tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan ejaan
baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi
sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan. Salah satu hal yang menarik
dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf yang
berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak
dalam contoh di bawah ini.

a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j

Contohnya:
Radja → Raja
Djauh → Jauh
Djalan → Jalan
Remadja → Remaja
Djendral → Jendral

b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts seperti tjunami berubah menjadi


tsunami.

5
c. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń seperti pada kata njanti berubah
menjadi kata nanti.
d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š, seperti pada kata sjantai berubah
menjadi santai.

Selain itu, gabungan vokal (diftong) ai, au, dan oi, ditulis berdasarkan
pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.

Contoh penggunaan
EYD Ejaan Pembaharuan

Santai Santay

Gulai Gulay

Harimau Harimaw

Kalau Kalaw

Amboi Amboy

Sarung Saruŋ

Syarat Šarat

4. Ejaan Melindo

Ejaan Melindo adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman
Bersama Edjaan Bahasa Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha
penyatuan sistem ejaan dengan huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan Tanah
Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak pernah sampai diterapkan.

Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan
tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan
konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf ny, yang sama sekali masih baru.
(Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan itu diganti dengan ts dan
ń).

6
5. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan yang Disempurnakan (disingkat EYD) adalah ejaan bahasa


Indonesia yang berlaku dari tahun 1972 hingga 2015. Ejaan ini
menggantikan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan ini digantikan
oleh Ejaan Bahasa Indonesia sejak tahun 2015.

Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat


Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru(Ejaan LBK). Ejaan Baru
pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh
panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia
Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan
suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja
atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67, pada
tanggal 19 September 1967.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri


Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung
persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari
kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan yang Disempurnakan. Pada
tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun
1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu("Rumi" dalam
istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru
bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada waktu pidato
kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaian
ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil
yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada
tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini merupakan
penyederhanaan serta penyempurnaan daripada Ejaan Suwandi atau Ejaan
Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.

7
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah
penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27
Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan
Istilah".

Revisi pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan


Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang
Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan". Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975.

Revisi pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya
peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.

Perbedaan dengan ejaan sebelumnya

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:

a. "tj" menjadi "c": tjutji → cuci


b. "dj" menjadi "j": djarak → jarak
c. "j" menjadi "y": sajang → sayang
d. "nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk
e. "sj" menjadi "sy": sjarat → syarat
f. "ch" menjadi "kh": achir → akhir

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

a. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.

8
b. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya pada kata furqan, dan xenon.
c. Awalan "di-" dan kata depan "udi" dibedakan penulisannya. Kata depan "di"
pada contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi,
sementara "di-" pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
d. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan.

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:

1) Penulisan huruf termasuk, huruf kapital dan huruf miring.


2) Penulisan tanda baca.
3) Penulisan singkatan dan akronim.
4) Penulisan angka dan lambang bilangan.
5) Penulisan unsur serapan.

Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti
dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.

Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat


pada Penulisan tanda baca sesuai EYD

6. Ejaan Bahasa Indonesia

Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan Ejaan yang Disempurnakan.

Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan adalah:

1. Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga
yaitu ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei
(misalnya pada kata geiser dan survei).

9
Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu
menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta
menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.
2.3 Tujuan Ejaan
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan
tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang
sangat penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :
a.Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
b.Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta.
c.Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka sesuai dengan makalah ”Ejaan
Bahasa Indonesia” penyusun menyimpulkan bahwa dalam memahami
perkembangan bahasa, khususnya bahasa Indonesia yang setiap zaman mengalami
perubahan dan karena banyaknya bahasa-bahasa baru yang muncul kita juga
daharap mampu memaknai bahasa tersebut, sehingga didalam berkomunikasi
dapat memberi manfaat terhada kita semua berupa informasi yang cukup jelas.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah ini
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunnya dapat di pertanggung
jawabkan.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Van_Ophuijsen

https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik

https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Pembaharuan

https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Melindo

https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_yang_Disempurnakan

https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Bahasa_Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai