Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL

HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)


KABUPATEN PENAJAM PASER
UTARA

Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Penajam Paser


Utara

PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

TAHUN 2018
403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 0
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau
Environmental Health Risk Assessment (EHRA) di Kabupaten Penajam Paser Utara
terlaksana dengan baik.Buku ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada kalangan
Pemerintahan, lembaga profesional, dunia usaha dan masyarakat luas dalam upaya
mendukung Program Pengelolaan Sanitasi guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara.

Buku ini telah disusun seakurat mungkin dengan melibatkan semua pihak, yang
berkompeten, untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah melakukan survey, entry data, memberikan saran, pendapat dan
kontribusinya sehingga buku dokumen Environmental Health Risk Assessment (EHRA)
Kabupaten Penajam Paser Utara dapat terselesaikan.

Tidak menutup kemungkinan dokumen Environmental Health Risk Assessment


(EHRA) masih terdapat berbagai kekurangan. Kami harap adanya masukan untuk
penyempurnaan dokumen ini, sehingga nantinya mampu memenuhi kebutuhan informasi
yang terkait dengan kesehatan lingkungan di Kabupaten Penajam Paser Utara oleh semua
pihak secara lengkap dan akurat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penajam Paser Utara, 17 Agustus 2018

Ketua Pokja Sanitasi,

Drs. H. Tohar, MM
NIP. 19680708 199001 1 001

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 1


I. PENDAHULUAN

Sudi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko
Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang
bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-
perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program
sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan.
Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:
1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang
akurat
2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa
dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan
berada di berbagai kantor yang berbeda
3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat
kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat
kelurahan/desa
4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-
sektor pemerintahan secara eksklusif
5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga
di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang
lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau
stakeholders kelurahan/desa

Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:


1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang
beresiko terhadap kesehatan lingkungan
2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi
3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey
yang handal
4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan
Strategi Sanitasi Kabupaten Penajam Paser Utara
Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit
sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua
RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey.
403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 2
Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT
sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah
40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau
Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.
Pertanyaan-pertanyaan didalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal
yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privat dan sensitif, seperti tempat dan
perilaku BAB. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan
pembuangan sampah, jamban dan saluran drainase pembuangan air limbah.
Sedangkan pada aspek perilaku dipelajari hal-hal yang terkait dengan higinitas dan
sanitasi berupa cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran
anak dan sampah.
Data hasil Survey EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten dan program-program sanitasi ditahun
mendatang.
Laporan EHRA ini merupakan dokumen awal sanitasi Kabupaten Penajam
Paser Utara yang mengakomodasi masukkan dari berbagai pihak khususnya Pokja
Sanitasi Kabupaten Penajam Paser Utara sebagai pemilik utama kegiatan, SKPD,
Kecamatan, Kepala Desa/Kelurahan, Supervisor Lapangan dan Kader Kesehatan
desa/kelurahan. Masukkan umpan balik dari Konsultasi Publik hasil survey EHRA
dan Buku Putih Sanitasi sangat diharapkan untuk memperoleh masukkan bagi
penulisan laporan. Kegiatan pengumpulan data dimulai dari Bulan Juni s/d Juli
Tahun 2018 difasilitasi oleh Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Pemukiman (PPSP) dalam penyelesaian laporan ini.

II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 2018

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 3


2.1. Penentuan Target Area Survey

Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi
melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa
digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel
dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana
semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.
Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”.
Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Penajam Paser Utara mengingat
area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan
pada daerah populasi yang telah ditetapkan.

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh


Program PPSP sebagai berikut:
1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya
tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan
tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.
2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup
representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau
kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung
berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1
dengan formula sebagai berikut:
(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)
Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100%
∑ KK

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan


potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat
setempat
4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan
parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 4


Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara
menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah
(kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap
memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya.
Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu
klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan
area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA
ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Penajam Paser Utara.

Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko


Katagori
Kriteria
Klaster
Klaster 1 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria
indikasi lingkungan berisiko

Klaster 2 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria


indikasi lingkungan berisiko

Klaster 3 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria


indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria


indikasi lingkungan berisiko

Klastering wilayah di Kabupaten Penajam Paser Utara menghasilkan katagori klaster


sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan)
yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang
identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian,
kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan
mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey
pada klaster yang sama.

Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Penajam Paser Utara


No. Klaster Jumlah
1 1 6
2 2 16
3 3 14

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 5


No. Klaster Jumlah
4 4 18

Hasil klastering wilayah Kecamatan menghasilkan 4 Kecamatan terpilih dan setelah


dilakukan klastering dari 54 Desa desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai
berikut:
1) klaster 1 sebanyak 11 %.
2) klaster 2 sebanyak 30 %,
3) klaster 3 sebanyak 26 %,
4) klaster 4 sebanyak 33 %

Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat
pada Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA

Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA

2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden

Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara


itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random
dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah
responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara
proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga
akan ada minimal 5 responden per RT

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 6


Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam
skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:

Dimana:
 n adalah jumlah sampel
 N adalah jumlah populasi
 d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)  Asumsi tingkat kepercayaan
95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang
kemudian dibulatkan menjadi Z=2.
Untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja
Sanitasi Kabupaten Penajam Paser Utara metetapkan jumlah kelurahan yang akan
dijadikan target area survey sebanyak X1 sehingga jumlah sampel yang harus
diambil sebanyak X1 X 40 = 800 responden..

2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei


Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di
atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak
50 desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-50 desa/ kelurahan tersebut
disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2018


Kabupaten Penajam Paser Utara

JUMLAH
NO KLASTER KECAMATAN DESA
RESPONDEN
1 2 3 4 5
1 1 Gn. Makmur 40
2 1 Sumber sari 40
3 1 Sri Raharja 40
4 1 Rawa Mulya 40
5 Babulu Laut 40
6 1 Labangka Barat 40
7 1 Api-api 40
8 1 Waru 40

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 7


9 1 Petung 40
10 1 Nenang 40
11 1 Penajam 40
12 1 Maridan 40
13 1 Telemow 40
14 1 Binuang 40
15 1 Wonosari 40
16 1 Argo mulyo 40
17 1 Suko mulyo 40
18 1 Tengin Baru 40
19 1 Sukaraja 40
20 1 Karang jinawi 40

2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT.
Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih
RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih,
silahkan ikuti panduan berikut.
 Urutkan RT per RW per kelurahan.
 Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah
total RT total dan jumlah yang akan diambil.
 Jumlah total RT kelurahan : X.
 Jumlah RT yang akan diambil : Y
 Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang
diambil. AI = X/Y (dibulatkan)  misal pembulatan ke atas menghasilkan Z,
maka AI = Z
 Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka
antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang
diperoleh adalah 3.
 Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random


sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang
sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber
403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 8
dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya
adalah sbb.
 Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat
daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan
penduduk langsung.
 Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang
akan diambil, misal 5 (lima)  diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5
 Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka
Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2
 Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.

III. HASIL STUDI EHRA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Pelaksanaan survey EHRA dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi kondisi


eksisting sarana sanitasi yang ada ditingkat masyarakat serta perilaku masyarakat
terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penentuan tingkat resiko
kesehatan masyarakat didasarkan pada : 1) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga,
2) Pembuangan Air Limbah Domestik, 3) Drainase Lingkungan Sekitar Rumah
dan Banjir, 4) Sumber Air, 5) Perilaku Higiene dan 6) Kasus Penyakit Diare

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 9


2.5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Berkaitan dengan sampah merupakan masalah yang sangat memprihatinkan
terutama sampah yang dihasilkan rumah tangga yang semakin hari semakin
komplek permasalahannya dan tidak bisa ditangani dengan sistem persampahan
yang ada. Maka untuk menangani limbah sampah rumah tangga terutama skala
kabupaten perlu adanya peran serta masyarakat.
Pengelolaan sangat penting dilakukan ditingkat rumah tangga dengan pemilahan
sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sampah
dipilah terlebih dahulu khususnya sampah kertas/karton dan sampah plastik
dalam rumah tangga kemudian dalam waktu satu minggu
dikumpulkan/disetorkan ke pengelola sampah. Seperti yang telah dilakukan di
RT.03 RW.VI Tawangsari Permai Kelurahan Kebonsari Penajam Paser Utara,
Yang mulai berdiri pada bulan pebruari 2018 dimana sampah rumah tangga
dikelola oleh PKK RT selaku pengelola Bank Sampah.
Permasalahan persampahan yang dipelajari dalam survey EHRA antara lain: 1)
cara pembuangan sampah 2) frekuensi dan pendapat tentang ketepatan
pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan
pengangkutan sampah 3) praktek pemilahan sampah dan 4) penggunaan wadah
sampah sementara di rumah.
Sisi layanan pengangkutan juga dilihat dari aspek frekuensi atau kekerapan dan
ketetapan waktu pengangkutan. Sebuah rumah tangga yang menerima
pelayanan pengangkutan sampah, tetap memiliki resiko kesehatan tinggi bila
frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali.
Ketepatan pengangkutan sampah digunakan untuk menggambarkan seberapa
konsisten ketetapan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku.
Enumerator dalam kegiatan survey EHRA diwajibkan untuk mengamati wadah
penyimpanan sampah di rumah tangga. Secara mendetail data yang diperoleh
dari cara utama membuang sampah rumah tangga baik di desa maupun
kelurahan di Kabupaten Penajam Paser Utara.

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 10


Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Grafik 3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berdasar Desa

Berdasar grafik 3.1. mayoritas desa tidak mengelola sampah secara


baik, sebagian besar secara dibakar, dibuang ke sungai, dibuang ke lahan
kosong/kebun dan dibiarkan membusuk, pengelolaan sampah dengan benar
dilakukan oleh Kelurahan Banyuurip yaitu sebesar 97,5%.

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 11


Grafik 3.2. Pengelolaan Sampah Berdasar Kluster

Berdasar grafik 3.2. diperoleh data bahwa sampah belum dikelola secara
benar terbanyak terdapat pada kluster satu yaitu sebesar 48,6% .

Grafik 3.3 Frekuensi Pengangkutan Sampah Tidak Memadai

Secara umum frekuensi pengangutan sampah tidak memadai karena tidak


dilakukan setiap hari. Frekuensi terbesar pengangkutan sampah tidak memadai
pada kluster 1
403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 12
Grafik 3.4 Ketepatan waktu pengangkutan sampah

Secara umum pengangkutan sampah belum dilakukan oleh petugas dan


responden menjawab tidak tau, untuk wilayah kluster 2 menduduki prosentase
tertinggi dalam penganggkutan sampah dengan angka 6,35 %

2.6. Pembuangan Air Limbah Domestik


Praktek BAB (buang air besar) di tempat yang kurang memadai merupakan salah
satu faktor meningkatnya resiko status kesehatan masyarakat. Selain mencemari
tanah dan juga mencemari sumber air minum warga. Tempat BAB yang tidak
memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti
sungai/kali/got/kebun tetapi juga menggunakan sarana jamban di rumah yang
mungkin dianggap nyaman, tapi sarana penampungan dan pengolahan tinjanya
tidak memadai. Sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai,
misal yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum.
Pembuangan tinja anak menurut masyarakat umumnya dianggap sepele.
Kotoran/tinja anak dianggap berbeda dengan tinja orang dewasa, kotoran anak
dianggap tidak berbahaya dan bisa dibuang kemana saja, termasuk ke ruang
terbuka seperti sungai, parit, tanah lapang ataupun keranjang tempat sampah
rumah tangga. Anggapan seperti ini sangat keliru karena pembuangan tinja baik
anak maupun orang dewasa adalah salah satu masalah sanitasi yang perlu

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 13


diperhatikan karena sangat berbahaya dan dapat mencemari lingkungan dengan
berbagai pathogen penyebab penyakit yang terkandung di dalamnya.
Survey EHRA melakukan sejumlah wawancara kepada responden yang terkait
dengan kondisi sarana dan prasarana jamban serta kebiasaan masyarakan
melakukan BAB. Selain itu Enumerator diwajibkan melakukan pengamatan pada
bangunan jamban/WC.
Saluran Akhir Pembuangan Isi Tinja

Grafik 3.5. Saluran Pembuangan Isi Tinja

Berdasar hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas responden


menggunakan Jamban pribadi dan WC umum untuk pembuangan akhir isi tinja,
namun masih ditemukan responden yang membuang isi tinja di cubluk, drainase,
sungai, kolam dan kebun, prosentase terbesar di desa Purbosari Kecamatan
Ngadirejo yaitu sebesar 67.5%

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 14


Grafik 3.6. Saluran Pembuangan Isi Tinja

Hasil survei menunjukkan bahwa wilayah kluster dimana mayoritas responden


masih membuang isi tinja berisiko yaitu di cubluk, drainase, sungai, kolam dan
kebun adalah di kluster 2 yaitu sebanyak 16,7% dan prosentase terendah di kluster
4 yaitu 0%.

Kualitas Tangki Septic

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 15


Grafik 3.7. Kualitas Tanki Septik

Grafikl 3.7. menunjukkan bahwa minimal responden sudah memiliki tanki septic
yang suspek aman. Sebagian besar responden kondisi tanki septicnya tidak aman,
prosentase terbesar di desa Plosogaden, Kwadungan jurang, sucen, purbosari,
sukomarto dan Ngadirejo dengan masing masing prosentase yaitu sebesar 100%.

Grafik 3.8. Kualitas Tanki Septik

Grafik 3.8. menunjukkan bahwa mayoritas wilayah kluster kondisi septic tank
belum suspek aman, kondisi belum/tidak aman terutama di wilayah kluster 3 dan
kluster 4 karena jumlah desa sampling di kedua kluster tersebut masing masing
403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 16
adalah satu, sehingga hasil surveynya menggambarkan/mewakili kondisi baik
ataupun buruk di wilayah kluster tersebut.

Praktek Pembuangan Kotoran Anak Balita

Grafik 3.9. Praktek Pembuangan Tinja Balita

Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam pembuangan


tinja anak balita termasuk dalam kategori tidak aman, prosentase terbesar di desa
Purbosari yaitu 87,5%.

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 17


Grafik 3.10. Praktek Pembuangan Tinja Balita

Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas wilayah kluster dalam


pembuangan tinja anak balita termasuk dalam kategori tidak aman, prosentase
terbesar di kluster 3 yaitu 82,5% dan prosentase terendah di wilayah kluster 4 yaitu
32,5%

Kepemilikan Saluran Pengelolaan Limbah

Grafik 3.11. Kepemilikan Saluran Limbah

Grafik 3.12. menunjukkan bahwa desa dengan prosentase paling tinggi tidak
memiliki saluran limbah adalah desa Manggong yaitu 100% dan prosentase
terendah di desa Parakan Kauman yaitu 100%

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 18


Grafik 3.12. Kepemilikan Saluran Limbah

Grafik 3.12. menunjukkan bahwa kluster dengan prosentase paling tinggi tidak
memiliki saluran limbah adalah kluster 2 yaitu sebesar 38%

2.7. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir

Kondisi saluran air rumah tangga merupakan indikator yang menjadi peranan
penting pada Survey EHRA, karena saluran air yang tidak memadai beresiko
memunculkan penyakit terutama deman berdarah dan malaria. Dalam
pelaksanaan Survey EHRA masalah saluran air menjadi pengamatan tersendiri
yang dilakukan oleh enumerator untuk mengamati keberadaan saluran air di
sekitar rumah responden. Saluran air yang dimaksud adalah yang digunakan
untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga.
Enumerator juga mengamati dari dekat apakah air di saluran itu mengalir, apa
warna airnya, dan melihat apakah terdapat tumpukan sampah di dalam saluran
air itu. Sedangkan saluran air yang memadai ditandai dengan aliran air yang
lancar, warna air cenderung bening atau bersih, dan tidak adanya tumpukan
sampah di dalamnya.

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 19


Grafik 3.13 Keberadaan Genangan Air

Secara umum tidak ditemukan genangan air di halam rumah penduduk, namun
masih terdapat juga genagan air di halaman rumah penduduk khususnya di desa
Tempelsari yaitu sebesar 22,5%

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 20


Grafik 3.14. Keberadaan Genangan Air

Secara umum tidak ditemukan genangan air di halam rumah penduduk,


namun masih terdapat juga genangan air di halaman rumah penduduk khususnya
di wilayah kluster 2 yaitu sebesar 8,936% dan prosentase ternedah di kluster 4
yaitu 2,5%.

2.8. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga


Air merupakan kebutuhan utama dari setiap individu dan masyarakat. Kecukupan
air dan kualitasi air akan sangat berpengaruh terhadap individu masyarakat dan
kesehatan lingkungan. Jenis-jenis sumber air memiliki tingkat keamanannya
tersendiri terutama sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber
yang relatif aman, seperti air ledeng/PDAM, sumbur bor, sumur gali terlindungi,
mata air terlindungi dan air hujan (yang ditanggkap, dialirkan dan disimpan
secara bersih dan terlindungi). Sumber-sumber air minum yang dianggap
memiliki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi pathogen ke dalam
tubuh manusia yaitu sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air
permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi.
Menurut pakar higinitas bahwa suplai air yang memadai merupakan salah satu
faktor yang mengurangi resiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan diare. Dari sejumlah studi yang telah dilakukan oleh beberapa pakar
menginformasikan bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai
cenderung memiliki resiko terkena diare yang lebih rendah, hal ini disebabkan
karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas
secara lebih teratur, dan sebaliknya kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai
salah satu faktor resiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan
seperti gejala diare atau kesakitan yang disebabkan oleh air lainnya.
Secara umum, sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kabupaten
Penajam Paser Utara berasal dari 3 (tiga) sumber air minum utama yaitu 1)

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 21


sumur yang terdiri dari sumur dalam dan sumur gali, 2) air ledeng PDAM, dan 4)
mata air.

Kualitas Air Bersih

Grafik 3.15. Air Bersih

Secara umum air bersih yang digunakan sudah memenuhi syarat karena
berasal dari sumber yang terlindungi. Namun masih terdapat responden dengan air
masih tercemar, prosentase terbesar di desa Gunungsari yaitu sebesar 40%

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 22


Grafik 3.16. Air Bersih

Secara umum air bersih yang digunakan sudah memenuhi syarat karena tidak
tercemar . Namun masih terdapat responden dengan air masih tercemar, prosentase
terbesar di Wilayah Kluster 3 yaitu sebesar 7,5%.

Pengelolaan Air

Grafik 3.17. Penyimpanan Air

Berdasar Grafik 3.17. diketahui bahwa secara umum responden sudah


melakukan penyimpanan air. Namun masih ditemukan juga responden yang tidak
melakukan penyimpanan air. Prosentase terbesar responden yang tidak melakukan
penyimpanan air adalah desa Manggong yaitu sebesar 17,5%.

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 23


Grafik 3.18. Penyimpanan Air

Hasil survey EHRA menunjukkan bahwa secara umum respoden sudah


melakukan penyimpanan air. Namun maih terdapat responden yang tidak melakukan
penyimpanan air. Prosentase terbesar responden yang tidak melakukan
penyimpanan air berada di wilayah kluster 2 yaitu sebesar 3,3%.

3.5 Perilaku Higiene


Kebiasaan masyarakat dalam hal mencuci tangan pakai sabun merupakan
salah satu survey EHRA yang bertujuan untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS). Kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan oleh masyarakat dalam

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 24


survey EHRA sangat berhubungan erat dengan kesehatan. Kebiasaan tidak mencuci
tangan pada waktu-waktu penting merupakan salah satu faktor penyebab masuknya
penyakit ke dalam tubuh, misalnya diare. Balita sangat rawan terkena diare. Bila
kebiasaan mencuci tangan diterapkan pada waktu penting oleh masyarakat,
khususnya yang memiliki anak Balita maka resiko Balita terkena penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan diare dapat berkurang. Waktu cuci tangan yang penting
diterapkan oleh masyarakat yang memiliki anak antara lain adalah : 1) sesudah
buang air besar; 2) sesudah menceboki pantat anak; 3) sebelum menyantap
makanan; 4) sebelum menyuapi anak; serta 5) sebelum menyiapkan makanan .
3.5.1. Praktek Cuci Tangan Pakai sabun

Grafik 3.19 Praktek Cuci Tangan pakai sabun

Secara umum penduduk sudah melakukan cuci tangan pakai sabun pada 5
waktu penting, namun di beberapa desa masih ditemukan penduduk yang tidak cuci
tangan pada 5 waktu penting. Desa dengan penduduk tidak cuci tangan pada 5
waktu penting, prosentase tertinggi di desa Ngaditirto yaitu 95%.

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 25


Grafik 3.20. Praktek Cuci Tangan pakai sabun

Hasil survey menunjukkan bahwa secara umum penduduk sudah melakukan


cuci tangan pada 5 waktu penting, akan tetapi di kluster 2 masih ditemukan
sebanyak 35,8% penduduk tidak melakukan cuci tangan pada 5 waktu penting.

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 26


3.5.2. Ketersediaan Sarana CTPS di jamban

Grafik 3.21. Ketersediaan Air di Jamban

Hasil survey terlihat, bahwa secara umum di jamban penduduk sudah tersedia
air untuk CTPS. Namun di beberapa desa masih ditemukan jamban yang tidak
tersedia air untuk CTPS, prosentase tertinggi di desa Kwadungan Jurang dengan
prosentase sebesar 82,5%

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 27


Grafik 3.22. Ketersediaan Air di Jamban

Hasil survey terlihat, bahwa secara umum di jamban penduduk sudah tersedia
air untuk CTPS. Namun di beberapa kluster masih ditemukan jamban yang tidak
tersedia air untuk CTPS, prosentase tertinggi di kluster 2 dengan prosentase
sebesar 30,2%

Grafik 3.23. Ketersediaan Sabun di Jamban

Berdasar hasil survey diketahui bahwa mayoritas jamban penduduk sudah


tersedia sabun untuk cuci tangan, namun masih ditemukan juga jamban penduduk
yang tidak tersedia sabun. Prosentase tertinggi jamban yang tidak tersedia sabun
adalah di desa Tempelsari yaitu 97,5%, dan di desa Sucen yaitu 97,5%

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 28


Grafik 3.24. Ketersediaan Sabun di Jamban

Berdasar hasil survey diketahui bahwa mayoritas jamban penduduk tersedia


sabun untuk cuci tangan, prosentase tertinggi tidak tersedia sabun terdapat pada
kluster 2 yaitu sebesar 52,4% dan prosentase terendah di kluster 1 yaitu 46,7%.

3.2.5. Kondisi sampah di lingkungan rumah

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 29


Grafik 3.25. Kondisi sampah di lingkungan rumah

Hasil survey menunjukkan bahwa masih banyak ketidak pedulian masyarakat


akan sampah dan membiarkan berserakan di lingkungan rumah. Prosentase
tertinggi desa dengan penduduk membiarkan sampah berserakan adalah desa
Pakurejo (100%).

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 30


Grafik 3.26. . Kondisi sampah di lingkungan rumah

Hasil survey menunjukkan bahwa masih banyak ketidak pedulian masyarakat


akan sampah dan membiarkan berserakan di lingkungan rumah. Prosentase
tertinggi desa dengan penduduk membiarkan sampah berserakan adalah kluater 3
yaitu 32,5% dan prosentase terendah di kluater 4 yaitu 0 %

3.5.3. Keberadaan Permasalahan Sampah

Grafik 3.27. Keberadaan Permasalahan Sampah

Hasil survey menunjukkan masih adanya permasalahan sampah diantaranya


ada lalat karena sampah. Prosentase tertinggi desa yang memiliki permasalahan
sampah adalah desa Pakurejo sebesar 100%

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 31


Grafik 3.28. Keberadaan Permasalahan Sampah

Hasil survey menunjukkan bahwa di wilayah kluster 4 tidak terdapat


permasalahan sampah dengan gangguan lalat namun masih ditemukan juga adanya
permasalahan sampah pada beberapa penduduk dengan prosentase pada kluster 1,
2 dan 3

3.6 Kejadian Penyakit Diare

Penyakit diare dapat menyerang siapa saja dalam anggota keluarga tanpa pandang
bulu. Mulai dari balita, anak-anak, anak remaja laki-laki, anak remaja perempuan,
orang dewasa laki-laki, orang dewasa perempuan. Balita merupakan usia yang

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 32


cukup rawan untuk terserang penyakit diare. Besaran kejadian penyakit diare dapat
diindikasikan kurang memenuhinya sarana sanitasi yang ada di masyarakat

.Kejadian Penyakit Diare

Grafik 3.29. Kejadian Diare

Grafik 3.29. menunjukkan bahwa mayoritas responden pernah mengalami


diare, angka kasus tertinggi di desa Pandemulyo ( 100% ) dan Desa Sukomarto
( 100% )

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 33


Grafik 3.30. Kejadian Diare

Hasil survei mendapatkan data bahwa mayoritas responden pernah mengalami


diare, angka tertinggi di wilayah kluster 3 yaitu sebesar 80% dan angka terendah di
wilayah kluster 1 yaitu 36,9%

IV. PENUTUP

Survey Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau Survey Environmental


Health Risk Assessment (EHRA) adalah sebuah survey yang digunakan dalam
mengidentifikasikan kondisi sanitasi yang ada di desa/kelurahan. Dengan
diketahuinya kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku
masyarakat, akan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi
termasuk promosi atau advokasi kesehatan lingkungan di Kabupaten Penajam
Paser Utara sampai ke desa/kelurahan. Pelibatan kader kesehatan desa/kelurahan
dan sanitarian Puskesmas sangat efektif dalam pencapaian sasaran berupa promosi
dan advokasi dimaksud.
Dokumen hasil survey EHRA akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pembangunan sanitasi di Kabupaten Penajam Paser Utara. Perlunya pembangunan
dan perbaikan sarana dan prasarana sanitasi di masyarakat serta pentingnya
advokasi dan promosi kesehatan lingkungan kepada masyarakat diharapkan akan
menjadi salah satu target perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di
Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kondisi eksisting sarana dan prasarana sanitasi serta perilaku masyarakat
sesuai yang teridentifikasi di dalam dokumen hasil survey EHRA akan dijadikan
sebagai dasar penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Penajam Paser
Utara. Diketahuinya kondisi eksisting tersebut baik sarana dan prasarana serta
perilaku masyarakat di desa/kelurahan akan menghasilkan tingkat area beresiko di
tiap desa/kelurahan. Dengan adanya kondisi eksisting area beresiko tersebut
diharapkan akan dapat mendukung penyusunan dokumen Strategi Sanitasi
Kabupaten (SSK) Kabupaten Penajam Paser Utara 2018.
403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 34
Dalam pelaksanaan pembangunan di bidang sanitasi diperlukan suatu upaya
monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini diharapkan untuk
dapat dijadikan suatu alat tolok ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pembangunan di bidang sanitasi. Selain hal tersebut, pelaksanaan Survey EHRA ini
dapat dijadikan baseline data bagi pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi
serta pelaksanaan Survey EHRA di tahun-tahun mendatang.
Survey EHRA merupakan suatu kegiatan yang sangat efektif dan efisien
dalam rangka mengidentifikasi kondisi sanitasi yang ada di daerah. Pelaksanaan
survey dengan pelibatan masyarakat khususnya kader kesehatan dirasa sangat
memberi dampak terhadap keberhasilan pelaksanaan survey. Namun demikian
dalam rangka pelaksanaan survey di tahun-tahun mendatang diperlukan perbaikan
terhadap materi kuesioner yang akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
survey.

403897040.docPENAJAM PASER UTARA Tahun 2018 35

Anda mungkin juga menyukai