Anda di halaman 1dari 4

KEGAWATDARURATAN SYOK HIPOVOLEMIK

Enita Dewi*
Sri Rahayu**

Abstract

Hypovolemic shock occurs when there is a loss of intravascular fluid volume. In hypovolemic shock the
volume is inadequate to fill the vascular space. The most common cause of hypovolemic shock is
hemorraghe (an excessive loss of whole blood). The amount of blood loss that results in shock depends on
the efficiency of a person’s compensatory mechanism and the rapidity of blood loss. Signs and symptoms of
hypovolemic shock should be monitored by nurses periodically. As a nurse, she should understands and has
capability to handle this condition, in every place/ward. The nurses have to give appropriate interventions or
emergency management for treat it.

Key word: emergency, management, hypovolemic shock

* Enita Dewi
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jl. A. Yani Tromol Post 1 Kartasura

** Sri Rahayu
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jl. A. Yani Tromol Post 1 Kartasura

PENDAHULUAN cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan


beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi
Syok hipovolemik kebanyakan akibat dari yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi
kehilangan darah akut sekitar 20% dari volume yang tidak adekuat. Paling sering, syok
total. Tanpa darah yang cukup atau penggantian
hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah
cairan, syok hipovolemik dapat menyebabkan
kerusakan irreversible pada organ dan system. yang cepat (syok hemoragik).
Kebanyakan trauma berbahaya ketika Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh
terjadinya perang sekitar tahun 1900an telah kehilangan volume massive yang disebabkan
memberi kesan yang sangat signifikan pada oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan
perkembangan prinsip penanganan resusitasi syok eksternal hemoragi, atau kondisi yang
hemoragik. Ketika Perang Dunia I, W.B. Cannon menurunkan volume sirkulasi intravascular atau
merekomendasikan untuk memperlambat
cairan tubuh lain, intestinal obstruction,
pemberian resusitasi cairan sehingga penyebab
utama terjadinya syok diatasi secara pembedahan. peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi
Pemberian kristalloid dan darah digunakan secara dari excessive perspiration, diare berat atau
ekstensif ketika Perang Dunia II untuk menangani muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake
pasien dengan keadaan yang tidak stabil. cairan yang tidak adekuat.
Pengalaman yang di dapat semasa perang Kemungkinan besar yang dapat
melawan Korea dan Vietnam memperlihatkan
mengancam nyawa pada syok hipovolemik
bahwa resusitasi cairan dan intervensi
pembedahan awal merupakan langkah terpenting berasal dari penurunan volume darah
untuk menyelamatkan pasien dengan trauma yang intravascular, yang menyebabkan penurunan
menimbulkan syok hemoragik. cardiac output dan tidak adekuatnya perfusi
jaringan. Kemudian jaringan yang anoxia
SYOK HIPOVOLEMIK mendorong perubahan metabolisme dalam sel
berubah dari aerob menjadi anaerob. Hal ini
Syok hipovolemik merupakan kondisi menyebabkan akumulasi asam laktat yang
medis atau bedah dimana terjadi kehilangan menyebabkan asidosis metabolic.

Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik (Enita Dewi dan Sri Rahayu) 93


Ketika mekanisme kompensasi gagal, (Na, K, Cl, HCO3, BUN, kreatinin, kadar
syok hipovolemik terjadi pada rangkaian keadaan glukosa), PT, APTT, AGD, urinalisis (pada pasien
di bawah ini: yang mengalami trauma), dan tes kehamilan.
Darah sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan
1. Penurunan volume cairan intravascular
pencocokan.
2. Pengurangan venous return, yang
Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi
menyebabkan penurunan preload dan stroke
tidak stabil harus pertama kali diresusitasi secara
volume
adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada
3. Penurunan cardiac output
pemeriksaan radiologi dan menjadi intervensi
4. Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)
segera dan membawa pasien cepat ke ruang
5. Kerusakan perfusi jaringan
operasi. Langkah diagnosis pasien dengan trauma,
6. Penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi ke
dan tanda serta gejala hipovolemia langsung dapat
sel
ditemukan kehilangan darah pada sumber
7. Kegagalan multisistem organ
perdarahan.
Secara khas, riwayat pasien meliputi
Pasien trauma dengan syok hipovolemik
kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di unit
volume darah, seperti gastrointestinal hemoragi, gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma
trauma, diare berat dan muntah. Pengkajian yang aorta abdominalis. Jika dicurigai terjadi
didapatkan meliputi: kulit pucat, penurunan perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang
sensori, pernafasan cepat dan dangkal, urin output selang nasogastrik, dan gastric lavage harus
kkurang dari 25ml/jam, kulit teraba dingin, dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan
jika dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom
clammy skin, MAP dibawah 60 mm Hg dan nadi
Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya
melemah, penurunan CVP, penurunan tekanan setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya
atrial kanan, penurunan PAWP, dan penurunan mencari sumber perdarahan.
cardiac output. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada
Indikasi parameter pada pemeriksaan/ semua pasien perempuan usia subur. Jika pasien
pengkajian dalam mengestimasi kehilangan hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi
volume cairan: bedah dan ultrasonografi pelvis harus segera
dilakukan pada pelayanan kesehatan yang
Kehilangan cairan Kehilangan cairan Kehilangan cairan berat: memiliki fasilitas tersebut. Syok hipovolemik
minimal: sedang:
akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok
Kehilangan volume cairan Kehilangan volume Kehilangan volume cairan hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada
intravaskular 10% - 15% cairan intravascular 40% atau lebih
sekitar 25% pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang,
Tanda gejala: Tanda gejala: Tanda gejala: namun pernah dilaporkan.
ƒ tachycardia ringan, ƒ nadi cepat dan ƒ tachycardia yang nyata
Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena
lemah mekanisme dan penemuan dari foto polos dada
ƒ tekanan darah ƒ hipotensi supinasi ƒ hipotensi yang nyata
supinasi normal,
awal, dapat dilakukan transesofageal
ƒ penurunan sistol ƒ kulit dingin ƒ nadi perifer lemah dan echocardiography, aortografi, atau CT-scan dada.
lebih dari 16 mm Hg menghilang Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat
atau peningkatan
denyut nadi lebih dari dilakukan pemeriksaan FAST (Focused
20x/m, Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa
ƒ peningkatan ƒ urin output sekitar ƒ kulit dingin dan sianosis dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak
capillary refill lebih 10 sampai stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien
dari 3 detik, 30%ml/jam
ƒ urin output lebih ƒ sangat kehausan ƒ urin output kurang dari
yang stabil. Jika dicurigai fraktur tulang panjang,
dari 30ml/jam, 10% harus dilakukan pemeriksaan radiologi.
ƒ kulit pucat dan ƒ gelisah, bingung, ƒ penurunan kesadarann Hasil pemeriksaan yang dapat mendukung
dingin cepat marah
diagnosis, diantaranya: penurunan HCT,
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisis penurunan Hb, penurunan RBC dan jumlah
dlakukan, langkah diagnosis selanjutnya platelet, peningkatan serum potassium, sodium,
tergantung pada penyebab yang mungkin pada lactate dehydrogenase, creatinin, dan BUN,
hipovolemik, dan stabilitas dari kondisi pasien itu peningkatan berat jenis urin (> 1.020) dan
sendiri. Pemeriksaan laboratorium awal yang osmolalitas urin; sodium urin < 50 mEq/L,
sebaiknya dilakukan antara lain: analisis penurunan creatinin urin, penurunan pH,
Complete Blood Count (CBC), kadar elektrolit peningkatan PaCO2, gastroskopi, X-Ray, aspirasi

94 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2. Juni 2010, 93-96
isi lambung melalui NGT, pemeriksaan koagulasi jalan napas yang adekuat, menjamin ventilasi, dan
pada disseminated intravascular coagulation memaksimalkan sirkulasi. Dalam penanganan
(DIC). syok hipovolemik, ventilasi tekanan positif dapat
mengurangi aliran balik vena, mengurangi cardiac
PENATALAKSANAAN SYOK output, dan memperburuk status/keadaan syok.
HIPOVOLEMIK Walaupun oksigenasi dan ventilasi penting,
kelebihan ventilasi tekanan positif dapat merusak
Tujuan utama dalam mengatasi syok pada pasien dengan syok hipovolemik.
hipovolemik adalah (1) memulihkan volume Penanganan yang sesuai biasanya dapat dimulai
intravascular untuk membalik urutan peristiwa tanpa keterlambatan transportasi. Beberapa
sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan prosedur, seperti memulai pemberian infus atau
yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume fiksasi ekstremitas, dapat dilakukan ketika pasien
cairan, dan (3) memperbaiki penyebab yang sudah dibebaskan. Namun, tindakan yang
mendasari kehilangan cairan secepat mungkin. memperlambat pemindahan pasien sebaiknya
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, ditunda. Keuntungan pemberian cairan intravena
upaya dilakukan untuk menghentikan perdarahan. segera pada tempat kejadian tidak jelas. Namun,
Mencakup pemasangan tekanan pada tempat infus intravena dan resusitasi cairan harus dimulai
perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan dan dilanjutkan dalam perjalanan ke tempat
untuk menghentikan perdarahan internal. pelayanan kesehatan.
Pemasangan dua jalur intra vena dengan Intervensi keperawatan yang dapat
kjarum besar dipasang untuk membuat akses intra dilakukan antara lain:
vena guna pemberian cairan. Maksudnya 1. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan
memungkinkan pemberian secara simultan terapi mulai lakukan penggantian cairan sesuai
cairan dan komponen darah jika diperlukan. order. Pastikan golongan darah untuk
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida pemberian terapi transfusi
0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran 6 %). 2. Kaji AGD/Analisa Gas Darah, jika pasien
Pemberian posisi trendelenberg yang mengalami cardiac atau respiratory arrest
dimodifikasi dengan meninggikan tungkai pasien, lakukan CPR
sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus 3. Berikan terapi oksigen sesuai order. Monitor
horizontal dan kepala agak dinaikan. Tujuannya, saturasi oksigen dan hasil AGD untuk
untuk meningkatkan arus balik vena yang mengetahui adanya hypoxemia dan
dipengaruhi oleh gaya gravitasi. mengantisipasi diperlukannya intubasi dan
Medikasi akan diresepkan untuk penggunaan ventilasi mekanik. Atur posisi
mengatasi dehidarasi jika penyebab yang semi fowler untuk memaksimalkan ekspansi
mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin dada. Jaga pasien tetap tenang dan nyaman
akan diberikan pada pasien dengan dehidrasi untuk meminimalkan kebutuhan oksigen
sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin 4. Monitor vital sign, status neurologis, dan
(DDVP) untuk diabetes insipidus, preparat anti ritme jantung secara berkesinambungan.
diare untuk diare dan anti emetic untuk muntah- Observasi warna kulit dan cek capillary refill
muntah. 5. Monitor parameter hemodinamik, termasuk
Military anti syoc trousersn (MAST) CVP, PAWP, dan cardiac output, setiap 15
adalah pakain yang dirancang untuk memperbaiki menit, untuk mengevaluasi respon pasien
perdarahan internal dan hipovolemia dengan terhadap treatmen yang sudah diberikan
memberikan tekanan balik disekitar tungkai dan 6. Monitot intake dan output.pasang dower
abdomen. Alat ini menciptakan tahanan perifer cateter dan kaji urin output setiap jam. Jika
artificial dan membantu menahan perfusi coroner. perdarahan berasal dari gastrointestinal maka
Penatalaksanaan pra rumah sakit pada cek feses, muntahan, dan gastric drainase.
pasien dengan syok hipovolemik sering dimulai Jika output kuranng dari 30 ml/jam pada
pada tempat kejadian atau di rumah. Tim yang pasien dewasa pasang infuse, tetapi awasi
menangani pasien sebelum ke rumah sakit adnya tanda kelebihan cairan seperti
sebaiknya bekerja mencegah cedera lebih lanjut, peningkatan PAWP. Lapor dokter jika urin
membawa pasien ke rumah sakit sesegera output tidak meningkat
mungkin, dan memulai penanganan yang sesuai. 7. Berikan transfuse sesuai lorder, monitor Hb
Intervensi sebelum ke rumah sakit terdiri dari secara serial dan HCT
immobilisasi (pada pasien trauma), menjamin

Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik (Enita Dewi dan Sri Rahayu) 93


95
8. Berikan Dopamin atau norepineprin I.V., cairan. Produksi urin. Pemasangan kateter urin
sesuai order untuk meningkatkan diperlukan untuk mengukur produksi urin.
kontraktilitas jantung dan perfusi renal Produksi urin harus dipertahankan minimal 1/2
9. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya
petekie, perdarahan, catat segera hipovolemia. Cairan diberikan sampai vena jelas
10. Berikan support emosional terisi dan nadi jelas teraba. Bila volume intra
11. Siapkan pasien untuk dilakukan pembedahan, vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi urin
jika perlu. < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg
Pemantauan yang perlu dilakukan dalam untuk mempertahankan produksi urine. Dopamin
menentukan kecepatan infus: 2-5 µg/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran
Nadi: nadi yang cepat menunjukkan tekanan vena sentral (normal 8-12 cmH2O), dan
adanya hipovolemia. Tekanan darah: bila tekanan bila masih terdapat gejala umum pasien seperti
darah < 90 mmHg pada pasien normotensi atau gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan ekstremitas
tekanan darah turun > 40 mmHg pada pasien dingin, menunjukkan masih perlu transfusi cairan.
hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Iyan, Cairan Alternatif untuk Resusitasi Cairan: Ringer Asetat, Medical Departement PT Otsuka
Indonesia, Simposium Alternatif Baru Dalam Terapi Resusitasi Cairan.

Critical Nursing Made Incredible Easy, Lipincot Williams and Wilkins, A Wolters Kluwer, Philadelpia,
2004
FH Feng, KM Fock, Peng, Penuntun Pengobatan Darurat, Yayasan Essentia Medica – Andi Yogyakarta,
Edisi Yogya 1996 hal 5–16
Lewis, Heitkemper, Dirksen, Medical-Surgical Nursing: Assessment and management of Clinical
Problems,Mosby Inc, Missouri, 2000

Sunatrio, S, Larutan Ringer Asetat dalam Praktik Klinis, Simposium Alternatif Baru Dalam Terapi
Resusitasi Cairan, Bagian Anestesiologi FKUI/RSCM, Jakarta, 14 Agustus 1999.

Thaib, Roesli, Syok Hipovolemik dan Terapi Cairan, Kumpulan Naskah Temu NAsional dokter PTT, FKUI,
Simposisum hal 17-32
Williams, Hopper, Undestanding Medical-Surgical Nursing, F.A Davis Company, Philadelphia, 2003
Wirjoatmodjo, M, Rehidrasi – Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi Kedua, ED Soeparman, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 1987 hal 8–12

94
96 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2. Juni 2010, 93-96

Anda mungkin juga menyukai