Anda di halaman 1dari 3

MAQASHID SYARIAH DALAM EKONOMI, KEUANGAN DAN PERBANKAN

SYARIAH

Para pakar ekonomi syariah dan praktisi perbankan syariah, tidak cukup hanya
mengetahui fiqih muamalah dan aplikasinya saja, tetapi yang lebih penting adalah
memahami maqashid syariah. Imam Al-Syatibi (w.790 H), dalam kitab Al-Muwafaqat,
mengatakan, mempelajari ilmu ushul fiqh merupakan sesuatu yang dharuri (sangat penting
dan mutlak diperlukan), karena melalui ilmu inilah dapat diketahui kandungan dan maksud
setiap dalil syara’ (Al-quran dan hadits) sekaligus bagaimana menerapkan dalil-dalil syariah
itu di lapangan. Menurut Al-Amidy dalam kitab Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam, Siapa yang
tidak menguasai ilmu ushul fiqh, maka diragukan ilmunya, karena tidak ada cara untuk
mengetahui hukum Allah (syariah) kecuali dengan ilmu ushul fiqh.”

Tema terpenting dalam ilmu ushul fiqh adalah maqashid syariah. Maqashid syariah
adalah jantung dalam ilmu ushul fiqh, karena itu maqashid syariah menduduki posisi yang
sangat penting dalam merumuskan ekonomi syariah, menciptakan produk-produk perbankan
dan keuangan syariah. Maqashid syariah dalam pengertian yang umum (dasar) adalah tujuan-
tujuan syariah. Tujuan-tujuan syariah tersebut adalah untuk mewujudkan kemaslahatan
manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan manusia diwujudkan dengan memelihara lima
kebutuhan pokok yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

Kajian maqashid syariah dalam ilmu ushul fiqh, bukan hanya terbatas pada
pemahaman mengenai tujuan-tujuan syariah dengan memelihara kemaslahatan lima pokok
kebutuhan dasar, (agama, jiwa, akal, keturunan dan harta), tetapi juga pengetahuan
(pemahaman) mengenai teori-teori syariah untuk mewujudkan maqashid syariah, landasan
filosofis, alasan rasional, illat, rahasia tasyri’, dan berbagai metode perumusan diktum-
diktum syariah lainnya. Seperti teori qiyas ; qiyas jaliy, qiyas khafiy, illat, masalikul’illat,
istihsan, maslahah mursalah, sadd al-zariah, ‘urf, istishab, takhrijul manath, tanqihul manath,
tahqiqul manath, dan instrument-instrumen metodologis yang terkait dengan maqashid
syariah, yang disertai dengan kaedah-kaedah ushul fiqh mengenai maqashid syariah.

Konsep-konsep maqashid syariah itulah yang akan diterapkan pada ekonomi,


keuangan, dan perbankan syariah. Misalnya maqashid syariah dari anuitas, hedging,
pembiayaan indent, trade finance dan akad-akad hybrid, pembiayaan murabahah, denda pada
debitur yang menunda pembayaram, kartu kredit syariah, gharar qalil, bagi hasil (revenue
sharing, net revenue sharing dan profit and lose sharing sharing), Profit Equalization Reserve
(PER), dsb.

Para ulama ushul fiqh sepakat bahwa pengetahuan maqashid syariah menjadi syarat
utama dalam berijtihad untuk menjawab berbagai problematika kehidupan ekonomi dan
keuangan yang terus berkembang. Maqashid syariah tidak saja diperlukan untuk
merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi makro (moneter, fiscal ; public finance), tetapi
juga untuk menciptakan produk-produk perbankan dan keuangan syariah serta teori-teori
ekonomi mikro lainnya. Maqashid syariah juga sangat diperlukan dalam membuat regulasi
perbankan dan lembaga keuangan syariah.

Fathi al-Daraini dalam buku Al-Fiqh al-Islam al-muqarin ma’a al-mazahib


mengatakan bahwa pengetahuan tentang maqashid syariah merupakan pengetahuan yang
utama dan memiliki proyeksi masa depan dalam rangka pengembangan teori ushul fiqh,
karena itu maqashid syariah menurutnya merupakan ilmu yang berdiri sendiri. Pendapat ini
menunjukkan betapa urgensinya pengetahuan mengenai maqashid syariah.

Dalam melakukan ijtihad seorang mujtahid harus menguasai maqashid syariah.


‘Abdul wahhab Khallaf dalam Buku Ilmu Ushul Fiqh menyebut dengan tegas bahwa nash-
nash syariah tidak dapat dipahami secara tepat dn benar kecuali oleh seseorang yang
mengetahui maqashid syariah dan asbabun nuzul (latar belakang historis turunnya ayat).
Keberhasilan penggalian hukum ekonomi Islam dari dalil-dalil Al-Quran dan hadits sangat
ditentukan oleh pengetahuan tentang maqashid al-syariah yang dapat ditelaah dari dalil-dalil
tafshili (al-quran dan sunnah).

Maqashid syariah tidak saja menjadi faktor yang paling menentukan dalam
melahirkan produk-produk ekonomi syariah yang dapat berperan ganda (alat sosial kontrol
dan rekayasa sosio-economy) untuk mewujudkan kemaslahatan manusia, tetapi juga lebih
dari itu, maqashid syariah dapat memberikan dimensi filosofis dan rasional terhadap produk-
produk hukum ekonomi Islam yang dilahirkan dalam aktivitas ijtihad ekonomi syariah
kontemporer. Maqashid syaiah akan memberikan pola pemikiran yang rasional dan
substansial dalam memandang akad-akad dan produk-produk perbankan syariah. Pemikiran
fikih semata akan menimbulkan pola pemikiran yang formalistic dan tekstualis. Hanya
dengan pendekatan maqashid syariah-lah produk perbankan dan keuangan syariah dapat
berkembang dengan baik dan dapat meresponi kemajuan bisnis yang terus berubah dengan
cepat.

Di era kemajuan ekonomi dan keuangan syariah kontemporer, banyak persoalan yang
muncul, seperti hedging (swap, forward, options), Margin During Contruction (MDC), profit
equalization reserve (PER), trade finance dan segala problematikanya, puluhan kasus hybrid
contracts, instrument money market inter bank, skim-skim sukuk, repo, pembiayaan sindikasi
antar bank syariah atau dgn konvensional, restrukturisasi, pembiayaan property indent, ijarah
maushufash fiz zimmah, hybrid take over dan refinancing, forfeiting, overseas financing,
skim KTA, pembiayaan multi guna, desain kartu kredit, hukum-hukum terkait jaminan
fiducia dan hak tanggungan, maqashid dari anuitas, tawarruq, net revenue sharing, cicilan
emas, investasi emas, serta sejumlah kasus-kasus baru yang terus bermunculan.

Upaya ijtihad terhadap kompleksitas ekonomi dan keuangan syariah masa kini yang
terus berubah dan berkembang, memerlukan analisis berdimensi filosofis dan rasional dan
subtantif yang terkandung dalam konsep maqashid syariah. Berdasarkan urgensi maqashid
syariah yang demikian besar, maka Iqtishad Consulting bermaksud menggelar Workshop
Eksekutif Aplikasi Maqashid Syariah pada Ekonomi, Keuangan, Produk Perbankan, dan
Regulasi Perbankan dan Keuangan Syariah.
Tanpa maqashid syariah, maka semua pemahaman mengenai ekonomi syariah,
keuangan dan perbankan syariah akan sempit dan kaku. Tanpa maqashid syariah, seorang
pakar dan praktisi ekonomi syariah akan selalu keliru dalam memahami ekonomi syariah.
Tanpa maqashid syariah, produk keuangan dan perbankan, regulasi, fatwa, kebijakan fiscal
dan moneter, akan kehilangan substansi syariahnya. Tanpa maqashid syariah, fikih muamalah
yang dikembangkan dan regulasi perbankan dan keuangan yang hendak dirumuskan akan
kaku dan statis, akibatnya lembaga perbankan dan keuangan syariah akan sulit dan lambat
berkembang. Tanpa pemahaman maqashid syariah, maka pengawas dari regulator gampang
menyalahkan yang benar ketika mengaudit bank-bank syariah. Tanpa maqashid syariah,
maka regulator (pengawas) akan gampang menolak produk inovatif yang sudah sesuai
syariah. Tanpa pemahaman maqashid syariah maka regulasi dan ketentuan tentang PSAK
syariah akan rancu, kaku dan dan mengalami kesalahan fatal.

Jiwa maqashid syariah akan mewujudkan fiqih muamalah yang elastis, fleksibel,
lincah dan senantiasa bisa sesuai dengan perkembangan zaman. Penerapan maqashid syariah
akan membuat bank syariah dan LKS semakin cepat berkembang dan kreatif menciptakan
produk-produk baru, sehingga tidak kalah dengan produk bank-bank konvensional.

Berdasarkan paparan di atas, maka para pakar ekonomi syariah, dosen, praktisi
ekonomi syariah, auditor, Dewan Pengawas Syariah, pejabat Bank Indonesia yang
mengawasi dan mengaudit bank syariah, dan pejabat OJK yang mengawasi/meregulasi LKS,
wajib dan harus memiliki pengetahuan tentang maqashid syariah. Demikian pula halnya bagi
auditor eksternal dan internal perbankan dan lembaga keuangan syariah terlebih bagi para
perumus PSAK, seharusnya memiliki pemahaman maqashid syariah secara utuh dan benar
dengan cara mengikuti langsung kajian-kajian otentik dan orisinil yang bersumber dari kitab-
kitab ushul fiqh, bukan dari sumber-sumber yang ditulis oleh pakar ekonomi Islam yang
tidak berlatarbelakang ilmu ushul fiqh.

Pemahaman maqashid syariah ini bertitik tolak dari pemahaman (penguasaan)


berbagai disiplin ilmu, seperti ushul fiqh, falsafah tasyri’, tarikh tasyri’ fil muamalah, filsafat
hukum Islam, ulumul quran dan tafsir, ulumul hadits dan mushtalahul hadits, qawaid fiqh,
kaedah ushul fiqh dan kaedah bahasa Arab. Karena itulah, pengetahuan tentang maqashid al-
syariah ini menjadi syarat yang sangat penting dalam melakukan ijtihad ekonomi syariah
kontemporer. Untuk memahami semua itu dengan baik para pakar ekonomi syariah, dosen
pascasarjana, direktur bank, DPS dan konsultan syariah, bahkan hakim, notaries dan auditor.

Anda mungkin juga menyukai