Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Fisiologi

(JUDUL MAKALAH)

F3

Nama Nim Tanda Tangan

Chatrine Wijanarko 102012158

Angga Punggawa Koedoeboen 102015125

Grace Abigaelni Harefa 102016085

Muhamad Fikri 102016166

Jessica Leatemia 102016095

Nor Umi Izati binti Khalidi 102016261

Tania 102016199

Monica E. F Obisuru 102016121

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
Percobaan I – Kerja steady state:

I. Tujuan latihan/ pemeriksaan :


mengamati kerja otot dalam keadaan stabil serta Mengetahui dan memahami
faktor yang dapat mempengaruhi keadaan efisiensi kerja otot

II. Alat-alat yang digunakan :


1. Kimograf, kertas, dan perekat
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome
III. Cara kerja :
1. Pasang semua alat sesuai dengan gambar.
2. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang
diperdengarkan di ruang praktikum sampai 1/3 putaran tromol. Setiap kali
setelah melakukan tarikan, lepaskan segera jari saudara dari pelatuk sehingga
kembali ke tempat semula.

IV. Hasil pemeriksaan/ latihan


Mrupakan suatu mekanisme percobaan dimana Objek Percobaan (OP) dalam
keadaan normal, melakukan tarikan pada suatu alat untuk melihat kontraksi otot
yang terjadi dengan waktu relaksasi selama 4 detik sebelum melakukan tarikan
kembali.
V. Pembahasan
Untuk melakukan kontraksi, sumber energy untuk kontraksi otot diperlukan dan
yang dapat digunakan secara langsung adalah ATP (adenosine trifosfat).Tarikan
yang dilakukan oleh pasien atau objek percobaan (OP) merupakan kondisi normal
otot sehingga dapat bekerja lebih stabil. kontraksi yang dilakukan tidak terus
menerus melainkan ada waktu istirahat (relaksasi). Karena pada saat pasien istirahat
4 detik, oksigen akan diserap tubuh dan akan diubah menjadi ATP yang berperan
sebagai energy yang dapat digunakan oleh otot untuk berkontraksi kembali.
VI. Kesimpulan
Grafik pada percobaan 1 menunjukan grafik yang cenderung stabil, dimana hal ini
terjadi karena adanya waktu istirahat 4 detik setelah menarik, sehingga terkumpul
cukup oksigen untuk melakukan kontraksi. Karena oksigen mencukupi kebutuhan,
sehingga tidak ada penumpukan asam laktat yang menyebabkan pasien kelelahan.

Percobaan II – Pengaruh Gangguan Perederan Darah


I. Tujuan
1. Membedakan ergogram yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan
kelelahan
2. Mendemonstrasikan dengan pengaruh faktor gangguan peredaran darah, pengaruh

II. Alat yang digunakan

1. Kimograf + kertas + perekat


2. Mansetsfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome (frekuensi 4 detik)

III. Cara Kerja

1. Pasang magnet sfigmomanometer pada lengan atas kanan orang percobaan yang
sama.
2. Sebagai latihan lakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah lengan atas dengan
jalan memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi a. Radialis tak teraba lagi.
3. Dengan manset tetap terpasang, tetapi tanpa oklusi, lakukan 12 kali tarikan dengan
frekuensi satu tarikan tiap 4 detik sambil dicatat pada kimograf.
4. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan ke-13, mulailah memompa manset dengan
cepat sampai denyut nadi a.radialis tidak teraba lagi.
5. Selama pemompaan orang percobaan tetap melakukan latihan. Berilah tanda pada
kurve pada saat denyut nadi a. Radialis tidak teraba lagi.
6. Setelah terjadi kelelahan total, turunkan tekanan di dalam manset sehingga
peredaran darah pulih kembali.
7. Dengan frekuensi yang sama teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh
faktor oklusi tidak terlihat lagi.

IV. Hasil Percobaan

Pada awalnya grafik percobaan ini menunjukkan kenaikan suatu grafik hingga cenderung stabil,
dan setelah dilakukan oklusi pada pembuluh darah lengan atas grafik menunjukan garis tetap
cenderung stabil tetapi ada pula penurunan grafik dalam jangka waktu yang singkat saja, lalu grafi
kembali naik dan secara perlahan hingga mencapai tahap lelah total grafik menurun. Setelah oklusi
dihentikan, kekuatan otot semakin pulih. Hal ini dapat terjadi karena pada saat dilakukan oklusi
pembuluh darah tidak dapat mengalirkan oksigen ataupun nutrisi apapun pada jari, yang
menyebabkan otot jari kehilangan kekuatannya. Kemudian setelah oklusi dihentikan, darah
kembali mengalir dengan normal dan memberikan pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup pada
otot jari, sehingga otot jari pulih.
Ritme kontraksi yang perlahan melambat dan tidak stabil sampai denyut arteri radialis tidak teraba
lagi menunjukan bahwa otot mengalami kelelahan yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat.

V. Pembahasan

Oklusi menyebabkan aliran pembuluh darah tidak lancar, sehingga darah yang mengandung nutrisi
dan kaya O2 dari arteri tidak dapat di salurkan ke otot dan sebaliknya sisa metabolisme yang berupa
asam laktat tidak dapat diangkut oleh vena. Saraf terus bekerja dengan baik, impuls saraf berjalan
secara normal melalui hubungan otot-saraf masuk kedalam serabut-serabut otot, tetapi kontraksi
makin lama makin lemah karena dalam serabut-serabut otot sendiri kekurangan ATP.

VI. Kesimpulan

Kelelahan neuromuskular ditujukan dengan kondisi neuromuskular aktif tidak mampu menghantar
asetilkolin cukup cepat untuk mempertahankan transmisi kimiawi ke otot. Sedangkan kelelahan
sentral atau dikenal dengan kelelahan psikologi ialah keadaan sistem saraf pusat (SSP) tidak lagi
adekuat mengaktifkan neuron motorik yang berakar pada rasa tidak nyaman terhadap aktifitas.
Pasien percobaan menyatakan bahwa oklusi dirasakan memperberat aktifitasnya dalam menarik
pelatuk pada ergograf), motivasi yang menurun akibat kerja monoton, kelelahan dan kebosanan.
Percobaan ke II memberikan hasil pada grafik yang tidak jauh berbeda dengan percobaan yang
pertama meski adanya kelelahan otot namun tetap menunjukan kurva yang stabil namun pada akhir
grafik menurun.

Percobaan III – Pengaruh Istirahat dan Massage


I. Tujuan latihan/ pemeriksaan :
1. Membedakan ergogram yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan
kelelahan
2. Mendemonstrasikan dengan pengaruh faktor gangguan peredaran darah, pengaruh
istirahat, dan pengaruh massage
3. Menetapkan perubahan warna dan suhu kulit akibat iskemia

II. Alat-alat yang digunakan :


1. Kimograf, kertas, dan perekat
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome
III. Cara kerja :
1. Pasang semua alat sesuai dengan gambar.
2. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang
diperdengarkan di ruang praktikum sampai 1/3 putaran tromol. Setiap kali
setelah melakukan tarikan, lepaskan segera jari saudara dari pelatuk sehingga
kembali ke tempat semula.

IV. Hasil pemeriksaan/ latihan


Pada hasil pengamatan didapatkan bahwa kelelahan otot timbul akibat kontraksi
otot yang kuat dan lama yang semakin lama semakin lemah,karena dalam serabut
otot kekurangan energi.

V. Pembahasan :
Kelelahan akibat kerja adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh yang dirasakan
secara subjektif yang terjadi akibat kerja fisik atau mental secara berulang sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan, hilangnya efisiensi dan penurunan kapasitas kerja
serta ketahanan tubuh yang ditandai oleh adanya pelemahan kegiatan, pelemahan
motivasi dan kelelahan fisik. Kelelahan otot terjadi jika otot yang beraktivitas tidak
dapat lagi berespon terhadap rangsangan dengan derajat kontraksi yang sama.
Kelelahan otot dapat timbul akibat kontraksi otot yang kuat dan lama. Pada keadaan
ini, kontraksi otot yang terjadi semakin lama semakin lemah, karena dalam serabut
otot kekurangan energi.
Tenaga mekanik yang timbul pada kontraksi otot merupakan hasil proses kimiawi
cadangan tenaga dalam otot. Sumber tenaga yang paling penting bagi kerja otot
adalah glukosa. Proses kimiawi akan mengubah glukosa menjadi tenaga dan asam
laktat. Glukosa yang tidak di perlukan dengan segera oleh tubuh akan di konversi
menjadi glikogen dan di simpan dalam hati dan otot. Selama oksidasi glikogen
menjadi karbondioksida dan air, terbentuk ATP. Apabila otot harus melakukan
kontraksi ATP akan di lepas seiring dengan perubahannya menjadi ADP. Selama
oksidasi glikogen akan terbentuk asam piruvat. Bila terdapat banyak oksigen(aerob)
seperti yang terjadi pada gerakan umumnya maka asam piruvat akan dipecah
menjadi karbondioksida dan air. Pada proses ini juga dilepas energi yang akan
dipakai untuk membuat lebih banyak ATP. Namun apabila oksigen tidak
mencukupi(anaerob), asam piruvat akan di ubah menjadi asam laktat. Dan
penumpukan asam laktat akan menyebabkan terjadinya rasa nyeri pada otot.
Gangguan sirkulasi darah mengakibatkan metabolisme glukosa dalam otot
terganggu sehingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi. Pemijatan yang
mengalami kelelahan akan memperbaiki sirkulasi darah sehingga proses pemulihan
berjalan lebih cepat.
Pada hasil pengamatan didapatkan bahwa kelelahan otot timbul akibat kontraksi
otot yang kuat dan lama yang semakin lama semakin lemah,karena dalam serabut
otot kekurangan energi.Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelelahan otot
antara lain adanya penumpukan asam laktat, peredaran darah yang tidak
lancar,vasokonstriksi akibat suhu dingin,posisi atau gerakan bagian tubuh yang
melawan gravitasi bumi dan juga jenis kelamin.
Pada wanita kelelahan ototnya lebih cepat dari pada laki-laki.Karena massa otot
laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan.Adanya perbedaan hormonal
antara pria & wanita. Laki-laki dapat menyimpan glikogen pada otot lebih banyak,
sebagai sumber energi → terjadinya kelelahan otot lebih lama.
→ Testosteron yang disekresi oleh testis pria memiliki efek anabolik yg kuat
terhadap penyimpanan protein yg sangat besar di setiap tempat dalam tubuh,
terutama di dalam otot
→ Estrogen diketahui meningkatkan penimbunan lemak pada wanita
Adanya pengaruh latihan → ukuran otot semakin besar →glikogen yang tersimpan
semakin banyak → ketahanan terhadap kelelahan semakin meningkat.
Sedangkan pengaruh istirahat terhadap kelelahan kerja otot adalah istirahat mampu
memulihkan kontraksi otot. Karena setelah istirahat aliran darah ke otot pada jari
akan lebih lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih banyak dari
sebelumnya.Oksigen berguna dalam proses pembakaran untuk menghasilkan
energi,sehingga setelah dipijit energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama.
Pemijatan pada orang coba yang mengalami kelelahan otot dapat memulihkan
kelelahan yang terjadi karena pemijatan akan memperbaiki sirkulasi darah
sehingga proses pemulihan dari kelelahan berjalan lebih cepat

VI. Kesimpulan
Kami mendapatkan hasil yaitu bahwa mekanisme kontraksi otot sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari namun bila kerja itu terjadi terus menerus maka akan
terjadi akan kelelahan pada otot hal ini yang biasa dibilang pegal atau keram dan
oleh karena itu otot sangat membutuhkan pemulihan kembali agar bisa bekerja
dengan baik. Pada percobaan yang ketiga ini kerja otot pasien atau objek percobaan
(OP) mengalami kelelahan sehingga pada waktu pemulihan membutuhkan waktu
yang lama agar bisa bekerja lebih optimal lagi.

Percobaan IV – Rasa Nyeri, Perubahan Warna dan Suhu Kulit Akibat Iskemia
I. Tujuan latihan/ pemeriksaan :
1. Membedakan ergogram yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan
kelelahan

2. Mendemonstrasikan dengan pengaruh faktor gangguan peredaran darah, pengaruh


istirahat, dan pengaruh massage

3. Menetapkan perubahan warna dan suhu kulit akibat iskemia

II. Alat-alat yang digunakan :


1. Kimograf, kertas, dan perekat
2. Manset sfigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronome
III. Cara kerja :
1. Percobaam ke 4 dilakukan tanpa pencatatan ergogram
2. Dilakukan pemasangan manset pada lengan atas kanan PS
3. Dilakukan pengamatan warna dan suhu kulit pada lengan bawah PS
4. PS lalu menarik pelatuk tiap 1 detik, sambil dilakukan oklusi hingga mengalami
nyeri atau kelelahan
5. Tindakan oklusi di hentikan stetelah PS mengalami nyeri hebat, perhatikan suhu
dan warna kulit lengan bawah
IV. Hasil pemeriksaan/ latihan
Dari percobaan tersebut, dapat dilihat bahwa warna kulit lengan bawah PS menjadi
pucat, dan juga dapat dirasakan terjadi penurunan suhu (Suhu menjadi dingin)
Kondisi gambaran tangan pasien sebelum menarik pelatuk :

Kondisi gambaran tangan pasien setelah oklusi dihentikan :

V. Pembahasan
Iskemia adalah defisensi darah dalam bagian tubuh akibat konstriksi( penyempitan)
atau obstruksi (halangan) pada pembuluh darah. Iskemia menyebabkan kekurangan
oksigen dan glukosa yang diperlukan untuk metabolisme sel. Maninfestasi dari
iskemia adalah rasa nyeri, pucat dan bagian alat gerak dibawah oklusi menjadi
dingin dan lebih pucat dari bagian atasnya. Kekurangan o2 saat iskemia, ATP yang
dibutuhan untuk menjaga homeostasis pada sel, dihasilkan lewat oksidasi anaerob
glukosa, dimana cara ini tidak efisien dan menyebabkan penumpukan asam laktat
pada otot sehingga terjadi kelelahan. Kekuatan kontraksi pada otot yang diserang
juga mengalami gangguan serta daya kecepatannya menurun.
Pada iskemia juga terjadi penurunan aktifitas pompa Natrium, peningkatan level
ADP berarti terjadi penurunan jumlah energy yang dihasilkan hidrolisis ATP yang
menyebabkan terhambatnya kerja pompa Natrium yang seharusnya memompa
natrium keluar sel, sehingga terjadi akumulasi/penimbunan natrium diikuti
masuknya H2O menyebabkan edema/pembekakan sel yang menyebabkan warn
pucat.

VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa kontraksi otot memerlukan suplai
energi agar bisa menghasilkan gerak. Pada percobaan empat, ketika aliran darah
dari lengan bagian atas dihambat dengan sfigmomanometer, dan bagian lengan
bawah melakukan kontraksi, terlihat dengan jelas ketika kontraksi terjadi berulang
kali, kekuatan otot lengan bawah semakin melemah, terjadi perubahan suhu dan
warna kulit yang di akibatkan tidak adanya suplai darah ke arah lengan bawah. Hal
ini juga menyebabkan otot tidak bisa mengambil suplai O2 yang dibawa oleh darah
sehingga proses pembentukan energi pada otot lengan bawah terhambat. Penurunan
suplai oksigen akan meningkatkan metabolisme anaerob yang membentuk asam
laktat yang berlebih sehingga menimbulkan rasa nyeri pada otot. Akibatnya, ketika
terjadi kontraksi yang berulang secara terus menerus, kekuatan otot akan berkurang
karena tidak ada suplai o2 ke otot dan penimbunan asam laktat yang berlebih.

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed ke-2. Jakarta: EGC; 2001. h. 170.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.h.119.
3. Berman A, Snyder S, Kozier B, Erb G. Buku ajar praktik keperawatan klinis. Edisi 5.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2oo9.h.119.
4. Manuaba, Manuaba C, Manuaba F. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG;2007.h.401.
5. Baughman DC, Hackley JC. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG;2000.h.132.

Anda mungkin juga menyukai