OLEH :
Luh Ade Eva Nandya Widhiantari
NIM : P07120016022
3. Penyebab Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Stres psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis sistem rennin. Angiotensin dan peningkatan
Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko : obesitas,
merokok, alkohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a. Hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi di mana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer
Kategori Kategori
Tekanan Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Darah Sistolik (mmHg) Dan/atau Sistolik (mmHg)
( JNC VII) ( JNC VII)
Normal Optimal ≤ 120mmHg Dan ≤ 80 mmHg
Pre
_ 120 – 139 mmHg Atau 80 – 89 mmHg
Hipertensi
_ Normal < 130 mmHg Dan < 85mmHg
_ Normal Tinggi 130 – 139 mmHg Atau 85 – 89 mmHg
Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat 1 140 – 159 mmHg Atau 90 – 99 mmHg
Derajat II _ >160 mmHg Atau > 100 mmHg
_ Derajat 2 160 – 179 mmHg Atau 100 – 109 mmHg
_ Derajat 3 >180 mmHg Atau > 110 mmHg
6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin, dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
Feokromositoma
garam berlebih raga tahun ginjal
7. Pathway
Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan
Tidak mampu
monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan
kolesterol membuang
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & sejumlah garam
arteri pembuluh darah
dan air di dalam
Peningkatan Meningkatnya besar
Penyempitan tubuh Memacu stress
Merusak lapisan Vasokonstriksi sel darah merah
pembuluh darah volume darah
endotel pembuluh pembuluh Elastisitas
dan sirkulasi Efek konstriksi
darah pembuluh
darah arteri perifer darah menurun Volume darah
Meningkatnya dalam tubuh
viskositas meningkat
Aterosklerosis Tahanan
perifer
meningkat
HIPERTENSI
Retensi
natrium
Sumber : Oedem
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
Gangguan
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
keseimbangan
volume cairan
8. Faktor Risiko Hipertensi pada Lansia
Hipertensi merupakan salah satu gangguan pada sistem kardiovaskular yang
sering sekali terjadi pada lansia. Dengan bertambahnya usia, jantung serta
pembuluh darah akan mengalami beberapa perubahan struktur dan fungsi. Salah
satu perubahan fungsional terkait dengan pembuluh darah adalah meningkatnya
tekanan sistolik yang akan terjadi secara progresif. Menurut American Heart
Association nilai sistolik 160 mmHg merupakan batas normal tertinggi untuk
lansia. Sedangkan menurut International Society of Hypertension (ISH) tekanan
sistolik di atas 140 mmHg sudah dapat dikatakan sebagai hipertensi derajat I.
Faktor risiko hipertensi secara umum terbagi menjadi dua, yakni faktor yang
tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur serta genetik, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
adalah pola makan, aktivitas dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan terlebih
dahulu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
a. Umur
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa
semakin tua seseorang, maka risiko mengalami hipertensi akan semakin
tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah
arteri seiring dengan pertambahan umur. Hipertensi bisa dijumpai pada semua
usia, namun paling sering ditemukan pada usia 35 tahun atau lebih dan
meningkat ketika menginjak usia 50 dan 60 tahun. Selain itu pada wanita
menopause akan lebih berisiko mengalami hipertensi. Walaupun belum dapat
dibuktikan dalam penelitian, namun hormon estrogen diperkirakan dapat
meningkatkan konsentrasi HDL dan menurunkan LDL yang dapat
menurunkan risiko terjadi hipertensi.
b. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang tidak
dapat dimodifikasi dan telah terbukti dari banyak penelitian-penelitian oleh
beberapa ahli. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika salah
satu dari orang tua kita mempunyai hipertensi, sepanjang hidup kita
mempunyai 25% kemungkinan terkena pula. Jika kedua orang tua kita
mempunyai hipertensi, kemungkinan terkena penyakit tersebut 60% (Sheps,
2005). Selain itu peran faktor genetik juga dapat dibuktikan dengan
ditemukannya kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot
daripada heterezigot.
Selain dua faktor risiko di atas terdapat pula beberapa faktor risiko lain
yang dapat dimodifikasi, antara lain:
- Merokok
Sampai sekarang merokok merupakan satu-satunya faktor risiko paling
penting yang dapat menyebabkan hipertensi pada lansia. Kandungan-
kandungan berbahaya yang terdapat dalam rokok dapat menyebabkan banyak
sekali kerugian pada tubuh, diantaranya adalah: menurunkan kadar HDL,
meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen
dengan karbon dioksida pada molekul hemoglobin, serta meningkatkan
konsumsi oksigen di miokardium. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
memberikan penjelasan kepada lansia tentang keuntungan yang dapat
diperoleh dengan berhenti merokok serta kerugian-kerugian yang akan didapat
apabila tetap mengonsumsi rokok tersebut.
- Hiperlipidemia
Kadar kolesterol pada lansia akan secara alami meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Selain itu hiperlipidemia juga berkaitan dengan konsumsi
lemak jenuh yang erat kaitannya dengan peningkatan berat badan dan nantinya
akan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi. Peningkatan LDL dan
penurunan HDL adalah tanda yang penting untuk penyakit arteri koroner atau
aterosklerosis berkaitan dengan kenaikan tekanan darah baik pada pria
maupun wanita.
- Diabetes melitus dan Obestitas
Diabetes merupakan penyakit kronik yang menjadi faktor risiko independen
untuk hipertensi. Ketika viskositas darah meningkat maka tekanan darah pun
akan ikut meningkat. Lansia yang mengalami diabetes biasanya diikuti
dengan obesitas, juga hipertensi dan hiperlipidemia yang menyertainya.
- Gaya hidup
Aktivitas fisik yang menurun pada lansia dapat pula menjadi faktor risiko
terjadinya hipertensi, dengan penurunan aktivitas fisik ini maka tonus otot
akan mengalami kehilangan masa otot tak berlemak yang akan digantikan
dengan jaringan lemak yang akan mengakibatkan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular. Aktivitas fisik yang cukup juga akan menjaga berat badan
yang ideal. Selain itu stres dapat pula berpengaruh pada hipertensi maka gaya
hidup sehat sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko hipertensi
- Diet tinggi garam
Berdasarkan penelitian Radecki Thomas E J.D. Orang yang memiliki
kebiasaan konsumsi tinggi garam akan memiliki risiko hipertensi sebesar
4.35%. Garam yang memiliki sifat menarik air akan menyebabkan
peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Lansia dan ras Afrika
Amerika mungkin memiliki sensitivitas tinggi terhadap intake sodium
terhadap perkembangan hipertensi (Vollmer et a., 2001 dalam Miller ).
9. Pencegahan Hipertensi
Ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita sangat penting
dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup yang tidak sehat berisiko
tinggi terkena penyakit hipertensi. Termasuk dalam pola hidup yang tidak
sehat misalnya merokok, minum alkohol, suka makan enak alias banyak
mengandung kolesterol, makanan yang gurih dengan kadar garam berlebih,
minuman berkafein, dan lain-lain. Sementara pada saat yang sama kurang
berolahraga atau kurang beraktivitas, sering stres, minim air putih, serta
kurang makan buah dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan selalu diartikan
mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan satu penyakit, misalnya
pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut pencegahan/pemeriksaan secara
medis (medical check up). Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena
faktor keturunan atau pun gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri
tekanan darahnya ke dokter atau tenaga medis lain. Sebab, darah tinggi atau
hipertensi bila tidak segera diatasi adalah pra kondisi bagi penyakit lain yang
lebih serius. Dengan demikian, mencegah darah tinggi berarti pula mencegah
diri kita dari penyakit lain. Jika dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau
gejala hipertensi, seorang dokter akan memberikan advise penanganannya.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat tradisional. Beberapa
diantara tanaman tradisional (serta hasilnya) yang bisa menurunkan tekanan
darah misalnya : bayam, biji bunga matahari, kacang-kacangan, dark coklat,
pisang, kedelai, kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun seledri,
belimbing, pace atau mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau dan lain-lain.
Beberapa tanaman diantaranya sudah diteliti dan diuji secara medis, seperti :
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya
melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi
tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat melindungi
tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian
telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat
menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2) Biji bunga matahari
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari
mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol dalam
tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu tekanan darah tinggi, karena
dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Tetapi, pastikan
mengonsumsi kuaci segar yang tidak diberi garam.
3) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah
mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif
menurunkan tekanan darah tinggi.
4) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan
darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang
bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan
bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah
tinggi.
5) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan.
Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah
tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi
kesehatan.
6) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak
sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat
tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
7) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu menurunkan
tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida
membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan
menyebabkan aliran darah meningkat.
8) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol. Selain
itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk kesehatan
jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain yang juga dapat
menurunkan tekanan darah, sekaligus pencegahan hipertensi, misalnya terapi bekam.
Bekam merupakan cara tradisional yang sudah sangat terkenal dan bermanfaat untuk
pencegahan berbagai macam penyakit.
(d) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik
sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur
terbukti bahwa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko
terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan
penyakit pembuluh darah lainnya.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian
antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi
hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat
yang tidak mengganggu gaya hidup/menyebabkan simptomatologi yang
bermakna tetapi dapat mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan
tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke,
gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum
memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit koroner.
Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang
daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal,
diutamakan diuretika yang hemat kalium. Obat yang banyak beredar
adalah Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan darah. Karena
efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat (hipotensi
ortostatik dan takikardi) maka jarang digunakan. Obat yang termasuk
dalam Alfa-blocker adalah Prazosin dan Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga
kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga mengurangi
daya dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan darah
akan menurun dan daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis
Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dsb.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin
sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifir dan turunnya
tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi
ortostatik. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Clonidine,
Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriol
sehingga daya tahan perifer berkurang dan tekanan darah menurun. Obat
yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatasi
dan turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal
adalah Nifedipine dan Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya vasokontriksi
kuat. Obat jenis penghambat ACE yang popular adalah Captopril
(Capoten) dan Enalapril.
b) Kemampuan mobilisasi:
Pada saat pengkajian, pasien biasanya mampu mengubah posisi di
tempat tidur, mampu duduk di tempat tidur, namun ketika pasien
berdiri dan berpindah pasien merasakan pusing.
6) Istirahat tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan tidur akibat nyeri dada, sesak, dan
pusing yang dirasakannya.
7) Pengaturan suhu tubuh
Pada saat pengkajian suhu tubuh pasien biasanya berada dalam rentang
normal yaitu 36o C - 37° C.
8) Kebersihan diri
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengalami masalah/ keluhan
kebersihan diri.
9) Rasa nyaman
Pada saat pengkajian, biasanya pasien mengatakan sakit pada bagian
kepala, nyeri pada dada, merasa sesak, serta kesemutan pada ekstremitas.
10) Rasa aman
Pada saat pengkajian pasien biasanya gelisah atau cemas dengan raut
wajah pasien tampak tidak tenang.
11) Sosial
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan komunikasi atau
hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.
12) Pengetahuan belajar
Meliputi kemampuan pasien dalam menerima informasi tentang
penyakitnya, serta nasihat-nasihat yang diberikan oleh perawat atau dokter,
berhubungan dengan penyakitnya.
13) Rekreasi
Pada umumnya pasien lebih banyak beristirahat di rumah atau fasilitas
kesehatan, dengan memanfaatkan fasilitas TV sebagai hiburan atau
berkumpul bersama keluarga. Pada pasien hipertensi ringan biasanya
dianjurkan untuk melakukan latihan fisik seperti lari, jogging, jalan santai
atau bersepeda dan bersenang-senang. Pasien juga dianjurkan untuk
melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
14) Spiritual
Pada umumnya, pasien tidak memiliki masalah dalam spiritual.
15) Status Kesehatan
- Status Kesehatan Saat Ini
Pada umumnya pasien hipertensi mengeluh nyeri kepala dan kelelahan.
- Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang tidak
terkontrol dan tidak berkesinambungan. Adanya riwayat penyakit ginjal
dan adrenal.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
2) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran (EVM)
TTV, BB/TB
3) Integumen
Kulit lansia keriput ( kerena proses penuaan yang terjadi), kelenturan dan
kelembaban kurang.
4) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala dalam
keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu rambut, wajah
simetris, nyeri tekan negatif.
5) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
6) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang
berkaitan dengan hipertensi.
7) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
8) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
9) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
10) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
11) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
12) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat). Lansia
biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang terasa nyeri
dada.
13) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
14) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
15) Genitaurinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
16) Muskuloskeletal
Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca
dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang dada, pipi,
klavikula tampak menonjol, terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah
hangat.
17) Sistem saraf pusat
Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat, tidak ada
disorientasi, emisi tenang, siklus tidur memendek.
18) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertropi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Kelebihan volume cairan
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
f. Ketidakefektifan koping
g. Defisit pengetahuan
h. Ansietas
i. Risiko cedera
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Penurunan curah NOC NIC
jantung 1. Cardiac Pump Cardiac Care
Effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
2. Circulation Status 2. Monitor status
3. Vital Sign Status kardiovaskuler
Kriteria Hasil 3. Monitor status pernapasan
1. Tanda vital dalam yang menandakan gagal
rentang normal jantung
2. Dapat mentoleransi 4. Monitor abdomen sebagai
aktivitas, tidak ada indikator penurunan perfusi
kelelahan 5. Monitor adanya perubahan
3. Tidak ada edema paru, tekanan darah
perifer, dan tidak ada 6. Anjurkan untuk
asites menurunkan stres
4. Tidak ada penurunan Vital Sign Monitoring
kesadaran 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuaensi dan
irama pernapasan
5. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy:
1. Energy Conservation 1. Kolaborasikan dengan
2. Activity Tolerance Tenaga Rehabilitas Medik
3. Self Care : ADLs dalam merencanakan
program terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk
Kriteria Hasil :
mengidentifikasi aktifitas
1. Berpartisipasi dalam
yang mampu dilakukan
aktivitas fisik tanpa
3. Bantu untuk
disertai peningkatan
mengidentifikasi dan
tekanan darah, nadi dan
mendapatkan sumber yang
RR
2. Mampu melakukan diperlukan untuk aktivitas
aktivitas sehari-hari yang diinginkan
4. Bantu untuk mendapat alat
(ADLs) secara mandiri
bantu aktivitas seperti kursi
3. Tanda-tanda vital
roda, krek
normal
5. Bantu untuk
4. Mampu berpindah :
mengidentifikasi kekurangan
dengan atau tanpa
dalam beraktivitas
bantuan alat 6. Bantu pasien untuk
5. Status kardiopulmunari mengembankan motivasi diri
adekuat dan penguatan
7. Monitor respon fisik, emosi,
6. Sirkulasi status baik
sosial dan spiritual
7. Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
3. Nyeri NOC Pain Management
1. Pain Level
1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Pain Control
3. Comfort Level secara komprehensif
termasuk lokasi,
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol karakterisitik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dari faktor
nyeri, mampu presipitasi
2. Kontrol lingkungan yang
menggunakan teknik
dapat mempengaruhi nyeri
nonfarmakologi untuk
seperti suhu ruangan,
mengurangi nyeri,
pencahayaan dan kebisingan
mencari bantuan)
3. Kurangi faktor presipitasi
2. Melaporkan bahwa
nyeri
nyeri berkurang dengan
4. Pilih dan lakukan penanganan
menggunakan
nyeri (farmakologi,
manajemen nyeri
nonfarmakologi, dan
3. Mampu mengenali
interpersonal)
nyeri (skala, intensitas,
5. Ajarkan tentang teknik
frekuensi, dan tanda
nonfarmakologi
nyeri) 6. Tingkatkan istirahat
4. Menyatakan rasa 7. Monitor penerimaan pasien
nyaman setelah nyeri tentang manajemen nyeri
berkurang Analagesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi.
3. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
4. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal.
5. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
4. Kelebihan volume NOC NIC
cairan 1. Electrolite and acid Fluid Management
base balance 1. Pertahankan catatan intake
2. Fluid balance dan output yang akurat
3. Hydration 2. Monitor vital sign
Kriteria Hasil 3. Monitor indikasi
1. Terbebas dari edema retensi/kelebihan cairan
2. Memelihara tekanan 4. Kaji lokasi dan luas edema
vena sentral, tekanan 5. Monitor masukan
kapiler paru, output makanan/cairan dan hitung
jantung, dan vital sign intake cairan kalori
dalam batas normal Fluid Monitoring
3. Terbebas dari 1. Tentukan riwayat jumlah dan
kelelahan, kecemasan tipe intake cairan dan
atau kebingungan eliminasi
4. Menjelaskan indikator 2. Catat secara akurat intake
kelebihan cairan dan output
3. Monitor tanda dan gejala dari
oedema
5. Risiko NOC NIC
ketidakefektifan 1. Circulation status Peripheral Sensation
perfusi jaringan 2. Tissue Prefusion : Management
otak cerebral 1. Monitor adanya daerah
Kriteria Hasil tertentu yang hanya peka
1. Tekanan sistole dan terhadap
diastole dalam rentang panas/dingin/tajam/tumpul
normal 2. Monitor adanya paretese
2. Tidak ada 3. Instruksikan keluarga
ortostatikhipertensi untuk megobservasi kulit
3. Tidak ada tanda-tanda jika ada lesi/laserasi
peningkatan tekanan 4. Gunakan sarung tangan
intrakranial (tidak lebih untuk proteksi
dari 15 mmHg) 5. Batasi gerakan pada
4. Berkomunikasi dengan kepala, leher, dan
jelas dan sesuai punggung
kemampuan 6. Monitor kemampuan BAB
5. Menunjukkan perhatian, 7. Kolaborasi pemberian
konsentrasi, dan analgetik
orientasi 8. Monitor adanya
6. Membuat kepeutusan tromboplebitis
dengan benar 9. Diskusikan mengenai
7. Menunjukkan fungsi penyebab perubahan
sensori motori cranial sensasi
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter
6. Ketidakefektifan NOC NIC
koping 1) Decision making Decision making
2) Role inhasmet 1) Menginformasikan klien
3) Sosial suport alternatif atau solusi lain
Kriteria hasil penanganan
2) Memfasilitasi klien untuk
1) Mengidentifikasi pola
koping yang efektif membuat keputusan
3) Bantu klien untuk
2) Mengungkapkan secara
mengidentifikasi keuntungan,
verbal tentang koping
kerugian dari keadaan
yang efektif
Role inhancement
3) Mengatakan penurunan
1) Bantu klien untuk
stres
mengidentifikasi macam-
4) Klien mengatakan telah
macam nilai kehidupan
menerima tentang
2) Bantu klien identifikasi strategi
keadaanya
positif untuk mengatur pola
5) Mampu
nilai yang dimiliki
mengidentifikasi
Coping enhancement
strategi tentang koping
1) Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang realistis
2) Gunakan pendekatan tenang
dan meyakinkan
3) Hindari pengambilan keputusan
pada saat klien berada dalam
stres berat
4) Berikan informasi actual yang
terkait dengan diagnosis, terapi
dan prognosis
7. Defisit pengetahuan NOC NIC
Definisi: ketiadaan 1. Knowledge : disease Teaching : disease proces
atau kurangnya proces 1. Berikan penilaian tentang
2. Knowledge : health
informasi kognitif tingkat pengetahuan pasien
behavior
yang berkaitan tentang proses penyakit yang
Kriteria hasil
dengan topik tertentu. spesifik
1. Pasien dan keluarga 2. Gambarkan tanda dan gejala
Batasan Karakteristik: menyatakan tentang yang biasa pada penyakit,
penyakit, kondisi, dengan tanda yang tepat
Perilaku
3. Identifikasi kemungkinan
prognosis dan program
hiperbola
penyebab, dengan cara yang
Ketidakakuratan pengobatan
2. Pasien dan keluarga tepat
mengikuti 4. Diskusikan perubahan gaya
mampu melaksanakan
perintah
Ketidakakuratan prosedur yang hidup yang mungkin
melakukan tes dijelaskan secara benar. diperlukan untuk mencegah
Perilaku tidak 3. Pasien dan keluarga
komplikasi yang akan datang
tepat (mis., mampu menjelaskan
dan atau proses pengontrolan
hysteria, kembali apa yang
penyakit.
bermusuhan, dijelaskan perawat/tim 5. Diskusikan pilihan terapi
agitasi, apatis) kesehatan lainnya. atau penanganan.
Pengungkapan 6. Dukung pasien untuk
masalah mengeksplorasi atau
mendapatkan second
Faktor yang
informasi atau opinion
berhubungan: 7. Instruksikan pasien
4. Impementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi :
- Memonitor tanda-tanda vital,
- Memonitor adanya perubahan tekanan darah,
- Mencatat adanya fluktuasi tekanan darah,
- Mengidentifikasi penyebab dari perubahan vital sign,
- Memantau asupan nutrisi,
- Memantau intake dan output cairan,
- Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini kita
melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan
kriteria hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu:
- Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign
dalam batas normal,
- Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal,
- Tidak ada ortostatik hipertensi,
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg).
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta :
EGC.
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta :
MediAction.
Putri, Puniari Eka. 2012. Aliran Darah dan Denyut Jantung. (Online). Available:
https://id.scribd.com/doc/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-Jantung.
Diakses pada Selasa, 27 November 2018 pukul 18.20 WITA
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Gianyar , ……………………2018
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Mengetahui Mahasiswa
Indonesia.
Pembimbing Akademik / CT
…………………………………………………………
Ni Ketut Dini Wulandari
NIP. NIM. P07120016053
Mengetahui
Pembimbing Praktik / CI
..............................................................
NIP.