Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN HIPERTENSI

OLEH :
Luh Ade Eva Nandya Widhiantari

NIM : P07120016022

D-III KEPERAWATAN TINGKAT III SEMESTER V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KONSEP DASAR PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR HIPERTENSI


1. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan
diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan
darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam
pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam
proses ini di mana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan
untuk menggerakkan darah dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang
elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa
tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
dan angka kematian (mortalitas) (Adib, 2009). Hipertensi adalah suatu
peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Menurut WHO
(World Health Organization), batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi, seseorang disebut
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya selalu terbaca di atas 140/90 mmHg.
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak
terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke, penyakit
jantung koroner, dan gagal ginjal.

3. Penyebab Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Stres psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis sistem rennin. Angiotensin dan peningkatan
Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko : obesitas,
merokok, alkohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a. Hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi di mana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer

4. Tanda dan Gejala dari Hipertensi


a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hali ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Kesadaran menurun
8) Mimisan
5. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata-rata dua kali
pengukuran pada masing – masing kunjungan. Perbandingan klasifikasi tekanan
darah menurut JNC VII dan JNC VIII dapat dilihat di tabel berikut:

Kategori Kategori
Tekanan Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Darah Sistolik (mmHg) Dan/atau Sistolik (mmHg)
( JNC VII) ( JNC VII)
Normal Optimal ≤ 120mmHg Dan ≤ 80 mmHg
Pre
_ 120 – 139 mmHg Atau 80 – 89 mmHg
Hipertensi
_ Normal < 130 mmHg Dan < 85mmHg
_ Normal Tinggi 130 – 139 mmHg Atau 85 – 89 mmHg
Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat 1 140 – 159 mmHg Atau 90 – 99 mmHg
Derajat II _ >160 mmHg Atau > 100 mmHg
_ Derajat 2 160 – 179 mmHg Atau 100 – 109 mmHg
_ Derajat 3 >180 mmHg Atau > 110 mmHg

6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin, dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).

Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
Feokromositoma
garam berlebih raga tahun ginjal
7. Pathway
Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan
Tidak mampu
monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan
kolesterol membuang
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & sejumlah garam
arteri pembuluh darah
dan air di dalam
Peningkatan Meningkatnya besar
Penyempitan tubuh Memacu stress
Merusak lapisan Vasokonstriksi sel darah merah
pembuluh darah volume darah
endotel pembuluh pembuluh Elastisitas
dan sirkulasi Efek konstriksi
darah pembuluh
darah arteri perifer darah menurun Volume darah
Meningkatnya dalam tubuh
viskositas meningkat
Aterosklerosis Tahanan
perifer
meningkat

Jantung bekerja keras


untuk memompa

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban


kerja jantung
Vasokonstriksi Retina Hidung
Suplai O2 ke Retensi Telinga
pembuluh darah Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah
ginjal jantung
otak meningkat Spasme Perdarahan Suara
Sinkope Blood flow arteriole berdenging
Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh darah Diplopia Gangguan jantung
Risiko tinggi meningkat
Respon RAA keseimbangan
Kurang terpapar cidera
informasi Nyeri Risiko tinggi Risiko
kepala cidera penurunan curah
Risiko terjadi Vasokonstriksi
jatung
gangguan
perfusi jaringan
Defisit Gangguan rasa Rangsang
serebral
pengetahuan nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium

Sumber : Oedem

Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
Gangguan
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
keseimbangan
volume cairan
8. Faktor Risiko Hipertensi pada Lansia
Hipertensi merupakan salah satu gangguan pada sistem kardiovaskular yang
sering sekali terjadi pada lansia. Dengan bertambahnya usia, jantung serta
pembuluh darah akan mengalami beberapa perubahan struktur dan fungsi. Salah
satu perubahan fungsional terkait dengan pembuluh darah adalah meningkatnya
tekanan sistolik yang akan terjadi secara progresif. Menurut American Heart
Association nilai sistolik 160 mmHg merupakan batas normal tertinggi untuk
lansia. Sedangkan menurut International Society of Hypertension (ISH) tekanan
sistolik di atas 140 mmHg sudah dapat dikatakan sebagai hipertensi derajat I.
Faktor risiko hipertensi secara umum terbagi menjadi dua, yakni faktor yang
tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur serta genetik, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
adalah pola makan, aktivitas dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan terlebih
dahulu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
a. Umur
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa
semakin tua seseorang, maka risiko mengalami hipertensi akan semakin
tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah
arteri seiring dengan pertambahan umur. Hipertensi bisa dijumpai pada semua
usia, namun paling sering ditemukan pada usia 35 tahun atau lebih dan
meningkat ketika menginjak usia 50 dan 60 tahun. Selain itu pada wanita
menopause akan lebih berisiko mengalami hipertensi. Walaupun belum dapat
dibuktikan dalam penelitian, namun hormon estrogen diperkirakan dapat
meningkatkan konsentrasi HDL dan menurunkan LDL yang dapat
menurunkan risiko terjadi hipertensi.
b. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang tidak
dapat dimodifikasi dan telah terbukti dari banyak penelitian-penelitian oleh
beberapa ahli. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika salah
satu dari orang tua kita mempunyai hipertensi, sepanjang hidup kita
mempunyai 25% kemungkinan terkena pula. Jika kedua orang tua kita
mempunyai hipertensi, kemungkinan terkena penyakit tersebut 60% (Sheps,
2005). Selain itu peran faktor genetik juga dapat dibuktikan dengan
ditemukannya kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot
daripada heterezigot.
Selain dua faktor risiko di atas terdapat pula beberapa faktor risiko lain
yang dapat dimodifikasi, antara lain:
- Merokok
Sampai sekarang merokok merupakan satu-satunya faktor risiko paling
penting yang dapat menyebabkan hipertensi pada lansia. Kandungan-
kandungan berbahaya yang terdapat dalam rokok dapat menyebabkan banyak
sekali kerugian pada tubuh, diantaranya adalah: menurunkan kadar HDL,
meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen
dengan karbon dioksida pada molekul hemoglobin, serta meningkatkan
konsumsi oksigen di miokardium. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
memberikan penjelasan kepada lansia tentang keuntungan yang dapat
diperoleh dengan berhenti merokok serta kerugian-kerugian yang akan didapat
apabila tetap mengonsumsi rokok tersebut.
- Hiperlipidemia
Kadar kolesterol pada lansia akan secara alami meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Selain itu hiperlipidemia juga berkaitan dengan konsumsi
lemak jenuh yang erat kaitannya dengan peningkatan berat badan dan nantinya
akan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi. Peningkatan LDL dan
penurunan HDL adalah tanda yang penting untuk penyakit arteri koroner atau
aterosklerosis berkaitan dengan kenaikan tekanan darah baik pada pria
maupun wanita.
- Diabetes melitus dan Obestitas
Diabetes merupakan penyakit kronik yang menjadi faktor risiko independen
untuk hipertensi. Ketika viskositas darah meningkat maka tekanan darah pun
akan ikut meningkat. Lansia yang mengalami diabetes biasanya diikuti
dengan obesitas, juga hipertensi dan hiperlipidemia yang menyertainya.
- Gaya hidup
Aktivitas fisik yang menurun pada lansia dapat pula menjadi faktor risiko
terjadinya hipertensi, dengan penurunan aktivitas fisik ini maka tonus otot
akan mengalami kehilangan masa otot tak berlemak yang akan digantikan
dengan jaringan lemak yang akan mengakibatkan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular. Aktivitas fisik yang cukup juga akan menjaga berat badan
yang ideal. Selain itu stres dapat pula berpengaruh pada hipertensi maka gaya
hidup sehat sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko hipertensi
- Diet tinggi garam
Berdasarkan penelitian Radecki Thomas E J.D. Orang yang memiliki
kebiasaan konsumsi tinggi garam akan memiliki risiko hipertensi sebesar
4.35%. Garam yang memiliki sifat menarik air akan menyebabkan
peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Lansia dan ras Afrika
Amerika mungkin memiliki sensitivitas tinggi terhadap intake sodium
terhadap perkembangan hipertensi (Vollmer et a., 2001 dalam Miller ).

Selain faktor-faktor di atas terdapat pula peningkatan konsumsi kafein


yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi. Meskipun tidak
signifikan kafein dan alkohol akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang
dapat merangsang sekresi corticotrophin realizing hormone (CRH) yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
Hipertensi pada lansia dapat mengakibatkan timbulnya asma, diabetes
melitus, serta pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi kelumpuhan,
kesulitan berbicara sampai kematian.

9. Pencegahan Hipertensi
Ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita sangat penting
dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup yang tidak sehat berisiko
tinggi terkena penyakit hipertensi. Termasuk dalam pola hidup yang tidak
sehat misalnya merokok, minum alkohol, suka makan enak alias banyak
mengandung kolesterol, makanan yang gurih dengan kadar garam berlebih,
minuman berkafein, dan lain-lain. Sementara pada saat yang sama kurang
berolahraga atau kurang beraktivitas, sering stres, minim air putih, serta
kurang makan buah dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan selalu diartikan
mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan satu penyakit, misalnya
pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut pencegahan/pemeriksaan secara
medis (medical check up). Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena
faktor keturunan atau pun gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri
tekanan darahnya ke dokter atau tenaga medis lain. Sebab, darah tinggi atau
hipertensi bila tidak segera diatasi adalah pra kondisi bagi penyakit lain yang
lebih serius. Dengan demikian, mencegah darah tinggi berarti pula mencegah
diri kita dari penyakit lain. Jika dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau
gejala hipertensi, seorang dokter akan memberikan advise penanganannya.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat tradisional. Beberapa
diantara tanaman tradisional (serta hasilnya) yang bisa menurunkan tekanan
darah misalnya : bayam, biji bunga matahari, kacang-kacangan, dark coklat,
pisang, kedelai, kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun seledri,
belimbing, pace atau mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau dan lain-lain.
Beberapa tanaman diantaranya sudah diteliti dan diuji secara medis, seperti :
1) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya
melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi
tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat melindungi
tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian
telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat
menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2) Biji bunga matahari
Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari
mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol dalam
tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu tekanan darah tinggi, karena
dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Tetapi, pastikan
mengonsumsi kuaci segar yang tidak diberi garam.
3) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah
mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif
menurunkan tekanan darah tinggi.
4) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan
darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang
bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan
bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah
tinggi.
5) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan.
Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah
tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi
kesehatan.
6) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak
sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat
tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
7) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu menurunkan
tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida
membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan
menyebabkan aliran darah meningkat.
8) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol. Selain
itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk kesehatan
jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain yang juga dapat
menurunkan tekanan darah, sekaligus pencegahan hipertensi, misalnya terapi bekam.
Bekam merupakan cara tradisional yang sudah sangat terkenal dan bermanfaat untuk
pencegahan berbagai macam penyakit.

10. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah : rutin, BUN, creatinin, elektrolik, KGD
2) Urine : Urinelisa dan kultur urine.
3) EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
4) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana).
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama) :
1) Kemungkinan kelainan renal: IVP, Renald angiography (kasus tertentu),
biopsi renald (kasus tertentu).
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CT
Scan.
3) Bila disangsikan Feokhromositoma: urine 24 jam untuk Katekholamine,
metamefrin, venumandelic Acid (VMA). (Brooker,2001)

11. Penatalaksanaan Hipertensi


Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap program
penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Menurut Kurniawan (2006),
penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
secara nonfarmakologis dan farmakologis :
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut Dalimartha (2008) terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada
penderita hipertensi adalah terapi diet, olahraga, dan berhenti merokok :
1) Terapi diet
(a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam
dapur perhari dan menghindari makanan yang kandungan garamnya
tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan
yang mengandung ikatan natrium.Tujuan diet rendah garam adalah
untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan
tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah
garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah
komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik
kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang. Menurut
Dalimartha (2008) diet rendah garam penderita hipertensi dibagi
menjadi tiga, yaitu diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet
garam rendah III :

- Diet garam rendah I (200-400 mg Na)


Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites
atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak
ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
- Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema,
asites, atau hipertensi tidak berat. Pemberian makanan sehari sama
dengan diet garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan ½ sdt garam dapur. Dihindari bahan makanan yang
tinggi kadar natriumnya.
- Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan
atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan
diet garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan 1 sdt garam dapur.
(b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah
tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh
darah. Lama-kelamaan jika endapan kolesterol bertambah akan
menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung
memperparah hipertensi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
mengatur diet lemak antara lain sebagai berikut :
- Hindari penggunaan lemak hewani, margarin, dan mentega,
terutama makanan yang digoreng dengan minyak
- Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta
sea food (udang, kepiting), minyak kelapa,dan santan
- Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
- Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir seminggu

(c) Makan banyak buah dan sayuran segar


Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.
Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu
menurunkan tekanan darah yang ringan. Peningkatan masukan kalium
(4,5 gram atau 120-175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan
darah. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti
kehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.

(d) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik
sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur
terbukti bahwa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko
terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung, dan
penyakit pembuluh darah lainnya.

(e) Berhenti merokok


Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara
jumlah alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik
arteri.

b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian
antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi
hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat
yang tidak mengganggu gaya hidup/menyebabkan simptomatologi yang
bermakna tetapi dapat mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan
tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke,
gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum
memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit koroner.
Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang
daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal,
diutamakan diuretika yang hemat kalium. Obat yang banyak beredar
adalah Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan darah. Karena
efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat (hipotensi
ortostatik dan takikardi) maka jarang digunakan. Obat yang termasuk
dalam Alfa-blocker adalah Prazosin dan Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti. Diduga
kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga mengurangi
daya dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian, tekanan darah
akan menurun dan daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis
Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dsb.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin
sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifir dan turunnya
tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi
ortostatik. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Clonidine,
Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriol
sehingga daya tahan perifer berkurang dan tekanan darah menurun. Obat
yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatasi
dan turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal
adalah Nifedipine dan Verapamil.

7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya vasokontriksi
kuat. Obat jenis penghambat ACE yang popular adalah Captopril
(Capoten) dan Enalapril.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


1. Pengkajian
a. Pengkajian Pasien
1) Identitas Pasien
2) Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi
3) Aktivitas Rekreasi
4) Riwayat Keluarga
b. Pola Kebiasaan Sehari-hari (Virginia Handerson)
Menurut teori Virginia Handerson, pengkajian terhadap kebutuhan pasien
dapat dilakukan diantaranya dari segi:
1) Bernafas
Pada saat pengkajian, pada umumnya pasien mengeluh sulit bernafas.
2) Makan
Pada saat pengkajian pola makan biasanya pasien mengeluh mual .
3) Minum
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan gangguan.
4) Eliminasi BAB & BAK
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan gangguan.
5) Gerak aktivitas
a) Kemampuan ADL :
(1) Kemampuan untuk makan
(2) Kemampuan untuk mandi
(3) Kemampuan untuk toileting
(4) Kemampuan untuk berpakaian
(5) Kemampuan untuk instrumentalia

b) Kemampuan mobilisasi:
Pada saat pengkajian, pasien biasanya mampu mengubah posisi di
tempat tidur, mampu duduk di tempat tidur, namun ketika pasien
berdiri dan berpindah pasien merasakan pusing.
6) Istirahat tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan tidur akibat nyeri dada, sesak, dan
pusing yang dirasakannya.
7) Pengaturan suhu tubuh
Pada saat pengkajian suhu tubuh pasien biasanya berada dalam rentang
normal yaitu 36o C - 37° C.
8) Kebersihan diri
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengalami masalah/ keluhan
kebersihan diri.
9) Rasa nyaman
Pada saat pengkajian, biasanya pasien mengatakan sakit pada bagian
kepala, nyeri pada dada, merasa sesak, serta kesemutan pada ekstremitas.
10) Rasa aman
Pada saat pengkajian pasien biasanya gelisah atau cemas dengan raut
wajah pasien tampak tidak tenang.
11) Sosial
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan komunikasi atau
hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.
12) Pengetahuan belajar
Meliputi kemampuan pasien dalam menerima informasi tentang
penyakitnya, serta nasihat-nasihat yang diberikan oleh perawat atau dokter,
berhubungan dengan penyakitnya.
13) Rekreasi
Pada umumnya pasien lebih banyak beristirahat di rumah atau fasilitas
kesehatan, dengan memanfaatkan fasilitas TV sebagai hiburan atau
berkumpul bersama keluarga. Pada pasien hipertensi ringan biasanya
dianjurkan untuk melakukan latihan fisik seperti lari, jogging, jalan santai
atau bersepeda dan bersenang-senang. Pasien juga dianjurkan untuk
melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.

14) Spiritual
Pada umumnya, pasien tidak memiliki masalah dalam spiritual.
15) Status Kesehatan
- Status Kesehatan Saat Ini
Pada umumnya pasien hipertensi mengeluh nyeri kepala dan kelelahan.
- Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang tidak
terkontrol dan tidak berkesinambungan. Adanya riwayat penyakit ginjal
dan adrenal.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
2) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran (EVM)
TTV, BB/TB
3) Integumen
Kulit lansia keriput ( kerena proses penuaan yang terjadi), kelenturan dan
kelembaban kurang.
4) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala dalam
keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu rambut, wajah
simetris, nyeri tekan negatif.
5) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
6) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang
berkaitan dengan hipertensi.
7) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
8) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
9) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
10) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
11) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
12) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat). Lansia
biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang terasa nyeri
dada.
13) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
14) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
15) Genitaurinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
16) Muskuloskeletal
Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca
dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang dada, pipi,
klavikula tampak menonjol, terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah
hangat.
17) Sistem saraf pusat
Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat, tidak ada
disorientasi, emisi tenang, siklus tidur memendek.
18) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertropi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Kelebihan volume cairan
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
f. Ketidakefektifan koping
g. Defisit pengetahuan
h. Ansietas
i. Risiko cedera

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Penurunan curah NOC NIC
jantung 1. Cardiac Pump Cardiac Care
Effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
2. Circulation Status 2. Monitor status
3. Vital Sign Status kardiovaskuler
Kriteria Hasil 3. Monitor status pernapasan
1. Tanda vital dalam yang menandakan gagal
rentang normal jantung
2. Dapat mentoleransi 4. Monitor abdomen sebagai
aktivitas, tidak ada indikator penurunan perfusi
kelelahan 5. Monitor adanya perubahan
3. Tidak ada edema paru, tekanan darah
perifer, dan tidak ada 6. Anjurkan untuk
asites menurunkan stres
4. Tidak ada penurunan Vital Sign Monitoring
kesadaran 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuaensi dan
irama pernapasan
5. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy:
1. Energy Conservation 1. Kolaborasikan dengan
2. Activity Tolerance Tenaga Rehabilitas Medik
3. Self Care : ADLs dalam merencanakan
program terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk
Kriteria Hasil :
mengidentifikasi aktifitas
1. Berpartisipasi dalam
yang mampu dilakukan
aktivitas fisik tanpa
3. Bantu untuk
disertai peningkatan
mengidentifikasi dan
tekanan darah, nadi dan
mendapatkan sumber yang
RR
2. Mampu melakukan diperlukan untuk aktivitas
aktivitas sehari-hari yang diinginkan
4. Bantu untuk mendapat alat
(ADLs) secara mandiri
bantu aktivitas seperti kursi
3. Tanda-tanda vital
roda, krek
normal
5. Bantu untuk
4. Mampu berpindah :
mengidentifikasi kekurangan
dengan atau tanpa
dalam beraktivitas
bantuan alat 6. Bantu pasien untuk
5. Status kardiopulmunari mengembankan motivasi diri
adekuat dan penguatan
7. Monitor respon fisik, emosi,
6. Sirkulasi status baik
sosial dan spiritual
7. Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
3. Nyeri NOC Pain Management
1. Pain Level
1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Pain Control
3. Comfort Level secara komprehensif
termasuk lokasi,
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol karakterisitik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dari faktor
nyeri, mampu presipitasi
2. Kontrol lingkungan yang
menggunakan teknik
dapat mempengaruhi nyeri
nonfarmakologi untuk
seperti suhu ruangan,
mengurangi nyeri,
pencahayaan dan kebisingan
mencari bantuan)
3. Kurangi faktor presipitasi
2. Melaporkan bahwa
nyeri
nyeri berkurang dengan
4. Pilih dan lakukan penanganan
menggunakan
nyeri (farmakologi,
manajemen nyeri
nonfarmakologi, dan
3. Mampu mengenali
interpersonal)
nyeri (skala, intensitas,
5. Ajarkan tentang teknik
frekuensi, dan tanda
nonfarmakologi
nyeri) 6. Tingkatkan istirahat
4. Menyatakan rasa 7. Monitor penerimaan pasien
nyaman setelah nyeri tentang manajemen nyeri
berkurang Analagesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi.
3. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
4. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal.
5. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
4. Kelebihan volume NOC NIC
cairan 1. Electrolite and acid Fluid Management
base balance 1. Pertahankan catatan intake
2. Fluid balance dan output yang akurat
3. Hydration 2. Monitor vital sign
Kriteria Hasil 3. Monitor indikasi
1. Terbebas dari edema retensi/kelebihan cairan
2. Memelihara tekanan 4. Kaji lokasi dan luas edema
vena sentral, tekanan 5. Monitor masukan
kapiler paru, output makanan/cairan dan hitung
jantung, dan vital sign intake cairan kalori
dalam batas normal Fluid Monitoring
3. Terbebas dari 1. Tentukan riwayat jumlah dan
kelelahan, kecemasan tipe intake cairan dan
atau kebingungan eliminasi
4. Menjelaskan indikator 2. Catat secara akurat intake
kelebihan cairan dan output
3. Monitor tanda dan gejala dari
oedema
5. Risiko NOC NIC
ketidakefektifan 1. Circulation status Peripheral Sensation
perfusi jaringan 2. Tissue Prefusion : Management
otak cerebral 1. Monitor adanya daerah
Kriteria Hasil tertentu yang hanya peka
1. Tekanan sistole dan terhadap
diastole dalam rentang panas/dingin/tajam/tumpul
normal 2. Monitor adanya paretese
2. Tidak ada 3. Instruksikan keluarga
ortostatikhipertensi untuk megobservasi kulit
3. Tidak ada tanda-tanda jika ada lesi/laserasi
peningkatan tekanan 4. Gunakan sarung tangan
intrakranial (tidak lebih untuk proteksi
dari 15 mmHg) 5. Batasi gerakan pada
4. Berkomunikasi dengan kepala, leher, dan
jelas dan sesuai punggung
kemampuan 6. Monitor kemampuan BAB
5. Menunjukkan perhatian, 7. Kolaborasi pemberian
konsentrasi, dan analgetik
orientasi 8. Monitor adanya
6. Membuat kepeutusan tromboplebitis
dengan benar 9. Diskusikan mengenai
7. Menunjukkan fungsi penyebab perubahan
sensori motori cranial sensasi
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter
6. Ketidakefektifan NOC NIC
koping 1) Decision making Decision making
2) Role inhasmet 1) Menginformasikan klien
3) Sosial suport alternatif atau solusi lain
Kriteria hasil penanganan
2) Memfasilitasi klien untuk
1) Mengidentifikasi pola
koping yang efektif membuat keputusan
3) Bantu klien untuk
2) Mengungkapkan secara
mengidentifikasi keuntungan,
verbal tentang koping
kerugian dari keadaan
yang efektif
Role inhancement
3) Mengatakan penurunan
1) Bantu klien untuk
stres
mengidentifikasi macam-
4) Klien mengatakan telah
macam nilai kehidupan
menerima tentang
2) Bantu klien identifikasi strategi
keadaanya
positif untuk mengatur pola
5) Mampu
nilai yang dimiliki
mengidentifikasi
Coping enhancement
strategi tentang koping
1) Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang realistis
2) Gunakan pendekatan tenang
dan meyakinkan
3) Hindari pengambilan keputusan
pada saat klien berada dalam
stres berat
4) Berikan informasi actual yang
terkait dengan diagnosis, terapi
dan prognosis
7. Defisit pengetahuan NOC NIC
Definisi: ketiadaan 1. Knowledge : disease Teaching : disease proces
atau kurangnya proces 1. Berikan penilaian tentang
2. Knowledge : health
informasi kognitif tingkat pengetahuan pasien
behavior
yang berkaitan tentang proses penyakit yang
Kriteria hasil
dengan topik tertentu. spesifik
1. Pasien dan keluarga 2. Gambarkan tanda dan gejala
Batasan Karakteristik: menyatakan tentang yang biasa pada penyakit,
penyakit, kondisi, dengan tanda yang tepat
 Perilaku
3. Identifikasi kemungkinan
prognosis dan program
hiperbola
penyebab, dengan cara yang
 Ketidakakuratan pengobatan
2. Pasien dan keluarga tepat
mengikuti 4. Diskusikan perubahan gaya
mampu melaksanakan
perintah
 Ketidakakuratan prosedur yang hidup yang mungkin
melakukan tes dijelaskan secara benar. diperlukan untuk mencegah
 Perilaku tidak 3. Pasien dan keluarga
komplikasi yang akan datang
tepat (mis., mampu menjelaskan
dan atau proses pengontrolan
hysteria, kembali apa yang
penyakit.
bermusuhan, dijelaskan perawat/tim 5. Diskusikan pilihan terapi
agitasi, apatis) kesehatan lainnya. atau penanganan.
 Pengungkapan 6. Dukung pasien untuk
masalah mengeksplorasi atau
mendapatkan second
Faktor yang
informasi atau opinion
berhubungan: 7. Instruksikan pasien

 Keterbatasan mengenai tanda dan gejala

kognitif untuk melaporkan pada


 Salah interpretasi pemberi perawatan
informasi kesehatan, dengan cara yang
 Kurang pajanan
tepat.
 Kurang minat
dalam belajar
 Kurang dapat
menginat

Tidak familier dengan


sumber informasi
8. Ansietas NOC Anxiety Reduction (penurunan
Definisi : Perasaan 1. Anxiety Self-control kecemasan)
tidak nyaman atau 2. Anxiety Level 1. Gunakan pendekatan yang
kekawatiran yang 3. Coping menenangkan.
samar disertai respon Kriteria Hasil : 2. Pahami perspektif pasien
autonom ; perasaan 1. Klien mampu terhadap situasi stres.
takut yang mengidentifikasi dan 3. Temani pasien untuk
disebabkan oleh mengungkapkan gejala memberikan keamanan dan
antisipasi terhadap cemas. mengurangi takut.
bahaya. Hal ini 2. Mengidentifikasi, 4. Identifikasi tingkat
merupakan isyarat mengungkapkan, dan kecemasan.
kewaspadaan yang menunjukkan teknik 5. Dorong pasien untuk
memperingatkan untuk mengontrol mengungkapkan perasaan,
individu akan akan cemas. ketakutan, persepsi.
adanya bahaya dan 3. Vital sign normal. 6. Instruksikan psien
kemampuan individu 4. Postur tubuh, ekspresi menggunakan teknik
untuk bertindak wajah, bahasa tubuh relaksasi.
menghadapi ancaman dan tingkat aktivitas 7. Berikan obat untuk
menunjukkan mengurangi kecemasan.
berkurangnya
kecemasan.

9. Risiko cedera NOC NIC


a. Risk Control Environment Management
(Manajemen Lingkungan)
Setelah 3x24 jam interaksi
a. Sediakan lingkungan yang
diharapkan:
aman untuk pasien
Kriteria Hasil b. Identifikasi kebutuhan
a. Klien terbebas dari keamanaan pasie, sesuai
cedera dengan kndisi fisik dan fungsi
b. Klien mampu
kognitif pasien dan riwayat
menjelaskan
penyakit terdahulu pasien
cara/metode untk c. Hindari lingkungan yang
mencegah injuri/cedera berbahaya (misalnya
c. Klien mampu
memindahkan perabotan)
menjelaskan factor d. Pasang side rall tempat tidur
e. Sediakan tempat tidur yang
risiko dari lingkungan
nyaman dan bersih
atau perilaku personal
f. Tempatkan saklar lampu di
d. Mampu memodifikai
tempat yang mudah dijangkau
gaya hidup untuk
pasien
mencegah injuri
g. Batasi pengunjung
e. Menggunakan fasilitas
h. Anjurkan keluarga untuk
kesehatan yang ada
menemani pasien
f. Mampu mengenali
i. Kontrol lingkungan dari
perubahan status
kebisingan
kesehatan j. Pindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
k. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit.

4. Impementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi :
- Memonitor tanda-tanda vital,
- Memonitor adanya perubahan tekanan darah,
- Mencatat adanya fluktuasi tekanan darah,
- Mengidentifikasi penyebab dari perubahan vital sign,
- Memantau asupan nutrisi,
- Memantau intake dan output cairan,
- Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini kita
melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan
kriteria hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu:

- Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign
dalam batas normal,
- Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal,
- Tidak ada ortostatik hipertensi,
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg).
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014.


Jakarta : EGC.

Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta :
EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta :
MediAction.

Muttaqin, A. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Putri, Puniari Eka. 2012. Aliran Darah dan Denyut Jantung. (Online). Available:
https://id.scribd.com/doc/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-Jantung.
Diakses pada Selasa, 27 November 2018 pukul 18.20 WITA

Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Gianyar , ……………………2018
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Mengetahui Mahasiswa
Indonesia.
Pembimbing Akademik / CT

…………………………………………………………
Ni Ketut Dini Wulandari
NIP. NIM. P07120016053
Mengetahui

Pembimbing Praktik / CI

..............................................................

NIP.

Anda mungkin juga menyukai