Anda di halaman 1dari 8

Tugas Kelompok ke-1

(Minggu 3 / Sesi 3)
Oleh Kelompok 2 :
Aghnia Filanti Rizky (2101785392)
Fahrul Reviki Asta (2101782831)
Paskalia Chrissanty Akoit (2101788223)
Ronny Dwikusuma Putra (2101784906)
Stella Caroline Laurensia (2101779414)

Kebangkitan Daya Saing Indonesia


Dunia kini seperti terhubung tanpa sekat. Apa yang dilakukan sebuah negara bisa
diketahui oleh negara lain, demikian pula sebaliknya. Kesalingtergantungan tampak dalam
hal ekonomi. Ketika suku bunga The Fed (Bank Sentra Amerika), naik sebesar 0,25 – 0,50
basis poin, misalnya. Pasar uang dunia langsung bereaksi merespons kebijakan tersebut.

Keterhubungan antarnegara juga terjadi dalam perdagangan komoditas dan jasa yang
memunculkan persaingan. Komoditas dan jasa mengincar pasar yang sanggup menyerap
produk, di manapun berada. Di lain sisi masyarakat di berbagai belahan dunia berupaya
mendapatkan barang dan jasa berkualitas dengan harga terjangkau.

Lalu, bagaimana agar kita bisa ikut dalam percaturan tersebut dan memenangkan
persaingan? Meningkatkan daya saing!

Ketika bertatap muka dengan 1.300 Diaspora Indonesia yang berkumpul di Ballroom
Lotte Hotel, Seoul, Korea Selatan, 15/5/2016, Presiden Joko Widodo mengatakan persaingan
antar negara saat ini sangat ketat sehingga tiap negara beradu strategi. Tidak cukup dengan
hanya menyederhanakan pelayanan perizinan, menarik investasi, dan mengatur strategi.

Salah satu ukuran daya saing berinvestasi adalah kemudahan membuka usaha (ease of
doing business) yang dilansir oleh Bank Dunia. Sederhananya, semakin konduksif peraturan
di sebuah negara dalam mendukung pembukaan sebuah usaha, peringkatnya semakin tinggi.
Ada 10 hal yang dijadikan indikator kemudahan berbisnis. Diantaranya kemudahan memulai
bisnis, izin konstruksi, penyediaan listrik, kemudahan mendapatkan kredit, pajak, dsb.

0312F – Manajemen Strategi dan Kinerja Bisnis


Data yang dirilis pada Juni 2015 oleh Bank Dunia, Indonesia berada pada peringkat
109 negara dari 189 negara dalam kemudahan membuka usaha. Ketika meluncurkan paket
kebijakan ekonomi ke-12 Presiden meminta peningkatan peringkat. “Sebelumnya 120,
menjadi 109 tahun ini. Tahun depan peringkat 40. Saya nggak mau tanggung-tanggung kasih
target,” ujar Jokowi di Istana Negara, Kamis (28/4/2016)

Paket kebijakan ekonomi XII adalah paket yang fokus pada peningkatan kemudahan
memulai usaha. Misalnya dalam memulai usaha. Kalau sebelumnya untuk mendirikan
Perseroan Terbatas (PT) dikenakan biaya Rp 50 juta, sekarang besarannya berdasar
kesepakatan antara pendiri PT yang dituangkan dalam akta pendirian PT. Kemudian soal
prosedur, kalau sebelumnya ada 13 prosedur, waktu 47 hari, biaya Rp 6,8 juta-Rp 7,8 juta
dengan lima izin. Sekarang cukup 7 prosedur, waktu 10 hari, biaya Rp 2,7 juta, dan 3 izin.

Soal kemudahan dalam pendirian bangunan juga terjadi kemajuan. Dari sebelumnya
17 prosedur dan waktu 210 hari menjadi 14 prosedur dengan waktu 52 hari. Biaya dari Rp 86
juta jadi Rp 70 juta. Izin dari empat menjadi tiga.

Itu hanyalah 2 contoh dari 10 hal yang sudah dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan peringkat kemudahan bisnis. Delapan lainnya meliputi penyederhanaan
prosedur dalam pendaftaran properti, pembayaran pajak, akses perkreditan, penegakan
kontrak, penyambungan listrik, perdagangan lintas negara, penyelesaian kepailitan dan
perlindungan terhadap investor minoritas.

Jika 10 poin di atas disimpulkan, maka akan ada pengurangan prosedur dalam membuka
usaha dari 94 prosedur menjadi 49 prosedur. Waktu menyelesaikan pendirian usaha dari
1.566 hari menjadi 132 hari. Jumlah izin dari 9 menjadi 6 izin.

Keseriusan pemerintah untuk menaikkan peringkat investasi, ditunjukkan ketika 10 Mei 2015
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Delegasi Standard & Poors Rating
Services di Istana Merdeka, Jakarta. Standard & Poors merupakan perusahaan besar dalam
industri pemeringkatan perdagangan efek, dalam kunjungan dibicarakan capaian reformasi
ekonomi termasuk pelaksanaan paket kebijakan ekonomi Indonesia.

Pemerintah sadar peringkat dari lembaga ini sangat penting. Soalnya, peringkat yang
dikeluarkan masih dipandang oleh investor sebagai salah satu pedoman untuk berinvestasi di
Indonesia.

0312F – Manajemen Strategi dan Kinerja Bisnis


Meningkatkan daya saing Indonesia juga ditentukan oleh mutu pendidikan dan
pelatihan. Pada APBN 2016 sektor pendidikan memperoleh anggaran terbesar sepanjang
sejarah. Anggaran pendidikan dalam APBN 2016 mencapai Rp 419,2 triliun atau 20 persen
dari total belanja negara Rp 2095,7 triliun. Anggaran sebesar itu harus digunakan dengan
cermat dan cerdas, terutama untuk meningkatkan mutu SDM. Salah satunya lewat pendidikan
vokasi di tingkat menengah, diploma, dan tinggi agar peserta didik bisa langsung terjun di
dunia kerja.

Kalau dua hal tersebut berhasil dilakukan, niscaya akan muncul kebangkitan daya saing
Indonesia. Sebuah cita-cita yang dicanangkan para penggagas Kebangkitan Nasional 108
tahun lalu.

http://presidenri.go.id/infrastruktur/kebangkitan-daya-saing-indonesia.html, 20/05/2016 | 13:02 WIB,

Berdasarkan artikel diatas, :

1) Lakukanlah audit eksternal, deskripsikan peluang dan ancaman bagi microreneur. Berilah
contoh micropreneur di bidang apa atau perusahaan apa?.
Jawab:
Micropreneur adalah 'Key Player' dari usaha yang dimilikinya atau disebut dengan istilah
Micro-Enterprise. Micro-Enterprise dalam bahasa Indonesia berarti Usaha Mikro yaitu
usaha produktif perorangan WNI dan memiliki pendapatan maksimal Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) pertahun dan memiliki aset maksimal Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).Microprenuers adalah seseorang yang dalam proses merintis bisnis untuk
menjadi seorang pengusaha dan memulai usahanya tersebut dari nol. Modal penting untuk
keberhasilan seorang microprenuer yaitu dari berbagi pengetahuan satu sama lainnya,
saling support, saling membuka peluang.Micropreneur memiliki nilai-nilai dan latar
belakang serta alasan yang berbeda dalam memasuki dunia bisnis dengan para wirausaha
(entrepreneur) konvensional. Contoh seorang micropreneur yaitu konsultan, produsen,
arsitek, dll.

Beberapa karakteristik yang membedakan micropreneur dengan wirausaha konvensional


adalah:
a. Micropreneur adalah orang terpelajar;
b. Motif utama Microprenuer adalah kebebasan;

0312F – Manajemen Strategi dan Kinerja Bisnis


c. Micropreneur bukanlah pengambil resiko yang besar.

Untuk menjadi seorang Micropreneur adapun dapat memperhatikan saran oleh Michael
LeBoeuf, Ph.D. dalam bukunya yang berjudul 'The Perfect Business' diantaranya yaitu:
a. Fokus pada peluang, bukan pada rasa aman;
b. Fokus pada apa yang laku, bukan pada apa yang Anda tahu;
c. Fokus pada mendapatkan hasil, bukan pada menjalani rutinitas;
d. Fokus pada perolehan keuntungan, bukan pada perolehan gaji;
e. Fokus pada mencoba ide-ide baru, bukan pada bagaimana menghingdari kesalahan;
f. Fokus pada visi, bukan pada jangka pendek.

Beberapa alasan berkembangnya Micropreneur:


a. Teknologi komputer bisa berkompetisi dengan orang yang bekerja dilapangan dan
hasilnya tidak beda jauh;
b. Corporate downsizing(perampingan) menyebabkan banyak karyawan membuat usaha
sendiri;
c. Sikap sosial telah berubah;
d. Hukum pajak baru telah melonggarkan pembatasan dengan dikuranginya biaya untuk
rumah kantor.

Keuntungan Micropreneur:
a. Kemampuan untuk dapat segera memulai bisnis;
b. Suasana dan kondisi saat bekerja bisa disesuaikan;
c. Rendah resiko dari percobaan dan kesalahan;
d. Modal dalam memulai bisnis tidak selalu besar.

Kelemahan Micropreneur:
a. Susah untuk menyesuaiakan kebiasaan kerja baru;
b. Terbatasoleh dukungan sistem jika baru memulai bisnis;
c. Terisolasi;
d. Ruang kerja yang terbatas karena belum memiliki modal yang cukup untuk menyewa
atau memiliki gedung atau tempat usaha yang nyaman;
e. Keberhasilan didasarkan dari berapa persen dari upaya sendiri (micropreneur).

0312F – Manajemen Strategi dan Kinerja Bisnis


Alasan mengapa orang mengambil tantangan menjadi wirausaha/entrepreneur?

a. Opportunity/kesempatan: Kesempatan untuk dapat memiliki usaha sendiri dan menjadi


pemimpin didalam usaha atau bisnis kita sendiri. Memiliki waktu kerja yang kita dapat
atur sendiri dan tidak ada tekanan oleh atasan karena sekecil apapun usaha kita, maka
kitalah pemimpin atau atasannya.
b. Profit/ keuntungan: Keuntungan dalam bisnis sudah tidak bisa dipungkiri besarnya.
Namun keuntungan setiap usaha yang dimiliki berbeda-beda, tergantung pada seberapa
besar usaha tersebut. Jika usaha tersebut besra, maka semakin besar juga keuntungannya.
Jika usaha tersebut kecil, maka lebih sedikit pula keuntungannya. Besar atau kecil usaha
atau bisnis tersebut tergantung dari konsistensi kita dalam mengelola bisnis tersebut.
c. Independence/Kebebasan: Kebebebasan waktu dan tekanan tentu bisa kita control jika
kita memiliki usaha atau bisnis. Karena jika sesorang memiliki usaha atau bisnis sendoro,
maka kitalah bos atau pimpinannya. Maka dari itu kebebasan atau waktu atau tekanan bisa
kita control sendiri.
d. Challenge/Tantangan : Tantangan dalam memulai bisnis atau usaha sendiri pasti selalu
ada dan masing-masing orang yang membuka usaha atau bisnis sendiri juga pasti memiliki
tingkat tantangan dalam membangun bisnis yang berbeda untuk masing-masingnya.
Namun jika tantangan tersebut bisa kita lalui, maka berarti kita telah siap untuk menjadi
seorang pengusaha yang sukses. Karena tantangan dari seorang pengusaha yaitu bisa
melewati tantangan demi tantangan yang akan menjadikan usaha mereka lebih
berkembang pesat. Karena segala keputusan kita tentukan sendiri karena kita merupakan
pimpinan dari bisnis atau usaha tersebut.

Apa yang dibutuhkan untuk menjadi wirausaha/entrepreneur?


a. Self-directed: Anda harus disiplin dan benar-benar nyaman menjadi bos. Anda sendiri
yang akan bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan.
b. Self-nurturing: Anda harus percaya terhadap ide anda sendiri bahkan ketika tidak ada
orang lain setuju dan anda harus mampu mengisi kembali semangat anda.

0312F – Manajemen Strategi dan Kinerja Bisnis


c. Action-oriented: tidak cukup jika hanya mempunyai Ide bisnis yang besar.yang paling
terpenting adalah membakar keinginan untuk merealisasikan, aktualisasi,dan bangun
mimpi dalam kenyataan.

d. Highly energetic: Anda harus mampu dalam menangani Emosi,mental, dan fisik untuk
bekerja keras dan panjang.

e. Tolerant of uncertainty: Kesuksesan enterpreneur adalah mereka harus


memperhitungkan resiko dan mampu menanganinya.

f. Intrapreneurs: Intrapreneurs menggunakan sebuah perusahaan sebagai sumber daya


untuk meluncurkan produk baru untuk perusahaan.

Disini saya akan memberikan contoh micropreneur seorang Wiraswasta. Dalam memulai
bisnis nya, seorang wiraswasta pasti memiliki kesulitan-kesulitan yang terjadi dan
menangung resiko dari permulaan dalam mengelola bisnis tersebut. Contoh dari
wiraswasta yaitu misalnya: pengusaha, penulis, arsitek, konsultan, dll.

Seperti dalam Perusahan Mary Kay Inc. Kita ketahui bahwa Kay yaitu pemilik dari
perusahaan bukanlah orang yang berasal dari jurusan yang sama seperti bisnis yang dia
jalani, namun karena ketekunan dia dalam memulai bisnis, sehingga sampai sekarang
usaha produk kosmetik yang dia jalani sudah sangat berkembang pesat di dunia, meskipun
di Indonesia produknya belum masuk pasaran.

Selain itu contoh Micropreneur lainnya yaitu sesorang yang memiliki usaha online shop.
Seperti yang kita ketahui, seseorang yang memiliki usaha tidak hanya saja harus berasal
dari sesorang dengan latar belakang pendidikan yang sama, namun melainkan yang
terpenting kita fokus dan giat dalam menjalankan usaha tersebut. Seperti halnya bisnis
online shop, bagaimana disini kita dapat menjual produk-produk yang bagus dan
berkualitas, respon cepat kepada pelanggan agar pelanggan dapat mempercayakan online
shop kita ketika dia ingin berbelanja. Kepuasan satu pelanggan akan berdampak kepada
pelanggan yang lainnya, karena biasanya sesorang jika telah menemukan online shop yang
terpercaya maka ia akan meng-share nya kepada teman-teman terdekat mereka.

0312F – Manajemen Strategi dan Kinerja Bisnis


2) Buatlah matriks EFE (External Factors Evaluation)
Jawaban:
EFE Matriks adalah alat yang baik untuk memvisualisasikan dan memprioritaskan
peluang dan ancaman yang dihadapi bisnis . Tujuannya adalah untuk penilaian kondisi
bisnis saat ini. Matriks EFE sangat mirip dengan matriks IFE. Perbedaan utama antara
matriks EFE dan matriks IFE adalah jenis faktor-faktor yang termasuk dalam model
matriksnya. Matriks IFE berkaitan dengan faktor internal, sedangkan matriks EFE yang
bersangkutan dengan faktor eksternal. Misalnya dalam hubungan sosial, ekonomi, politik,
budaya, kependudukan, lingkungan, kependudukan, teknologi, hukum, dan lainnya.
Menurut David (2006, p131), matriks EFE membuat ahli strategi meringkas dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintah, hukum, dan persaingan. Ada lima langkah dalam mengembangkan matriks
EFE :
1. Membuat daftar faktor-faktor penting dari lingkungan eksternal baik peluang maupun
ancaman.
2. Menentukan bobot dimulai dari 0.0 (Sangat tidak penting), hingga 1.0 (sangat penting).
3. Memberikan rating dari 1 sampai 4 yang menggambarkan besarnya pengaruh faktor
tersebut terhadap posisi perusahaan. Rating untuk peluang (1 = tidak penting, 2 = kurang,
3 = Penting, dan 4 = sangat penting). Sedangkan untuk faktor ancaman kebalikan dari
peluang (1 = sangat penting, 2 = penting, 3 = kurang,dan 4 = tidak penting) Kalikan setiap
bobot dengan peringkat untuk menentukan nilai yang dibobot.
4. Menentukan nilai tertimbang (perkalian antara bobot dengan rating).
5. Menentukan total nilai tertimbang untuk perusahaan tersebut.

Untuk rating faktor Threat diberi kriteria:


(a) Rating 1 : Sedikit Mengancam
(b) Rating 2 : Agak Mengancam
(c) Rating 3 : Mengancam
(d) Rating 4 : Sangat Mengancam

Untuk rating faktor Opportunity diberi kriteria:


(a) Rating 1 : Sedikit Peluang
(b) Rating 2 : Agak Peluang

0312F – Manajemen Strategi dan Kinerja Bisnis


(c) Rating 3 : Peluang
(d) Rating 4 : Sangat Peluang

0312F – Manajemen Strategi dan Kinerja Bisnis

Anda mungkin juga menyukai