Anda di halaman 1dari 6

BAB 6

Negara , Agama , dan Warga Negara


A. KONSEP DASAR TENTANG NEGARA
1. Pengertian Negara
Negara adalah sebuah organisasi atau badan tertinggi yang memiliki kewenangan untuk
mengatur perihal yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas serta memiliki
kewajiban untuk mensejahterakan, melindungi dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. Tujuan Negara
 Bertujuan untuk memperluas kekuasaan.
 Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum.
 Bertujuan untuk menncapai kesejetraan umum.
3. Unsur-unsur Negara
1. Penduduk
2. Wilayah
3. Pemerintah
4.Kedaulatan
TEORI PEMBENTUKAN NEGARA

1. Teori Kontrak Sosial (social Contract)


teori ini beranggapan bahwa negara di bentuk berdasarkan perjanjian- perjanjian
masyarakat dalam tradisi sosial masyrakat.

2. Teori Kehutanan (Teokrasi )


Teori kehutana di kenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Doktrin ini memiliki
pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki yang dimilki pada raja berasal dari
Tuhan.
3. Teori Kekuatan
Teori ini dapat diartikan bawa negara terbentu karena adanya dominasi negara kuat
melalui penjajahan.menurut teori ini, kekuatan menjadikan pembenaran dari
terbentuknya suatu negara.
B. BENTUK – BENTUK NEGARA KESATUAN
1. Negara Kesatuan
Adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu pemerintah pusat
yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah.
Negara kesatuan ini juga terbagi kedalam dua macam pemerintahan : Sentral dan
otonomi.
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem pemerintah yang
langsung dipimpin oleh pemerintah pusat,sementara pemerintah daerah di
bawahnya melaksanakan kebijakan pemerintah pusat.
b. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah kepala daerah diberikan
kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintah di wilayahnya
sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra.
2. Negara Serikat
Negara serikata merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa bagian
dari sebuah negara serikat.
Bentuk negara dapat di golongkan kedalam tiga kelompok : monarki,oligarki,dan
demokrasi.
a. Monarki adalah model pemerintah yang dikepalaioleh seorang raja atau ratu
b. Oligarki adalah model pemrintah yang dijalankan oleh beberapa orang yang
berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu yang menguasasi sumber-sumber
ekonomi dan politik.
c. Demokrasi adalah bentuk pemerintah yang berdasandar pada kedaulatan rakyat
atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui
mekanisme pemilihan umum yang dilakukan secara periodik dan berlangsung secara
umum,jujur,dan aman.
C. WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI )
Unsur lain dari suatu negara yang berdaulat adalah adanya warga negara yang menepati
dikawasan negara tersebut.
Yang dimaksud dengan warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang- undangan menurut UUKI 2006.
Menurut UUKI 2006 pasal 4,5, dan 6 mereka yang dinyataka sebagai warga negara indonesia
antara lain :

Pasal 4

Warga Negara Indonesia adalah :

a. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan


perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-undang ini
berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia.
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia.
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan
ibu warga negara asing.
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu
Warga Negara Indonesia.
e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia, tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia.
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui
oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin.
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan
ibunya tidak diketahui.
k. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah dan ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

D. HUBUNGAN NEGARA DAN WARGA NEGARA

Hubungan negara dengan warga negara sangat erat kaitannya karena dalam hal ini
dianggap negara terbentuk karena adanya masyarakat bentukan manusia. Fungsi negara
adalah menertibkan kekacauan yang terjadi di masyarakat. Walaupun negara merupakan
bentukan dari masyarakat, namun kedudukan negara merupakan penyelenggara ketertiban
dalam masyarakat agar tidak terjadi konflik, pencurian, dan lain-lain (Modul
Kewarganegaraan 2012, 48). Permasalahan yang terjadi di dalam negara bagi masyarakat
mengenai hak dan kewajiban. Mengapa hal ini penting? Hal ini sangatlah penting karena
dalam kaitannya hak dan kewajiban yang dipegang dan diberikan seutuhnya kepada
masyarakat biasanya terjadi hal yang sangat tumpang tindih, yaitu tidak teratur
adanya.Sebelumnya, diperlukanlah penjelasan mengenai hak dan kewajiban agar mengerti
ini semua. Pengertian hak ialah sesuatu yang diminta masyarakat unutk dirinya karena sudah
menjalankan kewajibannya. Sedangkan, pengertian kewajiban adalah sesuatu yang
dikerjakan masyarakat untuk menuntut hak yang menjadi tuntutannya. Dalam hal ini
terdapat hak asasi manusia yang memang sudah diberikan kepada manusia semenjak
berada di dalam kandungan. Pengertian hak asasi manusia terdapat dalam pasal 1 pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999, yaitu “Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sabagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dillindungi oleh negara, hukum dan Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia”, namun terdapat juga kewajiban asasi.
Kewajiban asasi ialah kewajiban dasar yang harus dijalankan oleh seseorang dalam kaitannya
dengan kepentingan dirinya sendiri, alam semesta, masyarakat, bangsa, negara, maupun
kedudukannya sebagai makhluk Tuhan (Modul Kewarganegaraan 2012, 49).

Hak dan kewajiban warga negara juga terdapat dalam UUD 1945. Hak asasi bisa menjadi titik
tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (Modul Kewarganegaraan 2012, 52). Dalam UUD 1945 telah dijelaskan mengenai
hak dan kewajiban bagi warga negara Indonesia, diantaranya ialah warga negara; pekerjaan
dan penghidupan yang layak (Pasal 27, ayat 2); Berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan (Pasal 28); hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B, ayat
2); dan lain-lain, serta kewajiban warga negara; menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27, ayat 1); tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan
dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis (Pasal 28J, ayat 1); dan lain-lain (Modul
Kewarganegaraan 2012, 57-60). Hal yang dijelaskan sebelumnya ialah mengenai hak dan
kewajiban warga negara yang dicantumkan dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.

Dalam UUD 1945 juga menjelaskan mengenai kewajiban negara, namun tidak menjelaskan
mengenai hak negara. Kewajiban negara, yaitu membiayai pendidikan dasar (Pasal 31, ayat
4), memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (Pasal 31, ayat 4),
kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum (Pasal 30, ayat 4), dan lain-lain (Modul Kewarganegaraan 2012, 56).
Tidak ada dijelaskan hak negara di dalam UUD 1945 bukan berarti tidak terdapat hak bagi
negara itu sendiri, mengambil dari teori yang dijelaskan oleh Aristoteles, hak negara
merupakan keadilan legalis dan keadilan tersebut adalah sebuah keharusan warga negara
untuk taat kepada negara.

Hak dan negara yang didapatkan oleh warga negara dalam pelaksanaannya ini mengalami
pasang surut. Hal demikian terjadi karena terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh
negara maupun warga negara baik itu di dalam negeri maupun diluar negeri. Dalam
menjalankan hak dan kewajiban baik itu bagi warga negara maupun negara diperlukan
pedoman dalam mengatur dan mengawasi pelaksanaannya. Pelaksanaan ini diatur untuk
mengawal pelaksanaan hak dan kewajiban dengan adanya institusi (Modul
Kewarganegaraan 2012, 64).

Pertama, Pancasila perlu dimengerti secara tepat dan benar bak dari pengertian, sejarah,
konsep, prinsip, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam pelaksanaan Pancasila
tidak mudah dalam memahaminya, namun dalam melaksanakan atau mengamalkan
Pancasila jika tidak mengerti hal-hal yang mendasar menjadikan ini semua sulit untuk
diamalkan. Selain itu, Pancasila juga dapat memudar dan dilupakan kembali.

Kedua, pedoman pelaksanaan. Pedoman pelaksanaan ini terdapat pada masa pemerintahan
Orde Baru, yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila atau yang lebih dikenal
dengan P4. Adanya pedoman ini diperlukan adanya untuk negara dan warga negara
mengerti apa yang harusnya dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun,
terdapat kelemahan dalam pelaksanaan P4, yaitu mengenai pedoman tersebut yang bersifat
kaku, tertutup, dan doktriner. Hal ini telah membuat pemahaman bahwa hanya pemerintah
yang berhak menerjemahkan dan menafsirkan Pancasila. Hal inilah yang perlu diperbaiki
agar P4 tidak terlihat kaku, tertutup, dan doktriner (Modul Kewarganegaraan 2012, 64-65).

Ketiga, diperlukannya lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan Pancasila. Lembaga ini
bertugas untuk menfasilitasi aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mensosialisasikan
Pancasila. Selain itu, dengan adanya masukan kepada lembaga-lembaga negara dalam
melaksanakan tugas dan membuat kebijakan serta ikut mengevaluasi setiap kebijakan yang
dilakukan agar terjamin tidak bertentangan dengan Pancasila (Modul Kewarganegaraan
2012, 65).

Dalam pelaksanaan hak dan kewajiban, maka ketiga prinsip diatas juga diperlukan adanya.
Selain itu, perlulah adanya memahami dan mengerti prinsip-prinsip dasar hak dan kewajiban
negara dan warga negara. Semua ini juga berdasarkan adanya kesatuan gerak besar
revitalisasi Pancasila dalam semua bidang kehidupan. Pelaksanaan hak dan kewajiban
negara dan warga negara dalam negara Pancasila adalah sebagaimana yang tercantum
dalam UUD 1945 (Modul Kewarganegaraan 2012, 65). Selain itu, dengan memahami isi UUD
1945 dan Pancasila adalah penting untuk kedepannya demi melaksanakan hak dan
kewajiban baik bagi warga negara dan negara itu sendiri.

E. HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA: KASUS ISLAM

Hal yamg penting dalam pembelajaran di atas adalah hubungan megara dengan agama.
Wacana ini mendiskuskan bagaiamana posisi agama dalam konteks negara
modern.Hubungan islam dan negara moderen secara teori tes dapat diklasifikasi kedalam
tiga pandangan yaitu :

a. Pradigma Integralistik.
b. Pradigma Simbiotik
c. Pradigma Sekularistik

F. HUBUNGAN NEGARA DAN AGAMA: PENGALAMAN ISLAM INDONESIA

Indonesia dikenal dengan megara Muslim terbesar di dunia. Uniknya Indonesia bukanlah sebuah
negara Islam. Dari keunikan ini perdebatan pola hubungan Islam dan negara di Indonesia merupakan
perdebatan politik yang tidak kunjung selesai. Perdebatan tentang islam dan nasionalisme indonesia
antara tokoh tokoh nasionalis muslim dan nasiolis sekuler pada tahun 1920-an merupakan babapk
awal pergumulan islam dan negara pada kurang waktu selanjutnya. Perdebatan isla dan konsep
konsep ideoloi sekuler menemukan titik klimaksnyapada persidangan resmi dalam sidang sidang
majelis Badan Penyelidik Usaha-usah Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI ) bentukan
pemerintah Jepang pada 1945. Para tokoh nasionalis Muslim seperti H. Agus Salim. K.H. Mas
Mansur, dan K.H. Wachid Hasyim, menyarakan suara aspirasi islam dengan mengajukan usul konsep
negara islam dengan menjadikan islam sebagai dasar negara bagi Indonesia merdeka. Tetapi alasan
konsep tersebut di tentang oleh nasionais sekunder yang mengajukan konsep negara sekuler dengan
tokoh soekarno. Soekarno menyuarakan konsep sekulernya tentang lima dasar negara Indonesia.
Yang di kenal dengan Pancasila. Tetapi konsep ini tidak mudah di terima oleh kelompok nasionalis
muslim akhirnya dengan perdebatan konsititusional BPUPKI menghasilkan kekawatiran bagi
kelompok nasionalis dari kawasan Indonesia Timur, merka ingin mendirikan negara sendiri dengan
memisahkan diri dri konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Klimaks dari perdebatan di
sidang BPUPKI berakhir dengan kesedian kalangan nasionalis muslim untuk tidak memaksakan
kehendek mereka menjadikan islam sebagai dasar negara Indonesia. Demi persatuan dan kesatuan
serta terselenggarakannya kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dari cengkraman penjajah mereka
menerima konsep negara yang diajukan nasionalis sekunder dengan catatan negara menjamin
dijalankannya syariat islm bagi pemeluk islam di Indonesia. Hasil kompromi antara kosep nasionalis
musim dan nasionalis sekuler dikenal dengan the agreement yang tertuang dalam Piagam Jakarta
yang menyebutkan bahwa negara Indonesia berdasarkan kepada ketuhana yang maha esa denagn
lewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya. Setelah indonesia merdeka, hubungan islam
dan megara di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno kembali mengalami ketegangan. Sumber
ketegangan itu berpusat pada perdebatan seputar tafsir klausul Sila Pertama Pancasila. Tetapi
alotnya perdebatan tersebut berakhir pada kesepahaman di kalangan tokoh nasional bahwa NKRI
adalah bukan negara islam dan bukan negara sekuler.Peristiwa sistem demokrasi terpimpin ala
Presiden Soekarno berakhir dengan peristiwa politik yang tragis, Gerakan 30 September 1945.
Akhirnya pada saat pemulihan keamanan berhasil menaikkan Letnan Jendral Soeharto ke tampuk
kepemimpinan nasional yang disahkan olh sidang Umum MPRS ( Majelis Permusyawarakan Rakyat
Semntara )di bawah Jendral A.H Nasution pada 1968. Dengan slogan kembalikan ke Pancasila secala
murni dan konsekuen, Presiden Soeharto memulai kiprah kepemimpinan nasionalnya dengan
sebutan orde baru , sebagai pengganti orde yg di nilainya telah menyimpang dari Pancasila dan UUD
1945.

G. ISLAM DAN NEGARA BARU : DARI ANTAGONISTIK DAN HINGGA AKOMODATIF


Munculnya kekuasaan Orde Baru yang berpusat pada Presiden Soeharto melahirkan babak baru
hubungan islam dan negara di Indonesia hubungan antara keduanya dapat digolongkan kedalam dua
pola : antagonistis ( merupakan sifat hubungan yang mencirikan adanya ketegangan antara Islam
dan Orde Baru), akomodatif ( kecendrungan saling membutuhkan antara kelompok islam dan orde
baru ). Kekuatan kecurigaan pemerintah Orde Baru terhadap kekuatan umat islam telah
menempatkan kekuatan islam sebagai kelopok minoritas. Menurut Effendy akar antagonisme
hubungan pilitik antar islam dan negara tidak dapat di lepaskan dari konteks kecenderungan
pemahaman keagamaan umat islam yang berbeda, menjadi sebab kecurigaan pihak penguasa yang
berakibat pada pemikiran islam dari arena politik nasional. Akibat yang di timbulkannya akan
mewarnai kekuatan arah politik islam dan kecenderungan politik Orde Baru.

Pengesahan RUU Pendidikan Nasional, pengesahan RUU peradila Agama pembolehan pemakaian
jilbab bagi Muslim Indonesia ( ICMI ) dan lahirnya Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang
langsung dipimpin oleh Presiden Soeharto merupakan indikator adanya hubungan akomodatif yang
dilakukan elite penguasa orde baru terhadap islam.

Pola hubungan yang saling menguntungkan antara pemerintahan Presiden Soeharto dan kekuatan
islam masih berjalan hingga berakhirnya kekuasaan orde baru yang dijatuhkan oleh gerakan
reformasi pada tahun 1998.

H. ISLAM DAN NEGARA DI ERA REFORMASI : BERSAMA MEMBANGUN DEMOKRASI DAN


MENCEGAH DISINTEGRASI BANGSA

Kekuasaan Indonesi dalam berdemokrasi ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari karakter
ideologi negara pancasila yang fleksibel dan aomodatif terhadap perubahan mainstream politik
global di mana demokrasinmenjadi wacana dan prosedur utamanya.positif demokrasi bagi Indonesia
juga melahirkan ancaman yang serius bagi keutuhannya sebagai sebuah bangsa. Sistem demokrasi
ini juga membutuhkan peran penganut agama mayoritas yang berperan mencegah ancaman
disintegrasi bangsa dengan tetap memelihara sikap inklusif dan toleran terhadap kodrat
kemajemukan indonesia.

Berdasarkan pada komitmen kebangsaan untuk menjaga kesepakatan para pendiri bangsa inilah
masa depan demokrasi indonesia diletakan dalam rangka menguatna indonesia yang plural dalam
bingkai negara NKRI .Negara indonesia memiliki kewajiban konstituanal untuk menjaga dan
menjamin kemajemukan dan demokrasi di Indonesia. Penyeleggara negara harus tetap menjaga dan
mengawal sunnatullah kebhinekaan negara, dengan menindak tegas segala anasir yang mereduksi
Indonesia dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mewujudkan pola hubungan yang dinamis antara agama dan negara di Indonesia,
pemerintah dan masyarakat harus mengedepankan cara – cara dialogis manakala terjadi
perselisihan pandangan antara keduanya. Untuk menopang tubuhnya budaya dialog, negra sebagai
komponen penting di dalamnya harus tetap menjaga prinsip – prinsip demokrasi, seperti
kebebbasan pers, kebebasan berorganisasi, kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat. Pada
saat yang sama , unsur – unsur masyarakat sipil dituntut untuk bertanggung jawab dalam
menggunaakan hak – hak demokrasi dan konstitusionalnya secara bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai