Anda di halaman 1dari 18

LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 1

1. Apa definisi phobia, panik, dan obsesif compulsif!

Pembeda Cemas Takut Panik


Halusinasi - - +
Waham - - +
Keinginan Bunuh - - +
diri
Objek Belum bertemu Sudah bertemu Tidak bisa
menyebutkan
Gejala somatik + + +
Disorganisasi - - +

Kecemasan ialah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak


diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual. Sedang ketakutan ialah
respon dari ancaman yang sumbernya diketahui, eksternal, jelas atau bukan
bersifat konfliktual.
Kecemasan segera mengarahkan seseorang untuk mengambil langkah yang
diperlukan untuk mecegah ancaman atau meringankan akibatnya, contoh
orang yang cemas akan nilai ujiannya maka ia akan belajar dengan giat. Jadi
kecemasan mencegah kerusakan dengan cara menyadarkan seseorang untuk
melakukan tindakan tertentu yang mencegah bahaya.
KECEMASAN PATOLOGIS (DSM IV)
Kecemasan yang didasari tanpa sebab yang jelas dan tidak berpotensi untuk mengancam jiwanya.
Mngkin disertai dengan gejala otonom seperti kecemasan normal. Kecemasan yang patologis
adalah kecemasan yang berlebihan terhadap stimuli internal atau eksternal, dan tidak berfungsi
untuk menyelamatkan keutuhan jiwanya.
 Cemas Patologis respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan
pada intensitas atau durasinya.
(Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua)

Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisaikan dalam rentang respon.


Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai
maladative. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan
deskruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk belajar

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 2

memahami terhadap perubahan-perubahan terutama tentang perubahan


terhadap perasan tidak nyaman dan befokus pada kelangsungan hidup.
Sedangkan reaksi deskruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan
tingkah laku maladaptive serta disfungsi yang menyangkut kecemasan
berat atau panik.
o Cemas  respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak
diketahui, internal, samar-samar atau non konfliktual (memiliki
kualitas menyelamatkan hidup)
o Rasa takut  respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui,
eksternal, jelas atau bahkan bersifat konflik.
o Panic  tidak disertai dengan adanya stimulus situasional yang
dapat dikenali, spontan dan tidak diperkirakan.

Fobia
- Adalaah kecemasan yang luar biasa , terus menerus dan tidak realistis, sebagai
respon terhadap keadaan eksternal tertentu
- Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya
kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan. Penderita menyadari bahwa
kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa
mereka memiliki masalah.
Keadaan-keadaan yang sulit bagi penderita agoraphobia adalah antri di bank atau
pasar swalayan, duduk di tengah-tengah bioskop atau ruang kelas dan mengendarai bis
atau pesawat terbang. Beberapa orang menderita agorafobia setelah mengalami serangan
panik pada salah satu keadaan tersebut. Yang lainnya hanya merasakan tidak nyaman dan
tidak pernah mengalami serangan panik.

Agorafobia sering mempengaruhi kegiatan sehari-hari, kadang sangat berat sehingga


penderita hanya diam di dalam rumah. Setiap periode 6 bulan, telah terdiagnosis agorafobia
pada 3,8% wanita dan 1,8% pria. Penyakit ini paling sering muncul pada awal usia 20 tahun,
jarang terjadi diatas usia 40 tahun.

Pengobatan terbaik untuk agorafobia adalah terapi pemaparan. Dengan bantuan


seorang ahli, penderita mencari, mengendalikan, dan tetap berhubungan degnan apa yang
ditakutinya sampai kecemasannya secara perlahan berkurang karena sudah terbiasa
dengan keadaan tersebut (proses ini disebut habituasi). Terapi pemaparan telah
membantu lebih dari 90% penderita yang menjalaninya secara rutin.

2. Gejala fisik dari gangguan cemas?


3. Perbedaan cemas dan takut!
4. Macam-macam gangguan cemas!

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 3

Menurut DSM IV
Ggn panik dg atau tanpa agorapobia
Agorapobia tanpa riwayat ggn panik
Pobia spesifik dan sosial: sosial  takut thd sesuatu yg menyebabkan malu.
Ggn obsesiv konvulsif.
Ggn stress pasca trauma
Ggn ansietas menyeluruh: cemas patologis, cemas thd semua hal
Ggn ansietas akibat keadaan medis umum
Ggn ansietas diinduksi zat
Ggn ansieatas yg tak tergolongkan
 Klasifikasi Menurut PPDGJ-III
1. Gangguan anxietas fobik (F.
- Agoraphobia
- Fobia social
- Fobia khas/terisolasi
- Gangguan anxietas fobik lainnya
- Gangguan anxietas fobik yang tidak teridentifikasi
2. Gangguan anxietas lainnya (F.
- Gangguan panic/anxietas paroksismal episodic
- Gangguan cemas menyeluhur
- Gangguan campuran anxietas dan depresi
- Gangguan anxietas campuran lainnya
- Gangguan anxietas lainnya YDT
- Gangguan anxietas lainnya YTT
3. Gangguan obsesif kompulsif (F.
- Predominan pikiran obsesif/pengulangan
- Predominan tindakan kompulsif/obsesional rituals
- Campuran pikiran dan tidakan obsesif
- Gangguan kompulsif lainnya
- Gangguan kompulsif YDT
4. Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian (F.
- Reaksi stress akut
- Gangguan stress pasca trauma
- Gangguan penyesuaian
- Reaksi stress berat lainnya
- Reaksi stress YTT
5. Gangguan disosiatif (konversi) (F.
- Amnesia disosiatif

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 4

- Fugue disosiatif
- Stupor disosiatif
- Gangguan trans dan kesurupan
- Gangguan motorik disosiatif
- Konvulsi disosiatif
- Anastesia dan kehilangan sensorik disosiatif
- Gangguan disosiatif campuran
- Gangguan disosiatif lainnya
- Gangguan disosiatif YTT
6. Gangguan somatoform (F.
- Gangguan somatisasi
- Gangguan somatoform tak terinci
- Gangguan hipokondri
- Disfungsi otonomik somatoform
- Gangguan nyeri somatoform menetap
- Gangguan somatoform lainnya
- Gangguan somatoform YTT
7. Gangguan neurotic lainnya (F.
- Neurasthenia
- Sindom depersonalisasi/derealisasi
- Gangguan neurotic lainnya YDT
- Gangguan neurotic YTT

5. Perbedaan cemas dan depresi!


6. Etioopatofisiologi dari cemas!
Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan:
1) Teori Psikologis
Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama:
a) Teori psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego yang memberitahukan
adanya suatu dorongan yang tidak dapat diterima dan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam tersebut. Idealnya, penggunaan represi sudah
cukup untuk memulihkan keseimbangan psikologis tanpa menyebabkan gejala, karena
represi yang efektif dapat menahan dorongan di bawah sadar. Namun jika represi tidak
berhasil sebagai pertahanan, mekanisme pertahanan lain (seperti konversi, pengalihan, dan
regresi) mungkin menyebabkan pembentukan gejala dan menghasilkan gambaran gangguan
neurotik yang klasik (seperti histeria, fobia, neurosis obsesif-kompulsif).

b) Teori perilaku

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 5

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh stimuli lingkungan spesifik.
Pola berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak produktif dapat mendahului atau menyertai
perilaku maladaptif dan gangguan emosional. Penderita gangguan cemas cenderung menilai
lebih terhadap derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya
untuk mengatasi ancaman.

c) Teori eksistensial
Teori ini memberikan model gangguan kecemasan umum dimana tidak terdapat stimulus yang
dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis.

2) Teori Biologis
Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun
dapat juga sebagai akibat darisuatu konflik psikologis.
a) Sistem saraf otonom
Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal melalui mekanisme berikut ini:
Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks serebri, kemudian ke sistem
limbik dan RAS (Reticular Activating System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian
kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi saraf otonom
(Mudjaddid, 2006).
Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi berbagai sistem organ dan
menyebabkan gejala tertentu, misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler
(contohnya: nyeri kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan
(contohnya: nafas cepat).
Sinyal otonomik eferen Organ

Saraf simpatis sekresi asetilkolin (serabut kolinergik)


Saraf parasimpatis norepinefrin(serbt adrenergik)

Neuron preganglion pada simpatik dan parasimpatik: bersifat kolinergik


Neuron pada pada postganglion parasimpatik : Bersifat kolinergik
Neuron pada postganglion simpatik : Bersifat Adrenergik

Sehingga asetilkolin disebut sebagai transmitter parasimpatis


Dan Norepinefrin disebut sebagai Transmiter simpatis

Bila sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang
bersamaan yakni, yang disebut pelepasan impuls secara masal – dengan berbagai cara, keadaan ini
akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar. Dengan kejadian
sebagai berikut :
a. Peningkatan tekanan arteri
b. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran
darah ke organ-organ, seperti traktus gastrointestinal dan ginjal, yang tidak diperlukan untuk
aktivitas motorik yang cepat
c. Peningkatan kecepatan metabolisme sel diseluruh tubuh
d. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
e. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 6

f. Peningkatan kekuatan otot


g. Peningkatan aktivitas mental
h. Peningkatan kecepatan koagulasi darah
Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik yang jauh lebih
besar daripada bila tidak ada efek diatas. Oleh karena itu baik stress fisik maupun mental dapat
menggiatkan sistem simpatis, seringkali keadaan tersebut dianggap merupakan tujuan dari sistem
simpatis untuk menyediakan aktivitas tambahan tubuh pada saat stress. Keadaan ini seringkali
disebut respons stress simpatis.
Guyton and Hall edisi 11
Ada reseptor di otak yang menerima neurotransmiter asam gamma-aminobutyric (GABA).
Ketika GABA ditransmisikan ke reseptor, neuron diperintahkan untuk berhenti menembak.
Generalized Anxiety Disorder ( gangguan kecemasan) terjadi ketika GABA tidak dapat
mengikat secara akurat ke sel reseptor, atau ketika ada terlalu sedikit reseptor GABA. Tanpa jumlah
yang tepat dari penerimaan GABA, neuron berlebihan akan, menyebabkan orang untuk tidak
menerima pesan cukup untuk "berhenti". Hasilnya adalah orang itu terus-menerus tegang, menjadi
terlalu cemas dan gelisah  akan memicu peningkatan saraf simpatis yang akan menimbulkan
berbagai gejala yang telah disebutkan diatas.
Stefan Sibernagl and Florian Lang text and color atlas of pathophysiology, EGC.2006

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 7

b) Neurotransmiter
Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan adalah norepinefrin,
serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
Norepinefrin
Pasien yang menderita gangguan kecemasan mungkin memiliki sistem noradrenergik yang
teregulasi secara buruk. Badan sel sistem noradrenergik terutama berlokasi di lokus
sereleus di pons rostral dan aksonnya keluar ke korteks serebral, sistem limbik, batang otak,
dan medula spinalis. Percobaan pada primata menunjukkan bahwa stimulasi lokus sereleus
menghasilkan suatu respon ketakutan dan ablasi lokus sereleus menghambat kemampuan
binatang untuk membentuk respon ketakutan. Pada pasien dengan gangguan kecemasan,
khususnya gangguan panik, memiliki kadar metabolit noradrenergik yaitu 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meninggi dalam cairan serebrospinalis dan urin.

Serotonin
Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di nukleus raphe di batang otak
rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik, dan hipotalamus. Pemberian obat
serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang mengarah pada kecemasan.
Beberapa laporan menyatakan obat-obatan yang menyebabkan pelepasan serotonin,
menyebabkan peningkatan kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan.

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 8

Gamma-aminobutyric acid (GABA)


Peranan GABA dalam gangguan kecemasan telah dibuktikan oleh manfaat benzodiazepine
sebagai salah satu obat beberapa jenis gangguan kecemasan. Benzodiazepine yang bekerja
meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABAA terbukti dapat mengatasi gejala gangguan
kecemasan umum bahkan gangguan panik.
Beberapa pasien dengan gangguan kecemasan diduga memiliki fungsi reseptor GABA yang
abnormal (Kaplan dan Saddock, 2005).
Faktor budaya juga merupakan salah satu penyebab kecemasan yang penting. Pekerjaan,
pendidikan, institusi agama, dan sosial budaya semuanya dapat menjadi konflik yang
menyebabkan kecemasan.
Yuke Wahyu Widosari. 2010. Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran
Preklinik dan Ko-Asisten di Fk UNS Surakarta
The role of GABA in psychiatric disorders

7. Faktor-faktor penyebab kecemasan dan ketakutan!


FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN
 Tidak semua kecemasan dapat dikatakan bersifat patologis ada juga kecemasan
yang bersifat normal Dibawah ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan menurut Adikusumo (2003) dari berbagai sumber :
1. Faktor Internal
a. Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia, pertolongan
diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan, reasurance dan nasehat- nasehat.
b. Pengalaman
Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman menghadapi stres dan punya
cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap stres yang bertapun sebagai
masalah yang bisa diseleseikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan
belajar dari pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan menghadapi stres.
c. Aset Fisik

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 9

Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan aset ini untuk
menghalau stres yang datang mengganggu.

2. Faktor Eksternall
a. Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan kemampuan intelektual akan dapat
meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti
berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu
tersebut.
b. Pendidikan
Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk menghadapi
stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu
menghadapi stres yang ada.
c. Financial/ Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu tersebut mengalami
stres berupa kekacauan finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset
finasialnya terbatas.
d. Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal ini sangat
berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian serta dapat
mengimbangi kesulitan yang dihadapi suami akan dapat memberikan bumper kepada
kondisi stres suaminya.
e. Obat
Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang tergolong dalam kelompok anti
ansietas. Obat- obat ini mempunyai kasiat mengatasi ansietas sehingga penderitanya
cukup tenang.
f. Sosial Budaya Suport.
Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan sekitar individu akan
sangat membantu seseorang dalam menghadapi stresor, pemecahan asalah bersama-
sama dan tukar pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu lebih
siap menghadapi stres yang akan datang.

Tingkatan cemas
Kecemasan mempunyai berbagai tingkat, Stuart & Sundeen (1998)
menggolongkan sebagai berikut :
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkat
ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati serta waspada.
Individu akan terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas. Kecemasan ringan diperlukan orang agar dapat
mengatasi suatu kejadian. Seseorang dengan kecemasan ringan dapat
dijumpai berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1) Persepsi dan perhatian meningkat, waspada
2) Mampu mengatasi situasi bermasalah

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 10

3) Dapat mengatakan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa mendatang,
menggunakan belajar, dapat memvalidasi secara konsensual, merumuskan
makna
4) Ingin tahu, mengulang pertanyaan

b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehinga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Orang dengan
kecemasan sedang biasanya menunjukan keadaan seperti :
1) Persepsi agak menyempit, secara selektif tidak perhatian tetapi
dapat mengarahkan perhatian.
2) Sedikit lebih sulit untuk konsentrasi, belajar menuntut upaya lebih.
3) Memandang pengalaman ini dengan masa lalu
4) Dapat gagal untuk mengenali sesuatu apa yang terjadi pada situasi, akan
mengalami beberapa kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa.
5) Perubahan suara atau ketinggian suara.
6) Peningkatan frekuensi pernafasan dari jantung.
7) Tremor, gemetar

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 11

c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi. Individu cenderung
memikirkan pada hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain.
Individu tidak mampu berpikiran berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan. Hal-hal dibawah ini sering dijumpai pada seseorang dengan
kecemasan berat, yaitu :
1) Persepsi sangat berkurang/berfokus pada hal-hal detail, tidak dapat
berkonsentrasi lebih bahkan ketika diinstruksikan untuk melakukan nya.
2) Belajar sangat terganggu, sangat mudah mengalihkan perhatian, tidak
mampu untuk memahami situasi saat ini.
3) Memandang pengalaman saat ini dengan arti masa lalu, hampir tidak
mampu untuk memahami situasi ini.
4) Berfungsi secara buruk, komunikasi sulit dipahami.
5) Hiperventilasi, takhikardi, sakit kepala, pusing, mual.

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 12

d. Tingkat panik
Pada tingkat ini persepsi terganggu, sangat kacau, hilang kontrol, tidak
dapat berpikir secara sistematis dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun telah diberi pengarahan. Tingkat ini tidak sejalan dengan
kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian. Seseorang dengan panik akan dapat
dijumpai adanya :
1) Persepsi yang menyimpang, fokus pada hal yang tidak jelas.
2) Belajar tidak dapat terjadi.
3) Tidak mampu untuk mengikuti, dapat berfokus hanya pada hal saat ini,
tidak mampu melihat atau memahami situasi, hilang kemampuan
mengingat.
4) Tidak mampu berpikir, biasanya aktifitas motorik meningkat atau respon
yang tidak dapat diperkirakan bahkan pada stimuli minor, komunikasi yang
tidak dapat dipahami.
5) Muntah, perasaan mau pingsan.

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 13

Sedangkan menurut Rasmun (2004), kemampuan individu dalam merespon kecemasan


dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain:
1) Sifat stressor dapat berubah secara tiba- tiba atau berangsur- angsur dan dapat
mempengaruhi seseorang dalam menanggapi kecemasan, tergantung mekanisme koping
seseorang.
2) Jumlah stressor yang bersamaan
Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stressor yang harus dihadapi bersama. Semakin
banyak stressor yang dialami seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga
jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
3) Lama stressor
Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi
stres, karena individu telah berada pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk
menghadapi stressor tersebut.
4) Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat mempengaruhi individu
ketika menghadapi stressor yang sama karena karena individu memiliki kemampuan
beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pun akan
berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih ringan.
5) Tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik
terhadap stressor. Pada tiap tingkat perkembangan terdapat sifat stressor yang berbeda sehingga
resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula.

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 14

8. Diagnosis multiaksial dan DD!

F40.0 Agorafobia
Pedoman diagnostik :
 Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
o Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan menifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
o Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam
hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut : banyak
orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan
bepergian sendiri
o Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol (penderita menjadi house bound)

Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh

Gangguan cemas menyeluruh, menurut DSM-IV-TR, ditandai dengan pola


yang sering, kekhawatiran terus-menerus dan kegelisahan yang tidak sesuai dengan
dampak dari peristiwa atau keadaan yang merupakan fokus dari rasa khawatir.
Perbedaan antara gangguan cemas menyeluruh dan kecemasan yang normal ditekankan
dalam kriteria yang menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit dikendalikan;
dan gejala yang menyebabkan penurunan yang signifikan.

a. Kecemasan yang berlebihan dan khawatir dapat terjadi harian atau minimal selama
minimal 6 bulan, atau pada beberapa acara atau kegiatan (seperti pekerjaan atau
saat aktivitas sekolah).
b. Orang yang mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa khawatir.
c. Kecemasan dan kekhawatiran berkaitan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala
berikut (dengan setidaknya beberapa gejala ada selama 6 bulan terakhir).
Catatan: Hanya satu gejala saja yang diperlukan pada anak.
1) Kegelisahan atau perasaan tegang saat mendekati hari yang ditentukan.
2) Menjadi mudah lelah
3) Sulit berkonsentrasi atau pikiran akan kosong
4) Mudah marah
5) Ketegangan otot
6) Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai tidur, atau tidur tidak nyenyak)
d. Fokus dari kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada isi daripada gangguan
Axis I, misalnya, kecemasan atau kekhawatiran yang bukan tentang serangan panik
(seperti pada gangguan panik), menjadi malu bila muncul di depan umum (seperti
TIFANI VIANDRA DEVI
LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 15

dalam fobia sosial), berada jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti pada
gangguan kecemasan perpisahan), kenaikan berat badan (seperti dalam anoreksia
nervosa), memiliki beberapa keluhan fisik (seperti pada gangguan somatisasi), atau
memiliki penyakit yang serius (seperti dalam hypochondriasis), dan kecemasan dan
kekhawatiran tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan stres pasca trauma.
e. Kecemasan, khawatir, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam social atau pekerjaan.
f. Gangguan itu bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara khusus selama gangguan mood, gangguan
psikotik, atau pervasive developmental disorder.

Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnosis untuk gangguan cemas menyeluruh


(F41.1) adalah:
o penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau mengambang)
o gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
 kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
 ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
 overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
o pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
o adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh,
selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif,
gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan obsesif-kompulsif.

9. Pemeriksaan fisik!
 Menyingkirkan DD :

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 16

- Px tiroid : untuk menyingkirkan penyakit tiroid yang sifatnya mirip cemas


(hipertiroid) atau depresi (hipotiroid)
 Skor hamilton : suatu penilaian 14 komponen :
- Perasaan cemas
- Ketegangan
- Ketakutan
- Gangguan tidur
- Gangguan kecemasan
- Perasaan depresi
- Gejala somatik
- Gejala sensorik
- Gejala kardiovaskuler
- Gejala pernapasan
- Gejala git
- Gejala urogenital
- Gejala otonom
- Perilaku sewaktu wawancara

0 : tidak ada gejala <14


1: ringan (1 gejala)  14-20
2: sedang(2 gejala) 21 -27
3: berat (> 2 gejala) 28-41
4: berat sekali  43-56

10. Penanganan gangguan cemas!


1. Psikoterapi
a. Psikodinamik (Insight), ditujukan untuk mengungkap konflik masa lalu yang
mendasari dan merupakan sumber kecemasan yang sebenarnya
b. CBT (Cognitive-Behavioral Therapy), dengan cognitive restructuring, yaitu
mengidentifikasi pikiran-pikiran yang berhubungan dengan kecemasan lalu
menggantinya dengan respon ‘coping’ yang lebih positif
c. Relaxation Training, latihan untuk menurunkan bangkitan fisiologik yang
berlebihan
d. Suportif
2. Somatoterapi
a. Ansiolitik Benzodiazepin,
 Ansiolitik yang paling sering digunakan
 Tidak mengurangi kekhawatiran, namun mengatasi kecemasan dengan
menurunkan kewaspadaan dan dengan menghilagkan gejala somatik seperti
ketegangan otot

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 17

 Semua benzodiazepin memiliki efikasi yang sama, menyebabkan sedasi,


gangguan kosentrasi, dan amnesia anterograde. Spektrum klinis
benzodiazepin meliputi:
o Ansiolitik
o Antikonvulsan
o Antiinsomnia
o Premedikasi bedah
 Beberapa contoh benzodiazepin:
a) Diazepam dan Chlordiazepoxide, merupakan benzodiazepin
broadspectrum
b) Nitrazepam dan Flurazepam, lebih efektif sebagai antiinsomnia karena
dosis antiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
c) Midazolam, onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk premedikasi
bedah
d) Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam, lebih efektif sebagai
anticemas karena dosis antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan
e) Clobazam, efek samping terhadap performa psikomotor paling kecil,
cocok untuk pasien dewasa atau pasien lansia yang ingin aktif
f) Lorazepam, benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan tidak ada
akumulasi obat yang signifikan pada dosis terapi, cocok untuk pasien
dengan kelainan fungsi hati dan ginjal
g) Alprazolam, efektif untuk ansietas antisipatorik, memiliki onset cepat
dan komponen anti depresi
b. Ansiolitik Non Benzodiazepin
a) Sulpiride, efektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom ansietas dan
resiko ketergantungan paling kecil
b) Buspirone, obat yang sering digunakan untuk pasien dengan kecemasan
kronik, pasien yang relaps setelah terapi dengan benzodiazepin, dan pasien
dengan riwayat penyalahgunaan zat. Tidak seperti benzodiazepin, buspirone
lebih mengurangi kecemasan daripada gejala somatik pada Gangguan
cemas menyelurh (Generalized Anxiety Disorder, GAD). Buspirone sama
efektifnya dengan benzodiazepin untuk terapi pasien dengan GAD.
Buspiron juga tidak menyebabkan ketergantungan dan toleransi. Namun

TIFANI VIANDRA DEVI


LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 18

perlu diinformasikan pada pasien bahwa, tidak seperti benzodiazepin yang


dapat langsung menghilangkan gejala kecemasan, onset Buspirone perlu 2-
3 minggu.
c. Antidepresan Trisiklik, Imipramine, efektif dalam mengendalikan kecemasan
pada GAD, namun belum diteliti efektivitasnya jika dibandingkan dengan
Benzodiazepin atau Buspirone. Dapat juga digunakan alternatif Desmipramine
atau Nortriptiline dengan efek samping antikolinergik dan antiadrenergik yang
lebih ringan.
d. Antidepresan Atipikal, Trazodone, untuk pasien yang tidak merespon pada
agen yang lain, penggunaan dibatasi karena efek samping sedasi dan priapismus
yang tinggi. Nefazodone dapat digunakan sebagai alternatif karena efek
sampingnya lebih dapat ditoleransi
e. Antidepresan Atipikal, Venlafaxine, memiliki efek anticemas dan antidepresi
untuk pasien dengan GAM disertai Depresi Mayor.

TIFANI VIANDRA DEVI

Anda mungkin juga menyukai