Fobia
- Adalaah kecemasan yang luar biasa , terus menerus dan tidak realistis, sebagai
respon terhadap keadaan eksternal tertentu
- Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya
kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan. Penderita menyadari bahwa
kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa
mereka memiliki masalah.
Keadaan-keadaan yang sulit bagi penderita agoraphobia adalah antri di bank atau
pasar swalayan, duduk di tengah-tengah bioskop atau ruang kelas dan mengendarai bis
atau pesawat terbang. Beberapa orang menderita agorafobia setelah mengalami serangan
panik pada salah satu keadaan tersebut. Yang lainnya hanya merasakan tidak nyaman dan
tidak pernah mengalami serangan panik.
Menurut DSM IV
Ggn panik dg atau tanpa agorapobia
Agorapobia tanpa riwayat ggn panik
Pobia spesifik dan sosial: sosial takut thd sesuatu yg menyebabkan malu.
Ggn obsesiv konvulsif.
Ggn stress pasca trauma
Ggn ansietas menyeluruh: cemas patologis, cemas thd semua hal
Ggn ansietas akibat keadaan medis umum
Ggn ansietas diinduksi zat
Ggn ansieatas yg tak tergolongkan
Klasifikasi Menurut PPDGJ-III
1. Gangguan anxietas fobik (F.
- Agoraphobia
- Fobia social
- Fobia khas/terisolasi
- Gangguan anxietas fobik lainnya
- Gangguan anxietas fobik yang tidak teridentifikasi
2. Gangguan anxietas lainnya (F.
- Gangguan panic/anxietas paroksismal episodic
- Gangguan cemas menyeluhur
- Gangguan campuran anxietas dan depresi
- Gangguan anxietas campuran lainnya
- Gangguan anxietas lainnya YDT
- Gangguan anxietas lainnya YTT
3. Gangguan obsesif kompulsif (F.
- Predominan pikiran obsesif/pengulangan
- Predominan tindakan kompulsif/obsesional rituals
- Campuran pikiran dan tidakan obsesif
- Gangguan kompulsif lainnya
- Gangguan kompulsif YDT
4. Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian (F.
- Reaksi stress akut
- Gangguan stress pasca trauma
- Gangguan penyesuaian
- Reaksi stress berat lainnya
- Reaksi stress YTT
5. Gangguan disosiatif (konversi) (F.
- Amnesia disosiatif
- Fugue disosiatif
- Stupor disosiatif
- Gangguan trans dan kesurupan
- Gangguan motorik disosiatif
- Konvulsi disosiatif
- Anastesia dan kehilangan sensorik disosiatif
- Gangguan disosiatif campuran
- Gangguan disosiatif lainnya
- Gangguan disosiatif YTT
6. Gangguan somatoform (F.
- Gangguan somatisasi
- Gangguan somatoform tak terinci
- Gangguan hipokondri
- Disfungsi otonomik somatoform
- Gangguan nyeri somatoform menetap
- Gangguan somatoform lainnya
- Gangguan somatoform YTT
7. Gangguan neurotic lainnya (F.
- Neurasthenia
- Sindom depersonalisasi/derealisasi
- Gangguan neurotic lainnya YDT
- Gangguan neurotic YTT
b) Teori perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh stimuli lingkungan spesifik.
Pola berpikir yang salah, terdistorsi, atau tidak produktif dapat mendahului atau menyertai
perilaku maladaptif dan gangguan emosional. Penderita gangguan cemas cenderung menilai
lebih terhadap derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya
untuk mengatasi ancaman.
c) Teori eksistensial
Teori ini memberikan model gangguan kecemasan umum dimana tidak terdapat stimulus yang
dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis.
2) Teori Biologis
Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun
dapat juga sebagai akibat darisuatu konflik psikologis.
a) Sistem saraf otonom
Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal melalui mekanisme berikut ini:
Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks serebri, kemudian ke sistem
limbik dan RAS (Reticular Activating System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian
kelenjar adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi saraf otonom
(Mudjaddid, 2006).
Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi berbagai sistem organ dan
menyebabkan gejala tertentu, misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler
(contohnya: nyeri kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan pernafasan
(contohnya: nafas cepat).
Sinyal otonomik eferen Organ
Bila sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang
bersamaan yakni, yang disebut pelepasan impuls secara masal – dengan berbagai cara, keadaan ini
akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar. Dengan kejadian
sebagai berikut :
a. Peningkatan tekanan arteri
b. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan penurunan aliran
darah ke organ-organ, seperti traktus gastrointestinal dan ginjal, yang tidak diperlukan untuk
aktivitas motorik yang cepat
c. Peningkatan kecepatan metabolisme sel diseluruh tubuh
d. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
e. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
b) Neurotransmiter
Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan adalah norepinefrin,
serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
Norepinefrin
Pasien yang menderita gangguan kecemasan mungkin memiliki sistem noradrenergik yang
teregulasi secara buruk. Badan sel sistem noradrenergik terutama berlokasi di lokus
sereleus di pons rostral dan aksonnya keluar ke korteks serebral, sistem limbik, batang otak,
dan medula spinalis. Percobaan pada primata menunjukkan bahwa stimulasi lokus sereleus
menghasilkan suatu respon ketakutan dan ablasi lokus sereleus menghambat kemampuan
binatang untuk membentuk respon ketakutan. Pada pasien dengan gangguan kecemasan,
khususnya gangguan panik, memiliki kadar metabolit noradrenergik yaitu 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol (MHPG) yang meninggi dalam cairan serebrospinalis dan urin.
Serotonin
Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di nukleus raphe di batang otak
rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik, dan hipotalamus. Pemberian obat
serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang mengarah pada kecemasan.
Beberapa laporan menyatakan obat-obatan yang menyebabkan pelepasan serotonin,
menyebabkan peningkatan kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan.
Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan aset ini untuk
menghalau stres yang datang mengganggu.
2. Faktor Eksternall
a. Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan kemampuan intelektual akan dapat
meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti
berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu
tersebut.
b. Pendidikan
Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk menghadapi
stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu
menghadapi stres yang ada.
c. Financial/ Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu tersebut mengalami
stres berupa kekacauan finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset
finasialnya terbatas.
d. Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal ini sangat
berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian serta dapat
mengimbangi kesulitan yang dihadapi suami akan dapat memberikan bumper kepada
kondisi stres suaminya.
e. Obat
Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang tergolong dalam kelompok anti
ansietas. Obat- obat ini mempunyai kasiat mengatasi ansietas sehingga penderitanya
cukup tenang.
f. Sosial Budaya Suport.
Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan sekitar individu akan
sangat membantu seseorang dalam menghadapi stresor, pemecahan asalah bersama-
sama dan tukar pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu lebih
siap menghadapi stres yang akan datang.
Tingkatan cemas
Kecemasan mempunyai berbagai tingkat, Stuart & Sundeen (1998)
menggolongkan sebagai berikut :
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkat
ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati serta waspada.
Individu akan terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas. Kecemasan ringan diperlukan orang agar dapat
mengatasi suatu kejadian. Seseorang dengan kecemasan ringan dapat
dijumpai berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1) Persepsi dan perhatian meningkat, waspada
2) Mampu mengatasi situasi bermasalah
3) Dapat mengatakan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa mendatang,
menggunakan belajar, dapat memvalidasi secara konsensual, merumuskan
makna
4) Ingin tahu, mengulang pertanyaan
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehinga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Orang dengan
kecemasan sedang biasanya menunjukan keadaan seperti :
1) Persepsi agak menyempit, secara selektif tidak perhatian tetapi
dapat mengarahkan perhatian.
2) Sedikit lebih sulit untuk konsentrasi, belajar menuntut upaya lebih.
3) Memandang pengalaman ini dengan masa lalu
4) Dapat gagal untuk mengenali sesuatu apa yang terjadi pada situasi, akan
mengalami beberapa kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa.
5) Perubahan suara atau ketinggian suara.
6) Peningkatan frekuensi pernafasan dari jantung.
7) Tremor, gemetar
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi. Individu cenderung
memikirkan pada hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain.
Individu tidak mampu berpikiran berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan. Hal-hal dibawah ini sering dijumpai pada seseorang dengan
kecemasan berat, yaitu :
1) Persepsi sangat berkurang/berfokus pada hal-hal detail, tidak dapat
berkonsentrasi lebih bahkan ketika diinstruksikan untuk melakukan nya.
2) Belajar sangat terganggu, sangat mudah mengalihkan perhatian, tidak
mampu untuk memahami situasi saat ini.
3) Memandang pengalaman saat ini dengan arti masa lalu, hampir tidak
mampu untuk memahami situasi ini.
4) Berfungsi secara buruk, komunikasi sulit dipahami.
5) Hiperventilasi, takhikardi, sakit kepala, pusing, mual.
d. Tingkat panik
Pada tingkat ini persepsi terganggu, sangat kacau, hilang kontrol, tidak
dapat berpikir secara sistematis dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun telah diberi pengarahan. Tingkat ini tidak sejalan dengan
kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian. Seseorang dengan panik akan dapat
dijumpai adanya :
1) Persepsi yang menyimpang, fokus pada hal yang tidak jelas.
2) Belajar tidak dapat terjadi.
3) Tidak mampu untuk mengikuti, dapat berfokus hanya pada hal saat ini,
tidak mampu melihat atau memahami situasi, hilang kemampuan
mengingat.
4) Tidak mampu berpikir, biasanya aktifitas motorik meningkat atau respon
yang tidak dapat diperkirakan bahkan pada stimuli minor, komunikasi yang
tidak dapat dipahami.
5) Muntah, perasaan mau pingsan.
F40.0 Agorafobia
Pedoman diagnostik :
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
o Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan menifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif
o Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam
hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut : banyak
orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan
bepergian sendiri
o Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol (penderita menjadi house bound)
a. Kecemasan yang berlebihan dan khawatir dapat terjadi harian atau minimal selama
minimal 6 bulan, atau pada beberapa acara atau kegiatan (seperti pekerjaan atau
saat aktivitas sekolah).
b. Orang yang mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa khawatir.
c. Kecemasan dan kekhawatiran berkaitan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala
berikut (dengan setidaknya beberapa gejala ada selama 6 bulan terakhir).
Catatan: Hanya satu gejala saja yang diperlukan pada anak.
1) Kegelisahan atau perasaan tegang saat mendekati hari yang ditentukan.
2) Menjadi mudah lelah
3) Sulit berkonsentrasi atau pikiran akan kosong
4) Mudah marah
5) Ketegangan otot
6) Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai tidur, atau tidur tidak nyenyak)
d. Fokus dari kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada isi daripada gangguan
Axis I, misalnya, kecemasan atau kekhawatiran yang bukan tentang serangan panik
(seperti pada gangguan panik), menjadi malu bila muncul di depan umum (seperti
TIFANI VIANDRA DEVI
LBM 3 SGD 1 MODUL JIWA 15
dalam fobia sosial), berada jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti pada
gangguan kecemasan perpisahan), kenaikan berat badan (seperti dalam anoreksia
nervosa), memiliki beberapa keluhan fisik (seperti pada gangguan somatisasi), atau
memiliki penyakit yang serius (seperti dalam hypochondriasis), dan kecemasan dan
kekhawatiran tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan stres pasca trauma.
e. Kecemasan, khawatir, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam social atau pekerjaan.
f. Gangguan itu bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme) dan tidak terjadi secara khusus selama gangguan mood, gangguan
psikotik, atau pervasive developmental disorder.
9. Pemeriksaan fisik!
Menyingkirkan DD :